Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ranu Ramdani F.

S NIM : 20120520036

Kelas : B

Review Materi Desentralisasi dan Otonomi Daerah Pelaksanaan konsep desentralisasi dan otonomi daerah telah berlangsung lama bahkan sejak sebelum kemerdekaan, dan mencapai puncaknya pada era reformasi dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan yang kemudian direvisi masing-masing menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Pengertian Desentralisasi dan Otonomi Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, desentralisasi diartikan sebagai penyerahan kewenangan pemerintah oleh pemerintah kepada kesatuan republic Indonesia. Sementara otonomi daerah diartikan sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004). Tujuan Desentralisasi 1. Tujuan Politik, untuk menciptakan suprastruktur dan infrastruktur politik yang demokratik berbasis pada kedaulatan rakyat. Diwujudkan dalam bentuk pemilihan kepala daerah, dan legilatif secara langsung oleh rakyat. 2. Tujuan Administrasi, agar pemerintahan daerah yang dipimpin oleh kepala daerah dan bermitra denga DPRD dapat menjalankan fungsinya untuk memaksimalkan nilai 4E yakni efektifitas, efisiensi, equitry (kesetaraan), dan ekonomi. 3. Tujuan Sosisal Ekonomi, mewujudkan pendayagunaan modal social, modal intelektual dan modal financial masyarakat agar tercipta kesejahteraan masyarakat secara luas (kemitraan bagi pembaruan tata pemerintahan, 2010). Otonomi Daerah memiliki 7 (tujuh) elemen dasar, yaitu; kewenangan, kelembagaan, personel atau kepegawaian, keuangan daerah, perwakilan, manajemen pelayanan public, dan pengawasan,

Local Government di Negara Kesatuan dan Negara Federal A. Negara Kesatuan Suatu Negara kesatuan ialah Negara yang pemerintah pusat atau nasional memegang kekuasaan tertinggi, memiliki kekuasaan penuh dalam pemerintahan. Menurut C.F Strong, seperti dikutip oleh Prof. Miriam Budiarjo, Negara kesatuan adalah bentuk Negara dimana wewenang legiflatif tertinggi dipusatkan dalam satu badan legislative nasional atau pusat. Tiada bidang kegiatan pemerintah yang diserahkan konstitus kepada satuan-satuan pemerintah lebih kecil seperti Negara bagian atau provinsi. Oleh karena itu, dalam Negara kesatuan kekuasaan terletak pada tangan pemerintah pusat dan tidak ada pada pemerintah daerah (local government). Terdapat dua sistem yang berbeda dalam Negara kesatuan, yakni sistem sentralisasi dan sistem desentralisasi. Sistem sentralisasi, semua kebijakan diproses dan diselenggarakan oleh pemerintah pusat. Dengan demikian pemerintah daerah hanya melaksanakan peraturan-peraturan dari pemerintah pusat saja. Daerah tidak memiliki kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Sistem desentralisasi, daerah diberikan kekuasaan untuk mengatur rumah tangga daerahnya, termasuk mengelola secara penuh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), berdasarkan inisiatif sendiri. Daerah seperti demikian lazim disebut dengan otonomi daerah atau kekuasaan swantara.

Menurut C.F. Strong berkesimpulan bahwa terdapat dua cirri mutlak yang melekat pada Negara kesatuan, yaitu; 1. Adanya supremasi dari dewan perwakilan rakyat pusat, dan 2. Tidak adanya badan-badan lainnya yang berdaulat. B. Negara Federal Negara federal atau Negara serikat adalah suatu Negara yang terdiri atas beberapa Negara bagian, tetapi setiap Negara bagian tersebut tidak berdaulat. Yang berdaulat adalah gabungan dari Negara-negara bagian itu. Di sini Negara-negara bagian mempunyai kekuasaan untuk membuat dan memiliki undang-undang dasar sendiri, kepala Negara sendiri, dewan perwakilan sendiri, dan dewan menteri (cabinet) sendiri. Sementara itu untuk urusan Angkatan Perang dan keuangan, mereka tidak memiliki kekuasaan sendiri, urusan ini lazimnya ada ditangan Negara federal. Contoh Negara federal kekinian yaitu Amerika Serikat dan Malaysia. Menurut C.F. Strong Negara serikat/federal adalah suatu Negara dimana terdapat 2 (dua) atau lebih Negara yang lenoh sederajat, bersatu karena tujuan-tujuan tertentu yang sama.

Ciri atau sifat Negara federal adalah : Adanya supremasi konstitusi yang menjadikan federasi itu terwujud; Adanya pembagian kekuasaan antara Negara federal dengan Negara-negara bagian; Adanya suatu lembaga yang diberi wewenang untuk menyelesaikan suatu perselisihan antara pemerintah federal dan pemerintah Negara-negara bagian.

Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah Otonomi daerah menuntut adanya sistem keuangan Negara yang dapat menjamin kelancaran pemerintahan dan pembangunan, khususnya dalam penyediaan barang publik dan penggalian dana/pendapatan (terutama pajak). Barang publik yang memiliki manfaat sangat luas diserahkan kepada pemerintah pusat. Misalnya, pertahanan dan keamanan, penelitian nuklir, informasi, dll. Barang publik yang memiliki manfaat terbatas diserahkan kepada pemerintah daerah. Misalnya, pemadam kebakaran, pengelolaan sampah, dll. Pada umumnya, Negara sedang berkembang mempunyai derajat sentralisasi keuangan yang tinggi, artinya pemerintah pusat lebih banyak membiayai kegiatan penyediaan barang publik dan mengambil sebagian besar penerimaan Negara yang berasal dari pajak. Terdapat empat Undang-Undang yang mengatur Peraturan Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah. 1. 2. 3. 4. UU No. 32 Tahun 1956 UU No. 5 Tahun 1974 UU No. 25 Tahun 1999 UU No. 33 Tahun 2004

Perimbangan Keuangan menurut UU No. 32 Tahun 1956 Perimbangan keuangan antara pemertintah pusat dan daerah sebenarnya sudah mulai dilaksanakan pada masa Orde Lama dengan dasar hukum UU No. 32/1956 tentang perimbangan keuangan antara Negara dan daerah-daerah yang berhak mengatur rumah tangganya sendiri. Pertimbangan alokasi keuangan dengan memperhatikan factor penduduk, panjang jalan, panjang saluran irigasi, luas wilayah serta potensi daerah. Dalam prakteknya terlalu bias pada jumlah penduduk sehingga pedoman ini diganti dengan UU 5/1974. Alokasi Keuangan menurut UU No. 5/1974 Kategori bantuan pemerintah pusat ke daerah : pendapatan yang diserahkan kepada pemerintah daerah, dan subsidi kepada pemerintah daerah. Tidak semua sumber pembiayaan

dapat diserahkan kepada daerah otonom, oleh karena itu daerah diwajibkan menggali sumbersumber keuangan sendiri (PAD). Alokasi Dana menurut UU No. 25/1999 Berdasarkan UU 25/1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pada prinsipnya pendapatan daerah dapat dikelompokan menjadi ; Pendapatan asli daerah ; pajak dan rettibusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah. Dana perimbangan antara pemerintah pusat dan daerah Pinjaman daerah Dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Dana perimbangan antara pusat dan daerah terdiri atas ; Bagian daerah dari PBB, bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dan penerimaan dari sumber daya alam. Dana alokasi umum. Dana alokasi khusus.

Perimbangan keuangan Pusat dan Daerah menurut UU 25/1999 No A. 1. 2. Sumber Pendapatan Pajak Pajak Bumi dan Bangunan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan Sumber Daya Alam Minyak Gas Alam Pertambangan Umum Hutan Reboisasi Perikanan Pemerintah Pusat (%) 10 20 Pemerintah Daerah (%) 90 80

B. 1. 2. 3. 4. 5. 6.

85 70 20 20 60 20 75

15 30 80 80 40 80 25

C. Dana Alokasi Umum Dana alokasi umum

Sumbernya adalah penerimaan pemerintah pusat dari PBB dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan, dana alokasi umum yang dibagikan kepada daerah berasal dari APBN dengan tujuan untuk pemerataan kemampuan keuangana antar daerah dan nilai minimum 25% dan anggaran rutin APBN. Dana ini alokasikan 10% untuk provinsi dan 90% untuk kabupaten/kota.

Dana alokasi khusus Dana ini juga berasal dari APBN dan dialokasikan ke kabupaten/kota untuk membiayai kebutuhan yang sifatnya khusus. Kebutuhan khusus adalah kebutuhan yang sulit diperkirakan dengan rumus alokasi umum, atau kebutuhan yang merupakan komitmen atas prioritas nasional. Perimbangan keuangan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota menurut UU No. 25 Tahun 1999 No A 1. 2. B. Sumber pendapatan Pertambangan Minyak Bumi Gas Alam Pertambangan umum a. Iuran tetap (land rent) b. Iuran eksplorasi dan eksploitasi Kehutanan a. Iuran hak pengusahaan hutan (IHPH) b. Provinsi hasil hutan Perikanan Provinsi 3 6 16 16 Kab/kota penghasil 6 12 64 32 Kab/kota lain 6 12 32

C.

16 16

64 32

32 80

D.

Perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah menurut UU No. 33 Tahun 2004 No. A. 1. 2. Sumber Pendapatan Pusat (%) Dareah (%) Pajak Pajak Bumi dan Bangunan 10 90 Bea perolehan hak atas tanah dan 20 80 bangunan B. Sumber Daya Alam 1. Minyak 84,5 15,5 2. Gas Alam 69,5 30,5 3. Pertambangan Umum 20 80 4. Hutan 20 80 5. Reboisasi 60 40 6. Perikanan 20 80 C. Dana Alokasi Umum 74 26 Pembagian anggaran pendidikan dasar antara pemerintah propinsi dan kabupaten/kota menurut UU No. 33 Tahun 2004 No. Sumber pendapatan A. Pertambangan 1. Minyak Bumi 2. Gas Alam Daerah 0,5 0,5 Provinsi 0,1 0,1 Kab/kota penghasil 0,2 0,2 Kab/kota lain 0,2 0,2

Anda mungkin juga menyukai