Anda di halaman 1dari 15

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PT Kereta Api Indonesia By Group

6th DEWI LISTIANI ERLANGGA PATI KAWA HERMIN ARIFIANTI MONICA RARANG K RIA RIZKI R PEMBAHASAN KASUS

SEKILAS PT KAI PT Kereta Api Indonesia (Persero) adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang m enyelenggarakan jasa angkutan kereta api. Layanan PT Kereta Api Indonesia (Perse ro) meliputi angkutan penumpang dan barang. Pada tanggal 28 September 2011, bertep atan dengan peringatan ulang tahunnya yang ke-66, KAI meluncurkan logo baru

PERMASALAHAN Kasus PT KAI ini disebabkan adanya perbedaan pandangan antara pihak manajemen, a uditor, dan komisaris. Dalam laporan keuangan tahun 2005, diumumkan bahwa PT KAI memperoleh laba sebesa r Rp. 6,90 milyar. Sedangkan menurut salah satu anggota komisaris, Hekinus Manao , seharusnya dinyatakan menderita kerugian sebesar Rp. 63 milyar

Perbedaan Pandangan 1. Masalah piutang PPN Kewajiban PT KAI membayar surat ketetapan pajak (SKP) atas pajak pertambahan nil ai (PPN) sebesar Rp 95,2 miliar yang diterbitkan oleh DJP pada akhir tahun 2003 disajikan dalam laporan keuangan sebagai piutang. Piutang PPN tersebut seharusnya dicadangkan penghapusannya pada tahun 2005 karen a diragukan kolektibilitasnya, tetapi tidak dilakukan oleh manajemen dan tidak d ikoreksi oleh auditor

Perbedaan Pandangan 2. Masalah nilai persediaan Penurunan nilai persediaan suku cadang dan perlengka pan pada tahun 2002 sebesar Rp. 24 Miliar diakui manajemen PT. KAI sebagai kerug ian yang dicatat secara bertahap. Pada akhir tahun 2005 masih tersisa saldo penurunan nilai yang belum dibebankan sebagai kerugian sebesar Rp. 6 Miliar, yang seharusnya dibebankan seluruhnya dal am tahun 2005.

Perbedaan Pandangan 3. Masalah Bantuan Pemerintah Yang Belum Ditentukan Statusnya (BPYBDS) dan Penye rtaan Modal Negara (PMN) BPYBDS sebesar Rp. 674,5 milyar dan PMN sebesar Rp. 70 milyar yang dalam laporan audit digolongkan sebagai pos tersendiri di bawah hutang jangka panjang, menuru t Komite Audit harus direklasifikasi menjadi kelompok ekuitas dalam neraca tahun buku 2005

PRINSIP ETIKA BISNIS (I) PRINSIP OTONOMI Terjadi pelanggaran oleh: PT KAI PT KAI yang memiliki kebebasan dan kewenangan u ntuk mengambil keputusan yang dianggap baik hanya untuk PT KAI sendiri tetapi ti dak bertanggung jawab terhadap pemerintah. Hal tersebut ditunjukkan dari tindaka n PT KAI yang mengakui PPN terutang pihak ketiga sebagai piutang yang tidak sesu ai dengan regulasi. KAP S. Manan KAP tidak bertanggung jawab dalam menjalankan k ebebasannya. KAP S. Manan tidak menunjukkan dan menyatakan adanya kesalahan mate rial pada laporan keuangan PT KAI.

PRINSIP ETIKA BISNIS (II) PRINSIP KEJUJURAN Terjadi pelanggaran prinsip kejujuran oleh PT Pertamina, PT Bu kit Asam, dan PT Semen Batu Raja, dan PT Wira Daya Lintas karena tidak membayark an PPN tepat waktu. PRINSIP KEADILAN Terjadi pelanggaran prinsip keadilan oleh P T KAI karena mengistimewakan beberapa pihak yang berhubungan dengan PT KAI denga n tidak segera menarik PPN.

PRINSIP ETIKA BISNIS (III) PRINSIP SALING MENGUNTUNGKAN Terjadi pelanggaran oleh PT Pertamina, PT Bukit Asa m, dan PT Semen Batu Raja, dan PT Wira Daya Lintas karena tidak membayarkan PPN tepat waktu sehingga merugikan PT KAI. PRINSIP INTEGERITAS MORAL Terjadi pelangg aran prinsip ini oleh PT KAI. Jika PT KAI segera menyelesaikan konflik internal maka kasus ini tidak akan merusak citra PT KAI.

PRINSIP GCG BUMN (I) KEWAJARAN (FAIRNESS) PT KAI tidak memperlakukan semua pemangku kepentingan secar a adil dan setara. PT KAI mengistimewakan PT Pertamina, PT Bukit Asam, dan PT Se men Batu Raja, dan PT Wira Daya Lintas dengan tidak segera menagih pajak terutan g. TRANSPARANSI PT KAI tidak menjalankan prinsip keterbukaan dalam proses keputu san dan penyampaian informasi. PT KAI salah menyatakan pajak terhutang pihak ket iga sebagai piutang. Selain itu PT KAI juga salah menyatakan nilai persediaan. D ewan komisaris PT KAI dinilai tidak sesuai dengan prinsip transparansi. Dewan ko misaris sebaiknya mencoba menyelesaikan konflik secara internal terlebih dahulu sebelum menyebarluaskan kepada masyarakat, sehingga tidak merusak citra PT KAI.

PRINSIP GCG BUMN (II) AKUNTABILITAS PT KAI tidak menjalankan prinsip akuntabilitas. PT KAI gagal membi na sistem akuntansi yang efektif untuk menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya. PERTANGGUNGJAWABAN PT KAI melanggar prinsip pertanggungjawaban. PT KA I gagal memberikan keuntungan ekonomis bagi para pemangku kepentingan karena men galami kerugian akibat pajak terhutang pihak ketiga. KEMANDIRIAN PT KAI tidak me njalankan prinsip kemandirian. PT KAI mengambil keputusan yang bertentangan deng an perundang-undangan. Hal tersebut ditunjukkan dari upaya PT KAI mengakui hutan g pajak pihak ketiga sebagai piutang yang bertentangan dengan undang-undang.

Hukuman Bagi KAP Menteri Keuangan terhitung sejak tanggal 6 juli 2007, membekukan izin Akuntan Pu blik (AP) Drs. Salam Manan, yang merupakan pemimpin rekan pada Kantor Akuntan Pu blik (KAP) S. Manan, Sofwan, Adnan dan Rekan Pembekuan izin yang berlaku selama sepuluh bulan itu dituangkan melalui Keputusa n Menkeu Nomor 500/KM.1/2007

KESIMPULAN PT KAI dalam kasus ini tidak beretika karena tidak sesuai dengan prinsip etika d an prinsip GCG BUMN

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai