Anda di halaman 1dari 161

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI GURU DENGAN SISWA TERHADAP PRESTASI SISWA PADA MATA

PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAMAL-BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh : Ika Lis Mariatun 04120024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JANUARI, 2009

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI GURU DENGAN SISWA TERHADAP PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAMAL-BANGKALAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Sat Satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd)

Oleh : Ika Lis Mariatun 04120024

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG JANUARI, 2009

LEMBAR PERSETUJUAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI GURU DENGAN SISWA TERHADAP PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAMAL-BANGKALAN

SKRIPSI

Oleh:

Ika Lis Mariatun NIM: 04120024

Telah Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing

Dr. H. Nur Ali M,Pd NIP. 150 289 265

Tanggal, 16 Januari 2009 Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetuan Sosial

Drs. M. Yunus, Msi


NIP: 150 276 940

LEMBAR PENGESAHAN PENGARUH FAKTOR-FAKTOR INTERAKSI BELAJAR MENGAJAR DAN INTERAKSI GURU DENGAN SISWA TERHADAP PRESTASI SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 KAMAL-BANGKALAN

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh Ika Lis Mariatun (04120024) telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 Januari 2009 dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar stara satu Sarjana Pendidikan IPS (S.Pd) pada tanggal : 17 Januari 2009.
Panitia ujian Tanda Tangan

Ketua Sidang
Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 150 289 265 Sekretaris Sidang Drs. H. M. Hadi Masruri, Lc, MA NIP. 150 331 145 Pembimbing, Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 150 289 265 Penguji Utama Dr. Wahid Murni, M.Pd.Ak NIP. 150 303 049 :

Mengesahkan, Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony NIP. 150 042 031

PERSEMBAHAN
Tidak lupa saya mengucapkan doa dan rasa syukur Alhamdullillah kehadirat Illahi Robbi dan Junjungan Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa cahaya kebenaran, dan anugerah ALLAH SWT saya telah menyelesaikan skripsi berkat usaha keras menimba ilmu selama di bangku kuliah di UIN Malang, maka dengan hormat saya persembahkan karya ini kepada orang yang telah berjasa di dalam kehidupan saya ucapkan rasa terima kasih dan sayang kepada kedua orang tua saya Bapak (Matsuri) dan Ibu (Sringatun), yang selalu memberikan semangat dalam perjuangan hidup ini, karena beliaulah saya bisa mengenyam pendidikan sampai kuliah, terima kasih bapak dan ibu tercinta, atas semua yang telah engkau berikan ..... Kepada adik-adikku tercinta Rohmad Suci Murdiyanto dan Ibnu Solehudin teruskan perjuangan mbak.Ika, terimakasih buat kalian telah menghibur mbak.Ika dikala sedang dihadapkan masalah, Sahabat-sahabatku yang di UM Malang (Yani & Dina), teman perjuanganku di IPS, Green Comunity (Rohil, Aisy, Hayi, Dodit, Ayik, Bisry, Hanif, Fatma & All green comunity) serta seluruh teman-teman yang masih ingat saya thanks very much for all Syukur Alhamdullillah .... perjuangan saya tidak selalu mulus tetapi selalu ada kerikil-kerikil tajam yang selalu menghambat akhirnya kerikil itu bisa saya lewati berkat dukungan semua orang yang selalu memberi semangat kepada saya untuk terus maju !!!

MOTTO

r& 7s% st69$# y us9 n1u My=s3j9 #Y#y st79$# t%x. 9 % #Yyt &#W/ $u_ s9u n1u My=x. yx s?

Artinya : Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".

THE MOST BEATIFUL THING WE CAN EXPERIENCE IS THE MYSTERIOUS. IT IS THE SOURCE OF ALL ART SCIENCE. Hal yang paling indah yang dapat kita alami ialah kekuatan misterius. Ia merupakan sumber dari semua kekuatan seni dan ilmu pengetahuan. Albert Eistein

Dr. H. Nur Ali, M.Pd Dosen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang

NOTA DINAS PEMBIMBING


Hal : Skripsi Ika Lis Mariatun Lamp : 6 (Enam) Eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang Di Malang Assalamualaikum Wr. Wb. Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa maupun tekhnik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di bawah ini: Nama : Ika Lis Mariatun NIM : 04120024 Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Judul : Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dan Interaksi Guru dengan siswa terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Kamal- Bangkalan. Malang, 14 Januari 2009

Maka selaku pembimbing, Kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak diajukan untuk diujikan. Demikian, mohon dimaklumi adanya. Wassalamualaikum Wr.Wb.

Pembimbing,

Dr. H. Nur Ali, M.Pd NIP. 150 289 265

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yanbg pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 16 Januari 2009

Ika Lis Mariatun

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim Dengan iringan rasa syukur Alhamdulillah dan segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah serta taufiqnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan cahaya Islam dan senantiasa memberikan teladan dengan akhlaknya yang mulia. Dengan segala kemampuan dan pengetahuan, penulis curahkan untuk mewujudkan dan penyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari tanpa bantuan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terselesaikan penyusunannya, sehingga penulis ucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan cinta dan kasihnya serta selalu berdo'a dengan penuh kesabaran dan ketulusan. 2. Bapak Prof. Dr. H. Imam Suprayogo, selaku rektor Universitas Islam Negeri Malang. 3. Bapak Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang. 4. Bapak Drs. M. Yunus, M.Si selaku Ketua Jurusan IPS dan bapak Dr. Abdul Basith, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan IPS Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang.

5. Bapak Dr. H. Nur Ali, M.Pd selaku Dosen Pembimbing yang dengan ketulusan dan kesabarannya memberikan bimbingan ditengah-tengah kesibukannya, sehingga selesainya penulisan skripsi ini. Jazakumullah Khairran Katsiro. 6. Seluruh bapak Ibu Dosen yang selama ini telah mendidik penulis. 7. Bapak Kepala Sekolah (Drs. H. Tiin, M.Pd), Bapak Ibu Guru dan Karyawan serta siswa-siswi SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan. 8. Seluruh teman-teman mahasiswa UIN Malang yang telah memotivasi kami untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini. Semoga semua amal dan budi baik yang telah di berikan kepada penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amin Namun demikian penulis menyadari bahwa, penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak selalu penulis harapkan demi penyempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya maupun pembaca pada umumnya.

Malang, 15 Januari 2009

Penulis

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Pembagian kecerdasan Tabel 2 : Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Tabel 3 : Aspek dan sub aspek ilmu-ilmu sosial Tabel 4 : Kisi-kisi Instrumen (Angket/Kuesioner) Tabel 5 : Inteerpretasi r Tabel 6 : Inteerpretasi r Tabel 7: Kepala SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan mulai tahun 1965 sampai sekarang Tabel 8 : Jumlah guru dan karyawan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan Tabel 9 : Jumlah siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan Tabel 10 : Guru IPS dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa Tabel 11: Siswa senang jika guru IPS hanya menerangkan materi pelajaran saja Tabel 12: Guru IPS menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran di mulai Tabel 13 : Siswa di kelas tidak pernah bertanya jika ada masalah Tabel 14 : Siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang di berikan oleh guru IPS Tabel 15 : Guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan masalah Tabel 16: Guru IPS memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang di ajukan Tabel 17 : Guru IPS menghargai siswa ketika siswa mengemukakan pendapat di dalam kelas Tabel 18 : di kelas siswa pernah diadakan diskusi Tabel 19 : Siswa dapat menarik kesimpulan dalam setiap diskusi di kelas Tabel 20: Siswa senang apabila diadakan diskusi di dalam kelas Tabel 21: Siswa bertanya tentang pelajaran yang sulit di mengerti kepada teman

Tabel 22 : Guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan Tabel 23 : Guru IPS menguasai setiap bahan yang diberikan kepada siswa Tabel 24 : Guru IPS tidak hadir di dalam kelas Tabel 25 : Siswa tidak hadir dalam pelajaran IPS Tabel 26 : Guru IPS menerangkan materi pelajaran selalu bervariasi Tabel 27 : Guru IPS menguasai kelas apabila terjadi keributan di kelas Tabel 28 : Hasil nilai ulangan IPS siswa bagus Tabel 29 : Siswa dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar Tabel 30 : Dalam memberikan penilaian guru IPS memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa Tabel 31 : Guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawali dengan pre-tes Tabel 32 : Guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang belum berhasil Tabel 33 : Guru IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak bagus Tabel 34 : Siswa mendapatkan informasi lomba mata pelajaran IPS di sekolah Tabel 35 : Uji Validitas dan reabilitas variabel nteraksi guru dengan siswa Tabel 36 : Uji Validitas dan reabilitas variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar Tabel 37 : Uji validitas dan reabilitas variabel prestasi siswa Tabel 38 : Rangkuman Out put Regreasi linier Tabel 39 : Hasil Uji t (Parsial)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Bentuk Interaksi dalam Proses Belajar Mengajar

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiarn 1 Deskriptif Responden Lampian 2 Frekuensi Responden Lampiran 3 Deskripsi Statistik Lampiran 4 Uji Validitas Lampiran 5 Uji Reliabilitas Lampiran 6 Data mentah Lampiran 7 Kuesioner Lampiran 8 Pedoman Wawancara Lampiran 9 Struktur Organisasi SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan Lampiran 10 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan Lampiran 11 Absensi siswa Lampiran Denah Lokasi SMP Negeri 1 Kamal Lampiran Gambar Lokasi Penelitian Surat Ijin Penelitian Surat Keterangan Penelitian Bukti Konsultasi Daftar Riwayat Hidup

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL HALAMAN SAMPUL DALAM .......................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... iv HALAMAN MOTTO ....................................................................................... v

HALAMAN NOTA DINAS ................................................................................ vi HALAMAN PERNYATAAN .............................................................................. vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................. x

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii DAFTAR ISI.................................................................................................... xiv HALAMAN ABSTRAK ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ........................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian. ....................... 8 D. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

E. Hipotesis............. ............................................................................. 9 F. Ruang Lingkup Penelitian ................................................................. 10 G. Definisi Operasional 11 H. Sistematika Pembahasan...................... 12

BAB II KAJIAN TEORI 1) Interaksi Guru Siswa ....................................................................... 13 1. Pengertian Interaksi ................................................................. 13 2. Interaksi Guru dengan Siswa ...................................................... 17 3. Dasar-dasar dalam Interaksi Guru dengan Siswa ....................... 20 4. Ciri-ciri Interaksi Guru dengan Siswa .......................................... 23 5. Faktor-faktor Interaksi ............................................................... 25 2) Prestasi Belajar ................................................................................ 33 1. Pengertian Prestasi....................... 33 2. Pengertian Belajar.........................................................................34 3. Pengertian Prestasi Belajar............................................................37 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peningkatan Prestasi Belajar.38 a. Faktor Intern............................................................................38 b. Faktor Ekstern ........................................................................47 3) Mata Pelajaran IPS ........................................................................... 64 1. Pengertian Mata pelajaran IPS ................................................. 64

4) Pengaruh Interaksi Guru dengan Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa ...................................................................... 71

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian .............................................................................. 74 B. Pendekatan dan Jenis Penelitian...................................................... 74 C. Data dan Sumber Data..................................................................... 76 D. Populasi dan Sampel........................................................................ 77 E. Instrumen Penelitian ....................................................................... 78 F. Pengumpulan data .......................................................................... 82 G. Analisa Data .................................................................................... 84

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan ................................... 91 2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan................ 93 3. Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan ..... 95 4. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan ........................... 98 B. Deskripsi Penelitian 1.Pelaksanaan Penelitian. 98 2.Deskripsi Respond. 99 C. Interaksi Guru Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamla-Bangkalan 1. Deskripsi Data ........................................................................... 100 2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ............................................... 121

3. Hasil Analisis Korelasi ................................................................. 123 D. Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri 1 Kaml-Bangkalan 1. Hasil Analisis Regresi ................................................................. 124 2. Hasil Uji F .................................................................................. 126 3. Hasil Uji t ................................................................................. 127

BAB V PEMBAHASAN

A. Interaksi Guru dengan Siswa dalam Meningkatkan Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan .................................................... 130 B. Pengaruh Interaksi Guru dengan siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan ............................................................ 132 C. Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dalam

Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan .................................................... 133
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan .................................................................................... 135 B. Saran- saran .................................................................................. 137


DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

ABSTRAK

Ika Lis Mariatun, Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dan Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Tarbiyah, Universitas Islam Negeri (UIN) Malang, Dr. H. Nur Ali, M.Pd

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya. Pendidikan merupakan salah satu sarana untuk mencapai keberhasilan dalam hidup. Berdasarkan pengetahuan yang di peroleh dari sekolah, seseorang dianggap memiliki cakrawala yang luas sehingga dapat berpikir dan memiliki pandangan yang luas serta dapat mengatsi masalahmasalah kehidupan dengan lebih bijaksana. Dalam proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peritiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaktif edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap pada diri siswa yang sedang belajar. Berangkat dari latar belakang itulah penulis kemudian ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul , Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dan Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh interaksi guru siswa terhadap perkembangan prestasi siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan? Penelitian yang penulis lakukan ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan ragam korelasi. Dan dalam perjalanan mengumpulkan data, penulis menggunakan metode kuesioner/angket, wawancara/interview dan dokumentasi. Sedangkan untuk analisisnya menggunakan analisis korelasi product moment yaitu untuk mengetahui ada tidaknya korelasi interaksi guru siswa dalam mengembangkan prestasi siswa, sedangkan analisis regresi linier ganda digunakan untuk mengetahui besar pengaruh interaksi guru siswa terhadap prestasi siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan. Dan untuk mempercepat perhitungan maka penulis menggunakan bantuan komputer program SPSS versi 15.00.

Hasil dari penelitian yang dilakukan penulis dapat disampaikan disini bahwa menurut perhitungan korelasi product moment terdapat korelasi antara kedua variabel yaitu varaibel X1 (interaksi guru siswa) dan X2 (Faktor-faktor interaksi belajar mengajar) dengan Y (prestasi siswa) menunjukkan bahwa interaksi mempunyai nilai koefesien korelasi product moment sebesar 0,448 (44.8%) terhadap kreativitas siswa, angka tersebut menunjukkan bahwa model ini mempunyai nilai koefisien korelasi tinggi. Sedangkan dari hasil analisis regresi linier interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar-mengajar berpengaruh signifikan terhadap pengembangan prestasi siswa sebesar 0.724 (72.4%) angka tersebut menunjukkan bahwa model ini baik pengaruhnya dan ini dilihat dari signifikannya. Perkembangan prestasi siswa akan konstan sebesar 4.142 jika tidak dipengaruhi oleh variabel interaksi dan factor-faktor interaksi belajar mengajar. Sedangkan interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1%. faktor-faktor interaksi belajar mengajar mempengaruhi pengembangan prestasi siswa sebesar 25.7%. Dari Penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan prestasi diantaranya dipengaruhi oleh (interaksi) dan Faktor- factor interaksi belajar mengajar, dipenelitian ini yang dimaksud interaksi tersebut yaitu interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa. Secara tidak langsung perkembangan prestasi siswa akan berakibat pada baik buruknya kualitas siswa, maka peneliti menyarankan tidak hanya prestasi siswa yang dikembangkan tapi juga prestasi guru perlu dikembangkan. Penulis berharap penelitian tidak berhenti disini akan tetapi terus berkembang atau diadakan penelitian berikutnya guna memperbaiki kulitas generasi penerus bangsa.

Kata Kunci: Interaksi guru siswa, Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar, Prestasi siswa

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar memanusiakan manusia, atau membudayakan manusia. Pendidikan adalah proses sosialisasi menuju kedewasaan intelektual, sosial, moral, sesuai dengan kemampuan dan martabatnya sebagai manusia. Atas dasar itu maka hakikat pendidikan adalah : 1. Interaksi manusiawi 2. Membina dan mengembangkan potensi manusia 3. Berlangsung sepanjang hayat 4. Sesuai dengan kemampuan dan tingkat perkembangan individu 5. Ada dalam keseimbangan antara kebebasan subjek didik dengan kewibawaan guru 6. Meningkatkan kualitas hidup manusia 1 Fungsi dan tujuan Pendidikan Nasional tercemin dalam UUSPN No.20 Tahun 2003 pasal 2 yang berbunyi : Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sedangkan tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.2

1 2

Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: CV.Sinar Baru, 1988), hlm.35 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang system Pendidikan Nasional (Jakarta:Citra Umbara, 2006), hlm.76

Dalam proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar. Interaksi dalam peritiwa belajar mengajar mempunyai arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaktif edukatif. Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan penanaman sikap pada diri siswa yang sedang belajar.3 Bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar menurut Roestiyah adalah sebagai berikut : 1. Pengajaran adalah transfer pengetahuan kepada siswa 2. Pengajaran adalah mengajar siswa sebagaimana caranya belajar, 3. Pengajaran adalah hubungan interaktif antara guru dan siswa, 4. Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dan konsultasi guru4 Bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar menurut Mac Kenchie (dalam bukunya Masnur, dkk), yaitu: pertama, interaksi satu arah. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Kedua, interaksi dua arah yaitu guru dan siswa dapat berperan sama (yaitu pemberi dan penerima aksi), keduanya dapat saling memberi dan menerima. Ketiga, interaksi tiga arah/lebih (interaksi optimal), yaitu interaksi dinamis antara guru dengan
3

User Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), hlm.1 Roestiyah, Masalah Pengajaran : Sebagai Suatu Sistem (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), hlm 40-45

siswa tetapi juga melibatakan interaksi dinamis antara siswa dengan siswa lainnya.proses belajar mengajar pola interaksi seperti ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.5 Peneliti melihat bahwa interaksi antara guru dengan siswa di SMP 1 Negeri 1 Kamal-Bangkalan dapat dikatakan akan memberi manfaat. Menurut asumsi peneliti prestasi siswa yang baik akan berakibat juga pada kreatifitas belajar yang baik pula. Pengembangan prestasi siswa salah satunya di pengaruhi oleh faktor interaksi belajar mengajar. Ilmu pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SLDB sampai SMP/MTS/SMPLB. Ilmu pengetahuan sosial mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Di SMP / Madrasah Tsanawiyah mata pelajaran IPS memuat materi pengetahuan sosial yang terdiri dari Geografi, Sejarah, Sosiologi dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik di arahkan untuk dapat menjadi warga dunia yang cinta damai. Hal inilah yang menambah pentingnya ilmu pengetahuan sosial dalam dunia pendidikan. Hal tersebut terbukti dari ruang lingkupnya yang luas. Jika ditinjau lebih mendalam lagi, maka nampak bahwa yang dibicarakan dalam IPS itu tak lain adalah hubungan antara manusia (human relationships) dan ini mencakup hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam. Yang disebutkan
5

Masnur, dkk, Dasar dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.2

terakhir ini nampak sekali dalam pengajaran geografi. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang membicarakan bumi sebagai ruang huni manusia, dan manusia sebagai penghuni bumi. Adapun dengan sebutan kelompok diartikan kelompok menurut makna sosial, ekonomis, politis maupun budaya. Mengajar adalah proses interaksi siswa dengan siswa dengan konsultasi guru, dalam proses ini siswa memperoleh pengalaman dari temanteman sendiri. Kemudian pengalaman tersebut dikonsultasikan kepada guru. Atau suatu masalah dihadapkan kepada guru, atau sebaliknya suatu masalah yang memecahkannya. Maka hal ini akan terjadi interaksi belajar mengajar apalagi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang ruang lingkupnya yang luas dan sosial. Ilmu-ilmu pengetahuan sosial adalah penuh dengan problemaproblema yang saling berlawanan, sehingga karenanya tidak seharusnya diabaikan oleh guru dan harus mendapat perhatian pelajar tanpa emosional dan bebas dari prasangka. Bila guru tidak memiliki kontrol pribadi yang kuat dan kesanggupan berpikir yang jelas dan tepat dalam batas-batas lingkup latar belakang informasi, pikiran pelajar agaknya akan menjadi bimbang.

Generalisasi-generalisasi mungkin dibuat oleh mereka tanpa dasar-dasar fakta yang memadai. Teknik-teknik Mengajar. Apa pun yang dipelajari dalam era pengetahuan sosial , peristiwa belajar dan mengajar harus dengan pusat perhatian pada saling hubungan antar manusia. Pelajaran sejarah adalah lebih dari satu daftar panjang orang-orang atau kejadian-kejadian yang dihafal

dalam susunan kronologis. Sejarah mengetengahkan cerita kehidupan, berpikir, peperangan, jatuh dan suksesnya orang-orang atau peristiwa dari semua bangsa dan semua suku-suku bangsa. Dalam pelajaran kewargaan negara, tekanan tidak seharusnya diletakkan pada penguasaan teknik-teknik informasi saja, tetapi adakan pada penggunaan pengetahuan kewargaan negara itu dalam kehidupan sehari-hari pelajar. Partisipasi pelajar dalam kegiatankegiatan kenegaraan dan urusan-urusan kemasyarakatan adalah sepatutnya bagi anak usia muda itu dan harus mendapat tempat yang wajar dalam proses belajar dan mengajar yang menginginkan hasil yang gemilang. Telah diketahui bahwa prestasi belajar yang dicapai oleh tiap-tiap peserta didik adalah tidak sama. Hal ini disebabkan karena prestasi belajar tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu seperti faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar itu sendiri (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar (faktor ekstern), oleh karena itu dalam kegiatan belajar mengajar peserta didik, guru, metode pembelajaran, situasi, kondisi, lingkungan, serta fasilitas belajar, interaksi guru dengan siswa perlu mendapat perhatian karena faktor-faktor tersebut sangat besar pengaruhnya terhadap keberhasilan prestasi siswa. Menurut hasil penelitian terdahulu mengenai Pengaruh Interaksi Guru-Siswa terhadap Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri SronoBanyuwangi. Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan untuk hasil hipotesis variabel X1 terhadap variabel Y dilakukan uji t. Dari perhitungan diperoleh

bahwa nilai t

hitung

(6.993), nilai ini lebih besar dari t

tabel

(1,634). Hasil

pengujian tersebut menunjukkan Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi guru siswa berpengaruh secara signifikan terhadap kreativitas siswa walaupun tidak cukup besar. Hasil penelitian ini di dukung oleh teori, yang ada bahwa berkembangnya kreativitas dipengaruhi oleh interaksi antara individu dengan lingkungan tempat tinggalnya serta pengalaman yang diperoleh sepanjang hidupnya Interaksi mempengaruhi kreativitas siswa sebesar 43.8% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%, maka kreativitas siswa akan naik sebesar 43.8%, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 43.8%.6 Berdasarkan teori bahwa belajar kreatif dapat dilakukan dengan mengubah cara berpikir dan berperasaan serta mengerjakan sesuatu melalui proses banyak bertanya (inquiry) dan penjelajahan (eksplorasi). Hal ini membuat orang mencari hubungan-hubungan dan implikasi-implikasi serta meningkatkan daya imajinasi sampai kepada penilaian sesuatu. Mulyono Gandadiputra (1982). Proses seperti ini dapat dilakukan dengan cara melakukan interaksi yang terus menerus antara individu dengan lingkungan. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi kreatif tidak akan dapat muncul secara optimal tanpa bantuan yang diberikan oleh lingkungan yang memacu anak sejak awal. Pendidikan serta sikap yang tepat dapat dipakai oleh
6

Rhoudatul Jannah, Pengaruh Interaksi Guru-Siswa terhadap Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Srono-Banyuwang (Skripsi, Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Malang, 2007), hal.107-108

guru untuk lebih mengenal; perasaan siswa. Guru dan orang tua sangat berpengaruh terhadap perkembangan kreativitas siswa (Munandar, 1977)7 Maka dari itu jika interaksi ditingkatkan akan meningkatkan kreatifitas dan akan mengubah cara pola pikir siswa dalam belajar dan akan berpengaruh besar terhadap prestasi belajar pula. Berdasarkan uraian di atas tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana interaksi guru dengan siswa terhadap prestasi belajar Siswa SMP Negeri 1 Kamal? Dan juga bagaimana pengaruh faktor interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa SMP Negeri 1 Kamal?, untuk itu peneliti mengambil judul penelitian: Pengaruh Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar dan Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan .

B. Rumusan Masalah 1. Apakah faktor-faktor interaksi belajar mengajar berpengaruh positif signifikan di dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal? 2. Apakah interaksi guru dengan siswa berpengaruh positif signifikan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal?

Roestiyah, Masalah-Masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1989), hlm.30

C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui besar pengaruh faktor-faktor interaksi belajar mengajar terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal 2. Untuk mengetahui besar pengaruh Interaksi guru dengan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar siswa kelas VIII pada mata pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal

D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat bagi Instansi a. Bagi UIN Memberikan sumbangan pemikiran dalam rangka melengkapi dan mengembangkan hasil penelitian yang sudah ada b. Bagi Sekolah 1) Dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa. 2) Sebagai informasi atau bahan pertimbangan lembaga membuat dan menetapkan kebijakan dalam kegiatan proses belajar. 2. Manfaat bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan Sebagai sumbangan pemikiran dan diharapkan mampu memberikan ruangan dan wahana baru bagi pengembangan ilmu dan konsep pendidikan di masa yang akan datang.

3. Manfaat bagi Peneliti Sebagai penambah hazanah keilmuan, pengalaman, latihan dan

pengembangan teori yang diterapkan yang didapat selama dibangku perkuliahan.

E. Hipotesis Untuk mengetahui gambaran jawaban yang bersifat sementara dari penelitian yang diperlukan suatu hipotesis. Hipotesis menurut Marzuki adalah, menurut asal usulnya hipotesa berarti sesuatu kesimpulan atau pendapat yang masih kurang (hypo: kurang dari, thesis: pendapat) jadi kesimpulan itu belum final (protoconculition) karena masih terus dibuktikan setelah terbukti kebenarannya, hipotesa berubah menjadi teas. Hipotesa adalah dugaan yang mungkin benar, atau mungkin juga salah8, sedangkan menurut Suharsini Arikunto: hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian. Sampai terbukti melalui data yang terkumpul9.rumusan hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Hipotesis kerja (Ha), yaitu : a) Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi guru dengan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS

Marzuki, Metodologi Riset (Yogyakarta: penerbit Fak.Ek.VII, 1981), hlm.35 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Yogyakarta: PT.Rineka Cipta, 2002), hlm.64
9

b) Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS. 2. Hipotesis Nihil (Ho), yaitu: a) Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi guru dengan siswa terhadap peningkatan prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS b) Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran IPS

F. Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membatasi ruang lingkup penelitiannya. Batasan penelitian ini mendeskripsikan interaksi guru-siswa dalam

meningkatkan prestasi siswa dan pengaruh interaksi guru-siswa terhadap perkembangan prestasi siswa. Disini peneliti membatasi interaksi guru dengan siswa terjadi didalam kelas di mana masih berkaitan dengan proses belajar mengajar, dengan adanya interaksi tersebut bagaimana siswa mampu mengerjakan, menciptakan, serta kemampuan untuk mengembangkan gagasan yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. Adapun mengenai jenis-jenis bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar menurut Mac Kenchie (dalam bukunya Masnur, dkk), yaitu: pertama, interaksi satu arah. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai

pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Kedua, interaksi dua arah yaitu guru dan siswa dapat berperan sama (yaitu pemberi dan penerima aksi), keduanya dapat saling memberi dan menerima. Ketiga, interaksi tiga arah/lebih (interaksi optimal), yaitu interaksi di namis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatakan interaksi dinamis antara siswa dengan siswa lainnya.proses belajar mengajar bentuk interaksi seperti ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.

G. Definisi Operasional Dalam definisi operasional ini dijelaskan mengenai istilah-istilah yang akan dipergunakan berkaitan dengan topik penelitian serta untuk menghindari kesalahpahaman dalam menginterprestasikan hasil penelitian ini. Adapun yang menjadi definisi dalam penelitian ini antara lain. 1. Interaksi yaitu : Hubungan timbal balik antara orang yang satu dengan orang lainnya. Hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.10 2. Prestasi yaitu hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.

M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum: untuk Guru, Calon Guru dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.228

10

Jadi yang dimaksud interaksi guru dengan siswa dalam penelitian ini yaitu bentuk hubungan timbal balik yang baik antara guru dan siswa. Prestasi siswa adalah siswa mampu mengerjakan, menciptakan, yang berguna bagi diri sendiri maupun orang lain. H. Sistematika Pembahasan Untuk memberikan gambaran mengenai isi laporan penelitian ini maka sistematika pembahasan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN. Berisi tentang : latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, definisi operasional dan sistematika pembahasan BAB II KAJIAN TEORI Berisi tentang: interaksi guru-siswa, pengertian interaksi guru-siswa, dasar-dasar dalam interaksi guru-siswa, bentuk interaksi guru-siswa, ciri-ciri interaksi, Interaksi guru dengan siswa, faktor-faktor interaksi, pengertian prestasi, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar, faktor Intern, faktor Ekstern, pengertian mata pelajaran IPS, pengaruh interaksi guru dengan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Berisi tentang : lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, data dan sumber data, populasi dan sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, analisa data. BAB IV HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN BAB VI PENUTUP. Berisi tentang : Kesimpulan dan Saran

BAB II KAJIAN TEORI

A. Interaksi Guru-siswa 1. Pengertian Interaksi Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupannya membutuhkan hubungan dengan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena manusia mengajarkan manusia yang lain. Hubungan tersebut terjadi karena manusia mengajarkan manusia yang lain, ketika sesuatu yang akan dilakukan tidak dapat dilakukan seorang diri. Kecenderungan manusia untuk berhubungan melahirkan komunikasi dua arah malaui bahasa yang mengandung tindakan dan perbuatan. Karena ada aksi dan reaksi, maka interaksi pun terjadi. Karena itu, interaksi akan berlangsung bila ada hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih. Istilah interaksi, sebagaimana telah banyak diketahui orang, adalah suatu hubungan timbal balik antara orang satu dengan orang lain. Didalam sosiologi misalnya, interaksi selalu dikaitkan dengan istilah interaksi sosial yaitu hubungan timbal balik atau aksi dan reaksi diantara orang-orang. Yang mana interaksi sosial tidak memperdulikan hubungan tersebut bersifat bersahabat atau bermusuhan, formal atau informal, apakah dilakukan berhadapan muka secara langsung atau melalui komunikasi yang tidak

berhadapan secara langsung. Yang penting dalam interaksi ini adalah adanya kontak dan komunikasi diantara orang-orang itu.11 Dalam kamus istilah pendidikan dan umum yang di susun oleh M.Sastrapradja, interaksi adalah hubungan timbal balik secara langsung antara guru dan siswa dalam proses belajar mengajar.12 Menurut filsafatnya setiap orang akan mengiakan bahwa mengetahui sesuatu belum berarti berbuat menurut yang diketahui. Malahan Rousseau, pemikir Perancis yang murtad itu, pernah mengatakan dengarlah yang yang kukatakan, jangan melihat perbuatanku . Menurut kenyataan tidak jarang kita jumpai bentuk-bentuk interaksi yang terbatas hanya pada pemberian

pengetahuan. Padahal interaksi itu dilakukan dengan maksud untuk membawa perubahan dalam tingkah laku pelajar.13 Akan tetapi berbeda halnya kalau pengertian interaksi ini kita hubungkan dengan proses belajar mengajar. Didalam interaksi belajar mengajar, hubungan timbal balik antara guru (pengajar) dan anak (murid) harus menunjukkan adanya hubungan yang bersifat edukatif (mendidik). Hal mana interaksi itu harus diarahkan pada suatu tujuan tertentu yang bersifat mendidik yaitu adanya perubahan tingkah laku anak didik kearah kedewasaan. Hubungan antara anak dengan orang tua dapat dikatakan mempunyai hubungan (interaksi) edukatif apabila salah satu pihak (orang tuanya) dalam

11

Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm.9

12 M. Sastrapradja, Kamus Istilah Pendidikan dan Umum: untuk Guru, Calon Guru dan Umum (Surabaya: Usaha Nasional, 1981), hlm.228 13 Winarno Surachman, Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran (Bandung: Tarsito, 1986), hlm.11

hubungan itu mempunyai tujuan tertentu, misalnya orang tua melarang anaknya yang sedang makan sambil berjalan. Disini orang tua tersebut mempunyai tujuan agar anaknya tidak lagi makan sambil berjalan. Karena makan sambil berjalan dianggap kurang baik. Tetapi hubungan anak dengan orang tua dapat dikatakan dengan interaksi biasa (bukan interaksi edukatif) apabila hubungan itu hanya terjadi hubungan yang sifatnya gurau, misalnya orang tua itu dengan anaknya saling kejar mengejar sambil tertawa menertawai. Demikian kita dapat membedakan antara interaksi yang sifatnya edukatif dengan interaksi biasa.14 Dalam proses pembelajaran yang sering juga disebut proses belajar mengajar, disatu pihak guru melakukan kegiatan atau perubahan- perubahan yang berbentuk membawa anak kearah tujuan, dalam pada itu siswa melakukan pula serangkaian kegiatan atau perbuatan yang disediakan guru yaitu kegiatan belajar yang juga terarah pada tujuan yang akan dicapai itu. Dengan pengertian lain kegiatan guru dan kegiatan murid adalah sejalan atau searah. Apa yang dilakukan oleh guru akan mendapat respon dari murid, dan demikian pula sebaliknya apa yang dilakukan murid akan mendapat sambutan dari para guru. Atau dengan kata lain, bahwa antara kegiatan guru dan kegiatan murid terjadi hubungan interaksi yang disebut komunikasi interaksi

14

Soetomo, Dasar-Dasar Interaksi Belajar-Mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hal.10

Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula. Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar-mengajar. Proses belajar dan mengajar merupakan hal yang berbeda tetapi membentuk satu-kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi dua. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan siswa, seperti pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula. Dalam interaksi belajar-mengajar terjadi proses pengaruh-

mempengaruhi. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif, kelas yang berdisiplin dengan yang kurang disiplin. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber (yaitu orang yang biasa member informasi), antara siswa dengan siswa lain, dan dengan media

pelajaran. Kegiatan mengajar selalu menuntut kehadiran siswa, tanpa siswa dalam kelas maka guru tidak bisa mengajar. Lain halnya kegiatan belajar, siswa dapat belajar meskipun tanpa kehadiran guru. Para siswa dapat

melakukan kegiatan belajar sendiri. Sebenarnya dalam kegiatan belajar sendiri ini gurunya tetap ada, akan tetapi tidak hadir bersama siswa, guru berada pada jarak jauh.15

2. Interaksi guru dengan siswa Bagaimanapun variasi interaksi harus ada antara guru dan siswa, siswa dan siswa dalam setiap kali terjadi interaksi belajar-mengajar. Beberapa keuntungan dapat diperoleh dengan adanya variasi interaksi tersebut misalnya suasana kelas menjadi hidup dan beberapa hal dapat dengan cepat diketahui misalnya: a) Kebutuhan dan minat siswa b) Seberapa jauh mata pelajaran dapat diterima/difahami/diketahui oleh siswa c) Kekurangan/kesalahan konsep pada siswa d) Kekurangan/kesalahan guru e) Perhatian siswa f) Sikap siswa terhadap beberapa aspek yang sedang dipelajari g) Ada tidaknya kontak antara guru dan siswa16 Ada tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru, sehingga perlu mendapatkan perhatian khusus. Suatu cara untuk

menumbuhkan interaksi ini adalah dengan mengajukan pertanyaaan atau permasalahan kepada siswa. Tetapi suatu hal yang lebih penting ialah

Nana Syaodih S. dan Ibrahim R, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Rineka Cipta,1998), hlm.31-32 16 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm.204-205

15

kemampuan guru

dalam menyediakan kondisi yang memungkinkan

terciptanya hal tersebut seperti : a) Menghargai siswa sebagai insan pribadi dan insan sosial yang memilki hakikat dan harga diri sebagai manusia b) Menciptakan iklim hubungan yang intim dan erat antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa. c) Menumbuhkan gairah dan kegembiraaan belajar dikalangan siswa d) Kesediaaan dalam membantu siswa.17 Adapun mengenai jenis-jenis bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar menurut Mac Kenchie (dalam bukunya Masnur, dkk), yaitu: pertama, interaksi satu arah. Dalam interaksi ini guru berperan sebagai pemberi aksi dan siswa sebagai penerima aksi. Guru aktif dan siswa pasif. Kedua, interaksi dua arah yaitu guru dan siswa dapat berperan sama (yaitu pemberi dan penerima aksi), keduanya dapat saling memberi dan menerima. Ketiga, interaksi tiga arah/lebih (interaksi optimal), yaitu interaksi di namis antara guru dengan siswa tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara siswa dengan siswa lainnya.proses belajar mengajar bentuk interaksi seperti ini mengarah kepada proses pengajaran yang mengembangkan kegiatan siswa yang optimal, sehingga menumbuhkan siswa belajar aktif.18 Adapun bentuk interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
17

18

Ibid.,hlm.205 Masnur, dkk, Dasar dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.2

Gambar 1. Bentuk Interaksi dalam Proses Belajar Mengajar Guru Guru

Siswa I

Siswa II

Siswa I

Siswa II Interaksi dua arah

Interaksi satu arah

Guru

Siswa I

Siswa II

Interaksi tiga arah/lebih (interaksi optimal)

Bentuk tersebut dapat digunakan secara bervariasi agar tidak menimbulkan kebosanan, serta untuk menghidupkan suasana kelas demi keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan. Dalam interaksi edukatif diharapkan semua terlibat di dalamnya berperan aktif sehingga tercipta komunikasi timbal balik antara guru dan siswa, dan siswa dengan siswa. Dari bentuk-bentuk interaksi guru-siswa diatas, diharapkan akan terjadi interaksi yang baik antara guru dengan siswa. Interaksi guru-siswa yang baik juga akan berakibat dalam berhasilnya tujuan kegiatan belajar

mengajar. Uraian diatas di dukung oleh Al-Qur'an surat Al-Anbiyah ayat 7, yang berbunyi :

Artinya

"Kami tiada mengutus Rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui. (Q.S. Al-Anbiya: 7)19

Dari ayat di atas dijelaskan bahwa guru hendaknya dapat memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa untuk membangkitkan agar siswa tidak minder dan tidak mau bertanya kepada guru tentang keterangan yang belum dimengerti atau belum jelas.

3. Dasar-dasar dalam interaksi guru dengan siswa Adapun dasar-dasar interaksi guru-siswa dalam proses belajar mengajar terdapat beberapa komponen-komponen, yaitu : (1) interaksi bersifat edukatif; (2) dalam interaksi terjadi perubahan tingkah laku pada siswa sebagai hasil belajar mengajar; (3) peranan dan kedudukan guru yang tepat dalam proses interaksi belajar mengajar; (4) interaksi sebagai proses belajar mengajar; (5) sarana kegiatan proses belajar mengajar yang tersedia, yang membantu tercapainya interaksi belajar mengajar secara efektif dan efisien20.

19

20

Al-Quran dan Terjemahnya, Op.cit, Hlm.7 Roestiyah, Masalah-masalah Ilmu Keguruan (Jakarta: Bina Aksara, 1989), Hlm. 37-40

Lain halnya dengan soetomo berpendapat di dalam interaksi belajar mengajar ada beberapa komponen yang harus dipenuhi, yaitu:21 (1) Tujuan interaksi belajar mengajar yang diharapkan, (2) bahan (pesan) yang akan disampaikan pada anak didik, (3) pendidik dan si anak didik (terdidik), (4) alat/sarana yang digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan, (5) metode yang digunakan untuk menyampaikan bahan (materi). Adapun komponen-komponen dalam proses belajar mengajar, yaitu: tujuan belajar, materi pelajaran, metode mengajar, sumber belajar, media untuk belajar, manajemen interaksi belajar mengajar, evaluasi belajar, siswa yang belajar, guru yang mengajar, dan pengembangan dalam proses belajar mengajar22. Adapun peranan guru dalam interaksi belajar mengajar, yaitu:(1) sebagai fasilitator; (2) sebagai pembimbing; (3) sebagai motivator; (4) sebagai organisator; dan (5) sebagai sumber informasi. Sedangkan kedudukan guru dalam belajar mengajar, yaitu : (a) berfungsi sebagai pengajar; (b) berfungsi sebagai pemimpin; (c) berfungsi sebagai pengganti orang tua. Peranan mengisyaratkan guru seperti dalam peran interaksi Nabi belajar mengajar, Al-Quran atau

kepada

sahabat-sahabatnya

pengikutnya. Isyarat tersebut, salah satunya terdapat dalam firman Allah SWT yang berbunyi:

21 22

Soetomo, dasar dasar interaksi belajar mengajar (Surabaya: Usaha Nasional, 1993), hlm.11 Roestiyah, op. Cit., hlm.39

Artinya: Sungguh Allah Telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al hikmah. dan Sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Ali-Imran : 164)23 Dari gambaran ayat di atas, guru memiliki beberapa fungsi, diantaranya: Pertama, fungsi penyucian, artinya seorang guru berfungsi sebagai pembersih diri, pemelihara diri, pengembang, serta pemelihara fitra manusia. Kedua, fungsi pengajaran, artinya seorang guru berfungsi sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan berbagai keyakinan kepada manusia agar mereka menerapkan seluruh pengetahuannya dalam kehidupan sehari-hari. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Di dalam kegiatan belajar mengajar guru harus mempunyai kemampuan komunikasi atau berinteraksi dan menghidupkan kelas sehingga suasana pengajaran yang baik dapat terwujud. Untuk mempunyai kemampuan-kemampuan mengajar di kelas, guru harus mengetahui latar belakang, kondisi dan situasi kelas dan siswanya. Bentuk variasi interaksi adalah bagian dari pembelajaran di kelas. Setiap guru
23

Al-Quran dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen Agama, 1984), Hlm.104

harus mempunyai keahlian dalam mengelola kelas dengan menggunakan beberapa bentuk variasi interaksi. Dasar yang berikut adalah bahwa di dalam interaksi belajar mengajar harus mempertimbangkan alat, sarana dan media yang akan digunakan. Dalam hal ini alat yang utama di pakai dalam interaksi belajar mengajar, memegang peranan penting pula. Media apa yang digunakan dalam interaksi belajar mengajar yang tepat. Kita harus melihat media apa yang ada, dan dapat digunakan, serta tepat dalam menunjang tercapainya tujuan secara efektif dan efisien. Bila semua dasar-dasar interaksi belajar mengajar tersebut telah diperhitungkan dalam mendesain pengajaran, maka diharapkan kegiatan dalam interaksi belajar mengajar dapat berhasil. Maksudnya ialah bahwa tiap individu yang belajar dapat mendekati bahkan dapat mencapai tujuan dari pengembangan potensinya secara optimal. Mereka dapat menikmati kehidupan dan berintegrasi dengan dan dalam lingkungan fisik dan sosial. Seorang guru harus merencanakan interaksi belajar mengajar yang akan dilaksanakan sebagai pertanggungjawaban dalam membantu siswa untuk belajar.

4. Ciri-ciri interaksi guru dengan siswa Menurut Edi Suardi yang dikutip dalam bukunya Sardiman, bahwa ciri-ciri interaksi belajar mengajar sebagai berikut :

a. Interaksi belajar mengajar memiliki tujuan, yaitu untuk membantu anak dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud interaksi belajar mengajar itu sadar tujuan, dengan menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Siswa mempunyai tujuan, unsur lainnya sebagai pengantar dan pendukung. b. Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang di rencana, didesain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematis dan relevan. Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain, mungkin akan dibutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula. c. Interaksi belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus. Dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu diperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen siswa yang merupakan sentral. Materi harus sudah di desain dan di siapkan sebelum berlangsungnya interaksi belajar mengajar. d. Di tandai dengan adanya aktivitas siswa Sebagai konsekuensi, bahwa siswa merupakan sentral, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya interaksi belajar mengajar. Aktivitas siswa dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental aktif.

e. Dalam interaksi belajar mengajar, guru berperan sebagai pembimbing Dalam peranannya sebagai pembimbing ini guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi proses belajar mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang akan dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh siswa. f. Di dalam interaksi belajar mengajar dibutuhkan disiplin Dalam interaksi belajar mengajar ini diartikan sebagai suatu bentuk tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh semua pihak dengan secara sadar, baik pihak guru maupun pihak siswa. Mekanisme kongkrit dari ketaatan pada ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah digariskan. Penyimpangan dari prosedur, berarti suatu indikator pelanggaran disiplin. g. Ada batas waktu Untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam sistem berkelas (kelompok siswa), batas waktu menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan. Setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.

5. Faktor-faktor interaksi Suatu kegiatan yang namanya pendidikan selalu merupakan rangkaian peristiwa yang sangat kompleks. Dalam peristiwa ini banyak faktor-

faktor yang mempengaruhi dan saling menunjang. Salah satu faktor utama adalah siswa, yang diharapkan dapat tumbuh menjadi pribadi yang utuh melalui proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang yang mengajar (guru). Komunikasi antara dua subyek guru dan siswa adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor itu antara lain, situasi dan kondisi pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, cara belajar yang harus diikuti siswa, dan sebagainya. Faktorfaktor ini saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar. Misalnya salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan siswa belajar adalah guru. Faktor guru ini sangat menentukan baik dalam beberapa metode mengajar apakah dengan metode ceramah, diskusi, permainan, dan sebagainya, maupun dalam berbagai system belajar termasuk sistem belajar tuntas (mastery learning)24 Beberapa faktor interaksi belajar mengajar, yang secara minimum haruslah memiliki, yaitu:25 a) Tujuan yang akan dicapai jelas b) Bahan yang menjadi isi interaksi c) Siswa yang menjadi sasaran interaksi d) Guru yang melaksanakan e) Metode tertentu untuk mencapai tujuan
24

Masnur, dkk, Dasar dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.95 25 Masnur, dkk, Ibid, hal.96-99

f) Situasi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi belajar mengajar berlangsung dengan baik, dan g) Penilaian terhadap hasil interaksi belajar / mengajar itu.

Berikut penjelasan dari dari tiap-tiap item di atas: a) Tujuan Apa peranan tujuan dalam interaksi belajar mengajar? Memang guru dapat saja tidak mempunyai tujuan, atau mungkin saja untuk suatu pengalaman belajar tertentu tujuan itu sukar untuk dirumuskan. Dalam keadaan seperti ini, supaya tindakan tetap teratur, maka kita dapat mempunyai suatu metode atau prosedur tertentu yang dapat di pakai sebagai dasar dalam menentukan langkah-langkah yang akan kita tempuh. Hal ini berarti fungsi tujuan dalam interaksi belajar-mengajar selalu ada. Dalam interaksi edukatif kita mengenal beberapa istilah tujuan, yaitu yang bersifat umum dan bersifat khusus. Istilah-istilah itu umumnya dinamakan aims, goals dan objectives. Meskipun ketiga istilah itu dapat di artikan dengan tujuan, tetapi mereka mempunyi perbedaan arti yang penting. Perbedaan itu disebabkan oleh perluasan daerah yang dicakupnya dan berdasarkan tingkat kekhususannya. Istilah mana yang paling baik dan paling sesuai, tergantung pada tingkat kegunaannya. Istilah aims dapat diterjemahkan dengan tujuan yang paling umum dan bersifat luas. Aims didefenisikan sebagai suatu pernyataan umum yang

akan memberi gambaran dan arah yang akan dituju. Aims merupakan titik tolak, ide aspirasi dan pengarahan. Dalam rumusan aims terkandung tiga unsur pokok, yaitu: (1) Pernyataan umum mengenai nilai (2) Keamanan usaha harus diarahkan, dan (3) Saran penyesuaian jika dihadapkan pada hal-hal yang berubah. Sejalan dengan ketiga unsur pokok di atas, seorang ahli bernama John Dewey, menyatakan tiga hal yang harus diperhatikan dalam penulisan suatu aims, yaitu: (1) Harus relevan atau sesuai dengan situasi (2) Bersifat tentative artinya harus luwes dan dapat diubah, dan (3) Hendaknya dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan. Istilah goals menunjukkan sifat yang lebih nyata dan sering kita sebut dengan tujuan umum. Jika dibandingkan dengan aims, yang merupakan dasar pemikiran yang utama, maka goals merupakan penjelasan yang lebih terinci. Jika aims hanya memberi pengarahan maka goals lebih menyatakan suatu kegiatan. Meskipun rumusan goals bersifat lebih terinci daripada aims, goals masih tetap merupakan rumusan yang umum. Untuk pelaksanaan interaksi belajar mengajar rumusan goals masih perlu diturunkan ke dalam rumusan yang lebih operasional. Rumusan yang terakhir ini dinamakan objectives. Istilah objectives biasanya diterjemahkan dengan tujuan khusus. Jika dalam goals tertulis suatu gambaran umum, maka dalam tujuan

khusus tertulis suatu kegiatan siswa setelah manjalani interaksi belajar mengajar. Kegiatan yang terlukis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk kelakuan yang dalam istilah asingnya dinamakan behavior. Karena istilah tujuan khusus sering pula disebut sebagai behavioral objectives.26 b) Bahan/materi Penguasaan bahan oleh guru seyogyanya mengarah pada

spesifik/takhasus atas ilmu kecakapan yang diajarkan. Mengingat isi, sifat, dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu atau kecakapan yang bersangkutan. Penyusunan unsur-unsur atau informasi-informasi yang baik itu bukan saja akan mempermudah peserta didik untuk mempelajarinya, melainkan juga memberikan gambaran yang jelas sebagi petunjuk dalam menetapkan metode pengajaran.27 Isi bahan pengajaran itu luas sekali dan berbeda dalam tinggi rendahnya serta sukar mudahnya. Sebelum menentukan bahan

studi/pengajaran yang akan dipelajari oleh peserta didik perlu diadakan pilihan terlebih dahulu. Pilihan itu biasanya berdasarkan pada pedoman-pedoman tertentu agar keseluruhan bahan yang telah ditentukan itu teratur dan mencerminkan suatu hal yang integral bagi hidup peserta didik selama disekolah sekarang, dan sesudahnya.

26 27

Masnur, dkk, op.cit., hlm. 98-99 Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hal.115

c) Siswa Faktor ini merupkan faktor yang penting dalam interaksi belajar mengajar. Karena tujuan dari interaksi edukatif adalah membantu siswa dalam mengarahkan perubahan tingkah laku secara efektif dan efisien sesuai denagn tujuan. Faktor-faktor ini dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar. Namun, ada pula di antara faktor-faktor itu yang sepenuhnya

tergantung pada siswa, seperti kecerdasan, kesiapan, dan bakat anak Sehubungan dengan faktor murid ini, para psikologi pendidikan antaranya Adrey dan Howard Nicholls menganjurkan sebagi berikut. (1) Tiap siswa hendaknya dipandang sebagi suatu individu (2) Diakui adanya perbedaan kemampuan (3) Diakui adanya perbedaan kepribadian (4) Diakui adanya perbedaan pengalaman lingkungan. Berdasarkan uraian di atas jelaslah pentingnya bagi guru untuk memperhatikan faktor-faktor yang pokok yang mempengaruhi proses belajarmengajar. Dengan memperhatikan dan kemudian memahami faktor-faktor yang menunjang dan karakteristiknya, maka diharapkan kita dapat membantu menciptakan suasana interaksi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Di samping itru, tentunya masih banyak lagi aspek-aspek lain dari faktor-faktor interaksi edukatif tersebut di atas, yang akan menunjang keberhasilan interaksi edukatif itu.

d) Guru Jika membicarakan masalah guru yang baik, maka kita akan berhadapan dengan berbagi tafsiran dari sudut mana kita meninjaunya. Seorang guru yang profesional dituntut untuk memiliki kemampuankemampuan tertentu. Guru merupakan pribadi yang berkenaan dengan tindakannya dalam kelas, caranya berkomunikasi, berinteraksi dengan warga sekolah. Guru dapat dilihat sebagai wakil sekolah di masyarakat, dia seharusnya menjadi suri teladan bagi masyarakat sekitarnya. Karena terlalu luasnya tinjauan tentang guru, maka dalam kesempatan ini kita membatasinya yaitu hanya melihatnya dari segi guru yang diharapakan dalam hubungan interaksi edukatif dengan para siswa dalam kelas sesuai dengan fungsi dan tugas dalam pengelolaaan kelas. Sebagai pegangan kita dapat berpijak dari hal-hal yang telah disepakati oleh para ahli pendidikan dalam berbagai penelitian dan pertemuan, yang dalam garis besarnya mengemukakan bahwa guru yang baik adalah guru yang mampu melaksanakan fungsi-fungsi pengajaran. Fungsi-fungsi

pengajaran itu di antaranya sebagi berikut: (1) Penjelasan, pemberitahuan dan petunjuk (2) Pengarahan dan pengadministrasian (3) Penyatuan kelompok (4) Pemberian rasa aman terhadap para siswa, dan (5) Kejelasan sikap, kepercayaan dan pemecahan masalah. e) Metode dan situasi

Faktor metode ini ditetapkan mana yang terbaik untuk mencapai suatu tujuan dengan cara efisien. Seorang guru yang sangat miskin pengetahuaannya tentang metode pencapaian tujuan, yang kurang menguasai berbagai tehnik mengajar atau mungkin tidak mengetahui adanya metode-metode itu, akan berusaha mencapai tujuannnya dengan cara tidak wajar. Dalam hal yang demikian akan berakibat rendahnya mutu pelajaran, kurangnya minat anak dan kesungguhan dalam belajar. Hasil pengajaran seperti itu sangat menyedihkan, proses belajar mengajar tidak berjalan semestinya, guru akan kecewa dan muridpun demikian. Faktor-faktor metode ini sangat berkaitan erat dengan faktor situasi. Situasi berkenaan dengan keadaan yang bagaimana interaksi balajar-mengajar terjadi. Suatu metode mungkin tepat untuk situasi tertentu, namun tidak cocok untuk situasi yang lain. Situasi ini harus dibuat sedemikian rupa sehingga terjadi proses interaksi belajar-mengajar yang efektif. f) Penilaian Menilai hasil belajar murid-murid, bagi kebanyakan orang berarti mengadakan ujian, tes, atau ulangan. Maksudnya ialah untk memperoleh suatu angka indeks yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang siswa. Perlu diketauhi bahwa berhasilnya seorang siswa belajar tidak ditentukan hanya dari lulusnya siswa dari suatu atau keseluruhan tes yang diberikan (kognitif), tetapi juga terbentuknya sikap, kepribadian, dan keterampilan yang kita harapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan (afektif dan psikomotor).

B. Prestasi Belajar 5. Pengertian prestasi Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu : Prestasi dan Belajar. Antara kata Prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum membahas pengertian prestasi belajar maka kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan Prestasi dan Belajar. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah di kerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok.28 Pengertian prestasi menurut para ahli adalah: a. WJS. Poerwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).29 b. Mas'ud Khasan Abdul Qahar, memberi batasan prestasi dengan apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja.30 c. Nasrun Harahap dkk, prestasi adalah penilaian pendidikan tentang perkembangan dan kemajuan murid yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka sarat nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.31

Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru(Surabaya: Usaha Nasional, 1994), hlm.19 29 Ibid., hlm.20 30 Ibid., hlm. 20 31 Ibid., hlm.20

28

6.

Pengertian belajar Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan

kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasinya yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh guru. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsure yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.32 Masalah pengertian belajar ini, para ahli psikologi dan pendidikan mengemukakan rumusan yang berlainan sesuia dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Tentu saja mereka mempunyai alasan yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.33 James O. Whittaker, misalnya, merumuskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau di ubah melalui latihan atau pengalaman. Cronbach berpendapat bahwa learning is shown by change in behavior as a result of experience. Belajar sebagai suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.

32 33

Muhibbin Syah, Psikologis Belajar (Jakarta : PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm.59 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta :PT. Rineka Cipta, 2002), hlm.12 - 13

Howard L. Kingskey mengatakan bahawa learning is the process by which behavior (in the broader sense) is originated or changed through practice or training. Belajar adalah proses di mana tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sedangkan Geoch merumuskan learning is change is performance as a result of practice. Drs. Slameto juga merumuskan pengertian tentang belajar. Menurutnya belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan ligkungannya. Adapun pengertian belajar menurut Morgan adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.34 Sedangkan menurut Athur T. Jersild, belajar adalah perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan.35 Dari definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa ciri-ciri belajar adalah sebagai berikut: a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk b. Belajar merupakan suatu perubahan yang tejadi melalui latihan atau pengalaman, dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
34 35

Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remadja Karya, 1988), hlm.85 Ahmad Thonthowi, Psokologi Pendidikan(Bandung: Angkasa, 1993), hlm.98

pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar, seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi. c. Untuk dapat disebut sebagai belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap, harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang. Berapa lama periode waktu itu berlangsung sulit ditentukan dengan pasti, tetapi perubahan itu hendaknya merupakan akhir dari suatu periode yang mungkin berlangsung berhari-hari, berbulan-bulan, ataupun bertahun-tahun. Ini berarti kita harus mengesampingkan perubahanperubahan tingkah laku yang disebabkan oleh kelelahan, adaptasi, ketajaman perhatian atau kepekaan seseorang yang biasaanya hanya berlangsung sementara. Definisi-definisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh ahli-ahli yang berbeda-beda pendiriannya, berlain-lainan titik-tolaknya. Kalau kita simpulkan definisi-definisi tersebut dan juga definisi-definisi yang lain. Maka kita dapatkan hal-hal pokok sebagai berikut: a) Bahwa belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, actual maupun potensial). b) Bahwa perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru (dalam arti Kenntnis dan Fertingkeit). c) Bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).36

36

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan (Jakarta : CV. Rajawali, 1987) hlm.248 - 249

7.

Pengertian prestasi belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yaitu

prestasi dan belajar. Antara kata prestasi dan belajar mempunyai arti yang berbeda. Oleh karena itu sebelum kita membicarakan pengertian prestasi dan pengertian belajar lebih baik kita membicarakan pengertian prestasi dan pengertian belajar telebih dahulu. Dari pengertian prestasi yang telah dibahas sebelumnya dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja. Sedangkan belajar adalah sebagai perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Dan belajar membawa sesuatu perubahan itu tidak hanya mengenai jumlah pengetahuan melainkan juga dalam bentuk kecakapan, kebiasaaan, sikap, pengertian, penghargaan, minat, penyesuaian diri, pendeknya mengenai segala aspek organisme atau pribadi seseorang yang sedang belajar itu tidak sama lagi dengan saat sebelumnya, karena itu lebih sanggup menghadapi kesulitan memecahkan masalah atau menambah pengetahuannya, akan tetapi dapat pula menerapkannya secara fungsional dalam situasi-situasi hidupnya. Setelah kita mengetahui pengertian prestasi dan pengertian belajar, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktifitas belajar.

8. Faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar Prestasi belajar tidak terlepas dari belajar itu sendiri, begitu juga faktor yang mempengaruhi terhadap prestasi belajar tidak jauh dengan faktor yang mempengaruhi belajar. Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka membantu murid-murid dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya. a. Faktor Intern 1. Faktor jasmani (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh. Yang di maksud faktor ini misalnya penglihatan,

pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. Adapun faktor jasmani di bedakan sebagai berikut: a) Faktor kesehatan Sehat berarti seluruh anggota badan itu dalam keadaan baik dan tidak terjangkit penyakit, baik yang kronis maupun tidak, kesehatan bagi orang yang sedang belajar itu sangat berpengaruh sekali. Jika seseorang belajar dalam keadaan sakit, ia tidak dapat berkosentrasi dengan baik dan hal ini berpengaruh buruk terhadap prestasi yang akan di capainya. Kesehatan indera penglihatan dan indera pendengaran sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan

pengetahuan, khususnya yang di sajikan dalam kelas untuk mengatasi timbulnya masalah mata dan mata sebagai seorang guru yang profesional hendaknya bekerjasama dengan pihak sekolah untuk memperoleh bantuan pemeriksaan rutin dari dinas kesehatan setempat. b) Faktor cacat tubuh Cacat tubuh adalah suatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh. Cacat tubuh itu bias berupa buta, setengah buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan sebagainya. Dan beberapa penyakit kronis sangat mengganggu belajar itu. Penyakit-penyakit seperti pilek, influenza, sakit gigi, batuk dan yang sejenis dengan itu biasanya diabaikan karena dipandang tidak cukup serius untuk mendapatkan perhatian dan pengobatan, akan tetapi dalam kenyataannya penyakit-penyakit semacam ini sangat mengganggu aktivitas belajar itu. Panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca inderanya. Baiknya berfungsinya panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. Dalam system persekolahan dewasa ini di antara panca indera itu yang paling memegang peranan dalam belajar adalah mata dan telinga. Karena itu adalah menjadi kewajiban bagi setiap pendidik untuk menjaga, agar panca indera anak didiknya berfungsi dengan baik, baik penjagaan yang

bersifat kuratif maupun bersifat yang bersifat preventif, seperti misalnya adanya pemeriksaaan dokter secara periodik, penyediaan alat-alat pelajaran serta perlengkapan yang memenuhi syarat, dan penempatan murid-murid secara baik di kelas (pada sekolah- sekolah), dan sebagainya.37

2. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang di peroleh yang terdiri atas : a. Intelegensi Yang di maksud intelegensi adalah: kapasitas umum dari seorang individu yang dapat di lihat dari kesanggupan pikirannya dalam mengatasi tuntutan kebutuhan yang baru keadaan rohaniah secara umum yang dapat di sesuaikan dengan problema-problema dan kondisi-kondisi yang baru dalam kehidupan.38 Faktor intelegensi ini merupakan masalah yang besar sekali pengaruhnya terhadap kemajuan belajar dan faktor ini juga menentukan berhasil tidaknya seseorang terlebih pada waktu anak masih usia muda Intelegensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat.39

37 38

Sumadi Suryabrata, op.cit., hlm.252. Crow and Crow, Psikologi Pendidikan (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1991), hlm.351 39 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: Logos, 1999), hlm. 133

Sedangkan Bimo Walgito mendefinisikan intelegensi dengan daya menyesuaikan diri dengan keadaan baru dengan mempergunakan alat-alat berfikir menurut tujuannya.40 Setiap individu mempunyai intelegensi yang berbeda-beda, maka individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama kemampuannya dalam memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Ada dua pandangan mengenai perbedaan intelegensi yaitu pandangan yang menekankan pada perbedaan kualitatif dan pandangan yang menekankan pada perbedaan kuantitatif. Pandangan yang pertama berpendapat bahwa perbedaan intelegensi satu dengan yang lainnya memang secara kualitatif berbeda, sedangkan pandangan yang kedua berpendapat bahwa perbedaan intelegensi satu dengan yang lainnya disebabkan semata-mata karena perbedaan materi yang diterima atau proses belajarnya.41 Intelegensi dianggap sebagai suatu norma umum dalam

keberhasilan belajar. Intelegensi normal bila nilai IQ menunjukkan angka 85-115. Diduga 70% penduduk memiliki IQ normal. Sedangkan yang ber IQ di bawah 70 diduga sebesar 15% penduduk, dan yang ber-IQ 115-145 sebesar 15%. Yang ber-IQ 130-145 hanya sebesar 2% penduduk. Yang menjadi masalah adalah siswa yang memiliki kecakapan di bawah normal.42 Untuk menolong siswa yang berbakat, sebaiknya kita menaikkan kelasnya setingkat lebih tinggi dari kelasnya sekarang. Kelak apabila ternyata di kelas barunya dia masih merasa terlalu mudah juga, siswa tersebut dapat dinaikkan setingkat lebih tinggi lagi. Begitu seterusnya,
40 41

Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Andi Offset, 1989), hlm.133 Ibid., hlm.137 42 Mudjiono, dkk, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm.245-246

hingga dia mendapatkan kelas yang tingkat kesulitan mata pelajarannya sesuai dengan tingkat intelegensinya. Apabila cara tersebut sulit ditempuh, alternatif lain dapat diambil, misalnya dengan cara menyerahkan siswa tersebut kepada lembaga pendidikan khusus untuk para siswa berbakat. Sementara itu, untuk menolong siswa yang berkecerdasan di bawah normal, tidak dapat dilakukan sebaliknya, yaitu dengan menurunkannya ke kelas yang lebih rendah. Sebab, cara penurunan kelas seperti ini dapat menimbulkan masalah baru yang bersifat psikososial yang tidak hanya mengganggu dirinya saja, tetapi juga mengganggu "adik-adik" barunya. Oleh karena itu, tindakan yang dianggap lebih bijaksana adalah dengan cara memindahkan siswa penyandang intelegensi rendah tersebut ke lembaga pendidikan khusus untuk anak-anak penyandang

"kemalangan" IQ. Berdasarkan hasil tes, intelegensi (intelligence quotient), maka hasil bagi yang diperoleh dari pembagian umur kecerdasan dengan umur kecerdasan dengan umur sebenarnya, menunjukkan kesanggupan rata-rata kecerdasan seseorang. Pembagian itu adalah: Tabel. 1 Pembagian Kecerdasan43 a. b.
Luar biasa (genius) Pintar (begaaf) IQ di atas 140 110 140

43

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi edukatif (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000), hlm.58

c. d. e. f. g.

Normal (biasa) Kurang Pintar Bebal (debil) Dungu (imbicil) Pusung (idiot)

90 110 70 90 50 70 30 50 Di bawah 30

b. Perhatian Perhatian adalah perpustakaan tenaga psikis tertuju pada suatau objek banyak sedikit nya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas yang dilakukan. Untuk menjalani hasil belajar yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap apa yang dipelajarinya. Kata perhatian, tidaklah selalu di gunakan dalam arti yang sama. Beberapa contoh dapat menjelaskan hal ini :44 (1) Dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya. (2) Dengan penuh perhatian dia mengikuti kuliah yang diberikan oleh dosen yang baru itu. c. Minat Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.45

44 45

Sumadi suryabrata, op.cit., hlm.13 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar ( Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2003), hlm.151

Minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu, misalnya: seseorang yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun sikap positif. d. Bakat Pengertian bakat menurut para ahli adalah: 1. Kemampuan untuk belajar.46 2. Gejala kondisi kemampuan seseorang yang relatif sifatnya, yang salah satu aspeknya yang penting adalah kesiapannya untuk memperoleh kecakapan-kecakapannya yang potensial sedangkan aspek lainnya adalah kesiapannya untuk mengembangkan minat dengan

menggunakan kecakapan tersebut.47 Bakat dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Oleh karenanya adalah hal yang tidak bijaksana apabila orang tua memaksakan kehendaknya untuk menyekolahkan anaknya pada jurusan

46

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1991), hlm.5 47 L.Crow,A.Crow, Psychologi Pendidikan (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1989), hlm. 207

keahlian tertentu tanpa mengetahui terlebih dahulu bakat yang dimiliki anaknya itu. Pemaksaan kehendak terhadap seorang siswa dan juga

ketidaksadaran siswa terhadap bakatnya sendiri sehingga ia memilih jurusan keahlian tertentu yang sebenarnya bukan bakatnya akan berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Adakalanya seseorang mempunyai bakat yang terpendam. Untuk mengetahui bakat yang terpendam ini dapat dilakukan bermacam-macam test antara lain: test ketajaman indera, test kecepatan gerak, test kekuatan dan koordinasi, test temperamen dan karakter, dan test penalaran dan kemampuan belajar.48 e. Motivasi Seseorang itu akan berhasil dalam belajar kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar itu disebut dengan motivasi. Motivasi menurut Sumadi Suryabrata
49

adalah yang terdapat dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna pencapaian suatu tujuan. Selanjutnya dijelaskan bahwa dari pengertian motivasi yang dikemukakan oleh MC. Donald ini mengandung tiga elemen penting sebagai berikut: a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem neurophysiological yang
48 49

Ibid., hlm.207 Sumadi suryabrata, op.cit., hlm.70

ada pada organisme manusia (walaupun motivasi itu muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan menyangkut kegiatan fisik manusia. b. Motivasi ditandai dengan munculnya rasa/feeling, afeksi seseorang. Dalam hal ini, motivasi relevan dengan persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan tingkah laku manusia. c. Motivasi akan dirangsang karena adanya suatu tujuan. Jadi motivasi dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur lain, dalam hal ini tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Motivasi belajar merupakan kekuatan mental yang mendorong terjadinya proses belajar. Motivasi belajar pada diri siswa dapat menjadi lemah. Lemahnya motivasi, atau tiadanya motivasi belajar akan melemahkan kegiatan belajar. Selanjutnya, mutu hasil belajar akan menjadi rendah. Oleh karena itu, motivasi belajar pada diri siswa perlu diperkuast terus menerus. Agar siswa memiliki motivasi belajar yang kuat, pada tempatnya diciptakan suasana belajar yang mengembirakan. f. Kematangan Kematangan adalah suatu tingkat atau fase dalam pertumbuhan seseorang di mana alat-alat tubuhnya siap melakukan kecakapan baru.

g. Kesiapan Kesiapan ini berhubungan dengan kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan kesiapan ini perlu di perhatikan dalam proses belajar, karena jiwa siswa belajar dalam keadaan yang siap, maka hasil belajarnya akan lebih baik.

3. Faktor kelelahan Kelelahan ini adakalanya kelelahan jasmani dan adakalanya kelelahan rohani. Kedua kelelahan ini mempengaruhi belajar, karena jika kelelahan jasmani ini terjadi maka siswa kecenderungan untuk berbaring, begitu pula dengan kelelahan rohani ini terjadi akan kehilangan minat dorongan untuk menghasilkan prestasi.

b. Faktor Ekstern Faktor ekstern adalah faktor yang datang dari luar diri anak didik.50 Faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dikelompokkan menjadi 3 faktor yaitu: faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. 1. Faktor keluarga Pengertian keluarga menurut para ahli adalah: a. Suatu kesatuan sosial terkecil yang dipunyai oleh manusia sebagai makhluk sosial.51

50

Roestiyah NK, Op.Cit., hlm.159

b. Unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat.52 Keluarga akan memberikan pengaruh kepada siswa yang belajar berupa: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga, keadaan ekonomi keluarga: 1) Cara orang tua mendidik Orang tua merupakan sumber pembentukan kepribadian anak, karena anak mulai mengenal pendidikan yang pertama kali adalah pendidikan keluarga oleh orang tuanya. Cara orang tua mendidik anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan kepentingan-kepentingan dan keperluan-keperluan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajarnya, tidak memperhatikan apakah anak belajar atau tidak, tidak mau tahu bagaimanakah kemajuan belajar anaknya, kesulitan-kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain sebagainya, dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Mungkin anak sendiri pandai, tetapi karena cara belajarnya tidak teratur, akhirnya kesukaran-kesukaran menumpuk sehingga

mengalami kegagalan dalam belajarnya dan akhirnya anak malas belajar. Hasil yang didapatkan, nilai/hasil belajarnya tidak memuaskan bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari

51 52

Wahyu, Wawasan Ilmu Sosial Dasar (Surabaya: Usaha Nasional,1986), hlm. 57 Abu Ahmadi, Ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), hlm. 87

keluarga yang kedua orang tuanya terlalu sibuk mengurusi pekerjaan atau kedua orang tua yang memang tidak mencintai anaknya. 2) Relasi antar anggota keluarga Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anaknya. Selain itu relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga lainpun turut mempengaruhi belajar anak. Wujud relasi ini misalnya apakah hubungan itu penuh dengan kasih sayang dan pengertian, ataukah diliputi oleh kebencian, sikap yang terlalu keras, ataukan sikap yang acuh tak acuh dan sebagainya. Begitu juga relasi anak dengan saudaranya atau dengan anggota keluarga yang lain tidak baik, akan dapat menimbulkan problem yang sejenis. Demi kelancaran belajar serta keberhasilan anak, perlu diusahakan relasi yang baik di dalam keluarga anak tersebut. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan dan bila perlu hukuman-hukuman yang sekiranya mendidik untuk menyukseskan belajar anak sendiri. 3) Suasana rumah tangga Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi-situasi atau kejadiankejadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar.53

53

Slameto, Op.Cit., hlm. 65

Suasana rumah juga merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor yang disengaja. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Suasana tersebut dapat terjadi pada keluarga yang besar dan terlalu banyak penghuninya. Suasana rumah yang tegang, ribut dan sering terjadi cekcok, pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lainnya menyebabkan anak menjadi bosan di rumah, akibatnya belajarnya menjadi kacau. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlu diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram, karena selain anak kerasan/betah tinggal di rumah, anak juga dapat belajar dengan baik. 4) Keadaan ekonomi keluarga Keadaan ekonomi keluarga sangat erat hubungannya dengan belajar anak. Anak yang sedang belajar selain harus terpenuhi kebutuhan pokoknya, misalnya: makan, pakaian, perlindungan, kesehatan dan lainlainnya, juga membutuhkan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, alat tulis-menulis, buku-buku dan lain sebagainya. Fasilitas belajar itu hanya dapat terpenuhi jika keluarga mempunyai cukup uang. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan pokok anak kurang terpenuhi, akibatnya kesehatan anak terganggu. Akibat yang lain anak selalu dirundung kesedihan sehingga anak merasa minder dengan teman lain, hal ini pasti akan mengganggu belajar anak. Bahkan mungkin

anak harus bekerja mencari nafkah untuk membantu orang tuanya walaupun sebenarnya anak belum saatnya untuk bekerja, hal yang seperti ini akan mengganggu belajar anak. Walaupun tidak dapat dipungkiri tentang adanya kemungkinan anak yang serba kekurangan dan selalu menderita akibat ekonomi keluarga yang lemah, justru keadaan yang begitu menjadi cambuk baginya untuk belajar lebih giat dan akhirnya sukses besar. Hal ini terjadi karena anak merasa bahwa nasibnya tidak akan berubah jika dia sendiri tidak berusaha mengubah nasibnya sendiri. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat Ar-ra'du ayat 11:

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.54 Sebaliknya keluarga yang kaya raya, orang tua sering mempunyai kecenderungan untuk memanjakan anak. Anak hanya bersenang-senang dan berfoya-foya, akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Hal tersebut juga dapat mengganggu belajar anak.

54

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Toha Putra, 1989), hlm. 370

2. Faktor sekolah Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Berikut ini akan penulis bahas faktor-faktor tersebut satu persatu. a. Metode Mengajar Metode adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan.55 Sebagaimana kita ketahui ada banyak sekali metode mengajar. Faktorfaktor penyebab adanya berbagai macam metode mengajar ini adalah: (1) Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran sesuai dengan jenis, sifat maupun isi mata pelajaran masing-masing. (2) Perbedaan latar belakang individual anak, baik latar belakang kehidupan, tingkat usia maupun tingkat kemampuan berfikirnya. (3) Perbedaan situasi dan kondisi di mana pendidikan berlangsung. (4) Perbedaan pribadi dan kemampuan dari pendidik masing-masing. (5) Karena adanya sarana/fasilitas yang berbeda baik dari segi kualitas maupun dari segi kuantitas.56 Metode mengajar seorang guru akan mempengaruhi belajar siswa. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa menjadi tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu
55 56

Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional (Bandung: Jemmars, 1980), hlm. 75 Zuhairini,Abdul Ghofir, Slamet AS. Yusuf, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm.80

dapat terjadi karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menerangkannya tidak jelas. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru yang lama biasanya mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, seefisien, dan seefektif mungkin. b. Kurikulum Kurikulum dipandang sebagai sejumlah mata pelajaran yang tertentu yang harus ditempuh atau sejumlah pengetahuan yang harus dikuasai untuk mencapai suatu tingkat atau ijazah.57 Nana Sudjana mendefinisikan kurikulum dengan semua kegiatan atau semua pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.58 Kurikulum sangat mempengaruhi belajar siswa. Kurikulum yang kurang baik berpengaruh tidak baik terhadap belajar. Kurikulum yang tidak baik itu misalnya kurikulum yang terlalu padat, di atas kemampuan siswa, tidak sesuai dengan bakat, minat dan perhatian siswa. Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar mengajar yang
Ibid., hlm. 58 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989), hlm. 2
58 57

mementingkan kebutuhan siswa. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani siswa belajar secara individual. Dan adanya perubahan kurikulum sekolah tidak hanya

menimbulkan masalah bagi guru dan siswa , tetapi juga petugas pendidikan dan orang tua siswa. Bagi guru, ia perlu mengadakan perubahan pembelajaran. Dalam hal ini guru harus menghindarkan diri dari kebiasaan pembelajaran yang lama. Bagi siswa, ia perlu mempelajari cara-cara belajar, buku pelajaran, dan sumber belajar yang baru. Dalam hal ini siswa harus menghindarkan diri dari cara-cara belajar lama. Bagi orang tua siswa, ia perlu mempelajari maksud, tata kerja, peran guru, dan peran siswa dalam belajar pada kurikulum baru. Orang tua perlu memahami adanya metode dan teknik belajar baru bagi anak-anaknya. Dengan memahami dan mempelajari teknik belajar yang baru, maka ia dapat membantu proses belajar anaknya secara baik.59 c. Relasi Guru dengan Siswa Proses belajar mengajar terjadi antara guru dengan siswa. Proses tersebut juga dipengaruhi oleh relasi yang ada dalam proses itu sendiri. Jadi cara belajar juga dipengaruhi oleh relasinya dengan gurunya. Di dalam relasi (guru dengan siswa) yang baik, siswa akan menyukai mata pelajaran yang diberikannya sehingga siswa berusaha mempelajari sebaikbaiknya. Hal tersebut juga terjadi sebaliknya, jika siswa membenci
Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : kerja sama Pusat perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT. Rineka Cipta, 1999), hlm.254
59

gurunya. Ia segan mempelajari mata pelajaran yang diberikannya, akibatnya pelajarannya tidak maju. Guru yang kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar itu kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan untuk berpartisipasi secara aktif dalam belajar. d. Relasi Siswa dengan Siswa Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada grup yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak. Siswa yang mempunyai sifat-sifat dan tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, mempunyai rasa rendah diri atau sedang mengalami tekanan-tekanan batin, akan diasingkan dari kelompok. Akibatnya makin parah masalahnya dan akan mengganggu belajarnya. Lebih-lebih lagi ia akan menjadi malas untuk masuk sekolah dengan alasan-alasan yang tidak-tidak karena di sekolah mengalami perlakuan yang kurang menyenangkan dari teman-temannya. Menciptakan relasi yang baik antar siswa adalah perlu, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa. e. Disiplin Sekolah Disiplin sekolah berarti adanya kesediaan untuk mematuhi peraturan-peraturan dan larangan-larangan.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menanamkan disiplin kepada anak antara lain adalah: dengan pembiasaaan, dengan contoh atau tauladan dan dengan penyadaran. Kedisiplinan sekolah erat hubungannya dengan kerajinan siswa dalam sekolah dan juga dalam belajar. Kedisiplinan sekolah mencakup kedisiplinan guru dalam mengajar dengan melaksanakan tata tertib, kedisiplinan pegawai/karyawan dalam pekerjaan administrasi dan kebersihan/keteraturan kelas, gedung sekolah, halaman dan lain-lain. Kedisiplinan kepala sekolah dalam mengelola seluruh staf beserta siswasiswanya, dan kedisiplinan team BP dalam pelayanannya kepada siswa. f. Alat Pelajaran Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai oleh siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan lebih maju. Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah siswa yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar siswa dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang memiliki media dalam jumlah maupun kualitasnya.

Mengusahakan alat pelajaran yang baik dan lengkap adalah perlu agar guru dapat mengajar dengan baik sehingga siswa dapat menerima pelajaran dengan baik pula. g. Waktu Sekolah Waktu sekolah adalah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, siang, sore/malam hari.60 Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa, banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah disore hari, hal yang sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan. Di mana siswa harus istirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, sehingga mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan lain sebagainya. Sebaliknya bagi siswa yang belajar dipagi hari, pikiran masih segar, jasmani dan rohani dalam keadaan yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa kurang berkonsentrasi dan berpikir pada kondisi badan yang sudah lemah tadi. Jadi memilih waktu sekolah yang tepat akan memberi pengaruh positif terhadap belajar.

60

Slameto, Op.Cit., hlm. 70

h. Standar Pelajaran Guru berpendirian untuk mempertahankan wibawanya, perlu memberi pelajaran di atas standar akibatnya siswa merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian siswa yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai. i. Keadaan Gedung Dengan jumlah siswa yang luar biasa banyaknya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas. Dan sebaliknya jika lengkapnya gedung (prasarana dan sarana) pembelajaran merupakan kondisi pembelajran yang baik. Dan ini yang menentukan jaminan terselenggaranya proses belajar yang baik. j. Metode Belajar Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah, dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu. Juga dalam pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena

besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin jatuh sakit. Ada rumus yang menyatakan bahwa 5 X 2 lebih baik dari 2 X 5 artinya lima kali belajar masing-masing dua topik lebih baik hasilnya daripada dua kali belajar masing-masing lima topik.61 Adanya keteraturan belajar adalah syarat utama belajar. Bukan lamanya belajar yang diutamakan tetapi kebiasaaan teratur dan rutin melakukan belajar. Belajar teratur selama dua jam sekalipun setiap harinya, jauh lebih penting dari belajar 6 jam namun hanya dilakukan pada hari-hari tertentu saja. Demikian pula bukan banyaknya materi yang dipelajari yang harus diutamakan, tapi seringnya mempelajari bahan tersebut sekalipun bahan tersebut tidak banyak. k. Tugas Rumah Waktu belajar adalah di sekolah, tidak menutup kemungkinan jika guru memberikan tugas rumah agar siswa akan belajar mengingat kembali materi yang disampaikan guru di sekolah dan siswa juga dapat belajar untuk menyiapkan bekal materi untuk dibawa ke sekolah besok. Sehingga siswa di rumah tidak menyia-nyiakan waktu hanya untuk bermain saja di rumah tetapi digunakan untuk belajar juga.

61

Nana Sudjana, Op.Cit., hlm.167

3.

Faktor Masyarakat

Abu Ahmadi mendefinisikan masyarakat dengan suatu kelompok yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.62 Sedangkan Wahyu memberikan batasan masyarakat dengan setiap manusia yang telah hidup dan bekerja sama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas yang dirumuskan dengan jelas.63 Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa masyarakat merupakan satu kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu system adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Masyarakat merupakan faktor eksternal yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Yang termasuk dalam faktor masyarakat ini antara lain adalah: kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat. a. Kegiatan siswa dalam masyarakat Barang siapa menguasai generasi muda, berarti menguasai masa depan suatu bangsa, demikianlah bunyi pepatah. Dengan mengkaji lebih dalam arti apa yang tersirat dalam pepatah itu, berarti bahwa masa depan suatu bangsa itu terletak di tangan generasi muda. Generasi mudalah yang harus menggantikan generasi sebelumnya memimpin bangsanya.
62 63

Abu Ahmadi, Op.Cit., hlm. 97 Wahyu, op.cit., hlm. 61

Jumlah pemuda yang dapat mengenyam pendidikan Tinggi tidaklah banyak.64 Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat yang terlalu banyak, misalnya berorganisasi, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajarnya akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya. Perlulah kiranya membatasi kegiatan siswa dalam masyarakat supaya jangan sampai mengganggu belajarnya. Jika mungkin memilih kegiatan yang mendukung belajar. Kegiatan ini misalnya kursus bahasa Inggris, PKK remaja, kelompok diskusi dan lain sebagainya. b. Mass media Yang termasuk mass media adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, majalah, buku-buku, komik-komik dan lain-lain. Semuanya itu ada dan beredar dalam masyarakat. Mass media yang baik memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan belajarnya. Sebaliknya mass media yang jelek juga memberi pengaruh yang jelek terhadap siswa. Sebagai contoh, siswa yang suka nonton film atau membaca cerita-cerita detektif, pergaulan bebas akan berkecenderungan untuk berbuat seperti tokoh yang dikagumi dalam cerita itu, karena pengaruh dari jalan ceritanya. Jika tidak ada kontrol dan

64

Abu Ahmadi, ilmu social dasar edisi revisi (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1991), hlm.147

pembinaan dari orang tua (bahkan pendidik), pastilah semangat belajarnya menurun bahkan mundur sama sekali. c. Teman bergaul Pengaruh-pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman bergaul yang baik akan berpengaruh baik terhadap diri siswa, begitu juga sebaliknya, teman bergaul yang jelek pasti berpengaruh jelek pula. Teman bergaul yang tidak baik misalnya yang suka bergadang, minum-minum dan lain sebagainya. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka perlulah diusahakan agar siswa memiliki teman bergaul yang baik-baik dan pembinaan pergaulan yang baik serta pengawasan dari orang tua dan pendidik harus cukup bijaksana. d. Bentuk kehidupan masyarakat Kehidupan masyarakat di sekitar siswa juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang yang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri, dan mempunyai kebiasaaan yang tidak baik akan berpengaruh jelek terhadap anak (siswa) yang berada di situ. Sebaliknya jika lingkungan anak adalah orang-orang yang terpelajar baikbaik mereka mendidik dan menyekolahkan anak-anaknya, antusias akan cita-cita yang luhur akan masa depannya, anak/siswa akan terpengaruh juga ke hal-hal yang dilakukan oleh orang-orang di lingkungannya. Pengaruh itu dapat mendorong semangat dan motivasi anak/siswa untuk

belajar lebih giat lagi. Untuk itu perlulah mengusahakan lingkungan yang baik agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap anak/siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya

Tabel 2. Faktor faktor yang mempengaruhi belajar65 Ragam Faktor dan Unsur - unsurnya Internal Siswa 1.Aspek Fisiologis - Tonus jasmani - Mata dan telinga
Eksternal Siswa 1. Lingkungan Sosial Pendekatan

1. Pendekatan Tinggi
- speculative - achieving

Keluarga Guru dan staf Masyarakat Teman

2. Aspek Psikologis

2. Lingkungan nonsosial 2. Pendekatan Rumah Sekolah Peralatan alam Menengah - analical - deep

3. Pendekatan
Rendah - reproductive - surface

65

Muhibbin Syah, op.cit., hlm.156

Masih banyak lagi faktor-faktor lain yang dapat berpengaruh pada prestasi belajar seseorang. Maka tugas orang tua, pendidik untuk memahami secara mendalam, sehingga dikemudian hari dapat membina anak/siswanya secara individual dan efektif.

C. Mata Pelajaran IPS 1. Pengertian mata pelajaran IPS Ilmu pengetahuan sosial adalah suatu bidang studi yang mempelajari manusia dalam lingkungan sosial dan lingkungan fisiknya, dalam hubungan dengan kodratnya bahwa manusia hidup dalam kelompok membentuk lingkungan sosial. Lebih luas lagi, dalam kelompok masyarakat. Negara yang mendukung segala aspirasi dan cita-cita kehidupan bersama. Ia tumbuh dalam kelompok dan terpengaruh oleh kondisi fisik-geografis yang melingkunginya. Sifat determinasinya tidak hanya pasif tetapi juga aktif, karena dengan segala kemampuannya manusia berusaha mengelola lingkungannya demi kesejahteraan dan keselamatan hidup mereka sendiri.66 Pengetahuan sosial merupakan seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia untuk membangun dirinya, masyarakatnya, bangsanya, dan lingkungannya berdasarkan pada pengalaman masa lalu yang dapat di

66

Dep. P dan K / balai pustaka, Jakarta, 1978, hlm. 74-87

maknai untuk masa kini, dan diantisipasi untuk masa yang akan datang.67 Sosial studies atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan-tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary school).68 Dengan begitu, tandaslah sudah bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan disesuaikan bagi

penggunaan program pendidikan di sekolah atau bagi kelompok belajar lainnya, yang sederajat. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dari sejumlah mata pelajaran sosial.69 Sudah terasa bahwa melalui berbagai pelajaran yang terpisah pisah, tujuan pendidikan di sekolah akan sulit dicapai. Sebab itulah maka diidamkan kurikulum dengan IPS yang terintregrasikan guru dalam dan hal

terkorelasikan

sesuai

kemampuan

mengajarkannya dan daya tangkap fihak siswa. Dari pemikiran inilah muncul tiga macam definisi tentang IPS seperti dicantumkan di bawah ini: 1) IPS adalah penyederhanaan ilmu-ilmu sosial untuk keperluan pendidikan di sekolah.

Arni Fajar, Portofolio Dalam Pelajaran IPS (Bandung : PT.Remaja Roasdakarya, 2005), hlm.114 Ali Umran Udin (almarhum), Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu-ilmu Sosial Dasar (Jakarta: Forum Pendidikan IKIP, Desember 1976), hlm.47 69 Abu Ahmadi, op.cit., hlm.3
68

67

2) IPS adalah bagian-bagian dari ilmu-ilmu sosial yang telah diseleksi demikian rupa untuk dicocokkan dengan kebutuhan sekolah dalam berbagai situasi pengajaran. 3) IPS adalah penelaah masyarakat untuk memperoleh pengertian tentang cara-cara manusia hidup, tentang jenis-jenis

kebutuhannya dan berbagai kegiatan yang bertalian dengan pemenuhan kebutuhan itu, serta tentang lembaga-lembaga yang dikembangkannya sehubungan dengan itu semua.70 Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.71 Fungsi mata pelajaran pengetahuan sosial di SMP dan MTs adalah untuk mengembangkan pengetahuan, nilai, sikap, dan keterampilan sosial dan kewarganegaraan peserta didik agar dapat direfleksikan dalam

70

Daldjoeni, dasar dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (buku pengantar bagi mahasiswa dan guru) (Bandung : Alumni, 1985), hlm.64 71 http://mgmpips.wordpress.com/2008/02/11/model-ips-terpadu-bag1/, hlm.1

kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia.72 Ilmu pengetahuan sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. IPS dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan intedidipliner dari aspek cabang-cabang ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya)73. Adanya mata pelajaran IPS ini bertujuan agar peserta didik atau siswa memiliki kemampuan sebagai berikut : 1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan

masyarakat dan lingkungannya 2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,inquiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam

kehidupan sosial. 3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional maupun global74.

72 73

Arni Fajar, op.cit., hlm.114 Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP/MTs/SMPLB (http//www.Puskur.Net/Inc/mdl/060_model_ips_trpd.pdf,diakses 20 mei 2007),hlm 7 74 Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Mengengah Pertama(SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs), (http//www. Puskur.Net/ inc /si/ smp/ pengetahuan social.pdf,diakses 20 mei 2007), hlm.417

Tabel 3. Aspek dan sub aspek ilmu-ilmu sosial ASPEK 1. Sistem budaya sosial dan
SUB ASPEK Individu, keluarga, dan masyarakat Sosiologi sebagai ilmu dan metode Interaksi sosial Struktur sosial Kebudayaan Perubahan sosial budaya

2. Manusia, tempat dan lingkungan

System informasi geografi Interaksi gejala fisik dan sosial Struktur internal suatu tempat / wilayah Interaksi keruangan Persepsi lingkungan dan kewilayahan

3. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Berekonomi Ketergantungan Spesialisasi dan pembagian kerja Perkoperasian Kewirausahaan Pengelolaan keuangan perusahaan

4. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 5. System berbangsa dan bernegara

Dasar dasar ilmu sejarah Fakta, peristiwa, dan proses Persatuan bangsa Nilai dan norma (agama, kesusilaan, kesopanan, dan hukum) Hak asasi manusia Kebutuhan hidup Kekuasaan dan politik Masyarakat demokratis Pancasila dan konstitusi Negara globalisasi

Tabel di atas merupakan ruang lingkup mata pelajaran pengetauhan sosial di SMP dan MTs.75 Jika ditinjau lebih mendalam lagi, maka nampak bahwa yang dibicarakan dalam IPS itu tak lain adalah hubungan antara manusia (human relationships) dan ini mencakup hubungan individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok, serta kelompok dengan alam. Yang disebutkan terakhir ini nampak sekali dalam pengajaran geografi. Geografi merupakan ilmu pengetahuan yang membicarakan bumi sebagai ruang huni manusia, dan manusia sebagai penghuni bumi. Adapun dengan sebutan kelompok diartikan kelompok menurut makna sosial, ekonomis, politis maupun budaya. Standar kompetensi mata pelajaran pengetahuan sosial SMP dan MTs adalah kompetensi yang harus dikuasai siswa setelah melalui proses pembelajaran pengetahuan sosial antara lain:76 a. kemampuan memahami 1) proses pembentukan kepribadian manusia 2) unsur-unsur usaha berekonomi 3) perubahan unsur-unsur fisik muka bumi 4) perjalanan bangsa Indonesia pada masa Hindu-Buddha dan Islam sampai abad ke-18

75

Arni Fajar, op.cit., hlm.115 Ibid, hlm.116

76

5) peraturan perundang-undangan nasional, Hak Asasi Manusia, kemerdekaaan mengemukakan pendapat dan berpartisipasi dalam era otonomi. b. kemampuan memahami 1) bentuk-bentuk hubungan antar kelompok sosial 2) pelaku-pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi masyarakat 3) dinamika perubahan kependudukan dan pembangunan

berwawasan lingkungan di Indonesia 4) perjalanan bangsa Indonesia sejak masa penjajahan Barat sampai dengan persiapan kemerdekaan Indonesia 5) kedaulatan rakyat, budaya demokrasi, dan ideologi Pancasila. c. kemampuan memahami 1) perilaku masyarakat dalam menyikapi perubahan sosial-budaya 2) perdagangan internasional serta dampaknya terhadap

perekonomi-an Indonesia 3) keterkaitan unsur-unsur sosial dan fisik di Negara maju dan berkembang 4) perjalanan bangsa Indonesia dari masa kemerdekaan sampai orde baru serta bentuk kerjasama Indonesia dalam dunia internasional 5) fungsi hukum, pengadilan nasional dan cara-cara mencari perlindu-ngan hukum warganegara.

D. Pengaruh interaksi guru dengan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Proses belajar mengajar sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang yang mengajar (guru). Komunikasi antara dua subyek guru dan siswa adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor itu antara lain, situasi dan kondisi pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, cara belajar yang harus diikuti siswa, dan sebagainya. Faktorfaktor ini saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar. Misalnya salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan siswa belajar adalah guru. Faktor guru ini sangat menentukan baik dalam beberapa metode mengajar apakah dengan metode ceramah, diskusi, permainan, dan sebagainya, maupun dalam berbagai system belajar termasuk system belajar tuntas (mastery learning)77 Untuk memperlancar kegiatan pengelolaan interaksi belajar-mengajar, masih juga diperlukan kegiatan sarana-sarana pendukung yang lain, termasuk antara lain mengetahui prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Setiap siswa itu pada hakikatnya memiliki perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Perbedaan-perbedaan semacam ini dapat membawa akibat perbedaanperbedaan pada kegiatan yang lain, misalnya soal kreativitas, gaya belajar bahkan juga dapat membawa akibat perbedaan dalam hal prestasi siswa.

77

Masnur, dkk, Dasar dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.95

Persoalan ini perlu diketahui oleh guru. Karena dengan itu berarti dapat mengambil tindakan-tindakan instruksional yang lebih tepat dan memadai. Berkaitan dengan hal tersebut maka salah-satunya guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan mengetahui perestasi belajar siswa, apalagi secara individual, seperti telah di singgung diatas, guru akan dapat mengambil langkah-langkah instruksional yang kontruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang berbeda antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. Sebagi contoh ada langkah pengayaan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan akan mencarikan kegiatan belajar tertentu bagi siswa yang berprestasi rendah seperti kegiatan remidi dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat meningkatkan prestasi siswa.78 Dalam hal ini secara kongkrit guru mengambil langkah-langkah sebagai berikut :79 a. Mengumpulkan data hasil belajar siswa: (1) Setiap kali ada usaha mengevaluasi selama pelajaran berlangsung. (2) Pada akhir pelajaran b. Menganalisa data hasil belajar siswa. Dengan langkah ini guru akan mengetahui: (1) Siswa yang menemukan pola-pola belajar yang lain. (2) Keberhasilan atau tidaknya siswa dalam belajar.

78 79

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm.172 Ibid, hlm. 172-173

c. Menggunakan data hasil belajar siswa, dalam hal ini menyangkut: (1) Lahirnya feed back untuk masing-masing siswa dan dan ini perlu diketahui oleh guru (2) Adanya feed back itu maka guru akan menganalisa dengan tepat follow up atau kegiatan-kegiatan berikutnya.

Hasil belajar siswa (prestasi belajar siswa) di kategorikan dalam tiga aspek yaitu : aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek psikomotorik, dengan demikian untuk mencapai prestasi dalam belajar diperlukan adanya sifat dan tingkah laku seperti aspirasi yang tinggi, interaksi dengan lingkungan yang baik, kesiapan belajar, kedisplinan siswa dan sebagainya. Sedangkan hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang sedang belajar. Jadi secara teoritis interaksi sangat berpengaruh terhadap dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, dengan interaksi setiap pelajaran akan dapat dilakukan secara efektif dan efisien, dengan demikian ditingkatkan interaksi guru dengan siswa kemungkinan akan dapat mencapai prestasi yang baik dan juga sebaliknya semakin rendah interaksi maka prestasi belajarnya juga akan rendah.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah SMP Negeri 1 Kamal, jalan raya Kamal depan Kantor (POLSEK) Polisi Sektor Kamal dan di samping Puskesmas Kamal. Pemilihan lokasi ini atas beberapa pertimbangan, yaitu penelitian ini memang difokuskan pada interaksi guru dengan siswa, siswa sebagai responden. Di samping itu pertimbangan lain bagi peneliti adalah peneliti mengetahui situasi dan kondisi SMP Negeri 1 Kamal. Dan juga SMP Negeri 1 Kamal ini merupakan satu-satunya SMP Negeri faforit di kecamatan Kamal diantara 4 SMP-SMP yang ada di Kamal, disini peneliti tertarik untuk melakukan penelitian DI SMP Negeri 1 Kamal. Di mana penilaian tersebut tentunya berdasarkan kualitas lembaga dan penilaian masyarakat setempat.

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat di perlukan. Oleh karena itu, sesuai dengan judul skripsi ini, peneliti menggunakan jenis penelitiannya adalah penelitian jenis korelasional. Karena pada penelitian ini hanya menggambarkan suatu variabel, gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya dari data yang bersifat angka (kuantitatif).

Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan80 Sedangkan pendekatan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan empiris rasional atau deskriptif kuantitatif. Pada pendekatan ini peneliti memulai dari observasi di lapangan, menyebarkan angket, dan analisis dokumen. Fakta-fakta dikumpulkan secara lengkap selanjutnya dianalisis untuk ditarik kesimpulan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Donal Ary, dkk yang menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan peristiwa secara apa adanya. Jenis penelitian deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan ragam korelasi. Koefisien korelasi adalah suatu alat statistik, yang dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar dapat menentukan tingkat hubungan antara variabelvariabel ini81. Penelitian ini juga bisa digolongkan dalam penelitian deskriptif kuantitaif karena dalam penelitian ini data primernya menggunakan data yang

80

Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta 1993), hlm. 309 81 Suharsini, Arikunto. op.cit., 2002, hlm.239

bersifat data keras yang berupa angka yang di peroleh dari angket dan selanjutnya angket tersebut di deskripsikan. C. Data dan Sumber Data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh82. Dalam penelitian sumber data dapat disebut juga responden, responden yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti baik pertanyaan tertulis maupun lisan. Di dalam penelitian penelitian ini data yang digunakan dibagi 2 bagian. Menurut indriantoro dan supomo sumber data dibagi menjadi dua83, yaitu: 1. Data Primer Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran angket kepada responden, Dalam penelitian ini sebagai respondennya yaitu siswa-siswa SMP Negeri 1 Kamal mulai dari kelas VIII.A sampai kelas VIII.G 2. Data Sekunder Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen-dokumen lembaga seperti gambaran sekolah dan struktur organisasi dan komentar para guru, wali kelas, kepala sekolah dan waka.kesiswaan.
82 83

Ibid., hlm.107 Ibid., hlm.122

D. Populasi dan Sampel Populasi adalah seluruhan subjek penelitian84. Lain halnya menurut Hadi menjelaskan bahwa populasi adalah sejumlah individu yang paling sedikit mempunyai satu sifat yang sama atau semua subjek yang dimaksudkan untuk diteliti.85 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri 1 Kamal, tetapi penelitian ini dibatasi hanya kepada siswa yang masih sedang aktif melakukan studinya di SMP 1 Negeri Kamal. Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti86. Penggunaan sampel penelitian dilakukan jika tidak memungkinkan untuk meneliti seluruh populasi yang dijadikan subjek penelitian. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah siswa SMP dengan perhitungan : Arikunto menyebutkan87 Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subjeknya kurang dari 100, maka lebih baik diambil seluruhnya, sehingga berupa penelitian populasi. Jika subjeknya besar dapat diambil antara 10%15% atau 20%-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya: 1. Kemampuan peneliti di lihat dari waktu, tenaga dan dana. 2. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data
84 85

Ibid., hlm.108 Hadi S, Metode Researc (Yogyakarta : Andi Offset, 1995) 86 Suharsini Arikunto, op. cit., hlm.109 87 Ibid, hlm.117

3. Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti, Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 303 siswa. Dari populasi yang diambil 40%, sehingga sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 100 responden, dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel sebanyak 120 responden, pengambilan sampel sudah bisa dikatakan representatif. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan purpossive random sampling perkelas untuk menentukan besarnya sampel penelitian pertimbangan atau proporsi artinya:"sampling yang memperlihatkan individu dalam tiap-tiap stratum dan

menggunakan randomisasi (acak)". Dengan metode ini tiap anggota populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel, tiap tiap siswa yang termasuk dalam sampel diberi nomer urut kemudian diambil secara acak perkelas sampai diperoleh sejumlah sampel yaitu 100 siswa.

E. Instrumen Penelitian Pada dasarnya metode dan instrumen penelitian saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Jika pengumpulan data menggunakan variasi metode seperti angket, dan dokumentasi maka instrument penelitian adalah pelengkapnya.

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya baik.88 Adapun variasi jenis instrumen penelitian ini yang digunakan angket, dokumentasi. Menurut Arikunto variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian89. Jadi variabel penelitian adalah objek dalam suatu penelitian yang mempengaruhi suatu penelitian. Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah: 1. Variabel bebas (independent variable): - Interaksi guru dengan siswa - Faktor-faktor interaksi belajar mengajar 2. Variabel terikat (dependent variable): Prestasi belajar

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen (Angket/kuesioner) KISI-KISI PENYUSUNAN INSTRUMEN (ANGKET/KUESIONER) Variabel Interaksi gurusiswa Sub Variabel Komunikasi satu arah Indikator 1. Guru aktif siswa pasif 2. Guru pemberi aksi 3. Siswa penerima aksi sebagai sebagai 4 Banyak Butir Nomor Butir 1,2,3,4

88 89

Ibid., hlm. 151 Ibid., hlm.29

Komunikasi dua arah

1. Guru dan siswa aktif 2. Guru pemberi penerima aksi 3. Siswa dapat berperan sama sebagai yaitu pemberi penerima aksi dan sebagai dan

5,6,7,8

Komunikasi tiga/banyak arah

1. Guru fasilitator aksi) 2. Siswa

sebagai (pemberi

9,10,11, 12

aktif

(penerima aksi) 3. Kerjasama antar

siswa dengan siswa faktorfaktor interaksi belajar mengajar Tujuan Bahan Relevan sesuai situasi Penguasaan materi oleh guru Siswa Guru Metode Situasi Kehadiran siswa di kelas Kehadiran guru di kelas Metode variasi Kondisi di kelas saat pelajaran berlangsung Penilaian Prestasi belajar Kumulatif siswa semester ganjil Hasil belajar siswa Nilai rata-rata raport Penghargaan/piala olimpiade IPS 1 5 19 20,21,22, 23,24,25 1 1 1 1 15 16 17 18 1 1 13 14

Berkaitan dengan teknik penelitian maka dasar penelitian terhadap variabel berkisar antara 5 sampai 1 dari jawaban selalu sampai tidak pernah.

Pernyataan favourable (bersifat positif) mempunyai tingkat penilaian sebagai berikut: 1. Skor 5 untuk jawaban selalu (SL) 2. Skor 4 untuk jawaban sering (SR) 3. Skor 3 untuk jawaban kadang kadang (KD) 4. Skor 2 untuk jawaban jarang (JR) 5. Skor 1 untuk jawaban tidak pernah (TP) Uji validitas instrumen penelitian. Penggunaan analisis validitas dalam penelitian yaitu untuk menunjukkan sejauhmana suatu alat ukur (instrumen) itu mengukur apa yang mau diukur. Kuesioner dalam penelitian ini menggunakan butir pernyataan, konsep tersebut meliputi: umur, jenis, kelas/jurusan, bentuk interaksi guru dengan siswa dan prestasi siswa. Uji reabilitas instrumen penelitian. Reabilitas adalah indeks yang menunjukkan suatu alat ukur dapat dipercaya/dapat diandalkan, bila alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gelar yang sama dan hasil pengukuran yang diperoleh relatif konsisten, maka pengukur tersebut reliabel. Dapat diambil kesimpulan bahwa reabilitas menunjukkan konsistennya dalam mengukur. Uji reabilitas instrumen penelitian ini menggunakan alpha yang telah dibakukan (standarized item alpha) dimana nilai alpha harus lebih besar dari reabilitas yang diinginkan.

F. Pengumpulan Data Dalam paradigma penelitian kuantitatif, data dikumpulkan dengan

metode kuesioner/angket, dokumentasi, wawancara.

Kuesioner/angket
Kuesioner/angket adalah teknik pengumpulan data melalui formulirformulir yang berisikan pertanyaan yang diajukan untuk mendapat jawaban atau tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti.90 Angket yang digunakan adalah angket tertutup yang disusun berdasarkan skala likert, skala likert merupakan pernyataan yang

menunjukkan tingkat kesetujuan dan ketidaksetujuan responden. Responden diminta memberi pendapatnya/jawabannya dengan cara mengisi kuesioner yang disediakan dan memilih salah satu jawaban yang disediakan sesuai dengan petunjuk pengisian kuesioner/angket. Bentuk umum sebuah angket terdiri dari bagian pendahuluan berisikan petunjuk, pekerjaan, jenis kelamin, status pribadi, dan sebagainya, kemudian baru memasuki bagian isi angket dibedakan menjadi beberapa bentuk.91 Metode ini digunakan untuk mencari data tentang pendapat siswa terhadap interaksi guru dengan siswa, yang telah ditawarkan dalam kuesioner.

Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variebel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti notulen rapat, leggor, agenda dan sebagainya.
90 91

Mardalis, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 1993), hlm.89 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif (Jakarta: Prenada Media Group, 2006)

Dokumentasi dari asal katanya dokumen yang artinya Data yang di peroleh dari data dokumentasi dapat dimanfaatkan untuk mengetahui, menafsirkan bahkan meramalkan. Dokumentasi yang dihimpun dalam penelitian ini terdiri dari: 5. Sejarah SMP Negeri 1 Kamal 6. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Kamal 7. Struktur SMP Negeri 1 Kamal 8. Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal 9. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kamal Dokumentasi merupakan metode dimana peneliti menggunakan dokumen-dokumen yang relevan untuk menunjang hasil penelitian antara lain: a. Dokumen Piala atau Piagam dalam lomba mata pelajaran b. Daftar nama siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian.

Interview/wawancara Jenis interview/wawancara cara yang digunakan adalah

interview/wawancara terpimpin. Wawancara ini hanya mengumpulkan data yang relevan saja dengan permasalahaan penelitian. Untuk itu, peneliti telah menyusun pedoman interview/wawancara agar dalam melakukan

interview/wawancara tidak menyimpang. Interview/wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk

mendapatkan informasi atau data yang belum didapatkan yang melalui angket tentang interaksi guru-siswa dan prestasi siswa.

Observasi Menurut Cholid Narbuko observasi (pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.92 Observasi adalah pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Dengan demikian pengamatan atau observasi dapat dilaksanakan secara langsung dan sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian untuk memperoleh data tentang permasalahan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian yang dilaksanakan. Dengan kata lain peneliti terjun langsung kelapangan yang diteliti, tujuannya agar dapat gambaran yang tepat mengenai objek penelitian.

G. Analisis Data Untuk menganalisis data yang telah di peroleh dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik deskriptif kuantitatif. Dalam menganalisis ini peneliti menggunakan beberapa metode yaitu :

Uji Validitas Instrumen Penelitian Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid

92

Cholid Narbuko, dkk. Metodologi Penelitian. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), hal: 70

berarti memiliki validitas rendah93. Valid tidaknya suatu butir instrumen dapat diketahui dengan membandingkan indeks korelasi produck moment dengan level of signifikansi 5 % dengan nilai kritisnya. Rumus statistik product moment merupakan tehnik yang sering di gunakan untuk menentukan hubungan dua variabel, yaitu 94
rxy =

N ()()
2

() 2 ()

}{

Keterangan: rxy XY X Y N X2 Y2 = koefisien korelasi X dan Y (pearson-r) =Jumlah kuadrat perkalian butir dengan skor total =Jumlah skor butir =Jumlah skor total =Jumlah subyek dalam sample yang diteliti =Jumlah kuadrat skor butir = Jumlah kuadrat skor total Tabel 5. Inteerpretasi r Besarnya nilai r Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Interpretasi r Tinggi Cukup Agak Rendah Rendah Sangat rendah (Tidak berkorelasi)

Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat

93 94

Suharsini, Arikunto, op.cit Hlm. 144-145 Ibid. Hlm.146

tendensius mengarahkan responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyatannya, maka berapa kalipun diambil, tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel artinya dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan95. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa reabilitas menunjukan konsistensinya dalam mengukur. Pengujiannya adalah dengan menguji skor antar butir. Uji reabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Crombach96, yaitu
2 k b r= 2 k 1 t

Dimana : k : Banyaknya butir pertanyaan


b2 : Jumlah varians butir

t2 : Varians butir
Skor butir dengan skor butir yang lain kemudian hasilnya di bandingkan dengan nilai kritis dengan tingkat signifikansi 5 % ( = 0,05). Jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis maka alat ukur tersebut dikatakan reliabel. Untuk mempercepat perhitungan mencari hasil reliabilitas instrumen maka peneliti menggunakan SPSS versi 15.00. Penggunaan Software SPSS Untuk melengkapi analisis data deskriptif kuantitaif ini maka peneliti menggunakan alat hitung SPSS (Statistical Product and Service Solution)
95 96

Ibid.,. hlm. 154 Ibid., hlm.171

versi 15.00 yang berupa analisis deskriptif (frekuensi) persentase. SPSS adalah komputer statistik yang mampu untuk memproses data statistik secara cepat dan tepat, untuk mencari berbagai output yang dikehendaki para pengambil keputusan yang akan menunjukkan gambaran pengaruh interaksi guru-siswa terhadap prestasi siswa. Korelasi Produck Moment Peneliti dalam menganalisis data ini menggunakan perhitungan statistik dengan tehnik korelasi product moment karena penelitian ini mencari korelasi antara dua varibel yaitu variebel X dan Y. Rumus statistik product moment merupakan tehnik yang sering digunakan untuk menentukan hubungan dua variebel. Selain itu tehnik korelasi product moment di gunakan : a. Variabel yang dikorelasikan berbentuk gejala atau data yang kontinu b. Sampel yang diteliti mempunyai sifat homogen, atau setidaktidaknya mendekati homogen c. Regresinya merupakan regresi linier Untuk mengetahui sering tidaknya interaksi guru-siswa dan tingkat prestasi siswa dengan menggunakan rumus persentase 97:
p= f 100% N

Keterangan : p f
97

= Angka persentase = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya

Ibid., Hlm. 40-41

= Number of cases (Jumlah frekuensi/banyaknya individu) Untuk mencari korelasi antara variabel interaksi dengan variabel prestasi siswa, dengan menggunakan rumus product moment:

rxy =

N ()()
2

() 2 ()

}{

Keterangan: rxy XY X Y N X2 Y2 = koefisien korelasi X dan Y (pearson-r) = Jumlah kuadrat perkalian butir dengan skor total = Jumlah skor butir = Jumlah skor total = Jumlah subyek dalam sample yang diteliti = Jumlah kuadrat skor butir = Jumlah kuadrat skor total Tabel 6. Inteerpretasi r Besarnya nilai r Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Interpretasi r Tinggi Cukup Agak Rendah Rendah Sangat rendah (Tidak berkorelasi)

Untuk mempercepat perhitungan peneliti menggunakan computer SPSS versi 15.00.

Regresi Linier Ganda


Untuk mengetahui pengaruh interaksi Guru-siswa terhadap

pengembangan prestasi siswa, maka menggunakan analisis regresi linier ganda dengan menggunakan persamaan sebagai berikut 98: Y= a + b1X1+b2X2

98

Sugiono, Metode Penelitian Administrasi (Bandung: Alfabeta, 1997), hlm.170

Dimana : Y a b1 b2 : Subyek dependent yang diprediksikan : Konstanta (harga Y bila X =0) : Koefisien regresi (Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan) (interaksi guru-siswa) : Koefisien regresi (Bila b (+) maka naik, bila (-) maka terjadi penurunan) (faktor-faktor interaksi belajar mengajar) : Subyek independent (Interaksi guru-siswa) : Subyek Independent (faktor-faktor interaksi belajar

X1 X2 mengajar)

Uji F (Uji Simultan)


Secara simultan yaitu uji statistik untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat secara bersama-sama99:

R2 k F= 1 R 2 (n k 1)

Dimana: R2 K n Koefisien korelasi = Jumlah Variabel bebas = Jumlah Responden


=

Kriteria uji F Penentuan nilai F tabel dengan level of signifikansi ( )=5 % Fhitung > Ftabel dan nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

Uji t (Parsial)
Analisis ini berguna untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas secara individu terhadap variabel terikat tertentu. Adapun rumus yang digunakan, sebagai berikut100:
99

Ibid., Hlm.154

t tes =

r (n 2 ) 1 r2

Dimana: r : Koefisien regresi t : uji hipotesis N : jumlah responden Kreteria pengujian t -t tabel t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak t tabel < -t tabel atau t hitung > t tabel dan nilai probabilitas < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima

100

Ibid., hlm.150

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian 1. Sejarah SMP Negeri 1 Kamal


Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Kamal Bangkalan, Propinsi Jawa Timur adalah sekolah negeri favorit di kecamatan Kamal. Meskipun sekolah tersebut berada di luar kecamatan kota, kira-kira 17 kilometer dari kota kabupaten Bangkalan, namun prestasi sekolah tersebut mampu bersaing dengan sekolah kota. Berderet prestasi dibidang akademis dan non-akademis diraih oleh siswa-siswi sekolah tersebut. Sebagai sekolah standar nasional, SMP Negeri 1 KamalBangkalan, semakin terpacu untuk meningkatkan prestasi, karena mendapat dukungan dana dari pemerintah pusat. Fasilitas sekolah yang selama ini sudah cukup lengkap, semakin hari semakin ditambah, untuk menunjang proses pembelajaran. Penambahan perangkat komputer dan pengadaan alat-alat laboratorium, adalah sebagian contoh penambahan sarana dan prasarana belajar, dalam meningkatkan prestasi belajar siswasiswi sekolah tersebut. Secara demografis, orangtua siswa bermata pencaharian sangat heterogen, baik pegawai pemerintahan (PNS), pegawai swasta maupun pegawai sector informal, hal ini dikarenakan kecamatan Kamal, adalah

kecamatan

yang

paling

dekat

dengan

Surabaya,

sebagai

pusat

perekonomian propinsi Jawa Timur. Kepedulian orang tua siswa terhadap eksistensi sekolah cukup tinggi. Pada umumnya orang tua siswa sangat memahami bahwa dalam rangka pengembangan sekolah perlu kontribusi dan kerjasama yang optimal dari komite sekolah, khususnya orang tua siswa. Sebagai sekolah tertua di kecamatan Kamal, dan dianggap sekolah favorit oleh sebagian besar masyarakat Kamal, membuat sebagian besar lulusan Sekolah Dasar di kecamatan Kamal berlomba-lomba untuk masuk ke sekolah ini. Hal ini cukup menguntungkan bagi sekolah ini untuk memilih siswa masukan (input) yang berkualitas baik. Dan dengan modal ini, sekolah tersebut lebih mudah mempertahankan kualitas sekolah dari masa ke masa. Dengan didukung oleh guru dan kepala sekolah yang berprofesional, sekolah yang memiliki visi unggul dalam prestasi serta beriman dan bertaqwa bertekat untuk selalu yang terdepan dalam kualitas. Adapun masa jabatan kepala Sekolah adalah : Tabel 7 Kepala SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan Mulai tahun 1965 sampai sekarang

No
1 2 3 4 5 6 7 8

Tahun
1965 - 1976 1976 - 1980 1981 - 1986 1986 - 1991 1991 - 1994 1994 - 1997 1997 - 2001 2001 - 2004

Nama Kepala Sekolah


M. Fadlun Syaiful Hasan Abd. Fajar Heru Subagio, BA Drs. Ali Makruf Drs. Soeparno Drs. Syamsul Hayat, MM Drs. H.Ach.Fauzan, MM

Keterangan Mutasi -

9 10

2004 - 2008 Drs. H. Anang Iskandar, MM 2008 - Sekarang Drs. H. Ti,in, M.Pd

2. Visi, Misi dan Tujuan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan a. Visi SMP Negeri 1 Kamal
Visi SMP Negeri 1 Kamal, yaitu: Unggul dalam Kelembagaan dan Prestasi dilandasi Iman dan Taqwa Indikator-indikator visi: 1. Terwujudnya pendidikan yang adil dan merata 2. Terwujudnya pendidikan yang bermutu, efisien dan relevan serta daya saing tinggi 3. Terwujudnya system pendidikan transparan, akuntabel, efektif dan partisipatif 4. Terwujudnya budaya sekolah yang bernuansa agamis 5. Terwujudnya budaya bersih pada warga sekolah 6. Terwujudnya pendidikan 7. Terwujudnya proses pembelajaran standart nasional pendidikan 8. Terwujudnya kelulusan yang bermutu 9. Terwujudnya prestasi akademik dan non akademik 10. Terwujudnya tenaga kependidikan yang handal pengembangan kurikiulum standart nasional

b. Misi SMP Negeri 1 Kamal


Misi SMP Negeri 1 Kamal, yaitu: 1. Mewujudkan pendidikan dengan kelulusan yang cerdas, terampil, beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif 2. Mewujudkan pendidikan yang adil dan merata 3. Mewujudkan pendidikan yang bermutu efisien dan relevan serta berdaya saing tinggi 4. Mewujudkan sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisifatif dan efektif 5. Mewujudkan budaya sekolah yang bernuansa agamis 6. Mewujudkan budaya bersih pada warga sekolah 7. Mewujudkan pendidikan 8. Mewujudkan proses pembelajaran standart nasional pendidikan 9. Mewujudkan kelulusan yang bermutu 10. Mewujudkan prestasi akademik dan non akademik 11. Mewujudkan tenaga kependidikan yang handal pengembangan kurikulum standart nasional

c. Tujuan SMP Negeri 1 Kamal


Adapun tujuan SMP Negeri 1 Kamal, yaitu: 1. Memenuhi pendidikan dengan lulusan yang cerdas, terampil,

beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif. 2. Memenuhi pendidikan yang adil dan merata

3. Memenuhi pendidikan yang bermutu efisien dan relevan serta berdaya saing tinggi 4. Memenuhi sistem pendidikan yang transparan, akuntabel, partisifatif dan efektif. 5. Memenuhi budaya sekolah yang bernuansa agamis. 6. Memenuhi budaya bersih pada warga sekolah 7. Memenuhi pendidikan 8. Memenuhi proses pembelajaran standart nasional pendidikan 9. Memenuhi kelulusan yang bermutu 10. Memenuhi prestasi akademik dan non akademik 11. Memenuhi tenaga kependidikan yang handal pengembangan kurikulum standart nasional

3. Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan


SMP Negeri 1 Kamal jumlah guru tetapnya sebanyak 49 guru, tata usaha sebanyak 12 pegawai tetap, karyawan sejumlah 2 karyawan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 8 Jumlah Guru dan Karyawan SMP Negeri 1 Kamal No 1 2 3 4 5 6 7
Nama Drs.H.Tiin, M.Pd Siti Nurdjannah, S.Pd Crhistiana Ngatijem, SP.d Dra. Mimiek Soedarjati Drs. Buchori Dra. Anki Prasetiawati Kusbandinah, BA Pangkat Pembina, Tk.I Pembina, Tk.I Pembina, Tk.I Pembina Pembina Pembina Pembina Jabatan Kepala Sekolah Guru Guru Guru Guru Guru Guru

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39

Hj. Sri Harlinah Siti Muniah Umar, S.Pd Imam Mustari Titien Wahyutri S, S.Pd Dra. Hj. Ina Syahadah Supriadi, S.Pd Sri Sumiyati R. Musyarofah Zainal Abidin, S.Pd Elmawati, S.Pd Alfi Adriana Dra. Esti Romawati Suharti Kamalyatien, BA Suwito Al Matrai Lilik Idriyani, Dra Jatmiko, S.Pd Dra. Tuti Rilayati Triminayu Puji Astuti Sarwanto M. Yusuf, S.Pd R. Wahyudi Oetomo, S.Pd R.r Nany Dwi Andayani Komariyah Marsudi, S.Ag Widi Martana, S.Pd Dra. Ismi Mudji Nuriyamah Muyassaroh, S.Pd Luluk Dwi Ratnawati, S.Pd Hartono, S.Pd Retna Mulyaningsih, S.Pd

Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Pembina Penata, Tk.I Penata, TK.I Penata, Tk.I Penata, Tk.I Penata, Tk.I Penata, Tk.I Penata Penata Penata Pengda, Tk.I Pengda, Tk.I Penata, Tk.I Penata, Tk.I Penata, Tk.I

Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru

40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63

R. Indriana Budy Reni, S.Pd Hj. Murdiati Fatma, S.Pd.i Merlyn Sudiati, S.Pd Achmad Huzaini, S.Pd Sulis tri Wahyuni, S.Pd Widad Bin Thalib, S.Pd Nuraini, S.Pd Dwi Nugraheni, S.Pd Suji Rahayu p, S.Pd Maskur, S.Ag Nurhayati Camelia Ningtyas, S.Pd R. P Samsul Arifin Hanafi Teng Roikhatul Musthofia Siti Fatima Maya Mahadewi, SH Erna Irawati, SE M. Tohir Robiatun Rustiah Erfani Diana Sari Rahmawati Moh. Nafar Supardi

Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Penata Muda Pengda, Tk.I Pengda, Tk.I Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Pengatur muda Juru Muda Juru Muda

Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha Tata Usaha -

Sumber: Data dokumen (2008)

4. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan


SMP Negeri 1 Kamal tahun ajaran 2008-2009, jumlah siswa kelas VII sejumlah 327 siswa, kelas VIII sejumlah 303 dan kelas IX sejumlah 284 siswa. Jumlah keseluruhan siswa SMP Negeri 1 Kamal jumlah siswanya sebesar 912 siswa, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel 9 Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Kamal
No 1 2 3 Kelas VII VIII IX Total Jumlah 327 303 284 912

Sumber: Data dokumen (2009)

B. Deskripsi Penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian


Peneliti sebelum melakukan penelitian, peneliti mengantarkan surat ijin penelitian yaitu tanggal 20 Oktober 2008. Pada tanggal 27 Oktober 2008 peneliti mengumpulkan data dokumen. Pada tanggal 3 November 2008 peneliti menguji coba angket untuk mengetahui valid dan reliabelnya suatu angket. Pada tanggal 18 November 2008 peneliti menyebarkan

angket. Pada tanggal 25 Desember 2008 melakukan wawancara kepada siswa guru dan kepala sekolah, dimana hasil wawancara merupakan sebagai data sekunder (data pelengkap). Pada tanggal 06 Januari 2008 peneliti mengumpulkan data yang masih diperlukan untuk melengkapi data yang kurang.

2. Deskripsi Responden
Responden pada penelitian ini adalah siswa Kelas VIII yang masih aktif studinya. Dan juga guru sebagai pelengkap. Penelitian ini mengambil responden dari siswa kelas VIII sebanyak 100 Siswa yang masih aktif masa studinya. Pengambilan responden dalam penelitian ini dengan system random (acak) tanpa memberikan porsi khusus untuk masing-masing kelas. Peneliti hanya mengambil responden yang peneliti nilai cocok. Pengambilan responden untuk wawancara berbeda jumlahnya dengan responden yang dimintai untuk mengisi kuesioner, responden dalam penelitian ini mengisi kuesioner sebanyak 100 siswa dan wawancara kepada 4 guru sebagai responden sebagai pelengkap. Jumlah responden yang dimintai wawancara berbeda dengan jumlah kuesioner karena keterbatasan waktu dan dana penelitian. Dari deskripsi statistik pada lampiran 2 (lampiran deskripsi statistik) menunjukkan standard deviasi terkecil sebesar 0.741 pada variabel X1.8 dimana variasi frequensi maksimumnya sangat kecil sebesar 5 dalam artian responden yang menjawab pertanyaan hanya sampai skor 5 (jawaban tidak pernah). Sedangkan standard devisiasi terbesar sebesar 1.459 pada variabel Y6 dimana varaiasi frequensi maksimumnya sebesar 5 dalam artian responden yang menjawab sampai skor 5 (jawaban tidak pernah). Dari uraian tersebut standard deviasinya sangat jauh.

C. Interaksi Guru-siswa dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
1. Deskripsi data a. Interaksi Guru-Siswa Dari hasil kuesioner dan wawancara tentang interaksi guru-siswa diperoleh dari penelitian, diperoleh data mentah sebagai berikut: Tabel 10 guru IPS dalam menyampaikan materi menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 71 71 Sering 11 11 Kadang-kadang 15 15 Jarang 3 3 Tidak pernah Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-1 tentang guru menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami siswa, yang menjawab selalu 71 responden (71 %), yang menjawab sering 11 responden (11 %), yang menjawab kadang-kadang 15 responden (15 %), yang menjawab jarang 3 responden (3 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas guru selalu menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh siswa.

Tabel 11 Siswa senang jika guru IPS hanya menerangkan materi pelajaran saja Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 16 11 Sering 30 34 Kadang-kadang 30 31 Jarang 7 7 Tidak pernah 17 17 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-2 tentang siswa senang jika guru IPS hanya menerangkan materi pelajaran saja, yang menjawab selalu 11 responden (16 %), yang menjawab sering 30 responden (30 %), yang menjawab kadang-kadang 30 responden (30 %), yang menjawab jarang 7 responden (7 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 17 responden (17 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab sering ini berarti dalam interaksi di kelas siswa sering senang jika guru IPS hanya menerangkan materi pelajaran saja. Tabel 12 guru IPS menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran di mulai Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 11 11 Sering 25 25 Kadang-kadang 32 32 Jarang 15 15 Tidak pernah 17 17 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-3 tentang guru IPS menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran di mulai, yang menjawab selalu 11 responden (11 %), yang menjawab sering

25 responden (25 %), yang menjawab kadang-kadang 32 responden (32 %), yang menjawab jarang 15 responden (15 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 17 responden (17 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam interaksi di kelas guru IPS kadang-kadang menanyakan pertanyaan sebelum pelajaran di mulai. Tabel 13 Siswa di kelas tidak pernah bertanya jika ada masalah Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 19 19 Sering 19 19 Kadang-kadang 33 33 Jarang 13 13 Tidak pernah 16 16 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-4 Siswa dikelas tidak pernah bertanya jika ada masalah, yang menjawab selalu 19 responden (19 %), yang menjawab sering 19 responden (19 %), yang menjawab kadang-kadang 33 responden (33 %), yang menjawab jarang 13 responden (13 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 16 responden (16 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam interaksi di kelas siswa kadang-kadang tidak pernah bertanya jika ada masalah.

Tabel 14 Siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang di berikan oleh guru IPS Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 35 35 Sering 27 27 Kadang-kadang 30 30 Jarang 6 6 Tidak pernah 2 2 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-5 Siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang di berikan oleh guru IPS, yang menjawab selalu 35 responden (35 %), yang menjawab sering 27 responden (27 %), yang menjawab kadang-kadang 30 responden (30 %), yang menjawab jarang 6 responden (6 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas siswa selalu merespon setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru IPS. Tabel 15 guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan masalah Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 57 57 Sering 27 27 Kadang-kadang 9 9 Jarang 4 4 Tidak pernah 3 3 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-6 guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan masalah, yang menjawab selalu 57 responden (57 %),

yang menjawab sering 27 responden (27 %), yang menjawab kadang-kadang 9 responden (9 %), yang menjawab jarang 4 responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 3 responden (3 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas guru IPS selalu memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan masalah. Tabel 16 Guru IPS memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang di ajukan Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 50 50 Sering 32 32 Kadang-kadang 14 14 Jarang 4 4 Tidak pernah Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-7 guru IPS memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang di ajukan, yang menjawab selalu 50 responden (50 %), yang menjawab sering 32 responden (32 %), yang menjawab kadang-kadang 14 responden (14 %), yang menjawab jarang 4 responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas guru IPS selalu memberi kesempatan pada siswa untuk menanggapi permasalahan yang diajukan.

Tabel 17 Guru IPS menghargai siswa ketika siswa mengemukakan pendapat di dalam kelas Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 77 77 Sering 16 16 Kadang-kadang 4 4 Jarang 2 2 Tidak pernah 1 1 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-8 guru IPS menghargai siswa ketika siswa mengemukakan pendapat di dalam kelas, yang menjawab selalu 77 responden (77 %), yang menjawab sering 16 responden (16 %), yang menjawab kadang-kadang 4 responden (4 %), yang menjawab jarang 2 responden (2 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas guru IPS selalu menghargai siswa ketika siswa mengemukakan pendapat di dalam kelas. Tabel 18 di kelas siswa pernah diadakan diskusi Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 25 25 Sering 45 45 Kadang-kadang 23 23 Jarang 7 7 Tidak pernah Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-9 dikelas siswa pernah diadakan diskusi, yang menjawab selalu 25 responden (25 %), yang menjawab sering 45 responden (45 %),

yang menjawab kadang-kadang 23 responden (23 %), yang menjawab jarang 7 responden (7 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab sering ini berarti dalam interaksi di kelas siswa sering diadakan diskusi. Tabel 19 Siswa dapat menarik kesimpulan dalam setiap diskusi di kelas Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 32 32 Sering 28 28 Kadang-kadang 34 34 Jarang 5 5 Tidak pernah 1 1 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-10 dikelas siswa dapat menarik kesimpulan, yang menjawab selalu 32 responden (32 %), yang menjawab sering 28 responden (28 %), yang menjawab kadang-kadang 34 responden (34 %), yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam interaksi di kelas siswa kadang-kadang dapat menarik kesimpulan dalam setiap diskusi di kelas. Tabel 20 siswa senang apabila diadakan diskusi di dalam kelas Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 50 50 Sering 24 24 Kadang-kadang 19 19 Jarang 5 5 Tidak pernah 2 2 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-11 dikelas siswa senang apabila diadakan diskusi di dalam kelas, yang menjawab selalu 50 responden (50 %), yang menjawab sering 24 responden (24 %), yang menjawab kadang-kadang 19 responden (19 %), yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam interaksi di kelas siswa selalu senang apabila diadakan diskusi di dalam kelas. Tabel 21 siswa bertanya tentang pelajaran yang sulit di mengerti kepada teman Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 25 25 Sering 19 19 Kadang-kadang 36 36 Jarang 15 15 Tidak pernah 5 5 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-12 dikelas siswa bertanya tentang pelajaran yang sulit dimengerti kepada teman, yang menjawab selalu 25 responden (25 %), yang menjawab sering 19 responden (19 %), yang menjawab kadang-kadang 36 responden (36 %), yang menjawab jarang 15 responden (15 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 5 responden (5 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam interaksi di kelas siswa kadang-kadang bertanya tentang pelajaran yang sulit di mengerti kepada teman.

Dari data kuesioner tersebut juga di dukung oleh hasil wawancara peneliti baik dengan Kepala Sekolah, Wali kelas, guru dan Waka.Kesiswaan yang berhubungan dengan interaksi guru dengan siswa. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut : Data wawancara peneliti dengan guru, yaitu Kepala Sekolah Drs. H. Tiin, M.Pd menyatakan: Interaksi guru dengan siswa menurut penglihatan kacamata saya baik, dan semakin bagus, dalam contoh hal kecil misalnya jika ada siswa melakukan pelanggaran tata tertib, itu harus di bina oleh guru BK. Kemudian tidak ada hukuman fisik. Tidak boleh ada kekerasan ya, mungkin kita ajak baca-baca atau berdoa bersama . Waka. Kesiswaan Ibu guru Dra. Tuti Rilayati, menyatakan: Biasanya saya melihat materinya apakah mampu dilakukan interaksi dua arah atau tiga arah siswa diajak belajar yang menyenangkan kayak diskusi panel, pendapat anak-anak misalkan ada kasus masalah sosial yang menghambat terjadinya kasus ini contohnya apa? pendidikan, yang menjadi kendala apa? mungkin mahasiswa yang sering demo. Setelah itu siswa presentasi kedepan kelas yang bertanya temannya sendiri. Kalau misalkan 1 kelompok presentasi tidak bisa menjawab langsung dilempar kepada kelompok lain (jadi 3 arah) . Guru Fisika Bapak guru Zainal Abidin, S.pd.menyatakan: Interaksi guru dengan siswa banyak dilakukan dengan 2 arah kalau dulu ceramah aja, model pembelajaran yang baru sekarang (PAKEM), guru SMP 1 Negeri Kamal bisa aktif, lingkungan juga mendukung, jadi yang paling banyak dua arah. Apalagi didukung dengan KTSP jadi bisa banyak arah dan guru hanya sebagai fasilitatornya . Wali Kelas VIII-D Ibu Dra. Ismi Mudji menyatakan : Interaksi guru dengan siswa yang ibu lakukan ada refleksi minimal 2 arah metode yang sering dilakukan CTL. Semacam studi kasus tekniknya macam-mcam misalnya beritung 1,2,3,4 jadi 1 kelompok dan berhitung selanjutnya dari 1 sampai 4 dan seterusnya itu yang dinamakan metode (JIGSAW) .

Sedangkan jawaban responden yang menjawab pertanyaan guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam menyelesaikan

masalah, yang menjawab selalu mempunyai frequensi tertinggi sebesar 57

responden (57 %). Data ini menunjukkan bahwa secara global interaksi yang ada di gunakan dalam interaksi guru-siswa interaksi dua arah dengan teknik guru IPS memberi kebebasan menyampaikan pendapat dalam

menyelesaikan masalah Dari data tersebut dari hasil kuesioner dan hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-9 tentang guru membentuk kelompok diskusi bagi siswa didalam kelas frequensi jawaban sering tertinggi sebesar 45%. Data ini menunjukkan bahwa secara global interaksi yang ada di gunakan dalam interaksi guru-siswa interaksi multi arah dengan teknik membentuk kelompok diskusi di dalam kelas.

b.

Faktor-faktor interaksi belajar mengajar siswa Dari hasil kuesioner dan wawancara tentang kreativitas siswa

diperoleh dari penelitian, diperoleh data mentah sebagai berikut: Tabel 22 guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang di sampaikan Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 66 66 Sering 20 20 Kadang-kadang 13 13 Jarang 1 1 Tidak pernah Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-13 dikelas guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang di sampaikan, yang menjawab selalu 66 responden (66 %), yang menjawab sering 20 responden (20 %), yang

menjawab kadang-kadang 13 responden (13 %), yang menjawab jarang 1 responden (1 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah tidak ada responden (0 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS selalu mengarahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan. Tabel 23 guru IPS menguasai setiap bahan yang diberikan kepada siswa Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 63 63 Sering 20 20 Kadang-kadang 10 10 Jarang 5 5 Tidak pernah 2 2 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-14 dikelas guru IPS menguasai setiap bahan yang diberikan kepada siswa, yang menjawab selalu 63 responden (63 %), yang menjawab sering 20 responden (20 %), yang menjawab kadang-kadang 10 responden (10 %), yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS selalu menguasai setiap bahan yang diberikan kepada siswa.

Tabel 24 guru IPS tidak hadir di dalam kelas Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 5 5 Sering 6 6 Kadang-kadang 16 16 Jarang 19 19 Tidak pernah 54 54 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-15 dikelas guru IPS sering hadir di dalam kelas, yang menjawab selalu 5 responden (5 %), yang menjawab sering 6 responden (6 %), yang menjawab kadang-kadang 16 responden (16 %), yang menjawab jarang 19 responden (19 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 54 responden (54 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab tidak pernah ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS tidak pernah tidak hadir di dalam kelas. Tabel 25 siswa tidak hadir dalam pelajaran IPS Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 10 10 Sering 6 6 Kadang-kadang 4 4 Jarang 4 4 Tidak pernah 76 76 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-16 dikelas guru IPS sering hadir di dalam kelas, yang menjawab selalu 10 responden (10 %), yang menjawab sering 6 responden (6 %), yang menjawab kadang-kadang 4 responden (4 %), yang menjawab

jarang 4 responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 76 responden (76 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab tidak pernah ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas siswa hadir dalam pelajaran IPS. Tabel 26 guru IPS menerangkan materi pelajaran selalu bervariasi Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 48 48 Sering 24 24 Kadang-kadang 15 15 Jarang 8 8 Tidak pernah 5 5 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-17 dikelas guru IPS menerangkan materi pelajaran sealu bervariasi, yang menjawab selalu 48 responden (48 %), yang menjawab sering 24 responden (24 %), yang menjawab kadang-kadang 15 responden (15 %), yang menjawab jarang 8 responden (8 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 5 responden (5 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS selalu menerangkan materi pelajaran selalu bervariasi. Tabel 27 guru IPS menguasai kelas apabila terjadi keributan di kelas Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 45 45 Sering 27 27 Kadang-kadang 16 16 Jarang 10 10 Tidak pernah 2 2 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-18 dikelas guru IPS menguasai kelas apabila terjadi keributan di kelas, yang menjawab selalu 45 responden (45 %), yang menjawab sering 27 responden (27 %), yang menjawab kadang-kadang 16 responden (16 %), yang menjawab jarang 10 responden (10 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 2 responden (2 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas guru IPS selalu menguasai kelas apabila terjadi keributan di kelas. Tabel 28 Hasil nilai ulangan IPS siswa bagus Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 17 17 Sering 29 29 Kadang-kadang 44 44 Jarang 4 4 Tidak pernah 6 6 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-19 dikelas hasil ulangan IPS siswa bagus, yang menjawab selalu 17 responden (17 %), yang menjawab sering 29 responden (29 %), yang menjawab kadang-kadang 44 responden (44 %), yang menjawab jarang 4 responden (4 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 6 responden (6 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam faktor interaksi belajar mengajar di kelas kadang-kadang hasil ulangan IPS siswa bagus.

Dari data kuesioner tersebut juga di dukung oleh hasil wawancara peneliti baik dengan Kepala Sekolah, Wali kelas, guru dan Waka.Kesiswaan yang berhubungan dengan interaksi belajar-mengajar. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut : Data wawancara peneliti dengan guru, yaitu : Kepala Sekolah Drs. H. Tiin, M.Pd menyatakan: Interaksi guru siswa yang baik jika seorang guru bisa mengaktifkan siswa. Karena guru sebagai sumber satu-satunya dalam pembelajaran sebagaimana guru sebagai pengajar. Tetapi guru bukan satu-satunya sebagai pusat informasi karena seorang siswa bisa lebih tau, guru hanyalah sebagai fasilitator saja. Yang menjadi kendalakan pada keterbatasan sarana-prasarana saja. Kalau di SMP Negeri 1 Kamal Alhamdullillah bisa memadailah . Waka. Kesiswaan Ibu guru Dra. Tuti Rilayati, menyatakan: Baik, seperti biasa kalau mengajar interaksi guru melakukan metode pembelajaran dengan menyenangkan, banyak berbagai metode bisa digunakan. Interaksi kalau dulu modelnya hanya guru. Kalau sekarang siswa harus aktif dengan dikasih masalah terus siswa mempresentasikan dan dibahas bersama. Contohnya, biasanya Jigsaw, Sistem kartu (arisan) yaitu soal dibagikan kemudian siswa mencari kartu untuk jawaban nomer 1 dan jawaban disesuaikan dengan pertanyaannya dengan menyenangkan. Kalau dulu metode pembelajaran diantaranya zamannya pake LCD, OHP, sekarang Power Point jangan sampai siswa disitu- situ saja (dikelas). Tapi sekali-kali diajak ketempat lain yang mendukung pembelajaran. Yang kedua kalau pelajaran sejarah pakai audio visual (CD) materinya Perang Dunia II (PD II) diputarkan filmnya kemudian siswa menyimpulkan hasilnya. Kalau sekarangkan perpilah-pilah IPS terpadu sejak sistem KTSP kita harus menggunakan media. Contoh lagi pada mata pelajaran ekonomi materinya tentang valas siswa itu jangan diajak membayangkan saja tetapi guru membawa album foto mata uang asing. Kalau kelas saya kasih contoh ini mata uang euro, rupee, pondsterling, bath, real dll supaya anak lebih paham . Guru Fisika Bapak guru Zainal Abidin, S.pd.menyatakan: Interaksi guru siswa di SMP Negeri 1 Kamal bagaimana mengaktifkan siswa dengan menggunakan metode-metode yang baru yang banyak dilakukan disini CTL, atau dengan bimbingan khusus misalnya memaparkan sesuatu keterampilan menjahit ya saya datangkan tukang jahit, dialog bahasa Inggris ya saya datangkan turis. Atau temannya yang mempunyai kelebihan dalam hal lain ya disuruh maju kedepan untuk menunjukkan kebolehannya, yang terakhir model pembelajaran tergantung pada bapak gurunya .

Wali Kelas VIII-D Ibu Dra. Ismi Mudji menyatakan : Kalau menurut pengalaman saya karena saya team teaching basic IPS terpadu, disiplin ilmunya 4 mata pelajaran. Maka saya sejarah dan geografi kemudian bu.alfi ekonomi dan sosiologi. Karena sosial gak mungkin mengharap hening tetapi suasana kelas harus hidup. Tugas guru prepare sebelum mengajar harus sudah siap dalam RPP sekarang harus melibatkan siswa semaksimal mungkin kita harus memberikan stimulus. Biasanya awal mata pelajaran kan ada apersepsi, atau saya kasih cuplikan gambar, seperti kemarin mata pelajaran ekonomi membahas kelangkaaan pada semester 1, ya dipapan digambar tentang kelangkaaan. dibutuhkan guru yang pintar mengambar juga. Kemudian siswa memberikan pendapat masing-masing dan pasti bermacam-macam jawabannya. Pas materi kelangkaan sumber daya alam, ekonomi ibu alfi masuk karena keterkaitan dengan geografi juga. Alhamdullillah teamteaching mengajar valid kita masuk gak bondo nekad tapi, terskenario. Apalagi banyak metode baru kalau dulu cuma diskusi yang aktif ketua dan sekertarisnya dalam satu kelompok. Kalau sekarang bagaimana dalam satu kelompok semua siswa juga bisa aktif mengemukakan pendapatnya masing-masing . c. Prestasi siswa Dari hasil kuesioner dan wawancara tentang prestasi siswa diperoleh dari penelitian, diperoleh data mentah sebagai berikut: Tabel 29 Siswa dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat meningkatkan pretasi belajar Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 64 64 Sering 22 22 Kadang-kadang 10 10 Jarang 3 3 Tidak pernah 1 1 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-20 dikelas siswa dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar, yang menjawab selalu 64 responden (64 %), yang menjawab sering 22 responden (22 %), yang menjawab

kadang-kadang 10 responden (10 %), yang menjawab jarang 3 responden (3 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 1 responden (1 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di kelas selalu siswa dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar. Tabel 30 Dalam memberikan penilaian guru IPS memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 52 52 Sering 30 30 Kadang-kadang 11 11 Jarang 3 3 Tidak pernah 4 4 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-21 dikelas dalam memberikan penilaian guru IPS

memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa, yang menjawab selalu 52 responden (52 %), yang menjawab sering 30 responden (30 %), yang menjawab kadang-kadang 11 responden (11 %), yang menjawab jarang 3 responden (3 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 4 responden (4 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di kelas selalu dalam memberikan penilaian guru IPS memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa.

Tabel 31 Guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawalai dengan pre-tes Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 20 20 Sering 7 7 Kadang-kadang 35 35 Jarang 15 15 Tidak pernah 23 23 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-22 dikelas guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawali dengan pre-tes, yang menjawab selalu 20 responden (20 %), yang menjawab sering 7 responden (7 %), yang menjawab kadang-kadang 35 responden (35 %), yang menjawab jarang 15 responden (15 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 23 responden (23 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab kadang-kadang ini berarti dalam prestasi di kelas kadang-kadang guru IPS pada setiap memulai pelajaran diawali dengan pre-tes. Tabel 32 Guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang belum berhasil Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 49 49 Sering 26 26 Kadang-kadang 12 12 Jarang 6 6 Tidak pernah 7 7 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-23 dikelas guru IPS mengadakan remedila/perbaikan nilai bagi siswa yang belum berhasil, yang menjawab selalu 49 responden (49 %),

yang menjawab sering 26 responden (26 %), yang menjawab kadang-kadang 12 responden (12 %), yang menjawab jarang 6 responden (6 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 7 responden (7 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di kelas selalu guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang belum berhasil. Tabel 33 Guru IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak bagus Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 39 39 Sering 18 18 Kadang-kadang 27 27 Jarang 5 5 Tidak pernah 11 11 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-24 dikelas guru IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak bagus, yang menjawab selalu 39 responden (39 %), yang menjawab sering 18 responden (18 %), yang menjawab kadang-kadang 27 responden (27 %), yang menjawab jarang 5 responden (5 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 11 responden (11 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab selalu ini berarti dalam prestasi di kelas selalu guru IPS memberitahu siswa jika nilai siswa tidak bagus.

Tabel 34 Siswa mendapatkan informasi lomba mata pelajaran IPS di sekolah Jawaban Frekuensi (f) Persentase(%) Selalu 14 14 Sering 13 13 Kadang-kadang 22 22 Jarang 13 13 Tidak pernah 38 38 Total 100 100
Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-25 dikelas siswa pernah mendapatkan informasi lomba mata pelajaran IPS di sekolah, yang menjawab selalu 14 responden (14 %), yang menjawab sering 13 responden (13 %), yang menjawab kadang-kadang 22 responden (22 %), yang menjawab jarang 13 responden (13 %), sedangkan yang menjawab tidak pernah 38 responden (38 %). Data tersebut menunjukkan bahwa responden lebih banyak menjawab tidak pernah ini berarti dalam prestasi di kelas tidak pernah siswa mendapatkan informasi lomba mata pelajaran IPS di sekolah. Dari data kuesioner tersebut juga di dukung oleh hasil wawancara peneliti baik dengan Kepala Sekolah, Wali kelas, guru dan Waka.Kesiswaan yang berhubungan dengan prestasi. Hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut : Data wawancara peneliti dengan guru, yaitu Kepala Sekolah Drs. H. Tiin, M.Pd menyatakan: Perkembangan prestasi siswa di SMP Negeri 1 Kamal tercukupi sudah dari tahun ke tahun masih stabil. Saya juga belum membandingkan grafik dari tahun ke tahun karena saya menjabat kepala sekolah disini baru 4 bulan.Yang saya ketahui bahwa sering menyabet juara 1 dalam lomba ekstra maupun lomba Mapel. Saya juga mengucapkan puji syukur Alhamdullilah kita rasakan .

Waka. Kesiswaan Ibu guru Dra. Tuti Rilayati, menyatakan: Prestasi di SMP Negeri 1 Kamal sementara 6 besar karena tiap semester selalu ada kegiatan lomba mapel, 5 bidang studi (IPA, IPS, Matematika, Bahasa. Indonesia, Bahasa.Inggris) kalau kita 3 besar terakhir kemarin juara 2 lomba mapel tingkat SMP se- Bangkalan. Yang IPS 5 besar dengan menyabet juara 4 tahun berturut-turut juara2, juara 3, juara 2, juara harapan 1, juara 2. klau tingkat se-Jawa Timur pada mapel perbidang studi biasanya diadakan di SMP 5 Surabaya dari 328 peserta kita masih masuk 50 besar kalau IPS peringkat 16. Even-even seperti ini gunanya hanya ingin mengukur kemampuan siswa yang dimiliki SMP Negeri 1 Kamal (kelas unggulan ) . Guru Fisika Bapak guru Zainal Abidin, S.pd.menyatakan: Prestasi SMP 1 Kamal selalu menjuarai dalam lomba MAPEL SMP se-Bangkalan apalagi dalam hal IPA juga . Ibu Dra. Ismi Mudji menyatakan : Prestasi dikelas Rata, Tanggap walaupun sering banyak diskusi ibu mesti menghindari terpusat pada 1,2 orang yang selalu aktif. Tetapi disamaratakan. Sedangkan jawaban responden yang menjawab pertanyaan ke-20 siswa dengan seringnya dalam mengeluarkan pendapat dan bertanya dapat meningkatkan prestasi belajar, yang menjawab mempunyai frequensi

tertinggi sebesar 64 responden (64 %). Data ini menunjukkan bahwa secara global prestasi siswa cukup baik. Dari data tersebut dari hasil kuesioner dan hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa responden menjawab pertanyaan ke-21 dalam memberikan penilaian secara objektif atau sesuai kemampuan siswa ke-23 guru IPS mengadakan remedial/perbaikan nilai bagi siswa yang belum berhasil frequensi jawaban sering tertinggi sebesar 52 responden (52 %). Data ini menunjukkan bahwa secara global prestasi siswa SMP Negeri 1 Kamal baik.

2. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Pengujian instrumen penelitian ini dari segi validitas harus dilakukan karena membuktikan kuesioner yang telah ada valid, dan jika valid maka akan lolos untuk pengujian berikutnya. Kuesioner ini terisi oleh 100 responden, hasil kuesioner ini dikatan valid dimana nialai probabilitas untuk korelasi lebih kecil dari 0,05 dan koefisien keandalannya (Croambach Alpha) lebih besar dari 0,5 untuk lebih jelasnya lihat tabel berikut : Tabel 35 Uji Validitas dan reliabilitas variabel Interaksi guru-siswa Butir X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X1.11 X1.12 Korelasi 0,508 0,423 0,293 0,579 0,492 0,490 0,354 0,485 0,462 0,429 0,263 Validitas Probabilitas 0,000 0,000 0,003 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,008 Koefisien Alpha 0,506

Sumber: Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan butir pernyataan variabel interaksi guru-siswa mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 dan mempunyai koefisien alpha 0,506.Dengan demikian bahwa pertanyaan untuk variabel interaksi guru-siswa bisa dikatakan valid dan reliabel untuk pengujian berikutnya hanya pertanyaan X1.2 yang tidak valid maka dari itu tidak dicantumkan diatas dan tidak reliabel untuk pengujian berikutnya .

Tabel.36 Uji Validitas dan reliabilitas variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar Butir X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 Korelasi 0,488 0,421 0,491 0,545 0,518 0,574 0,471 Validitas Probabilitas 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Koefisien Alpha 0,495

Sumber: Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan butir pernyatan variabel interaksi guru-siswa mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 dan mempunyai koefisien alpha 0,495. Dengan demikian bahwa pertanyaan untuk variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar bisa dikatakan valid dan reliabel untuk pengujian berikutnya. Tabel.37 Uji Validitas dan reliabilitas variabel prestasi siswa Butir Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Validitas Korelasi Probabilitas 0,335 0,001 0,507 0,000 0,493 0,000 0,474 0,000 0,623 0,000 0,607 0,000 Koefisien Alpha 0,437

Sumber: Data olah kuesioner 2009

Dari tabel di atas menunjukkan butir pernyatan variabel interaksi guru-siswa mempunyai nilai probabilitas lebih kecil dari 0,05 dan mempunyai koefisien alpha 0,437. Dengan demikian bahwa pertanyaan untuk variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar bisa dikatakan valid dan reliabel untuk pengujian berikutnya.

3. Hasil Analisa Korelasi Dalam pengelolaan data yang menggunakan korelasi product moment dengan bantuan komputer SPSS 15.00 for windows untuk mencari hubungan antara variabel independent dan variabel dependen melalui hubungan interaksi (X) terhadap prestasi siswa (Y). Secara teoritis semakin baik interaksi guru siswa maka semakin baik pula perkembangan prestasi siswa SMP 1 Kamal. Keofisien korelasi antara variabel interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan prestasi siswa berpengaruh signifikan, dengan angka korelasi

sebesar 0.448. Hasil korelasi yang 0.448 menunjukkan bahwa hubungan antara interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar-mengajar dengan prestasi siswa tinggi ini di lihat dari tabel interpretasi r, hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara interaksi dengan prestasi siswa. Sedangkan hasil korelasi interaksi guru-siswa dengan

perkembangan prestasi siswa sebesar 0.275. Hasil korelasi tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara interaksi guru-siswa dengan perkembangan prestasi siswa cukup tinggi ini di lihat dari tabel interpretasi r, hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan. Korelasi antara faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan

perkembangan prestasi siswa sebesar 0.260 (26%). Angka tersebut menunjukkan bahwa antara faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan perkembangan prestasi agak rendah.

D. Pengaruh Interaksi Guru-siswa dan Faktor-faktor Interaksi Belajar Mengajar terhadap Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan
1. Hasil analisis Regresi Berganda Berdasarkan data yang telah diuraikan pada bab hasil penelitian di poin C tentang interaksi guru-siswa dalam meningkatkan prestasi siswa SMP Negeri 1 Kamal maka data tersebut di olah dengan menggunakan bantuan komputer SPSS 15.00 for windows. Setelah pengelohan data, hasil regresi dapat di lihat pada tabel dibawah ini. Tabel. 38 Rangkuman Output Regresi Linier Variabel Unstandardized Coefficients (B) 4.142 0.211 0.257 t hitung 1.997 2.773 2.626 Signifikansi 0.049 0.007 0.010

Constanta Interaksi F.I.B.M R= 0.448 R Square= 0.200 Adjusted R Square= 0.184 F hitung= 12.160 F tabel = 3.09 Signifikan F= 0,000 = 0,05

Sumber: Data primer diolah (2009)

Keterangan : Jumlah data: 100 responden Nilai t table : = 5 % Dependent Variabel: Y Dari tabel diatas maka persamaan regresi dapat dituliskan sebagai berikut: Y= 4.142 + 0.211X1+0.257X2

1) Konstanta 4.142 berarti bahwa prestasi akan konstan sebesar 4.142 % jika tidak dipengaruhi variabel interaksi dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar 2) b 1= 0.211 berarti interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%, maka prestasi siswa akan naik sebesar 21.1%, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 21.1%. 3) b2= 0.257 berarti faktor-faktor interaksi belajar mengajar mempengaruhi prestasi siswa sebesar 25.7% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%, maka prestasi siswa akan naik sebesar 25.7 %, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka prestasi siswa akan turun sebanyak 25.7 %. 2. Hasil Uji F Untuk menunjukkan apakah variabel bebas yang di maksud dalam model ini mempunyai pengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap variabel terikat digunakan uji F. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan hasil uji F dan besarnya F table dengan degree of freedom (df) 2. Hopotesis: Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi gurusiswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar terhadap perkembangan prestasi siswa

Nilai : R R Square F hitung F table Signifikan : 0,448 : 0,200 : 12.160 : 3,09 : 0,000

Angka R sebesar 0,448 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan prestasi siswa. Angka R Square sebesar 0,200 adalah pengkuadratan dari koefisien determinasi korelasi. RSquare dapat di sebut koefisien, dalam hal ini variabel prestasi yang dapat di jelaskan oleh persamaan regresi diperoleh sebesar 20%. Nilai RSquarqe berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin besar RSquare, semakin kuat hubungan antar variabelvaraibel tersebut. Untuk hipotesis tersebut dilakukan dengan uji F yaitu pengujian secara serentak pengaruh variabel interaksi dan jenis kelamin terhadap pengembangan kreativitas siswa. Pada pengujian ini Ho ditolak dengan ditunjukkan dengan besarnya F hitung sebesar 12.160 nilai ini lebih besar dari F tabel (12.160>3.09), ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari variabel interaksi terhadap prestasi siswa. 3. Hasil Uji t Untuk menunjukkan apakah varaibel bebas secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat maka digunakan uji t berikut ini :

Tabel 39 Data Uji t (Parsial) Hipotesis Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel interaksi guru-siswa terhadap peningkatan prestasi siswa. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel jenis faktor-faktor belajar mengajar terhadap peningkatan prestasi siswa. Variabel Interaksi (X1) thitung 2.773 Signifikan 0.007 ttabel 1.660

Faktorfaktor interaksi belajar mengajar (X2)

2.626

0.10

Kreteria pengujian t -t tabel t hitung t tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak t


tabel

< -t

tabel

atau t hitung > t tabel dan nilai probalitas < 0,05 maka Ho ditolak

dan Ha diterima Berdasarkan data di atas untuk hipotesis selanjutnya dilakukan uji t yaitu pengujian hipotesis secara parsial antara variabel X1 (Interaksi gurusiswa) dengan Y (prestasi siswa). Varaibel X1 (Interaksi guru-siswa) memiliki nilai t hitung (2.773), nilai ini lebih besar dari t
tabel

(1.660). Dengan

demikian pengujian ini menunjukkan Ho di tolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa thitung (2.773) > ttabel (1,660). Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel interaksi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa. Berdasarkan data tersebut untuk hipotesis selanjutnya dilakukan uji t yaitu pengujian hipotesis secara parsial antara variabel X2 (faktor-faktor interaksi belajar mengajar) dengan Y (prestasi Siswa). Varaibel X2 (faktorfaktor interaksi belajar mengajar) memiliki nilai t hitung (2.626), nilai ini lebih besar dari t tabel (1,660). Dengan demikian pengujian ini menunjukkan Ho di

tolak. Hasil ini memperlihatkan bahwa thitung (2.626) >ttabel (1,660). Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar berpengaruh secara signifikan terhadap pengembangan prestasi siswa. Berdasarkan hasil uji t yaitu pengujian hipotesis secara parsial antara variabel X1 (Interaksi Guru-siswa) dengan Y (prestasi). Varaibel X1 (Interaksi Guru-siswa) memiliki nilai t
hitung

(2.773) dengan Y (prestasi

siswa) jadi hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel interaksi mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap perkembangan prestasi siswa. dan variabel X2 (faktor-faktor interaksi belajar mengajar) nilai thitung (2.626) dengan Y (prestasi siswa) jadi hasil tersebut menunjukkan bahwa variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap perkembangan prestasi.

BAB V PEMBAHASAN

A. Interaksi Guru dengan siswa dalam Meningkatkan Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan.
Berdasarkan hasil perhitungan korelasi product moment dengan bantuan SPSS versi 15.00 dimana untuk mengetahui masing-masing variabel mempunyai korelasi arah dari kedua variabel yaitu varaibel X dan Variabel Y menunjukkan bahwa interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar mempunyai nilai koefesien korelasi product moment sebesar 0.448 (44.8%), angka tersebut menunjukkan bahwa model ini mempunyai interpretasi tinggi, ini dapat dilihat dari tabel interpretasi r. Pada variabel interaksi guru-siswa dengan prestasi siswa sebesar 0.275 (27.5 %), angka ini menunjukkan nilai interpretasi cukup tinggi, ini dapat dilihat dari tabel interpretasi r. Sedangkan pada variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan prestasi siswa sebesar 0.260 (26%), angka tersebut menunjukkan nilai interpretasi rendah, ini dapat dilihat dari tabel interpretasi r. Hasil penelitian yang diperoleh didukung oleh teori yang telah diuraikan pada bab II. Salah satu hal yang memegang peranan penting bagi keberhasilan pengajaran, adalah proses pelaksanaan pengajaran. Pelaksanaan pengajaran yang baik, sangat dipengaruhi oleh perencanaan yang baik pula.

Pengajaran berintikan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses belajar-mengajar. Proses belajar dan mengajar merupakan hal yang berbeda tetapi membentuk satu-kesatuan, ibarat sebuah mata uang yang bersisi dua. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru. Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa. Apabila guru mengajar dengan pendekatan yang bersifat menyajikan atau ekspositori, maka para siswa akan belajar dengan cara menerima, dan apabila guru mengajar dengan menggunakan pendekatan yang lebih mengaktifkan siswa, seperti pendekatan diskaveri/inkuiri, maka para siswa akan belajar dengan cara yang aktif pula. Interaksi bersifat edukatif maksudnya bahwa interaksi itu berlangsung dalam rangka untuk mencapai tujuan pendidikan. Interaksi dalam hal ini bertujuan membantu pribadi anak mengembangkan potensi sepenuhnya, sesuai dengan cita-citanya serta hidupnya dapat bermanfaat bagi dirinya, masyarakat dan negara. Hasil penelitian yang ditemukan dan juga teori yang ada menunjukkan bahwa interaksi guru-siswa adanya korelasi yang signifikan sebesar 0,245. Dari tabel interpretasi r pada korelasi product moment angka tersebut menunjukkan bahwa korelasi interaksi gurusiswa dengan pengembangan prestasi siswa tinggi.

B. Pengaruh Interaksi Guru dengan Siswa Terhadap Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan untuk hasil hipotesis variabel X1 terhadap variabel Y dilakukan uji t. Dari perhitungan diperoleh bahwa nilai t
hitung

(2.773), nilai ini lebih besar dari t

tabel

(1.660). Hasil

pengujian tersebut menunjukkan Ha diterima. Hasil ini menunjukkan bahwa interaksi guru siswa berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa walaupun tidak cukup besar. Hasil penelitian ini di dukung oleh teori, Proses belajar mengajar sebenarnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia, yaitu orang yang belajar (siswa) dan orang yang mengajar (guru). Komunikasi antara dua subyek guru dan siswa adalah komunikasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor lainnya. Faktor-faktor itu antara lain, situasi dan kondisi pengajaran, kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru, cara belajar yang harus diikuti siswa, dan sebagainya. Faktor-faktor ini saling mempengaruhi dalam keberhasilan siswa belajar. Misalnya salah satu faktor dalam menentukan keberhasilan siswa belajar adalah guru. Faktor guru ini sangat menentukan baik dalam beberapa metode mengajar apakah dengan metode ceramah, diskusi, permainan, dan sebagainya, maupun dalam berbagai system belajar termasuk system belajar tuntas (mastery learning)101 Interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1% atau

berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%,
Masnur, dkk, Dasar dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Malang : Jemmars, 1987), hlm.95
101

maka kreativitas siswa akan naik sebesar 21.1%, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 21.1%. Berdasarkan teori bahwa Berkaitan dengan hal tersebut maka salah satunya guru harus mampu menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Dengan mengetahui perestasi belajar siswa, apalagi secara individual, seperti telah di singgung diatas, guru akan dapat mengambil langkah-langkah instruksional yang kontruktif. Bagi guru yang bijaksana dan memahami karakteristik siswa akan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang berbeda antara siswa yang berprestasi tinggi dengan siswa yang berprestasi rendah. Sebagi contoh ada langkah pengayaan bagi siswa yang berprestasi tinggi dan akan mencarikan kegiatan belajar tertentu bagi siswa yang berprestasi rendah seperti kegiatan remidi dan kegiatan kegiatan lain yang dapat meningkatkan prestasi siswa.102

C. Pengaruh Faktor Interaksi Belajar mengajar terhadap Peningkatan Prestasi Siswa SMP Negeri 1 Kamal-Bangkalan.
Berdasarkan hasil analisa data menunjukkan untuk hasil hipotesis variabel X2 (faktor interaksi belajar mengajar) memiliki nilai t nilai ini lebih besar dari t
tabel hitung

(2.626),

(1,660). Hasil ini memperlihatkan bahwa thitung

(2.626) > ttabel (1,660). Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel faktor interaksi belajar mengajar berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa.

102

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali, 1990), hlm.172

Hasil penelitian ini didukung oleh teori, Dalam interaksi belajarmengajar terjadi proses pengaruh-mempengaruhi. Bukan hanya guru yang mempengaruhi siswa, tetapi siswa juga dapat mempengaruhi guru. Perilaku guru akan berbeda, apabila menghadapi kelas yang aktif dengan yang pasif, kelas yang berdisiplin dengan yang kurang disiplin. Interaksi ini bukan hanya terjadi antara siswa dengan guru, tetapi antara siswa dengan manusia sumber (yaitu orang yang biasa memberi informasi), antara siswa dengan siswa lain, dan dengan media pelajaran. Kegiatan mengajar selalu menuntut kehadiran siswa, tanpa siswa dalam kelas maka guru tidak bisa mengajar. Lain halnya kegiatan belajar, siswa dapat belajar meskipun tanpa kehadiran guru. Para siswa dapat melakukan kegiatan belajar sendiri. Sebenarnya dalam kegiatan belajar sendiri ini gurunya tetap ada, akan tetapi tidak hadir bersama siswa, guru berada pada jarak jauh.103 Faktor interaksi belajar mengajar mempengaruhi prestasi siswa sebesar 25.7% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%, maka kreativitas siswa akan naik sebesar 25.7 %, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka kreativitas siswa akan turun sebanyak 25.7 %.

Nana Syaodih S. dan Ibrahim R, Perencanaan Pengajaran (Jakarta: kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Rineka Cipta,1998), hlm.31-32

103

BAB V I PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya Keofisien korelasi antara variabel interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan prestasi siswa berpengaruh signifikan, dengan angka korelasi

sebesar 0.448 (44.8%). Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara interaksi guru-siswa dan faktor-faktor interaksi belajar-mengajar dengan prestasi siswa tinggi ini di lihat dari tabel interpreatsi r, hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan antara interaksi dengan prestasi siswa. Sedangkan hasil korelasi interaksi guru-siswa dengan perkembangan prestasi siswa sebesar 0.275(27.5%). Angka tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara interaksi guru-siswa dengan perkembangan prestasi siswa cukup tinggi ini di lihat dari tabel interpretasi r, hasil tersebut menunjukkan terdapat hubungan yang sangat signifikan. Korelasi antara faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan perkembangan prestasi siswa sebesar 0.260 (26%). Angka tersebut menunjukkan bahwa antara faktor-faktor interaksi belajar mengajar dengan perkembangan prestasi agak rendah.

2. Untuk mencari pengaruh interaksi guru-siswa terhadap prestasi siswa


penelitian ini menggunakan analisis regresi linier ganda dengan persamaan regresi linier ganda: Y= 4.142 + 0.211X1+0.257X2 Yang artinya peningkatan prestasi siswa akan Konstanta sebesar 4.142 jika tidak dipengaruhi oleh variabel interaksi. Sedangkan interaksi

mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1 % atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkatkan lebih baik lagi 1% maka prestasi siswa akan naik sebesar 21.1%, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka prestasi siswa akan turun sebesar 21.1%. Untuk menunjukkan varaibel bebas mempunyai pengaruh

signifikan secara bersama-sama terhadap varaiabel terikat maka di gunakan uji F (simultan) R sebesar 0.448 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel interaksi guru-siswa dengan prestasi siswa.Angka R Square sebesar 0.200 adalah pengkuadratan dari koefisien determinasi korelasi. R Square dapat di sebut koefisien, dalam hal ini variabel prestasi yang dapat di jelaskan oleh persamaan regresi diperoleh sebesar 12.4%. Nilai RSquarqe berkisar pada angka 0 sampai 1, dengan catatan semakin besar RSquare, semakin kuat hubungan antar variabel-variabel tersebut. Pada pengujian ini Ho ditolak dengan ditunjukkan dengan besarnya F sebesar 12.160 nilai ini lebih besar dari F
tabel hitung

(12.160>3.09), ini

menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang cukup signifikan dari variabel interaksi terhadap prestasi siswa.

Untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat maka digunakan uji t. Hasilnya memperlihatkan pada variabel interaksi gurusiswa bahwa thitung (2.773) > ttabel (1,660), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. Interaksi mempengaruhi prestasi siswa sebesar 21.1%.

Berdasarkan hasil pengujian tersebut variabel interaksi berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi siswa. 3. Untuk menunjukkan apakah variabel bebas secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat maka digunakan uji t. Hasilnya memperlihatkan pada variabel faktor-faktor interaksi belajar mengajar bahwa thitung (2.626) > ttabel (1.660), berarti Ho ditolak dan Ha diterima. faktor-faktor interaksi belajar tidak mempengaruhi prestasi siswa sebesar 25.7% atau berpengaruh positif yang artinya jika interaksi ditingkat lebih baik lagi 1%, maka prestasi siswa akan naik sebesar 25.7 %, sebaliknya jika interaksi diturunkan 1% maka prestasi siswa akan turun sebanyak 25.7 %.

B. Saran
1. Penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi guru-siswa berpengaruh pada perkembangan prestasi siswa secara tidak langsung akan berakibat kualitas siswa pun akan berpengaruh, maka peneliti menyarankan agar interaksi guru-siswa yang sudah baik perlu ditingkatkan lagi.

2. Interaksi guru-siswa berpengaruh pula pada perkembangan lembaga pendidikan, maka penulis menyarankan agar interaksi guru-siswa yang sudah baik perlu ditingkatkan lagi. 3. Peneliti adalah peneliti pemula dan penelitian ini tidak menutup kemungkinan sangat jauh dari kesempurnaan, sehingga ada beberapa kekurangan dalam penelitian ini bisa diadakan pada penelitian berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. 1997. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Al-Quran dan Terjemahnya. 1984. Jakarta: Departemen Agama. Arikunto, Suharsini. 1993. Prosuder Penelitian: Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsini. 2002. Prosuder Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Yogyakarta: PT. Rineka Cipta. Bungin, Burhan. 2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Crow and Crow, 1991, Psikologi Pendidikan. Surabaya: PT. Bina Ilmu. Daldjoeni. 1985. Dasar-dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (Buku Pengantar Bagi Mahasiswa dan Guru). Bandung: Alumni. Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru.. Jakarta : Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Departemen Agama Republik Indonesia. 1989. Al-Quran dan Terjemahnya. Semarang: Toha Putra. Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Model Pembelajaran Terpadu IPS SMP/MTs/SMPLB (http//www.Puskur.Net/Inc/mdl/060_model_ips_trpd.pdf,diakses 20 mei 2007). Departemen Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum, Mata Pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial Untuk Sekolah Mengengah Pertama(SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs), (http//www. Puskur.Net/ inc /si/ smp/ pengetahuan social.pdf,diakses 20 mei 2007).

Fajar, Arni. 2005. Portofolio Dalam Pelajaran IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hadi S. 1995. Metode Researc. Yogyakarta: Andi Offset. Jannah, Roudhatul. 2007. Pengaruh Interaksi Guru-Siswa Terhadap Kreativitas Siswa Madrasah Aliyah Negeri Srono-Banyuwangi. Malang: Skripsi Fakultas Tarbiyah UIN Malang. Marzuki. 1981. Metodologi Riset. Yogyakarta: Penerbit Fak. Ek. VIII. Mardalis. 1993. Metodologi Penelitian Kuantitaif. Jakarta : Bina aksara. Masnur, dkk. 1987. Dasar-dasar Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Jemmars. M. Sastrapradja. 1981 Kamus Istilah Pendidikan & Umum : Untuk Guru, Calon Guru dan Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Mudjiono, dkk. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Mudjiono dan Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kerjasama Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan PT. Rineka Cipta. Nana Syaodih S dan Ibrahim R. 1998. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Kerjasama Departemen Pendidikan & Kebudayaan dengan Rineka Cipta. Narbuko, Cholid. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara. Purwanto, Ngalim. 1988. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remadja Karya. Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Roestiyah. 1994. Masalah Pengajaran : Sebagai Suatu System. Jakarta Rineka Cipta. Roestiyah. 1989. Masalah-Masalah Ilmu Keguruan. Jakarta: Bina Aksara. Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Sardiman. 1990. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali

Slamet AS. Yusuf, Zuhairini, Abdul Ghofir. 1983. Methodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya: Usaha Nasional. Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya : Usaha Nasional. Sudjana, Nana. 1988. CBSA dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: CV. Sinar Baru. Sudjana, Nana. 1989. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru Algesindo. Surachman, Winarno. 1986. Pengantar Interaksi Belajar Mengajar Dasar dan Teknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito. Surachmad, Winarno. 1980. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: Jemmars. Suryabrata, Sumadi. 1987. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Syah, Muhibbin. 1999. Psikologis Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Thontowi, Ahmad. 1993. Psikologi Pendidikan. Bandung: Angkasa. Udin, Ali Umran (almarhum). 1976. Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ilmu-ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Forum Pendidikan IKIP. Undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang System Pendidikan Nasional. Jakarta: Citra Umbara 2006. Usman, User. 1992. Menjadi Guru Professional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wahyu. 1986. Wawasan Ilmu Sosial Dasar. Surabaya: Usaha Nasional. Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset. Tanpa Nama. Tanpa Tahun. Model IPS Terpadu. http://mgmpips.wordpress.com/2008/02/11/model-ips-terpadu-bag1/.

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Ika Lis Mariatun dilahirkan di Kota Bangkalan Madura Jawa Timur pada tanggal 02 Maret 1986 dari keluarga Bapak Matsuri dan Ibu Sringatun S.Pd, anak pertama dari tiga bersaudara. Pendidikan Formal TK Sejahtera (1991) di Kamal SD Negeri kamal 02 (1998) di Kamal SMP Negeri 1 Kamal (2001) di Kamal SMA Negeri 1 Kamal( 2004) di Kamal Universitas Islam Negeri(UIN) Malang (2009) di Malang Pendidikan Non Formal : Bhakti Computer Course (2001) di Kamal Bhakti English Course (2001) di Kamal Saka Bahari (AL) (2002) di Kamal Basic Training (LK-I) HMI (2004) di Batu-Malang LKK KOHATI Se-Jawa & Nusa Tenggara HMI (2005) di Singosari Sekolah Gender (2005) di Malang Leadership and Followership Training (2006) di Malang Pelatihan Jurnalistik (2007) di Singosari Pengalaman Organisasi : Anggota Karang Taruna kencana Kamal (2001-2002) Anggota REMAS Baitul Amal Kamal (2001-2002) OSIS SMA 1 Kamal sie-kewarganegaraan (2002-2003) Sekretaris Ekstrakurikuler Pramuka SMA 1 Kamal (2002-2003) Bendahara Dewan Kerja Ranting (DKR) Kamal (2002-2003) Koordinator Departemen Sosial HMJ.DII UIN Malang (2005-2006) Anggota UKM UNIOR UIN Malang Cabang.Basket (2005-2006) Anggota Ikatan Mahasiswa Bangkalan (IMABA) (2005-2006) Wakil Bendahara Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang Komisariat Tarbiyah UIN Malang (2006-2007) Ketua Departemen Penerbitan HMJ.IPS UIN Malang (2007-2008) Ketua Bidang (KABID) Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan (PTKP) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Malang Komisariat Tarbiyah UIN Malang (2007-2008)

Anda mungkin juga menyukai