Anda di halaman 1dari 21

Dinda Putri / 1102010081 1 HIPERTENSI ANATOMI JANTUNG Makroskopik Jantung merupakan organ berongga, berotot yang terletak didalam

rongga mediastinum dari rongga dada (toraks) diantara kedua paru, tepatnya di belakang tulang dada (sternum) dan 2/3 nya terletak di bagian kanan dan dua pertiganya terletak di bagian kiri dari garis tengah (midline). Proyeksi bagian kanan atas terletak di intercostal ke-3 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis tengah. Bagian kiri atas terletak di intercostal ke-2 kira-kira 3 cm ke kiri dari garis tengah. Bagian kanan bawah terletak pada intercostal ke-6 kira-kira 3 cm ke kanan dari garis tengah. Bagian kiri bawah terletak di apex di intercostal ke -5 kira-kira 9 cm ke kiri dari garis tengah. Pericardium adalah membran yang mengelilingi dan melapisi jantung. Me mbran ini membatasi jantung pada posisi di dalam mediastinum. Pericardium terdiri dari dua bagian yaitu fibrous pericardium dan serous pericardium. Fibrous pericardium superficial adalah lapisan keras, tidak elastik dan merupakan jaringan tebal yang tidak beraturan. Fungsi dari fibrous pericardium mencegah peregangan berlebihan dari jantung, melindungi dan menempatkan jantung dalam mediastinum. Serous pericardium adalah lapisan dalam yang tipis, membran yang halus yang terdiri dari dua lapisan. Lapisan parietal adalah lapisan paling luar dari serous pericardium yang menyatu dengan fibrous perikardium. Bagian dalam adalah lapisan visceral yang disebut juga epicardium, yang menempel pada permukaan jantung, antara lapisan parietal dan visceral terdapat cairan yang di sebut cairan perikadial. Cairan perikardial adalah cairan yang dihasilkan oleh sel pericardial untuk mencegah pergesekan antara membran saat jantung berkontraksi.

Secara struktur jantung, dinding jantung terdiri dari 3 lapisan yaitu Lapisan luar yang disebut epikardium atau perikardium dapat disebut juga lapisan visceral dari serous perikardium. Lapisan luar yang transparan dari dinding jantung terdiri dari mesothelium yang bertekstur licin pada permukaan jantung yang memiliki fungsi untuk melindungi dan menahan jantung pada mediastinum 2) Lapisan tengah merupakan jaringan otot jantung yang paling tebal dari jantung dan berfungsi sebagai pompa jantung dan bersifat involunter 3) Lapisan dalam disebut endokardium yang merupakan lapisan tipis dari endotelium yang melapisi lapisan tipis jaringan penghubung yang memberikan suatu batas yang licin bagi ruang-ruang jantung dan menutupi katupkatup jantung. 1)

Endocardium bersambung dengan endothelial yang melapisi pembuluh besar jantung. Lapisan ini berfungsi melindungi/menutupi ruang dan katub jantung. Berat jantung pada pria dewasa 300-350 gr, dan perempuan 250-350 gr (4 gr/Kg BB) dengan panjang 12 cm, lebar 9 cm, tebal 6 cm. Berat jantung tergantung dari usia, jenis kelamin, berat badan, beratnya latihan, beratnya kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbondioksida dan sampah metabolisme. Terdapat dua pompa jantung yang terletak di sebelah kanan dan kiri. Jantung bagian kanan (ventrikel kanan) mendistribusikan darah menuju paru-paru melalui arteri pulmonalis dan ventrikel kiri mendistribusikan darah kaya oksigen melalui aorta ke organ-organ vital termasuk jantung sendiri. Kerja pompa jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot. Selama kontraksi otot (sistolik), ruang jantung (ventrikel) menjadi lebih kecil karena darah disemburkan ke luar jantung. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolik), ventrikel akan terisi darah sebagai persiapan ejeksi selanjutnya. Jantung dewasa secara normal berdetak sekitar 60-80/100 kali per menit dengan jumlah cardiac output sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel/ejeksi dan keluaran total dalam satu menit sejumlah 5 liter. Secara anatomi, jantung merupakan organ yang sangat terjaga dengan baik. Posisi yang dilindungi toraks, paruparu, cairan-cairan yang terdapat pada lapisan perikardium yang melumasi permukaan dan mengurangi gesekan selama kontreaksi otot jantung. Perikardium merupakan kantung fibrosa tipis yang mempertahankan posisi jantung dan kinerja jantung agar berfungsi dengan baik. Mikroskopik Pembuluh darah dibedakan menjadi arteri, vena, dan juga kapiler. Pada pembuluh darah ditemukaan adanya sel yang disebut sel endotel. Sel ini terletak di bagian dalam yang berhubungan langsung dengan rongga pembuluh darah. Sel endotel berbentuk pipih. Makin besar diafragma kapilernya maka sel endotel akan makin pendek dan lebar. Makin tepi makin tipis juga. Pada permukaan membrane selnya terdapat suatu caveole atau vesikuler invagination. Caveole yaitu invaginasi kecil seperti lubang atau percekungan membrane sel yang terbentuk selama pinositosis. Caveole ini bisa mengerut membentuk vesikel bebas kecil yang terisi cairan dalam sitoplasma. Istilahnya disebut pinositik vesicle. Kalo diibaratkan itu kayak botol. Botol itu kan ada bagian leher sama bagian bawah yang melebar. Si bagian leher itu terjadi tekanan dari luar. Akibatnya lama-lama si leher botol itu akan berpisah dengan bagian bawah botol. Nah, itulah yang disebut pinostik vesicle. Antar sel endotel tadi membentuk suatu hubungan yang erat disebut tight junction (zonula occludens). Lapisan penyusun sistem kardiovaskuler baik itu di sistem vesikulernya maupun di jantung sebenarnya identik. Pada dasarnya terbentuk oleh 3 lapisan. Pada sistem vesikuler, 3 lapisan itu adalah tunika intima (bagian dalam), tunika media (bagian tengah), dan tunika adventitia (bagian luar). Sedangkan di jantung, 3 lapisan itu adalah endokardium (bagian dalam), miokardium (bagian tengah), dan epikardium (bagian luar). Karena di vesikuler dan jantung itu identik, kita bisa ambil kesimpulan. Misalkan di jantung ada lapisan miokardium yang tersusun oleh otot (mio). Berarti di tunika media pada vesikuler juga tersusun oleh otot polos juga. KAPILER Dengan mikroskop electron, kapiler dibedakan menjadi 2 yaitu tipe continue dan tipe fenestrated. Kapiler tipe kontinu adalah kapiler yang dinding dan membrane basalnya utuh. Kapiler ini terdapat pada sebagian

Dinda Putri / 1102010081 3 HIPERTENSI besar jaringan tubuh. Sedangkan tipe fenestrated adalah kapiler yang tidak utuh karena terdapat lubang/jendela ataupun berupa pori-pori. Kapiler itu sendiri adalah pembuluh darah yang paling kecil. Jadi dindingnya paling sederhana jika dibandingkan pembuluh darah yang lain, yaitu hanya terbentuk oleh 1 lapis sel endotel. Diameternya hanya 7 9 mikron. Tapi walaupun diameternya hanya kecil masih bisa dilewati oleh sel darah merah. Soalnya sel darah merah kan diameternya cuma 8 mikron. Kapiler-kapiler darah ini akan membentuk anyaman-anyaman yang menghubungkan arteri dengan vena. Anyaman-anyaman dari kapiler ini ternyata erpengaruh terhadap metabolism suatu organ. Organ dengan anyaman kapiler padat akan mempunyai metabolism yang lebih tinggi. Contohnya paru, hati, ginjal, membrana mukosa, kelenjar, otot rangka, dan substansi grisea otak. Sedangkan organ dengan anyaman kapiler dikit/ longgar akan memiliki metabolism yang lebih rendah. Contohnya tendo, saraf, otot polos, dan membrane serosa. SINUSOID Sinusoid adalah pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler yaitu dengan diameter 30 40 m. Ciri khas dari sinusoid yaitu lumennya tidak teratur sehingga pada gambarannya nanti akan terlihat berkelok-kelok. Sinusoid dibedakan jadi 2 macam yaitu fenestrated sinusoid dan discontinue sinusoid. Tipe fenestrated memiliki endotel tipis dengan pori-pori yang tertutup diafragma tipis. Tipe ini terdapat di lobus anterior hipofisis, cortex adrenal, pulau langerhans pancreas. Sedangkan tipe discontinue memiliki membrane basalis yang tidak utuh. Tipe ini terdapat pada hepar. Secara ilustrasi, gambaran dari kecil ke besar seperti ini. Kapiler < sinusoid < arteriol prekapiler < arteriol < arteri kecil. Soalnya makin dekat dengan jantung (arteri) tunika medianya makin tebal akibat banyaknya otot polos. Jadi gambarannya terlihat lebih besar dibandingkan kapiler. ARTERI Arteri dibedakan berdasarkan ukurannya menjadi arteri kecil, sedang, dan besar. Dilihat dari dalam, susunannya: sel endotel subendotel membrane elastic interna tunika media membrane elastic eksterna tunia adventitia. Endotel, subendotel, dan membrane elastic interna terdapat pada tunika intima. Pada tunika adventitia dapat dijumpai adanya vaso vasorum yaitu pembuluh darahnya pembuluh darah. Pembuluh darah bertugas memberi nutrisi ke organ. Vaso vasorum yang bertugas memberi nutrisi pada pembuluh darah. 1) Arteri kecil (arteriol) Subendotelnya ada; Membrane elastic interna mulai terlihat pada arteri dengan diameter di atas 40 mikro. Tunika media 1 5 lapis otot polos. Membrana elastic eksterna tidak jelas. Fungsinya mendistribusikan darah ke anyaman kapiler. Arteriol mengalirkan darah ke kapiler kecil juga. Arteri jenis ini terdapat di sebagian besar tubuh.

2)

Arteri Sedang

Subendotel-nya justru tidak ada. Membran elastic interna terlihat sangat jelas. Tunika media terdiri dari 40 lapisan otot polos. Membran elastic eksterna-nya juga terlihat jelas dan berlubang-lubang. Ini ciri khas juga (satu-satunya arteri yang membrane basal eksternanya keliatan jelas dan berpori). Fungsinya untuk mendistribusikan darah ke organ. Contohnya arteri yang baru percabangan awal seperti arteri radialis dkk. 3) Arteri besar Subendotelnya ada dan tampak sel Langhans. Membran elastic internanya bercabang lebih dari 2. Karena tidak jelas jadinya sukar dilihat. Tunika media-nya ada lapisan seraut elastis. Membran elastic eksterna-nya juga tidak jelas. Karena ini arteri besar jadi fungsinya adalah menghubungkan jantung dengan distributing arteri alias si arteri sedang tadi. Contoh arteri besar yaitu arteri vertebralis. VENA Sama juga dengan si arteri yaitu ada tunika intima, media, dan adventitia. Susunan juga sama. Berdasarkan ukurannya juga sama dibedakan jadi kecil, sedang, besar. Cuma karena di vena ada katub-katub, maka di bagian tunika intima ditambah bangunan berupa katub. a. Vena kecil (venular) Sub endotel tidak ada. Membran elastic interna tidak ada. Gampangannya di vena kecil tunika intima-nya ga ada. Katup ada. Tunika media berupa otot polos sirkuler. Membran elastic eksterna tidak jelas. (Untuk vena semua membrane elastic eksterna tidak jelas semua) Contohnya hampir di seluruh tubuh. b. Vena sedang Sub endotel ada. Membran elastic interna juga ada. Katub ada. Tunika media juga otot polos sirkuler. Membran elastic eksterna juga tidak jelas. Contohnya: vena cephalica, vena mediana cubiti. c. Vena besar Sub endotelnya ada. Membran eslatic internya-nya sukar diidentifikasi. (bisa dijadikan patokan. Ada subendotel tapi interna-nya susah. Pada vena kecil kan sama-sama tidak ada, tetapi pada vena sedang justru sama-sama ada). Katub tidak jelas. (vena yang tidak jelas katubnya adalah vena besar). Tunika media berupa jaringan pengikat longgar tipis. Beda dengan vena kecil dan sedang yang terdiri dari otot polos sirkuler. Membran elastic eksterna juga tidak jelas. Contohnya vena jugularis eksterna dextra, vena subclavia sinistra. Perbedaan Arteri dan Vena Arteri Tunika media tebal karena banyak otot polos sirkuler. Vaso vasorum hanya ada di tunika adventitia. Pada preparat penampakan tampak bulat. Vena Yang tebal bukan tunika media, tapi tunika adventitia. Ada katup. Pada arteri tidak ada. Vasa vasorum tidak hanya ada di tunika adventitia, tapi bisa sampai tunika media. Penampakan pada preparat colaps.

Pembuluh Limfe

Dinda Putri / 1102010081 5 HIPERTENSI Sistem aliran getah bening memiliki fungsi untuk mengumpulkan cairan limfe dari ruang-ruang jaringan dan mengembalikan ke darah. Arus aliran limfe ini searah dengan kapiler-kapiler berujung buntu menuju ke pembuluh limfe yg lebih besar, duktus thorasicus, duktus limphaticus dexter. Cairan limfe dicurahkan ke peralihan v. Subclavia sinistra dan v. Julgularis interna dextra. Kapiler limfe terdapat hampir pada semua jaringan dan organ tubuh, kecuali pada SSP, sumsum tulang, bagian dalam telinga, dan lapisan pelindung luar bola mata. JANTUNG Bangunan-bangunan penting pada jantung yang harus diketahui: a. b. c. d. e. Dinding jantung: endokardium, miokardium, epikardium. Rangka jantung: trigonum fibrosum, annulus fibrosum, septum membranaceum Katub jantung: valvula atrioventricularis, valvula semilunaris. Muskulus papilaris Chorda tendinae

1.

Endokardium Berupa lapisan tipis mengkilat di seluruh permukaan dalam jantung (identik dengan tunika intima). Bangunan dalam endokardium antara lain: Muskuli papilaris, Korda tendinea, Katup-katup. Pada muskuli papilaris dan corda tendinea tidak didapatkan adanya sel endotel. Karena musculi papillaris dan corda tendinea itu sendiri merupakan modifikasi dari sel otot polos. Struktur histologis endokardium dibedakan lagi jadi 3 lapisan yaitu lapisan dalam, tengah (elastomuskuler), dan subendokardium. Lapisan dalam terdiri dari endotel dan subendotel. Endotel berbentuk oval/polygonal dengan inti yang berbentuk bulat/oval. Subendotel-nya tipis. Terdiri dari serabut kolagen, serabut elastic, dan fibroblast. Pada subendotel ini mulai tampak juga serabut-serabut purkinje. Serabut purkinje adalah serabut modifikasi dari otot jantung yang punya sifat seperti sel saraf. Pada serabut purkinje miofibrilnya terdorong ke tepi. Jadi pada gambarannya akan terlihat inti yang berada di tengah. Lapisan tengah (lapisan elastomuskuler) merupakan jaringan yang paling tebal. Jaringan ini terdiri dari jaringan pengikat padat, serabut elastis, dan otot polos. Elastomuskuler berarti ada serabut elastic dan muskulus (otot polos). Lapisan terluar adalah lapisan subendokaridum. Jika di lapisan sebelumnya tersusun jaringan pengikat padat, di sini disusun oleh jaringan pengikat longgar. Jaringan pengikat longgar ini menghubungan endokardium dengan miokardium, lebih tepatnya bagian endomesium dari miokardium.

2.

Miokardium miokardium tersusun oleh otot-otot jantung. Di sini ada jaringan pengikat interstisiil terutama yaitu serabut retikuler. Ada bangunan annulus fibrosus. Annulus fibrosus ibarat cincin yang mengelilingi osteum atrioventricularis, sehingga memisahkan otot atrium dengan otot ventrikel. Annulus fibrosus ini tersusun oleh jaringan pengikat kolagen.

3.

Epikardium Epicardium merupakan lamina viceralis dari cavum peri cardii. Epicardium merupakan jaringan pengikat yang mengandung anyaman-anyaman dari serabut elastic, serabut kolagen, fibroblast, fixed makrofag vasa darah, dan vasa limfatika. Di bagian permukaan yang bebas, epicardium dilapisi oleh satu/ selapis sel mesothelium. Didalam pericardii ada liquor pericardii yang fungsinya mencegah gesekan agar tidak sakit. Pada keadaan normal volume liquor pericardii ini sekitar 50 cc. Jika keadaan patologi, liquor pericardii bisa bertambah jumlahnya, berisi darah, atau berisi udara.

FISIOLOGI SIRKULASI KARDIOVASKULER Faktor fisiologi yang mempengaruhi tekanan darah

Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup. Kedua, tekanan tidak boleh terlalu tinggi, sehinga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningkatkan risiko kerusakan pembuluh darah serta kemungkinan rupturnya pembuluh-pembuluh halus. Tingkat tekanan darah merupakan suatu sifat kompleks yang ditentukan oleh interaksi berbagai faktor genetik, lingkungan dan demografik yang mempengaruhi dua variabel hemodinamik: curah jantung dan resistensi perifer total. Total curah jantung dipengaruhi oleh volume darah, sementara volume darah sangat bergantung pada homeostasis natrium. Resistensi perifer total terutama ditentukan di tingkat arteriol dan bergantung pada efek pengaruh saraf dan hormon. Tonus vaskular normal mencerminkan keseimbangan antara pengaruh vasokonstriksi humoral (termasuk angiotensin II dan katekolamin) dan vasodilator (termasuk kinin, prostaglandin dan oksida nitrat). Pembuluh resistensi juga memperlihatkan autoregulasi; peningkatan aliran darah memicu vasokonstriksi agar tidak terjadi hiperperfusi jaringan. Faktor lokal lain seperti pH dan hipoksia, serta interaksi saraf (sistem adrenergik - dan -), mungkin penting. Ginjal berperan penting dalam pengendalian tekanan darah, sebagai berikut : Melalui sistem renin-angiotensin, ginjal mempengaruhi resistensi perifer dan homeostasis natrium. Renin yang dikeluarkan oleh sel jukstaglomerulus ginjal mengubah angiotensinogen plasma menjadi angiotensin I, yang kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin-converting enzyme (ACE). Angiotensin II meningkatkan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi perifer (efek langsung pada sel otot polos vaskular) dan volume darah (stimulasi sekresi aldosteron, peningkatan reabsorpsi natrium dalam tubulus distal). Ginjal juga menghasilkan berbagai zat vasodepresor atau antihipertensi (termasuk prostaglandin dan nitrat oksida) yang mungkin melawan efek vasopresor angiotensin.

Dinda Putri / 1102010081 7 HIPERTENSI Bila volume darah berkurang; laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate = GFR) turun sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi natrium oleh tubulus proksimal sehingga natrium ditahan dan volume darah meningkat. Faktor natriuretik yang tidak bergantung pada laju filtrasi glomerulus, termasuk peptida natriuretik atrium, disekresikan oleh atrium jantung sebagai respons terhadap ekspansi volume, menghambat reabsorpsi natrium di tubulus distal dan menyebabkan vasodilatasi. Bila fungsi ekskresi ginjal terganggu, mekanisme kompensasi yang membantu memulihkan keseimbangan elektrolit dan cairan adalah peningkatan tekanan arteri. http://doctoryamod.blog.uns.ac.id/2010/10/17/fisiologi-pengaturan-tekanan-darah/ Tekanan arteri rata-rata merupakan tenaga utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan tersebut harus dijaga karena jika terlalu lemah, aliran darah tidak akan adekuat ke organ dan jaringan. Sementara jika berlebih, jantung akan bekerja terlalu keras serta terjadi peningkatan resiko kerusakan vaskular maupun rupturnya pembuluh darah kecil. Tekanan ini ditentukan oleh dua faktor yaitu cardiac output dan resistensi perifer total (TPR). Karena tergantung dengan cardiac output dan derajat vasokonstriksi arteriol, jika arteriol dalam suatu organ berdilatasi, arteriol di organ lain harus berkonstriksi untuk tetap menjaga tekanan darah yang adekuat. Tekanan yang adekuat tersebut tidak hanya membantu darah untuk terbawa ke organ yang bervasodilatasi, tapi juga ke otak yang tergantung pada volume darah yang konstan. Oleh karena itu, walaupun organ-organ membutuhkan darah secara bervariasi, sistem kardiovaskular selalu menjaga supaya tekanan darah tetap konstan. Tekanan arteri rata-rata secara konstan dimonitor oleh baroreseptor di dalam sistem sirkulasi. Saat deviasi terdeteksi, respon refleks multiple akan terinisiasi untuk mengembalikan ke nilai normal. Penentuan jangka pendek yang terjadi dalam hitungan detik terjadi karena perubahan cardiac output dan resistensi perifer total yang dimediasi oleh sistem saraf otonom yang mempengaruhi jantung, vena dan arteriol. Jangka panjang, yang terjadi dalam hitungan menit sampai hari, melibatkan penentuan total volume darah dengan memulihkan garam normal dan keseimbangan air melalui mekanisme yang mengatur output urin dan rasa haus. Berikut adalah faktor-faktor fisiologis utama yang dapat mempengaruhi tekanan darah 1. Pengembalian darah melalui vena/jumlah darah yang kembali ke jantung melalui vena. Jika darah yang kembali menurun, otot jantung tidak akan terdistensi, kekuatan ventrikular pada fase sistolik akan menurun dan tekanan darah akan menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh perdarahan berat. Pada keadaan tidur atau berbaring dimana tubuh dalam keadaan posisi horizontal, pengembalian darah ke jantung melalui vena bisa dipertahankan dengan mudah. Tapi, ketika berdiri aliran darah vena kembali ke jantung mengalami tahanan lain, yaitu gravitasi. Tedapat tiga mekanisme membantu pengembalian darah melalui vena, yakni konstriksi vena, pompa otot rangka, dan pompa respirasi. Frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung. Secara umum, apabila frekuensi dan kekuatan kontraksi jantung meningkat, tekanan darah ikut meningkat. Inilah yang terjadi saat exercise. Akan tetapi, apabila jantung berdetak terlalu kencang, ventrikel tidak akan terisi sepenuhnya diantara detakan, sehingga curah jantung dan tekanan darah akan menurun. Resistensi perifer. Yaitu resisitensi dari pembuluh darah bagi aliran darah. Arteri dan vena biasanya sedikit terkonstriksi, sehingga tekanan darah diastol normal.

2.

3.

4.

Elastisitas arteri besar. Saat ventrikel kanan berkontraksi, darah yang memasuki arteri besar akan membuat dinding arteri berdistensi. Dinding arteri bersifat elastis dan dapat menyerap sebagain gaya yang dihasilkan aliran darah. Elastisitas ini menyebabkan tekanan diastol yang meningkat dan sistol yang menurun. Saat ventrikel kiri berelaksasi, dinding arteri juga akan kembali ke ukuran awal, sehingga tekanan diastol tetap berada di batas normal. Viskositas darah. Viskositas darah normal bergantung pada keberadaan sel darah merah dan protein plasma, terutama albumin. Kadar sel darah merah yang terlalu tinggi pada seseorang, sehingga menyebabkan peningkatan viskositas darah dan tekanan darah, sangatlah jarang, akan tetapi masih dapat terjadi pada kondisi polisitemia vena dan perokok berat. Kekurangan sel darah merah, seperti pada kondisi anemia, akan menyebabkan kondisi berbalik dari sebelumnya. Pada saat kekurangan, mekanisme penjaga tekanan darah seperti vasokonstriksi akan terjadi untuk mempertahankan tekanan darah normal. Kehilangan darah. Kehilangan darah dalam jumlah kecil, seperti saat donor darah, akan menyebabkan penurunan tekanan darah sementara, yang akan langsung dikompensasi dengan peningkatan tekanan darah dan peningkatan vasokonstriksi. Akan tetapi, setelah perdarahan berat, mekanisme kompensasi ini takkan cukup untuk mempertahankan tekanan darah normal dan aliran darah ke otak. Walaupun seseorang dapat selamat dari kehilangan 50% dari total darah tubuh, kemungkinan terjadinya cedera otak meningkat karena banyaknya darah yang hilang dan tidak dapat diganti segera. Hormon. Beberapa hormon memiliki efek terhadap tekanan darah. Contohnya, pada saat stress, medula kelenjar adrenal akan menyekresikan norepinefrin dan epinefrin, yang keduanya akan menyebabkan vasokonstriksi sehingga meningkatkan tekanan darah. Selain dari vasokonstriksi, epinefrin juga berfungsi meningkatkan heart rate dan gaya kontraksi. Hormon lain yang berperan adalah ADH yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis posterior saat tubuh mengalami kekurangan cairan. ADH akan meningkatkan reabsorpsi cairan pada ginjal sehingga tekanan darah tidak akan semakin turun. Hormon lain, aldosteron, memiliki efek serupa pada ginjal, dimana aldosteron akan mempromosikan reabsorpsi Na+, lalu air akan mengikuti ion Na+ ke darah. http://www.medicinesia.com/harian/tekanan-darah/

5.

6.

7.

HIPERTENSI Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smith Tom, 1995). Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg (Kodim Nasrin, 2003). Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan sistolik (Smith Tom, 1995). Klasifikasi Dan Etiologi Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu: (Lany Gunawan, 2001) 1. 2. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh

Dinda Putri / 1102010081 9 HIPERTENSI hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi primer, yaitu: a. Faktor keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi b. Ciri perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih) c. Kebiasaan hidup Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum obat-obatan (ephedrine, prednison, epineprin). Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder: 1.
o o o o o o o

Penyakit Ginjal Stenosis arteri renalis Pielonefritis Glomerulonefritis Tumor-tumor ginjal Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan) Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal) Terapi penyinaran yang mengenai ginjal Kelainan Hormonal Hiperaldosteronisme Sindroma Cushing Feokromositoma Obat-obatan Pil KB Kortikosteroid Siklosporin Eritropoietin Kokain Penyalahgunaan alkohol Kayu manis (dalam jumlah sangat besar) Penyebab Lainnya

2.
o o o

3.
o o o o o o o

4.

o o o o

Koartasio aorta Preeklamsi pada kehamilan Porfiria intermiten akut Keracunan timbal akut. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial. Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

Gejala klinis

10

Dinda Putri / 1102010081 11 HIPERTENSI

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Smeltzer, Bore, 2002). Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa:

Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial, Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi, Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Novianti, 2006). Pemeriksaan Fisik Pengukuran tekanan darah yang akurat adalah kunci diagnosis. Hasil pengukuran tekanan darah yang tinggi. Jika pada pengukuran pertama memberikan hasil yang tinggi, maka tekanan darah diukur kembali dan kemudian diukur sebanyak dua kali pada dua hari berikutnya untuk meyakinkan adanya hipertensi. Hasil pengukuran bukan hanya menentukan adanya tekanan darah tinggi, tetapi juga digunakan untuk menggolongkan beratnya hipertensi. Pasien harus beristirahat tenang setidaknya selama 5 menit sebelum pengukuran. Tekanan darah harus diukur dalam posisi terlentang dan duduk, dengan auskultasi menggunakan bel stetoskop. Evaluasi funduskopi mata harus dilakukan untuk mendeteksi retinopati hipertensi dini atau lambat, kronis atau akut. Palpasi semua nadi perifer, jika tidak ada, lemah, atau naadi femoralis terlambat menunjukkan koartasio aorta atau penyakit pembuluh darah perifer berat. Dengarkan auskultasi arteri renalis di atas abdomen bagian atas, kehadiran bruit pada kedua komponen sistolik dan diastolik menunjukkan stenosis arteri renalis. Pemeriksaan jantung secara hati-hati dilakukan untuk mengevaluasi tanda-tanda LVH. Menurut The Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok

normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2.

Pemeriksaan Penunjang Jika tidak terdapat dugaan penyebab sekunder untuk hipertensi, hanya harus dilakukan penelitian laboratorium rutin sebagai berikut: Complete blood count (CBC), serum electrolytes, serum creatinine, serum glucose, uric acid, dan urinalysis Lipid profile (total cholesterol, low-density lipoprotein [LDL], high-density lipoprotein [HDL], dan triglycerides) Urin analisis dan beberapa tes darah (misalnya elektrolit dan zat buangan) untuk menyingkirkan adanya gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan gula darah dan profil lemak lengkap termasuk kadar kolesterol dan trigliseride juga disarankan dilakukan. Tes darah lainnya seperti fungsi tiroid dan jumlah sel darah putih, termasuk kalsium dan kadar fosfat. Elektrokardiogram (EKG) yang dapat mengukur aktivitas listrik jantung. Dengan menganalisa hasil EKG, dokter dapat mendeteksi adanya gangguan jantung yang dapat berhubungan dengan hipertensi ( misalnya hipertrofi bilik jantung kiri) yang dapat terjadi sebagai akibat proses yang sudah berlangsung lama, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Pemeriksaan doppler juga mendeteksi kelainan relaksasi jantung (disfungsi diastolik) sebagai komplikasi dari hipertensi. Ekokardiogram, menggunakan gelombang suara ultra untuk visualisasi struktur dan fungsi jantung. Tes ini juga dipakai untuk mendeteksi gangguan jantung lainnya seperti hipertrofi bilik jantung kiri. Pemeriksaan foto rontgen dada untuk menyingkirkan pembesaran jantung. Tatalaksana TERAPI NON FARMAKOLOGI Dengan melakukan modifikasi gaya hidup, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. Mengurangi berat badan jika terjadi kelebihan berat badan. Melakukan diet makanan yang diadopsi dari DASH ( Dietary Approaches to Stop Hipertension). Mengurangi asupan natrium sampai 2,4 g/hari (6 g/hari NaCl) Melakukan aktivitas fisik, seperti aerobik atau berolahraga secara teratur. Mengurangi konsumsi alkohol. Menghentikan kebiasaan merokok.

12

Dinda Putri / 1102010081 13 HIPERTENSI TERAPI FARMAKOLOGI Ada sembilan kelas obat anti hipertensi. Lima diantaranya merupakan agen primer (pilihan pertama), yaitu Diuretik, blocker, ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), ARB (Angiotensin Reseptor II Blocker), dan CCB (Calcium Channel Blocker). Sedangkan 4 lainnya merupakan alternatif yang dapat digunakan setelah penderita mendapatkan obat pilihan pertama, yaitu blocker, agonis -2 sentral, inhibitor adrenergik, dan vasodilator. Pemilihan obat pada terapi hipertensi tergantung pada derajat peningkatan tekanan darah dan ada tidaknya komplikasi. 1. Diuretik Bekerja dengan cara menyebabkan diuresis, meningkatkan ekskresi Na, Cl, dan air sehingga volume plasma berkurang dan terjadi penurunan curah jantung ( cardiac output) yang pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan darah. Obat-obatan diuretik diberikan pada pagi hari untuk single dose, atau pada pagi dan sore hari untuk 2 kali pemberian. Hal ini untuk mencegah terjadinya nokturia diuresis. Ada 4 kelompok diuretik, yaitu 1. 2. 3. 4. Diuretik Tiazid : HCT (hidroklorotiazid), Klortalidon, Indapamid, dan Metolazone. Loop diuretik : Furosemide, Bumetanide, dan Torsemide. Diuretik hemat kalium : Amilorid, Triamteren. Dapat menyebabkan hiperkalemia, terutama pada pasien penyakit ginjal kronik, diabetes dan terapi kombinasi dengan ACEI, ARB, AINS, atau suplemen kalium. Antagonis Aldosteron, juga termasuk diuretik hemat kalium : Spironolakton, Eplerenone. Spironolakton dapat menyebabkan ginekomastia pada 10% pasien. 2. blocker Mekanisme kerjanya tidak diketahui tetapi dapat melibatkan menurunnya curah jantung melalui kronotropik negatif dan efek inotropik jantung dan inhibisi pelepasan renin dari ginjal.

blocker dibedakan menjadi 4 kelompok berdasarkan sifatnya, yaitu 1. Betaxolol. 2. 3. 4. Nonselektif, bekerja pada reseptor 1 dan 2 : Nadolol, Propanolol, Timolol, dan Sotalol. Tidak boleh digunakan pada pasien asma atau bronkhitis. Memiliki Aktivitas Simpatomimetik Intrinsik: Acebutolol, Carteolol, Penbutolol, dan Pindolol. Campuran dan blocker : Karvedilol, Labetolol. Efek samping blokade reseptor pada miokardium adalah bradikardi, ketidaknormalan konduksi atrioventrikular (AV), dan gagal jantung akut. Penghentian blocker secara cepat dapat menyebabkan angina tidak stabil, infark miokard, dan bahkan kematian pada pasien-pasien dengan resiko tinggi penyakit koroner.Karena itu dosis harus diturunkan perlahan-lahan selama 1-2 minggu sebelum penghentian. 3. ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor) Kardioselektif, bekerja selektif pada reseptor 1 di jantung: Atenolol, Bisoprolol, Metoprolol, dan

ACEI menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II, dimana angiotensin II adalah vasokronstrikstor poten yang juga merangsang sekresi aldosteron. ACEI juga memblok degradasi bradikinin dan merangsang sintesa zat-zat yang menyebabkan vasodilatasi, termasuk prostaglandin E 2 dan prostasiklin. Yang termasuk dalam kelompok ACEI adalah: Kaptopril, Benazepril, Delapril, Enalapril, Fosinopril, Lisinopril, Perindopril, Kuainapril, Ramipril, dan Ilazapril. Penggunaan kaptopril sebaiknya pada saat perut kosong, karena absorbsinya dapat berkurang 30-40% jika diberikan bersama makanan. Efek samping pada penggunaan ACEI yaitu :batuk kering (pada 20% pasien), hiperkalemia (monitoring), neutropenia, agranulosit, glomerulonefritis, proteinuria, dan gangguan fungsi ginjal. ACEI dikontaindikasikan pada wanita hamil dan pasien dengan riwayat angioedema. 4. ARB (Angiotensin Reseptor II Blocker) ARB menghambat secara langsung reseptor angiotensin II tipe 1 (ATI) yang memediasi efek angiotensin II yang sudah diketahui pada manusia: vasokonstriksi, pelepasan aldosteron, aktivasi simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik dan kontriksi arteriol dari glomerulus. ARB tidak memblok reseptor angiotensin II tipe 2 (AT2). Jadi efek yang menguntungkan dari stimulus AT2 (seperti vasodilatasi, perbaikan jaringan dan penghambatan pertumbuhan sel) tetap utuh dengan menggunakan ARB. Yang termasuk kelompok ARB adalah: Kandesartan, Eprosartan, Irbesartan, Losartan, Olmesartan, Telmisartan, dan Valsartan. Efek sampingnnya adalah insufisiensi ginjal, hiperkalemia, dan hipotensi ortostatik. ARB tidak menyebabkan batuk seperti ACEI, karena tidak mencegah pemecahan bradikinin. Tidak boleh digunakan pada wanita hamil. 5. CCB (Calcium Channel Blocker) CCB bekerja dengan menghambat influx kalsium sepanjang membran sel. Ada dua tipe kanal kalsium: high voltage channel (tipe L) dan low voltage channel (tipe T). CCB yang ada hanya menghambat kanal tipe L, yang menyebabkan vasodilatasi koroner dan perifer.

Ada dua subkelas CCB, yaitu: 1. Dihidropiridin: Amlopidin, Felopidin, Isradipin, Lekardipin, Nicardipin, Nifedipin, dan Nisolpidin. Efek samping dari dihidropiridin adalah pusing, flushing, sakit kepala, hiperplasia gusi, edema perifer, perubahan mood, dan gangguan gastrointestinal. Nifedipin dapat meningkatkan resiko kardiovaskular. 2. Non dihidropiridin: Diltiazem dan Verapamil. Menurunkan denyut jantung dan memperlambat konduksi nodal atriventrikular. Efek sampingnya adalah anorexia, nausea, edema perifer, dan hipotensi. Verapamil menyebabkan konstipasi pada 7% pasien 6. blocker Yang termasuk blocker adalah Doxazosin, Prazosin, dan Terazosin. Bekerja pada pembuluh darah perifer dan menghambat pengambilan katekolamin pada sel otot halus, menyebabkan vasodilatasi dan menurunkan tekanan darah.

14

Dinda Putri / 1102010081 15 HIPERTENSI Efek samping berat yang mungkin terjadi adalah fenomena dosis pertama yang ditandai dengan pusing sementara atau pingsan, palpitasi, dan bahkan sinkope 1-3 jam setelah dosis pertama. Untuk mengatasinya, dilakukan pemberian dosis awal dan peningkatan dosis saat mau tidur. Hipotensi ortostatik dan pusing dapat berlanjut dengan pemberian terus-menerus. blocker melewati sawar darah-otak dan dapat menyebabkan efek samping pada CNS seperti kehilangan tanaga, letih, dan depresi. Penggunaan dosis tinggi atau penggunaan kronik dosis rendah dapat meretensi air dan natrium, sehingga lebih efektif jika digunakan bersama diuretik. Penggunaannya harus hati-hati pada pasien lansia. 7. Agonis -2 sentral Klonidin dan Metildopa menurunkan tekanan darah terutama dengan merangsang reseptor adrenergik di otak. Perangsangan ini menurunkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor di otak dan meningkatkan tonus vagal. Penurunan aktivitas simpatetik, bersamaan dengan meningkatnya aktivitas parasimpatetik, dapat menurunkan denyut jantung, cardiac output, total peripheral resistance, aktivitas plasma rennin, dan reflex baroreseptor. Efek sampingnya adalah sedasi dan mulut kering. Penggunaan kronis dapat menyebabkan retensi natrium. Penghentian agonis -2 sentral secara tiba-tiba dapat menyebabkan rebound hypertension. Efek ini diduga disebabkan oleh meningkatnya pelepasan norepinefrin sewaktu klonidin diberhentikan tiba-tiba. 8. Inhibitor adrenergik Reserpin menurunkan tekanan darah dengan mengosongkan norepinefrin dari ujung saraf simpatetik dan memblok perjalanan norepinefrin ke granul penyimpanannya. Reserpin juga mengosongkan katekolamin dari otak dan miokardium, mengakibatkan sedasi, depresi, dan berkurangnya curah jantung. Efek sampingnya adalah depresi (pada dosis > 0,25 mg/hari), hidung tersumbat, meningkatnya sekresi asam lambung, diare, dan bradikardi. Dapat menyebabkan resistensi natrium yang signifikan sehingga harus dikombinasi dengan diuretik tiazid. 9. Vasodilator Efek antihipertensi dari hidralazin dan minoksidil disebabkan oleh relaksasi langsung otot polos arteriolar tetapi tidak menyebabkan vasodilatasi ke pembuluh darah vena. Kedua obat juga menyebabkan penurunan tekanan perfusi yang kuat yang mengaktifkan refleks baroreseptor. Pengaktifan dari baroreseptor menyebabkan meningkatnya aliran simpatetik, sehingga meningkatkan denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan renin. Akibatnya terjadi takifilaksis, efek hipotensi akan hilang dengan pemakaian seterusnya. Efek ini dapat diatasi dengan penggunaan bersama blocker atau diuretik Ada sembilan kelas obat anti hipertensi. Lima diantaranya merupakan agen primer (pilihan pertama), yaitu Diuretik, blocker, ACEI (Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor), ARB (Angiotensin Reseptor II Blocker), dan CCB (Calcium Channel Blocker). Sedangkan 4 lainnya merupakan alternatif yang dapat digunakan setelah penderita mendapatkan obat pilihan pertama, yaitu blocker, agonis -2 sentral, inhibitor adrenergik, dan vasodilator. Pemilihan obat pada terapi hipertensi tergantung pada derajat peningkatan tekanan darah dan ada tidaknya komplikasi.

Prognosis Hipertensi dapat dikendalikan dengan baik dengan pengobatan yang tepat. Terapi dengankombinasi perubahan gaya hidup dan obat-obatan antihipertensi biasanya dapat menjaga tekanan darah pada tingkat yang tidak akan menyebabkan kerusakan pada jantung atau organ lain. Kunci untuk menghindari komplikasi serius dari hipertensi adalah untuk mendeteksi dan mengobati sebelum kerusakan terjadi. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan darah tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung (Heart attack). Tekanan darah tinggi tidak memberikan peringatan atau gejala. Jika tidak dikontrol, dapat menyebabkan penyakit jantung dan ginjal, stroke, dan kebutaan. Usia, ras, jenis kelamin, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, hiperkolesterole-mia, intoleransi glukosa dan berat badan, semuanya mempengaruhi prognosis dari penyakit hipertensi esensial pada lansia. Semakin muda seseorang terdiagnosis hipertensi pertama kali, maka semakin buruk perjalanan penyakitnya apalagi bila tidak ditangani (Fauci AS et al, 1998). Faktor Resiko yang Mempengaruhi Prognosis Hipertensi Perokok Obesitas (indeks massa tubuh > 30) Kurang aktivitas Dislipidemia Diabetes mellitus Mikroalbuminuria atau GFR < 60 mL/menit Usia (>55 tahun untuk pria; >65 tahun

untuk wanita) Riwayat keluarga mengidap penyakit kardiovaskular premature (pria <55 tahun atau wanita 65 tahun) Kerusakan Target Organ Jantung Hipertrofi ventrikel kiri Angina atau myocard infark Gagal jantung

16

Dinda Putri / 1102010081 17 HIPERTENSI Stroke atau TIA Penyakit ginjal kronik Penyakit arteri perifer Retinopati

Pencegahan Pencegahan Primer Hipertensi: Tidur yang cukup, antara 6-8 jam per hari Kurangi makanan berkolesterol tinggi dan perbanyak perbanyak aktifitas fisik untuk mengurangi berat badan. Berdasarkan penelitian oleh Clinical and Public Health Advisory from the National High Blood Pressure Education Program Amerika Serikat bahwapenurunan berat badan sebesar 4,4 kg dapat menurunkan tekanan darahsampai dengan 7.0 mmHg dan aerobik selama 30 menit setiap hari bisa menurunkan tekanan darah sampai 4.05 mmHg. Kurangi konsumsi alkohol. Konsumsi Minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan konsumsiminyak ikan yang mengandung Asam Lemak (omega-3) dapatmenurunkan tekanan darah secara signifikan terutama bagi merekayang menderita diabetes. Suplai kalsium, meskipun hanya menurunkan sedikit tekanan darahtapi kalsium juga cukup membantu. Promosi kesehatan meliputi kegiatan dasar gaya hidup sehat: gizi yang baik dan kebersihan, olahraga dan istirahat, dan menghindari risikokesehatan dan lingkungan. Membuat perubahan lingkungan, seperti meningkatkan keselamatan dan kemurnian makanan dan air dan memberikan imunisasi Pencegahan Sekunder Hipertensi 6 Langkah Langkah 1: Pola Makan Sehat Buah-buahan Dengan mengonsumsi buah dan sayur segar secara teratur dapat menurunkan risiko kematian akibat hipertensi, stroke dan penyakit jantung koroner, menurunkan tekanan darah, dan mencegah kanker. Buah dan sayur mengandung zat kimia tanaman (phytochemical) yang penting, seperti flavonoids, sterol, dan phenol. Flavonoids,yang terdapat dalam anggur merah dan apel dapat mengurangi bahaya kolesterol dan mencegah penggumpalan darah. Buah jenis berry bersifat antioksidan; buah yang berwarna gelap juga banyak mengandung serat (Marzukli, 2004) Selain itu buah pisang juga bagus untuk mengatasi hipertensi. Secara umum kandungan gizi yang terkandung dalam buah pisang matang adalah: kalori 99 kalori, protein 1,2 gram, lemak 0,2 gram, karbohidrat 25,8 mg, serat1,7 gram, kalsium 8 gram, fosfor 28 mg, besi 0,5 mg serta vitamin A 44 RE, Vitamin B 0,08 mg, vitamin C 3 mg dan air 72 gram. (Didinkaem,2007) Sayur Sebagaimana buah-buahan, sayur juga banyak mengandung vitamindan phytochemical serta serat. Sayur yang

dapat digunakan untuk pencegahan hipertensi ini seperti seledri, bawang dan sayur hijaulainnya. Bawang putih misalnya mampu menurunkan tekanan darah tinggi serta menurunkan kolesterol, berkat adanya senyawa yang disebut ajone, yaitu senyawa yang selain penurun hipertensi jugasebagai pemcegah pengumpalan darah. Serat Makanan yang banyak mengandung serat sangat penting untuk keseimbangan kolesterol. Serat terdapat dalam tumbuhan, terutama pada sayur, buah, padi-padian, kacang-kacangan, dan biji-bijian.Selain itu juga dapat mengangkut asam empedu, dapat mengatur kadar gula darah, dan menurunkan tekanan darah (Marzukli, 2004). Karbohidrat jenis kompleks Karbohidrat jenis kompleks seperti nasi, pasta, kentang, roti lebih aman bagi penderita hipertensi daripada karbohidrat sederhana seperti gula, manisan atau soda. Hal ini dikarenakan gula sederhana lebih mudah meningkatkan kadar gula darah dan ini berimplikasi kepada terjadinya hipertensi (Marzukli, 2004). Vitamin dan mineral penting untuk menyeimbangkanproses fisiologi tubuh kita, juga menyeimbangkan tekanan darah. Teh Antioksidan yang efektif, juga dapat mengurangi resiko hipertensi ataupun stroke. Pengkonsumsian teh secara teratur dan seimbang dapat menjaga pola hidup sehat. Ada beberapa makanan yang harus dihindari atau dibatasi, antara lain: Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal,paru-paru, minyak kelapa, gajih, dll) Makanan yang diolah menggunakan garam natrium, misalnya biscuit, cracer, keripik dan makanan kering yang asin. Makanan atau minuman kaleng, contohnya adalah sarden, sosis, korned, soft drink dll. Karena umumnya mengandung pengawet yang tidak baik bagi kesehatan. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan, ikan asin, telur asin,selai kacang, pindang, dll) Susu full cream, mentega, margarin, keju mayonise, serta sumber protein hewani yang mengandung banyak kolesterol, seperti daging merah (baik sapi apalagi kambing), kuning telur, dan kulit ayam. Penyedap makanan. Alkohol serta makanan yang mengandung alkohol Untuk pengaturan pola makanan sehari-hari bagi penderita hipertensi yaitu dengan selalu menggunakan garam beryodium dan penggunaan garam jangan sampai lebih dari 1 sendok perhari. Meningkatkan pasokan kalium 94,5 gram atau 120-175mEq/hari) dapat memberikan efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu untuk mengganti kehilangan kalium. Kecukupan kalsium juga harus dipantau untuk mencegah atau mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapatmemenuhi kebutuhan kalsium (Anie kurniawan, 2002). Langkah 2: Mengurangi Garam dan Natrium di Diet Anda

18

Dinda Putri / 1102010081 19 HIPERTENSI Kunci untuk makan sehat adalah memilih makanan rendah garam dan mengkonsumsi natrium. Rekomendasi saat ini adalah untuk mengkonsumsi kurang dari 2,4 gram (2.400 miligram) natrium hari. Itu sama dengan 6 gram (sekitar 1 sendok teh) garam meja sehari. 6 gram termasuk garam SEMUA dan natrium dikonsumsi, termasuk yang digunakan dalam memasak dan di meja. Untuk seseorang dengan tekanan darah tinggi, dokter mungkin menyarankan makan kurang garam dan sodium, karena penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang yang mengkonsumsi diet 1.500 mg natrium memiliki tekanan darah lebih baik bahkan menurunkanmanfaat. Ini-sodium diet rendah juga dapat menjaga tekanan darah naik dan obat tekanan darah membantu bekerja lebih baik. Langkah 3: Memelihara Badan Sehat Menjadi gemuk meningkatkan risiko mengalami tekanan darah tinggi. Bahkan, tekanan darah meningkat seiring dengan meningkatnya berat badan. Salah satu cara untuk menghindari darah tinggi adalah menjaga berattubuh ideal, maka lakukan hal-hal berikut: Jalan kaki = Rutin melakukan jalan cepat ternyata efektif untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi hingga 8 mmhg Konsumsi makanan berpotasium = sumber potasium terbaik antara lain kentang, tomat, orange juice, pisang, kacang-kacangan, belewah, melon, serta buah yang dikeringkan, seperti kismis. Konsumsi potasium minimal 2000 - 4000 mg per hari. Langkah 4: Menjadi Secara Fisik Aktif Langkah 5: Membatasi Alkohol Intake Minum terlalu banyak alkohol dapat menaikkan tekanan darah. Hal ini juga dapat merusak hati, otak, dan jantung. Minuman beralkohol jugamengandung kalori, yang masalah jika Anda mencoba untuk menurunkanberat badan. Langkah 6: Berhenti Merokok Tujuan pencegahan sekunder adalah untuk mengidentifikasi danmendeteksi penyakit dalam tahap awal. Dengan deteksi dini dan diagnosis, dimungkinkan untuk menyembuhkan penyakit, memperlambat pengembangan perusahaan, mencegah atau meminimalkan komplikasi, dan membatasi kecacatan.

Komplikasi Komplikasi hipertensi bukanlah pembahasan yang singkat. Sebelum berbicara tentang komplikasi hipertensi, perlu diketahui bahwa tekanan yang berlebihan pada dinding pembuluh darah Anda yang disebabkan oleh tekanan darah tinggi dapat merusak pembuluh darah, serta organ dalam tubuh Anda. Semakin tinggi tekanan darah Anda dan semakin lama waktu berjalan tidak terkendali, semakin besar kerusakan yang ditimbulkan. Akibat komplikasi darah tinggi yang berkelanjutan sangatlah fatal karena ini akan berhubungan dengan kematian.

Komplikasi hipertensi karena tekanan darah tidak terkontrol Komplikasi hipertensi sangat erat kaitannya dengan riwayat tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol. Tekanan

darah tinggi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan:

1. Serangan jantung atau stroke. Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan arteri (aterosklerosis), yang dapat menyebabkan serangan jantung (penyakit jantung), stroke atau komplikasi lain. Serangan jantung dan stroke merupakan komplikasi hipertensi yang sangat umum ditemukan.

2. Aneurisma atau Aneurysm. Peningkatan tekanan darah dapat menyebabkan pembuluh darah melemah, membentuk suatu aneurisma. Jika aneurisma pecah, dapat mengancam jiwa. Komplikasi darah tinggi/hipertensi akibat aneurisma memerlukan perhatian gawat darurat yang khusus.

3. Gagal jantung. Untuk memompa darah terhadap tekanan tinggi dalam pembuluh, otot jantung perlu berkontraksi lebih sehingga otot akan menjadi kental. Otot kental memiliki kesulitan memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh, hal ini dapat menyebabkan komplikasi hipertensi yang berupa gagal jantung. 4. lemah dan menyempitnya pembuluh darah pada ginjal. Hal ini dapat mencegah dari organ-organ lain berfungsi normal. Untuk menentukan komplikasi hipertensi menyempitnya pembuluh darah memerlukan beberapa pemeriksaan penunjang yang dilakukan oleh dokter yang ahli dalam bidang Cardiovascular.

5. sindrom metabolik. Sindrom ini adalah sekelompok gangguan metabolisme tubuh termasuk lingkar pinggang meningkat, trigliserida tinggi, rendah high density lipoprotein (HDL), tekanan darah tinggi, dan tingkat insulin yang tinggi. Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi, Anda lebih mungkin memiliki komponen lain dari sindrom metabolik. Komponen-komponen yang Anda miliki, semakin memperbesar risiko diabetes, penyakit jantung atau stroke.

6. Masalah dengan memori atau pemahaman. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol juga dapat mempengaruhi kemampuan Anda untuk berpikir, mengingat dan belajar. Masalah dengan konsep memori atau pemahaman yang lebih umum pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi/hipertensi. 7. Angina. Ini dikenal sebagai jenis khusus dari nyeri dada. Bila Anda memiliki angina, Anda akan merasa nyeri di dada, lengan, bahu, atau punggung. Anda mungkin merasa sakit lebih saat jantung Anda bekerja lebih cepat, seperti ketika Anda berolahraga tetapi rasa sakit mungkin hilang waktu kita istirahat.

20

Dinda Putri / 1102010081 21 HIPERTENSI

Anda mungkin juga menyukai