Anda di halaman 1dari 8

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi

Konsep Kampanye Partai Politik Berdasarkan Teori Kritis Habermas


A. PENDAHULUAN Kampanye sebagai salah satu bagian dari komunikasi yang digunakan para politisi sebagai komunikator untuk menarik, mengubah sikap atau opini atau perilaku masyarakat sebagai komunikan, sehingga pada pihak komunikan timbul efek kognitif, efek afektif atau efek konatif/behavioral. Upaya merayu yang dilakukan oleh para kandidat yang bersaing pada pilpres 2014 ini merupakan sebuah transmisi pesan demi tujuan memenangkan persaingan dengan menanggung suara terbanyak sebagai justifikasi penyerahan kedaulatan rakyat kepadanya. Oleh karena itu, rakyat yang menjadi pemilik kedaulatan bangsa ini harus cerdas mengamati isu-isu dan wacana yang diangkat oleh masing-masing capres-cawapres. Dari segi komunikasi, kampanye mengandung 3 unsur utama: nilai kebenarannya (logika), nilai kebaikannya (etika), dan nilai keindahannya (estetika).Salah satu aspek estetika dalam kampanye para kandidat yang bersaing dalam pemilihan presiden dan wakil presiden adalah iklan. Sebagai bagian dari upaya merayu, membujuk dan menarik simpati rakyat maka iklan yang dibuat oleh masing-masing kandidat diformat sebaik mungkin. Terkadang dikemas dengan testimoni dari tokoh-tokoh yang selama ini menjadi rujukan opini masyarakat atau dengan peniruan iklan-iklan produk barang yang sudah populer. Tindakan sosial (Hardiman, 2008:10), dipandang sebagai unsur dasar pembentuk masyarakat. Masyarakat dipahami dari tindakan sosial tersebut. Melalui tindakan sosial-lah, manusia dapat memahami masyarakat sebagai sesuatu yang komplek. Berkaitan dengan hal itu, Habermas mengembangkan sebuah konsep tindakan sosial untuk mengembangkan masyarakat. Tindakan sosial inilah yang merupakan tindakan komunikatif dan syarat menuju masyarakat komunikatif.Habermas juga

mengembangkan situasi wacana ideal (diskursus) yang dapat diterapkan dalam konsep kampanye di Indonesia pada tahun 2014. Selain itu, Habermas berpendapat dalam teori kritisnya, mengenai empat klaim komunikatif yang dapat menjadi acuan dalam kampanye yang dilakukan oleh partai politik.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, adapun rumusan masalah sebagai berikut :

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi
1. Apa itu kampanye ? 2. Bagaimana teori kritis menurut Habermas ? 3. Bagaimana relevansi teori kritisi Habermas dengan kampanye di Indonesia tahun 2014 ?

B. PEMBAHASAN 1. Pengertian Kampanye Kampanye menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti suatu gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi). Sedangkan sosial adalah semua hal yang berkenaan dengan masyarakat. Jadi kampanye sosial, merupakan suatu gerakan yang dilakukan untuk mengubah perilaku sesuatu yang berkenaan dengan kelompok masyarakat agar menuju ke arah tertentu sesuai dengan gerakan yang dilaksanakan oleh pembuat kampanye. Kampanye merupakan salah satu metode komunikasi (persuasi), karena membahas tentang upaya mempengaruhi massa, baik dalam tingkah laku maupun dalam bentuk opini. Sejarah penelitian kampanye sebagian besar diwarnai dengan upaya untuk mengungkapkan fakta bahwa masyarakat tidak sebegitu mudah dipilah menjadi bagianbagian yang sangat kecil dan sukar diindividualkan seperti yang semula diperkirakan para juru kampanye . Ada tidaknya kesetiaan kelompok mengandung konsekuensi yang kuat atau apakah pesan itu diperhatikan dan kemudian diterima atau ditolak.

Keputusan Komisi Pemilihan Umum (KPU) N0. 35 Tahun 2004 Tentang Kampanye Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden mengatur semua jenis atau bentuk kampanye. Ada 9 jenis kampanye yaitu Pertemuan Terbatas Tatap muka dan dialog Penyebaran melalui media cetak dan media elektronik Penyiaran melalui radio dan atau televisi Penyebaran bahan kampanye kepada umum Pemasangan alat peraga di tempat umum Rapat umum Debat publik / debat terbuka antar calon Kegiatan Lain yang tidak melanggar peraturan perundang-undangan

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi

Agar masyarakat lebih menanggapi keberadaan suatu pesan yang disampaikan melalui kampanye, maka dalam pembuatan kampanye harus memiliki beberapa fungsi, antara lain: mengubah pola pikir masyarakat, mencapai tujuan dengan menggugah kesadaran dan pendapat masyarakat pada isu tertentu, pengembangan usaha dengan membujuk khalayak membeli produk

yang dipasarkan, dan membangun citra positif.

2.

Teori Kritis Jrgen Habermas Etika emansipatoris sangat terkait dengan aksi komunikasi yaitu sebuah bentuk interaksi yang tingkat keberhasilannya tergantung kepada ke dua belah pihak yang berinteraksi dalam mencapai persetujuan/kesepakatan dan saling pengertian, atau hubungan antara subyek dengan subyek (dialogis) dan bukan hubungan rasionalitas sasaran (monologis). Komunikasi dialogis ini masingmasing pihak berperan aktif, dimana semua pihak mengambil alih peran orang lain sehingga terjadi apa yang disebut mead ideal role-taking. Pada komunikasi dialogis ini saling pengertian dapat tercapai, sehingga Habermas menamakannya Rasionalitas Komunikatif. Teori aksi komunikasi Habermas terbagi menjadi speech-act philosophy filsafat seni pembicaraan, sosiolinguistik, dan khususnya dari ide keterlibatan percakapan (the idea of conversational implicature). Maka dari itu, yang pertama perlu dibuktikan oleh Habermas adalah bahwa struktur bahasa mengandung rasionalitas (Mundigkeit, harfiah kedewasaan, kemandirian). Bertolak dari distingsi dasar antara tindakan instrumental dan komunikatif, Habermas secara lebih terperinci membedakan antara tindakan rasionalsasaran (kemudian juga disebut tindakan teleologis), di satu pihak, dan tindakan komunikatif, di pihak lain. Yang pertama mengenai dunia obyek; sasarannya adalah hasil obyektif yang diinginkan (orientasi pada hasil). Tindakan

instrumental dibagi lagi ke dalam tindakan instrumentalatau pekerjaan yang menghasilkan perubahan dalam dunia luar dan tindakan strategik yang bertujuan untuk mencapai hasil-hasil tertentu pada manusia, artinya di mana hasil tindakanku harus memperhitungkan sikap yang diambil orang lain (Suseno, 2005: 164). Menurut Habermas, dalam memahami dan memperhatikan apa yang terjadi apabila manusia berkomunikasi adalah sama artinya dengan memahami interaksi antar manusia yang dapat dimediasikan secara simbolis lewat bahasa

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi
dan gesture tubuh yang ekspresif (mengandung makna), sedangkan hakekat bahasa adalah komunikasi, dan komunikasi hanya mungkin dilakukan dalam keadaan saling bebas, karena tujuan komunikasi adalah menjalin saling pengertian, oleh karena itu rasionalitas dalam bahasa harus menjadi pusat perhatian (Suseno, 2005: 167). Emansipatori membantu masyarakat untuk mencapai otonomi dan

kedewasaan dan otonomi kolektif berhubungan dengan konsensus yang dapat dicapai dengan klaim-klaim kesahihan (validity clams). Dalam The Theory of Communication Action, Habermas menyatakan terdapat macam klaim, yaitu : 1. Klaim kejelasan (understand ability) yaitu mengungkapkan diri dengan jelas. 2. Klaim kebenaran (truth) yaitu kesepakatan tentang dunia alamiah dan objektif. 3. Klaim ketepatan (rightness), yaitu kesepakatan tentang norma-norma dalam dunia sosial. 4. Klaim autentitas atau kejujuran (sincerity), yaitu ketepatan tentang kesesuaian antara dunia bathiniah dan ekspresi seseorang. Masyarakat komunikatif bukanlah masyarakat yang melakukan komunikasi melalui kekerasan, melainkan masyarakat yang mencapai konsensus melalui argumentasi/diskursus. Diskursus dicapai melalui tindakan sosial dalam interaksi sosial. Interaksi sosial ditandai oleh konsensus yang dicapai secara rasional dan bebas tekanan serta tanpa paksaan dan kekerasan. Guna mencapai saling

pengertian dalam komunikasi syarat yang harus dipenuhi adalah:inevitably, yakni keinginan untuk melakukan pembicaraan bersama, dan adanya saling ketertarikan dalam melakukan komunikasi itu, sehingga persetujuan/pengertian itu dapat mencapai hasil maksimal. Menurut Habermas, proses komunikasi harus terjadi dalam diskursus yang mensyarakatkan keterlibatan atau emansipasi

(emancipatory) anggota masyarakat yang memiliki kebebasan dan keberanian untuk menyampaikan klaim-klaim kebenaran yang mereka miliki. Habermas sangat menolak proses komunikasi searah, atau komunikator sebagai pihak yang powerfull atau memiliki kekuatan secara sepihak yang kemudian menyampaikan semua bentuk pesan kepada khalayak tanpa melibatkan anggota masyarakat dalam proses komunikasi yang berlangsung.

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi
Dalam uapaya mendobrak kekakuan yang dihasilkan oleh rasionalitas tradisional menurut Habermas adalah dengan diskursus (Hardiaman,1993: xxii). Teori Diskursus menawarkan sebuah radikalisasi prosedur komunikasi politik untuk mencapai konsensus dasar yang memperkokoh integritas masyarakat dan negara. Akal budi, moral dan demokrasi harus berhubungan timbal balik secara setara di dalam komunikasi-komunikasi. Teori Diskursus mengenai kehidupan bersama secara politis menghendaki radikalisasi pada prosedur.

3.

Relevansi Teori Kritis Habermas terhadap Konsep Kampanye di Indonesia Tahun 2014 Kampanye adalah sarana mempengaruhi massa untuk berpihak kepada pihak-pihak tertentu. Seringkali kampanye lebih terkait dengan tontonan panggung, pengembangbiakan manipulasi, publisitas sektor jasa perseorangan atau institusi (kita dapat mencermati bagaimana semakin lakunya lembagalembaga survey dimanfaatkan oleh para kandidat Pilpres untuk menaikan perolehan suara), barang-barang konsumsi dan program-program tertentu. Opini publik digiring kepada salah satu calon, dengan meninggalkan kekuatan otoritas kritis yang dimiliki oleh publik dengan menyandarkannya kepada kaidah-kaidah normatif berbangsa bernegara. Habermas menguraikan opini publik tidak lagi kritis menelisik persoalan, opini publik telah digantikan oleh sebuah kecendrungan yang bergantung kepada suasana hati (mood) yang tidak pasti. Langkah-langkah khusus dan peristiwaperistiwa tertentu secara konstan membawa opini publik ke arah ini dan itu. Kecendrungan pemilihan terbawa suasana hati inilah yang dibaca secara cerdas oleh tim sukses masing-masing kandidat. Berdasarkan teori kritis Habermas, kampanye yang baik adalah kampanye yang memiliki empat klaim komunikatif. Pertama, kampanye harus memiliki klaim kejelasan (understand ability), yaitu menyampaikan isi kampanye dengan jelas. Ketika kampanye, isi pesan yang disampaikan tidak jelas, maka publik akan lebih sulit untuk menilai suatu partai politik tersebut, apakah layak atau tidak menjadi wakil rakyat. Kedua, kampanye harus memiliki klaim kebenaran (truth), yaitu isi kampanye yang disampaikan memiliki nilai-nilai yang objektif. Pesan yang disampaikan dalam kampanye tidak mengada-ada atau terkesan dibuat-buat, demi mendapat perhatian publik. Ketiga, kampanye harus memiliki klaim ketepatan (rightness), yaitu kesepakatan tentang norma-norma dalam dunia

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi
sosial. Pada kenyataannya, banyak terjadi penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh partai politik dalam klaim ketepatan. Maksudnya, norma-norma sosial mengenai peraturan kampanye secara tidak sengaja dilanggar oleh partai politik. Misalnya, dalam menyampaikan pesan, ada beberapa parpol yang menjatuhkan parpol lain atau membuka kelemahan-kelemahan pada sistem pemerintahan yang seharusnya hal tersebut tidak dilakukan. Keempat, klaim autentitas atau kejujuran (sincerity), yaitu ketepatan tentang kesesuaian antara dunia bathiniah dan ekspresi seseorang. Kampanye yang baik menyampaikan pesan secara jujur. Hal-hal yang terkandung dalam tubuh suatu partai politik disampaikan secara apa adanya, tanpa ada unsur pembohongan. Hal ini menjadi unsur yang paling penting dalam menarik perhatian publik, mengingat peran kampanye dalam pilkada sebagai ajang perkenalan. Ketika suatu partai politik telah jujur dalam kampanye, dan mendapat kepercayaan oleh masyarakat, maka ia akan mudah menjalankan orasi, visi, serta misi dalam kampanye dengan baik. Dalam menyampaikan kampanye, tidak hanya partai politik yang memiliki hak argumentasi untuk menyampaikan orasi-orasinya, tetapi demi mencapai

masyarakat yang komunikatif, hendaknya masyarakat juga harus mencapai konsensus melalu diskursus atau argumentasi. Antara pihak partai politik yang menyampaikan pesan (komunikator) dengan masyarakat (komunikan) memiliki peluang yang sama dalam menyampaikan pendapat. Diskursus dicapai melalui tindakan sosial dalam interaksi sosial. Interaksi sosial ditandai oleh konsensus yang dicapai secara rasional dan bebas tekanan serta tanpa paksaan dan

kekerasan. Artinya, dalam kampanye, pihak partai politik tidak boleh memaksakan kehendaknya demi mencapai kemenangan dalam pemilu. Juga tidak dibenarkan untuk menggunakan kekerasan dalam penyampaian orasi. Oleh karena itu, menurut teori kritis Habermas, kampanye yang terjadi seharusnya komunikasi dua arah. Sehingga tidak terjadi dominasi komunikator (partai politik) sebagai pihak yang powerfull atau memiliki kekuatan secara sepihak yang kemudian menyampaikan semua bentuk pesan kepada khalayak tanpa melibatkan anggota masyarakat dalam proses komunikasi yang

berlangsung. Masyarakat juga harus memiliki peluang yang sama, sehingga pesan dapat diterima oleh pihak partai politik.

C. KESIMPULAN

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi
Pilpres adalah momentum rakyat untuk melakukan suksesi kepemimpinan nasional, yang akan mempengaruhi perjalanan bangsa ini 5 tahun ke depan. Oleh karena itu suksesi demokrasi ini tidaklah ditentukan sejauh mana politik pencitraan lewat lambang, iklan dan kampanye dilakukan oleh masing-masing kandidat mampu mempengaruhi rakyat bahwa merekalah yang layak mendapatkan amanah

memperjuangkan kepentingan Negara dan kepentingan rakyat. Suksesi kepemimpinan nasional hendaknya tidak dijadikan rekayasa politik demi kepentingan segelintir elit (para kandidat dan tim suksesnya) sehingga rakyat harus dijadikan sebagai justifikasi pencapaian kekuasaan yang tentunya menjadi pendidikan politik yang kontraproduktif. Semoga dengan semangat kritis dan optimis demi kemajuan bangsa ini kita bisa melewati Pilpres Juli 2014 nanti dengan hasil yang mendorong percepatan perbaikan demi hari ini dan masa depan. Menurut Habermas, tindakan komunikatif merupakan hubungan antar manusia, hubungan kedua subjek (komunikan dan komunikator) sama-sama bersifat aktif dan pasif. Komunikasi yang terjadi merupakan komunikasi dua arah yang bersifat dialog. Sehingga, komunikasi akan tercapai jika terdapat rasa saling perhatian. Dalam situasi wacan ideal (diskursus), masing-masing pihak memiliki peluang yang sama dalam menyampaikan argumentasi. Tidak ada perbedaan kekuasaan dalam komunikasi, sehingga ada argumen yang benar-benar otentik dan partisipan mengungkapkan pemikiran dengan ikhlas. Idealnya, konsep kampanye yang akan dilakukan partai politik di Indonesia pada tahun 2014, haruslah memiliki empat klaim komunikatif. Empat klaim tersebut yaitu kejelasan, kebenaran, kejujuran, dan ketepatan. Kampanye juga berlangsung secara dialog (dua arah) bukan monolog (searah), dimana hubungan antara partai politik dan masyarakat bersifat aktif dan pasif. Kedua subjek juga memilik peluang yang sama dalam menyampaikan argumen, sehingga tidak terjadi dominasi satu pihak.

Daftar Pustaka Hardiman, F. Budi, 1993, Menuju Masyarakat Komunikatif, Yogyakarta: Kanisius Suseno, Franz-Magnis, 2005, PIJAR-PIJAR FILSFAT, Dari Gatholoco ke Filsafat Perempuan, dari Adam Muller ke Postmodernisme, Yogyakarta: Kanisius.

Niko Deby Alviky (03607) Tri Utami Oktafiani (03621) Filsafat Komunikasi
http://atullaina.blogspot.com/2012/03/etika-emansipatoris-komunikatif-jurgen.html diakses pada 30 Mei 2013, pukul 12:10 http://lannylameanda.blogspot.com/2012/12/definisi-jenis-jenis-dan-perbedaan.html diakses pada 30 Mei 2013, pukul 11:44

Anda mungkin juga menyukai