Anda di halaman 1dari 16

NARKOTIKA

Narkotika (berasal Bari bahasa Yunani: Narkosis) ialah setiap obat yang dapat menghilangkan rasa nyeri dan dapat menyebabkan suatu keadaan stupor. Tetapi sekarang, pengertian secara farmakologis tersebut di atas telah diperluas dengan memasukkan pula obat-obat yang sebenarnya tidak dapat menimbulkan narkosis misalnya: cocaine dan marijuana dan jenis lain seperti yang tertera dalam Undang-Undang No. 9 tahun 1976 tentang Narkotika, pasal 1 butir 1 sampai dengan 13.

PENGGOLONGAN NARKOTIKA
Menurut struktur kimianya narkotika dapat digolongkan dalam :
Morfin dan turunannya, contoh: morfin, dilaudid, heroin, nalorfin, kodein dan naloxone. Turunan Benzomorfan, contoh: pentazocine dan levorphanol. Golongan 4-fenilpiperidin, contoh: pethidine (meperidine) dan trime peridine. Golongan difenilpropilamin dan analgesik-asiklik, contoh: me- thadone dan ticarda. Lain-lain, contoh: turunan fenotiazin dan benzimidazole.

Tetapi berdasarkan Undang-undang No 9 tahun 1976, penggolongan narkotika adalah seperti pada pasal 1 butir 1 hingga 13.Dari kelima golongan tersebut, golongan pertama yang paling banyak disalahgunakan (morfin dan heroin).

SUMBER
Street narcotic ialah narkotika yang banyak diperdagangkan dalam pasar gelap, dan biasanya mengandung heroin dalam kadar 077%, sedangkan selebihnya (filler) dapat berupa prokain, quinine, magnesium- silikat, laktosa, sukrosa atau manitol.

FARMAKOKINETIK

Absorbsi dapat berlangsung di saluran cerna, selaput lendir hidung dan paru, suntikan IV, IM, SC dan kulit yang luka. Khasiat yang lebih nyata didapat melalui suntikan, terutama IV. Metabolisme terutama berlangsung dalam hati, selain itu juga dalam otak, paru-paru, darah, ginjal dan placenta. Hampir 90% morfin dalam tubuh terdapat sebagai bentuk terikat (konjugasi) dengan asam glukoronat. Heroin, dalam tubuh dengan cepat akan dihidrolisis oleh esterase dalam darah menjadi 6-mono-asetilmorfin yang kemudian akan diubah (konversi) menjadi morfin.

Ekskresi terutama melalui ginjal dan saluran empedu, tetapi dapat pula dijumpai dalam tinja atau keringat. Dalam urin, heroin terutama terdapat dalam bentuk morfin yang terikat (50 %), dalam bentuk morfinb ebas sebanyak 7%. Heroin bebas dalam urin terdapat dalam jumlah sangat kecil. Morfin dalam urin terdapat dalam bentuk bebas kira-kira 1-14% dan dalam bentuk terikat sebanyak 11-60%. Kodein dalam urin akan dijumpai dalam bentuk terikat (44%), bebas (11%), nocodein (13%) dan dalam bentuk morfin (10%). Walaupun morfin dalam jumlah kecil masih dapat ditemukan dalam urin setelah 48 jam, 90% dari ekskresi total berlangsung dalam 24 jam pertama.

FARMAKODINAMIK
Semua narkotika pada umumnya mempunyai khasiat yang sama, yang terpenting adalah depresi Susunan Saraf Pusat. Efek terhadap susunan saraf pusat ini berwujud analgesia dan narkose, perasaan mengantuk, tidak dapat berkonsentrasi, sukar berpikir, apati, penglihatan kurang tajam. letargi, badan terasa panas dan muka terasa gatal, mulut terasa kering, depresi pernapasan dan pupil miosis. Narkotika sering menimbulkan mual dan muntah. Efek narkotika pada sistem kardio vaskular adalah menurunkan tekanan darah; akibat hipoksia dan depresi vasomotor secara sentral.

TANDA DAN GEJALA KERACUNAN


Gejala keracunan lebih cepat pada morfin dibandingkan dengan opium. Korban biasanya datang ke rumah sakit sudah dalam fase narkosis. Penderita merasa mengantuk, yang makin lama makin dalam dan berakhir dengan keadaan coma. Terdapat relaksasi otot-otot sehingga lidah dapat menutupi saluran napas, nadi kecil dan lemah; pernafasan sukar, irregular, pernafasan dangkal lambat dan dapat terjadi pernapasan Cheyne Stokes. Suhu badan turun, Muka pucat, pupil miosis (pin-head size) yang akan melebar kembali setelah terjadi anoksia, tekanan darah menurun hingga syok.

PENGOBATAN
Untuk penderita keracunan akut narkotika dapat digunakan antagonis narkotik seperti Nalorfin HCI (Nalline; 0,1 mg/kg.IV,) atau Naloxone HCI (Narcan) 0,005 mg/kg.IV. Di antara keduanya, yang paling baik untuk diberikan pada keracunan akut ialah Naloxone. Selain itu pernafasan dipelihara dengan memberikan oksigen serta pembilasan lambung, pemberian norit dan pemberian kataflik seperti Larutan Natrium Suffat (30 mg NaSO4 dalam 200 ml air).

SEBAB KEMATIAN DAN MEKANISME KEMATIAN


Cara kematian hanya dapat ditentukan jika kita melakukan penyelidikan ke tempat kejadian. Kecelakaan adalah cara terbanyak dan biasanya akibat ketidaktahuan besarnya takaran. Pembunuhan dengan suntikan (hot shot), mneggunakan morfin/heroin takar lajak atau dicampur racun lain : sianida atau strichnin Bunuh diri yang biasanya akibat sindrom abstinensi

MEKANISME KEMATIAN MELALUI:

Depresi pusat pernafasan : kurang sensitif terhadap CO2 atau H+ Edema paru : tekanan LCS dan tekanan intravena, berkurangnya sensitifitas pusat pernafasan terhadap CO2. Syok anafilaktik terjadi akibat hipersensitifitas thdp morfin/heroin atau bahan pencampur yg lain. Pemakaian alat suntik yg tidak benar dan tidak steril

PEMERIKSAAN FORENSIK
Pada korban hidup perlu dilakukan pengambilan darah dan urin untuk,pemeriksaan laboratorium.

PEMERIKSAAN JENAZAH Bekas-bekas suntikan Pembesaran kelenjar getah bening Lepuh kulit Kelainan lain : tanda - tanda asfiksia Kelainan paru akut Kelainan paru kronik Kelainan hati Kelainan KGB Kelainan lain

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan Lab untuk mendeteksi adanya narkotika minimal adalah Kromatografi lapis tipis (TLC), Kromatografi gas (GLC) dan RIA (Radio immuno assay) Untuk medeteksi pecandu atau tidak,yaitu:
Uji Nalorfin Analisa Urin Gejala Putus Obat (withdrawal symptom/sindrom abstinensi)

PEMERIKSAAN BARANG BUKTI Uji Marquis:


Reagen dapat di buat dari 3 ml asam sulfat pekat + 2 tetes formaldehida 40%. Pada umumnya semua narkotika akan memberikan reaksi warna ungu. (Morfin, heroin dan codein 4 + Marquis menjadi ungu. Pethidine + Marquis menjadi jingga.) Untuk heroin, terdapat pengujian yang lebih khas: 10 tetes campuran asam nitrit pekat dan 85% asam fosfor yang memiliki perbandingan 12:38 diletakkan dalam tabung centrifuge ukuran 5 ml, kemudian ditambahkan 3,25 ml kloroform dan diputar selama 30 detik. Perhatikan lapisan warna di dasar tabung yang timbul setelah 10 menit, hijau muda: negatif, kuning muda : 10 ug. kuning coklat: 1 mg. merah coklat gelap: 10 mg.

Uji mikrokristal:
1 tetes larutan narkotika ditambahkan reagen dan dengan mikroskop dilihat kristal apa yang terbentuk.

Hanging microdrop technique merupakkan modifikasi untuk narkotika dengan pembentukan kristal agak lama.
Contoh: Morfin + reagen kalium kadmium yodida (1g kadmium yodida +2g kalium yodida): kristal berbentuk jarum. Kepekaan uji: 0,01 ug. Morfin + kalium triyodida: kristal berbentuk Piring. Kepekaan uji: 0,1 mikrogram. Heroin + merkuri klorida : kristal berbentuk dendrit. Kepekaan uji: 0,1 mikrogram. Heroin + platinum klorida : kristal berbentuk roset. Kepekaan uji: 0,25 mikrogram. Pethidine + asam pikrat pekat : kristal berbentuk roset berbulu. Kepekaan uji: 0,1 mikrogram.

Anda mungkin juga menyukai