Anda di halaman 1dari 2

Date: Sat, October 27, 2001 1:16 am

FILOSOFI SHOLAT
Republika Online : http://www.republika.co.id 20 Oktober 2001 Filosofi Shalat Oleh: Muhajirin Oleh-oleh Rasulullah saw sekembali dari Isra dan Mikraj adalah perintahshalat. Muhammad menyebut ibadah ini tiang agama, yang wajib dikerjakan setiap umat Islam. Tetapi, pernahkah kita merenungi secara lebih dalam makna shalat sesungguhnya? Dimulai dari takbir hingga ditutup salam, shalat mengisyaratkan simbol dan lambang yang luar biasa. Takbir (Allahu Akbar) adalah pertanda kita sudah memasuki istana Maha Raja. Pintu dunia yang penuh dengan hiruk pikuk, harta, dan jabatan kita tinggalkan, untuk kemudian, kita tapaki dimensi baru: keterpesonaan jiwa kepada-Nya. Takbir juga mengisyaratkan ketidakberdayaan seorang hamba di hadapan Tuhan. Karena itu seorang hamba selalu menundukkan pandangannya seusai bertakbir. Simbol ini melahirkan rasa tawaddhuk (rendah hati), tidak sombong dan angkuh. Saat berdiri tegap, wajah kita tak boleh menoleh ke kiri maupun ke kanan, melainkan menatap lurus ke tempat sujud (tanah). Memandang tanah adalah simbol bahwa hidup manusia akhirnya akan kembali ke tanah. Itulah sebabnya pada doa iftitah kita berikrar 'Inilah wajah batinku, pengorbananku, hidup dan matiku hanya untuk-Mu ya Allah.' Akhirnya, shalat ditutup dengan salam. Itu berarti bahwa hidup haruslah berakhir dengan hati yang salam (damai), merdeka, dan tidak lagi terpenjara oleh urusan dunia. Gerakan shalat mulai dari awal hingga akhir memiliki nilai filosofis. Di sini hamba Tuhan harus bergerak, dinamis, kreatif, dan aktif untuk mengembangkan diri menuju kemerdekaan berbuat, tetapi bukan tanpa aturan. Dalam kreativitas itu seseorang yang mendirikan shalat sesungguhnya tengah tenggelam dalam keasyikan pelukan Ilahi yang tak terperikan. Demikianlah filosof besar asal Pakistan, Muhammad Iqbal, melukiskan keasyikan itu lewat kata-kata, "Berapa lamakah kau 'kan tetap menggelepar menggantung di sayap orang? Kembangkan sayapmu sendiri dan terbanglah lepas seraya menghirup udara bebas di taman luas." Berdiri dalam shalat mengandung arti kita tidak selamanya muda, berjaya, atau berdiri kuat, tetapi juga berubah jadi rukuk --sebuah simbol adanya saat kita bisa rapuh, berumur setengah baya, dan kekuatan pun berkurang. Sementara itu, kewajiban harus tetap dijalankan sebagai bekal untuk menuju sujud --simbol tanah, tempat asal kita diciptakan dan dikembalikan. Maka, akhirilah hidup kita dengan salam (hati yang bersih). Berita ini dikirim melalui Republika Online http://www.republika.co.id Berita bisa dilihat di : http://www.republika.co.id

Sebarkan tulisan-tulisan yang baik menurut Anda. Kunjungi situs tasauf_hikmah, klik link di bawah ini: http://tasauf.yod.net Alamat pengiriman email: Tulisan: tasauf_hikmah@yahoogroups.com Daftar: Tasauf_Hikmah-subscribe@yahoogroups.com Keluar: Tasauf_Hikmah-unsubscribe@yahoogroups.com Keterangan: tasauf@eudoramail.com Your use of Yahoo! Groups is subject to http://docs.yahoo.com/info/terms/ Download this as a file

Anda mungkin juga menyukai