Anda di halaman 1dari 5

Angkringan RI : Sekumpulan Petinggi Republik Yang Sibuk Berbincang

Masa Depan Negaranya Dalam sebuah Karya seni

Ditulis Oleh: PKH CLUB


Yhoakim Suryo Kusumo; I Made Arya Putra Prema Govinda Prakasa;Jonathan Wilbert
Andyna;Emmanuel Fabian Aruna

Lukisan “Angkringan RI”,dibuat oleh Wuritual

Métani dan metaverse sebagai tema pameran ini. Satu persatu kita pahami arti dari dua
kata tersebut. Métani berasal dari pétan, dalam bahasa Jawa berarti cari kutu atau lingsa (telur
kutu). Métani menjadi kata yang mewakili kegiatan aktif yaitu mencari kutu. Sedangkan pétani
atau lebih sering diucapkan dipétani bermakna pasif yaitu dicari kutunya. Dahulu mencari kutu
ini merupakan kegiatan sosial biasa dilakukan ibu-ibu disela pekerjaan. Karena mencari kutu
(métani) tidak bisa dilakukan sendiri, sehingga merupakan bentuk kegiatan dalam lingkup
komunal.
Pada saat mencari kutu inilah terjadi perbincangan antar kaum perempuan. Menjadi
kesempatan untuk saling bercanda, bertukar kabar berita, gosip bahkan juga pengetahuan.
Karena kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, tetapi sering anak-anak juga hadir
disana. Sehingga bisa muncul nasehat dari ibu-ibu kepada generasi dibawahnya. Kata métani
kemudian mengalami perkembangan makna. Kata tersebut dapat
"ditempelkan" tidak hanya pada kegiatan mencari kutu. Métani dapat diartikan sebagai
proses mencari, memilah, memilih sekaligus memahami. Karena ada istilah dalam bahasa Jawa,
aja métani alaning liyan (janganlah mencari-cari keburukan orang lain), kata métani bermakna
perilaku.
Pameran yang digelar 8 – 18 November 2022 ini menampilkan sedikitnya 58 karya lukis
dalam ragam gaya dan ukuran. Paguyuban Sidji sendiri merupakan singkatan dari seniman
pinggiran dari Imogiri, Dlingo dan Jetis, Bantul sisi timur. Berdasarkan Sejarah Singkat
Paguyuban Sidji, mengutip tulisan Muhammad Fikri Muas, komunitas ini terbentuk pada awal
tahun 1999. Lukisan diatas berjudul “Angkringan RI” atau “metangkring” atau yang berartikan
“pikulan/barang dipikul” menurut KBBI, merupakan salah satu karya lukis dari 58 karya
pameran yang dibuat oleh seorang pelukis berdomisili Yogyakarta yang bernama Wuritual.
Lukisan ini di pamerkan di Jogja Gallery yang terletak di JL. Pekapalan No.7, Prawirodirjan,
Kec. Gondomanan, Kota Yogyakarta, pada tahun 2022. Karya lukisan ini tidak memiliki poros
yang dominan, semua terlihat simetris dan sama panjangnya. Lukisan ini dominan warna coklat
yang divariasikan dengan warna lain, meskipun begitu, warna pada baju yang digunakan oleh
tokoh-tokoh tersebut disesuaikan dengan versi aslinya. Lukisan tersebut menggambarkan semua
tokoh presiden yang pernah menjabat di Indonesia berkumpul di sebuah warung kaki lima atau
“Angkringan”. Unsur yang kerap hadir dalam Lukisan ini adalah warung kaki lima atau
“Angkringan” yang masih terbuat dari kayu serta cahaya lampu malam. Media yang digunakan
adalah Oil on canvas atau cat minyak diatas kanvas. Lukisan ini berdimensi 170 x 125 cm.

Secara visual,unsur-unsur yang berada di lukisan sudah di lukis dengan baik dan menarik
karena bisa membawa penonton untuk mengimajinasikan ketika ke 7 tokoh Presiden RI
berkumpul di sebuah angkringan. Seniman Wuritual menggunakan teknik plakat pada lukisan
ini. Material yang digunakan seniman untuk melukis lukisan ini adalah Oil on canvas / cat
minyak di kanvas. Dengan menggunakan teknik plakat,lukisan ini jadi sangat menarik dan indah.
goresan, tekstur, dan lekukan pada lukisan “Angkringan RI” terlihat sangat mencolok ketika
dilihat secara langsung. Tidak hanya itu saja sisi menarik dari lukisan yang dibuat, tetapi masih
ada komponen menarik lain yang terdapat pada lukisan itu yakni karya 2 dimensi yang dibuat
seolah-olah nyata atau hidup. Pada pemilihan warna dan arah cahaya juga sudah ditentukan
secara matang oleh sang pelukis. Tetapi sayangnya terdapat rambut yang menempel dengan cat
pada lukisan tersebut yang membuat lukisan tersebut kurang rapi jika dilihat secara mendetail,
Terdapat juga bagian cat yang menonjol kasar yang membuatnya kurang sempurna. Lukisan ini
bersifat imajinatif dan mengandung makna yang menyentuh. Lukisan ini membuat kita bisa
mengimajinasikan seluruh tokoh Presiden RI hidup di era yang sama dan makan bersama di
sebuah angkringan dengan perasaan yang bahagia. Emosi yang bisa di ambil sebagai penikmat
lukisan tersebut adalah santai,bahagia,dan tenang. Aliran seni rupa yang digunakan pelukis
dalam lukisan ini adalah Romantisme yang terlihat pada tema lukisan tersebut yang tidak pernah
terjadi tetapi seperti nyata.

Inti dari lukisan yang dilukis oleh Wuritual atau yang biasa dipanggil Wuri ,seperti yang
sudah diungkapkan pada paragraf pertama,yaitu “Angkringan RI”. Dapat dilihat dari lukisan ini
bahwa melihatkan para pemimpin dari Bangsa Indonesia yang sedang ngobrol santai di sebuah
angkringan.Angkringan disini berperan sebagai ruang untuk berdiskusi dari ketujuh pemimpin
Bangsa Indonesia. Sang pelukis yaitu Wuritual memiliki angan angan bahwa keputusan yang
diambil oleh para Pemimpin Bangsa Indonesia melihat langsung kondisi dari masyarakat
Indonesia.Wuri juga ingin memperlihatkan wujud akur dari para pemimpin negara. Melalui
lukisan “Angkringan RI” Wuri juga Ingin menunjukan wujud akurnya betapa para pemimpin
Bangsa Indonesia. Karya ini sekaligus mengajak rakyat Indonesia untuk bersatu dalam
membangun bangsa Indonesia dan wuri ingin menonjolkan kesederhanaannya melalui
nongkrong di angkringan, Ngobrol ngalor ngidul membicarakan kebijakan yang baik untuk
rakyat Indonesia.Wuritual sengaja mempertemukan ketujuh pemimpin bangsa di sebuah
Angkringan, menjadi ruang diskusi dengan teman sejawat.Bertukar ide dan gagasan membahas
berbagai macam persoalan hiruk pikuk kehidupan.Wuritual juga mempunyai sebuah angan-
angan bahwa kebijakan dari Istana diambil dari masyarakat bawah, dari obrolan di angkringan.
Dengan demikian inti dari lukisan ini ingin menyampaikan bahwa , para pemimpin bangsa
Indonesia saat mengambil kebijakan atau keputusan bisa melihat langsung kondisi dari
Masyarakat Indonesia
Sebenarnya, setiap sudut pandang dan implementasi dapat dituangkan dalam lukisan ini
dalam berbagai arah. Karena sebuah lukisan dapat dideskripsikan dalam berbagai arah sudut
pandang, imajinasi dan implementasi orang. Lukisan ini sangat kami nikmati dengan dukungan
situasi suasana yang terbilang sangat unik, Yakni Tenang namun ramai. Hal ini dirasakan
dengan banyak sekali suara derap kaki, namun sedikit sekali suara orang berbicara. Dengan ini,
semua orang yang datang dan melihat setiap lukisan dapat menikmati dengan suasana atau
imajinasi yang muncul dari diri orang tersebut.

Suasana Pameran METANI


Dokumentasi

Sumber

https://www.sijogja.com/lifestyle/pr-1845526213/yuk-tonton-pameran-metani-yang-unik-di-jogja-
gallery

https://nyatanya.com/gelar-pameran-metani-di-jogja-gallery-paguyuban-sidji-libatkan-26-
seniman/

https://drive.google.com/file/d/1gtM7d4vXDjfkrEG2OpPhEE4u4l5lCZj8/view?usp=share_link

Anda mungkin juga menyukai