Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR- FAKTOR PENENTU BAKAT

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Tes Inteligensi dan Bakat

Kelompok 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

: 1511411087 1511411105 1511411114 1511411119 1511409053 1550408094 1550407042

Alfiyan Eka Dwi Ningtyas Tutik Novi Triyani Veronica Novita Sari Putrica Budi P. Nugraheni Putri Utami Mahardika Purwaning W.

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Bakat merupakan kemampuan bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih (C. Semiawan, dkk dalam Jahja: 2011, 68). Pada dasarnya, manusia memiliki bakat pada suatu bidang tertentu dengan kualitas yang berbeda-beda. Bakat yang dimiliki oleh seseorang dalam bidang tertentu memungkinkannya mencapai prestasi pada bidang ini. Untuk itu diperlukan adanya latihan, pengetahuan, dorongan asosiasi dan moral (social and moral support) dari lingkungan terdekat. Bakat dibedakan ke dalam dua sifat yaitu bakat yang bersifat akademik dan bakat yang bersifat non-akademik. Bersifat akademik berhubungan dengan pelajaran dan bersifat non-akademik berhubungan dalam bidang sosial, seni, olahraga, serta kepemimpinan. Bakat yang merupakan salah satu wujud dari kemampuan manusia yang sangat menonjol dibandingkan dengan kemampuan-kemampuan lainnya, tentulah

perkembangannya akan dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal atau lingkungan (Fudyartanta, 2010: 8). Menurut Fudyartanta (2010: 8), di antara faktor internal adalah faktor kematangan fisik atau kedewasaan biologis, dan seterusnya peningkatan kualitas ketrampilan fisik. Kematangan juga terjadi dalam segi mental psikologisnya, artinya bahwa semakin orang itu dapat mencapai kematangan fisik dan mental, maka bakatnya juga akan mengalami perkembangan. Faktor lainnya yang juga mempengaruhi perkembangan bakat yaitu faktor eksternal. Faktor eksternal juga dapat disebut sebagai faktor lingkungan. Lingkungan yang baik, pendidikan yang baik, bisnis yang maju, akan menunjang perkembangan bakat yang ada pada individu yang bersangkutan. Karena manusia itu hidup pada lingkungan tertentu, maka kematangan dan lingkungan keduanya akan berperanan penting dalam perkembangan bakat manusia. Menurut Wibowo (1994: 136), lingkungan yang dapat mempengaruhi pengembangan bakat dapat berupa: 1. Lingkungan sosial, dimana proses pengembangan bakat melalui proses sosialisasi. Misalnya bagaimana kebudayaan tertentu membentuk tingkah laku tertentu. 2. Lingkungan edukasi, pengembangan bakat melalui proses pendidikan formal seperti bagaimana yang diadakan di sekolah. 3. Besarnya atau banyaknya latihan, pengembangan melalui proses training atau latihan pada keterampilan tertentu. 4. Hambatan-hambatan yang didapat atau ada dalam lingkungan, misalnya kemiskinan merangsang mental manusia.
2

5. Kemungkinan untuk mengekspresikan atau mengutarakan bakat, misalnya diberi les atau latihan yang cukup, apakah tersedia alat musik dan sebagainya.

Kuder dan Paulson (1983: 21) mengemukakan hal-hal yang mempengaruhi pertumbuhan bakat pada diri seseorang, yaitu: 1. Kematangan dan Kadar Perhatian Kematangan seseorang dan kadar perhatian yang lebih pada sesuatu bakat yang dimilikinya semakin menumbuhkan bakat yang dimiliki oleh seseorang tersebut. 2. Suasana Emosi Pujian dan dorongan akan mendorong seseorang untuk meneruskan bakat yang dimilikinya, sedangkan kekerasan dan kegagalan akan melemahkan bakat yang ada pada diri seseorang. 3. Pengaruh Anggota Keluarga Pembentukan bakat pada diri seseorang sangat dipengaruhi oleh bakat yang hidup dalam keluarga, dan oleh posisi dan sikap orang tua terhadap bakat individu. 4. Lingkungan Lingkungan yang baik akan mendorong bakat seseorang untuk tumbuh, sedangkan lingkungan yang tidak baik akan melemahkan bakat yang ada pada diri seseorang. 5. Pengaruh Kebudayaan Adat, kebiasaan, dan pandangan hidup yang dipengaruhi oleh pola kebudayaan umum yang menjadi ciri kelompok atau masyarakat tempat tinggal individu hidup.

Bakat merupakan potensi yang masih harus dikembangkan dengan kemampuan yang dapat dikembangkan. Oleh karena itu banyak faktor yang dapat mempengaruhi apakah bakat itu dapat berkembang sesuai dengan apa yang kita harapkan atau tidak. Ada beberapa teori yang membahas tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi bakat, yaitu :

Teori Nativisme Teori ini ini dikemukakan oleh Schopenhauer, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Misalnya : kalau orang tuanya ahli musik maka kemungkinan besar anaknya juga akan menjadi ahli musik, dll. Akan tetapi teori ini masih diragukan karena
3

mempertimbangkan apakah benar kemiripan bakat orang tua dengan anaknya itu sematamata hanya karena faktor keturunan dan tidak ada faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi, misalnya fasilitas-fasilitas di lingkungan, dll. Teori Empirisme Teori ini dikemukakan oleh John Locke yang terkenal dengan teori tabularasanya. Teori Empirisme, menyatakan bahwa perkembangan seorang individu semata-mata ditentukan oleh faktor lingkungan atau pengalaman-pengalaman yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Pengalaman di sini, termasuk di dalamnya pendidikan formal, interaksi dengan orang lain, keadaan alam atau obat-obatan / terapi. Adapun faktor-faktor, kondisi dan variabel-variabel dari lingkungan yang turut mempengaruhi perkembangan bakat, antara lain : 1. Lingkungan a) Keluarga b) Pendidikan c) Sosial 2. Kematangan (readiness) a) Struktur syaraf dan otot (motorik) b) Kemampuan kognisi (pengertian/pemahaman) c) Kemampuan Afeksi (emosi) 3. Variabel Psikologis a) Interest atau minat b) Motivasi c) Konsep diri Teori Konvergensi Teori ini dikemukakan oleh William Stern, yang menyatakan bahwa di dalam perkembangan individu baik faktor dasar atau pembawaan (nativus) maupun faktor lingkungan (empiris) sama-sama memainkan peranan penting. Dalam hal ini William Stern membuktikan teorinya melalui hasil penelitiannya terhadap anak-anak kembar di Hamburg. Dilihat dari genetika, anak-anak kembar tersebut memang memiliki sifat/karakter yang dapat dikatakan mirip satu sama lain, tetapi jika anak-anak kembar tersebut diasuh dalam lingkungan yang berbeda maka pengaruh lingkungan akan membuat mereka berbeda satu sama lain.

Tiap-tiap anak itu akan mempunyai bakat sendiri-sendiri, sebab setiap orang
4

memepunyai pembawaan sendiri-sendiri, mempunyai kodrat atau nativus sendirisendiri. Bakat seseorang dapat diukur dengan tes bakat. Tes bakat adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan potensial seseorang dalam suasana suatu jenis aktivitas dispesialisasikan dan dalam rentangan tertentu. Tes bakat adalah tes kemampuan khusus. Disebut juga tes individu, tes yang terpisah (separated test) karena bakat menunjukan keunggulan atau keistimewaan kemempuan khusus. Tes bakat berbeda dengan tes inteligensi umum, juga berbeda dengan tes hasil belajar. Walaupun tes hasil belejar juga dirancang untuk mengukur kualitas dan kuantitas belajar dalam mata pelajaran tertentu sesudah anak mengalami proses pengajaran dalam periode tertentu. Untuk mengetahui bakat seseorang maka perlu adanya pegangan mengenai ranah atau ruang lingkup kemampuan manusia sampai dimana. Untuk keperluan ini dapat kita pakai taksonomi B.S Bloom. Taksonomi asli adalah penggolongan di bidang biologi. Dalam penggolongan kemampuan manusia bloom memakai istilah ranah kemampuan jiwa manusia. Taksonomi yang telah diselesaikan oleh bloom adalah ranah kognitif (1956) dan ranah afektif ( 1964). Dan mengenai psikomotorik E.Simpson (1967 ) dan A. Harrow ( 1972 ) juga membuat bagan taksonomi Bloom. Dari Bloom: A. Ranah kognitif terbagi atas kemampuan-kemampuan : 1. Pengetahuan 2. Pemahaman atau komprehensif 3. Penerapan atau aplikasi 4. Analisis atau membagi-bagi 5. Sintesis atau menyusun kembali 6. Evaluasi atau penilaian B. Ranah afektif terbagi atas kemempuan-kemampuan : 1. Penerimaan atau resipensi 2. partisipasi atau keterlibatan 3. Penilaian atau bersikap 4. Organisasi 5. Pembentukan pola hidup Dari Simpson dan Harrow Ranah psikomotorik juga terbagi atas kemampuan-kemampuan: 1. Persepsi atau penginderaan
5

2. Kesiapan atau set 3. Gerakan terbimbing 4. Gerakan terbiasa 5. Penyesuaian pola gerakan 6. Kreativitas Bakat antar individu itu berbada-beda, misalnya bakat-bakat melukis, tari, memahat, teknik menulis (mengarang), juga berkembang mengikuti kemampuan masingmasing individu. Bakat itu tidak lain dari kemampuan manusia dalam hidupnya. Memang secara kronologis mungkin agak sukar untuk menentukan puncak bakat seseorang, tetapi dapat diduga puncak bakat itu dapat tercapai pada kedewasaan penuh, yakni masa produktif karyanya. Hanya saja perlu diingat, bahwa bakat yang berhubungan dengan kerja fisik, tentulah puncaknya tercapai pada usia tengah baya, pada menjelang tua. Sebab pada masa tua orang akan merasa menurun kemapuan fisiknya. Bakat-bakat ketrampila fisik, olahraga, menari, menyanyi, actor, akan banyak tercapai pada masa mudanya. Tetapi bakat intelektual dapat berkembang pada masamasa tua, misalnya ahli-ahli pemikir atau filosof, puncak-puncaknya kebanyakan pada masa tua, yakni makin luas dan mendalam wawasan pemikirannya.

Contoh kasus

Aelita Andre adalah seorang pelukis abstrak profesional. Kini usianya baru 5 tahun. Aelita Andre yang lahir pada 9 Januari 2007 ini mulai melukis ketika usianya 11 bulan. Ketika ia berusia dua tahun, Aelita Andre sudah menggelar pameran lukisan

pertamanya di Melbourne, Australia. Ia pun dilirik kritikus seni hingga ia dijuluki seniman lukisan abstrak profesional. Aelita bahkan menggelar pameran lukisan profesional bulan Juni 2012 ini di Kota New York, Amerika Serikat. Karyanya yang paling murah adalah USD 4 ribu (Rp 37 juta). Kini hasil goresannya dibanderol sekitar USD 5 ribu (Rp 46 juta) hingga USD 10 ribu (Rp 92 juta). Rekor tertinggi ia pecahkan dengan menjual lukisan stasiun luar angkasa Rusia dengan harga USD 24 ribu (Rp 222 juta). Aelita Andre adalah putri dari Nikka Kalashnikova (ibu keturunan Rusia) dan Michael Andre (ayah berkebangsaan Australia). Lukisan karya Aelita Andre pertama kali dilirik oleh Mark Jamieson, Direktur Brunswick Street Gallery. Jamieson tertarik dan memasukkan nama Aelita sebagai salah satu peserta pameran yang digelar di balai seni Melbourne Fitzroy. Ketika itu, Aelita masih berusia 22 bulan. Dua tahun yang lalu, orang tua Aelita Andre menunjukkan karya Aelita kepada Jamieson. Jamieson pun setuju untuk menggelar ekhibisi untuk Aelita. Namun, saat itu ia tidak mengetahui bahwa usia Aelita masih sangat muda. Sejak saat itu, Aelita membangun kariernya sebagai pelukis abstrak ekspresionisme. Ia pun sudah disetarakan dengan pelukis kenamaan semacam Jackson Pollock.

Menurut teori nativisme, bakat melukis Aelita diperoleh karena faktor gen. Ini disebabkan karena kedua orang tua Aelita juga merupakan seniman. Teori ini ini dikemukakan oleh Schopenhauer, yang menyatakan bahwa perkembangan manusia itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor nativus, yaitu faktor-faktor keturunan yang merupakan faktor-faktor yang dibawa oleh individu pada waktu dilahirkan. Teori ini dikuatkan dengan adanya penemuan-penemuan di bidang genetika yang menemukan adanya kromosom di dalam diri manusia, dan selanjutnya kromosom tersebut memecah diri menjadi partikel yang lebih kecil yang disebut gen; di mana gen ini diyakini sebagai pembawa sifat-sifat keturunan anak. Para ahli yang mengikuti
7

pendirian ini biasanya mempertahankan kebenaran konsep ini dengan menunjukkan secara empiris adanya berbagai kemiripan antara orang tua dengan anak-anaknya. Menurut teori ini juga faktor lingkungan merupakan variabel satu-satunya yang dapat digunakan untuk mempengaruhi/merubah tingkah laku agar sesuai dengan yang diinginkan. Para ahli yang mengikuti konsep ini mempertahankan kebenarannya dengan menunjukkan secara empiris, misalnya dengan menunjukkan salah satu hasil penelitiannya yang mengemukakan bahwa perkembangan dan kemampuan verbal pada diri seorang anak merupakan hasil proses mempelajari sesuatu yang diperoleh dari luar/proses belajar. Pada kasus Aelita, karena kedua orangtuanya adalah seniman, tidak lah janggal bila Aelita mengenal dunia seni. Karena lingkungan yang mendukung perkembangan motorik dan kognisinya juga mengarahkannya pada dunia seni. Kehidupan seniman yang dijalani orang tuaya akan sangat mempengaruhi perkembangan bakat Aelita. Secara tidak langsung, orang tuanya juga mendidik Aelita dalam bidang seni, walau pada akhirnya Aelita mempunyai style atau gayanya sendiri dalam berekspresi di bidaang seni. Karena bila dilihat dari tahap perkembangannya, umurnya saat ini adalah masa dimana ia meniru dan bereksperimen dengan apapun karena keingintahuannya. Karena orang tuanya yang paham dengan dunia seni itu pulalah yang mebuat Aelita terfasilitasi dengan baik dalam mengembangkan bakatnya. Jadi dalam kasus Aelita Andre ini, baik gen maupun lingkungan sangat berpengaruh dalam perkembagan bakatnya.

DAFTAR PUSTAKA http://heloeen.blogspot.com/2011/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-bakat.html tanggal 10 November 2012 Munandar, Utami. 2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta : PT. Rineka Cipta www.scribd.com/doc/30724866/makalah-bakat-khusus diakses tanggal 10 November 2012 diakses

Anda mungkin juga menyukai