Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI POTENSI RELATIF DARI ANASTETIKA UMUM

Disusun Oleh: Nama NIM : Monica Kuswandari H.P : 11/315854/KH/7138

Kelompok : A-2 Asisten : Vinsa Cantya Prakasita

LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2013

I. Tujuan Praktikum 1. Mendemonstrasikan cara kerja obat-obat analgetika dengan metode plat panas 2. Melihat efek analgetika terhadap mencit yang diletakkan pada plat panas II. Tinjauan Pustaka A. Pengertian Analgetika Analgesik merupakan obat-obatan yang menekan rasa sakit atau merangsang terjadinya analgesia (Rock, 2007). Analgesik adalah obat yang meringankan rasa sakit (nyeri) atau menghilangkan rasa sakit (nyeri) tersebut (Marcovitch, 2005). B. Penggolongan dan contoh analgetika Analgesika digolongkan menjadi dua kelompok besar yakni 1. Non-Opoid a. Non steroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) adalah obat nonnarkotika yang memiliki ke,a,puan analgesik, antiinflamatory dan antipyretic (Maddison, 2008), contoh: grup carboxyl (carprofen, flunixin, aspirin) grup enolic acid (phenylebutazone, meloxicam) (Welsh, L., 2009). Terdapat contoh lain yakni ekstrak dari akar tanaman Pfaffia glomerata yang memiliki efek analgesik dan anti inflamasi ekstrak ini menghambat sintesis prostalglandin (Neto, 2005). b. Local anaestetic, merupakan analgesik yang bekerja melalui pemblokiran gerbang sodium di sepanjang akson. Ini menyebabkan aksi potensial dihambat dan rangsangan tidak dapat diteruskan. Contoh: lidocaine, bupivacaine, procaine (Welsh, 2009). c. Miscellanous, merupakan obat-obatan lain yang tidak termasuk kedalam golongan lain diatas namun memiliki efek analgesik. Contoh: nitrid oxide, ketamine, tramadol (Welsh, 2009). 2. Opioid, merupakan analgesik yang bekerja mirip dengan opium yakni dengan menghambat sayaraf rasa sakit pada dorsal root (saraf sensory afferent) menyebabkan terjadinya euphoria. Contoh: Morfin, codaine, methadone, oxycodon, pethidine (Maddison, 2008).

C. Mekanisme kerja Analgetika Terdapat beberapa mekanisme kerja dari analgesik antara lain: a. Non steroid anti inflamatory drug menghambat pembentukan rasa nyeri baik pada CNS maupun periperal nerves. b. Alfa2 agonis mengaktifkan jalur inhibisi rasa sakit c. Opioid analgesic mengurangu jalur rasa sakit afferent baik central maupun peripheral d. Dissosiative analgesic menghasilkan efek antihyperalgesic e. Local anestetik memblok transmisi impuls pada syaraf sensorik (Rock, 2007). f. Penggunaan analgesic tertentu seperti tipe opioid dapat merangsang terjadinya

toleransi, ini biasanya terjadi pada pemberian obat dalam jangka lama dan tanpa dosis yang tepat, efek ini dapat dikurangi dengan menggunakan active human opiorphin (Rougheot, 2010). D. Fungsi analgetika dalam bidang veteriner a. Meringankan penderitaan pasien yang sedang dalam terapi b. Meringankan rasa sakit yang dialami pasien c. Mengkatkan nafsu makan sehingga nutrisi pasien dapat tercukupi (pasien yang mengalami rasa sakit akan turun nefsu makannya) d. Mencegah agar tidak terjadi self multilation oleh pasien pada dirinya karena pasien berusaha melepaskan diri dari rasa sakit yang dialami (Rock, 2007) III. Materi dan Metode A. Materi 1. Alat a. Hotplate analgesia meter : untuk mengukur waktu reaksi mencit b. Spuit : alat untuk memasukkan obat ke mencit secara Intraperitoneal c. Beker glass : Pengganti kandang jepit d. Neraca OHouse : untuk menimbang berat badan mencit 2. Bahan a. 2 ekor mencit : hewan percobaan b. Codeine : contoh obat analgetika c. NaCl Fisiologis : digunakan untuk kontrol

B. Metode

IV. Hasil Praktikum Tabel No. Grup Mencit A21 A22 B21 B22 C21 C22 D21 D22 Rata-rata Kontrol Waktu reaksi (detik) 9,4 88 5,2 18,8 66,6 19,2 21,1 19,6 30,98 Perlakuan Waktu reaksi (detik) 36 40 32 38,8 23 43,9 42,3 34,4 36,3

V. Pembahasan Pada praktikum analgetika kali ini setiap kelompok mendapatkan dua ekor mencit, mencit 1 sebagai kontrol dan mencit 2 sebagai perlakuan. Kemudian kedua mencit ditimbang sebelum disuntik pada mencit 1 dengan Nacl fisiologis dan pada mencit 2 dengan Codeine 0,3% 30 mg/kg BB. Berat mencit 1 dan 2 yaitu 21 gram. Lalu dilakukan penghitungan volume sebagai berikut : Mencit kontrol Dosis NaCl fisiologis 0,1 ml/10 g BB V = BB x D = 21 g x 0,1 ml/10 g BB = 0, 21 ml Mencit perlakuan Dosis codeine 0,3% 30 mg/kg BB V= = = 0,21 ml

Pada mencit kontrol diberi NaCl fisiologis sebanyak 0,21 ml, dan pada mencit perlakuan diberikan codeine sebanyak 0,21 ml. Kemudian kedua mencit didiamkan selama 15 menit dalam gelas beker agar obat dapat bekerja dengan baik. Setelah itu mencit diletakkan pada plat panas kemudian dihitung waktu yang dibutuhkan hingga mencit menjilat kaki belakangnya yang menunjukkan bahwa mencit telah merasakan nyeri (sakit). Menurut literatur mencit yang disuntik dengan analgetika seharusnya mampu bertahan lebih lama dari pada mencit yang diberi NaCl fisiologis. Pada hasil praktikum kelompok A21, terlihat bahwa mencit kontrol lebih cepat merasakan nyeri daripada mencit perlakuan yang sudah diberi codeine. Penghitungan presentase kenaikan reaksi sebagai berikut : Presentase = = = 17,2% Penghitungan T-test a. = 0,05 b. Ho = 0 = 1 c. H1 = 0 1 d. Batas kritis : df, = 14, 0,005 = 2,140 e. Komputasi 100% 100%

= 30,98 ( ) = (9,4-30,98)2 + (88-30,98)2 + (5,2-30,98)2 + (18,8-30,98)2 +


(66,6-30,98)2 + (19,2-30,98)2 + (21,1-30,98)2 + (19,6-30,98)2 = 6164,57

) = (36-36,3)2 + (40-36,3)2 + (32-36,3)2 + (38,8-36,3)2 + (23-36,3)2


+ (43,9-36,3)2 + (42,3-36,3)2 + (34,4-36,3)2 = 312,78

SA2 =

= 880,65

SB2 =

= 44,68

SD2 =

= 462,66

SD = 21,5

T hitung =

Grafik :

Menurut kurva normalitas yang telah dihitung didapat bahwa ada perbedaan yang siginifikan antara kontrol dan perlakuan. VI. Kesimpulan 1. Codeine dapat mempengaruhi kepekaan mencit terhadap rasa sakit sehingga mencit yang disuntik asam salisilat bertahan pada plat lebih lama dari mencit kontrol

DAFTAR PUSTAKA A.G. Neto, J.M.L.C. Costa, C.C. Belati, A.H.C. Vinholis, L.S. Possebom, A.A. Da Silva Filho, W.R. Cunha, J.C.T. Carvalho, J.K. Bastos, M.L.A. e Silva. 2005. Analgesic and anti-inflammatory activity of a crude root extract of Pfaffia glomerata (Spreng) Pedersen. Journal of Ethnopharmacology. Elsevier. Maddison, JE. Page, Sw. Chruch, DB. 2008. Small Animal Clinical Pharmacology. Elsevier Saunders : China. Marcovitch, H. 2005. Blacks Medical Dictionary 42nd Edition. A & C Black : London. Rock, A. 2007. Veterinary Pharmacology A Practical Guide for the Veterinary Nurse. Elsevier : UK. Rougheot, C., F. Robert, L. Menz, J.-F. Bisson, M. Messaoudi ., 2010., Systemically Active Human Opiorphin is a Potent Yet Non-Addictive Analgesic Without Drug Tolerance Effects. Journal of Physiology and Farmacology Welsh, L. 2009. Anaesthesia for Veterinary Nurses Second Edition. Willey Blackwell : Singapore.

Anda mungkin juga menyukai