Anda di halaman 1dari 15

1.

YANG DIMAKSUD DENGAN KLONI, INOKULASI


Koloni bakteri adalah sekumpulan dari bakteri-bakteri yang sejenis yang mengelompok menjadi satu dan membentuk suatu koloni-koloni. Untuk mengetahui pertumbuhan suatu bakteri dapat dilakukan dengan menghitung jumlah koloni bakteri. Penghitungan suatu koloni dapat dilakukan dengan metode pour plate (hitung cawan). Untuk mempermudah penghitungan jumlah koloni bakteri digunakan alat yang biasa disebut Colony Counter. Pada alat Colony Counter, penghitungan jumlah koloni bakteri dipermudah dengan adanya counter electronic. Dengan adanya counter tersebut peneliti tinggal menandai koloni bakteri yang dihitung dengan menggunakan pen yang terhubung dengan counter. Setiap koloni yang ditandai maka counter akan menghitung. Penghitungan suatu koloni dengan metode pour plate masih memungkinkan terjadinya kesalahan dikarenakan faktor human error akibat bentuk koloni yang relatif kecil dan banyaknya koloni yang akan dihitung.

Inokulasi adalah menanam inokula secara aseptic kedalam media steril. Inokula adalah bahan atau media yang mengandung mikroba. Semua pekerjaan mikrobiologi harus dikerjakan secara aseptic. Kerja aseptic dilakukan dengan bekerja diantara dua nyala api Bunsen dengan jarak +/- 20 cm. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan kontaminasi. Sebelum melakukan jerja, alat-alat harus diflambir untuk menjaga kesterilan, sedangkan bunsen dinyalakan 10 menit sebelum bekerja bertujuan agar terjadi radiasi sehingga mikroorganisme menjauh.

2. GUNA MENGKULTUR BAKTERI :

Untuk mendapatkan bakteri yang murni yang tidak terkontaminasi oleh bakteri atau mikroorganisme lain.

1.

Umumnya batas TUMBUH daerah temperatur bagi kehidupan 3. YANG DIBUTUHKAN UNTUK DAN o mikroorganisme terletak antara C. Temperatur 4. MEDIUM/NUTRIEN YANG DIKETAHUI, DAN 0-90 SUMBER-SUMBER BERKEMBANGNYA SUATU MIKROORGANISME minimum adalah MEDIUM suhu paling rendah dimana kegiatan YANG DIPERLUKAN DALAM ITU mikroorganisme masih dapat berlangsung. Temperatur maksimum adalah temperatur tertinggi yang masih dapat digunakan untuk aktifitas mikroorganisme, tetapi pada tingkatan kegiatan fisiologis paling minimal. Sedang temparatur yang paling baik bagi aktivitas hidup disebut temperatur optimum. Berdasarkan pada daerah aktivitas temperatur, mikroorganisme dapat dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu: Tabel 4. 4 Daerah aktivitas temperatur mikroorganisme Suhu Pertumbuhan Golongan Mesophil Thermophil Minimum 15o-25oC 24o-45oC Optimum 10o-15oC 25o-37oC 50o-60oC Maksimum 30oC 40o-55oC 60o-90oC

Psychrophil 0oC

Bakteri-bakteri patogen pada manusia termasuk bakteri Mesophil. Suhu optimumnya sama dengan suhu tubuh manusia ( 37oC ). Titik kematian termal suatu jenis mikroorganisme ialah nilai temparatur yang dapat mematikan jenis tersebut didalam waktu 10 menit pada kondisi tertentu. 2. CAHAYA Sebagian besar bakteri adalah chemotrophe, karena itu pertumbuhannya tidak tergantung pada cahaya matahari. Pada beberapa spesies, cahaya matahari dapat membunuhnya karena pengaruh sinar ultraviolet. Air sangat penting untuk kehidupan bakteri terutama karena bakteri hanya dapat mengambil makanan dari luar dalam bentuk larutan (holophytis). Semua bakteri tumbuh baik pada media yang basah dan udara yang lembab. Dan tidak dapat tumbuh pada media yang kering. Mikroorganisme mempunyai nilai kelembaban optimum. Pada umumnya untuk pertumbuhan ragi dan bakteri diperlukan kelembaban yang tinggi diatas 85%, sedang untuk jamur dan aktinomiset diperlukan kelembaban yang rendah dibawah 80%. Kadar air bebas didalam larutan merupakan nilai perbandingan antar

3. KELEMBABAN

Media pertumbuhan mikroorganisme adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat makanan (nutrisi) yang diperlukan mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan nutrisi media berupa molekul-molekul kecil yang dirakit untuk menyusun komponen sel. Dengan media pertumbuhan dapat dilakukan isolat mikroorganisme menjadi kultur murni dan juga memanipulasi komposisi media pertumbuhannya Bahan-bahan media pertumbuhan 1. Bahan dasar a. air (H2O) sebagai pelarut b. agar (dari rumput laut) yang berfungsi untuk pemadat media. Agar sulit didegradasi oleh mikroorganisme pada umumnya dan mencair pada suhu 45oC. c. gelatin juga memiliki fungsi yang sama seperti agar. Gelatin adalah polimer asam amino yang diproduksi dari kolagen. Kekurangannnya adalah lebih banyak jenis mikroba yang mampu menguraikannya dibanding agar. d. Silica gel, yaitu bahan yang mengandung natrium silikat. Fungsinya juga sebagai pemadat media. Silica gel khusus digunakan untuk memadatkan media bagi mikroorganisme autotrof obligat. 2. Nutrisi atau zat makanan Media harus mengandung unsur-unsur yang diperlukan untuk metabolisme sel yaitu berupa unsur makro seperti C, H, O, N, P; unsur mikro seperti Fe, Mg dan unsur pelikan/trace element. a. Sumber karbon dan energi yang dapat diperoleh berupa senyawa organik atau anorganik esuai dengan sifat mikrobanya. Jasad heterotrof memerlukan sumber karbon organik antara lain dari karbohidrat, lemak, protein dan asam organik. b. Sumber nitrogen mencakup asam amino, protein atau senyawa bernitrogen lain. Sejumlah mikroba dapat menggunakan sumber N anorganik seperti urea. c. Vitamin-vitamin. 3. Bahan tambahan Bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang ditambahkan ke medium dengan tujuan tertentu, misalnya phenol red (indikator asam basa) ditambahkan untuk indikator perubahan pH akibat produksi asam organik hasil metabolisme. Antibiotik ditambahkan untuk menghambat pertumbuhan mikroba non-target/kontaminan. 4. Bahan yang sering digunakan dalam pembuatan media a. Agar, agar dapat diperoleh dalam bentuk batangan, granula atau bubuk dan terbuat dari beberapa jenis rumput laut. Kegunaannya adalah sebagai pemadat (gelling) yang pertama kali digunakan oleh Fraw & Walther Hesse untuk membuat media. Jika dicampur dengan air dingin, agar tidak akan larut. Untuk melarutkannya harus diasuk dan dipanasi, pencairan dan pemadatan berkali-

b.

c. d.

e.

kali atau sterilisasi yang terlalu lama dapat menurunkan kekuatan agar, terutama pada pH yang asam Peptone, peptone adalah produk hidrolisis protein hewani atau nabati seperti otot, liver, darah, susu, casein, lactalbumin, gelatin dan kedelai. Komposisinya tergantung pada bahan asalnya dan bagaimana cara memperolehnya. Meat extract. Meat extract mengandung basa organik terbuat dari otak, limpa, plasenta dan daging sapi. Yeast extract. Yeast extract terbuat dari ragi pengembang roti atau pembuat alcohol. Yeast extract mengandung asam amino yang lengkap & vitamin (B complex). Karbohidrat. Karbohidrat ditambahkan untuk memperkaya pembentukan asam amino dan gas dari karbohidrat. Jenis karbohidrat yang umumnya digunkan dalam amilum, glukosa, fruktosa, galaktosa, sukrosa, manitol, dll. Konsentrasi yang ditambahkan untuk analisis fermentasi adalah 0,5-1%.

Macam-Macam Media Pertumbuhan 1. Medium berdasarkan sifat fisik a. Medium padat yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat. b. Medium setengah padat yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehingga menjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengan tujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidak mengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh pada media NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijau kebiruan di bawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat dengan mudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkan metabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media. c. Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (Nutrient Broth), LB (Lactose Broth). 2. Medium berdasarkan komposisi a. Medium sintesis yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dan takarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar. b. Medium semi sintesis yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti, misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrak kentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentang komposisi senyawa penyusunnya.

c. Medium non sintesis yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapat diketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnya Tomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract. 3. Medium berdasarkan tujuan a. Media untuk isolasi Media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnya Nutrient Broth, Blood Agar. b. Media selektif/penghambat Media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambah Amphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminan yang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuh Streptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam. c. Media diperkaya (enrichment) Media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhan mikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Media diperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalam media ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapi membutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, Serum Agar, dll. d. Media untuk peremajaan kultur Media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur e. Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik. Media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba. Contohnya adalah Kosers Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuan menggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon. f. Media untuk karakterisasi bakteri Media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnya adalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar. g. Media diferensial Media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakter spesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar Iron Agar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran koloni dan perubahan warna media di sekeliling koloni..

Pembuatan Nutrient Agar dan Nutrient Broth 1. Pembuatan Nutrient Agar Timbang komponen medium dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut: Beef extract 3 g Peptone 5 g Agar 15 g Akuades s.d 1000 ml Akuades sebanyak 100 ml dibagi menjadi dua satu bagian untuk melarutkan Beef extract dan peptone dan sebagian lagi untuk melarutkan agar. Sebaiknya air untuk melarutkan agar lebih banyak Larutkan agar pada sebagian air tersebut dengan mengaduk secara konstan dan diberi panas. Dapat menggunakan kompor gas atau hot plate stirrer (jangan sampai overheat, karena akan terbentuk busa dan memuai sehingga tumpah). Sementara itu sebagian akuades digunakan untuk melarutkan peptone dan beef extract, cukup dengan pengadukan. Setelah keduanya larut, larutan dituangkan ke larutan agar dan diaduk sampai homogen. Kemudian pH media diukur dengan mencelupkan kertas pH indikator. Jika pH tidak netral maka dapat

ditambahkan HCl/NaOH. Setelah itu media dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dan disterilisasi dengan autoklaf. Tuang media steril ke cawan petri steril secara aseptis. Jika diinginkan media tegak atau miring pada point ke 5, media langsung dituang ke tabung kemudian disterilisasi. 2. Pembuatan Nutrient Broth Komposisi untuk media NB sama dengan NA tetapi tidak memakai agar sebagai pemadat. Proses pembuatannyapun lebih sederhana, tinggal melarutkan peptone dan beef extract kemudian ditampung dalam labu Erlenmeyer atau tabung reaksi dan siap disterilisasi. Proses pembuatan ini tidak memerlukan panas, peptone dan beef extract akan mudah larut sempurna pada air suhu kamar jika diaduk. Pembuatan Potato Dextrose Agar (PDA)

Timbang komponen media dengan menggunakan timbangan analitis untuk volume yang diinginkan sesuai dengan komposisi berikut: Potato/kentang 3 g Peptone 5 g Agar 15 g Akuades s.d 1000 ml (sebelum ditimbang, sebaiknya kentang dikupas dan diiris kecilkecil) Rebus kentang dalam sebagian akuades tadi selama 1-3 jam sampai lunak, kemudian diambil ekstraknya dengan menyaring dan memerasnya menggunakan kertas saring lalu ditampung di Beaker glass baru. Agar dilarutkan dengan Hot Plate Stirrer dalam 50 ml akuades lalu setelah larut dapat ditambahkan dekstrosa dan dihomogenkan lagi. Setelah semua larut, ekstrak kentang dan agar-dekstrosa dicampur dan dihomogenkan. Atur pH media menjadi 5-6 dengan meneteskan HCl/NaOH. Media dituang ke dalam Erlenmeyer atau ke tabung reaksi kemudian siap untuk disterilisasi.

5. CARA UNTUK MENSTERILKAN MEDIUM


Sebelum digunakan media harus disterilkan, yaitu dibebaskan dari semua organisme hidup. Cara mensterilkan media yang paling umum dilakukan yairu dengan perlakuan panas lembap. Bergantung pada macam-macam bahan yang akan disterilkan, sterilisasi dapat pula dilakukan dengan perlakuan panas kering, kimia, penyaringan, atau radiasi.
1. Sterilisasi

dengan Sterilisasi dengan panas lembap biasanya dilakukan panas lembap di dalam suatu bejana logam yang disebut autoklaf. Sterilisasi ini dilakukan dengan uap air jenuh bertekanan 15 Ib/in2 selama 15 menit pada suhu 121C. Suhu

tersebut merupakan suhu sterilisasi terbaik untuk bahanbahan yang akan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Hubungan antara tekanan dan suhu tersebut hanya berlaku bagi tempat-tempat pada permukaan laut. Untuk tempat-tempat di atas permukaan laut diperlukan tekanan yang lebih tinggi untuk mencapai suhu yang sama. Autoklaf pada umumnya digunakan untuk mensterilkan bahan-bahan yang dapat ditembus oleh kelembapan (tidak menolak air) tanpa merusaknya. Contoh bahan yang dapat disterilkan dengan autokaf ialah media biakan, larutan, kapas, sumbar karet, dan peralatan laboratorium. Kontak langsung antara uap air dan benda yang akan disterilkan amat penting bagi keberhasilan sterilisasi. Penataan muatan di dalam autoklaf harus agak longgar sehingga memungkinkan tekanan uap air menembus ke seluruh bahan-bahan yang disterilkan tersebut. Pengaruh panas lembap di dalam proses sterilisasi ialah mengkoagulasikan protein-protein mikrob (termasuk enzim-enzimnya) dan menginaktifkannya secara searah tak terbalikkan). Proses sterilisasi dapat berjalan dengan baik jika di dalam autoklaf hanya terdiri aras uap air saja tanpa ada udara. Oleh karena itu, udara yang ada di dalam autoklaf harus dikeluarkan dahulu. Setelah di dalam autoklaf tidak ada udara lagi, uap air dibiarkan mengisi ruangan sampai suhu mencapai 12l C. Setelah suhu tersebut tercapai masih diperlukan waktu antara 11-12 menit untuk mematikan endospora bakteri yang tahan panas. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi antara lain kepadatan muatan, volume cairan, dan ukuran wadah yang dipakai. Umumnya bahan yang memakan tempat dan mendekati kedap air memerlukan pemanasan lebih lama. Volume media di dalam botol atau labu jangan sampai melebihi dua pertiga tinggi tinggi wadah. Wadah sterilisasi yang berukuran kecil semakin baik digunakan. Sebagai contoh jika ingin mensterilkan lima liter media lebih baik menggunakan

lima labu yang masing-masing berisi satu liter media daripada menggunakan satu labu yang berisi lima liter media. Volume yang lebih kecil memerlukan waktu sterilisasi yang lebih pendek. Jadi, lamanya siklus sterilisasi harus disesuaikan dengan ukuran dan jumlah wadah. Hal yang harus diperhatikan pula yaitu botol tidak boleh disumbat terlalu ketat sehingga kedap udara. Untuk menyumbat dapat digunakan kapas yang kemudian dilindungi dengan kertas atau aluminium foil supaya kapas tidak terkena tetesan air sewaktu steriksasi. Apabila perlu, dapat juga digunakan sumbat karet, tutup sekrup, atau tutup plastik. Laju pendinginan dan pembebasan rekanan harus dilakukan dengan perlahan-lahan untuk mencegah pecahnya perangkat kaca pada waktu siklus sterilisasi telah selesai. Untuk itu, suhu di dalam autoklaf harus dibiarkan turun kembali seperti suhu kamar sebelum tutup autoklaf dibuka. 2. Sterilisasi dengan Sterilisasi dengan panas kering dilakukan dengan panas kering menggunakan oven. Sterilisasi dengan pemanasan kering sering kali digunakan untuk mensterilkan perangkat kaca. Dalam keadaan kering, struktur protein bersifat lehih stabil dan tidak mudah rusak sehingga untuk mematikan organisme diperlukan suhu panas kering yang jauh lebih tinggi dan lebih lama bila dibandingkan dengan suhu pada pemanasan lembap. 3. Sterilisasi dengan Untuk mensterilkan bahan-bahan yang terurai pada perlakuan kimia suhu tinggi digunakan uap kimia yang bersifat racun. Beberapa zat yang dapat digunakan untuk tujuan ini ialah erilen oksida, formaldehida, dan glutaraldehida alkalin. Lamanya perlakuan berkisar anrara 2-18 jam bergantung pada zat kimia yang digunakan. Etilen oksida merupakan zat kimia yang paling umum digunakan untuk sterilisasi. Namun, zat kimia tersebut kebanyakan digunakan dalam industri dan tidak untuk pekerjaan sehari-sehari di laboratium karna sifatnya yang berbahaya sehingga memerlukan penanganan yang

rumit dan ketat. Perlakuan desinfeksi pada meja kerja seriang kali sebelum mulai bekerja dan sesudah selesai bekerja termasuk sterilisasi dengan perlakuan kimia. Zat kimia yang digunakan umumnya alkohol 70%. 4. Sterilisasi dengan penyaringan Sterilisasi bahan yang tidak tahan panas, seperti misalnya ekstrak tanaman, media sintetik tertentu, dan antibiotik dilakukan dengan penyaringan. Dasar metode ini semata-mata ialah proses mekanis yang membersihkan larutan atau suspensi dari segala organisme hidup dengan melewatkannya pada suatu saringan, misalnya menggunakan saringan Seitz. Cara lain untuk sterilisasi ialah menggunakan radiasi. Radiasi biasanya digunakan untuk mensterilkan bahan tertentu (misal tanah gambut sebagai bahan pembawa bakteri bintil akar) dan dilakukannya di dalam ruangan khusus. Bahan radiasi yang umum digunakan yaitu sinar gamma.

5. Sterilisasi dengan Radiasi

6. BERBAGAI CARA PENANAMAN BAKTERI


a. Metode gores, Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni, 1997). Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan (Kus Irianto, 2006)

Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni : Goresan T

Goresan kuadran

Goresan radian

Goresan sinambung

b. Metode tebar, Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi itu disebarkan dalam medium batang yang sama dapat digunakan dapat menginokulasikan pinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata dengan baik. Pada beberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah (Winarni, 1997).

c. Metode tuang , Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni, 1997). d. Metode tusuk , Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni, 1997).

7.CARA MENGHITUNG KOLONI


a. Pengenceran, dimana konsentrasi sampel harus mencapai konsentrasi terendah yang sesuai dengan konsentrasi awal. Dengan konsentrasi larutan terendah, maka besar kemungkinan pertumbuhan mikroba pada media akan jarang dan dapat dihitung.

b. Penggunaan ruang penghitung, yaitu hasil pengenceran tidak ditanamkan ke dalam cawan berisi media, tetapi diteteskan ke dalam ruang penghitung. Pemeriksaan selanjutnya dilakukan dibawah mikroskop terhadap sel mikroba yang terdapat pada kolom penghitung. c. Penggunaan turbidometer/nefelometer, merupakan perhitungan kerapatan suatu materi (sel) di dalam larutan, yang diberi cahaya. Kualitas bias cahaya yang dilakukan identik dengan kerapatan materi sel yang berada dalam larutan.

8. SIFAT-SIFAT UMUM SUATU KOLONI


Ukuran Bentuk

Tinggi permukaan Halus kasarnya permukaan Warna Kepekatan

8. SIFAT-SIFAT KHUSUS KOLONI PADA MEDIUM PADAT, MEDIUM CAIR. DAN GAMBAR
Sifat Khusus yang dibahas pada koloni tergantung pada media tumbuh, misalnya : agar-agar lempengan, agar-agar miring dan pada tusukan gelatin. Kaldu Agar Miring Merupakan satu garis goresan inokulasi pada permukaan agar miring, hasilnya dievaluasi dengan cara melihat:

- banyaknya pertumbuhan: jumlah koloni yang tumbuh - pigmentasi koloni - konsistensi - bentuk koloni

Kaldu Lempeng Agar

Memperlihatkan - ukuran - pigmentasi

pertumbuhan

koloni

isolat, dievaluasi dengan cara melihat:

- bentuk: belat, tak beraturan, serupa akar dll. - tepi koloni: rata, bergerigi, berlekuk, serupa benang dll. - ketinggian permukaan: rata, cembung, dll. Biakan dalm Kaldu Nutrisi Memperlihatkan distribusi pertumbuhan, dievaluasi dengan melihat medium: - seragam sedikit keruh - mengendap Nutrisi Gelatin - bergerombol menggumpal Medium padat ini dapat berubah menjadi cair akibat pengaruh enzim gelatinase, Pencairan terjadi dalam berbagai pola: - Crateriform - Stratiform - Napiform - Saccate - Infundibuliform

Jenis koloni Mucoid koloni Koloni yang ganas, permukaan basah berlendir memiliki kapsul. Smooth Koloni ganas, Mis :Isolasi primer, halus, licin, ukuran sama, homogen

bakteri gram negatif koloni mutan strain dari sel Rough koloni tidak ganas induk, koloninya kasar. Koloni yang Lysis koloni terdiri dari bakteri yang kehilangan dinding sel, oleh karena pengaruh penissilin

10. BEDA GELATIN DENGAN AGAR, DIJELASKAN DENGAN PENUMBUHAN BAKTERI


a. Gelatin, Gelatin bersumber dari tulang hewan yang diproses dengan larutan kimia hingga larutan tersebut mengental dan mengandung gelatin. Gelatin adalah suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen kulit, tulang atau ligamen (jaringan ikat) hewan. Pembuatan gelatin merupakan upaya untuk mendayagunakan limbah tulang yang biasanya tidak terpakai dan dibuang di rumah pemotongan hewan. Penggunaan gelatin dalam industri pangan terutama ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang timbul khususnya dalam penganekaragaman produk. b. Agar-agar, bersumber dari jaringan tumbuhan. Agar ini berbentuk kenyal dan kaya kan serat.

Anda mungkin juga menyukai