Anda di halaman 1dari 35

RINGKASAN SOCA BLOK 13 SKENARIO 1 Fery, bayi laki-laki,12 bulan datang ke rumah sakit Raden Mattaher , 4 hari yang

lalu, Fery muntah muntah , tidak proyektil ,lebih kuarang 6 kali sehari. Isi muntah apa yanh dimakan. Fery juga menderita diare frekuensi 10 kali perhari, volume lebih kurang setengah cangkir per kali mencret sejak 3 hari yang lalu.Tidak dijumpai darah dan lendir. Dia hanya minum air yang dimasak ibunya.Kemarin, keadaannya tampak semakin buruk , masih mencret tetapi tidak muntah lagi .Urinnya juga sedikit sekali dalam 8 jam. Keluarga Ferry tinggal didaerah kumuh dan kotor.dia juga menderita demam. Pemeriksaan Fisik : Tampak lemah , composmentis ,RR: 38 kali/menit, HR : 144 X/menit reguler dan lemah ,T 38,70 C ,Bb 8,8 kg , Tb 75 cm.Mata cekung , air mata tidak menetes ,dan mulut tampak kering . Thoraks :simetris, retraksi(-/-) ,suara pernafasan vesikuler .abdomen rata, supel, timpani meningkat .hati teraba 1 cm dibawah arcua costa dan processus xypoideus , limpa tidak teraba .Turgor positif .Kulit disekitar orificium anus merah. Pemeriksaan Tambahan Darah Rutin : Hb 12,8 gr/dl ,leukosit 9000 /mm3, Differential count : 0/1/16/48/35/0 Urin : Makroskopik : kuning pekat Mkroskopik : WBC(-),RBC (-) ,protein (-) Feses Rutin :Makroskopik : air >> ampas, darah (-)Pus(-).WBC (-), RBC(-)

KLARIFIKASI ISTILAH : 1. Muntah 2. Proyektil : ekspulsi/ Semburan isi lambung yang keluar dengan paksa dari mulut. : semburan

3. Diare :Buang air besar dengan frekuensi >3 kali sehari dengan konsistensi tinja lebih banya cairan dibandingkan ampas. 4. Mencret :Buang air besar engan konsistensi tinja lebih banya cairan dibandingkan ampas. 5. Lendir 6. Demam 7. Supel 8. Turgor 9. Orificium anus : cairan kental (viscous) yang disekresikan oleh membran mukosa : kondisi akibat peningkatan suhu tubuh diatas nila normal(37o C) : tidak tegang : Keelastisitasan / flexibilitas kulit : lubang anus

HIPOTESIS Ferry 12 bulan,mengalami Diare dengan dehidrasi ringan sedang et causa virus.

SINTESIS DIARE Definisi Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan /tanpa darah dan lendir dalam tinja. Klasifikasi 1. Diare akut : < 7 hari. 2. Diare pro long : 7 14 hari. 3. Diare kronik : > 14 hari. Epidemiologi >> pd bayi : Lk = Pr. Etiologi Diare sekresi o o Infeksi virus Hiperperistaltik usus halus yang dapat disebabkan oleh bahan bahan kimia makanan, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin alergi dan sebagainya

Diare osmotic o o o Malabsorbsi makanan ( KH, lemak, protein ) KKP Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir

Factor factor penyebab diare: Factor infeksi ( bakteri (shigella, salmonella, E. coli, vibrio), virus (rotavirus, adenovirus), parasit (protozoa, E. histolitica, G. lamblia, Balantidium coli, askaris, dll), jamur ) : mikroorganisme masuk (saluran pencernaan)

berkembang diusus merusak sel mukosa intestinal perubahan kapasitas intestinal gangguan fungsi intestinal dlm fungsi cairan dan elektrolit diare

Factor malabsorpsi : kegagalan absorpsi tekanan osmotic meningkat pergeseran air dan elektrolit kerongga usus isi rongga usus diare Factor makanan: toksin yang ada tidak mampu diserap dengan baik peristaltic usus kesempatan penyerapan makanan diare Factor psikologis : mempengaruhi terjadinya peristaltic usus yang dapat mempengaruhi proses penyerapan makanan diare

Patologi Mekanisme diare : Virus masuk kedalam tubuh bersama makanan dan minuman Virus sampai kedalam sel epitel usus halus memperbanyak diri didalam enterosit pada ujung vili usus halus bagian proksimal menyebar kedistal(inkubasi 48 jam)dan menyebabkan infeksi serta jonjot-jonjot (villi) usus halus dan kripta mengalami hipertropi dan menutup kembali permukaan vili yang rusak Sel-sel epitel usus halus yang rusak diganti oleh enterosit yang baru yang berbentuk kuboid atau sel epitel gepeng yang belum matang (Sehingga fungsinya masih belum baik) Villi-villi mengalami atrofi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan (gangguan absorpsi cairan dan elektrolit))dan makanan dengan baik Cairan makanan yang tidak terserap dan tercerna akan meningkatkan tekanan koloid osmotik usus Gula yang tak terserap karena tidak dihidrolisir (kekurangan disakarida) tertariknya air dan elektrolit kedalam lumen usus menegangkan dinding usus dan merangsang gerakan dinding usus (peristaltik) Terjadi hiperperistaltik usus sehingga cairan beserta makanan yang tidak terserap terdorong keluar usus melalui anus sehingga terjadi diare.Gula yang tidak diserap difermentasikan bakteri kolon asam lemak rantai pendek efek osmotic dan katartik pada kolon pembentukan gas. Kerusakan mukosa dan berkurang daerah mukosa yang matur menghalangi pemasukan air, elektrolit, nutrient diare.

Patofisiologi Mekanisme diare :


Factor infeksi ( virus ) Masuknya jasad renik ke dalam lambung dan usus halus

Multiplikasi jasad renik tsb didalam usus halus

Terus memasuki T.GI bag. Bawah ( usus besar ) Jasad renik tsb mengeluarkan toksin diaregenik

Iritasi pd mukosa usus besar secara luas

Motilitas dinding usus halus m

Hipersekresi air dan elektrolit o/ mukosa usus besar tsb dlm jumlah besar ( 5-10 L)

m kec. Sekresi usus besar tsb

Sejumlah besar cairan yag disekresi >> akan membuaut agen infeksi tersapu kea rah anus

Diare

Mekanisme Muntah :
Factor eksternal : lingkungan kumuh dan kotor. Factor internal : usia 12 Bln, system imun yang rentan terh. Penyakit. Factor infeksi Masuknya jasad renik yg masih hidup ke dalam lambung Iritasi pd lambung secara luas Masuk ke usus halus bag. Atas ( duodenum ) Multiplikasi ( berkembang biak ) di dalam usus halus Respon saraf simpatis dan serabut saraf aferen vagal Merangsang pusat muntah di berbagai nucleus yang tersebar di batang otak (MO ) 1. Efek : A. Bernapas dalam. B. Naiknya tulang lidah dan laring u/ menarik sfingter esophagus bag. Atas sfingter esophagus terbuka. C. Penutupan glottis u/ mencegah aliran muntah masuk ke paru. D. Penutupan palatum mole u/ menutupi nares post. m tek. intragastrik Relaksasi sfingter esophaguslambung 2. peransangan impuls2 motorik ke T.GI bag. Atas. Gelombang antiperistaltik (gerakan peristaltic kea rah atas T.GI) 3. S.spinalis ke diafragma dan otot2 abd. Kontraksi diafragma yg kuat ke bawah dan otot2 abd. Akan berkontraksi m tek. intragastrik Relaksasi sfingter esophaguslambung Dorongan ekspulsi isi lambung Suatu cara T.GI membersihkan dirinya sendiri dari isinya ketika kedalam esofagus hamper semua bag. Atas T.GI teriritasi sec. luas , sgt mengembang, terangsang Muntah>>.

Mekanisme P HR, RR, mata cekung, air mata tidak menetes, mulut tampak kering, turgor (+) :
Diare Muntah

Tubuh kehilangan air dan elektrolit dlm jumlah besar Dehidrasi Homeostasis tubuh terggu

Ggn. Sirkulasi darah Ggn. Perfusi jar.


jantung berusaha keluaran (output)dalam menghadapi volume pukulan (stroke volume)yang ber<<

p pengeluaran HCO3-

Cairan pd palpebra inferior mata Mata cekung

Prod. Air mata ber<<

Mulut kering

Osmolaritas CIS m Cairan interstisial bergeser ke CIS Efek pd kulit

p pH darah Asidosis metabolik Ransangan ke pusat pernapasan p fx. Pernapasan ( p RR )

Air mata tidak menetes

Riwayat hanya minum air yg dimasak ibunya Asupan makanan (-) Terjadi katabolisme tubuh

Turgor kulit m ( turgor (+))

Mek. Kompensasi : p HR

Mekanisme timpani m :
Gula yang tidak diserap Diare Muntah

difermentasikan bakteri kolon

Pengosongan lambung m sec. cepat Akumulasi udara dalam jumlah besar di dalam lambung

asam lemak rantai pendek Timpani m efek osmotic dan katartik pada kolon pembentukan gas

Mekanisme urin sedikit dan pekat :


Diare Muntah

Tubuh kehilangan air dan elektrolit dlm jumlah besar Dehidrasi Homeostasis tubuh terggu u/ mempertahankan homeostasis tubuh tsb. Efek pada ginjal ( mek. Kompensasi ) Terus-menerus Terbentuk mengekskresikan urin pekatzat terlarut m resorpsi UrinDiuresis sedikit air dan dlm ber<< m 8 vol. jamurin

Mekanisme feses cair dan kulit orificium anus merah :


Diare Seringnya defekasi ( BAB ) m resiko terh. infeksi Iritasi kulit pd orificium anus Kulit disekitar orificium anus merah merah Lecet pada orificium anus dan sekitarnya Feses cair Air >> ampas Tinja makin lama makin asam

Mekanisme Lemas :
Diare Muntah Pengosongan lambung sec. cepat Namun, asupan makanan (-) hanya minum air Suplai energy didalam tubuh ber<< Asupan cairan ke sel dan jar. m Suplai energy didalam otot ber<< Lemas

Tubuh kehilangan air dan elektrolit dlm jumlah besar Dehidrasi Homeostasis tubuh terggu

Mekanisme hubungan semua gejala :


Demam ( t : Factor infeksi Pengosonan lambung sec. cpt Muntah PF. Abd : timpani m

Hipersekresi cairan >> o/ T.GI Pengeluaran cairan tsb. Sec. cpt p BAB Pem. Feses : air>>ampas

Diare

Tubuh kehilangan air dan elektrolit dlm jumlah besar Dehidrasi Homeostasis tubuh terggu Mempenga ruhi fs. ginjal Pem. Urin : urin sedikit dlm 8 jam dan urin >> pekat Ggn.sirkul asi darah Ggn. Asam basa Mata cekung Lemas

PF. Kepala : Air mata tidak menetes Pem. Fisik kulit : turgor (+) Mulut kering

Nadi m regular dan lemah

RR m

Pem. Anus : kulit disekitar orificium anus merah

Manifestasi klinis Gejala klinis Diare :

Awal : cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang/tidak ada baru timbul DIARE. Tinja cair dan mungkin /tanpa disertai lendir atau darah Warna tinja makin lama berwarna kehijau- hijauan karena tercampur dengan empedu Muntah , dapat terjadi sebelum/sesudah diare.

Jika telah banyak kehilangan banyak air dan elektrolit maka akan menunjukkan dehidrasi : Kriteria Penilaian Derajat Dehidrasi : Tanpa Dehidrasi Tidak ditemukan tanda utama & tanda tambahan KU baik, sadar Tanda vital dbn UUB tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa mulut & bibir basah Turgor abdomen baik, bising usus normal Akral hangat Pasien dpt dirawat di rumah, kecuali ada komplikasi lain Dehidrasi ringan sedang Didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan KU gelisah atau cengeng UUB sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang, mukosa mulut & bibir sedikit kering Turgor kurang Akral dingin Pasien harus rawat inap Penegakkan diagnosa

Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang : 1. Pem. Darah : darah lengkap, pH, ureum. 2. Pem. Tinja : Makroskopis : bau, warna, lendir, darah, konsistensi Mikroskopis : eritrosit, lekosit, parasit Kimia : pH, clinitest, elektrolit (Na, K, HCO3) Biakan & uji sensitivitas 3. Pem. Urin : Makroskopis: warna, bau, BJ, kekeruhan, buih. Mikroskopis : WBC, RBC, Protein.

Diagnosa Banding Diare akut Diare Muntah Darah tinja Demam TD RR HR + +/+/+/menurun Takipneu Takikardia Disentri + +/+ + Menurun Takpneu Takikardia Kolera +,berbau akasia + + + Menurun Takipneu Takikardia Takipneu Takikardia Paratypi + + +

Penatalaksanaan Jadi yang dilakukan pada pasien ini : Dirawat Karena dehidrasi berat Tidak diberikan anti diare

Rehidrasi parenteral dg cairan ringer laktat/ ringer asetat 100 cc/KgBB,Cara pemberian : < 1 th 30 cc/KgBB dlm 1 jam pertama,, dilanjutkan 70cc/KgBB dlm 5 jam berikutnya > 1 th : 30 cc/kgBB dlm jam pertama, dilanjutkan 70cc/kgBB dlm 2 jam berikutnya.

Minum diberikan jk pasien sdh mau minum 5cc/kgBB selama proses rehidrasi. Diet: Nutrisi Anak tidak boleh dipuasakan dan Makanan diberikan sedikit tp sering (+ 6x sehari) Mengoreksi : Hipernatremia ( Na>155 mEq/L), Hiponatremia (Na<130 mEq/L), Hiperkalemia (K>5 mEq/L), Hipokalemia (K<3,5 mEq/L

Monitoring Stlh pemberian cairan rehidrasi dinilai ulang drj dehidrasi, BB, gjl & tanda dehidrasi Monitoring pemberian antibiotik 3 hr

Tumbuh kembang Timbang BB sebelum & setelah rehidrasi, 2 minggu setelah sembuh & seterusnya scr periodic

Pencegahan Langkah Promotif/ Preventif o Upayakan ASI tetap diberikan o Kebersihan perorangan, cuci tangan sebelum makan o Kebersihan lingkungan, buang air besar di jamban o Imunisasi campak o Memberikan makanan penyapihan yang benar

o Penyediaan air minum yang bersih o Selalu memasak makanan

Prognosis Quo Ad Vitam : Ad Bonam Qou Ad Fungsionam : Dubia Ad bonam

SKENARIO 4 Andi 4 bulan, laki-laki, berak berdarah lendir sejak 2 hari yang lalu disertai perut kembung, muntah cairan hijau. Satu hari sebelum BAB darah lendir sampai sekarang, penderita rewel dan menangis tiba-tiba sedangkan pada saat yang lain tampak tenang. Pemeriksaan fisik KU TV : Tampak sakit berat, apatis : Nadi : 136x/mnt RR : 36x/mnt

: 38C

TD : tidak di ukur BB Kepala : 5 Kg : a. mata b. THT Leher Thorax : dbn : dbn

: Pembesaran KGB (-) : Dilatasi vena (-), gerak jantung paru dbn

Abdomen : a. Inspeksi Cembung menyeluruh b. Auskultasi Bising usus meningkat, bruit PD (-), metalic sound (+) c. Palpasi Nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), teraba massa di kuadran kanan atas, Hepar teraba 2 jari dibawah Proc. Xipoideus, Lien tidak teraba, balottement (-), turgor kulit menurun, UUB cekung. d. Perkusi : Timpani, pekak alih (-), Rectal toucher : lendir campur darah warna merah terang.

Pemeriksaan Penunjang a. Laboratorium Hb Leukosit Eritrosit : 10,5 gr/dl : 14000/mm3 : 4,1 juta/mm3 Natrium Kalium BGA : 135mEq/L : 3,9 mEq/L : belum dilakukan

Trombosit : 614000/mm3 Ht LED : 32% : 13mm/jam

Diff count : 0/1/0/67/26/6

b. Radiologi

Distensi usus (+)

KLARIFIKASI ISTILAH 1. Perut kembung : Suatu keadaan dimana suara perut terdengar seperti banyak terdapat udara 2. Berak berdarah lendir : Buang air besar yang disertai pengeluaran darah dan lendir yang berasal dari perdarahan pada saluran cerna dan sekresi mukus yang berlebihan 3. Muntah cairan hijau : Pengeluaran isi dari saluran cerna karena adanya rangsangan pada pusat muntah yang bercampur dengan cairan empedu yang berwarna hijau 4. Balottement : suatu teknik palpasi untuk memeriksa suatu objek yang mengapung 5. Metalic sound : Suara yang didengar pada saat auskultasi abdomen dimana bunyi tersebut seperti bunyi logam yang saling berbenturan 6. Distensi usus : Suatu keadaan terjadinya peregangan dari usus

HIPOTESIS Andi mengalami obstruksi usus et causa intususepsi disertai dehidrasi ringan sedang.

SINTESIS

INTUSUSSEPSI (INVAGINASI) Definisi Intusussepsi adalah Invaginasi salah satu bagian usus ke dalam bagian berikutnya dan merupakan penyebab obstruksi yang hampir selalu ditemukan pada bayi dan balita. Invaginasi umumnya berupa intusussepsi ileosaekal yang masuk naik ke kolon asendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Etiologi 1. Idiopatik 2. Infeksi virus 3. Perubahan pola makan

Epidemiologi Biasanya terjadi pada usia 3 bln 6 bln,berkurang pada usia 36 bulan terjadi 1- 4/1000 kelahiran perbandingan laki-laki dengan perempuan 4 : 1

Patofisiologi
Idiopatik,infeksi,perubahan pada makanan Peristaltik yang berlebihan segmen usus proksimal masuk kebagian distal P : teraba massa tumor seperti pisang terutama di intususepsi kuadran kanan atas

Penarikan mesenterium bersama2 memasuki lumen yang menyelubunginya Konstriksi mesenterium Sumbatan aliran balik vena Edema dan Sekresi Pembengkakan intususeptum perdarahan mukosa Tinja Tinja mukosa usus : mukus berdarah berlendir

Obstruksi usus
Akumulasi gas dalam cairan intra lumen disebelah proximal letak obstruksi
Perut kembung

A : Bising usus m Ggn. Pasase usus p tek. Intraluminal di bag. Proksimal obstruksi Terjadi gerakan anti peristaltik Cairan usus bergerak mundur

Distensi usus >>

Masuk ke dalam duodenum dan lambung


I:cembung menyeluruh

Proliferasi bakteri Netrofil, makrofag, monosit RT : Lendir campur darah warna merah terang Pirogen,endogen Masuk ke sirkulasi anterior hipotalamus PG 2

Peka terhadap regangan

Peristaltik usus m u/ mgtasi obs. A:me talic sound (+)

Merangsang serabut aferen dari nervus Vagus Terjadi ransangan ke pusat muntah di MO Muntah dikeluarkan bersama cairan empedu Muntah cairan hijau Kehilangan banyak cairan dan elektrolit Dehidrasi
Turgor kulit m UUB cekung Ggn. Perfusi jar.

Nyeri kolik yang hilang timbul sesuai dengan peristaltik

Penderita rewel dan menangis tiba-tiba sedangkan pada saat yang lain tampak tenang

Pusat termoregulator set poin di hipotalamus terganggu produksi panas T : 38 C Demam TSB Apatis

kesadaran

Suplai ke otak

Manifestasi Klinis Nyeri kolik hebat, mendadak hilang timbul Gelisah, nangis, rewel yang sebelumnya sehat Bisa timbul syok, tanda-tanda syok suhu 41, nadi melemah, RR lambat, ngorok Muntah pada fase awal, muntah pada fase lanjut muntah disertai empedu 12 jam pertama darah keluar lewat tinja (tinja jelly cismis) Tanda-tanda obstruksi, seperti : distensi abdomen, nyeri, muntah, dan konstipasi absolut. Nyeri biasanya menyerupai kejang dan memberat bila letak obstruksi makin tinggi.

Penegakkan Diagnosa 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang : Pemeriksaan lab. Pemeriksaan radiologi : Photo polos abdomen 3 posisi Barium enema : KI : dehidrasi Sonography real tim

Diagnose Banding DD Volvulus Bolus ascaris Gastroenteritis Enterocolitis Divertikulum meckel Sakit lebih berat, syok lebih mudah terjadi Gejala tidak berat, tidak ada dehidrasi dan syok Tidak terdapat massa pada abdomen Nyeri tidak terlalu hebat, dan tidak teratur, diare(+), tetap kesakitan saat nyeri ataupun tidak nyeri Perdarahan (+), Nyeri(-) Cara menyingkirkan DD

Tata Laksana Koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit Rehidrasi parenteral dg cairan ringer laktat/ ringer asetat 100 cc/KgBB, Cara pemberian :

o < 1 th 30 cc/KgBB dlm 1 jam pertama,, dilanjutkan 70cc/KgBB dlm 5 jam berikutnya Jumlah oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama pada dehidrasi ringan sedang : pada usia di bawah 1 tahun 300ml Dorong ibu untuk memberikan asi Untuk bayi dibawah 6 bulan yg tidak mendapat asi berikan juga 100-200 ml air masak selama masa ini Menghilangkan peregangan usus dan muntah dengan selang NGT mengdekompresi GI tract Antibiotik Laparatomi untuk

Prognosis Intususepsi pada bayi yang tidak ditangani akan selalu berakibat fatal ,kebanyakan bayi sembuh jika intususepsi direduksi dalam 24 jam pertama.dengan terapi bedah yang adekuat reduksi dengan operasi sangat mengurangi angka mortalitas pada kasus dini.

SKENARIO 3 Putri 32 tahun, datang ke Rumah Sakit Raden Matthaher dengan keluhan perut tegang dan nyeri 2 hari ini. Seminggu sebelumnya sakit dirasakan didaerah epigastrik, disertai badan meriang, mual, muntah, 5 hari sebelumnya Putri mengeluh nyeri menjalar dan menetap di perut kuadran kanan bawah. Karena Alasan tidak punya biaya ke dokter dia berobat ke dukun kampung tetapi sakit malah bertambah berat dan terasa diseluruh bagian perut. Siklus menstruasinya teratur. KU: Sakit Sedang , Komposmentis Tanda Vital : TD :120/80mmHg Nadi : 96 x / menit Pemeriksaan Fisik Kepala : mata konjungtiva : anemis (-/-) , Screla ikterik (-/-) Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-) Torak : dbn Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi : Distensi abdomen (+) : Peristaltik (-), bising usus senyap : Tympani, pekak hati + perut RR : 19 x/ menit Suhu : 38,2 C

Palpasi : Rigiditas Muskular +, nyeri tekan seluruh terutama di titik Mc Burney

Pemeriksaan Penunjang Darah Rutin : Hb 12, 4 gr/dl Leukosit : 17.600/mm3

Hitung Jenis : Normal Urin Rutin : dbn Feses Rutin : dbn USG: Sausage sign +, diameter 1,2cm Foto Polos Abdomen : Free Air (-)

KLARIFIKASI ISTILAH Epigastrik : Daerah perut bagian tengah dan atas yang terletak diantara Angulus Sterni Meriang :Perasaan tidak enak Mual :Rasa ingin muntah Muntah :Proses pengeluaran makanan dari lambung yang keluar melalui mulut Mc. Burney: Titik pada dinding perut Kuadran kanan Bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari garis yang menghubungkan SIAS dengan Umbilikus Rigiditas Muscular: Kekakuan atau ketidakfleksibelan otot perut Tympani:Suara Bunyi normal pada perkusi abdomen Peristaltik : Suatu gerakan pada saluran pencernaan atau organ tubuler dilengkapi oleh serabut otot longitudinal serta sirkuler lainnya

HIPOTESIS Putri 32 tahun mengalami peritonitis generalisata et causa apendisitis perforate.

SINTESIS APPENDISITIS Definisi Peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ tersebut . Etiologi Sumbatan lumen appendiks, karena : Hyperplasia jaringan limf Fekalit Tumor apendiks, cacing ascaris, penyebab lainnya adalah erosi mukosa apendiks karena parasit. konstipasi

Epidemiologi Ditemukan pada semua umur, insidens tinggi pada umur 20 30 tahun. Insidens : Lk = Pr. Pada umur 20 30 tahun insidens lelaki lebih tinggi.

Gambaran Klinis Gejala awal : o o o o o o o o o o o o o nyeri samar,rasa tidak enak disekitar umbilikus nyeri visceral didaerah epigastrium gejala berlangsung 1-2 hari, Setelah 7-12 jam terlokalisir kanan bawah nyeri visceral dalam bebrapa jam nyeri bergeser ke kuadran kanan bawah nyri lebih jelas (nyeri somatik setempat) anoreksia mual dan muntah(vomitus) spasme otot kadang disertai kram yg intermiten Bila ada rangsangan peritoneum sakit sewaktu berjalan atau batuk. leukositosis sedang Obstipasi atau diare, sebagian mengalami obstipasi Tanda vital tidak banyak mengalami perobahan pada tahap dini

Penegakkan diagnose 1. Anamnesis 2. Pemeriksaan fisik 3. Pemeriksaan penunjang : a. Pemeriksaan Lab. b. Radiologi : foto polos abdomen dilatasi caecum. c. USG : untuk membedakan adanya abses. d. Barium enema untuk anak. e. CT-Scan Diagnose Banding 1. Gastroenteritis : Mual, Muntah dan diare mendahului rasa sakit Sakit perut tidak berbatas tegas Hiperperistaltis Panas dan leukositosis kurang menonjol

2. Demam dengue : Dapat dimulai dengan sakit perut mirip peritonitis Rumple leed (+) Trombositopenia Ht m Limfadenitis Mesenterikal Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis ditandai nyeri perut kanan Mual (+), nyeri tekan samar terutama kanan (+).

3. Kelainan ovulasi : Folikel ovarium yang pecah (ovulasi) mungkin memberikan nyeri perut kanan bawah pada pertengahan siklus menstruasi. Anamnesis nyeri yang sama yang pernah timbul dahulu Tanda radang (-), nyeri biasanya hilang dalam 24 jam. 4. Infeksi Panggul Salpingitis akut kanan sering dikacaukan dengan apendisitis dan nyeri perut bagian bawah. Suhu lebih tinggi Nyeri perut bagian bawah lebih difus Infeksi panggul wanita biasanya disetai keputihan dan infeksi urin Pada colok vagina timbul nyeri hebat dipanggul jika uterus diayunkan pada gadis lakukan colok dubur.

5. Kehamilan ektopik riwayat terlambat haid dengan keluhan yang tidak menentu. Jika ada ruptur tuba atau abortus kehamilan diluar rahim dengan perdarahan, nyeri (+) yang mendadak difus didaerah pelvis dan mungkin terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan rongga Dougglas dan pada kuldosentesis didapatkan darah.

6. Kista ovarium terpuntir Timbul nyeri mendadak dengan intensitas yang tinggi, teraba massa dalam rongga pelvis pada pemeriksaan perut, colok vaginal, atau colok rectal. Tidak terdapat demam. Pemeriksaan USG dapat menentukan diagnosa.

7. Endometriosis eksterna nyeri ditempat endometriosis berada,dan darah menstruasi terkumpul ditempat itu karena tidak ada jalan ke keluar.

8. Urolitiasis plelum/ureter kanan adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran khas. Eritrosituria sering ditemukan . Foto polos perut atau urografi intravena dapat memastikan penyakit tersebut. Pielonefritis sering disertai dengan demam tinggi, nyeri kostovetreba angel disebelah kanan dan piuria.

9. Penyakit saluran cerna lainnya peradangan diperut, seperti : diverticulitis Meckel, perforasi tukak duodenum atau lambung , kolesistitis akut, pankreatitis, divertikulitis kolon, obstruksi usus awal , perforasi kolon, demam tifoid abdominalis, karsinoid dan mukokel appendiks.

Appendisistis Perforata Pencetus o o o o Adanya fekalit didalam lumen umur (orang tua atau anak kecil), dan keterlambatan diagnosis Dilaporkan appendiks 60 % pada penderita diatas usia 60 th .

Diagnosis Perforasi appendiks akan peritonitis purulenta yang ditandai dengan : o o o o o demam tinggi nyeri makin hebat difus perut menjadi tegang dan kembung. Nyeri tekan dan defans muskuler diseluruh perut , peristaltik usus menurun sampai menghilang karena ileus paralitik.

o Abses rongga peritoneum bisa terjadi bilamana pus yang menyebar bisa dilokalisasi disusatu tempat, paling sering dirongga pelvis dan sub diafragma. o adanya massa intraabdomen yang nyeri disertai demam harus dicurigai abses. o USG dapat membantu mendeteksi adanya kantong nanah. Tata laksana Pada pasien ini yang dilakukan adalah : Rawat, tirah baring Pra Bedah : Pemasangan pipa nasogastrik (NGT) Infus NaCl atau Ringer laktat Pemberian antibiotic kuman gram negative dan positif serta kuman anaerob (Ampicillin/sefalosporin +metronidazol 1 jam preoperasi) Metronidazol 7.5 mg/kgBB IV sebelum operasi

Cefoxitin adalah generasi kedua sefalosforin untuk infeksi yang disebabkan gram-positif coccus and gram-negatif 2 g IV sebelum operasi. Di Rujuk ke bagian Bedah Dilakukan laparotomi dengan insisi yang lebih panjang untuk mencuci rongga peritoneum, Saat ini dilakukan secara laparoskopi Appendektomy Prognosis Quo Ad Vitam: Dubia Ad Bonam Quo Ad Fungsionam : Ad Malam

SKENARIO 2 Mario, 17 tahun datang kepoliklinik penyakit dalam dengan keluhan mata kuning, hal ini dialaminya sejak tiga hari yang lalu.badan terasa lemas dirasakannya selama 2 minggu.awalnya pasien mengalami demam, mual-mual, tidak muntah, kurang nafsu makan, dan perut terasa tidak nyaman.2 hari belakangan ini, pasien mengeluh bertambah lemas, badan teraa gatal dan BAK berwarna coklat tua seperti the dan BAB warna dempul.riwayat tranfusi (-),.riwayat narkoba suntik (-).ibu pasien menanyakan apakah penyakit pasien dapat menular keanggota keluarga lainnya, dan perlukah adik pasien yang berusia tiga tahun dan lima tahun diberi vaksin untuk pencegahan. Pemeriksaan fisik, lab dan penunjang lainnya Keadaan umum : sakit sedang Kesadaran : komposmentis Tanda vital : o TD : 110/70 mmhg o RR : 18 X/menit o Nadi : 104 X/menit o Suhu : 37.50C Pemeriksaan fisik o Mata : sclera ikterik o THT : DBN o Jantung dan paru : DBN o Abdomen :

Inspeksi : datar/ simetris, tidak ada spider nevi dan jaringan sikatriks Auskultasi : bising usus normal Palpasi : timpani Perkusi : Hepar teraba 2 jari BPX(bawah processus xipodeus) dan BAC (bawah arcus costae) Nyeri tekan epigastrium Limfa tidak teraba

o Extremitas : akral hangat, kapilari nevil < 2 detik o Status lokalis : warna kulit normal Pemeriksaan penunjang o Pemeriksaan darah rutin Eritrosit : 5 juta Leukosit : 14000 sel/mm3 HB : 11,5 /dl Hematokrit : 35,1 % Trombosit : 167000

o Pemeriksaan urin rutin : tidak dilakukan o Pemeriksaan feses rutin : tidak dilakukan

Pemeriksaan penunjang yang lain o SGOT / AST : 498 IU/l o SGPT / ALT : 843 IU/l o Bilirubin Direct : 6 mg/dl Indirect : 4,5 mg/dl

Total : 10,5 mg/dl

o HBsAg : (-), anti HbS : (+) o HAV DNA (+)

KLARIFIKASI ISTILAH Mata kuning Lemah Demam Mual Muntah Perut terasa tidak nyaman BAB berwarna dempul Transfus Vaksin Bilirubun HBsAg Anti-HbS : warna kuning pada sclera mata akibat bilirubin yang berlebihan : tidak bertenaga : kenaikan suhu diatas 37,5 oC : sensasi tidak nyaman dan kecendrungan untuk muntah : pengeluaran isi lambung atau esophagus melalui mulut dengan paksa : perasaan nyeri pada daerah epigastrium akibat adanya peregangan dari kapsula hati : warna tinja yang pucat akibat tidak diwarnainya oleh bilirubin : pemasukan darah lengkap atau komponen darah secaralangsung kedalam aliran darah : suspense mikroorganisme yang dilemahkan atau dimatikan untuk mencegah suatu penyakit : pigmen empedu yang dihasilkan dari pemecahan heme dan reduksi biliverdin : protein permukaan non infektif yang dilepaskan oleh hepatosit yang terinfeksi : suatu antibody jenis IGg pada saat konvaleseus infeksi HBV atau timbul setelah kontak dengan HbsAg dalam bentuk vaksin : pertanda serologis infeksi hepatitis A

HAV DNA

HIPOTESIS Mario ( 17 thn ) menderita Ikterik et cause hepatitis viral akut.

SINTESIS HEPATITIS VIRAL AKUT Definisi Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati yang memberikan gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, kencing berwarna seperti air the pekat, mata dan seluruh badan menjadi kuning. Etiologi Penyebab hepatitis dapat dibagi atas : Hepatitis oleh virus Hepatitis oleh bakteri Hepatitis oleh obat-obatan Hepatitis oleh alkohol Epidemiologi HAV terutama ditularkan melalui fecal-oral. HAV lazim terjadi pada anak dan dewasa muda. Prevalensi berkorelasi dengan standar sanitasi dan rumah tinggal ukuran besar.

Patofisiologi
Pengaruh alkohol, virus hepatitis, toksin

Hipertermi Perubahan kenyamanan Gangguan metabolisme karbohidrat lemak dan protein

Inflamasi pada hepar Gangguan suplay darah normal pada sel-sel hepar Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktulii empedu intrahepatik Nyeri

Peregangan kapsula hati Hepatomegali Perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas

Gglikogenesis menurun

Glukoneogenesis menurun Glikogen dalam hepar berkurang Glikogenolisis menurun Glukosa dalam darah berkurang Cepat lelah Keletihan Kerusakan sel parenkim, sel hati dan duktuli empedu intrahepatik Obstruksi Gangguan eksresi empedu Kerusakan sel eksresi Retensi bilirubin Regurgitasi pada duktuli empedu intra hepatik Bilirubin direk meningkat Peningkatan garam empedu dalam darah Pruritus

Anoreksia

Perubahan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan

Kerusakan konjugasi Bilirubin tidak sempura dikeluarkan melalui duktus hepatikus Bilirubin direk meningkat Ikterus

Ikterus Perubaha kenyamanan

Larut dalam air Eksresi ke dalam kemih Billirubinuria dan kemih berwarna gelap

Manifestasi Klinis 4 periode massa tunas hepatitis virus A antara 15-45 hari, untuk hepatitis virus B 75 hari (40180 ), hepatitis non A dan non-B 50 hari (antara 15-150)

fase preikterik keluhan yang diajukan penderita (tidak khas).yaitu keluhan yang disebabkan infeksi virus yang berlangsung sekitar 2-7 hari : nafsu makan menurun (1X timbul), nausea (rasa mual) kadang disertai vomitus (muntah-muntah). perut kanan atas atau daerah ulu hati dirasakan sakit. penderita mengeluh seluruh badan pegal-pegal, dipinggang bahu dan malaise (merasa lemah badan). terutama

capai pada sore hari, demam (390c) berlangsung selama 2-5 hari. gatal-gatal, urtikaria makulopapuler dan eritematous ditemukan pada 5 % penderita

fase ikterik warna urin penderita menjadi urine pekat, tinja berwarna pucat. penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. dilihat mata penderita tampak kuning, kuning akan terus meningkat kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari. selain itu terdapat keluhan mengeluh sakit diperut atas, mual kadang-kadang disusul dengan muntah dan

nafsu makan tetap menurun keluhan ini berlangsung 7-10 hari disusul dengan timbulnya nafsu makan dan berkurang tanda ikterus

fase penyembuhan dimulai saat menghilangnya tanda2 ikterus : hilangnya rasa mual, dan rasa sakit diulu hati, bertambah nafsu makan

Penegakkan diagnose 1. anamnesis 2. pemeriksaan fisik 3. pemeriksaan penunjang : pem. Lab. : darah rutin ; serum bilirubin ; serum transaminase ; pem. Serologis. pem. Urin pem. Tinja

radiologi

Diagnose banding 1. kelainan prehepatik : hemolisis, 2. kelainan intrahepatik : hepatoseluler, obstruksi hepatitis infeksiosa, alcohol, rx obat dan kelainan autoimun. 3. Kelainan posthepatik : infeksi saluran empedu, pancreatitis, dan keganasan.

Tata laksana Non-medikamentosa o Istirahat mutlak : lamanya istirahat tergantung keadaan umum penderita Penderita ringan : 3 minggu Penderita berat : 6 minggu

Memulai rehabilitasi penderita kalau 2 X berturut2 dalam seminggu kadar bilirubin total > 1.5 mg % dan tes retensi bromsulfalein 45 menit terdapat dibawah 6 % dan tidak adanya gejala prodormal o Diit Makanan harus mudah dicernakan dan tidak akan menambah anoreksia serta menyebabkan rasa nausea dan vomitus Makanan yang masih segar, bergizi , berkalori tinggi Makanan dan minuman yang mengandung alcohol harus dihindarkan

Medikamentosa o Vitamin : vit B-kompleks sebagai koenzim dalam siklus krebs vit C sebaiknya diberikan peroral atau perenteral VIT E (3X100mg/hari) untuk mencegah terjadinya hepatotksik, vit B-12 dan biotin mencegah efek toksik dari karbon tetrachloride.dosis 100 Mcq Im tiap hari pada penderita hepatitis akut

vit K mencegah hipoprotombinemia akibat terganggunya absorpsi vit-k.dosis 20 mg perenteral

o Asam asam amino : cystin dan metionin melindungi kemungkinan nekrosis hati o Obat-obat antihepatotoksik Kurkuma kompleks yang mengandung : 20 mg kurkuminiod yang berasal dari curcumna domestica val dan 5 mg minyak atsiri yang berasal dari curcuma xanthorhiza roxb sebagai fitofarmatika

Terapi simtomatik o Pruritus : antihistamin ex : dramamin

Pencegahan 1. Hindari makanan yang kotor 2. Mempraktekan kebersihan yang baik, seperti mencuci tangan setelah menggunakan toilet atau mengganti diapers 3. Menghindari meminum atau memakai air kran jika berpergian ke luar negri 4. Hindari air termasuk es yang mungkin tercemar kotoran. 5. Hindari kerang-kerangan yang mentah atau kurang masak. 6. Selalu cuci tangan dengan sabun dan air setelah ke kamar mandi, mengganti popok bayi dan sebelum menyiapkan atau makan makanan. 7. Menghindari memakai obat terlarang, terutama penggunaan bersama alat suntik. 8. Melakukan hubungan sex yang aman. 9. Menghindari penggunaan bersama alat-alat kesehatan pribadi seperti alat cukur atau gunting kuku 10. Menghindari bahan racun dan konsumsi alkohol berlebihan 11. Gunakan obat-obatan seperti yang dianjurkan. 12. Gunakan kehati-hatian pada produk-produk kimia industri. 13. Makanlah diet yang berimbang baik menurut petunjuk piramid dari makanan. 14. Dapatkan satu suntikan dari immune globulin sesudah terpapar pada hepatitis A.

Prognosis

Quo ad Vitam

: dubia ad bonam

Quo ad Fungsionam : dubia ad bonam

Anda mungkin juga menyukai