Anda di halaman 1dari 2

"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amalamal yang saleh

bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik" (Q.S An Nur:55)
Hari ini merupakan hari-hari perjuangan, berjuang untuk menunaikan tugas dakwah yang mulia. Tugas yang tak pernah usai seiring perjalanan waktu. Malah semakin bergulirnya waktu semakin bermunculan tugas baru. Sebagaimana guratan seorang pujangga, "Terbitnya fajar, merekahkan harapan cerah dan membawa sekelumit beban." Akan tetapi bagi seorang aktivis dakwah, waktu menjadi jalannya kehidupan. Sehingga kader dakwah selalu menata waktunya demi kehidupan yang ia jalani agar senantiasa siap menyongsong tugas yang ada di hadapannya. Tidak dipungkiri lagi bahwa tugas dakwah memang bukan tugas ringan. Ia banyak dan kendala yang rumit. Baik dari pihak eksternal maupun dari internal sendiri. Terkadang tugas dakwah menjadi beban berat untuk dipikul. Terlebih lagi bagi mereka yang berkepribadian rentan dan rapuh. Tugas itu menjadi tembok besar yang teramat sulit untuk dilewati. Mereka akan berkecil hati menatap tugas demi tugas. Terasa berat untuk menggerakan kaki dan tangan menerima tugas tersebut. Namun tidak demikian bagi kader pilihan. Mereka akan berupaya maksimal untuk dapat menunaikan tugas mulia itu dengan sebaik-baiknya. Bahkan, kader yang berkepribadian amal da'awy akan menyongsongnya dengan gembira. Tidak ada dalam diri mereka, kamus lelah dan ciut menyambut tugas. Karena tugas itu akan menjadi momen untuk mengukir sejarah hidupnya dengan tinta emas bagi kemenangan dakwah ini. Ia menjadi mulia bersama dakwah atau mati dengan keharuman sikap perilakunya dalam Islam. Syaikh Mutawalli Sya'rawi pernah menyampaikan pidato di suatu acara, katanya, amanah umat ini teramat berat karena kompleksitas masalah yang harus dihadapinya. Belum lagi disertai penghalangnya dari musuh-musuh umat yang tidak pernah henti untuk menghancurkannya. Sementara kader dakwah yang memandu amanah ini sulit untuk didapatkan. Setelah membeberkan hal itu, Syaikh Mutawalli bertanya, "Kepada siapa amanah umat ini diserahkan?" Hasan Al Banna yang ada di situ bergumam, "Aku ingin. Akulah orangnya yang akan mengemban amanah itu." Beginilah sikap kader dakwah yang brilian dalam menyambut tugasnya. Tugas dakwah dan kepribadian kader adalah dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Keduanya saling mempengaruhi. Maka perlu disadari oleh seluruh kader dakwah untuk senantiasa membangun dirinya agar menjadi kader-kader pilihan yang sanggup memikul tugas dakwah ini dengan hati lapang. Sehingga tugas demi tugas dapat tertunaikan dengan baik. Bila

kader dakwah tidak lengah dalam masalah ini dan selalu berusaha meningkatkan kepribadian dirinya, ia dapat menaklukan dunia sebagaimana obsesi Imam Hasan Al Banna rahimahullah. Sang Imam pernah mengungkapkan obsesinya kepada para pemuda bahwa ia bisa menaklukan dunia dengan kader-kader pilihan di bawah binaannya. "Siapkan 12 ribu kader, aku akan bina mereka dan

aku akan taklukan dunia dengan bersama mereka."


Melalui pemahaman itu, maka upaya meningkatkan kepribadian diri dalam mengemban tugas dakwah haruslah menjadi perilaku harian bagi kader dakwah. Tidak boleh ada kesempatan terbuang untuk agenda ini. Agar kepribadiannya tidak melempem, tidak pula mendua. Kokoh. Kepribadiannya tangguh dan ulet dalam amal dakwah. Selayaknya setiap kader dakwah menata dirinya dengan sungguh-sungguh agar dapat merealisasikan obsesi sang imam. Lalu berkata, "Ya

Syaikh Al Banna, akulah satu di antara 12 ribu kadermu yang siap menaklukan dunia!"

"Kebenaran Islam layaknya sebuah pedang yang terhunus, dan sedang menanti tangan perkasa dari sang pahlawan" Anis Matta (6 Juni 2013)

Anda mungkin juga menyukai