Anda di halaman 1dari 24

PENGANGKUTAN SAMPAH 1.

Sistem Pengangkutan Sampah Pengangkutan dimaksudkan sebagai kegiatan operasi yang dimulai dari titik pengumpulan terakhir dari suatu siklus pengumpulan sampai ke TPA atau TPST pada pengumpulan dengan pola individual langsung atau dari tempat pemindahan (Transfer Depo, transfer station), penampungan sementara (TPS, LPS, TPS 3R) atau tempat penampungan komunal sampai ke tempat pengolahan/pembuangan akhir (TPA/TPST). Sehubungan dengan hal tersebut, metoda pengangkutan serta peralatan yang akan dipakai tergantung dari pola pengumpulan yang dipergunakan. Permasalahan yang dihadapi dalam pengangkutan sampah adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan waktu kerja yang tidak efisien. 2. Penggunaan kapasitas muat kendaraan yang tidak tepat. 3. Rute pengangkutan yang tidak efisien. 4. Tingkah laku petugas. 5. Aksesbilitas yang kurang baik. 2. Pengelola Sistem Pengangkutan Sampah Berdasarkan atas operasional pengelolaan sampah, maka pengangkutan ini merupakan tanggung jawab dari pemerintah kota atau kabupaten. Sedangkan pelaksana adalah pengelola kebersihan dalam suatu kawasan atau wilayah, badan usaha dan kemitraan. Sangat tergantung dari struktur organisasi di wilayah yang bersangkutan. Sebagai contoh misalkan dalam suatu wilayah kota terdapat Dinas Kebersihan dan Pertamanan, maka tanggung jawab pengelolaan sampah ada dibawah dinas ini. Khusus untuk pengangkutan sampah ada Seksi Pengangkutan. Sebagai contoh Seksi Pengangkutan dan Pemanfaatan Sampah di Kota Surabaya mempunyai fungsi : a. menyiapkan bahan penyusunan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pengangkutan dan pemanfaatan sampah b. menyiapkan bahan pelaksanaan rencana program dan petunjuk teknis di bidang pengangkutan dan pemanfaatan sampah c. menyiapkan bahan koordinasi dan kerjasama dengan lembaga dan instansi lain di bidang pengangkutan dan pemanfaatan sampah d. menyiapkan bahan pengawasan dan pengendalian bidang pengangkutan dan pemanfaatan sampah e. menyiapkan bahan evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas

f. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Operasional Kebersihan sesuai dengan tugas dan fungsinya. 3. Peraturan Terkait dengan Pengangkutan Sampah Pengangkutan sampah menurut UU no 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, merupakan bagian dari penanganan sampah. Pengangkutan di definisikan sebagai dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari TPS 3R menuju ke tempat pengolahan sampah terpadu atau tempat pemrosesan akhir. Beberapa acuan normatif juga mencantumkan tentang pengaturan pengangkutan sampah, antara lain : 1. Pedoman Standar Pelayanan Minimal Pedoman Penentuan Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan dan Permukiman dan Pekerjaan Umum (Keputusan Menteri Permukiman Dan Prasarana Wilayah No. 534/KPTS/M/2001). Pedoman ini mencakup pelayanan minimal untuk pengelolaan sampah secara umum dalam wilayah pemukiman perkotaan dimana 80% dari total jumlah penduduk terlayani terkait dengan pengelolaan sampah. Khusus untuk pengangkutan dicantumkan bahwa jenis alat angkut mempengaruhi pelayanan, sebagai berikut: Truk Sampah dengan kapasitas 6 m3 dapat melayani pengangkutan untuk 700 KK-1000 kk sedangkan dengan kapasitas 8m3 untuk 1500 KK 2000 kk (jumlah ritasi 2-3/hari) Arm roll truck dengan kontainer 8 m3 juga dapat melayani 2000 KK-3000 kk (jumlah ritasi 3-5/hari) Compactor truck 8 m3 mampu melayani 2500 KK 2. SNI 19-2454-2002, Tata cara teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. SNI ini mengatur tentang pola pengangkutan dan operasional pengangkutan. 3. SNI 03-3243-2008, Pengelolaan sampah pemukiman. SNI mengatur tentang kebutuhan sarana untuk pengangkutan sampah yang dipengaruhi oleh tipe rumah dan tingkat pelayanan serta jenis alat angkut. 4. Pola Pengangkutan Pola pengangkutan sampah dapat dilakukan berdasarkan sistem pengumpulan sampah. Jika pengumpulan dan pengangkutan sampah menggunakan sistem pemindahan (transfer depo) atau sistem tidak langsung, proses pengangkutannya dapat menggunakan sistem kontainer angkat (Hauled Kontainer Sistem = HCS) ataupun sistem kontainer tetap (Stationary Kontainer Sistem = SCS). Sistem kontainer tetap dapat dilakukan secara mekanis maupun manual. Sistem mekanis menggunakan truk compactor dan kontainer yang kompatibel dengan jenis truknya, sedangkan

sistem manual menggunakan tenaga kerja dan kontainer dapat berupa bak sampah atau jenis penampungan lainnya. Sistem Kontainer Angkat (Hauled Kontainer Sistem = HCS) Untuk pengumpulan sampah dengan sistem kontainer angkat (Hauled Kontainer Sistem = HCS), pola pengangkutan yang digunakan ada tiga cara: 1. Sistem pengosongan kontainer cara 1 dapat dilihat pada gambar 1.

Isi C (0)

Kosong C(0)

Isi C (1)

Kosong C(1)

Isi C (2)

Kosong C(2)

TPA

POOL
Gambar 1. Pola kontainer angkat 1 Proses pengangkutan: Kendaraan dari pool menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA. Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. Menuju kontainer isi berikutnya untuk diangkut ke TPA Kontainer kosong dikembalikan ke tempat semula. Demikian seterusnya sampai rit akhir.

2.

Sistem pengosongan kontainer cara 2

Kosong C(0)

Isi C(0)

Kosong C(1)

Isi C(1)

Kosong C(2)

Isi C(2)

TPA

Pool
Gambar 2. Pola kontainer angkat 2 Proses pengangkutan: - Kendaraan dari poll menuju kontainer isi pertama untuk mengangkut sampah ke TPA. - Dari TPA kendaraan tersebut dengan kontainer kosong menuju lokasi kedua untuk menurunkan kontainer kosong dan membawa kontainer isi untuk diangkut ke TPA. - Demikian seterusnya sampai rit terakhir. - Pada rit terakhir dengan kontainer kosong dari TPA menuju lokasi kontainer pertama, kemudian kendaraan tanpa kontainer menuju pool.

3. Sistem pengosongan kontainer cara 3

Kosong C(0)

Isi C0)

Kosong C(1)

Isi C(1)

Kosong C(2)

Isi C(2)

Dengan Kontainer

TPA

Pool

Gambar 3. Pola kontainer angkat 3

Proses pengangkutan: - Kendaraan dari poll dengan membawa kontainer kosong menuju lokasi kontainer isi untuk mengganti atau mengambil dan langsung membawanya ke TPA - Kendaraan dengan membawa kontainer kosong dari TPA menuju kontainer isi berikutnya. - Demikian seterusnya sampai rit terakhir Sistem Pengakutan dengan Kontainer Tetap (Stationary Kontainer Sistem = SCS) Sistem ini biasanya digunakan untuk kontainer kecil serta alat angkut berupa truk kompaktor secara mekanis (gambar 4) atau manual (gambar 5) Pola pengakutan dengan cara mekanis yaitu : - Kendaraan dari pool menuju kontainer pertama, sampah dituangkan kedalam truk kompaktor dan meletakkan kembali kontainer yang kosong. - Kendaraan menuju kontainer berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA. - Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

Isi C(0)

Kosong C(0)

Isi C(1)

Kosong C(1)

Isi C(2)

Kosong C(n)

Truck Compactor

TPA
POOL

Gambar 4. Pengangkutan dengan SCS mekanis.

TPS 1 (bak/kontainer)

TPS 2 (bak/kontainer)

TPS 3 (bak/kontainer)

TPS 4 (bak/kontainer)

Truck Compactor

TPA

Gambar 5. Pengangkutan dengan SCS manual. Proses pengangkutan dengan manual adalah: - Kendaraan dari poll menuju TPS pertama, sampah dimuat ke dalam truk kompaktor atau truk biasa. - Kendaraan menuju TPS berikutnya sampai truk penuh untuk kemudian menuju TPA. - Demikian seterusnya sampai rit terakhir.

5. Perancangan dan Perhitungan Pengangkutan Sampah Beberapa istilah penting dan persamaan yang digunakan untuk menghitung pengangkutan dengan sistem HCS adalah : - Pickup (PHCS): waktu yg diperlukan untuk menuju lokasi kontainer berikutnya setelah meletakkan kontainer kosong di lokasi sebelumnya, waktu untuk mengambil kontainer penuh dan waktu untuk mengembalikan kontainer kosong (Rit). - Haul (h) : waktu yg diperlukan menuju lokasi yg akan diangkut kontainernya - At-site (s) : waktu yg digunakan untuk menunggu di lokasi - Off-route (W) : nonproduktif pada seluruh kegiatan operasional : waktu untuk pemeriksaan pagi dan sore, hal tak terduga, perbaikan dan lain-lain

1. Menghitung haul time (h)


h = a+ b. x Dimana : a = empirical haul time constant, h/trip b = empirical haul time constant, h/trip x = jarak rata-rata, mile/trip Nilai a dan b diperoleh dari data pengumpulan sampah secara actual, tergantung pada kondisi masing-masing daerah. Faktor yang mempengaruhi antara lain peraturan lalu lintas, kondisi jalan, jam sibuk dan lain-lain. (1)

2. Menghitung PHCS
PHCS = pc + uc + dbc Dimana : pc = waktu mengambil kontainer penuh, j/trip uc = waktu utk meletakkan kontainer kosong, j/trip dbc = waktu antara lokasi, j/trip (2)

3. Menghitung waktu per trip


THCS = PHCS + h + s (3)

Dimana : h s PHCS = waktu yg diperlukan menuju lokasi yg akan diangkut kontainernya = waktu yg digunakan untuk menunggu di lokasi = pick up time

4. Menghitung jumlah trip per hari :


Nd = [H(1-W) (t1+t2)]/ THCS Dimana : Nd H t1 t2 W = = = = = jumlah trip, trip/hari waktu kerja perhari, jam dari garasi ke lokasi pertama dari lokasi terakhir ke garasi factor off route (nonproduktif pada seluruh kegiatan operasional) (4)

Beberapa istilah penting dan persamaan yang digunakan untuk menghitung pengangkutan dengan sistem SCS adalah : - Pickup (PsCS): waktu yg diperlukan utk memuat sampah dari lokasi pertama sampai lokasi terakhir - Haul (h) : waktu yg diperlukan menuju TPS/TPA dari lokasi pengumpulan terakhir - At-site (s) : waktu yg digunakan untuk menunggu di lokasi - Off-route (W) : nonproduktif pada seluruh kegiatan operasional : waktu untuk cheking pagi dan sore, hal tak terduga, perbaikan dan lain-lain A. Pengumpulan Mekanis 1. Menghitung haul time (waktu pengangkutan) (h) h = a+ b. x Dimana : a = empirical haul time constant, h/trip b = empirical haul time constant, h/trip x = jarak rata-rata, mile/trip Nilai a dan b diperoleh dari data pengumpulan sampah secara aktual, tergantung pada kondisi masing-masing daerah. Faktor yang (5)

mempengaruhi antara lain peraturan lalu lintas, kondisi jalan, jam sibuk dan lain-lain. 2. Menghitung PsCS PSCS = Ct(uc) + (np 1)(dbc) (6)

Dimana : Ct = jumlah kontianer dikosongkan pertrip, kon/trip uc = waktu rata-rata utk mengosongkan kontainer, jam/kon np = jumlah kontainer dikosongkan pertrip, lok/trip dbc = waktu antar lokasi, jam/lok 3. Menghitung jumlah kontainer yang dapat dikosongkan Ct = vr/cf Dimana : v = vol alat angkut, m3/trip r = rasio pemadatan c = volume kontainer, m3/kon f = faktor utilisasi berat kontainer 4. Menghitung waktu per trip TSCS = PSCS + h + s (8) (7)

Dimana : h : waktu yg diperlukan menuju lokasi yg akan diangkut kontainernya s : waktu yg digunakan untuk menunggu di lokasi PSCS : pick up time

5. Jumlah trip/hari
Nd = Vd/v.r Dimana : v = vol alat angkut, m3/trip r = rasio pemadatan Vd = jumlah sampah perhari (m3/hari) (9)

6. Waktu kerja /hari


H = [(t1+t2) + Nd (TSCS)]/(1 W) (10)

Nd = jumlah trip, trip/hari H = waktu kerja perhari, jam t1 = dari garasi ke lokasi pertama t2 = dari lokasi terakhir ke garasi W = factor off route (nonproduktif pada seluruh kegiatan operasional) B. Pengumpulan manual: Np = 60 PSCS n/tp Di mana : Np = jumlah lokasi/trip 60 = konversi jam ke menit, 60 menit/jam n = jumlah pengumpul tp = waktu pengambilan per lokasi tp tergantung : waktu antar lokasi, jumlah kontainer per lokasi, % jarak rumah ke rumah tp = dbc + k1Cn + k2 (PRH) (12) (11)

di mana : k1 = konstanta waktu pengambilan perkontainer, menit/kontainer k2 = konstanta waktu pengambilan dari halaman rumah, menit/kontainer Cn = jumlah kontainer per lokasi PRH = rear-house pickup locations, persen 6. Perencanaan Penentuan Sarana Pengangkutan Peralatan dan perlengkapan untuk sarana pengangkutan sampah dalam skala kota adalah sebagai berikut : Persyaratan : Sampah harus tertutup selama pengangkutan, agar sampah tidak berceceran di jalan. Tinggi bak maksimum 1,6 meter. Sebaiknya ada alat pengungkit. Tidak bocor, agar leachate tidak berceceran selama pengangkutan. Disesuaikan dengan kondisi jalan yang dilalui.

10

Disesuaikan dengan kemampuan dana dan teknik pemeliharaan. Jenis peralatan dapat berupa :

1. Dump truck Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, 10m3, 14m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan Dump truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 3 orang. Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, Dump truck sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal. 2. Arm roll truck Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk mengangkat bak dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, dan 10m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan arm roll truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew maksimum 1 orang. Agar tidak mengganggu lingkungan selama perjalanan ke TPA, kontainer sebaiknya memiliki tutup dan tidak rembes sehingga leachate tidak mudah tercecer. Kontainer yang tidak memiliki tutup sebaiknya dilengkapi dengan tutup terpal selama pengangkutan. 3. Compactor Truck Merupakan kendaraan angkut yang dilengkapi sistem hidrolis untuk memadatkan dan membongkar muatannya. Pengisian muatan masih tetap secara manual dengan tenaga kerja. Truk ini memiliki kapasitas yang bervariasi yaitu 6m3, 8m3, dan 10m3. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan compactor truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 3 dan jumlah crew maksimum 2 orang. 4. Trailer Truck Merupakan kendaraan angkut berdaya besar sehingga mampu mengangkut sampah dalam jumlah besar hingga 30 ton. Trailer truck terdiri atas prime over dan kontainer beroda. Kontainer dilengkapi sistem hidrolis untuk membongkar muatannya. Pengisian muatan dilakukan secara hidrolis dengan kepadatan tinggi di transfer station. Trailer memiliki kapasitas antar 20-30 ton. Dalam pengangkutan sampah, efisiensi penggunaan trailer truck dapat dicapai apabila memenuhi beberapa kriteria yaitu jumlah trip atau ritasi perhari minimum 5 dan jumlah crew maksimum 2 orang.

11

a) Dump truck

b) Arm roll truck

c) Compactor Truck

d) Trailer Truck Gambar 6. Alat angkut sampah

Pemilihan jenis peralatan atau sarana yang digunakan dalam proses pengangkutan sampah antara dengan mempertimbangkan faktor-faktor sebagai berikut:

Umur teknis peralatan 5 7 tahun. Kondisi jalan daerah operasi. Jarak tempuh. Karakteristik sampah. Tingkat persyaratan sanitasi yang dibutuhkan. Daya dukung pemeliharaan.

12

Pemilihan pemakaian peralatan tersebut tidak terlepas dari memperhatikan segi kemudahan, pembiayaan, kesehatan, estetika, serta kondisi setempat : Dari segi kemudahan, peralatan tersebut harus dapat dioperasikan dengan mudah dan cepat, sehingga biaya operasional jadi murah. Dari segi pembiayaan, peralatan tersebut harus kuat dan tahan lama serta volume yang optimum, sehingga biaya insvestasi semurah-murahnya. Dari segi kesehatan dan estetika, peralatan tersebut harus dapat mencegah timbulnya lalat, tikus atau binatang-binatang lain dan tersebarnya bau busuk serta kelihatan indah atau bersih. Penentuan kebutuhan jumlah alat angkut sangat ditentukan pemilihan jenis alat angkut yang akan digunakan. Data yang representatif yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah kebutuhan alat angkut dan pekerja dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kriteria penentuan jumlah alat angkut dan pekerja Jenis Alat Angkut Metoda bongkarmuat Faktor pemadatan (r) Waktu untuk mengangkat, mengosongkan dan meletakkan kontainer (jam/trip) 0,067 0,40 0,40 Waktu untuk mengosongk an kontainer (jam/trip) Waktu di lokasi (jam/trip)

HCS - Hoist truck - Tilt-frame - Tilt-frame

Mekanis Mekanis Mekanis

2,0 4,0

0,053 0,127 0,133 0,1 0,1

SCS Mekanis 2,0 2,5 - Compactor Manual 2,0 2,5 - Compactor Sumber : Tchobanoglous et al., 1993

0,008 0,05

13

Contoh-contoh perhitungan pengangkutan sampah dan penentuan sarana yang dibutuhkan serta beban kerja personil. Contoh 1 : Analisis konstanta a dan b Sebelum menghitung kebutuhan trip/hari yang berarti kebutuhan jumlah alat angkut, terlebih dahulu ditentukan beberapa konstanta dengan menggunakan data sebenarnya di lapangan. Hasil pengamatan menunjukkan data sebagai berikut: Jarak rute pulangpergi (km/trip) 2 5 8 12 16 20 25 Kecepatan rata-rata (km/jam) 17 28 32 36 40 42 45 Jumlah waktu (h = x/y) (jam) 0.12 0.18 0.25 0.33 0.40 0.48 0.56

Rumus dasar kecepatan adalah rectangular hyperbola : x y = --------a + bx bentuk linier dari persamaan tersebut adalah : x/y = h = a + bx (14) (13)

Jawab: Plot x/y yaitu jumlah waktu yang diperlukan pertrip vs jarak pertrip seperti gambar 7 di bawah ini

14

Tentukan konstanta waktu pengangkutan a dan b. Nilai a = nilai intersep dan b = kemiringan garis (slope).

Gambar 7. Hasil Plot x/y yaitu jumlah waktu yang diperlukan pertrip vs jarak pertrip Dari grafik di atas diperoleh nilai a = 0,08 dan b = 0,02. Jika jarak tempuh alat angkut 22 km pulang pergi, maka waktu yang dibutuhkan adalah: H = 0,08 jam/tip + (0,02 jam/km)(22 km/trip) = 0,52 jam/trip.

Contoh 2 : Analisis HCS Sampah dari suatu kawasan dikumpulkan dalam kontainer besar. Waktu yang dibutuhkan dari garasi menuju kawasan (t1) dan dari TPS terakhir menuju garasi (t2) adalah 15 menit dan 20 menit. Jika waktu yang diperlukan dari satu lokasi TPS ke TPS lainnya 6 menit dan jarak sekali jalan ke TPA 15,5 km, tentukan berapa jumlah kontainer yang dapat dikosongkan perhari, berdasarkan 8 jam kerja per hari. Asumsikan w = 0,15. Jawab: Tentukan waktu pengangkatan/penurunan : PHCS = pc + uc + dbc

15

Gunakan pc + uc = 0,4 jam/trip (lihat Tabel 1) dbc = 0,1 jam/trip (diketahui) PHCS = 0,4 + 0,1 = 0,5 jam/trip Tentukan waktu pengangkutan pertrip: THCS = PHCS + a + bx + s = 0,5 + 0,133 + 0,08 + 0,02 (31) jam/trip = 1,333 jam/trip Jumlah trip perhari: Nd = [H(1-W) (t1+t2)]/ THCS = [7 (1 0,15) 0,58]/1,333 = (5,95 0,58)/1,333 = 4,02 trip/hari Contoh 3 : Analisis SCS secara mekanis Jumlah timbulan sampah suatu kawasan komersial 100 m3/minggu. Data yang diperoleh dari lapangan adalah sebagai berikut: - Kapasitas kontainer = 3 m3/lokasi - Faktor penggunaan kontainer = 0,67 - Kapasitas alat angkut = 10 m3/trip - Faktor kompaksi truk = 2 - Waktu bongkar muatan = 0,05 jam/kontainer - Konstanta waktu angkut : a = 0,022 jam/trip dan b = 0,022 jam/mil - Waktu di lokasi s = 0,1 jam/trip - Jarak rata-rata antar kontainer = 0,1 km - Konstanta waktu angkut antar lokasi kontainer : a = 0,06 jam/trip dan b = 0,067 jam/km Jawab: Tentukan jumlah kontainer yang dikosongkan pertrip: Ct = vr/cf = (10 x 2)/(3 x 0,67) = 10 kontainer/trip Tentukan waktu pengangkatan: PSCS = Ct(uc) + (np 1)(dbc) = Ct(uc) + (np 1)(a + bx) = 10 (0,05) + (10 1)(0,06 + 0.067 x 0,1) = 0,5 + 0,6 = 1,1 jam/trip

16

Jumlah trip perminggu: Nw = Vw/vr = 100/(10 x 2) = 5 trip/minggu 7. Rute Pengangkutan Rute pengangkutan dibuat agar pekerja dan peralatan dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya rute pengumpulan dicoba-coba, karena rute tidak dapat digunakan pada semua kondisi. Pedoman yg dapat digunakan dalam membuat rute sangat tergantung dari beberapa faktor yaitu : 1. Peraturan lalu lintas yang ada 2. Pekerja, ukuran dan tipe alat angkut 3. Jika memungkinkan, rute dibuat mulai dan berakhir di dekat jalan utama, gunakan topografi dan kondisi fisik daerah sebagai batas rute 4. Pada daerah berbukit, usahakan rute dimulai dari atas dan berakhir di bawah 5. Rute dibuat agar kontainer/TPS terakhir yang akan diangkut yang terdekat ke TPA 6. Timbulan sampah pada daerah sibuk/lalu lintas padat diangkut sepagi mungkin 7. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah terbanyak, diangkut lebih dahulu 8. Daerah yang menghasilkan timbulan sampah sedikit, diusahakan terangkut dalam hari yang sama Pada langkah awal pembuatan rute maka ada beberapa langkah yang harus diikuti agar rute yang direncanakan menjadi lebih effisien, yaitu : 1. Penyiapan peta yang menunujukkan lokasi-lokasi dengan jumlah timbulan sampah 2. Analisis data diplot ke peta daerah pemukiman, perdagangan, industri dan untuk masing-masing area, diplot lokasi, frekwensi pengumpulan dan jumlah kontainer. 3. Layout rute awal 4. Evaluasi layout rute awal dan membuat rute lebih seimbang dengan cara dicoba-coba Setelah langkah awal ini dilakukan maka langkah selanjutnya adalah pembuatan rute dan sangat dipengaruhi oleh sistem pengangkutan yang digunakan yaitu sistem HSC atau SCS.

17

Untuk sistem HCS langkah yang dilakukan adalah : 1. Langkah 2: Pada tabel buat kolom sebagai berikut: frekwensi pengumpulan, jumlah lokasi pengumpulan/TPS, jumlah kontainer dan kolom untuk setiap hari pengumpulan. Kemudian tandai lokasi yang memerlukan pengambilan beberapa kali dalam seminggu (Senin Jumat atau Senin, Selasa, Jumat). Pengangkutan dimulai dari frek 5 x seminggu. Distribusikan jumlah kontainer yang memerlukan pengangkutan 1 x seminggu, sehingga jumlah kontainer yang harus diangkut seimbang setiap hari. 2. Langkah 3: Mulai dari Garasi. rute harus mengangkut semua kontainer yang harus dilayani. Langkah selanjutnya, modifikasi rute untuk mengangkut kontainer tambahan. Rute dimulai dari TPS terdekat dan berkahir pada TPS terdekat dengan garasi. 3. Langkah 4: Setelah rute awal digunakan, hitung jarak rata-rata antar kontainer. Jika rute tidak seimbang (>15%), rute harus dirancang kembali. Beban kerja pekerja harus seimbang. Untuk sistem SCS (with mechanically loaded collection vehicles) 1. Langkah 2: Pada tabel buat kolom sebagai berikut: frekwensi pengumpulan, jumlah lokasi pengumpulan/TPS, jumlah timbulan sampah dan kolom untuk setiap hari pengumpulan. Kemudian tandai lokasi yang memerlukan pengambilan beberapa kali dalam seminggu (Senin Jumat atau Senin, Selasa, Jumat). Pengangkutan dimulai dari frek. 5 x seminggu. Gunakan volume efektif alat angkut (Vol. x faktor pemadatan), hitung berapa jumlah sampah yang dapat ditambah dari lokasi yang frekwensinya sekali seminggu. Distribusikan jumlah sampah yang memerlukan pengangkutan 1 x seminggu, sehingga jumlah sampah yang harus diangkut seimbang setiap hari. 2. Langkah 3: Buat rute pengumpulan sehari. Modifikasi dibuat jika ada tambahan sampah yang harus diangkut.

18

3. Langkah 4: Setelah rute awal digunakan, hitung jarak rata-rata rute pengumpulan dan jumlah sampah yang diangkut. Jika rute tidak balance (>15%), rute harus dirancang kembali. Beban kerja pekerja harus seimbang. Setelah rute seimbang, cantumkan dalam peta rute pengumpulan 8. Operasional Pengangkutan Pengaturan rute pengangkutan sangat penting dalam penganganan sampah di pemukiman karena terkait dengan penyimpanan sampah di TPS. Jika pengangkutan mengalami kendala dan tidak dapat mengangkut sampah sesuai dengan jadwal pengangkutan, maka akan terjadi penumpukan sampah di TPS dan secara langsung akan mempengaruhi kondisi lingkungan sekitar TPS. Terkait dengan permasalahan rute pengangkutan maka perlu adanya upaya untuk membuat rute secara efisien. Selain itu operasional pengangkutan juga akan mempengaruhi waktu pengangkutan sampah. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi operasional pengangkutan yaitu : 1. 2. 3. 4. Pola pengangkutan yang digunakan. Alat angkut yang digunakan Jumlah personil Lokasi TPS atau TPST

Operasional untuk sistem kontainer angkat (HCS) tipe 1

dibongkar

Arm roll truck disiapkan sesuai ketentuan Arm roll (truck chasis) menuju ke lokasi kontainer 1 sesuai rencana Arm roll mengangkat kontainer 1 dan membawanya ke TPA untuk

Arm roll truck mengembalikan kontainer ke lokasi semula setelah sebelumnya dicuci terlebih dahulu Arm roll truck berpindah ke lokasi kontainer 2 dan mengangkatnya ke TPA. Demikian seterusnya sampai seluruh rute diselesaikan dan arm roll truck kembali ke pool setelah dicuci.

Operasional untuk sistem kontainer angkat (HCS) tipe 2 dan 3

sesuai rencana Arm roll meletakkan kontainer kosong dan mengangkat kontainer 1 yang penuh dan membawanya ke TPA untuk dibongkar

Arm roll truck disiapkan sesuai ketentuan Arm roll dengan membawa kontainer kosong menuju ke lokasi kontainer 1

19

mengangkat kontainer 2 yang penuh. Demikian seterusnya sampai seluruh rute yang direncanakan diselesaikan. Pada akhir operasi, kontainer yang kosong dibawa kembali ke pool setelah sebelumnya dicuci terlebih dahulu untuk tipe 3 sedangkan untuk tipe 2 dari TPA kontainer diangkut ke lokasi 1 dan kemudian truk menuju ke pool tanpa membawa kontainer.

Arm roll truck membawa kontainer kosong dan meletakkan di lokasi 2 lalu

Operasional untuk sistem kontainer tetap SCS : Pola ini berkaitan dengan pengumpulan tidak langsung baik individual maupun komunal Petugas menyiapkan kendaraan sesuai ketentuan Petugas mendatangi lokasi TPS atau transfer depo 1, menerima muatan sampah dari gerobak pengumpul sampai penuh Truck menuju TPST/TPA untuk membongkar sampahnya Truck menuju ke lokasi TPS atau transfer depo berikutnya sesuai rute yang direncanakan dan melanjutkan operasinya Setelah seluruh rute diselesaikan, truck dicuci dan kembali ke pool Pola transfer station Pola ini muncul karena jarak dari TPS menuju TPA sangat jauh, sehingga untuk membantu pola pengangkutan dari TPS menuju ke transfer station kemudian baru menuju TPA. Truk untuk mengangkut menuju ke TPS yang mempunyai ukuran kontainer lebih kecil antara 6-10 m3 kemudian di Transfer station truk trailer dengan kapasitas 80-100 m3 digunakan untuk mengangkut sampah ke TPA. Operasional pola ini adalah : Trailer bergerak menuju ke lokasi transfer station Trailer menerima muatan sampah berupa kontainer kapasitas besar Trailer membawa kontainer ke TPA untuk dibongkar Trailer kembali ke lokasi transfer, demikian seterusnya sampai rencana pengangkutan diselesaikan 9. Aspek Pembiayaan Pangangkutan Sampah Pembiayaan untuk pengelolaan sampah dapat dibedakan atas biaya investasi dan biaya operasi/pemeliharaan. Komponen biaya pengelolaan yang dibahas dalam pedoman ini meliputi : a. Biaya Operasi; yang terdiri atas : - Biaya upah - Biaya bahan/material

20

b.

- Biaya administrasi Biaya Pemeliharaan; yang terdiri atas : - Biaya penggantian pelumas - Biaya penggantian komponen - Biaya perbaikan peralatan

Komponen biaya ini harus disediakan oleh Pemerintah Kota/Kabupaten agar sampah dalam wilayahnya dapat dikelola secara bertanggung jawab dan sesedikit mungkin menimbulkan masalah bagi lingkungan. Perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah dilakukan untuk setiap komponen pembiayaan yang meliputi : a. b. c. d. e. Biaya Biaya Biaya Biaya Biaya Pengumpulan Pengolahan Pemindahan Pengangkutan Pemrosesan Akhir

Perhitungan satuan biaya operasi/pemeliharaan sarana dan prasarana pengelolaan sampah diperhitungkan untuk setiap ton kapasitas. Besarnya biaya dalam perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan biaya satuan pekerjaan yang berlaku di wilayah setempat. Khusus untuk biaya penangkutan maka pembiayaan terdiri atas : Biaya investasi : sarana yang dibutuhkan untuk pengangkutan seperti truk sampah yang digunakan.

Biaya operasional : operasi dan pemeliharaan pengangkutan sampah. Perhitungan biaya pengangkutan dengan langkah-langkah: 1. Tentukan terlebih dahulu berdasarkan harga HSPK setempat 2. Hitung kebutuhan alat angkut dan sarana lain penunjang 3. Hitung operasi dan pemeliharaan juga gaji tenaga kerja

21

Contoh HSPK untuk pengangkutan dengan Dump truck PENGUMPULAN DENGAN DUMP TRUCK (KOMUNAL) SAMPAH Volume Dump truck Ritasi Densitas Hari kerja Terkumpul : 6 m3

: : : : : : :

3 kali/hari 0,3 ton/m3 25 hari/bulan 18 m3/hari 5,4 ton/hari 135 ton/bulan 1.620 ton/tahun

BIAYA Operasional Tenaga sopir Tenaga crew Upah sopir Upah crew Jumlah Upah BBM Jarak tempuh pp Konsumsi BBM Harga BBM Biaya BBM Pemeliharaan

: : : : : : : : : : : : :

1 orang/mobil 4 orang/mobil 2.500.000 Rp/orang.bulan *) 1.500.000 Rp/orang.bulan *) 8.500.000 Rp/bulan 102.000.000 Rp/tahun 30 km/rit *) 90 km/hari 7 mk/L *) 12,86 L/hari 3,857 L/tahun 5.500 Rp/L 21.214.286 Rp/tahun

Dump truck

JUMLAH BIAYA OP SATUAN BIAYA OP Harga alat Umur Pakai Depresiasi SATUAN BIAYA INV SATUAN BIAYA TOTAL

: 20.000.000 Rp/tahun *) : 143.214.286 Rp/tahun : : : : : 88.404 Rp/ton 300.000.000 Rp/unit *) 7 tahun 42.857.143 Rp/tahun 26.455 Rp/ton

: 114.859 Rp/ton

22

PENGUMPULAN DENGAN ARM ROLL TRUCK (KOMUNAL) SAMPAH Volume Arm Roll Truck Ritasi Densitas Hari kerja Terkumpul : : : : : : : : 6 m3 5 kali/hari 0,3 ton/m3 25 hari/bulan 30 m3/hari 9 ton/hari 225 ton/bulan 2.700 ton/tahun

BIAYA Operasional Tenaga sopir Tenaga crew Upah sopir Upah crew Jumlah Upah BBM Jarak tempuh pp Konsumsi BBM Harga BBM Biaya BBM Pemeliharaan

: : : : : : : : : : : : :

1 orang/mobil 1 orang/mobil 2.500.000 Rp/orang.bulan *) 1.500.000 Rp/orang.bulan *) 4.000.000 Rp/bulan 48.000.000 Rp/tahun 30 km/rit *) 150 km/hari 7 mk/L *) 21,43 L/hari 6.429 L/tahun 5.500 Rp/L 35.357.143 Rp/tahun

Arm Roll Truck

JUMLAH BIAYA OP SATUAN BIAYA OP Harga alat Umur Pakai Depresiasi SATUAN BIAYA INV SATUAN BIAYA TOTAL

: 30.000.000 Rp/tahun *) : 113.357.143 Rp/tahun : : : : : 41.984 Rp/ton 450.000.000 Rp/unit *) 7 tahun 64.285.714 Rp/tahun 23.810 Rp/ton

: 65.794 Rp/ton

23

Contoh perhitungan biaya Jika suatu wilayah diketahui bahwa sampah residu yang harus diangkut adalah 144 ton/hari dengan menggunakan : -

Dump truck indvidual Dump truck komunal Arm roll komunal


Kompaktor komunal.

Tentukan Biaya pengangkutan yang dibutuhkan. KAPASITAS POLA PENGANGKUTAN o o o o Pengangkutan Individual dengan Asumsi (%) 15 30 45 10 100 (ton/hari ) 22 43 65 14 144 Biaya Satuan tanpa Depresiasi (Rp/ton) 95.833 88.404 41.984 82.870

Biaya (Rp/tahun) 757.382.813 1.397.333.82 9 995.417.411 436.623.264 3.586.757.31 6

Dump truck Dump truck

Pengangkutan komunal dengan Pengangkutan komunal dengan kontainer Pengangkutan komunal dengan kompaktor

Biaya ini tanpa depresiasi alat dan hanya merupakan biaya operasi dan pemeliharaan tanpa adanya biaya investasi untuk membeli peralatan.

Sumber : Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Persampahan (Balai Teknik Air Minum dan Sanitasi Wilayah 2, Wiyung Surabaya, 2010)

24

Anda mungkin juga menyukai