Anda di halaman 1dari 3

TUGAS BAHASA INDONESIA RESENSI BUKU SILA KE-6 : KREATIF SAMPAI MATI

Oleh : Galih Kartika Ade Saputra (01/12 IPS 3)

Mendobrak Kemonotonan

Judul Pengarang Penerbit Tahun terbit Kota terbit Cetakan Tebal buku

: Sila ke-6 Kreatif Sampai Mati : Wahyu Aditya : Bentang Pustaka : 2013 : Yogyakarta : Keempat, Juli 2013 : 320 halaman

Wahyu Aditya atau biasa dikenal dengan nama Wadit, seorang animator sekaligus desainer grafis pendiri sekolah animasi Hellomotion Academy, Ia juga pelopor gerakan fashionalisme, dengan distronya yaitu KDRI. Tidak hanya itu ia juga merupakan pencetus HelloFest, sebuah festival Urban Pop Culture tahunan terbesar di Indonesia dengan pengunjung lebih dari 20.000 orang. Namanya semakin dikenal setelah meraih beberapa penghargaan di dunia animasi dan industri kreatif. Mulai dari Jiffest 2004, Wirausaha Muda Mandiri 2008, sampai Juara Dunia British Council Young Creative Entrepreneur 2007. Judul buku ini sangat provokatif yaitu Sila ke-6 Kreatif Sampai Mati, ada 17 bab di dalamnya, dan pembaca diberi kebebasan membaca dari bab manapun karena antara satu bab dengan bab lain berdiri sendiri. Secara keseluruhan ada dua gagasan yang ingin disampaikan oleh penulis, yang pertama melalui buku ini Wadit ingin menyadarkan masyarakat Indonesia untuk berfikir kritis dengan sudut pandang lain atau out of the box, bahwa kita sebenarnya masih terjebak pada ruang monoton yang membosankan. Hal itu disampaikan pada bab-bab awal,

termasuk disampaikannya kritikan terhadap sistem pendidikan yang dianggap belum mampu menyalakan lentera jiwa atau passion para siswanya, dan cenderung mematikan kreatifitas. Sedangkan yang kedua merupakan hal utama yang ingin disampaikan oleh penulis, yaitu Wadit dalam buku ini mengajak masyarakat Indonesia berfikir kreatif. Tips-tips yang diberikan benar-benar memberi rangsangan kepada pembaca untuk berfikir kreatif dan melakukan hal-hal beda dan unik. Tips-tips tersebut diambil dari pengalaman hidupnya yang inspirarif termasuk kegalauannya terhadap logo HUT RI yang sangat monoton dari tahun ketahun, sehingga membuatnya membuat logo HUT RI baru yang lebih kreatif dan keren. Di bagian terakhir Wadit juga menjelaskan mengenai ekstisensi serta perjuangan KDRI (Kementrian Desain Replublik Indonesia) yang memiliki tujuan menanamkan nasionalisme dengan kaos-kaos unik, dimana ia adalah foundernya. Buku ini sungguh luar biasa, tidak seperti buku kebanyakan, bisa dikatakan keluar dari pakem, seolah ingin menunjukkan kekreatifannya. Dari cover sudah sangat unik, tidak hanya desainnya tetapi juga pada bentuknya. Cover depan bisa dibolak-balik, penulis memberi kesempatan kepada pembaca untuk memanfaatkan space kosong yang ada di lipatan bagian dalam cover dengan kreasi cover sendiri. Saat membacanya mata kita akan dimanjakan oleh desain dan layout buku ini, buku yang berkonsep scratch book ini sangat menarik, pada ujung atas buku ini ada gambar-gambar kecil jika kita membuka buku ini per-halaman secara cepat, gambar-gambar itu seperti bergerak. Hampir setiap halaman dilengkapi gambar, foto dan juga ilustrasi bergaya coretan tangan karya si penulis sendiri. Kreatifitas buku ini tidak hanya sampai di situ, pada peralihan bab disisipkan kata-kata mutiara dengan desain yang berbeda-beda, dan setiap bab dipisahkan dengan warna yang berbeda pula. Bahasanya pun ringan dan sederhana, mengalir begitu saja, melahap 320 halaman pada buku ini seperti tidak terasa, tau-tau sudah selesai. Disamping banyak kelebihan ada hal kecil yang rasanya masih perlu dipertimbangkan yaitu pada pemilihan bahan cover lipatan yang disediakan untuk diisi kreasi pembaca. Bahan pada halaman itu adalah kertas yang licin, itu tentunya membuat pembaca kesulitan untuk berkarya jika mereka menggunakan pensil warna dan krayon untuk menggambar atau mewarnainya. Namun secara keseluruhan buku ini sangat inspiratif, dan sepertinya harus dibaca oleh seluruh masyarakat Indonesia karena buku ini dapat memotivasi kita untuk keluar dari kemonotonan bangsa ini.

Anda mungkin juga menyukai