Anda di halaman 1dari 137

ENSIKLOPEDI

PENULIS
INDONESIA
JILID 9

15 Penulis

PARE-KEDIRI
2018
Ensiklopedi Penulis Indonesia Jilid 9

Penulis:
15 Penulis

ISBN: 978-602-335-340-8

Editor:
Tim FAM Publishing

Penyunting:
Tim FAM Publishing

Desain sampul:
Joko Mulato

Penata letak:
Fariz Hazim

Penerbit:
FAM Publishing

Redaksi:
Kediri, Jawa Timur
Layanan SMS: 0812 5982 1511
Email: adm_famindonesia@yahoo.com, aishiterumenulis@gmail.com
Web: www.famindonesia.com

Cetakan pertama, Maret 2018

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian
atau seluruh isi buku ini ke dalam bentuk apa pun secara
elektronik maupun mekanis, tanpa izin tertulis dari penerbit
All Rights Reserved
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Kata Pengantar

Pertanyaan yang sering jadi momok banyak penulis


adalah: “Sebenarnya untuk apa saya menulis?” Jawabannya
tentu beragam. Ada yang bersungguh-sungguh, ada yang
sekadar bermain, ada pula yang ikut-ikutan, sehingga
semangatnya naik-turun.
Tetapi itu lumrah dialami banyak orang dan yang benar-
benar mewujudkan dirinya sebagai penulis sungguhan adalah
yang istiqamah di dunia kepenulisan. Dan, itu jumlahnya
sangat terbatas. Nah, di posisi manakah Anda berada?
Sebuah program unggulan diluncurkan FAM Indonesia
sejak beberapa tahun belakangan, yaitu penerbitan buku
ENSIKLOPEDI PENULIS INDONESIA yang berisi tentang
riwayat hidup, proses kreatif dan perjalanan kepenulisan
mereka, yang dimulai sejak awal menulis, plus segala macam
cerita ‘jatuh-bangunnya’, hingga menghasilkan karya sampai
hari ini.
Buku ini diterbitkan berseri, ditulis oleh banyak penulis
Indonesia yang punya mimpi dan ingin membagi mimpi
mereka kepada banyak orang. Dan, saat ini, buku Ensiklopedi
Penulis Indonesia Jilid 9 telah berada di tangan Anda.

Selamat membaca!

PENERBIT

v
Jilid 8

Daftar Isi

1. Aksan Al-Bimawi...........................................................1
2. Angga Kusumadinata .................................................10
3. Danu Supriyati .............................................................18
4. E. Natasha .....................................................................24
5. Gendhuk Gandhes .......................................................45
6. Husni Mubarrok ..........................................................42
7. Mahmudiah ..................................................................56
8. Misbah Rajif Ibrahim ...................................................63
9. Muhammad Ilham Nur...............................................76
10. Nabila Balqis Mukhra .................................................86
11. Nardi ..............................................................................93
12. ............................................................................98
13. Rugi Astutik................................................................105
14. Tutuk Jatmiko .............................................................109
15. Yoza Fitriadi ...............................................................122

vi
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Aksan Al-Bimawi
Aku dalam Dunia Literasi

Literasi sebagai sebuah aktivitas yang sifatnya rutinitas


belum bisa kuwujudkan secara serius, kurangnya kesadaran
diri serta komitmen dan konsisten yang belum muncul dari
dalam menjadi salah satu faktor penyebabnya. Meskipun
begitu, sebagai seorang yang terlibat secara langsung dalam
dunia pendidikan mau tidak mau mengharuskan diri untuk
melakoni dunia ini (dunia literasi). Mencebur diri dalam dunia
pendidikan berarti aku harus siap juga menyelami dunia
literasi, karena dunia literasi menjadi nafas utama dalam
dunia pendidikan. Matinya aktivitas literasi menjadi pertanda
bahwa pendidikan sejatinya kehilangan rohnya.
Melalui tulisan ini aku ingin menceritakan tentang sebuah
perjalanan hidupku dalam mengenal dunia literasi. Bagiku
berada dalam dunia literasi seperti berada dalam dunia yang
baru. Mengapa aku mengatakan seperti berada dalam dunia
baru? Pertanyaan ini perlu kujawab agar para pembaca yang
budiman tidak ikut terperangkap dalam kekakuan memahami

1
Jilid 8

dunia ini. Jawabannya karena selama aku mengenyam dunia


pendidikan aku hanya menulis saat ada tugas dari guru dan
dosenku, Artinya aku hanya melakukan aktivitas tulis menulis
hanya untuk memenuhi tugas dari guru dan dosenku saja,
selepas itu aku tak menghiraukan lagi. Bahkan masa-masa
dalam dunia kampus telah banyak komunitas atau organisasi
di mana aku bergelut di dalamnya. Tidak sedikit aktivitas
di dalamnya berorientasi untuk pengembangan diri lewat
diskusi dan kajian, dengan kemampuan individu-individu
serta latar belakang di dalamnya, mereka turut berkontribusi
dalam mewarnai pemikiranku. Tak sedikit waktu kuhabiskan
untuk mempelajari berbagai disiplin ilmu. Ilmu-ilmu
sosial dan humaniora tak ketinggalan untuk dipelajari

  

  
 



kajian keislaman menjadi konsumsi keseharian kami. Lewat


komunitas (organisasi sosial kemahasiswaan) itu pula kami
turut berpartisipasi membangun masyarakat kampus yang
berkarakter ilmiah Illahiyah. Selama mengenyam pendidikan
di bangku perkuliahan aku lebih banyak menghabiskan
waktu berdiskusi dan mengkaji berbagai isu dan wacana
kontemporer serta mengurus organisasi.
Baru aku menyadari, bahwa selama berada dalam
organisasi dan dunia kampus aku telah mengabaikan satu hal
yang sangat penting. Yach..., kelemahanku selama ini rupanya
aku terlalu kaku memahami organisasi, aku terlalu asyik
dengan diskusi dan membaca buku saja tetapi mengabaikannya
dalam bentuk literasi. Seandainya aku melakukannya sejak
berada dalam dunia organisasi di bangku kuliah mungkin aku
bisa menghasilkan sesuatu karya yang berguna buat diriku
dan juga orang lain. Bukankah berorganisasi akan bergengsi
bila ditopang dengan spirit literasi. Menyesal memang tak ada

2
Ensiklopedi Penulis Indonesia

gunanya, tapi lebih menyesal lagi kalau aku tak memulainya


walau dari sekarang. Aku yakin tidak ada kata terlambat untuk
mencoba sesuatu walaupun selalu selalu gagal di kemudian
hari, bukankah kata orang bijak bahwa kegagalan itu adalah
awal dari kesuksesan, bahkan ada juga yang bilang lebih baik
gagal setelah mencoba daripada tidak pernah melakukannya
sama sekali.
Yah..., aku memulai dan mencobanya, tapi aku memulai
dan mencobanya baru beberapa bulan yang lalu, karena baru
memulai dan mencoba inilah yang membuat aku seakan
berada dalam dunia dunia. Dunia baru yang tidak benar-benar
baru. Namun, karena nuansanya tampak terlihat baru, tidak
benar-benar baru karena aku telah lama melakukannya tapi
hanya sebatas menggugurkan tugas dari guru dan dosenku,
nuansanya tampak baru karena karena dalam menuangkan
berbagai pemikiran dan pengalaman, aku mulai belajar untuk
mengikatnya lewat tulisan. Sebagai penulis pemula aku harus
memulai dengan tulisan yang sederhana saja, pelan pelan
aku juga berusaha untuk menulis tulisan yang berbasis teori
yang ditopang oleh data dan fakta, sebagai seorang akademisi
mau tidak mau akan berhadapan dengan tulisan-tulisan yang
dinilai serius (karya ilmiah).
Menulis bagiku bukanlah perkara mudah dan bisa
dilaluinya secara instan. Selain ketajaman analisisnya,
diperlukan bacaan dan pengetahuan yang luas, ketersediaan
data, keuletan, kesabaran dan komitmen yang kuat untuk
menghasilkan karya yang bermutu (khusus karya ilmiah).
Berbeda dengan tulisan lepas di media cetak dan elektronik,
tulisan kita harus ada sisi kemenarikannya yang sifatnya
aktual. Jika tidak, sebagus apapun tulisannya, se-kreatif
apapun metodenya, dan sebagus apapun gaya selingkungnya,

3
Jilid 8

dan walaupun substansi isinya sangat dalam dan tajam,


tulisan kita tak akan terlihat menarik. Inilah yang menjadi
alasan mengapa tulisan kita tidak terpublikasikan di media
baik media cetak maupun media elektronik.
Terkadang ketika memulai menulis sesuatu, tak jarang
kendala menghampiriku, mulai dari merangkai huruf menjadi
satu kata, merangkai kata menjadi sebuah kalimat, sampai
merangkai kalimat dalam bentuk paragraf. Tak berhenti sampai
di situ saja, menulis bagiku tak semudah bila dibandingkan
dengan mengucapkan (diskusi dan kajian). Kadang ide muncul
dan hilang dalam sekejap, tak memberitahukan kepadaku
kapan datang dan perginya. Karena memang demikian yang
kualami dan kurasakan, maka bagiku menulis terkadang
gampang-gampang susah. Gampangnya karena tulisan
(puisi, cerpen, pengalaman dan perasaan) tak membutuhkan
teori yang berbelit-belit, tulisan akan terus mengalir bagai
air yang mengalir deras dari hulu hingga hilir. Susahnya
karena tulisan (ilmiah, teoritis, akademik) sangat diperlukan
kejelian dan keterampilan khusus, katajaman analisis, alur
 
  




 
 

dengan disiplin ilmu tertentu.


Meskipun demikian, sebagai penulis pemula, aku
harus mampu melewati setiap tantangan dan kendala yang
menghampiriku. Dalam keyakinanku sudah tertanam
kuat bahwa kemajuan suatu bangsa sangat tergantung
dari berkualitas atau tidaknya generasi yang ada sekarang.
Berkualitas atau tidaknya generasi sekarang dapat dinilai
dengan melihat perilaku (karakter), tutur kata (kualitas
bahasa) dan karya yang dihasilkannya. Untuk menggebleng
generasi emas maka dunia pendidikan harus mampu
melahirkan generasi yang terdidik dan yang mendidik.

4
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Lantas apa kaitannya dengan dunia literasi yang kumaksud?.


Jawabannya adalah bukankah generasi bisa berkualitas
apabila ia mau berusaha, rajin dan tekun belajar. Mau berusaha
untuk mencari pengetahuan dan pengalaman baru, rajin
melaksanakan tugas dan kewajibannya dan selalu meluangkan
waktu setiap hari untuk belajar. Apabila aktivitas-aktivitas
semacam ini dibarengi dengan kegiatan literasi yang rutin
juga, maka suatu saat akan ada generasi emas dan berkualitas
sebagaimana harapan kita semua.
Perlu untuk diketahui bahwa dunia literasi telah
menyumbang pemikiran yang cukup maju dalam membangun
peradaban umat manusia. Bahkan di negara-negara maju
mereka tetap meruwat aktivitas literasi di dalamnya. Banyak
Mazhab pemikiran yang lahir dan berkembang di berbagai
negara merupakan efek dari semangat mereka mengabadikan
gagasannya dalam dunia literasi. Sebagai contoh Jerman
terkenal dengan Mazhab Frankfurtnya, Prancis terkenal
dengan Mazhab Annalesnya, Inggeris dengan Mazhab Brittish
dan Birminghamnya, Amerika terkenal dengan Mazhab
Chicagonya, Iran terkenal dengan Mazhab Qomnya.
Sementara di Indonesia sendiri kita lihat di Yogyakarta
ada Mazhab Bolak Sumur dan di Makassar ada Mazhab
Gunung Sarian. Selain itu, para aktivis penggiat literasi mulai
menjamur di berbagi kota-kota besar yang ada di Indonesia,
beberapa diantaranya seperti Forum Lingkar Pena, Sahabat
Pena Nusantara, Kalaliterasi di Makassar, Literacy Institute di
Kendari, Komunitas Baca dan Menulis di Yogyakarta, Forum
Aktivis Menulis Indonesia yang berpusat di Pare, Kediri dll.
Komunitas-komunitas tersebut telah menggaungkan literasi
baik dalam dunia nyata maupun dalam dunia maya dan
karya-karya mereka telah disebarluaskan baik dalam media

5
Jilid 8

cetak maupun dalam media elektronik.


Keberadaan komunitas diberbagai daerah tentu membawa
pengaruh yang cukup luar biasa terutama terwujudkannya
kesadaran berliterasi di kalangan pelajar dan pendidik
terutama yang berada dalam dunia pendidikan. Keberadaan
mereka juga ikut membangunkan diriku dan membuat aku
merasa terpanggil untuk bergelut bersama mereka. Dari
komunitas inilah, walaupun lewat sosial media, aku mulai
sadar tentang pentingnya dunia literasi. Aku harus bangun
dari tidur lelapku dan mulai untuk menulis.
Yah..., aku harus menulis sesuatu baik berupa pengalaman,
perasaan hati maupun menulis sebagai kebutuhan akademik
(tulisan ilmiah berbasis teori). Hasratku semakin menggebu
untuk terus belajar dan berusaha terus untuk menulis sebagai
cara untuk mengabadikan diri. Aku tak peduli apakah hasil
tulisanku berkualitas atau tidak, dibaca oleh orang lain atau
tidak, yang aku pikirkan dan yang harusku lakukan adalah
belajar dan memulai menulis. Setiap tulisan yang saya ulas
saya simpan dalam folder khusus supaya suatu saat esai-esai
ini bisa dipublikasikan dalam bentuk buku agar bisa dibaca
oleh banyak orang. Selain itu, beberapa tulisan lepasku telah
terpublis di dunia maya seperti di Matakita.com, Kabarnews.
com, kalaliterasi paradigma institute dll.
Buku yang sudah terbit sebagai buah karyaku baru
satu, dengan judul “Islam Transnasional: Sebuah Geliat
Gerakan Hizbut Tahrir di Indonesia Era Kontemporer” telah
diterbitkan oleh literacy institute cetakan pertama Juli 2017
dengan nomor ISBN 978-602-60907-9-9. Substansi buku ini
  
  
   
 

 
 

sebuah ormas yang bernama Hizbut Tahrir, buku ini menjadi


penting karena menjawab terkait persoalan yang sedang

6
Ensiklopedi Penulis Indonesia

baru-baru ini masih hangat diperbincangkan di Indonesia dan


dunia baik secara sosial, politik dan budaya maupun dibahas
secara akademik, sehingga buku sangat recomendate untuk
anda. Meskipun baru satu buku yang sudah diterbitkan,
aku tak harus berkecil hati apalagi sebagai seorang yang
baru belajar menggeluti dunia literasi. Buku-buku lain
(buku antologi yang dimotori oleh FAM Publisher) masih
dalam dapur penerbit. Saat ini aku masih merampungkan
sebuah buku dengan judul “Dualisme HMI: Korban Sesat
Tafsir Asas Tunggal Pancasila” doakan semoga awal tahun
2018 bisa rampung. Tulisan lain yang sudah di publis dalam
bentuk Jurnal seperti Gerakan Islam Transnasional; Sebuah
Nomenklatur, Sejarah dan Pengaruhnya di Indonesia yang
diterbitkan oleh Yupa: Historical Studies Journal vol. 1 No. 1.
Januari 2017 dengan ISSN 2541-6960 dan tulisan tentang Asas
Tunggal Pancasila dan Politik Hegemoni Ideologi di Jurnal
Unmul Civis Educatian.
Mengapa aku harus menulis? Sebagai seorang yang
baru belajar sejarah, aku terinspirasi oleh ungkapan Sartono
Kartodirdjo (seorang dedengkot sejarawan Indonesia) kalau
sejarawan jangan seperti pohon pisang yang hanya berbuah
satu kali saja. Kata-kata seperti ini seakan memacu saya
menghasilkan banyak karya.
Sekarang yang perlu aku lakukan adalah menghasilkan
karya dalam bentuk tulisan, apakah karyaku berkualitas
atau tidak itu persoalan lain, namun yang terpenting dan
yang harus aku lakukan sekarang adalah mencoba dan terus
mencoba untuk menulis dan terus menulis. Pikirku lebih baik
menghasilkan karya walau dinilai tidak bermutu bagi orang
lain daripada tidak menghasilkan karya sama sekali. Selain
aku sendiri yang memulai menulis walau terbilang lambat,

7
Jilid 8

melalui tulisan ini juga aku ingin mengajak kepada siapa pun
dan di manapun berada agar bisa menuangkan gagasan dan
pemikirannya dalam bentuk tulisan.
Kata orang sih apa pun makanannya minumannya teh
botol sosro, tapi buka itu yang aku maksudkan, aku ingin
mengatakan apapun profesi anda maka menulislah. kenapa
saya perlu juga mengajak anda?. Karena pada prinsipnya,
menulis bukanlah sebuah profesi baku dan kaku dalam setiap
aktivitas dan rutinitas kita. Menulis hanyalah berawal dari
kebiasaan untuk menulis apa saja dan dari mana saja walaupun
terlihat biasa-biasa saja. Ilmu agar tidak berlalu begitu saja
yang terdengar di telinga kita dan yang dibaca oleh kita maka
perlu bagi kita untuk menuliskannya, karena menulis menjadi
salah satu cara untuk mengikat ilmu dan pengetahuan yang
kita dapatkan.
Bagiku menulis tidak hanya terpaku pada profesi
tertentu, karena menulis bisa dilakukan oleh siapa pun dan
tanpa mengenal apapun profesi kita. Menulis juga tak perlu
membutuhkaan segudang teori, teorinya cukup sederhana
yaitu tulislah apa yang ‘didengarkan’ dan ‘diucapkan’.
Hanya saja yang terpenting menurut saya, jikalau kita mau
mempublis tulisan, alangkah baiknya tulisan kita dibaca ulang
berkali-kali, mulai dari ejaan kata, serta kata-kata dan kalimat
yang dituliskan tidak menyinggung SARA dan diusahakan
bisa bermanfaat buat orang lain. Jika tulisan bermanfaat buat
orang lain, maka menjadi ibadah buat kita (ibadah sosial).
Selain itu, menulis tentu tidak membutuhkan modal yang
susah apalagi sulit untuk dijangkau dan dibayarkan oleh kita.
Modal bagi siapa pun yang mau menulis hanyalah kemauan
untuk mencoba dan memulai melakoni aktivitas tulis menulis.
Sebagai kata penutup untuk mengakhiri tulisan ini, saya

8
Ensiklopedi Penulis Indonesia

menggajak siapa pun, menulislah kapan pun dan Diana pun


anda berada, karena menulis adalah salah satu cara bagi kita
untuk mengabadikan diri.
Penulis berdomisili di di Jln Banggeris Kampus FKIP
Unmul (Gedung M). Kel. Karang Anyar Kec. Sungai
Kunjang Kota Samarinda. Email: aksa131288@gmail.com HP.
085397508064.

9
Jilid 8

Angga Kusumadinata
Perjalanan “Sang Dengkul”

Ia yang terbiasa dibilang orang-orang di kampungnya “Si


Liwar” alias bengal atau nakal pada masa kecilnya, tak pernah
bagi dirinya bermimpi menjadi seorang penulis. Setiap orang
di kampungnya pun tak ada yang mengira nasibnya sedikit
lebih baik dari kenakalannya saat itu. Anggapan itu wajar saja
jika melihat perjalanan hidupnya dimulai dari bangku SD.
Pada saat usia delapan hingga sebelas tahun ia sering pulang
lewat Maghrib, saking tergila-gilanya main atau seringnya
berburu layang-layang yang putus setiap musim layangan.
Setiap layang-layang yang tersangkut di pohon besar dan
tinggi selalu berhasil ia naiki, dan hanya dia satu-satunya
yang berani. Bahkan sampai berani menaiki bagian pucuk
pohon bambu yang menjulang tinggi, yang ketika turun ia
merasakan gatal-gatal. Ia sering terjatuh dari pohon beberapa
kali bahkan tak jarang hampir mengancam nyawanya, namun
beruntung nyawanya masih selamat. Pulang dari main
layangan tak jarang pula ia dipukuli oleh orangtuanya, karena

10
Ensiklopedi Penulis Indonesia

sudah terlampau jengkel menghadapi kenakalannya yang


luar biasa. Hampir tiap hari dinasihati sambil dipukul atau
paling tidak dijewer oleh kedua orangtuanya, satu sampai tiga
hari ia mau menuruti nasihat orangtuanya, esoknya kembali
lagi dan lagi seterusnya. Jengkel sudah, stress sudah kedua
orangtuanya. Namun kenakalannya itu hanya berlaku ketika
musim layang-layang, atau sebut saja nakal musiman. Di luar
musim layang-layang, ia biasa saja seperti halnya anak-anak
yang lain.
Masuk di bangku kelas lima, secara bertahap ia mulai
berubah. Ia mulai berpikir dewasa dari rasa sakitnya
dijadikan bahan olok-olok oleh setiap orang di kampungnya
yang karena kenakalannya setiap musim layang-layang. Juga
ia terfokuskan ke pelajaran yang pada waktu itu ia berhasil
masuk peringkat lima besar di kelasnya, yang merupakan
pencapaian terbaiknya. Berbekal pencapaiannya itu ia
semakin bersemangat untuk belajar dari waktu ke waktu.
Kali ini hari-harinya lebih sering ia habiskan membaca buku-
buku di perpustakaan, hingga terbukalah cakrawala mimpi-
mimpinya dari situ. Beberapa temannya terinspirasi dan
termotivasi oleh kesungguhan belajarnya. Berangkat dari
keluarga miskin namun ia tak pernah minder dari teman-
temannya, karena memang secara umum keadaan ekonomi
di kampungnya waktu itu sama-sama tergolong miskin. Ia
tak pernah mempermasalahkan soal berangkat sekolah tanpa
uang jajan, ada dan tidaknya uang jajan tak jadi penghambat
untuk berangkat. Berbeda dengan yang lain, yang justru
kebalikannya meskipun sama-sama miskin. Namun memang
wajar, karena itu memang hak yang harus diterima oleh
setiap anak. Ia harus sadar bahwa keadaan keluarganya tak
lebih baik dari yang lainnya yang sama-sama parah. Apalagi

11
Jilid 8

jika harus diperparah dengan kenakalan yang untungnya


telah ia tinggalkan, makin susah saja pastinya. Dari semangat
kesadaran inilah ia mencoba untuk mengerti dan tak mengeluh
dengan segala beban hidupnya termasuk beban mimpinya
yang semakin menggelora.
Tahun 2005 merupakan tahun penutupnya di bangku
SD. Babak baru untuk memulai mimpinya, yaitu mimpi
untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMP, pada waktu itu
yang mampu meneruskan sekolah ke SMP hanya bagi orang-
orang yang berkecukupan secara ekonomi. Dengan kata
lain di kampungnya saat itu masih jarang ditemukan orang
yang lulusan SMP, apalagi SMA masih terbilang langka. Ia
sangat sadar keluarganya tak mungkin dapat membiayai
pendidikannya dan akan lebih menyarankan untuk tidak
melanjutkan sekolah, paling disuruh cangkul kebun atau
nyaba (merantau). Dari situ justru ia mempunyai tekad kuat
yang tak bisa dihentikan oleh kedua Orang tua dan saudara-
saudaranya. Berbekal bantuan Gubernur waktu itu, ia optimis
melanjutkan sekolah. Tahapan demi tahapan berhasil ia
lalui, meski harus jalan kaki setiap hari pulang-pergi sejauh 9
kilometer. Meskipun di tengah perjalanan hidupnya selalu ada
tantangan yang jika ia tak sungguh-sungguh akan menutup
ruang mimpinya. Dan benar saja dengan semangat yang kuat,
jenjang SMP dapat ia tuntaskan dengan baik. Lega sudah ia,
dan tersenyum bangga bahwa “Si Liwar” yang pernah jadi
bahan olok-olok di kampungnya kini justru lebih baik dari
perkiraan banyak orang yang seolah memvonis anak gagal.
Benteng pertama berhasil ia tembus. Kini ia mulai kembali
memikirkan langkah selanjutnya yaitu melanjutkan ke jenjang
SMK.
Tahun 2008 merupakan awal tantangan yang lebih berat

12
Ensiklopedi Penulis Indonesia

baginya. Ia harus memahami berbagai resiko yang akan terjadi


dari keputusan nekadnya yang tak mungkin disanggupi
oleh keluarganya. Dengan modal nekad ini ia memaksa
dirinya untuk bisa melanjutkan ke SMK, apapun resiko yang
akan ditanggungnya. Sekali lagi, semua keluarganya sudah
angkat tangan. Di samping pihak keluarga merasa bangga,
keluarganya juga ikut merasakan kekhawatiran yang sangat
serius akan perjuangannya. Bantuan dari pemerintah memang
sudah ada, namun sama sekali jauh dari kata cukup. Di sinilah
perjuangan terberatnya. Ia urusi segala macam persyaratannya
sendiri, dalam banyak hal menyangkut keperluannya selama
menjalani pendidikan. Ia jarang melibatkan dan membebani
keluarganya. Karena memang ia sadar, “ini keinginanku sendiri.
Jadi harus kutanggung sendiri, sementara keluarga tak mungkin
harus kubebani”. Namun dorongan semangat dan doa tak henti-
hentinya tercurah dari saudara-saudara dan keluarganya.
Tahun 2010 sebelum kelulusan SMK, ia dihadapkan
dengan tekanan mental terberat sepanjang hidupnya.
Kepulangan Ibundanya setelah hampir 32 tahun dalam
kebutaan, mencabik batinnya begitu dalam. Tanggal 6
November 2010, itulah persisnya kepulangan itu terjadi
sebagai ujian terberat sebelum ia menghadapi Ujian Nasional.
Sempat down selama satu minggu, namun perlahan ia bangkit
kembali dan melanjutkan semangat berjuangnya demi
mimpi-mimpinya yang harus ia wujudkan. Akhirnya Juni
2011 ia dapat merampungkan pendidikan tertingginya saat
itu, dengan menyisakan beberapa tunggakan yang harus
ia bayar ke sekolah. Tunggakan sisa dari pembiayaan yang
telah ditanggulangi oleh beasiswa pemerintah. Itu pun karena
ia berusaha mencari uang tambahan setelah beres kegiatan
di sekolah, bahkan untuk keperluan keluarganya. Sempat

13
Jilid 8

tersenyum bangga, namun tak lama. Ia teringat Ibunda, dan


langkah apa lagi yang harus ditempuh setelah melewati beban
terberat ini. Tentu semakin ke depan akan semakin berat. Ia
yang segalanya hampir hanya dengan bermodalkan tekad
dan dengkul. Di SD ia tempuh jarak pulang-pergi 5 kilometer
dengan jalan kaki, di SMP ia tempuh jarak pulang-pergi 9
kilometer dengan jalan kaki, di SMK ia tempuh jarak pulang-
pergi 34 kilometer yang 9 kilometernya ditempuh dengan
jalan kaki. Sebagian besar perjalanan hidupnya ditempuh
dengan tekad dan dengkul. Sering pula ia dihadapkan dengan
situasi tersulit, yang jarang di temukan dan dialami oleh
orang pada umumnya, namun ia tak kenal lelah dan putus
asa. Demikianlah sekilas latar belakang hidupannya.
Pengalaman menulis sebetulnya pernah ia lakukan
sedari SD, SMP, dan SMK, dan sampai Sekarang. Namun tak
pernah ia sadari bahwa ia sudah melakukan kegiatan menulis
berbagai karya, entah itu karena lomba atau karena tuntutan
belajar dan bahkan tuntutan kerja. Karena sebelumnya tak
pernah ia membayangkan akan menjadi seorang penulis.
Yang menjadi inspirasi dan motivasinya adalah dari kegiatan
membaca tentang pentingnya menulis, profesi menulis,
dan selanjutnya kesadaran dirinya sendiri akan minat dan
bakatnya dalam menulis. Diawali dengan mencoba, terus
mulai berani berkarya. Selanjutnya mulai berani mengirimkan
ke media massa, terus mengirim ke banyak media. Meskipun
terlampau sering ditolak, bahkan beberapa percobaan pertama
karyanya ditolak semua. Pikirnya “jika sering ditolak, pasti ada
pula peluang untuk sering diterima” begitu yakin ia pegang
hingga dapat ia petik buahnya.
Yang menjadi angin segar pertamanya dan sekaligus
melejitkan semangat menulisnya terutama dalam karya

14
Ensiklopedi Penulis Indonesia

sastra jenre puisi yaitu: dimuatnya beberapa puisi berbahasa


Inggris pada salah satu media lokal. Padahal yang paling
banyak dan sering ia kirimkan adalah karya puisi berbahasa
Indonesia, tapi untuk dimuat sampai harus menunggu lama.
Pikirnya “apa puisi-puisi bahasa Indonesiaku nggak ada satupun
yang bernilai?, atau semuanya jelek?” setelah ia sabar menunggu
lama, sabar dan terus sabar sambil terus berkarya, akhirnya
beberapa puisi bahasa Indonesianya ada yang dimuat di
media massa lokal, pada tabloid dan majalah daerah di Jawa
Barat. Setelah itu barulah karya-karyanya agak sering muncul
di beberapa media. Yang paling mengesankan baginya adalah
ketika mengetahui untuk pertama kali karyanya dimuat
media massa, baik yang berbahasa Indonesia maupun yang
berbahasa Inggris, khususnya jenre puisi. Beberapa cerpennya
ada pula yang dimuat di media massa, salah satunya yang
berjudul “Semangatku Dalam Buaian Sudra”. Salah satu media
atau wadah yang menginspirasi dan memotivasi bakat
menulisnya adalah melalui kegiatan FAM (Forum Aktif
Menulias) Indonesia. Sampai saat ini ia masih tercatat sebagai
anggota aktif FAM Indonesia. Ia juga sebagai aktivis literasi
dan Perpustakaan di lingkungan sekolah atau pendidikan
dan sekitarnya. Dan di sisa hidupnya akan ia habiskan, salah
satunya dengan melakukan kegiatan “Ibadah Menulis”. Namun
niat baiknya itu masih terganjal dengan perasaan berdosaya
kepada masyarkat, dengan buruknya penyelenggaraan
program literasi yang pernah ia dan rekan-rekannya kerjakan
karena tak mendapat dukungan mental maupun material yang
proporsional. Namun ia tetap bertekad akan menyelesaikan
ganjalan hidupnya itu segera, dengan mencari dukungan dari
berbagai pihak yang peduli terhadap seni sastra dan literasi.
Angga Kusumadinata, lahir di Ciamis 05 Mei 1991.

15
Jilid 8

Beralamat di Dusun Tugu RT/RW 36/13 Desa Sukasenang


Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa
Barat. Kode Pos: 46268. Tahun 2011 setelah lulus SMK, ia
langsung mengabdikan diri sebagai Sukarelawan di salah satu
Sekolah Dasar. Pernah mengambil perkuliahan jurusan PAI
dan Bahasa Inggris, namun tak sempat ia tuntaskan. Saat ini
ia masih melanjutkan studi S1 PGSD di UT UPBJJ Bandung
Pokjar Tasikamalaya.
Mengajar bahasa Inggris sekaligus mengelola per-
pustakaan dan administrasi di SD Negeri 2 Sukaresik mulai
tahun 2011 sampai dengan sekarang. Ia aktif menulis,
sekaligus motivator bagi anak-anak di lingkungannya dalam
kegiatan membaca dan menulis. Dan berupaya menjadikan
perpustakaan sebagai rumah kedua bagi anak-anak, sebagai
sarana pengembangan diri dan sebagai langkah awal meraih
mimpinya.
Pernah mengikuti pelatihan kepustakaan Desember 2011
di Ciamis. Pernah aktif di English Club dan mewakili sekolah
(SMKN 2 Ciamis) dkk. dalam ASEAN Free Trade Area Simulation
Contest 2010 Tingkat Kabupaten. Tahun 2013, 2014, dan 2015
ia berhasil membawa anak didiknya menjuarai English Speech
Contest dan lomba Story Telling se-Priangan Timur dalam
ajang Darussalam Cup. Ia juga cukup aktif di masyarakat,
melalui keaktifannya pada BUMDesa (Badan Usaha Milik
Desa) Sukasenang.
Putra dari Bapak Rd. Amas dan Ibu Eroh (Alm.) resmi
bergabung dengan FAM (Forum Aktif Menulis) Indonesia
pada tahun 2016. Beberapa karyanya telah dimuat media
massa antara lain: Angga’s Poems collection (2 kumpulan
puisi berbahasa Inggris), beberapa kumpulan puisi bahasa
Indonesia dan juga cerpen beberapa kali dimuat di Tabloid

16
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Ganesha dan Majalah Bhinneka Karya Winaya. Dimuat juga


beberapa puisi yang berjudul “Durma” dan “Pak Tua Kecewa
Buta” di linikini.id (     "#$   
puisi-angga-kusumadinata). Puisi bahasa Inggrisnya yang
berjudul “Still Standing” menjadi featured poem of the week di
https://www.poetrysoup.com/ per tanggal 2 Juli 2017. Dimuat
pula di Majalah Persada Nusantara (artikel Islami), serta puisi
dalam antologi bersama.
Buku pertamanya ‘Nekropolis’ telah dilaunching di Kediri
bersama buku-buku dari penulis yang lain. Ia berencana
menerbitkan kembali buku kumpulan puisi dan cerpen, dan
akan terus menerbitkan harapannya dan harapan khalayak
umat. Untuk berdiskusi dengannya dapat mengirim surat
elektronik ke: dinataexcl@gmail.com atau HP/WhatsApp:
+6283826150347.

17
Jilid 8

Danu Supriyati
Menjalin Persahabatan dengan
Penerbit Indie

Penulis lahir dengan nama Danu Supriyati di Surakarta


era 80-an. Pemilik akun FB Danu Singgang Danu menempuh
pendidikan dasar di SDN 1 Madyocondro Secang Magelang
yang notabene waktu itu sekolah di pedesaan. Guru yang
tegas, berwibawa dan terus memacu siswanya agar tidak
minder memacu kami agar tidak kalah bersaing dengan
sekolah maju lainnya. Jaman SD merupakan awal penulis
menyuguhkan catatan pribadi. Waktu itu penulis (kelas V)
mendapat kesempatan membuat puisi untuk lomba perayaan
kemerdekaan RI tingkat desa. Meski tidak menang namun
cukup sebagai pembakar semangat untuk terus menulis.
Selanjutnya, penulis menempuh pendidikan di SMP N 5
Magelang. Ketika perpisahan kelas IX, penulis mendapat
kesempatan manggung bersama salah satu teman untuk
membacakan puisi karya sendiri. Standing applause dari hadirin
membayar lelah selama seleksi dan latihan. Setelah lulus,

18
Ensiklopedi Penulis Indonesia

penulis melanjutkan sekolah ke SMU N 2 Grabag Magelang.


Di tengah kesibukan sekolah, OSIS dan BANTARA, penulis
berusaha eksis untuk menulis. Berbagai catatan manual
berupa puisi, cerpen, curhatan teman penulis simpan rapi di
buku harian (diary book). Maklum, penghujung tahun 90an
belum jamak ditemui komputer, laptop apalagi gadget, yang
ada mesin ketik, itu pun hanya keluarga kelas tertentu yang
memilikinya. Penulis mendapat kesempatan untuk menulis
puisi berbahasa Jawa (geguritan) yang dibacakan saat
pertemuan guru dan wali murid.
Lepas SMU penulis menempuh pendidikan di Universitas
Negeri Semarang (UNNES) jurusan Fisika. Awal menjadi
mahasiswa merupakan ajang publikasi keterampilan diri.
Penulis masih tetap mengambil puisi sebagai jagoan kegiatan
makrab. Lumayan buat pemanasan untuk mendekatkan
diri pada kawan baru. Masuk dalam HIMA FISIKA UNNES
dengan jabatan awal kalau tidak salah anggota koordinator
perpustakaan jurusan terus naik jabatan jadi waka sekretaris
lanjut jadi bendahara setiap event kampus membuat kegiatan
menulis tersendat. Belum lagi waktu penulis juga aktif dalam
BEM FAK MIPA UNNES, praktis kegiatan menulis terhenti
karena harus berbagi waktu antara kuliah dan kegiatan
kampus. Penulis kembali aktif menuangkan ide setelah masuk
semester akhir. Jika otak sudah penat mengolah data skripsi,
menulis menjadi hiburan tersendiri. Obsesi penulis kala itu,
skripsi selesai, novel dapat induk penerbit. Banyak cemoohan
yang penulis terima karena sampai lulus kuliah pun, proyek
novel tidak pernah terealisasi. Penulis sering dianggap
bagaikan pungguk merindukan bulan.
Menyandang predikat S.Si, belum cukup bekal untuk cari
kerja. Penulis pun melanjutkan study ke Universitas Negeri

19
Jilid 8

Yogyakarta (UNY) untuk mengambil akta mengajar. Gempa


Jogja tahun 2006 membuat kuliah mundur satu semester dari
target.
Setelah lika – liku stripping kuliah, akhirnya penulis
mengadu nasib untuk jadi pengajar. SMU Muhammadiyah
Magelang menjadi inang pertama bagi penulis untuk mengajar
selama kurang lebih tiga tahun. Pernikahan mengharuskan
penulis ikut suami hingga nasib membawa penulis sebagai
pengajar di SMK Muhammadiyah Kebumen selama kurang
lebih tujuh tahun.
Naskah penulis berhasil dipublikasikan justru setelah
menyandang predikat istri dari Singgang Edy Priyanto, S.Si.
Dukungan penuh dari suami merupakan katalis asa yang
sempat surut.
Tahun 2014 adalah titik balik penulis memberanikan
diri untuk go public. Mengikuti berbagai macam event yang
waktu itu sedang booming di media sosial. Antologi cermin
Fatamorgana Perpisahan bersama cafe books yang dicetak
oleh Hemat Publishing menjadi langkah awal partisipasi
penulis di dunia literasi. Naskah demi naskah pun menyusul
dan tergabung dalam berbagai antologi bersama para penulis
hebat lain diantaranya:
x Antologi puisi Sembilan Dzulhijjah di Arafah; Antologi
puisi Surat Cinta Untuk Abak; Antologi puisi Halaqah
Cinta bersama Raditeens publisher
x Antologi kisah inspirasi Menjadi Wanita Paling Bahagia;
Antologi puisi Cahaya 99; Antologi Tak Ada Kata
%&
' 
* <
= 
*>

Z>
[

bersama penerbit asrifa


x Antologi puisi Karena Aku Memilihmu; Antologi puisi
Pelangi di Ujung Pena; Antologi puisi Katanya ini cinta

20
Ensiklopedi Penulis Indonesia

bersama Pena House Agency


x Antologi kisah inspirasi KAPUR&PAPAN (vol 1&2)
bersama komunitas guru menulis bersama penerbit
lingkar antar nusa
x Antologi cerpen Ulang Tahun bersama Goresan Pena
Publishing
x Antologi kisah inspirasi Masih Ada Pelangi di Matamu
bersama El Nisa publisher
x = 

 
]^ *>  
&
^  

publisher
x Antologi kisah inspirasi Hujan Bercerita bersama penerbit
Harfeey
x Antologi kisah inspirasi The Power Inspirative Story
bersama penerbit diandra
x Antologi kisah inspirasi Empati Demi Surgawi bersama
Kaifa publishing
x Antologi puisi Forbidden Love bersama penerbit meta
kata
x Antologi puisi Satu Bingkai Rupa Warna bersama penerbit
camar
x Antologi puisi Tak Perlu Menjelma Mawar bersama
Mafaza Media

Penulis juga pernah berpartisipasi dalam antologi kisah


inspirasi Aku Bangkit Setelah Terpuruk dan antologi puisi Ibu
Dalam Balutan Rindu bersama FAM Publishing. Sebenarnya
penulis sempat ragu ketika akan bergabung dalam event
besutan FAM Publishing karena dari sekian banyak event,
belum pernah satu pun naskah penulis lolos seleksi. Terbukti
bahwa FAM Publishing memang tidak sembarangan
dalam menyeleksi naskah. Hingga akhinya rasa was - was

21
Jilid 8

terbayar setelah mendapat email dari FAM Publishing yang


memberitahukan naskah penulis memenuhi syarat dan lolos
seleksi. Penulis juga sempat meluncurkan mini novel PESONA
FISIKA hasil kerja sama dengan penerbit indie Pustaka Pena
Pelangi. Mini novel ini sebagai bonus dari penerbit yang
sama karena penulis masuk dua besar antologi kisah inspirasi
menunjuk lukisan mimpi.
Pengalaman tidak mengenakkan yaitu ketika ikut proyek
penulisan modul mata pelajaran Fisika untuk siswa SMU.
Setelah kewajiban terselesaikan (berdasar kesepakatan lisan)
ternyata tidak ada kabar perihal kelanjutan modul tersebut.
Penulis sudah menghubungi owner namun sampai detik ini
belum ada itikad baik dari yang bersangkutan. Ternyata modal
kepercayaan saja belum menjamin suksesnya kerjasama di
kemudian hari. Pelajaran yang bisa dipetik adalah pentingnya
MOU secara tertulis sehingga ada payung hukum yang
melindungi naskah dan kerjasama dengan partner kita.
Sebagai penulis yang percaya pada jasa penerbit indie
tentu menggantungkan harapan besar agar karyanya dapat
dinikmati khalayak luas. Selama ini penerbit indie yang
bekerja sama dengan penulis sangat amanah. Kalau pun
ada penerbit indie yang sampai sekarang belum sempat
membukukan karya penulis, itu juga bukan kerugian yang
fatal karena penulis belum mengeluarkan biaya ke rekening
penerbit bersangkutan. Wajar jika ada kekhawatiran naskah
disalahgunakan di kemudian hari. Untuk mengantisipasi
hal tersebut, penulis tidak pernah jemu menanyakan kabar
ke penerbit tersebut. Dalam tenggang waktu di luar batas
kewajaran (misal 6 bulan ) jika tidak ada kepastian terbit
maka penulis mengajukan penarikan naskah pada penerbit
tersebut dan sejauh ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya

22
Ensiklopedi Penulis Indonesia

yang gagal dipublikasikan ke media cetak, penulis abadikan


melalui blog pribadi “ danusinggang.blogspot.co.id” agar
dapat dibaca oleh sahabat blogger dan sahabat sosmed lainnya.
Kritik dan saran selalu penulis nantikan untuk meningkatkan
kualitas tulisan selanjutnya.
Memilih resign dan fokus sebagai ibu rumah tangga tentu
bukan hal yang mudah. Penulis mengambil keputusan tersebut
agar dapat mendampingi masa emas tumbuh kembang
= 
` &
=
{
^  
 
  
 
  

Impian penulis selanjutnya tentu terus dapat berkarya tanpa


melupakan kewajiban mengurus rumah tangga, anak dan
suami. Akal digunakan untuk berpikir. Berpikir harus diiringi
dengan usaha. Usaha harus diiringi dengan doa hingga semua
indah pada waktunya. Man jadda wajada yang berarti barang
siapa bersungguh-sungguh akan berhasil. Dengan mengucap
bismillah, kembali ke dunia literasi, menulis demi kebaikan
dan semoga karya penulis semakin bermanfaat bagi umat.
Penulis berdomisili di Saragan RT 01 RW 01 Mrentul
Bonorowo Kebumen 54395. Email: danusupriyati07@gmail.com.
HP. 081229979377.

23
Jilid 8

E. Natasha
Beautiful Mind

“Jiwa-jiwa indah hanya mampu melihat keindahan


meski dari sebuah luka.” Sebuah kalimat indah yang terus
mengiringi setiap goresan penaku, membuatnya lebih
bermakna untuk berbagi terhadap sesama dalam sebuah
karya sastra.
Membuka mataku dan merasakan indahnya napas dunia
untuk pertama kalinya di sebuah kota yang terkenal dengan
jiwa boneknya, Surabaya pada tanggal 7 Oktober 1979 dengan
menggenggam dua budaya dan adat tradisi kedua orang
tua yang berpijak kuat antara Jawa dan Bali. Tanpa terasa 38
tahun sudah berlalu, dan jiwaku masih terikat pada untaian
kata-kata dan beragam bait-bait sastra.
Masih terekam jelas dalam ingatanku, suara mesin ketik
tua milik kakekku di Bali yang selalu aku pinjam untuk menulis
setiap malam. Kakekku dengan sabar akan duduk di kursi
sofa tua yang tidak jauh dari tempatku menulis, menemani
ribuan malamku yang terus merangkai kata. Saat itu usiaku

24
Ensiklopedi Penulis Indonesia

masih 12 tahun, seorang siswa SD yang memiliki indah


untuk menjadi seorang penulis besar. Dengan kesabaran, aku
membuat garis batas sisi kanan dan sisi kiri dengan sebuah
pensil di setiap lembar kertas untuk memenuhi persyaratan
pengiriman naskah sebuah media. Dengan kesabaran pula
aku akan mengganti kertas jika ada ketikan rangkaian kalimat
yang salah dan mengetiknya ulang. Setiap naskah cerita harus
bersih dan terlihat sempurna, demi sebuah publikasi dari
tangan seorang editor media.
Saat aku duduk di bangku SMP, karya pertamaku berhasil
dimuat di media cetak Wiyata Mandala. Membaca karyaku di
sebuah koran yang beredar di kalangan siswa-siswa sekolah di
Bali, air mataku jatuh karena bahagia. Bukan karena besarnya
honor Rp 15.000 yang aku terima saat itu, tapi kebanggaan
jiwa sebagai penulis mulai aku rasakan. Aku bahagia menatap
teman-teman sekolahku yang membaca karyaku meski hanya
sepenggal cerita. Tanganku semakin bergerak cepat mengikuti
nyanyian imajinasiku setiap malam. Keberanian dan rasa
percaya diri untuk mengirim naskah cerita pendek pada
media-media skala nasional seperti majalah ANITA, BOBO
dan berlanjut pada majalah ANEKA Yess! Sebuah nama Zara
Zettira seorang penulis cerita pendek yang karyanya sering
aku baca saat itu, selalu memberiku inspirasi dan motivasi
untuk terus melangkah maju.
Menulis di usia belia, tentu saja membuat karyaku masih
jauh dari tingkat kematangan. Semua kisah hanya berputar
dalam kisah cinta dan kematian selalu menutup akhir
perjalanan sang tokoh utama. Aku hanya menulis tentang
apa yang aku pahami saat itu. Semakin bertambahnya usia,
aku semakin menyadari bahwa napas kehidupan tidak
hanya berdiri dari sepenggal kisah cinta. Alur ceritaku

25
Jilid 8

semakin berkembang, seiring dengan meluasnya pergaulan,


&& >
 }
 
 >
&  >

persahabatan yang membuatku semakin memahami makna


pengorbanan dibalik kebahagiaan dan senyum orang lain.
Masa remaja yang indah, saat aku dedikasikan sebagian besar
waktuku demi solidaritas pertemanan. Tidak ada penyesalan,
karena dari sanalah terlahir ribuan kisah yang berakhir di
ujung pena.
Saat langkahku beranjak ke jenjang Universitas,
menyandang status sebagai mahasiswa fakultas Ekonomi
jurusan Managemen Keuangan angkatan 98, tentu saja semua
sahabat dekatku berpikir aku salah jurusan. Seharusnya aku
mengambil jurusan Sastra, sesuai dengan minat dan bakatku.
Tapi saat itu yang terpikirkan dalam benakku hanya satu, aku
harus memilih jurusan yang mampu menyentuh mayoritas
lapangan kerja. Bekerja dan mendapatkan penghasilan besar,
sehingga aku tidak akan pernah menghadapi masalah untuk
melanjutkan semangat jiwaku di dunia penulisan. Aku tidak
akan pernah mempermasalahkan besarnya honor tulisan
yang aku dapat, aku tidak akan pernah memulai pertengkaran
dengan penerbit manapun untuk setiap royalty publikasi
karya. Itulah pemikiranku saat itu, yang masih meragukan
status seorang penulis akan mampu menjalani kehidupan
dengan baik. Aku tetap melanjutkan pendidikan, dan bangga
memilih bekerja sebagai pegawai Bank.
“Jiwa penulis sejati tidak akan pernah terhentikan.”
adalah rasa yang mulai mengganggu di setiap mimpi
malamku. Aku kembali membaca beragam tulisan puisiku
dalam buku diary, aku kembali mengingat mimpiku untuk
bangga terlahir sebagai penulis yang sempat terkubur mati.
Dalam kesibukanku bekerja, aku kembali menikmati malamku

26
Ensiklopedi Penulis Indonesia

dengan menulis beberapa cerita pendek yang telah diterbitkan


di media harian Bali Post. Aku kembali pada dunia yang
menjadi impianku sejak kecil. Memberi motivasi dan inspirasi
banyak orang, membantu meringankan penderitaan orang
lain melalui sebuah cerita.
Langkahku sebagai penulis semakin terbuka saat aku
mendapatkan pekerjaan sebagai editor in chief sebuah media
cetak di Bali, emvee magazine selama 3 tahun. Menerima,
membaca dan mengedit naskah adalah pekerjaanku setiap
hari, bahkan aku harus menulis artikel jika kontributor
terlambat dan melewati batas tanggal naik cetak. Disinilah
aku banyak belajar tentang mengembangkan sebuah bisnis
media. Kekuatan sebuah artikel tidak hanya mengandalkan

 
   


 


sebagai penunjang juga memberi kekuatan besar seseorang


untuk membaca sebuah naskah. Disinilah aku memahami
bahwa profesi penulis juga bisa diperhitungkan, ditambah
 
 

> 
 ~ 
 
 

harga setiap artikel akan lebih mahal.


 
 
    Aku akan
selalu memberikan jawaban, IYA! Untuk menjadi seorang
kontributor, terutama media luar negeri. Seorang penulis
dituntut untuk mengirim naskah beserta foto. Hanya penulis
yang memahami gambar untuk tulisannya sendiri. Tentu
ini tidak akan menjadi masalah bagi penulis kaya yang bisa
membeli foto, tentu ini juga bukan masalah untuk penulis
yang memiliki banyak teman fotografer. Bagaimana dengan
penulis yang tidak memiliki dana lebih untuk membeli foto
dan tidak memiliki teman seorang fotografer? Harus belajar

 >

~
 
> 
 

&  



 
&~


 ~ 

27
Jilid 8

tulisanku, sehingga aku bisa terlepas dari beban minta foto


 



~
 
 



yang kadang membuatku harus menunda untuk mengirim


sebuah karya. Dengan bekerja di media, aku banyak belajar
untuk menjadi seorang Independent Writer!
Beragam interview tokoh narasumber telah aku lalui,
membawaku pada beragam kisah bahagia dan air mata. Saat
pemilik media memutuskan untuk go international dengan
merubahnya menjadi bahasa Inggris, aku semakin memiliki
tantangan untuk belajar menulis dalam bahasa Inggris.
        
   semua penulis tentu
merasakannya di awal perjalanan saat karya kita merambah
pasar internasional dan tidak ada pilihan lain, kita harus berani
menulis dalam bahasa Inggris. Aku tidak pernah menempuh
pendidikan khusus untuk memperdalam bahasa Inggris, aku
hanya mengandalkan pergaulan dengan memperbanyak
berinteraksi dengan teman-teman asing dari berbagai
kalangan profesi di Bali. Jangan sedih, masih banyak negara-
negara lain yang ternyata juga masih tidak terbiasa dengan
bahasa Inggris. Bergaul dengan teman yang berasal dari
Brasil, aku bisa belajar bahasa Portugis. Bergaul dengan teman
yang berasal dari Bosnia and Herzegovina, aku bisa belajar
bahasa Croatia. Bahasa Hindi, Italy, Germany, semuanya
aku pelajari dari teman-teman pergaulan. Orang asing tidak
akan tertawa melihat kesalahan tulisan kita, mereka justru
akan membantu dan membuka jalan untuk kita belajar. Itu
yang aku kagumi dan pelajari dari cara berpikir orang asing,
mereka sangat menghargai kesalahan dari orang-orang yang
memiliki semangat untuk belajar. Setiap orang adalah guru,
belajarlah dari setiap orang yang kamu kenal.
Belajar bahasa asing penting bagi seorang penulis,

28
Ensiklopedi Penulis Indonesia

terutama bagi penulis-penulis yang ingin go international,


penulis yang ingin mengirim karya ke banyak media asing di
luar negeri sebagai contributor atau content creator. Kita bisa ikut
mempromosikan pariwisata Indonesia melalui sebuah karya
ke mancanegara. Traveling, menulis, mengambil gambar dan
dibayar! Adakah yang lebih indah dari kehidupan seorang
travel writer?
Menjadi Contributor atau Content Creator adalah jalan yang
aku pilih setelah lepas dari bekerja di media. Aku menikmati
kebebasan sebagai seorang penulis yang bisa mengirim karya
ke media manapun, terutama ke berbagai platform media asing
yang saat ini banyak berkembang dan semuanya berbayar.
Aku tidak pernah lagi meributkan besarnya royalti dari semua
e-book novel yang aku tulis. Uang beredar di media sosial, itu
benar! Bergabung di komunitas penulis mancanegara adalah
pilihanku. Dari sanalah aku memahami, bagaimana seorang
penulis bisa hidup dari sebuah karya-karya penulisan kreatif.
Bahkan banyak penulis asing yang bersedia membayar
penulis lain untuk memberikan review dari novel yang akan
dia terbitkan. Dari penulis-penulis asing juga aku banyak
belajar, bahwa menjadi seorang penulis tidak harus terjebak
dalam ruang yang bernama Novel!
Banyak jalan, banyak bidang, banyak ruang yang
bisa dipilih. Tentu, semuanya tergantung dari kapasitas
wawasan yang dimiliki oleh seorang penulis. Mengapa
harus menghabiskan banyak waktu untuk berperang dengan
penerbit masalah royalti? Terus melangkah dan berkarya,
itu lebih baik menurutku. Jangan terjebak dalam satu ruang
dan menghabiskan energi untuk melawan sebuah peraturan.
Setiap perusahan memiliki kebijakan dan sebagai penulis yang
datang dan tahu tata karma, seharusnya bisa menghormati

29
Jilid 8

aturan tuan rumah. Datang dengan sopan, ketuk pintu, baca


aturan di dinding, jika tidak setuju ucapkan terima kasih dan
pergi. Rangkaian kalimat hujatan seorang penulis di sosial
media untuk sebuah penerbit, hanya menandakan dangkalnya
wawasan penulis tersebut. Cerita dunia ini tercipta tidak hanya
dari satu pintu, dan jangan lupa bahwa karakter seseorang
bisa dilihat dari kehidupan sosial medianya -
Perjalananku sebagai content creator dan banyak foto
yang aku upload di sosial media, membawaku pada satu
 
 


]
= 
= 
= >

dia berpikir aku adalah seorang fotografer professional ha


ha ha… Akhirnya aku bergabung dalam tim Notindoor
Photography Magazine selama satu tahun, menulis dengan
berkolaborasi beberapa fotografer profesional Indonesia.
Bisa membawakan berita tentang Indonesia, membawa
kebanggaan tersendiri bagiku sebagai seorang penulis. Dari
sinilah karir internasionalku berkembang. Berkenalan dengan
banyak fotografer dunia, membuka jalanku lebih jauh dari
apa yang aku bayangkan. Semakin banyak tawaran menulis
dari media asing dengan berbagai macam platform, tentunya
harus dengan disertai kualitas foto penunjang yang masuk
standar mereka atau karya tulis itu akan ditolak. Masih tidak
>

  

&~
€

Amerika dan UK adalah Negara dengan pembaca terbaik


untuk mempromosikan karya tulisan, itu menurutku. Jadi aku
memilih untuk menulis di berbagai platform yang berbasis di
dua Negara tersebut. Pembayaran melalui paypal, beres kan?
Aku bisa menulis dari manapun, termasuk dari dalam ruang
sebuah tenda di pegunungan.
Tentang pertemanan, aku hanya ingat satu kalimat.
“Jika kamu sukses, setanpun ingin menjadi temanmu!” Aku

30
Ensiklopedi Penulis Indonesia

tidak pernah takut kehilangan teman selama proses dimana


aku harus fokus untuk berkarya. Fokus itu hanya tentang
kekuatan kita untuk berkata TIDAK! Mungkin sudah banyak
kesenangan, kebersamaan bersama teman dan sahabat yang
aku tinggalkan saat ini, hanya untuk fokus menyelesaikan
sebuah karya. Semua ada masanya! Mungkin masa mudaku
sudah cukup untuk menggambarkan bahwa aku pernah hidup
dengan menjunjung tinggi bendera yang bernama solidaritas
persahabatan. Selalu mengikuti dimana keramaian itu berada,
tanpa aku pahami mengapa aku berada disana. Sekarang
sudah saatnya aku menulis sejarah kehidupanku sendiri dan
seorang sahabat akan bisa memahaminya, sahabat sejati tidak
akan pernah beranjak pergi.
Tentang penolakan naskah novel, aku juga pernah
merasakannya dua belas tahun yang lalu. Saat itu mungkin
tulisanku masih kurang matang dan alur cerita monoton. Tapi
hebatnya, mimpiku terlalu percaya diri untuk mengirimnya
ke penerbit besar ha ha ha… Kegagalan masa lalu tidak pernah
menghentikan langkahku, bahkan aku sudah melupakan
berapa kali aku menginjak tangga kegagalan dan terjatuh.
Semua akan indah pada waktunya, aku percaya itu
Jaman sudah berubah, sekarang sudah banyak berdiri
penerbit indie yang memberikan kesempatan pada penulis
untuk menerbitkan karyanya secara self publishing. Walaupun
masih banyak orang yang mempertanyakan kualitas karyanya
jika dibandingkan dengan published author, setidaknya penulis
sudah tidak perlu menunggu selama 3 bulan untuk kepastian
terbit. Selama ini semua karya novel yang aku tulis masih
berbentuk e-book karena aku masih mencari kualitas cetak yang
terbaik untuk semua cover novel milikku yang melibatkan
fotografer dan model-model dari Australia.

31
Jilid 8

Tentang semua kata pesimis teman dan keluarga,


aku juga merasakannya. Sudah ribuan pertanyaan yang

 = 
 
  
&
  

bisa digunakan untuk membeli nasi?” atau yang lebih


mematahkan semangat,”Apakah jadi penulis bisa kaya?”…
Jika memang nilai kehidupan hanya berpijak pada banyaknya
hitungan saldo rekening dan jumlah harta yang terlihat di
sosial media, lebih baik aku menjauh dari semua orang yang
memiliki pemikiran status sosial adalah segalanya. Semua
sindiran dan hinaan tidak akan bisa menghentikan langkahku
untuk terus menulis, aku bukan anak kecil lagi yang mudah
terpengaruh. Kedewasaan sudah membuatku mampu melihat
nilai kehidupan tertinggi yang sesungguhnya, seberapa besar
kamu bermanfaat untuk berbagi kepada sesama?
Tentang makna sebuah buku. Tidak hanya sekedar
menulis dan menerbitkan, tapi seberapa besar buku itu akan
memberi manfaat bagi banyak orang? Aku masih ingat semua
perjuangan setiap malam yang aku habiskan di warnet selama
tiga pulang, setiap pulang kerja. Saat itu aku masih belum
memiliki laptop, tapi aku terlalu gila untuk mencari klien
dan menawarkan betapa pentingnya memiliki sebuah buku
& 
% 
 >
 
 
 
> 
 

~ 
   >
&
 
&
& 
‚ 

pertama yang aku dapatkan sebagai seorang penulis adalah


seorang dokter yang berjuang bagi wanita untuk mencegah
kanker servik dan kanker payudara.
Akhirnya, buku itu terbit dan launching di berbagai
tempat, termasuk kantor-kantor instansi pemerintahan. Aku
bahagia membaca namaku di sampul depan bersama dua
orang dokter spesialis. Aku bahagia bisa berguna bagi banyak
wanita yang membacanya. Dari pembayaran penulisan buku

32
Ensiklopedi Penulis Indonesia

& 
&
„#
~ 
  
 
* &>† 

selama proses penulisan sembilan tahun yang lalu, aku bisa


membeli laptop tanpa harus mengharap bantuan dari orang
tua.
Aku menikmati setiap proses yang harus aku lalui
karena aku percaya, tidak ada kesuksesan yang abadi tanpa
perjuangan. Terima kasih untuk dr.Ananto Sidohutomo,
MARS di Surabaya yang sudah memilih dan percaya pada
seorang penulis yang saat itu belum memiliki sebuah karya
buku apapun.
Menjadi penulis adalah jalan hidup yang sudah aku pilih
dan sangat layak untuk selalu aku perjuangkan. Aku tidak
pernah menyesalinya, bahkan aku bangga terlahir untuk
menjadi seorang penulis. Menjadi seorang penulis naskah

 ~
 
 ~  >
Semoga ceritaku ini bisa memberi inspirasi bagi penulis-
penulis muda lainnya. Jangan pernah menyerah, tutup telinga
untuk semua kalimat pesimis yang datang, fokus dengan
impian yang sudah terbangun sejak awal dan memperluas
pergaulan dengan komunitas pikiran terbuka. Sebuah karya
bisa membawa kita lebih jauh dari apa yang pernah kita
bayangkan. Ikuti bakatmu dalam memilih profesi, seumur
hidup kamu tidak akan pernah merasakan bekerja, semangat!
Salam hangat dari Bali, life is not just for breathing.
Penulis berdomisili di Jl. Teuku Umar 133 Denpasar, Bali.
No.Hp: 081999255450. Email: natashabaliwriter@gmail.com.

33
Jilid 8

Gendhuk Gandhes
Keinginan Kuat untuk Terus Menulis

Kota Pekalongan, yang kemudian dikenal dengan Kota


Batik. Kota yang dekat dengan laut ini menjadi tempat berdiri
sebuah rumah sakit swasta yang waktu itu bernama Rumah
Sakit Budi Rahayu.
Di mana tepat tanggal delapan belas November siang,
lahirlah seorang bayi perempuan berkulit kemerahan dengan
kelopak mata tanpa guratan. Jadi mata gadis kecil itu mirip
orang Cina atau Korea. Dan sudah diyakini turun temurun
jika bayi lahir dengan kulit kemerahan maka tumbuh dewasa
nanti kulit itu akan menjadi putih bersih. Tetapi sebenarnya
lebih pada faktor gen sih. Sang Ibu bayi itu berkulit putih
bersih.
Anak kedua dari pasangan muda yang tinggal di Kota
Batang, sebuah kota Kabupaten yang berjarak limabelas
menit dari Kota Pekalongan itu sangat mendamba anak
perempuan, karena anak pertamanya seorang laki-laki. Sang
Bapak muda terlihat mondar-mandir bingung, tapi bahagia.

34
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Bingung karena nama yang disiapkan terasa kurang pas.


Bahagia karena setelah anak sulungnya laki-laki kini hadir
anak perempuan yang cantik. Pasangan itu sudah diberikan
kepercayaan oleh Tuhan mengasuh sepasang anak. Laki-laki
dan perempuan. Kedono Kedini, istilah orang Jawa untuk dua
anak berjenis kelamin satu lelaki dan satunya wanita.
Sang Bapak juga mengidolakan presiden RI yang pertama,
Ir. Soekarno. Siapa sih yang tidak menyukai dan mencintai
Soekarno, Presiden ganteng dan sangat pintar. Dan sang Bapak
juga menyukai salah satu istri beliau yang cerdas. Seorang
wanita Jepang cantik dan berpendidikan. Dialah Ratna Sari
Dewi. Maka diambillah nama Ratna Dewi dengan alasan yang
tidak diketahui, mengurangi nama Sari.
Jadilah bayi perempuan seberat 2,5 kg yang lahir pada
tanggal 18 November diberi nama Ratna Dewi. Diharapkan
suatu saat akan menjadi anak yang cantik, pintar dan berguna
untuk negeri ini.
Oya, di daerah Batang ada sebuah upacara adat untuk
anak-anak yang berusia belum genap satu tahun dan sebagai
peringatan pertama kali kaki sang bayi boleh menyentuh
tanah untuk diajarkan berjalan, yaitu tradisi tedak siten. Yang
artinya menyentuh siti atau tanah.
Balita bernama Ratna Dewi pun menjalani prosesi adat
tersebut. Dalam prosesi sederhana upacara tedak siten itu
sang bayi biasanya akan dibuatkan tangga dari batang pohon
tebu dan sebuah sangkar ayam, istilah di Jawa Tengah adalah
kurungan ayam. Tangga yang dibuat mini itu hanya terdiri
dari dua atau tiga susun pijakan. Merupakan perlambang
bahwa agar perjalanan hidup sang bayi akan selalu naik,
menanjak. Baik pendidikan, karir maupun kehidupan rumah
tangganya kelak.

35
Jilid 8

Ada kandang ayam yang berbentuk kurungan. Nah benda


ini akan dipakai untuk mengurung si bayi. Yang di dalam
kurungan tersebut akan diletakkan bermacam-macam benda
lain. Biasanya ada buku tulis, alat tulis, bola, mainan gitar,
mobil-mobilan maupun mainan alat musik. Kemudian si bayi
dibiarkan memilih salah satu benda-benda tersebut. Pilihan si
bayi akan diartikan sebagai pilihan karirnya nanti. Lucu kan?
Begitulah tradisi.
Dan si gadis kecil bernama Ratna Dewi mengambil
sebuah buku tulis beserta alat tulisnya. Barang-barang yang
lain di dekatkan ke Ratna Dewi, tapi tetap saja yang dia ambil
buku dan alat tulis. Bahkan saat dipancing dengan cara buku
dan alat tulisnya dikeluarkan lalu disembunyikan, eee dia
menangis mencari buku dan alat tulis tersebut.
Kemudian bayi perempuan yang sudah balita itu sangat
menyukai buku cerita. Sebelum memasuki usia sekolah,
gadis balita itu sudah suka corat-coret menggambar maupun
menulis meniru gambar atau tulisan di buku cerita yang ada.
Ada majalah Bobo, majalah Ananda, buku cerita Timun Mas,
Si Kancil, dan beberapa buku dongeng anak lainnya.
Di usia sekolah di bangku SD, bocah perempuan itu
semakin menyukai buku. Bahkan majalah Hai dia beli saat
uang saku yang dikumpulkan sudah cukup sebesar harga
majalah tersebut. Majalah Intisari, Trubus dan juga sebuah
majalah berbahasa Jawa menarik minat dia. Waktu itu majalah
Pantjebar Semangat. Ejaannya memang masih memakai ‘tj’.
Waktu terus bergulir. Gadis kecil yang bernaung pada
zodiak Scorpio itu semakin haus bacaan. Beberapa Koran
pun dicarinya baik yang terbit pagi maupun sore. Majalah
Gadis, Femina, Kartini menjadi santapannya juga. Beberapa
pengarang angkatan balai pustaka tak lepas dari jangkauannya.

36
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Layar Terkembang, Siti Nurbaya, Ketika Randu Berbunga,


dan masih banyak lagi.
Novel cinta, misteri dan detektif seperti karya V. Lestari,
S Mara GD, Leyla S Chudori, Arswendo Atmowiloto, Umar
Khayam, Agatha Christy, Sidney Sheldon, John Grisham,
buku Lima Sekawan dan terlalu banyak untuk disebutkan
satu-satu di sini. Di masa SMP pernah membuat majalah
dinding sendiri dan memulainya menulis sebuah puisi dan
karyanya sendirian terpasang sampai tiga bulan.
Di masa inilah Ratna Dewi mulai mencoba menulis.
Menulis apa saja yang ingin ditulis. Melihat kucing warna
bulunya indah, ia tulis. Ada pemuda cakep dia tulis, ada
wanita cantik dia tulis dan ada tukang parkir nakal dengan
tidak memberi uang kembalian pun ditulisnya.
Namun, semua tulisan itu hanya dia simpan di kamar
di dalam sebuah buku bergaris motif batik. Hingga suatu
hari dia baca sebuah majalah remaja yang isinya hanya
cerpen dan cerbung remaja. Dia seperti mendapat pelabuhan
untuk singgah. Dia membaca tiap majalah itu terbit. Jika
uang sakunya tidak cukup untuk membeli, maka dia akan
meminjam ke rumah teman. Meluncur naik sepeda jengki
waktu itu. Pokoknya jika berurusan dengan buku pasti
dikejarnya sampai dapat.
Dan suatu hari, ketika ada seorang pria hitam manis
bertubuh atletis berambut ikal yang berhasil adu argumentasi
dengannya selama kurang lebih satu jam timbullah hasrat
tak terbendung untuk menulis. Sejak perdebatan yang
membuahkan pertengkaran panjang membuat gadis itu
 
 
  

 
> 
 


mulut pria atletis yang tidak terlalu ganteng itu. Hingga


dengan kenekatan cerpennya mulai dikirim ke sebuah majalah

37
Jilid 8

khusus remaja. Entah sudah berapa kali ditolak naskahnya,


tapi semakin membuatnya penasaran. Suatu hari akhirnya
usaha gadis itu membuahkan hasil. Sebuah cerita pendeknya
terbit dengan judul Cinta. Waktu itu menggunakan nama
pena DN, Dewi Nugroho. Tetapi sayang kemudian kegiatan
menulis gadis itu terhenti karena dia mempunyai kelompok
bermain yang memanjakan hasrat petualangannya. Dari jalan-
jalan naik sepeda motor keluar kota sampai mendaki gunung
membuatnya lupa sebentar pada tulisan. Tetapi masih selalu
tertarik dengan buku, majalah, koran dan segala yang berbau
informasi.
Saat kuliah UNTAG (Universitas 17 Agustus) di Kota
Semarang gadis itu lebih akrab dengan koran maupun
majalah. Bersama sebuah komunitas penyalur majalah dia
ikut mendaftar memasarkan majalah pesanan dosen-dosen,
baik di Universitas swasta maupun negeri. Juga mengirim ke
beberapa pejabat di jajaran PEMDA. Majalah Tempo, Majalah
Gatra dan Majalah Forum juga menjadi dasar untuk gadis itu
mampu berbicara dengan para dosen dan beberapa anggota
DPRD waktu itu. Sesekali majalah SWA jika ada pelanggan
yang baik hati mau memberikan majalah bekasnya.
Perasaan ingin menulis dan terus menulis tidak pernah
padam, meskipun berpindah kota dan berpindah tempat
kerja, mulai dari perusahaan otomotif terkenal, lalu di sebuah
perusahaan lembaga keuangan non bank yang juga cukup
terkenal yaitu perusahaan pembiayaan/leashing untuk mobil,
hingga bekerja di perusahaan penyalur salah satu produksi
semen terkenal negeri ini, tapi tetap saja keinginan untuk
menulis selalu mengusik.
Dalam lingkungan kerja, Ratna selalu mendapat tugas
sebagai notulen acara-acara rapat, baik dengan rekanan

38
Ensiklopedi Penulis Indonesia

perusahaan maupun rapat di dalam perusahaan. Di antara


waktu-waktu kosong di kantor pun dia tetap menulis. Menulis
tentang lingkungan kerja dan gosip-gosip dirangkum dalam
tulisan.
Sebuah blog dengan nama pengguna Atna dibuat.
Kemudian berganti blog Cendrawasih. Berganti lagi nama
blog menjadi Tujuh Puluh. Tetapi semua hanya berisi
tulisan-tulisan iseng tak bertema. Dan akhirnya dibuatlah
blog Gendhuk Gandhes, yang berisi tentang cerpen-cerpen.
Tema diambil dari kejadian yang dekat di sekitarnya. Dengan
tulisan yang belum tertata EBI nya (dulu EYD). Plot juga masih
amburadul. Penokohan juga belum paham benar.
Tekad ingin bisa menulis semakin kuat ketika beberapa
teman sudah mulai ada yang menerbitkan tulisannya dalam
bentuk buku cetak. Rasa iri yang positif mendorong gadis itu
untuk bertanya, bertanya dan bertanya.
Berbagai situs menulis dia ikuti. Dalam menulis dia
masih menggunakan nama pena. Kali ini menggunakan
nama Gendhuk Gandhes. Ketika dia menulis dan tulisannya
mendapatkan komentar tentang plot, diksi, penokohan,
klimaks dan ending, rasa gembiranya tidak terkira. Dan
dia pernah meminta masukan dari seorang penulis muda
berbakat, Aditia Yudis. Ada di twitter @adit_adit, Johannes
Jonas (ketua dan anggota kelompok penulis di Surabaya, salah
satunya grup kepenulisan Dimensi Kata yang berisi penulis-
penulis keren).
Perjalanan berikutnya adalah Ratna Dewi dengan nama
pena selalu berusaha mengikuti kompetisi-kompetisi menulis.
Akhirnya salahsatu tulisannya mampu menjadi salah satu
tulisan terbaik menulis cerita anak dalam rangka agustusan.
Kompetisi yang diadakan oleh Storial.co, NulisBuku dan

39
Jilid 8

Giordano #Agustusan #OneIndonesia Let’s Play and Stand


Together. Bersama 14 penulis terbaik lainnya muncullah buku
cetak berjudul antologi cerita anak agustusan yang diadakan
oleh storial.co, NulisBuku dan Giordano. Yang bukunya bisa
dipesan melalui NulisBuku.com.
Mendengar nama besar FAM Indonesia atau Forum
Aktif Menulis Indonesia, maka Gendhuk Gandhes mendaftar
menjadi anggota. Dengan harapan menjadi anggota FAM
akan menambah semangat dalam menulis tidak hanya
  
 
 

~ 

 

  
 

Menjadi anggota FAM Indonesia dia juga berharap dapat


meningkatkan kualitas tulisannya dan mampu menembus
media massa di Indonesia tercinta ini.
Setelah tercatat sebagai anggota Forum Aktif Menulis
Indonesia, wanita ini berusaha membuat artikel dan diajukan
pada pihak FAM Indonesia dengan judul Dari EYD jadi
PUEBI. Dan alhamdulillah dapat terpilih sebagai salah satu
artikel yang tiap bulannya hanya dua artikel yang dipilih
untuk terbit di web FAM Indonesia. Artikel lain tentang tips
menulis cerita detektif juga telah terbit di web storial.co.
Demikian perjalanan menulis seorang wanita dengan
nama pena Gendhuk Gandhes.
Semoga penuturan singkat ini dapat memberi inspirasi
teman-teman yang masih ragu untuk mulai menuangkan
tulisannya. Jika ingin menjadi penulis, maka menulislah terus.
Seperti kata Kuntowijoyo :
• Syarat untuk menjadi penulis ada tiga yaitu menulis,
menulis dan menulis.
Jangan pernah berhenti menulis hanya karena sebuah
kritik atau komentar yang menurut kita pedas ya. Anggap
komentar pembaca sebagai masukan dan cermin untuk

40
Ensiklopedi Penulis Indonesia

membuat tulisan kita menjadi semakin baik.


Dan terus membaca. Seorang penulis bernama Hernowo
mengatakan bahwa Penulis yang baik, karena ia menjadi
pembaca yang baik.
Penulis berdomisili di Perumahan Mutiara Citra Graha
Blok G-1/ 16A Candi – Sidoarjo. Email: genduk70@gmail.
com. HP: 081 229 586 888.

41
Jilid 8

Husni Mubarrok
Semakin Terbakar

Menyesal dan kecewa terkadang juga memarahi diri


sendiri. “kok bisa-bisanya dulu tidak terlalu dekat dengannya, kok
biasa-biasa saja dengannya, padahal aktivitas itu hebat lho! mestinya
sih....dijadikan sahabat yang lebih dekat,” “syukurin sekarang kau
menyesal,” “seandainya saja engkau tahu begitu nikmat dan lezatnya
goresan tinta idemu, saat kau ayunkan jemari tangan untuk menulis
seperti sekarang, mungkin dari dulu engkau sudah memulainya,”
“memulai apa?” ya, memulai nulis, menulis dan menulis.
“Memang kamu sih, dasar too late! sekarang rasain, baru sadar
loe. kemarin-kemarin ngapain aja bro...” Ya sudahlah, sekarang
kan aku sudah memulainya. Hehe...
Dulu, sama sekali tak ada hasrat untuk menulis, jangankan
menulis, membaca saja, terasa berat, harus dipaksa dengan
susah payah, serasa ditumpuki batu besar berlapis-lapis, gos-
gosan tak berdaya, mau berontak tak cukup energi, belum lagi
ikatan tali “kemalasan” terus menjerat sangat kuat, tak bisa
terlepas meski berjuta upaya terus dicoba tapi serasa sia-sia

42
Ensiklopedi Penulis Indonesia

belaka.
Bagaimana mungkin aku bisa menulis? Sementara
membaca saja aku tak suka. Itulah aku, potret diriku, sang
Husni Mubarrok, yang lahir 30 Juli 1980 tahun yang lalu. Sudah
bergelar sarjana sekian tahun, bergelut dengan siswa sekian
lama, mengajar dan mendidik mereka bahkan sehari-hari
sangat dekat dengan buku pelajaran. Iya, sangat dekat sekali,
bahkan setiap hari buku itu menemani tasku yang selalu aku
bawa saat menunaikan tugas menjadi guru di sekolah.
Menjadi guru adalah pilihanku, profesiku sejak 2004 tahun
yang lalu sejak aku lulus kuliah dari Universitas Brawijaya
Malang, di usia 24 tahun. Memang benar sih!, aku suka dunia
pendidikan, dunia yang mengharuskan aku bisa berbagi ilmu
dengan murid-muridku di sekolah.
Profesi guru, memang sejatinya harus suka membaca
dan tentu harus suka pula menulis. Namun ternyata, kedua
aktivitas primer itu tak selalu mengikutiku. Bagiku menulis
itu sangat susah, butuh waktu lama untuk hanya sekedar
membuat satu paragraf, apalagi memaksa membuat artikel
yang paragrafnya berlembar-lembar. Woow, pastinya
berhari-hari bahkan berminggu-minggu harus kuselesaikan.
Membaca, apalagi menulis bukanlah kebiasaanku saat itu.
Aku memang membaca, karena itu bagian dari tuntutan
profesi, tapi sekali lagi, yang aku baca hanya sekedar buku
pelajaran yang memang ku ampuh di sekolah, tak lebih dari
itu.
Jarang menulis karena memang berat. Tak terlalu suka
&
& 

~
 



 

yang berlangsung sekian lama. Hari-hari di sekolah, kulalui


dengan biasa-biasa saja, beraktivitas layaknya guru pada
umumnya. Datang pagi mengajar lalu di sore hari kembali

43
Jilid 8

pulang ke rumah, seperti itu lah yang kulakukan terus


menerus. Aku merasa apa yang aku perbuat ini sudah cukup,
berada di zona aman apalagi tunjangan profesi pendidik
sudah kurengkuh, mau apa lagi coba? ya sudah jadi guru
pada umumnya saja.
Hingga pada akhirnya sebuah moment perubahan
menyapa diri, moment dimana aku merasa malu atas kualitas
diri yang aku rawat sebagai guru yang masih biasa-biasa saja.
Padahal, diluar sana, sudah banyak guru yang berkualitas
lebih, tidak hanya sekedar mengajar tapi lebih dari itu, menjadi
guru keatif, inovatif dan produktif melalui karya-karyanya.
Dan memang betul, disaat aku merasa nyaman dengan
kualitas diri yang aku punya, sebagai guru pada umumnya,
ternyata ada kualitas lebih yang dimiliki teman kerja seprofesi
di sekolah. Nilai lebih yang dimiliki teman itulah yang
kemudian meluluhlantahkan diriku berada pada zona aman
yang selama ini selalu kusanjung dan kupertahankan.
Merasa sudah menjadi guru baik, dengan rajin mengajar,
jarang membolos dan selalu aktif di kegiatan sekolah
hingga terkadang lupa urusan keluarga. Namun hanya
sebatas itu saja, sementara kualitas profesi guru pada aspek
pengembangan karya tak pernah terlintas dalam benakku.
Hingga datanglah sebuah tamparan keras dari temanku yang
mampu membangunkan aku dari tidur panjangku pada zona
aman yang selama ini selalu kuagung-agungkan.
Iya, teman seprofesi yang juga mengabdi di lembaga yang
sama, yang selama ini kuanggap biasa-biasa saja, ternyata
lebih dahsyat dari yang aku kira dan tentu jauh lebih bernilai
daripada saya, yang pada akhirnya aku bertekuk lutut dan
mengikuti jejaknya.
Dialah temanku, guru Bahasa Indonesia di tempat

44
Ensiklopedi Penulis Indonesia

kumengajar. Ia memang sosok sederhana, senang bergaul


dengan siapa saja, meski saat itu ia memikul amanah sebagai
wakil kepala sekolah urusan siswa, namun tetap saja,
kesederhanaan dan rendah hatinya menghiasi prilakunya.
Hingga suatu ketika, terdengar bisik-bisik obrolan santai di
ruang guru saat jam istirahat. Aku yang saat itu, berada tidak
jauh dari mereka, tanpa senggaja dapat menikmati obrolan
santai mereka.
Fokus yang dibahas adalah tentang sosok guru Bahasa
Indonesia yang baru saja menerbitkan buku, tentu bukan
sembarang buku namun buku keren yang diterbitkan penerbit
mayor.
Aku yang baru tahu tentang hal itu seketika ingin
mengecek kebenarannya. Bagaimana bisa, temanku tadi
mampu berkarya buku di penerbit mayor, padahal selama
ini aku mengenalnya sebagai sosok yang biasa-biasa saja,
tak pernah mendengar kualitasnya dalam mencipta buku,
mungkin karena sikapnya yang sederhana dan rendah hati
itulah yang membuatnya terlihat biasa-biasa saja. Dan memang
seperti itulah seharusnya kita. Menjadi pribadi santun, rendah
hati meski kualitas menggunung bukan sebaliknya pribadi
angkuh dan sombong padahal kualitas serba tiada.
Karena penasaran, akupun langsung menemuinya.
“Ustadz! sekarang punya buku karya sendiri ya....? katanya baru
terbit, boleh dong aku lihat!” tanyaku padanya, “Hehe...ustadz
Husni bisa saja, iya tadz ini bukunya” sembari mengambil
bukunya yang kebetulan ada dalam tasnya.
“Ustadz masih punya stoknya, aku beli 1 ya... tad?” tanyaku
lagi dengan antusias. “Insya allah masih ada, besok tak bawakan
ya...tadz” jawabnya sembari tersenyum.
Singkat cerita setelah buku diberikan, akupun langsung

45
Jilid 8

membacanya. Selama berhari-hari tak jemu aku mengiqro’nya,


kubaca dengan cermat hingga berkali-kali. Kuresapi di setiap
butir kalimatnya. Sungguh indah memang, pada setiap
kalimat yang ia tulis. Tulisannya memang sederhana namun
terlihat penuh makna. Terlihat betul kemampuannya dalam
mengolah realitas kehidupan untuk diambil pelajaran melalui
goresan tinta tangannya.
Aku semakin takjub, dalam hati kecilku bertanya “Kok bisa
ya...ustadz Adzi menulis buku dengan kalimat-kalimat indah seperti
ini, diterima penerbit lalu jadi buku, apakah saya juga bisa menulis
seperti ini?. Ya sudahlah tak perlu dibahas, tak usah mikir jauh-jauh,
menulis saja aku tak suka, bagaimana mungkin punya buku karya
sendiri” renungku dalam hati membenarkan.
Setelah hampir satu bulan kumenikmati untaian kata
dalam buku itu, akhirnya timbul keinginan untuk mulai
mencoba menulis, merangkai kata membuat paragraf. Hasrat
memang besar untuk segera mencoba, namun disetiap
mau melangkah, selalu saja ada hambatan yang menyertai.
Perasaan takut akan tulisan jelek selalui saja menghantui
belum lagi rasa malas terbalut ngantuk selalu menjerat mata
disetiap merangkai kata.
Menit terus berlalu hingga berganti jam namun tetap saja
hasil tulisan tak pernah bertambah apalagi berganti paragraf.
Kuakui, sungguh memang berat menulis itu, terlebih kalau
ide sudah buntuh ditambah gairah mulai meredup, pas
seperti lampu padam di malam hari, sunyi senyap mencekam
nan menakutkan.
Saat hati bergolak, perang batin antara hasrat untuk
menulis dengan tembol tebal berupa ide, yang tiba-tiba
tersumbat disertai rasa ngantuk yang terus menyelinap.
Tiba-tiba timbul bisikan hati yang terus memotivasi dan

46
Ensiklopedi Penulis Indonesia

memompah diri untuk terus melangkah dan mulai menulis


kendatipun berat adanya.
Seolah-olah ada tamparan keras pada diri dengan
umpatan penuh sayat. “Hai, kamu Husni! apa kamu ndak malu
dengan ustadz Adzi, sudah jadi guru sekian lama, tapi mana
karyamu? menulis saja engkau tak mampu, malulah sama dirimu,
 
       
   
Tamparan keras dari suara hati itulah yang akhirnya
membuatku luluh.Dan sejak saat itu, kuberanikan dan
kupaksakan diri ini untuk menulis, iya menulis dan terus
menulis kendatipun berat dan hanya mampu menulis meski
satu lembar saja.
Setelah beberapa lembar tulisan terkumpul, mulailah
kuberanikan diri mempublikasikannya meski hanya lewat
papan mading milik sekolah.
Saat itu, separuh papan mading sekolah yang sudah
lama dibiarkan kosong tanpa ada tulisan, benar-benar
kumanfaatkan dengan baik dengan tulisan-tulisan hasil
karyaku. Memang tak banyak yang membaca tulisanku itu,
sesekali hanya satu atau dua orang saja yang tertarik lalu
berhenti dan membacanya. Meski demikian tak menyurutkan
semangatku untuk terus menulis. Dalam hati kecilku berkata
       
segala rupa dan warna yang merintangimu, tak perlu ragu dan
pusing, teruslah melaju.”
Hingga pada satu kesempatan, ustadz Adzi datang
menemuiku sesaat setelah ia selesai membaca tulisanku, lantas
ia berkata “ustadz Husni, tulisanmu bagus, meski sederhana tapi
penuh makna, teruslah menulis ya...tadz” aku pun terdiam dan
tersipu malu, “masak pak, tulisanku bagus” tanyaku sekali lagi
tak percaya “Iya tadz, betul! Aku tidak bohong, teruslah menulis,

47
Jilid 8

nanti kalau sudah banyak, coba dikirim ke penerbit, saya punya kok
alamatnya, nanti saya kasih” jawab ustadz Adzi meyakinkanku.
Sanjungan ustadz Adzi itu betul-betul membikin aku
semakin percaya diri dan tak ciut nyali, “akhirnya, ada juga yang
memberi pujian atas tulisanku, dan hebatnya lagi dari sang penulis
yang sudah punya karya, wooh...subhanallah! Alhamdulillah”
ucapku dalam hati menghibur diri.
Meski setiap hari tak rutin menulis, paling tidak dalam
1 minggu, ada 1 atau 2 artikel yang berhasil aku selesaikan
untuk kemudian aku pasang pada mading sekolah. Inilah
komitmen yang tetap kujaga saat itu karena sebuah ambisi
mengikuti jejak ustadz Adzi yang mampu menghasilkan
karya buku.
Pada awalnya, komitmen ini terjaga dengan baik, akupun
rutin menulis bahkan dalam 1 hari mampu menyelesaikan 2
tema tulisan. Lantas bagaimana dengan kualitas tulisanku?,
apakah semakin bagus atau stagnan tanpa ada peningkatan?
Sudahlah, itu tak perlu kupikirkan, bagiku yang terpenting
aku berusaha menulis sebaik mungkin dan biarlah pembaca
yang menilainya. Karena aku percaya dengan kesungguhan
dan keistikamahan dalam menulis segalanya akan menjadi
lebih baik, termasuk pula perubahan kualitas tulisanku.
Saat spirit menulis sedang berada di puncak, pihak
yayasan-tempat kumengajar-memberikan aku kepercayaan,
sebuah jabatan sebagai wakil kepala sekolah bidang kurikulum
dan aku pun tak sanggup mengelaknya karena itu adalah
amanah yang harus kuterima dan kujalani dengan sebaik-
baiknya.
Sebagai wakil kepala sekolah, tugas dan kewajibanku
semakin banyak hingga aku pun tak mampu berbagi waktu
dengan aktivitas menulis. Bahkan karena kesibukan yang

48
Ensiklopedi Penulis Indonesia

semakin padat akhirnya aku pun tak sempat menulis. Kondisi


ini berlangsung kurang lebih 6 bulan, praktis tak ada lagi
tulisan-tulisan yang biasanya kupajang pada mading sekolah,
padahal jauh sebelumnya, sebelum aku menjadi wakil kepala
sekolah, kumpulan tulisanku sudah cukup banyak bersekitar
20 tema tulisan.
Sadar akan kondisi menurunnya gairah menulis, akibat
status jabatan baru yang kusandang. Akhirnya kubulatkan
tekad, kupompa semangat dan kusadarkan diri bahwa apa
pun keadaannya dan sesibuk apa pun kondisinya jangan lupa
terus menulis, menulis dan menulis hingga pada akhirnya
aku pun kembali menulis seperti tempo dulu sebelum jabatan
baru itu ku rengkuh.
Pernah suatu ketika ada event kepenulisan yang
diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ibu di akhir
tahun 2015 silam. Penyelenggaranya adalah LPL (Lingkar
Pena Lamongan) bekerjasama dengan Gramedia setempat.
Karena tertarik, aku pun mencoba kirim artikel pada event
itu. Sadar akan kualitas tulisan yang masih acak-acakan, maka
berguru pada ahlinya adalah solusi cerdas dan itulah yang
aku lakukan dengan ngangsu pakewuh kepada ustadz Adzi dan
sang maestro penulis yang sudah malang melintas-ustadz M
Husnaini. Setelah hasil pengkoreksian sana-sini demi kualitas
tulisan, bismillah ku kirim naskah itu ke panitia. Siapapun,
pasti berharap yang terbaik, menjadi juara dalam event itu.
Meski aku sadar atas kualitas tulisanku, namun tetap saja rasa
optimis menyeruak dalam benakku. Hehe... pede sekali.
=
>
 

%  
&
   >

Tuhan itu menurut prasangka hamba-Nya, jika yang kita


pikirkan itu baik, maka jadilah baik, pun sebaliknya, jika yang
kita pikirkan itu buruk, maka buruklah. Firman Tuhan ini

49
Jilid 8

selalu kupegang dan kujadikan sebagai landasan kuat supaya


diri ini tumbuh rasa optimis disetiap apa yang kita citakan.
Setelah beberapa bulan menanti, akhirnya para
pemenangpun diumumkan. Sungguh tak mengira dan tak
terbayang sebelumnya. Ternyata muncullah namaku dalam
pengumuman itu, terlebih sebagai juara 1. Subhanallah,
sungguh aku masih tak percaya, «apakah ini hanya mimpi?»
tanyaku pada diri, «tidak! ini nyata, ini fakta, kamulah
pemenangnya» batinku membenarkan. Tropy, bingkisan kecil
dan sejumlah uang adalah bukti nyatanya bahwa sekali lagi,
ini nyata bukan mimpi apalagi khayalan.
Setelah aku berhasil dalam event kepenulisan itu, gairah
menulisku semakin menjadi-jadi seperti bom yang siap
diledakkan, gairahnya semakin membuncah laksana bara
api yang membakar jiwa.Tanpa pikir panjang, kulanjutkan
menulisku. Tema artikel yang sempat tertunda akhirnya
kembali kugarap hingga beberapa hari berikutnya sampai
terkumpullah sekitar 40 tema tulisan. Begitulah kalau kita
konsisten, pada akhirnya akan tercapai meski melakukannya
setapak demi setapak dan pelan-pelan.
Selanjutnya, naskah yang berjudul “Ketika Guru dan Siswa
  "  #$ 
Perbaikan Diri” itu, akhirnya kukirim ke penerbit setelah
kutata rapi dengan saksama. “Bismillah, kalau sekiranya memang
berjodoh, tak akan lari kemana-mana” yakinku dalam hati.
Sembari menunggu seleksi naskah dari penerbit, aktivitas
menulis itu tetap kulakukan, aku sadar menjaga komitmen dan
istikamah untuk tetap menulis itu sungguh berat luar biasa,
siapapun penulisnya pasti pernah merasakannya, terlebih aku
sebagai penulis pemula yang masih biasa-biasa saja.Tanpa
disangka, nasib baik selalu menyertaiku. Naskah buku yang

50
Ensiklopedi Penulis Indonesia

kukirim ke penerbit mayor beberapa bulan yang lalu akhirnya


diterima. Subhanallah. Sungguh ini kuasa Tuhan, sebuah
nikmat agung yang selama ini menjadi cita-cita.
Beberapa minggu setelah naskah diterima. Kabar gembira
kembali menyapa. Sang maestro sekaligus guru menulisku
ustadz M Husnaini memasukkanku dalam komunitas Group
Whatsapp ABM (Aku Bisa Menulis). Dengan tangan terbuka
dan hati sumringgah akupun menyambutnya demi satu asa
semoga gairah dan kualitas tulisanku semakin terasa.
Group Whatsapp ABM (Aku Bisa Menulis) yang didirikan
oleh ustadz M Husnaini adalah lahan yang kaya gizi, penuh
energi dan sungguh dahsyat utamanya bagi aku selaku penulis
pemula. Dengannya naluri menulisku semakin terjaga, hasrat
menulisku semakin terpompa, setiap karya yang diposting tak
pernah sia-sia, selalu dihargai dan dihormati terlebih dikoreksi
dengan bijak dan santun. Sungguh group yang memikat hati
dan serasa di hati karena berisikan para pembelajar penulis
yang sedang merajut, mewujudkan mimpi menjadi penulis
sejati. Hehe..
Kurang lebih hampir tiga bulan setelah naskah diterima,
akhirnya buku karya perdanaku benar-benar diterbitkan. Buku
yang mengambil tema pendidikan dengan fokus renungan
dan motivasi bagi guru dan siswa benar-benar terpampang
dan terpajang rapi disudut rak-rak Toko Buku Gramedia dan
Togamas seluruh Indonesia. Woow keren.
Tak berapa lama setelah buku terbit, naskah buku solo
ku yang kedua, kembali dapat kurampungkan. Sungguh luar
biasa, perasaan puas menyelimuti karena naskah buku ini
aku garap dengan konsistensi tingkat tinggi. Bayangkan saja?
hanya kurang lebih tak sampai dua bulan, maksimal dua hari,
aku berhasil menyelesaikan satu tema, terkadang pula bisa

51
Jilid 8

lebih dari itu. Komitmen ini tetap kujaga dan kurawat hingga
terselesaikannya naskah itu.
Untuk meningkatkan kualitas tulisan dan menyemangati
diri. Biasanya aku berguru dengan cara berselancar di dunia
maya. Beranda teman-teman Facebook (FB) adalah sasaran
utamaku, terlebih teman-teman yang punya kapasitas sebagai
penulis. Melalui tulisannya yang kubaca pada beranda FB
mereka, aku jadi tahu dan semakin banyak belajar tentang
tulisannya dan tema-temanya. Bagaimana gaya menulisnya,
sejauhmana konsistensinya dalam memposting tulisan dan
sebagainya. Sungguh tak sia-sia berkawan dengan mereka.
Banyak yang saya kagumi pada teman-teman Facebook
saya, terkhusus mereka sebagai penulis. Selain berselancar di
dunia maya lewat tulisan-tulisan teman, membeli buku karya
mereka juga mulai ku rutinkan, tentu dengan melihat kocek
dan isi dompet pastinya. Hehe... Semua itu kulakukan demi
satu asa memompa semangat menulisku, sembari berproses
meningkatkan kualitas tulisan yang masih acak-acakan.
Untuk mempercantik dan memikat editor penerbit, supaya
kiriman naskah buku saya dilirik, maka pilihan testimoni dan
para endorsement harus tepat. Akhirnya kupilih beberapa
penulis yang sudah kukenal dan sudah malang melintang
dengan karya-karya hebatnya. Dan itu semuanya, kulakukan
dengan penuh harap semoga naskah buku saya kembali
berjodoh dan disambut dengan baik layaknya calon mertua
menyambut datangnya sang menantu idaman yang sedang
melamar putrinya. Mantap...
Beberapa bulan setelah naskah kukirim ke penerbit,
sembari menunggu hasil seleksi. Akupun kembali mengikuti
event kepenulisan, namun event kali ini adalah penerbitan
buku antologi. Karena tertarik dan ingin mengabadikan

52
Ensiklopedi Penulis Indonesia

namaku dalam buku itu sebagai salah satu penulisnya,


akhirnya bismillah, kucoba kirim. Tentu dengan perjuangan
dahsyat, terperas keringat dan tercucur air mata sebab
buah cinta dan sepatuh napas terkadang terabaikan karena
sibuknya menyelesaikan tulisan. Maafkan aku, wahai istri dan
anak-anakku tersayang. Cie..cie..so sweety.
Setelah selesai, kukirim lah naskah itu, sembari berharap
semoga kembali berjodoh. Dan satu bulan setelah masa
penantian di event kepenulisan itu, akhirnya diumumkan juga
naskah yang lolos. Perasaan senang bercampur haru kembali
menyelimuti diri, sesaat setelah kubaca email yang menyebut
naskahku lolos dan diterima. Alhamdulillah, ucapku sekali
lagi sembari sujud syukur.
Sebagai penulis pemula yang masih bau kencur, tentu
aku tak menyangka, perjalanan naskah karya tulisanku begitu
mulus. Ya Tuhan, terima kasih atas berjuta nikmat-Mu, telah
melapangkan jalan menulisku begitu indah.
Selanjutnya, melalui sang mentor menulisku ustadz M
Husnaini, yang juga sebagai ketua dan pendiri SPN (Sahabat
Pena Nusantara), aku diajak untuk bisa menghadiri KOPDAR
IV SPN yang berlokasi di kampus ITS Surabaya. Meski aku
bukan anggota SPN, namun aku tetap dipersilahkan untuk
bisa menghadiri. Karena tertarik dan menurutku ini sebuah
moment emas dan langka dalam proses perjalanan menulisku
yang masih tertatih-tatih ini, maka aku harus hadir disana.
Tekadku dalam hati.
Dan selang beberapa minggu berikutnya KOPDAR IV
SPN pun nyata kuikuti. Woow subhanallah, bertemu dengan
para penulis hebat, mendengarkan materinya yang super
keren, lounching buku karya penulis SPN yang bikin hati
tambah kesemsem dan berbagai moment indah yang pastinya

53
Jilid 8

luar biasa. Sungguh ini karunia Tuhan yang tak ternilai yang
wajib kusyukuri atas takdir-Nya mempertemukanku dengan
mereka para penulis hebat di SPN.
Diawal ramadhan 1438 H, sebuah kabar gembira kembali
menyapa naskah buku soloku yang kedua yang berjudul “Ceruk
Motivasi Siswa: Sebuah Catatan dari Sang Guru demi Meledakkan
prestasi” yang beberapa bulan lalu kukirim, akhirnya kembali
lolos dan diterima oleh penerbit mayor yang berbeda dari
buku yang pertama. “Berkah ramadhan, sungguh ini berkah
ramadhan” ucapku dalam hati saat itu sembari terharu dan
langsung sujud syukur.
Kini, setelah proses itu kulalui dengan berbagai dinamika,
baik suka maupun duka. Suka karena naskah diterima dan
terpampangnya karya-karyaku pada rak-rak toko buku dan
duka karena proses itu juga terbalut dengan cucuran keringat,
derai air mata, ataupun respon yang terkadang kurang
bersahabat. Namun bagiku, berbagai rintangan dan cobaan
itu sudah menjadi hal yang wajar, dan pastinya ada di setiap
proses meraih asa dan cita-cita.
Aku pun terus menulis dan menulis. Berproses menjadi
penulis yang tak pernah lelah berhenti untuk terus belajar
meski lelah mendera kerap menyapa. Kini naskah buku solo
selanjutnya siap digarap serta berbagai event kepenulisan
buku antologi juga siap dirampungkan.
Ayo sahabat yang diluar sana, yang juga punya cita, yang
juga punya asa, dan juga punya gairah dan mimpi untuk jadi
penulis. Teruslah menulis dan menulis. Jangan patah arang
dan semangat, cobaan itu biasa, rintangan itu pastinya ada,
ingatlah manisnya, kenanglah bahagianya. Bukahkah engkau
senang, saat karyamu dibaca dan dinikmati banyak orang?.
Bukahkah engkau bahagia, saat karyamu diambil manfaat dan

54
Ensiklopedi Penulis Indonesia

jadi amal jariyah penyebab engkau masuk surga?. Sungguh


nikmat bukan?. Jadi sekarang, tunggu apa lagi, ayo cepat
ambil pulpenmu, ambil laptopmu dan menulislah. Ingatlah
«indah dan indahkanlah duniamu dengan membaca dan menulis»
begitu ustadz M Husnaini selaku pendiri SPN (Sahabat Pena
Nusantara) selalu berpesan padaku.
Penulis berdomisili di Jl Blimbing, Gang Depan Kantor
Balai Desa DukunAnyar RT 03 RW 01 No 125 Desa
Dukunanyar Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik 61155.
Email: husniekonomi2014t@gmail.com. Telpon: 085816538665.

55
Jilid 8

Mahmudiah
Riwayat Hidup dan Perjalananku
dalam Dunia Literasi Fiksi

Namaku Mahmudiah yang berarti pengikut yang dicintai,


kata ibu saat itu. Tapi apa buktinya? Beginikah yang namanya
cinta selalu dikhianati oleh orang-orang yang kucintai? Lantas
apa arti cinta yang sebenarnya? Bukankah tulus bahkan putih
bersih bagai kertas yang baru saja dibeli? Ah sudah. Aku
dipanggil mahmu, tapi suatu hari aku seperti merasa baru
terlahir kembali ke dunia saat umurku 19 tahun mendekati 20
tahun.
Ceritanya begini, aku sering sakit saat kuliah, pemyakit
ini pertama kali kutemui saat akan melanjutkan studiku
ke Universitas Unsyiah ternama di Aceh, bukan penyakit
biasa, ini satu-satunya yang buat aku hampir stress, aku
mengalami penyakit yang sulit dijangkau oleh Indra manusia,
kesurupan. Semester pertama kuliah aku baik-baik saja,
masih bisa mengontrol diri, oleh sebab itu IP dan IPK ku juga
Alhamdulillah bisa dibilang tinggi. Namun sayang sekali,

56
Ensiklopedi Penulis Indonesia

nasib baik itu tidak lama, di semester dua penyakitku mulai


parah, alhasil IP-ku turun. Tapi itu bukan suatu alasan untuk
mengeluh, karena ibu tidak pernah mengeluh bersusah payah
mencari uang untuk biaya pendidikanku. Untuk melupakan
segenap rasa sakit yang kuderita saat itu, aku punya ide, aku
ingin hidup seperti orang baru. Aku Mahmu ingin menjadi
seseorang yang kurangkai dalam mimpi, saat itu ada seseorang
yang katanya susah sekali memanggil namaku Mahmu, dia
sering memanggilku dengan sebutan Miumiu, untuk itu biar
mudahnya lagi orang-orang mengafalnya dan juga untuk
memulai kebahagiaan baru yang ingin kuciptakan maka aku
mengubah nama panggilanku menjadi Mumu. Mumu, hanya
ada empat huruf. Simpelkan? Spontan saja namaku lengket
seperti lem, pertanda baik aku ingin memulai mimpi. Saat
aku masuk salah satu organisasi dikampus yaitu Teater Nol
Unsyiah, Mumu kujadikan sebagai nama panggung. Dari
situlah namaku menjadi Mumu sampai sekarang, jadi panggil
saja Mumu.
Aku anak pertama dari ke empat bersaudara, punya tiga
orang adik yang ingin kudidik sebaik-baiknya cinta. Anak
dari seorang ayah yang bernama Bukhari dan seorang ibu
yang bernama Nuriah. Nuriah, (Nur) berarti cahaya, cahaya
kehidupanku. Tanpanya mungkin aku tidak pernah bisa
membaca apalagi menulis seperti saat ini. Ibu itu mutiara
paling berharga didunia ini, tidak akan pernah ada cinta yang
mampu menggantikan rasa cintaku kepada beliau kecuali
Allah SWT dan Rasul.
Pendidikanku dimulai dari SD (Sekolah Dasar), hidup
miskin bukan berarti tidak punya kebahagiaan, justru aku
merasa lebih bahagia dibandingkan raja sekalipun. Bagaimana
tidak? Kasih sayang yang dibangun oleh ibu begitu luas, hingga

57
Jilid 8

belum kutemui meteran didunia ini untuk mengukurnya,


dan tidak akan pernah kutemui. Lulus SD aku melanjutkan
ke SMP( Sekolah Menengah Pertama) disini aku belajar
mengenali apa yang sebenarnya kusukai? Sungguh! Ternyata
I Love You so much Ilmu sosial, selanjutnya saat aku masuk
SMA(Sekolah Menengah Atas) ini untuk pertama kalinya aku
belajar mengarahkan mencintai apa yang sebenarnya kusukai
dan tidak meninggalkan tapi mengesampingkan apa yang
sebenarnya tidak kusukai. Saat SMA mulai memilih bidang
minat IPA or IPS? Aku tidak pernah ragu sedikitpun untuk
menjawab Ilmu Sosial is my life, IPS pilihanku.
Aku tidak pernah bermimpi untuk kuliah apalagi
berandai-andai menjadi seseorang yang akan meninggalkan
sejarah untuk dunia. Setiap kali aku tidur mimpi adalah
bunganya, aku tidak ingin menanamkan bunga itu dalam
jiwa, tidak punya keberanian sama sekali. Tapi aku pernah
berdoa, “Ya Allah jadikan aku manusia yang memang layak
disebut manusia, jika cinta mampu membuatku untuk lebih
bersyukur kepadamu, maka dekatkan aku dengan sesuatu
yang aku cintai, jadikan aku salah satu orang yang masuk
kedunia ini untuk menggerakkan langkah membantu anak-
anak yang kondisi hidupnya sama denganku,” Amin.
Seperti bangun dari mimpi saat namaku bertinta hijau
dinyatakan lulus dilayar monitor,
“SELAMAT MAHMUDIAH, ANDA DINYATAKAN
LULUS DI UNIVERSITAS SYIAH KUALA.” Aku lulus kuliah
dengan prestasi beasiswa Bidikmisi, Beasiswa ini diberikan
pemerintah untuk generasi bangsa yang berprestasi tetapi
kondisi ekonomi keluarga tidak mampu untuk mendukung
kuliah.
Aku bersyukur kepada Allah SWT, begitu selesai SMA

58
Ensiklopedi Penulis Indonesia

akhirnya tidak perlu galau lagi memikirkan langkah apa


selanjutnya yang akan kubangun, akhirnya aku kuliah.
Saat kuliah, aku menikmati setiap proses, menjadi anak
rantau bukan suatu hal yang sulit bagiku. Aku sudah terbiasa
hidup susah dikampung, jadi sekarat apapun kondisinya
disini, semuanya akan baik-baik saja, termasuk melawan
penyakitku.
Aku mulai mencari skill yang sebenarnya, sedangkan jati
diri sudah dari dulu kutemui. Tidak sia-sia belajar mencintai
apa yang kusukai, alhasil semakin giat aku menulis, semakin
besar rasa sukaku terhadap kalimat menjadi kalimat dalam
setiap imajinasi yang kemudian kutuangkan dalam tulisan
dan akhirnya menjadi bait perbait disebut puisi, cerita per
cerita menjadi cerpen, kumpulan tulisan yang panjang menjadi
sebuah buku, hayalan menjadi kekuatanku, this is my life.
Untuk pertama kalinya aku menulis. Memulainya dengan
puisi, dengan seksama kuperhatikan lalu kubacakan info
yang menjadi sudut pandang utama pusat perhatian kedua
bola mataku, info lomba menulis puisi di salah satu kronologi
milik teman di facebookku. Klik add pertemanan, dan
muncullah nama-nama penulis lainnya, aku terus meminta
pertemanan. Akhir dari menge-add, mata mulai menyimak
segala persyaratan dari semua lomba menulis tersebut. Setelah
itu tanpa ragu dengan semangat penuh setiap malam aku
mulai menulis puisi demi puisi, cerpen demi cerpen. Namun
aku jatuh, semua tulisanku ditolak, jangankan untuk menjadi
pemenang, menjadi kontributor saja aku belum merasakan
bagaimana nikmatnya saat itu.
Aku mulai berhenti menulis, namun masih berani
bermimpi mempunyai buku dari hasil keringat cipta sendiri.
Karena saat itu aku menulis setiap malam, jadinya saat berhenti

59
Jilid 8

seperti meninggalkan sesuatu yang tidak pernah aku relakan,


itulah ternyata yang disebut kecanduan cinta. Karena sudah
terbiasa menulis, jadi aku hanya berhenti menulis sampai dua
bulan saja. Selebihnya aku tidak sanggup lagi untuk menahan
segala imajinasiku.
Aku mulai menulis dan mengikuti lomba lagi, dari
kesekian banyak lomba yang ku ikuti alhasil salah satu puisi
berhasil masuk sebagai kontributor, rasa nikmat yang kutemui
sungguh luar biasa. Namun aku tidak puas sampai disitu saja,
masih banyak yang harus kuceritakan dalam setiap lembaran
putih yang belum tergores. Aku mulai masuk setiap grup
kepenulisan di sosial media. Terakhir, aku masuk Forum
Lingkar Pena Banda Aceh, disini kutemui apa yang kucari,
yaitu Teman. Ya, aku perlu teman untuk belajar bersama
dikehidupan nyata, dan pesannya “Menulis bukan sekedar
untuk kepuasan diri, melainkan amal melalui pesan yang kita
titipkan dalam tulisan,” aku belajar lagi untuk memahami
kalimat ini.
Sejenak beberapa bulan yang lalu aku mengingat doaku
dulu kepada Allah SWT, aku mulai memahaminya. Satu,
Dua, Tiga, semangat penuh, rasa suka dan cinta yang Tuhan
titipkan untuk dunia literasi kujadikan kekuatan untukku
menggapai mimpi. Mimpi untuk melihat senyuman pada
deretan bibir yang mulai putus asa dalam hidup, mimpi
untuk mengembalikan senyuman anak-anak yang kalang
kabut menilai hidup. Itu mimpi yang selalu kutanamkan
dalam diri. Alhamdulillah, dari beberapa bulan yang lalu
sampai sekarang menulis tiap malam membuatku candu,
puluhan puisi sudah menjadi antologi dibeberapa buku.
Beberapa minggu yang lalu aku berhasil menerbitkan sebuah
buku kumpulan cerpen yang berjudul Ketika Ketulusan Cinta

60
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Menyapa di Penerbit Intishar, dan sekarang sedang dalam


proses ISBN, dalam buku ini aku menyampaikan pesan
bahwa tidak ada cinta yang lebih besar terhadap pasangan
kecuali cinta kita kepada Allah SWT, sedangkan jodoh Allah
SWT pula penentunya, sebagai manusia usaha kita terhadap
jodoh adalah memperbaiki diri menjadi manusia yang lebih
baik, manusia yang mempunyai cita-cita menuju Surga-NYA.
Kita doakan saja semoga bukunya cepat terbit dan bermanfaat
bagi seluruh pembaca, Amin.
Tidak hanya itu, sungguh aku ingin membangun mimpi.
Aku ingin menggabungkan antara kuliahku jurusan Ilmu
Pemerintahan dengan Dunia Teater dan Dunia Literasi.
Z   
† 
%
† 
 
† 
]  

ketiganya mempunyai pengaruh yang kuat untuk Indonesia


yang lebih baik. Setiap Ilmu yang kudapat dari dosen didalam
ruangan mengenai sejumlah mata kuliah tentang Ilmu
  
~ 
&
  
& 
  
  

Didalam ruangan sering kali kutemui arti dari kata politik.


Politik yang sebenarnya adalah “Cara”, cara seseorang untuk
mengambil sebuah langkah mempertahankan Negara, baik
ditempuh dengan keadilan ataupun ketidakadilan. Kuarahkan
Ilmu Teaterku disini untuk mengetahui yang mana topeng
hitam dan topeng putih, sedangkan Dunia Literasi untuk
menceritakan apa yang sebenarnya telah terjadi pada Negara.
Film pendek Unsyiah yang diproduksi Oleh UKM Teater
‰
& 
 ~
  
 
 
„Š
&
 

~  
‹'%'*
> 
   

    


ini menceritakan tentang bahayanya Liberalisme jika masuk


ke Indonesia. Luar biasa, awal dari mimpi memperlihatkan
wujud nyata. Setelah itu, aku mulai menulis lagi tentang
mimpi dengan mengikuti program Indonesian Youth Dream

61
Jilid 8

2017. Indonesian Youth Dream Foundation adalah sebuah


Non-Govermental Organization milik anak-anak muda
berbagai latar belakang aktivitas yang bergerak dibidang
Nationalism, Creativity and Youth Development Program. Pada
tahun ini sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pemuda
Indonesia lewat kegiatan yang kreatif inovatif pada lingkup
Nasional. Alhamdulillah, namaku masuk sebagai salah satu
Delegasi untuk mengikuti program kegiatan tersebut. Semoga
akan ada surprise lainnya untukku demi mereka yang Allah
SWT titipkan.
Karena hidup pada zaman serba tehnologi yang tidak
dapat dipungkiri, aku aktiv disemua sosial media, mulai dari
FB Mahmudiah(mumu), Instagram Mahmudiah22, twitter
0813mahmudiah, Idline Mahmudiah, email Mahmudiah.
pemerintahan@gmail.com, fanspage Impian Sang Penulis, Blog
Www.ImpianSangPenulis.Blogspot.com, WA 082352330137.
Semakin giat menulis maka akan semakin banyak inspirasi
yang akan kau temui. Sekali saja kau berhenti mencintai atas
apa yang sudah kau cintai maka itu akan sulit bahkan sakit.
Jika cinta mampu mendekatkan kita kepada NYA kenapa
harus berhenti? Jika cinta mampu mengubah hidup seseorang
menjadi lebih baik kenapa kita tidak menolongnya? Pesan
dari aku, menulislah selama tulisanmu bermanfaat.
Penulis berdomisili Darussalam, Banda Aceh, Aceh. Email:
Mahmudiah.pemerintahan@gmail.com. Hp 082352330137.

62
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Misbah Rajif Ibrahim


Hati Penulis Berjiwa Pramuka

Misbah Rajif Ibrahim, lahir di Magetan, 9 Juni 2000. Ia


adalah anak ketiga dari sepuluh bersaudara yang merupakan
Pandhawa dan Pancagati, buah dari pasangan Bapak Mursidi
(Alm. 2015) dan Ibu Murniwati. Kini bersama keluarga
berdomisili di Dukuh Klaten, Desa Puntukdoro, Kecamatan
Plaosan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. RT/RW : 24/05.
Ia akrab di panggil Rajif, namun sebagian juga memanggil
dengan sebutan nama depannya, Misbah. Panggilan masa
kecilnya Ibrahim, telah ia tinggalkan karena menurutnya
telah banyak yang menggunakan nama yang sama. Ia terlahir
di keluarga yang sangat sederhana, Ayahnya bekerja sebagai
pedagang kecil di Pasar Wisata Plaosan. Sama dengan ibunya,
namun beruntung Sang Bunda mendapat tempat berlapak
yang lebih luas di lantai kedua. Sejak kecil dia selalu di nasehati
oleh kedua orang tuanya untuk selalu rajin beribadah, jujur
dan baik terhadap sesama.
Rajif mengikuti kegiatan di TPA sudah sejak kecil sebelum

63
Jilid 8

masuk TK. Ketika berumur 5 tahun, ia memulai pendidikan


awalnya di TK AL-HIDAYAH, Plaosan. Dua tahun kemudian
melanjutkan pendidikan di SDN 1 PLAOSAN. Kemudian
setelah lulus dia melanjutkan pendidikannya di SMPN 1
PLAOSAN, pada tahun 2013. Selepas itu di tahun 2017, dia
mendaftar pada SMAN 1 PLAOSAN atas dorongan dan
&  
   

    >

*Z
Yang menjadi cikal bakal ia terjun ke dunia sastra, adalah
semenjak mulai menggeluti dunia blogging pada tahun 2015,
saat itu Rajif duduk di kelas 2 SMP. Namun sebelumnya,
cerpen pertama yang pernah ia tulis adalah sewaktu kelas
pertama di SMP atas tugas dari Guru Bahasa Indonesianya,
dengan tema yang ia usung adalah gabungan dari khayalan
anak peralihan dan religi islami, sehingga terciptalah sebuah
 
 
 ~ 
Œ
&

 
  
*  


Islam, saat ini masih tersimpan di gudang perpustakaan SMP


tempatnya menimba ilmu. Cerpen keduanya, ia ciptakan atas
tugas dari guru yang sama di kelas VIII, bertajuk kisah cucu
nelayan tua. Cerpen yang kedua ini terinspirasi atas sebuah
motivasi dari Guru TPA-nya. Namun naskah itu tak sempat
dia baca ulang karena segera dikumpulkan pada hari itu juga.
Semenjak menginjak kelas kedua di SMP ini, ia telah
memiliki ponsel pribadi atas uang tabungannya sendiri, karena
tidak ingin merepotkan kedua orang tua. Dengan ponsel
jadul itu ia menemukan hobi baru yaitu menjelajah internet
dan dunia maya. Awal mula tertarik untuk terjun ke dunia
blogging ialah atas dorongan batin untuk mencari jalan keluar
dalam membantu ekonomi keluarga, tak sengaja ia terbawa
pada halaman tips mendapat penghasilan dari Internet. Tentu
saja, yang paling mudah bagi pelajar adalah melalui Blog.
Sayangnya, perhitungannya tidak berjalan begitu mulus.

64
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Beberapa kali ia mencoba membuat akun blog setelah membuat


email dan sembarangan meninggalkan identitas di monitor
handphone, namun tidak ada platform blogging yang cocok

  

  >
> 
 >
  
 

java. Hingga akhirnya ia menyerah di sini. Kemudian berpikir,


tidak ada jalan pintas untuk menuju kesuksesan.
Beberapa bulan berlalu, ketika membuka internet untuk
mengunduh lagu, sebuah link iklan di bawah konten membuat
pemuda ini tertarik. Link ini menawarkan jasa platform blog
yang dapat diakses via ponsel. Setelah mengkliknya, ia terbawa
pada jendela situs MyWapBlog untuk mendaftarkan diri ke
blog. Namun sebelum membuat siasat bisnis itu, hal yang
perlu ia lakukan adalah menulis dan menerbitkan postingan
juga menarik pengunjungnya. Secara otodidak, ia mulai belajar
tentang kode HTML, juga sedikit bahasa pemrograman untuk
mempercantik tulisannya di blog yang sebagian besar berisi
artikel, tips, yang ia dapat dari ilmu kesehariannya di masjid,
sekolah, dan lain-lain.
Semenjak menemukan hobi baru ini, kebiasaan lamanya
makin pudar dan terbengkalai. Waktu luangnya lebih banyak
untuk urusan Blogging daripada menderes Al-Qur’an. Hal itu
membuat Sang Ayah marah dan terganggu. “Ojo terpengaruh
setan kotak kui, mbok nderes-nderes Qur’an kono oleh
ganjaran, dungo sing akeh, istighfar!” (Jangan terpengaruh
setan kotak itu, lebih baik baca Al-Qur’an sana dapat pahala,
berdo’a yang banyak, Istighfar!.) ucap Ayahnya dengan mata
melotot dan jari telunjuknya menunjuk ke arahnya langsung,
lebih dari cukup untuk membuat Rajif merinding ketakutan.
Segera ia tinggalkan load internet yang secepat siput kemudian
memegang Kitab Suci. Pernah juga Sang Ayah mengancam
akan membanting Si Setan Kotak itu. Ayahnya yang sejak

65
Jilid 8

kecil berfondasi agama dan keimanan yang kuat, tidak pernah


percaya akan rezeki yang dapat diperoleh melalui ponsel yang
hanya sebesar telapak tangan tak sampai.
Sebab itu, tekadnya semakin menggebu. Ia ingin buktikan
bahwa keajaiban itu ada. Mulailah dari situ, ia tak mau
menunggu lagi, menunggu banyak pengunjung blognya.
Segera ia melakukan berbagai cara yang pernah disarankan
dari internet. Yang akhirnya semua itu mengakar pada satu
hal, pembuatan akun bank online untuk penyimpanan uang
dolarnya. Yang paling terkenal saat itu adalah PayPal. Hal itu
semakin membuatnya yakin, karena situs perbankang online
ini sudah dipakai jutaan orang dari segala penjuru dunia,
pikirnya dari sekian orang itu mayoritasnya juga mendapat
penghasilan dari situs blognya. Sayang satu hal, karena
umurnya yang masih bau kencur, Rajif ditolak mentah-mentah
untuk membuat akun. Sepintas ia berpikir untuk berbohong
tentang tanggal lahirnya, namun kembali ia teringan nasihat
kedua orang tuanya itu.
Ia kemudian menyerah, lalu mengumpulkan kesabaran
lagi. Semenjak itu, akhirnya ia semakin menikmati tulis-
menulis di blog, juga berkunjung ke blog teman untuk sekedar
membaca artikel, kadang juga puisi, cerpen, cerbung di blog
tersebut, lalu meninggalkan jejak komentar, agar adminnya
juga berkunjung ke blognya. Kegiatan ini sering disebut
blogwalking.
Belum lama, Ayah Rajif jatuh sakit, beliau mengidap
penyakit maag kronis. Dampaknya, tidak hanya waktu untuk
dunia maya, namun waktu untuk dunia nyata, kesehariannya
belajar pun tersita untuk membantu merawat Ayah. Ia
mulai kembali ke kebiasaan lama, rajin membaca Al-Qur’an,
perbanyak istighfar dan doa agar Ayahnya lekas sembuh.

66
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Akhirnya ia vakum dari dunia blogging hingga berbulan-


bulan lamanya.
Pada bulan November 2015, setelah beberapa pengorbanan
dilakukan, mulai dari menjual saham di kios pasarnya, bahkan
hampir sepeda motor kesayangan ayahnya itu dijual untuk
biaya pengobatan. Namun Tuhan berkata lain, sosok Ayah itu
mendapat panggilan dari Yang Maha Memberi Hidup. Ketika
itu Misbah telah naik ke kelas 9, tingkat terakhir di SMP.
Namun yang lebih memberatkan adalah adik perempuannya
yang masih balita, sudah paham arti permen dan kasih
sayang seorang Ayah. Tiba-tiba keluarga itu harus merelakan
kepergian sosok seorang Kepala Keluarga. Di sini masa sulit
keluarga itu semakin memuncak, adik perempuannya itu
paling sering rewel terutama sewaktu mengingat tentang
Ayahnya. Sebagai anak laki-laki tertua di keluarga itu, Misbah
Rajif harus memegang tanggung jawab baru yang dulu
dilakukan oleh sosok Ayah. Dia yang menggantikan Ayahnya
dalam perkumpulan RT, perkumpulan Paguyuban Air, juga
perkumpulan dalam acara orang dewasa lainnya seperti
syukuran manten, jagong bayi, yang sudah menjadi tradisi di
daerahnya. Ibunya juga berpikir agar Misbah putus sekolah
selama setahun saja, untuk membantu mengumpulkan dana.
Hingga setelah berunding lama dengan ibunya, ia sepakat
untuk putus sekolah selama setahun, berhenti satu langkah
untuk mengumpulkan potensi baru.
Ketika ditelusuri lebih lanjut, penyebab kronisnya
penyakit yang diderita Almarhum Ayahnya itu, adalah akibat
dari kebiasaan buruk yang sering diabaikan Ayahnya. Sebagai
penderita maag, beliau masih sering mengonsumsi mie instan,
makanan pedas, juga bekerja terlalu keras. Oleh karena itu,
ibunya kini semakin sensitif terhadap segalanya tentang

67
Jilid 8

kesehatan. Apalagi, Rajif pernah mengajari Belau tentang


internet. Sebagai kepala keluarga baru, kini Ibu Misbah Rajif
menjadi manusia yang lebih modern, berbagai tips kesehatan
telah di bacanya untuk memperbaiki pola kehidupan yang
salah, mulai dari cara memasak makanan, mengurangi bumbu
micin, dan memperhatikan kebersihan makanan. Walaupun
sebagai lulusan SLTA, beliau sudah menerapkannya,
namun dapat dikatakan kini lebih tegas. Namun satu hal,
pekerjaannya kini lebih ekstra demi menghidupi kesepuluh
anaknya. Sehingga anak-anaknya semakin terlibat dalam
pekerjaan mencari nafkah.
Setelah masa itu, Misbah sudah mulai malas mengikuti
minatnya di dunia blogging. Tidak ada niatan mempubikasikan
kisah pilunya itu ke dunia luar. Namun setidaknya dengan
blognya itu, ia bisa menginformasikan pada penduduk internet
mengenai kesehatan, agar lebih memperhatikan kesehatan.
Kebetulan saja, ia tak sengaja mendapat gratisan internet
setelah membeli pulsa, hanya sekedar untuk sms. Agar tidak
membuang “pemberian” itu, ia kembali menjelajah internet,
kembali meihat blognya. Dan kemudian, ia menulis artikel
tentang kesehatan, termasuk yang pernah di sampaikan
ibunya, juga banyak membaca tulisan tentang kesehatan. Dia
kembali menikmati dunia Blogging.
Ia kembali melakukan blogwalking. Kawan-kawan
mayanya sebagian masih ingat dengannya, kawan-kawan
baru datang berkunjung dan meninggalkan lapak komentar
untuk sebuah kunjungan balik. Tempo berikutnya ia tidak
ingin meninggalakan Internet, uang sakunya yang pas-pasan
dalam sebulan itu cukup untuk membeli kuota internet.
Lambat laun, hubungan pertemanan dari saling
blogwalking itu semakin erat, hingga Rajif kemudian

68
Ensiklopedi Penulis Indonesia

digabungkan ke grop WA yang beranggotakan member


MyWapBlog sepertinya. Tidak banyak yang bergabung
disana. Di grop itu selain candaan, juga ia dilibatkan dalam
perundingan permasalahan dalam Blogging, kode HTML,
juga tentang postingan yang baru dipost pun jadi topik
hangat. Terkadang mereka membahas tentang kepenulisan
seperti puisi, cerpen, dsb. Teman-teman mayanya pernah
memberikan ajakan untuk membuat cerbung atau cerpen
kombinasi. Namun Rajif selalu menolak, karena merasa
minder bahwa ia belum mempunyai pengalaman semacam
itu.
Untuk puisi, ia tertarik untuk mempelajarinya, secara
otodidak pula. Puisi pertama yang ia ciptakan dan di post di
Blognya, dengan judul “Gadget Si Setan Kotak” terinspirasi
dari kata-kata Almarhum Ayahnya beberapa waktu silam.
Bersikap untuk senantiasa berpikir positif selalu ditanamkan
kedua orang tuanya sejak kecil. Sehingga ia putuskan untuk
melanjutkan karier barunya menulis puisi untuk hiburan
pengunjungnya juga agar bisa menyiratkan pesan moral
untuk pembacanya.
Ia teringat bahwa ia pernah membuat cerpen di kelas
sebelumnya. Ia berpikir, tidak ada salahnya mendalaminya
lagi. Cerpen ketiganya di kelas 3 SMP berjudul “Mendengar
Tangisan Rakyat.” diterbitkan di blognya lalu ia pamerkan
ke grop WA MyWapBlog Family. Seketika itu, grop mulai
memperbincangkan tentang Lomba menulis cerita pendek
yang pernah diselenggarakan oleh platform blog ponsel itu
dalam rangka memperingati hari ulang tahunnya. Kabarnya
Misbah pernah ketinggalan kesempatan itu karena masa
vakum. Para member grop itu jadi tak sabar menanti event
yang ke-8 nanti. Misbah ikut penasaran, karena ia tak sempat

69
Jilid 8

mengikuti event yang ke-7, agustus lalu, dikarenakan masa


vakumnya.
Pada bulan Mei 2016, menjelang liburan kenaikan
kelas. Dalam rangka memperingati hari pendidikan, pihak
sekolahnya mengadakan berbagai lomba edukatif. Salah
satunya ialah lomba menulis puisi bertajuk “Pendidikan
Karakter”, mungkin kalau bukan karena teringat pujian hangat
kawan mayanya pada post puisi pertamanya, ia tidak akan
tertarik mengikuti lomba ini. Ataupun jika berkesempatan
ikut serta, tidak ada rasa percaya yang lebih besar untuk
menang. Setiap kelas diwajibkan mewakilkan minimal 2 putra
dan 2 puti untuk lomba kali ini, dan Rajif memberanikan diri
ikut serta dengan sedikit paksaan dan sebanyak motivasi diri.
Seminggu berlalu, pada upacara hari senin, upacara bendera
terakhir Rajif di jenjang SMP, diakhiri dengan pengumuman
lomba hari pendidikan lalu. Mengharukan, Misbah Rajif
Ibrahim, dengan judul Puisi “Kabut Ketakutan” menyandang
Juara Kedua, hal ini merupakan prestasi pertamanya di Dunia
Sastra.
Dengan penuh suka cita, tak sabar ia ingin memberitahukan
kabar gembira ini. Walau hanya dengan hadiah uang
pendidikan yang tak seberapa, baginya itu sudah sangat
berharga. Seperti biasa, ia jalan kaki mendekati gerbang.
Namun, tiba-tiba guru IPA menghentikannya, Rajif di panggil
ke kantornya. Ternyata kabar bahwa ia akan putus sekolah itu
sudah menyebar. Di sana ia ditanyai tentang kebenaran itu.
Kurang lebih ia mengiyakan dan menjelaskan alasannya. Pak
guru itu sangat paham, Beliau terus memotivasi agar Rajif tetap
sekolah melanjutkan ke SMA. Sehingga sepulang sekolah ia
harus menyampaikan dua kabar, pertama tentang prestasinya,
 
  
&  
   
> 
 
 & 


70
Ensiklopedi Penulis Indonesia

gurunya itu. Segera ia menanyakan hal tersebut pada ibunya.


Akhirnya Ibu menyetujuinya setelah mempertimbangkan
selama tiga hari ebih setelah banyak bertanya pada tetangga
dan kenalannya. Beruntungnya, di SMA tempatnya
mendaftar sekolah itu ia mendapat tawaran beasiswa prestasi,
dengan beberapa syarat. Guru yang merekomendasikan
agar bersekolah disana bersedia mengurus syarat-syaratnya.
Sehingga pada tahun itu, Rajif bisa bersekolah, bersamaan
dengan kakak perempuannya yang tahun lalu putus sekolah
menggantikan Ayahnya mencari nafkah.
Pada bulan Agustus 2016, ia duduk di bangku kelas X,
telah diterbitkan info lomba menulis cerpen oleh MyWapBlog,
yang sempat ia nantikan. Event yang ke-8 ini mengambil tema
“Happy Birthday MyWapBlog 8th”. Di SMAN 1 PLAOSAN,
ia mendapat banyak pengalaman baru, sedikitnya membantu
membentuk referensi baru untuk membuat cerpen. Ia sangat
berharap memenangkan lomba itu dan hadiahnya.
Sengaja ia menerbitkan cerpennya di akhir mendekati
tenggat karena ingi belajar lebih banyak tentang cerpen, dari
membaca cerpen peserta lain. Ini juga untuk pertama kalinya
ia membuat cerpen yang temanya telah ditentukan. Dari
kisah siapa dan mana yang akan dibuatnya reverensi. Berbeda
dengan lomba puisi lalu yang mengambil tema yang luas. Ia
putuskan untuk mengambil 60% dari kisah hidupnya, lalu
 &  
 
>
  
  
  

sosial.
Saat itu ia memang sangat kebingungan. Ditambah
lagi, ketika mengetik cerpen tersebut langsung ke jendela
pembuatan post baru, melalui ponselnya yang hanya
mencangkup 5000 karakter. Dan itu kurang. Cerpennya
ternyata lebih panjang dari yang ia perkirakan. Ia tak ingin ini

71
Jilid 8

menjadi cerpen yang tidak pernah selesai. Segera tutup saja


jendela itu dan menyimpan postingannya itu ke dalam draft.
Dua hari kemudian, saudaranya meminjamkan padanya
smartphone untuk melanjutkan cerpen itu. H-4 menjeang
deadline, cerpen itu jadi dan telah diterbitkan dan di daftarkan
ke penanggung jawab. Namun keesokannya ia mengedit
naskahnya lagi karena merasa kurang sesuai dengan tema.
Hanya menambah dan mengurangi beberapa paragraf.
Ia tunggu kemudian sampai pengumuman. Pertengahan
september itu akhirnya membawa kabar baik. Cerpennya
dengan judul “Makna Tersendiri” meraih Juara Harapan 2,
dalam lomba yang diikuti ratusan member MyWapBlog.
Setelah lomba itu berakhir, sembari menunggu hadiah
dikirimkan, salah satu kawan mayanya mengirimkan link
yang mengarah tentang lomba menulis cerpen, dengan
tenggat waktu tersisa 15 hari, namun dengan tema yang sulit.
Akhirnya, karyanya tak sempat dikirimkan sebab naskah
 
  

& 


 
 

~ >
 

 
  
*

 

~ 
& 

punya laptop. Lengkap sudah keterbatasannya yang ia miliki


untuk ikut bersaing dalam lomba itu. Sedangkan kakaknya
sedang sibuk mengerjakan tugas dengan ponselnya.
Dari situlah muncul inisiatif, karena ia blogger, ia juga
paham seluk beluk internet. Ia mencoba mencari info lomba
menulis lainnya di internet, yang mungkin masih menunggu
untuk dia menangkan. Dan hal itu ada, banyak event menulis
online Puisi maupun Cerpen. Di saat yang sama, MyWapBlog
harus ditutup oleh Adminnya karena suatu masalah. Juga
terhapuslah blognya, setelah mem-backup seluruh konten
postingan. Setelah itu Rajif justru berkecimung ke Dunia
Sastra. Dimulailah petualangannya sebagai seorang penulis.

72
Ensiklopedi Penulis Indonesia

mung di Dunia Sastra.


Semenjak saat itu, banyak prestasi yang telah ia peroleh di
kepenulisan, Cerpen maupun Puisi, diantaranya :
旯 Puisi «Senusa Sebangsa» meraih Juara 2 tingkat Nasional
dalam Event Seribu Puisi Untuk Negeri yang diselenggarakan
oeleh Lingkar Puisi Indonesia. (2016)
旯 Quote «Kesempurnaan» meraih Juara 3 Event Kata
Mutiara Nasional diselenggarakan Pena Sanasher (2016)
旯 Puisi «Memori» meraih nominator 10 Terfavorit dalam
Event Puisi Nasional tema Penyesalan oleh Inkumedia (2017)
旯 Cerpen «Para Khianat» meraih Juara Pertama dalam
Event Cerpen Nasional Darahku Untuk Negeri oleh Pena
Borneo
Juga beberapa karyanya yang telah lolos seleksi untuk
dibukukan dalam Antologi Nusantara, diantara : Cerpen
«Kopi dan Hipotesis» dalam buku Balada Kopi; Puisi «Hanya
Pepatah Konyol» dalam buku Negeri Yang Terluka; Puisi
«Lilin Menantang Badai» dalam buku Badai (2016); Cerpen
«’Kan Bersabar Menunggumu» dalam buku Bersabar Dalam
Menanti Jodoh; Cermin «Dear Friend» buku Dear Diary; Puisi
«Jalan Hangat» buku Debu-Debu Perjalanan; Cerpen «Hujan
Yang Kubenci» buku Hujan Kemarin; Puisi «Perdu Kecil di
Aleppo» dalam buku Tears of Aleppo; dan masih banyak lagi.
Menurut pemuda yang tidak suka rokok ini, dalam usaha
diperlukan niat yang kuat untuk hasil yang maksimal. Banyak
hal yang telah ia pelajari hingga membuahkan prestasi. Ia
belajar, untuk tidak mementingkan diri sendiri, dalam hal ini
menang ataupun kalah urusan belakang. Keikhlasan dalam
menulis demi masa depan bangsa juga. Karena bangsa ini
memerlukan asupan moral yang lebih dapat direalisasikan
melalui budaya literasi. Itulah mimpinya saat ini. Keikhlasan

73
Jilid 8

itulah yang membuatnya semakin mencintai sastra.


Secara bertahap ia belajar. Memang ia belum punya
sebuah karya tunggal sebuah novel, padahal dalam
hatinya ingin segera merealisaikan novel ciptaannya. Ingin
secepatnya. Menurutnya novel dengan cerita yang panjang,
harus disesuaikan dengan dinamika minat pembaca agar tidak
mengecewakan nantinya. Kehidupannya yang hambar dari
percintaan dan pacaran akan kesulitan memenangkan hati
romantisme. Namun itu bisa saja ia patahkan. Saat ini ia sedang
mempersiapkan diri sebelum mencoba menulis novel. Tidak
sebelum ia mempunyai laptop pribadi. Bukannya menulis
novel bisa di media kertas, atau sekarang ada media internet
yang mendukung penulis dalam hal ini secara bertahap. Ia
punya aasan tersendiri. Karena dengan laptop, akan sangat
mudah melakukan editing naskah, akan sangat mudah
membaca tulisannya yang seperti cakar ayam. Dan yang lebih
  
 
 
 

&  

> >

nanti tidak mengecewakan pembaca, ia tentu memerlukan


banyak reverensi, banyak bacaan, banyak aplikasi, yang
dapat didukung dengan laptop. Sembari menabung, ia akan
memantabkan ide kreatifnya, untuk sebuah karya yang akan
ia sumbangkan.
Ibunya pernah bilang, «Menulis hanya untuk pekerjaan
sampingan saja, kau harus tetap sekolah untuk meraih cita-
cita. Karena untuk mendapat ide menulis itu kau harus keluar
dan srawung dengan Dunia.” Memang benar, sejak SMA
ini, Rajif banyak ikut kegiatan yang secara tidak langsung
membantunya menemukan gagasan menulis. Ia menjabat Sie
Ketaqwaan di OSIS, Ketua PMR WIRA SMAPLAS, menjadi
Dewan Ambalan Penegak Pramuka Gudep Pangkalan
SMAPLAS. Ia juga tergabung Angkatan XXXVI SAKA

74
Ensiklopedi Penulis Indonesia

BHAYANGKARA POLRES MAGETAN, mendapat pelatihan


militer, kepramukaan, juga kebhayangkaraan. Ia juga pernah
mengikuti Penataran Kader Bela Negara Jawa Timur di Rindam
V/Brawijaya Malang, selama 5 hari mendapat gemblengan
wawasan kebangsaan dan memupuk rasa cintanya pada
Tanah Air Indonesia. Ia adalah seorang Sastrawan, berjiwa
Pramuka.

75
Jilid 8

Muhammad Ilham Nur


Menulis, Siapa Takut?

Riwayat Hidup
Aku lahir pada tanggal 22 Mei 1992 di Desa Senoni
Kecamatan Sebulu Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi
Kalimantan Timur. Sebuah desa yang begitu tenang dan
harmonis dari hiruk pikuk kehidupan perkotaan, desa yang
mengalir di depannya sebuah sungai terpanjang ke dua di
Indonesia, sungai Mahakam namanya. Aku dibesarkan oleh
keluarga sederhana, sebagaimana keluarga pada umumnya,
yang dihiasi dengan perhatian dan kasih sayang oleh
Ayah dan Ibuku. Aku adalah anak pertama dari 3 saudara,
membuatku harus memberi teladan terbaik bagi adik-adikku
di masa mendatang.
Aku adalah anak yang beruntung, bersyukur kepada
Allah, kepada Ayah dan Ibuku yang telah memberikan
kesempatan untuk menempuh pendidikan mulai dari jenjang
SD, Mts, MA hingga Perguruan Tinggi. Pendidikan SD
pada tahun 1998-2004 aku habiskan waktu 6 tahun itu pada

76
Ensiklopedi Penulis Indonesia

sebuah sekolah yang sangat sederhana di desa Senoni, yaitu


SDN 006 Kecamatan Sebulu. Sadar akan kemampuan dan
minatku terhadap ilmu agama, akhirnya aku memberanikan
diri agar bisa melanjutkan sekolah di pesantren. Terpilihlah
Pesantren PPKP Ribathul Khail Tenggarong sebagai tempat
aku menimba ilmu selanjutnya. Madrasah Tsanawiyah
(Mts) 3 tahun yaitu 2004-2007 dan Madrasah Aliyah (MA) 3
tahun yaitu 2007-2010 yang tergabung menjadi satu komplek
Pesantren PPKP Ribathul Khail. Merasa masih haus akan ilmu,
aku memutuskan untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut
yaitu kampus STAIN Samarinda (saat ini sudah menjadi IAIN
Samarinda) pada tahun 2010-2015.

Awal Menulis
Awal mulanya kecintaanku pada dunia literasi adalah
saat mengikuti lomba Musabaqah Makalah Al-Qur’an (MMQ)
tingkat Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2012 silam.
Seorang sahabat merekomendasikan aku untuk masuk dalam
dunia literasi berbasis Al-Qur’an. Tentu ini adalah sesuatu
yang baru dan mendapat tantangan tersendiri di mana
kualitas tulisan harus berdasarkan dalil yang terdapat di
dalam Al-Qur’an dan hadits. Sempat pesimis mengikuti lomba
ini mengingat untuk menjadi terbaik 1 harus mengalahkan
setidaknya 18 kecamatan lain. Kesempatan langka ini aku
pergunakan dengan sebaik mungkin agar makalah yang
dibuat berbobot dan mendapatkan nilai terbaik dari dewan
hakim.
Setelah berjuang sepenuh jiwa untuk menulis sebaik
mungkin, mau tidak mau aku harus membaca sebanyak
mungkin materi dan referensi sesuai dengan tema yang telah
dibuat panitia. Yang membuat pertandingan ini terasa spesial

77
Jilid 8

dari event sejenis adalah alat untuk menulis makalah ini bukan
menggunakan laptop/komputer, melainkan menggunakan
mesin ketik. Bukan karena event ini jadul maupun ketinggalan
zaman tetapi mengharuskan semua peserta memperhatikan
isi tulisan juga benar-benar memperhatikan kerapian tulisan.
Juga untuk menghindari praktik copas (copy paste) tulisan
yang bisa dilakukan pada komputer. Sungguh tidak mudah
menggunakan mesin ketik, di samping suara setiap ketikan
yang dihasilkan nyaring, juga tintanya sangat mudah rusak
dan cepat habis.
†
 
 

& & 
 
  

mungkin. Setiap ketikan serta kecepatan berpikir seorang


penulis makalah benar-benar diuji dengan keterbatasan yang
ada. Menggunakan kertas A4 minimal 10 halaman, maksimal
20 halaman dengan waktu mulai dari pukul 08.00 WIB hingga
pukul 17.00 WIB berikut dengan waktu ishoma (istirahat, sholat,
dan makan). Lebih mengesankan adalah kita harus menulis
ayat Al-Qur’an atau hadits Nabi SAW menggunakan pulpen,
pensil maupun spidol, sehingga benar atau tidaknya sebuah
ayat/hadits akan sangat jelas terlihat oleh dewan hakim.
Setelah berjuang selama 9 jam nonstop akhirnya
pertandingan ini selesai. Terdapat 3 babak dalam pertandingan

> 
&&
 >   
  

 
†
„"
 

peserta kemudian terpilih 6 orang terbaik putra dan putri



~

&&
  
‚  
  



&
 

 
> 
~

&&
 

&&

 

 

 ~ & 

  

hasil tulisannya kepada dewan hakim dan masyarakat yang


menonton. Masing-masing babak menghabiskan waktu satu
hari, sehingga 3 babak tersebut memakan waktu 3 hari. Waktu
se-singkat itu digunakan oleh peserta yang lolos pada babak

78
Ensiklopedi Penulis Indonesia

selanjutnya untuk mempersiapkan materi dengan sebaik


mungkin.
Sungguh pertandingan luar biasa, tidak semua orang suka
dan mau terlibat dalam pertandingan ini karena memang
perlu usaha keras dan agak sedikit ribet terlebih menggunakan
mesin ketik. Namun aku sangat menikmati semua proses ini,
proses pendewasaan diri dan awal mula aku jatuh cinta pada
dunia literasi. Perjuangan itu pun berbuah manis, akhirnya
Allah mengizinkanku untuk meraih juara terbaik 3 untuk
pertama kalinya mengikuti event ini. Perjuanganku masih
belum usai.

Prestasi yang Pernah Diraih


Setelah melalui proses panjang dan berjuang mati-matian
sejak tahun 2012. Akhirnya Allah mengizinkanku menjadi
juara terbaik 1 lomba Musabaqah Makalah Al-Qur’an (MMQ)
tingkat Kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2015 dan
2016. Ajang bergengsi bagi mereka pecinta literasi. Sungguh
prestasi gemilang yang takkan pernah aku lupakan hingga
hari ini. Menjadi mahasiswa aktif berorganisasi bidang
keagaamaan dan sosial dengan mengikuti kegiatan internal
dan eksternal kampus serta diterima melanjutkan studi S2 di
kampus Islam negeri ternama di Jawa Timur.
Momen inilah yang menjadi kilas hidupku untuk
berkomitmen menghidupkan semangat literasi Indonesia.
Sebuah momen yang mengakibatkan aku menjadi candu
positif untuk terus produktif membaca dan menulis. Aku tak
puas dengan prestasi yang didapatkan dari event sebelumnya,
lebih jauh aku harus membuat orang tuaku bersyukur dan
bangga telah melahirkan anak istimewa. Aku ingin melihat
senyum merekah bahagia mereka tertuju padaku. Walau

79
Jilid 8

seumur hidup aku takkan mampu membalas jasa mereka,


setidaknya melalui aku bisa melakukan yang terbaik untuk ke
dua bidadari hidup itu. Aku ingin mempersembahkan buku
terbaik kepada mereka sebagai bentuk bakti dan taatku.

Suka Duka Menulis


Z  
&

  
  
&
&
 

yang belum terbiasa menulis, terlebih yang ditulis adalah


sebuah buku yang tebalnya ratusan halaman. Diperlukan
upaya dan strategi dalam menulis. Dalam perjalanan
menulisku, terdapat berbagai suka dan duka yang aku alami
selama pengarapan naskah buku. Setiap keputusan yang kita
ambil dalam hidup pasti memiliki keuntungan dan resiko
yang siap diterima. Aku hanya menikmati semua prosesnya,
kadang rasa bahagia dan sedih silih berganti menemani
jiwaku. Tak banyak mengeluhm aku hanya menikmati proses
pendewasaan diri ini. Dalam proses menulis, setidaknya ada
beberapa suka dan duka yang aku alami.

Suka:
1. Aku menikmati setiap kata yang keluar dari dunia ide
di kepalaku ke dunia nyata pada papan keyboard laptop
2. Saat ide datang, maka menulis menjadi lebih mudah
dan mengalir ibarat derasnya aliran sungai
3. Rasa bahagia dan bangga manakala bisa menyelesaikan
naskah buku yang telah aku teargetkan sebelumnya
4. Bahagia dan bersyukur mendapat kabar bahwa naskah
kita diterima penerbit
5. Nama kita tercantum pada cover buku
6. Mendapat dukungan dari keluarga tercinta menjadikan
hati lebih On Fire lagi dalam menulis

80
Ensiklopedi Penulis Indonesia

7. Menulis sesuai dengan bidang yang kita tekuni dan sukai


ternyata mampu mempermudah proses kepenulisan
naskah, maka tulislah buku yang sesuai dengan bidang
keahlian Anda
8. Penulis harus optimis terhadap naskah yang ditulisnya
9. Diberi kesempatan untuk mengisi kelas menulis agar
pengalaman menulisku bisa dibagikan kepada orang
lain, baik secara online maupun %&

Duka:
1. Tidak menikmati proses kepenulisan, sehingga apa
yang aku ketik terkadang tidak sinkron dengan outline
yang sudah dibuat
2. Ada kalanya ide itu tidak datang, bahkan terkadang
stagnan, mentok tidak dapat dikembangkan lagi
3. Menulis buku itu memerlukan proses yang lama, mulai
dari pencarian ide, penggarapan, review penerbit
selama 2-4 bulan, editing 1-2 bulan hingga buku kita
benar-benar terbit.
4. Diperlukan kesabaran tinggi dan melatih mengendalikan
emosi seorang penulis
5. Menulis yang tidak sesuai bidang akan berdampak pada
tidak jelasnya tujuan kita menggarap tulisan
6. Menulis hanya mengandalkan mood sedang baik. Saat
mood sedang buruk sedang dan malas mengakibatkan
naskah tidak akan tersentuh
7. Harus bersiap menerima terhadap penolakan dari
penerbit
8. Pesimis naskah yang ditulis merupakan naskah jelek
dan tidak layak untuk dibaca banyak orang.

81
Jilid 8

Komunitas dan Mentor


Untuk bisa pandai menulis, aku harus mengikuti berbagai
komunitas-komunitas kepenulisan, baik secara online maupun
% (tatap muka). Tentu sangat berbeda proses dan hasil
seorang penulis manakala ia mengikuti komunitas menulis
dan tidak. Percepatan ilmu kepenulisan juga sangat berbeda
saat seseorang belajar langsung dengan mentor yang memang
ahli dalam kepenulisan dengan kita yang belajar menulis
secara otodidak. Maka menjadi sangat penting untuk mahir
dalam menulis kita harus berguru kepada ahlinya. Jika belajar
menulis secara otodidak memerlukan waktu bertahun-tahun
agar bisa menghasilkan buku, maka belajar langsung dengan
mentor mampu mempercepat prosesnya bahkan dalam waktu
satu bulan dapat menyelesaikan satu naskah buku.
Awalnya aku mengikuti beberapa komunitas menulis
online secara gratis aku ketahui dari grup media sosial
Whatsapp dan Facebook. Tanpa berpikir panjang aku langsung
ikut bergabung dengan grup tersebut dan ternyata grup ini
memang sangat ramai diskusi tentang ilmu kepenulisan
mulai dari mencari ide, sampai kepada tips dan trik agar
naskah kita lolos ke penerbit mayor. Grup tersebut adalah
Fakultas Menulis Online (FMO), Kelas Menulis Online (KMO)
Indonesia, Kelas Bisa Menulis (KBM), Pengusaha Kampus
Writerpreuner (PKW), Ode Literasi, Sharing Kepenulisan, KMO
Inspirator Academy dan Writer Fighter Malang (WFM). Untuk
komunitas berbayar seperti 30 Daily Writing Chalengge (DWC),
Pelatihan Menulis Onlie (PMO), Kelas Berbisnis Tulisan (KBT)
Nulis Yuk, dan Forum Aktif Menulis (FAM) Indonesia.
Perlu diperhatikan, baik berbayar maupun gratis bukan
jaminan kita akan menjadi penulis produktif yang bisa
menghasilkan karya. Melainkan komitmen dan terus berlatih

82
Ensiklopedi Penulis Indonesia

menulis yang akhirnya akan benar-benar menjadi penulis


produktif. Percuma ikut berbagai komunitas menulis namun
tidak bisa menghasilkan karya dari komunitas tersebut. Output
dari mengikuti komunitas tersebut adalah kita bisa menggali
ilmu kepenulisan lebih dalam dan juga sebagai sarana
menjalin silaturahim antar penulis di Indonesia, kesempatan
belajar menulis semakin luas. Maka kemauan belajar yang
tinggi serta semangat untuk tidak menyerah merupakan kunci
menjadi penulis buku yang berhasil.
Dari beberapa komunitas tersebut, aku bisa kenal dengan
bapak Isa Alamsyah, mas Ahmad Rifa’i Rif’an, Wildan Fuady,
Dwi Suwiknyo, Tendi Murti, Brili Agung, Rezky Firmansyah,
Dewa Eka Prayoga, Mba Ririn Astutiningrum, Indari Mastuti
dan beberapa penulis lain yang aku jadikan mentor dalam
rangka percepatan proses belajar menulis. Sungguh suatu
keberuntungan bagiku bisa berguru kepada mereka yang
expert di bidang kepenulisan, hal tersebut bisa dibuktikan
dengan karya-karya mereka yang menjadi Best Seller dan
menebar manfaat bagi orang banyak. Maka segera mencari
mentor sesuai genre tulisan yang kita ambil adalah langkah
tepat untuk belajar menjadi penulis betulan, bukan kebetulan
menjadi penulis.

Buku yang Dihasilkan


Buku di tangan pembaca saat ini merupakan karya ke-7.
Sebelumnya sudah pernah menulis buku yang berjudul “Ketika
Al-Qur’an Tak Lagi Diagungkan” (Quanta), buku “Aku Belum
Siap Menikah” (proses terbit), buku “Para Pencari Sakinah”
(proses terbit), buku “Persahabatan Sesurga” (proses terbit),
buku “Skenario Terbaik Dari-Mu” (proses terbit) dan buku
“Allah Mengujimu, Bukan Meninggalkanmu”(Marsua Media)

83
Jilid 8

yang ditulis bersama Ahmad Rifa’i Rif’an.

Cita-Cita Mulia
Aku memiliki cita-cita mulia agar bisa menyelesaikan
10 naskah buku pada tahun 2017 dan 15 naskah pada tahun
2018 mendatang. Bukan sekedar untuk gaya-gayaan, namun
cita-cita tersebut menjadi pelecut bagiku agar lebih semangat
menulis buku. Saat ini terdapat beberapa ide menarik
yang ingin aku tulis dalam sebuah buku. Aku menghargai
setiap proses kepenulisan yang aku jalani, bahwa tidaklah
menuliskan ide yang muncul pada pikiran. Diperlukan trial
and error terus menerus agar tulisanku benar-benar rapi dan
 
 

&
=  
  
 

 
 
 

 


> 

ingin ditulis. Harapan terbesarku adalah isi dari buku yang


aku tulis tersebut mampu menyentuh hati pembaca, terlebih
jika tulisanku bisa menjadi jalan kebaikan bagi pembacanya.
Cita-cita tersebut di atas akan dapat ku gapai manakala
aku memiliki alasan terkuat mengapa harus menulis. Inilah
Motivasiku:
1. Ilmu yang bermanfaat. Aku ingin buku hasil dari
tulisanku kelak mampu membawa kebaikan dan
manfaat kepada pembaca agar kelak aku membawa
amal jariyah saat menghadap Allah SWT.
2. Jalan berdakwah. Menulis buku menjadi panggilan jiwa
bagiku untuk mendakwahkan Islam rahmatan lil ‘alamin
kepada dunia, agar agama Allah yang agung ini semakin
dikenal banyak orang.
3. Menyejarah pada lintasan zaman. Anda kenal dengan
Imam Syaf’i? Beliau adalah imam madzhab yang mashyur
hingga saat ini. Jasadnya sudah di dalam kubur, namun

84
Ensiklopedi Penulis Indonesia

nama dan kitabnya masih ada (hidup) hingga saat ini.


4. Warisan berharga. Aku ingin anak, cucu dan
keturunanku di masa depan nanti mengenal buyut dan
nenek moyangnya melalui tulisan. Bahwa aku pernah
hidup di dunia di masa lalu dan tulisan yang aku
tinggalkan menjadi warisan abadi sepanjang masa.
5. Media berbagi. Rasa bahagia dan sedih bisa Anda
ungkapkan kepada orang lain dengan menulis. Bahkan
dengan menulis, menjadi sarana penyembuhan bagi
mereka yang sedang putus asa dan depresi.
6. Z 
   
’
 
 ~
 

prioritas, menulis tetap menjadi salah satu cara untuk


mendapatkan pundi-pundi rupiah.

Berdomisili di Kota Malang dan sedang melanjutkan


studi S2 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. No Hp/WA:
082352440333. Email: ilham.nur204@gmail.com. Tumblr: @
muhammadilhamnur.tumblr.com. Instagram: @m.ilham_nur.
Facebook: Muhammad Ilham Nur.

85
Jilid 8

Nabila Balqis Mukhra


Dunia Sesungguhnya

Namaku Nabila Balqis Mukhra. Aku lahir di Banda Aceh,


05 Februari 2001. Aku memiliki cita-cita yang berbeda dari
teman-temanku pada umumnya. Jika banyak dari teman-
temanku memiliki cita-cita menjadi dokter, guru, dan polisi,
lain halnya dengan cita-citaku. Karena aku memiliki cita-cita
menjadi seorang penulis yang hebat dan terkenal. Amin…
Menyadari betapa sulitnya menjadi seorang penulis,
membuatku semakin mencintai dunia kepenulisan. Karena
bagiku, dunia kepenulisan adalah tantangan hidup yang
sangat menyenangkan.
Banyak yang bilang, menulis itu tidaklah mudah. Apalagi
jika menulis sebuah cerita yang aku kita jadikan sebuah buku
atau novel, tentu akan membuat si penulis merasa sangat
jenuh dan membosankan.
Mungkin benar, jika menulis akan membuat seseorang
merasa sangat jenuh dan membosankan, dan aku tidak bisa
pungkiri itu.Tapi untukku pribadi semua itu dapat diatasi

86
Ensiklopedi Penulis Indonesia

dengan dua cara.Cara yang pertama yaitu mencintai terlebih


dahulu dunia menulis. Karena tanpa adanya rasa cinta pada
dunia menulis, semuanya tidak akan berjalan dengan baik
dan tentunya kita tidak akan bisa menulis dengan sempurna.
Dan yang kedua adalah menikmati setiap detik kalian
menulis. Kalau caraku menikmati setiap detik aku menulis
yaitu dengan membayangkan kalau aku berada di dalam alur
cerita yang sedang aku tulis itu, sebagai tokoh utamanya. Dan
didalam cerita itu aku bukan hanya memiliki banyak teman
dan keluarga, tapi aku juga memiliki seorang laki-laki spesial
dalam hidupku, karena cerita yang aku tulis itu adalah sebuah
cerita cinta remaja. Dan sebagai seorang remaja, terkadang aku
merasa baper sendiri dengan cerita yang aku tulis. Memang
terlihat gila dan konyol, tapi itu kenyataannya.
Itulah kehebatan menulis bagiku. Hanya dengan
berimajinasi,Menulis akan menjadi suatu hal yang
menyenangkan.
Masih teringat jelas diingatanku. Perjuangan aku untuk
menulis tidaklah mudah. Semuanya berawal pada tahun
2010. Pada saat itu, aku yang merupakan seorang murid kelas
empat, entah kenapa mulai menyukai dunia membaca, hingga
membuatku meminta kakakku untuk membelikanku novel
anak. Tidak tanggung-tanggung, aku langsung membeli
tiga novel untuk pertama kalinya. Bahkan pada saat itu aku
beranggapan, aku akan selesai membaca ketiga novel itu pada
kelas enam. Yaaa begitulah aku dulu. Jangan tanya mengapa,
karena aku sendiri juga bingung. Padahal setelah aku baca
ketiganya, tidak lebih dari dua bulan ketiga novel itu telah
habis aku baca. Dan ketika aku kelas enam, ketiga novelku
itu telah memiliki banyak teman baru. Karena pada saat aku
kelas enam, aku telah mengoleksi lebih dari lima belas novel.

87
Jilid 8

Padahal sebelumnya aku berpikir kalau ketiga novel itu akan


menemani setiap hariku sampai kelas enam. Hahaha.
Membaca, membaca, dan terus membaca, membuat aku
berada pada sebuah titik dimana aku mulai tertarik untuk
menulis sebuah cerita.
Hingga pada akhirnya, pada kelas lima, untuk pertama
kalinya aku menulis sebuah cerita. Aku lupa judul ceritanya,
namun seingatku, cerita itu bertema persahabatan. Karena
tidak mungkin aku menulis sebuah cerita cinta pada saat
itu. Walau sebenarnya pada saat kelas lima itu, aku telah
sedikit paham tentang cinta. Ssssttt! Semoga keluargaku tidak
membaca tulisanku ini. Hehehe.
Namun karena pada saat itu aku belum pintar mengetik
laptop, akhirnya ceritaku itu terbengkalai.
Karena hanya tertarik menulis, namun belum sepenuhnya
mencintai dunia menulis, akhirnya tulis-menulis terhenti
begitu saja setelah kejenuhan dan rasa bosan mulai melanda.
Setelah tiga tahun berlalu, rasa cinta mulai tumbuh
diantara aku dan dunia menulis. Dan lagi-lagi semuanya
berawal dari membaca novel. Namun kali ini untuk pertama
kalinya aku membaca novel yang berbeda dari novel-novel
sebelumnya. Berhubung pada saat itu aku telah menjadi
seorang murid kelas delapan, jadi aku mulai tertarik untuk
membaca novel remaja.
Imajinasi yang semakin berkembang disaat umurku
telah menginjak empat belas tahun, membuatku ingin sekali
membuat sebuah cerita cinta remaja seperti novel-novel yang
telah aku baca. Namun apalah daya. Terlahir sebagai anak
perempuan bungsu, menjadikan aku tetap sebagai putri kecil
yang polos untuk kedua orang tuaku walau pada saat itu aku
telah beranjak remaja. Karena itulah aku belum memberanikan

88
Ensiklopedi Penulis Indonesia

diri untuk membuat cerita cinta remaja. Hingga pada akhirnya


aku hanya membuat sebuah cerita fantasi yang bagiku cerita
itu cocok untuk usiaku saat itu.
Karena mengetahui kalau waktu untuk tim redaksi
menyeleksi naskah diterima atau tidaknya selama tiga bulan,
membuatku sangat ingin untuk menyelesaikan naskah pada
bulan November. Dngan harapan, pada bulan Februari aku
akan mendapatkan kabar gembira dari tim redaksi. Karena
bulan Februari adalah bulan kelahiranku. Pada tahun 2016 itu
aku sangat berharap sesuatu yang spesial akan aku dapatkan
pada tahun ulang tahunku yang ke lima belas tahun itu. Yaitu
sebuah naskah yang akan dinovelkan.
Alhamdulillah, kurang lebih empat bulan akhirnya aku
telah menyelesaikan ceritaku itu. Dan betapa bersyukurnya
aku, cerita yang telah aku selesaikan itu, dapat aku kirim ke
penerbit sesuai pada bulan yang telah kutargetkan yaitu bulan
November.
Melihat jumlah halaman yang telah mencapai 80 halaman,
membuat kakakku menarik nafas panjang seraya terus melihat
ke arah laptop. Aku tidak tau apa yang terlintas dipikirannya.
Tapi ada satu kalimat yang kakakku ucapkan, “Menyelesaikan
sebuah naskah cerita, ternyata tidak jauh berbeda dengan
menyelesaikan sebuah skripsi.”
Setelah melalui banyak proses saat menulis cerita,
akhirnya kini aku berada ditahapan akhir sebelum naskah di
kirim ke penerbit. Yaitu membuat akun E-mail, print naskah,
sampai ikut mengantar naskah ke kantor pos untuk dikirim ke
penerbit. Karena dapat menyelesaikan sebuah naskah sampai
tahapan akhir yaitu mengirim naskah ke penerbit adalah
sebuah kebahagiaan dan kebanggaan tersendiri untukku.
Apalagi jika ceritaku dapat diterbitkan. Mungkin hidupku

89
Jilid 8

akan semakin berwarna.


Namun sepertinya, mimpiku untuk dapat menerbitkan
sebuah novel harus aku kubur dalam-dalam. Dan harapanku
untuk bisa mendapatkan sesuatu yang spesial pada bulan
kelahiranku, harus aku lupakan. Karena semua yang terjadi,
berbeda dari yang aku bayangkan.
Z 

 
  
 
  

atau tidaknya naskah ceritaku pada bulan Februari itu. Tapi


memang sepertinya naskahku tidak diterbitkan. Karena


 &


 
  


belum juga aku dapatkan. Padahal waktu sudah dua bulan


berlalu dari batas waktu seleksi yang ditentukan. Dari situ
aku berkesimpulan dengan hati yang sedih, naskah ceritaku
tidak ditebitkan. Sejak itulah aku mulai merasa down, sampai
tidak ingin lagi menulis. Semuanya seperti terlupakan begitu
aja. Rasa cintaku kepada dunia kepenulisan, pada saat itu
telah sirna sudah.
Dua tahun kemudian, teknologi yang semakin canggih,
membuatku akhirnya menemukan aplikasi wattpad sebagai
sumber bacaanku. Setiap hariku aku pergunakan handphone-
ku untuk membaca carita pada aplikasi wattpad tersebut.
Sejak adanya aplikasi itulah aku tidak lagi membeli novel.
Dan sejak itulah, novel-novelku tidak bertambah anggotanya.
Pada aplikasi wattpad, aku melihat banyak orang
beruntung yang dapat menerbitkan novelnya menjadi sebuah
buku atas tawaran dari penerbit. Mereka sungguh beruntung.
Jujur, aku sangat iri akan hal itu.
Karena memiliki keinginan seperti mereka yang
beruntung, aku bertekad untuk searching di google bagaimana
cara mendapatkan view yang banyak di wattpad. Karena
dengan view yang banyak, tidak menutup kemungkinan,

90
Ensiklopedi Penulis Indonesia

ceritaku juga akan diterbitkan.


Namun yang keluar di google berbeda dari apa yang aku
ketik.
‘Inspirasi menjadi penulis.’
Itulah kalimat yang keluar di web. Karena penasaran,
akhirnya aku membukanya. Ternyata isi dari blognya adalah
kata-kata bijak sebagai inspirasi menjadi penulis.
Aku membaca satu persatu kata-kata tersebut. Diantara
sekian banyak kata-kata, ada dua kata-kata dari dua orang
yang berbeda yang sangat menyentuh hatiku. Yaitu kata-kata
dari Stephen King dan Kuntowijoyo.
“Ketika seorang penulis hanya menunggu, maka
sebenarnya ia belum menjadi dirinya sendiri.” -Stephen King.
“Syarat untuk menjadi penulis ada tiga. Yaitu menulis,
menulis, dan menulis.” -Kuntowijoyo.
Setelah membaca dua kata-kata bijak itu, entah kenapa
hati kecilku terus memintaku untuk kembali menulis dan
kembali mencintai dunia kepenulisan.
Beberapa hari kemudian, dengan kemantapan hati dan
semangat yang kembali merekah, aku mencoba untuk kembali
menulis. Namun untuk yang kali ini, aku akan menulis sebuah
cerita cinta remaja. Kini tidak ada lagi penghalangku untuk
menulis cerita cinta remaja. Karena aku telah menduduki
bangku SMA. Masa dimana setiap remaja telah wajar untuk
mengenal cinta.
Namun lagi-lagi naskahku ditolak oleh penerbit. Tapi
karena telah belajar dari pengalaman sebelumnya, kini aku
tidak lagi merasa down seperti sebelumnya. Walau merasa
sedih dan kecewa, namun aku menganggap kegagalan ini
adalah sebuah kunci dari kesuksesan yang akan datang
menghampiri hidupku.

91
Jilid 8

Ternyata Tuhan telah mengatur semuanya dengan sangat


indah. Sebuah kabar gembira aku dapatkan pada naskah
ceritaku yang keempat yang berjudul Lina Love Story yang
kini telah terbit menjadi sebuah novel. Novel yang Insyaa
Allah akan membuat para remaja baper dengan alur ceritanya.
Mungkin novelku itu tidak sesempurna novel penulis-
penulis hebat. Tapi novelku itu telah menjadi penyempurna
hidupku.
Kini aku semakin mencintai dunia kepenulisan. Karena
itulah dunia yang sesungguhnya bagiku.
Berdomisili di Rumah makan asa ujong batee, jalan Ir. Moh
Thaher, Desa Cot Mesjid, Kecamatan Lueng Bata, Banda Aceh.
E-mail: nabilamukhra@gmail.com. No hp: 085373022123.

92
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Nardi
Menulis adalah Nutrisi Jiwa

Nardi adalah nama asli saya. Nama yang sangat singkat


dan jauh dari nuansa maduriyah seperti pada umumnya
putra Madura yang namanya selalu diawali dengan nama
“Muhammad”. Sehingga dengan demikian tidak jarang
teman-teman yang merasa heran karena saya Madura tulen
namun tidak cocok dengan nama yang disandang. Bahkan
banyak teman-teman yang mengatakan bahwa nama Nardi
adalah nama Jawa. Terlepas dari polemik mana yang ada
namun saa tetap bangga dengan nama itu sebagaimana
bangga seorang bayi yang menemukan tetek ibunya setelah
seharian kehauasan. Atau seperti gembiranya seorang
 
  

 

 
 
 


berminggu-minggu berjalan sempoyongan karena dilanda


rasa haus yang mencekik.
Saya Lahir di pulau garam tepatnya di Sumenep 06
April 1983 dusun Aengnyior desa Lobuk, Kecamatan Bluto
Kabupaten Sumenep Madura. Jenjang pendidikan saya
mulai sekolah dasar di SDN Lobuk 1. Setelah lulus SD saya

93
Jilid 8

tidak langsung melanjutkan ke jenjang selanjutnya karena


terkendala biaya pada saat itu. Lalu dua tahun kemudian saya
baru sekolah lagi melanjutkan ke MTs di pondok pesantren
An-Najah Karduluk Sumenep, kemudian melanjutkan ke
jenjang Madrasah Aliyah (MA) di almamater yang sama
sekaligus menjadi santri di Pon-Pes An-najah 1 Sumenep.
Di pondok inilah benih cinta menulis mulai bersemi.
Seperti bunga di taman yang mulai bermekaran menyambut
datangnya musim semi yang lama dirindukan. Hobby tulis
menulis semakin tumbuh ketika menjadi siswa madrasah
aliyah (MA). Pada saat itu, ustadz Naufal Ramzy selaku kepala
sekolah mengharuskan kepada setiap siswa untuk membuat
makalah pada setiap mata pelajaran yang diampu. Berbekal
dari pengalaman itulah saya terus berlatih menulis hingga
menulis menjadi sebuah hobby bagi saya hingga sekarang.
Setelah lulus dari Madrasah Aliyah An-Najah 1 Karduluk,
saya melanjutkan study ke bangku kuliyah di Surabaya
tepatnya di Universitas Muhammadiyah Surabaya Jurusan
Ushuluddin Perbandingan Agama (FIAD).
Lulus tahun 2008. Menempuh program akta IV di
Universitas yang sama lulus tahun 2009. Sekarang aktif menjadi
tenaga pengajar di SD Mujahidin 1 Surabaya dan menjadi
mahasiswa pasca sarjana di Universitas Muhammadiyah
Surabaya.
Menulis pada dasarnya gampang-gampang susah.
Terkadang gampang dan terkadang susah karena menulis
tidak hanya sekedar hobby yang kemudian dituangkan dalam
tulisan di atas kertas. Namun yang lebih penting dan sangat
urgen adalah bagaimana tulisan tersebut berkwalitas dengan
sistematika penulisan yang baik dan bermutu. Oleh sebab itu,
saya seringkali mengikuti pelatihan jurnalistik dalam rangka

94
Ensiklopedi Penulis Indonesia

untuk memperdalam keilmuan di bidang tersebut. Saya masih


ingat saat mengikuti pelatihan jurnalistik yang diadakan oleh
pengurus yayasan Masjid Mujahidin Surabaya, seorang nara
sumber mengatakan jangan takut untuk menulis, jangan
takut salah, dan jangan takut untuk diejek bila tulisanmu
dinilai kurang bagus. Karena menulis butuh kebiasaan dan
pembiasaan.
Dengan adanya spirit dan motivasi tersebut, saya hampir
tiap hari menuangkan pikiran sekedar apa yang ada di dalam
benak saya. Lalu saya belajar menulis opini, cerpen, dan
menulis pengalaman-pengalaman kemudian dikirim ke koran
harian seperti radar surabaya, koran surya, serta media-media
online.
Banyak pengalaman yang saya alami dari hal tersebut.
Pernah mengirim tulisan ke salah satu korn harian hingga
puluhan kali namun tak pernah dimuat. Namun saya tak
patah arang, bahkan dengan tidak dimuatnya tulisan saya
semakin membuat ghiroh menulis semakin tinggi. Berkat
kegigihan inilah kemudin tulisan saya dimuat. Di antara
tulisan saya yang sudah dipublikasikan: “Wasiat Untuk
Gubernur Jatim” (Radar Surabaya), “Asketisme Politik”
(Radar Surabaya), “Dari Atas Turun Ke Bawah” (Koran Surya),
“Pilar Pendidikan Karakter Untuk Remaja” (Koran Surya),
“Cerah Bersama Sang Pencerah” (Koran Surya), “Membangun
Keteladanan” (Majalah Suara Mujahidin), “Belajar Dari
Pohon Pisang” (Majalah Suara Mujahidin), “Antara Bunglon
Dan Kepompong” (Majalah Suara Mujahidin), “Nilai Segelas
Air” (Majalah Suara Mujahidin), “Hidup Tidak Hanya
Sekedar Hidup.” (Lazismu Kota Surabaya), “Gaya Hidup
Remaja” (Buletin Risalah Dakwah Mujahidin), “Bencana Dan
Ulah Manusia” (Risalah Dakwah Mujahidin). Sedangkan

95
Jilid 8

buku tunggal yang telah terbit yaitu “ Teologi Cinta” (FAM


Publishing : 2015). Dan buku “Jangan Mengukur Baju Dengan
Badan Orang Lain” (FAM Publishing : 2017).
Pengamalan organisasi saya pernah menjadi pengurus
IPM Ransating Masjid At-Taqwa Pogot, menjadi wakil ketua
Pemuda Masjid Mujahidin 2008-20011, Ketua Pemuda Masjid
Mujahidin 2011-2014, Anggota Badan Dakwah Mujahidin
(BDM) 2014-2017. Wakil Ketua Pemuda Muhammadiyah
Cabang Kenjeran Surabaya periode 2015- 2020.
Dengan tulisan ini saya mengajak kepada seluruh
pembaca yang budiman untuk senantiasa menulis. Karena
menulis memiliki banyak manfaat dan faidah. Menulis
dapat memperluas wawasan, menulis bisa memperkaya
pengetahuan menulis dapat dijadikan lahan dakwah apalagi di
zaman sekarang ini dimana media sudah menjadi kebutuhan
publik yang tak dapat dielakkan. Kelihaian menulis terutama
yang berkaitan dengan dakwah sangat dibutuhkan dengan
sarana komtemporer yang ada saat ini. Adanya media sosial
(medsos), dan media-media online lainnya membuka ruang
seluas-luasnya kepada kita untuk menyampaikan ide-ide atau
gagasan-gagasan. Paling tidak sepatah atau dua patah kata
yang kita update dalam status media sosial menjadi seruan
dakwah amar makruf dan nahi mungkar.
Persoalan keumatan sekarang ini sangat kompleks. Mulai
dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, hukum dan
keadilan, semuanya bertumpuk menjadi satu. Dan ini bisa
menjadi bom waktu manakala kita tidak sanggup mengurai
problem tersebut dengan benar. Oleh sebab itu, peranan kita
dalam memberikan sumbangsih pemikiran lewat tulisan
paling tidak dapat mengurai akar masalah tersebut walau
hanya masih menyentuh bagian kulitnya saja. Namun dengan

96
Ensiklopedi Penulis Indonesia

demikian, upaya untuk menciptakan suasana yang kondusif


telah kita lakukan semampu yang kita miliki. Selebihnya kita
meminta pertolongan kepada Dzat Yang Memiliki jagad ini.
Nun, walqolami wama yasturun.

97
Jilid 8

Rofi’ah
Menulis adalah Naluriku

“Kata adalah jiwaku, menulis adalah naluriku dan sebuah


motivasi dalam karya adalah tujuanku”.



> 
 ~
  
 

suami istri asal kota Blitar pada 20 Juli 1991 Islam. Nama
yang menjadikanku sosok tangguh dan berharap menjadi
kembanggaannya kelak. Aku terlahir dari ayah bernama
Imanudin dan ibuku Muti’ah. Sejak berumur tujuh bulan
aku tinggal bersama nenekku, karena orang tuaku memilih
bekerja dan bersomisili di pulau Bali. Meski tanpa memiliki
saudara kandung tak membuatku menjadi sosok anak manja,
karena nenek dan kakekku selalu mengajarkan tentang hidup
sederhana dan mandiri.
Tidak sedikit yang mengatakan hidupku sempurna,
apa yang ingin ku nikmati selalu ada. Namun ajaran sejak
kecil telah tertanam dalam diri bahwa kemewahan bukan
segalanya. Selayaknya anak kecil seusiaku, kasih sayang
orang tua seharusnya menjadi faktor utama pertumbuhanku.

98
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Namun karena sebuah pekerjaan yang mereka selalu bilang


untuk masa depanku, aku selalu berkata bisa tanpa mereka
di sampingku, hingga aku harus lebih mengedepankan
prestasiku untuk membuat mereka tersenyum melihatku.
Didikan dari nenek dan kakek pun sama seperti orang
tuaku, aturan dalam menjalani hidup membuatku tumbuh
menjadi sosok tangguh dan percaya diri dalam hal yang
membawaku dalam kebaikan. Sejak sekolah dasar aku tak
pernah melewatkan moment prestasi akedemik, menjadi
juara kelas meski bukan yang pertama seolah menjadi tradisi
untukku. Dukungan dari keluarga besar selalu membuatku
semangat dalam mengerjakan hal – hal berbau akademik.
Menginjak kelas 5 sekolah dasar rasanya aku mulai
kehilangan moment penting dengan orangtua. Setiap
penghujung tahun kenaikan kelas aku hanya melihat teman –
teman yang selalu di dampingi orang tuanya saat penerimaan
rapor. Melihat wajah mereka yang tertawa riang, hingga
belaian manja kasih sayang orang tua yang membuatku iri
selama ini. Sempat bertanya pada keluarga kapan mereka ada
untuk menyaksikanku meraih prestasi, namun keingainan
hanya keinginan yang sulit untuk menjadi nyata adanya.
Sejak saat itu, semakin tumbuh dewasanya pribadiku,
sering mengeluh bahkan mengadu pada keluarga namun
respon yang seoalah hanya memberatkanku membuatku
selalu terdiam dalam menghadapi hidup. Selain aku hanya
mampu bercerita kepada pembuat hidup, waktu luangku
kuhabiskan menulis diary yang entah siapa pembacanya
  
 
  
~
  
 
>


depanku. Kertas putih dan warna tinta mampu ku jadikan


&
   


 
& 

& 

 



 
& 
 
 



99
Jilid 8

mendengar keluh kesahku.


Menginjak masuk SMP aku memilih tinggal di sebuah
pesantren di ibu kota. Keputusan itu ku ambil atas izin orang
tua dan keinginanku untuk hidup lebih mandiri. Di pesantren
kegiatanku membuat sibuk hari-hariku, hidup seadanya dan
jauh dari kata mewah. Seringnya aku menulis semua kegiatan
yang kulakukan setiap hari hingga rasa rindu keluarga,
membuat imajinasiku selalu tumbuh dan terus berkembang.
Tanpa ku sadari setiap ada kesempatan menulis di mading
sekolah tak pernah ku lewatkan. Setiap kali melihat tulisanku
di mading rasa ingin terus berkarya selalu muncul, walau
kadang perasaan lelah menhampiri dan membuatku lemah.
MTS kelas 2 rasanya bakat itu ada dalam diriku,
namun semua itu bukanlah cita – citaku. Setiap teman yang
membaca tulisan penaku berkata aku mampu menjadi
seorang pujangga. Puisi yang sering ku tulis selalu mendapat
apresiasi positif dari teman maupun guru di sekolah. Sejak
saat itu keyakinaku tumbuh jika aku mampu menulis sejarah
perjalanankmku untuk mereka nikmati. Pelajaran bahasa
indonesia yang teman – temanku selalu bilang mengundang
rasa ngantuk, bagiku adalah hiburan jiwa. Dalam pelajaran itu
aku mampu mengekpresikan isi hati dan perasaanku, melalui
kata dan kalimat aku mampu menceritakan semua keinginan
memoryku.
Kegiatan menulis membuatku banyak mendapat
pengalaman baru di setiap momentnya. Tahun 2008 menjadi
pintu gerbangku untuk menekuni dunia literasi. Di sela
kesibukanku belajar aku mengikuti agenda jurnaslistik di
sekolah-sekolah yang berada di tingkat kabupaten kota
tempatku tinggal. Tak sedikit waktu istirahatku selalu habis
hanya untuk berimajinasi dan berkawan lembaran kertas

100
Ensiklopedi Penulis Indonesia

putih dan pena. Bagiku jiwaku mulai menyatu dalam setiap


kata yang terangkai di otakku, bahkan setiap nafas yang
berhembus dari rongga hidungku memiliki banyak makna
yang sayang untuk di abaikan.
Banyak mengisi kegiatan-kegiatan yang berhubungan
dengan dunia literasi, mengajarkan membaca dan mencintai
karya anak bangsa kepada anak – anak yang mempunyai
antusias membaca merupakan kegiatan yang membuat dunia
 




~ 
†


& 

dunia literasi adalah dunia hebatku.


Namun, berjalan tanpa ada kerikil di hadapan kita tentu
tak mungkin. Gunjingan dari saudara, sahabat, bahkan
orang-orang yang memandang dunia menulis itu hanya
khayalan semata membuatku drop dan hampir melupakan
dari rangkaian kata yang selalu ku ukir indah dalam karya.
Mereka selalu bilang menulis hanyalah membuang waktu
tanpa mengahsilkan, mereka selalu bicara hidupku ini bukan
sebuah novel yang hanya diamainkan oleh tinta namun
kenyataan yang harus di kejar tanpa merubah bak sandiwara.
Terkadang dari mereka kelemahanku menulis tumbuh
tak terhalang. Rasa malas bahkan bimbang akan tulisan yang
mampu memotivasi pembaca hilang, yang tertinggal dalam
benak terdalam hanya keraguan. Sempat menghentikan
& 
 
&

  
 



mencoba beradu dengan gambar-gambar nyata di depan mata.


Pelajaran besar dalam sebuah perjalanan ketika sebuah lensa
mengambil gambar yang mampu menumbuhkan inspirasi
dan kata untuk dapat dia urai dalam bait. Ya, dunia baruku
sangat terhubung dengan impianku yaitu literasi.
Saat seorang ibu melihat anaknya tumbuh dewasa,
memiliki kemampuan dalam merangkai kata menjadi makna.

101
Jilid 8

Baliau selalu bilang “Tulis apa yang kamu bisa tulis, lihat,
baca, dan dengarkan apa yang ada di hadapanmu, dan hargai
setiap karya seseorang yang mampu membuatmu terus
semangat menggali mimpi dengan hati dan ketulusan jiwamu,
maka suatu hari nanti karyamu akan mereka temui”. Kata itu
mampu membuatku bangkit hingga saat ini.
Motivasi terbesar untukku adalah kata dari seorang
ibu. Menulis bukanlah mencari like paling banyak, menulis
bukanlah mencari follower jutaan, menulis bukanlah
 
  
~ 


&  
  


menulis bukanlah mencari uang semata agar menjadi manusia


terkaya. Namun menulis adalah bentuk jiwa yang mampu
terlihat hebat bagi pembaca, memberi kesan motivasi yang
mampu menyatu dengan hati penikmatnya dan pengalaman
diri dimana menulis bukanlah mimpi yang tak berarti.
Awal 2015 aku memilih hijrah ke negari beton Hongkong.
Entah perjalanan seperti apa yang ingin ku capai saat itu
mengalir di otakku. Hatiku hanya tergugah untuk mampu
mewujudkan mimpi yang tertunda karena asa. Kembali
menata cita yang enggan singgah dalam diri yang tak
menemukan tujuan hidup. Dalam benakku selalu percaya di
mana aku mampu berusaha, disitu aku akan mendapat apa
yang aku pinta, dan semua itu benar adanya.
Semenjak di negeri beton sebagai seorang BMI ( Buruh
Migran Indonesia ), hidupku terasa berubah. Cita-cita yang
terpendam selama hampir 6 tahun terwujud, yaitu menikmati
bangku kuliah. Dengan hasil keringat sendiri membawaku
semangat untuk meraih apa yang belum terwujud selama ini.
Bahkan untuk mengenal kehidupan yang lebih luas semua
saat aku berada di negeri ini. Meski begitu rasa cinta dan
bangga akan negeriku sendiri tak berkurang sedikitpun untuk

102
Ensiklopedi Penulis Indonesia

tetap mantap di bela.


Di tempat yang menghidupiku hingga sekarang ini
juga aku mulai menemukan berbagai ide dan motivasi baru
menggali sebuah karya yang sempat pupus karena keadaan
dan waktu. Aku mulai aktif kembali dalam dunia literasi,
dunia yang hampir tak bisa ku pegang lagi. Otakku terasa
 

& 
  

> 
 
 

bahkan merangakai kata bagiku seperti bernafas yang


mudah berhembus dan menjadikan arti bahwa diriku masih
bernyawa. Kembali Ku bulatkan tekat untuk mengukir karya
dalam setiap kata yang mampu keluar dari jiwa.
Perkembangan sosial media juga membantu menyalurkan
segala keingainanku yang tertunda untuk lebih aktif
mengeluarkan karya yang mampu memotivasi pembaca.
Seringnya tulisanku terbaca oleh pasang mata, tak lepas
membuat mereka mengenalku dengan porsiku sebagai
seorang penulis. Bahkan nama yang selalu membuatku
 

& 

 
 





panggilan mereka untukku.


Schaaci, sebuah nama yang sengaja kupilih sebagai
nama pena dalam perjalanan menulisku. Bagiku nama itu
menagndung arti yang mampu membuat diriku terus mampu
berdamai dengan kata dan kertas yang selalu menemani
hariku. Dari situlah semua akan ku rubah perlahan, segala
impian yang tertunda hadir kembali dan membawaku
menjiwai dunia literasi.
Kini sosial media memberiku wadah luas untuk
mengekpresikan impianku. Sejak 2013 aku mencoba aktif
kembali dalam dunia literasi. Puisi, cerpen, sajak, hingga
tulisan – tulisan motivasi yang mampu ku urai dengan
hati selalu ku tampilkan dalam karya tulisanku. Seiring

103
Jilid 8

berjalannya waktu, rasa yakin dan kecintaanku pada menulis


semakin besar. Bagiku menulis menjadi sebuah profesi hebat
tanpa harus dengan ikatan waktu, tempat, ataupun keadaan.
Meski profesi utamaku bukanlah penulis, menulis mampu
membuatku bangga akan bakat yang ada. Menulis mampu
menjadi penenang rasa setelah-Nya, dan ungkapan jiwa yang
sulit untuk tercurahkan.
2015, banyaknya sosial media yang terus mengungkap
penulis-penulis muda Indonesia, memberiku kekuatan
tersendiri untuk menciptakan karya. Mengisi setiap event
literasi nasional, dan mencoba menulis karya tunggal dalan
sebuah catatan mimpi. Salah satu karya yang telah di nikmati
pembaca adalah antalogi puisi (Negeri yang Bersolek) Arashi
Grup, antalogi cerpen (Masa Depanku di UT) PPMPI Publisher,
antalogi cerpen (Cinta Pertama) FAM Indonesia, antalogi
puisi (Kenangan di Bangku SMA) FAM Indonesia, dan novel
tunggal (Dentang WaktuWaktu) dalam proses terbit.
Karya adalah kenangan terbesar dari sebuah nama yang
mampu diingat sepanjang masa. Karya adalah kado terindah
untuk keturunan di masa berjalan, dan karya adalah satu nilai
yang terkandung dalam badan hingga akhir hayat mendatang.
Jangan pernah takut berkarya, jangan pernah takut
menulis, takutlah jika tak bisa menulis sebuah karya, karena
karya pemuda Indonesia adalah simbol kekayaan bangsa.
Berdomisili di Hongkong. No Telephone: +85251255147.
E_mail: >   “ .

104
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Rugi Astutik
Riwayat Hidup

Aku anak terakhir dari tujuh bersaudara. Meskipun aku


anak bungsu, tapi aku berpikir seperti anak sulung. Aku
dilahirkan oleh seorang wanita hebat sekaligus penyabar yaitu
Ibu Panti. Ibuku sangat sabar, tapi ayahku lebih sabar, ayahku
bernama Tuko Diyatno Suwito. Aku tidak pernah melihat
ayahku marah baik ke ibu ataupun ke anak-anaknya. Aku lahir
di Gunungkidul, 23 Maret 1992. Aku diberi nama Rugi Astutik.
Sebuah nama yang unik dan pernah membuatku frustrasi
karena banyak teman yang merundungku saat di sekolah.
Mereka mengejek namaku. Mereka bilang oarangtuaku rugi
karena telah melahirkanku. Mereka mengartikan rugi sama
dengan tidak beruntung. Nama yang membuatku belajar
banyak hal sekaligus nama adalah motivasi terbesarku dalam
menjalani hidup ini. “Namaku boleh Rugi, tapi nasibku harus
beruntung! Ya, harus beruntung melebihi orang yang memiliki
nama bagus.” Nyatanya kehidupanku akhirnya berubah dan
aku banyak memperoleh anugerah yang membuat iri orang

105
Jilid 8

yang telah mengejekku. Aku percaya hidup itu berputar


seperti roda dan itu yang aku alami. Orang yang mengejekku
berubah memuji.
Sejak SMP saya bermimpi untuk menjadi seorang penulis.
Tidak ada alasan jelas mengapa aku memimpikan profesi
itu. Namun, bagiku penulis adalah sosok manusia hebat
yang mampu membuat sedih, berbunga-bunga, menangis,
bahkan membawa perasaan pembaca untuk larut dalam
ceritanya. Saat itu juga, guruku memberi tahu jumlah royalti
untuk setiap karya yang terbit. Jumlah yang menurutku
cukup besar sehingga menambah semangat untuk menulis.
Sayang, berkali-kali aku mencoba untuk mengirim karya ke
media cetak, namun aku selalu gagal. Saat itu aku juga sering
menulis buku harian. Menulis itu adalah salah satu cara
mengungkapkan cinta yang tidak bisa terucap.
Masuk masa putih abu-abu, aku semakin bertekad
untuk bisa menjadi seorang penulis. Aku berusaha untuk
terus menulis. Menulis, menulis, dan menulis. Targetku saat
itu, aku memperoleh uang karena aku berasal dari keluarga
miskin dan bisa mengenyam pendidikan karena memperoleh
beasiswa selama tiga tahun. Namun lagi-lagi aku gagal untuk
menerbitkan karyaku dan mendapatkan uang. Akhirnya aku
belajar untuk berjualan pulsa. Saat itu aku berhenti menulis
karena mengirim karya melalui pos membutuhkan uang,
sedang aku tidak memiliki cukup uang.
Masa abu-abu aku jalani dengan sukacita. Aku belajar
giat dan mengikuti beberapa organisasi. Komitmenku saat itu
adalah aku tidak akan menyia-nyiakan sekolahku karena aku
diberi kesempatan untuk memperoleh beasiswa pendidikan.
Kelas XI aku memperoleh juara tiga lomba karya tulis ilmiah
di Universitas Negeri Yogyakarta. Aku sangat bangga

106
Ensiklopedi Penulis Indonesia

memperoleh kejuaraan itu, tentu aku juga membuat bangga


orangtuaku. Hal yang membuat orangtuaku bersyukur
yaitu aku mampu memperoleh peringkat satu di kelas dan
memperoleh beasiswa prestasi.
Tahun 2011, aku memperoleh beasiswa penuh kuliah
empat tahun di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Saat itu aku memilih jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Sebuah program yang mengharuskanku terus
membaca. Lalu aku masih ingat bahwa aku ingin menjadi
seorang penulis. Selain menjadi guru, aku diarahkan untuk
mengeluti dunia jurnalistik dan Bahasa Indonesia Penutur
Asing (BIPA). Sebuah program studi yang membuatku
melangkah menuju cita-citaku.
Akhirnya tahun 2015 karya pertamaku “Memilih yang
Selalu Ada” dimuat di koran dalam kolom cerma. Bahagia
luar biasa karena itu adalah karya pertama yang aku impi-
impikan. Selain jadi penulis, aku juga ingin menginspirasi
banyak orang dari pengalaman hidupku. Setelah terbitnya
karya itu, aku menjadi narasumber dalam kolom feature di
dua surat kabar karena pengalaman hidup dan perjuanganku.
Tahun 2015, impianku menjadi penulis dan menginspirasi
banyak orang telah tercapai.
Perjuanganku tidak berhenti di situ. Setelah lulus kuliah
aku langsung merantau ke Tangerang Selatan menjadi guru
Bahasa Indonesia di salah satu sekolah swasta hingga saat
ini. Selain menjadi guru, aku mewujudkan mimpiku untuk
membuat sanggar belajar. Sebuah cita-cita yang berawal dari
aku memperoleh beasiswa penuh saat SMK dan kuliah. Aku
ingin berbagi ilmu pendidikan kepada orang lain. April 2016
Aku mulai mengajak anak-anak sekitar kos untuk belajar
di kosan dengan gratis. Semakin hari, anak-anak yang ikut

107
Jilid 8

belajar semakin banyak hingga belasan dan puluan anak yang


datang. Hal itu membuat kosanku yang berukuran 3x3 cm
tidak muat untuk menampung mereka. Bahkan anak-anak
paling banyak mencapai 40 anak. Kegiatan itu aku beri nama
Griya Impian yang berarti rumah impianku dengan tujuan
berbagi ilmu. Banyak volunteer teacher dan donasi berdatangan.
Lagi-lagi aku bersyukur karena cita-citaku dikabulkan oleh
Tuhan. Saat ini aku merintis untuk membuat perpustakaan
sederhana. Banyak tantangan dalam menjalani kegiatan ini
tapi aku bahagia saat membuat orang lain merasa bersyukur
atas kehadiranku dalam hidup mereka.
Selain menjadi guru di sekolah formal, berpikir
mengembangkan Griya Impian, aku juga berusaha untuk
mewujudkan mimpiku untuk menerbitkan sebuah buku
kumpulan kisah hidupku. Aku ingin perjalanan hidupku ini
bisa memberi motivasi dan inspirasi bagi orang lain. Karena
aku belum mampu mencapai untuk menerbitkan buku,
akhirnya aku belajar untuk ikut berbagai event menulis.
Adapun karya yang sudah terbit dalam anologi buku yaitu
Andai Aku Bisa Hidup Lebih Lama, Kau Bukan Untukku, Patah
Hati Terhebat, Mempermudah Hidup Orang Lain dan beberapa
karya yang masih dalam proses terbit. Aku dikenal dengan
nama pena Weibe Engel. Senang luar biasa karena mampu
turut andil berkarya sebagai pemuda Indonesia dan mencetak
buku meskipun masih ikut anologi buku. Semoga sebentar
lagi mampu mencetak buku sendiri.
Berdomisili di Pamulang, Tangsel. No HP: 089662757001.
Email: r.astutik001@gmail.com.

108
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Tutuk Jatmiko
Melacak Jejak yang Terserak

Masa di bangku sekolah dasar (1978 – 1984)


Tutuk Jatmiko, lahir di desa Kemantrenrejo Kecamatan
Rejoso Kabupaten Pasuruan pada tanggal 1 Mei 1971 silam.
Pria yang lahir dari latar belakang keluarga sederhana ini
merupakan anak bungsu dari tiga bersaudara yang semuanya
adalah perempuan. Ayahnya berprofesi sebagai guru
sekolah dasar dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa.
Kesederhanaan hidup yang ditanamkan dari kedua orang
tuanya sangat begitu terasa. Penghasilan ayahnya sebagai
guru saat itu, tentunya hanya cukup untuk kebutuhan sehari –
hari. Seperti anak-anak sebaya di desanya, masa – masa kecil
saat usia sekolah dasar banyak digunakan untuk kegiatan
utamanya bermain bersama teman sebayanya.
Berjalan kaki ke sekolahnya SD Negeri Arjosari I
yang jaraknya kurang lebih 2 Km merupakan hal yang
biasa dilakukan saat itu. Sepulang sekolah, selain bermain
kegiatan rutin yang dilakukannya adalah mencari rumput
untuk beberapa ternak kambing serta kelinci yang

109
Jilid 8

dimilikinya. Memang, untuk mendidik kedisiplinan terutama


memanfaatkan waktu luang dan tanggung jawab, ayahnya
membelikan beberapa ekor hewan ternak untuk dirawat.
Untuk prestasi di sekolah praktis tidak ada yang menonjol,
bahkan cenderung kurang. Tetapi, ayahnya selalu memberi
semangat untuk selalu berusaha pantang menyerah, jujur
dalam berbuat serta berusaha beretika dimanapun berada.
Karena ayahnya juga memiliki bakat seni, prestasi yang sering
diraih saat sekolah dasar adalah dibidang seni tari, bahkan
pernah menjadi juara pertama tingkat propinsi saat kelas V.
Motivasi belajar yang tinggi dirasakan justru saat kelas VI.
Seorang guru IPA banyak bercerita tentang sejarah penemu
sain dunia, diantaranya yang paling menginspirasi adalah
kisah hidup Thomas Alva Edison si penemu bola lampu
listrik. Inspirasi inilah yang mendorong Tutuk kecil lebih
serius belajar terutama pelajaran IPA terutama dalam hal
kelistrikan. Bahkan pada masa itu, dia sudah terbiasa untuk
membaca buku sain yang ada di perpustakaan terutama
konsep-konsep dasar listrik. Mencoba merangkai rangkaian
listrik sederhana dari buku yang dibaca dilakukannya secara
otodidak. Baginya, semangat yang tidak kenal menyerah
dalam dari seorang Edisson sungguh luar biasa. Sang selalu
ayah memotivasi dengan menyediakan buku-buku bacaan
baik dari berlangganan mingguan maupun membelikan buku
yang lain saat beliau pulang dari tugas luar kota. Enam tahun
masa sekolah dasar dilaluinya dengan akhir yang cukup
bagus. Jika pada saat kelas 1 sampai dengan kelas V, nyaris
nilai rapornya berada pada nilai rata-rata bahkan cenderung
kurang, maka di akhir ujian kelulusan kelas VI bisa meraih
penghargaan nilai akademis tertinggi. Hal ini semata-mata
karena motivasi diri untuk menjadi yang terbaik terutama

110
Ensiklopedi Penulis Indonesia

dalam bidang akademik.

Masa di bangku smp – sma (1984 -1990)


Saat hendak memasuki Sekolah Menengah Pertama ( SMP
), pertanyaan yang sering terlontar oleh Tutuk kecil adalah “
SMP mana yang ada pelajaran elektronika atau listriknya ?”
Pertanyaan sederhana yang mungkin tidak terpikirkan oleh
para orang tua saat itu, bahkan mungkin saat ini. Bagi Tutuk,
menjadi seorang ahli di bidang elektronika selalu membayang
dipikirannya. SMP Negeri 3 Kodya Pasuruan yang berjarak
sekitar 15 Km dari rumahnya akhirnya menjadi pilihan.
Sekolah ini dulunya adalah Sekolah Khusus Kepandaian Putri
( SKKP ). Untuk prestasi akademik semasa SMP tidak begitu
menonjol. Pelajaran yang paling disukainya adalah hasta
karya elektronika.
Hampir tiap hari, topik yang dibahas dengan teman-
teman sebayanya adalah tentang hasta karya elektronika.
Bahkan dia sering mengkliping artikel-artikel yang berkaitan
dengan hobbynya baik dari koran – koran bekas maupun
majalah apapun. Bahakn klipping semasa SMPnya masih
tersimpan dan terawat sampai saat ini. Saat libur panjang
sekolah, Tutuk sudah biasa membuat jadwal kegiatan merakit
rangkaian elektronika sederhana yang diidamkankan. Hari
raya Idul Fitri merupakan hari yang sangat ditunggu, karena
pada saat itulah banyak mengalir “ angpao” yang diberikan
oleh ayah, ibu maupun sanak saudara lainnya. Dana segar
yang cukup besar ini merupakan sarana untuk mewujudkan
“proyek -proyek” besar hasta karyanya. Dibangku SMP,
selain beberapa rangkaian elektronika sederhana dia sudah
bisa merakit interkom ( alat komunikasi dengan jangkauan
terbatas menggunakan media komunikasi berupa kawat )

111
Jilid 8

yang merupakan alat komunikasi sosial yang sedang trend


saat itu. Seperti sekolah pada umumnya, tiap tahun SMP
nya juga sering mengadakan berbagai kegiatan lomba –
lomba baik bidang akademik maupun non akademik. Sadar
akan kemampuan akademiknya, dia lebih sering memilih
mengikuti lomba mengarang dan pidato. Bahkan beberapa
diantaranya pernah meraih penghargaan untuk lomba ini.
Selepas SMP, cita-citanya adalah melanjutkan ke SPG (
Sekolah Pendidikan Guru ). Dibenaknya saat itu profesi seorang
 
& 

  
‰
> 
 
&


&  >
 





 
Z 

masuklah dia di sebuah sekolah swasta SMA Muhammadiyah


„
  

   >
~ 



 

Disekolah ini, hobby yang selama ini ditekuninya kian


terasah. Hal ini dikarenakan dia bertemu beberapa kawannya
memiliki hobby yang sama.
Selain kegiatan hasta karya elektronika, dia juga mengikuti
kegiatan lain disekolah yaitu beladiri tapak suci dan pramuka
Saka Bahari. Di kegiatan inilah pola berpikirnya pun berubah
dengan drastis. Jiwa kemandirian, sosial, kompetensi dan
kompetisi terus terasah. Saat itulah motivasi untuk lebih
meningkatkan prestasi baik akademik maupun non akademik
kian meningkat. Dia membayangkan suatu saat akan menjadi
sosok yang profesional terutama dibidang elektronika.
Berkat motivasi untuk menjadi yang terbaik, ia mulai
mengatur pola belajar dan waktu untuk kegiatan akademik
dan hobby yang digelutinya. Kegiatan membaca terutama
berkaitan dengan bidang elektronika dilakukannya hampir
setiap waktu. Perpustakaan sekolah merupakan tempat paling
favorit baginya. Dia tidak terbiasa untuk jajan saat istirahat.
Baginya uang saku yang tidak seberapa lebih serng ditabungnya

112
Ensiklopedi Penulis Indonesia

untuk keperluan membeli komponen elektronika. Bahkan


untuk mewujudkan impiannya, ia lebih sering bersepeda
kesekolah yang jaraknya sekitar 10 kilometer dari rumahnya.
Hal ini dilakukan agar ia mendapat uang tambahan dari uang
transport kendaraan umum yang seharusnya dia gunakan.
Baginya, apa pun dilakukan agar ia dapat segera merakit
rangkaian elektronika yang diinginkannya.
Berkat ketekunan belajar mandiri, dikelas 2 dia sudah
mulai menerima beberapa perbaikan peralatan listrik maupun
elektronika, baik dari tetangga disekitar rumahnya maupun

 
  >
Z 

   

hasilnya tidak banyak, baginya bisa mengaplikasikan apa yang


pernah dia baca merupakan karunia yang luar biasa. Karena
bisa memanfaatkan waktu dengan baik yaitu kesungguhan
menekuni hobby dan kesungguhan dalam prestasi akademik
di sekolah, Alhamdulillah prestasi akademik tertinggi dapat
diraihnya sejak kelas 1 hingga lulus SMA.

Masa di bangku perguruan tinggi ( 1990 – 1995)


Cita-cita awal setelah lulus SMA adalah masuk ke lembaga
pelatihan kerja teknik (BLK saat itu) khususnya bidang
elektronika. Keinginannya sederhana sekali, harapannya dia
bisa segera mandiri dengan berwirausaha di bidang perbaikan
peralatan elektronika. Namun dorongan dari orangtua untuk
melanjutkan ke perguruan tinggi membuatnya harus berubah
arah. Dia pun mulai mempersiapkan diri untuk mengikuti
Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri ( UMPTN ) waktu itu.
Pilihan jurusannya pun dia mantapkan ke teknik elektronika
yang sering diimpikannya sejak awal. Dipilihnya IKIP
Negeri Surabaya agar cita-cita menjadi seorang guru yang
sempat kandas bisa menjadi kenyataan. Surabaya dipilih

113
Jilid 8

karena jaraknya yang masih bisa dijangkau serta posisinya


sebagai kota industri besar. Alhamdulillah, usaha keras serta
dukungan kedua orangtuanya membuahkan hasil. Tutuk
berhasil masuk seleksi keperguruan tinggi sesuai dengan
cita-citanya yaitu IKIP Negeri Surabaya dengan jurusan
Pendidikan Teknik Elektronika. Saat itu sempat terjadi dilema
   
  
   
 
  >
‚ 
  >

saat itu juga masih kuliah diperguruan tinggi swasta diluar



* 
 

& 
  
   
 
  >

Pukulan terberat saat tiga bulan menjalani perkuliahan, orang


tuanya menjual satu-satunya rumah sederhana yang dimiliki
untuk biaya kuliah dirinya dan kedua kakaknya. Kegigihan
perjuangan orang tuanya kian melecut semangat untuk bisa
secepatnya mandiri agar beban hidup keluarganya sedikit
terbantu.
Saat dibangku perguruan tinggi, hampir tiada waktu
sedikitpun yang disia-siakan. Selain kegiatan akademik
diperkuliahan, dia juga bekerja paruh waktu di sebuah
usaha pengetikan skripsi. Di sela-sela waktu yang ada, dia
juga bergabung dengan kakak tingkatnya dalam himpunan
mahasiswa yang bergerak di jasa perbaikan peralatan
elektronika dan listrik. Profesi sebagai sales barang elektronik
dan kartu diskon pun dijalaninya. Tahun 1993, atas ajakan
seorang kepala sekolah sebuah SMP swasta besar di Surabaya
dia mulai mengajar ketrampilan elektronika di sekolah
tersebut. Disela – sela kegiatannya, dia juga sering membuat
artikel-artikel sederhana tentang elektronika untuk siswa
yang diajarnya. Ketrampilan elektronika yang dimilikinya
juga sempat digunakan untuk memberi kursus ketrampilan
singkat saat menjalani masa pengabdian masyarakat di desa
terpencil kabupaten Tulungagung. Masa kuliah ditempuhnya
selama sepuluh semester dengan hasil cukup memuaskan.

114
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Masa dinas sebagai guru (1995 – sekarang)


Lulus dari perkuliahan, diapun kembali dengan
pekerjaannya semula yaitu mengajar dan menerima perbaikan
perlatan listrik dan elektronika. Perjalanan hidupnya berubah
ketika pada tahun 1995 dia lulus mengikuti tes PNS sebagai
guru SMP tidak lama setelah dia wisuda. Dari sebuah kota
Surabaya dia harus hijrah ke sebuah daerah yang termasuk
kategori kota miskin di Jawa Timur yaitu Situbondo. Memang
dibandingkan dengan pendapatan saat bekerja di Surabaya,
pendapatan seorang PNS guru saat itu sangat jauh yaitu
sekitar sepertiganya saja. Tetapi motivasi untuk menjadi
seorang pendidiklah yang membuatnya tetap bersemangat
menekuni profesinya. Selain mengajar SMP, dia juga mengajar
di sebuah SMK ( STM saat itu) yayasan yang cukup terkenal
di Situbondo. Di sela – sela waktu senggangnya digunakan
untuk menulis diktat, modul serta bahan pengajaran untuk
siswa berkaitan pelajaran yang diampu. Lambat laun berbagai
diktat serta bahan ajar berkaitan dengan proses pengajaran
dikelas sangat banyak sekali. Kurangnya perhatian terhadap
hasil tulisan, banyak diantaranya hilang tak tahu rimbanya.
*& 
&
  
& 
 

 
 
&  

yang digelutinya yaitu bidang kelistrikan dan elektronika.


Dia menikah tahun 1998 dengan seorang gadis satu
fakultas yang dikenalnya saat dibangku kuliah. Calon istrinya
sendiri adalah seorang guru PNS yang ditempatkan di sebuah
SMP negeri di Praya Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat
sejak tahun 1996. Awal menikah dia sudah harus berjauhan
dengan istrinya karena tuntutan dinas. Satu tahun setelah
pernikahannya, putra pertamanya lahir di sana. Bagi Tutuk,
kondisi berjauhan dengan keluarga menjadi cobaan hidup

115
Jilid 8

tersendiri. Kondisi berjauhan ini pula yang membuat keluarga


kecilnya semakin diasah akan makna sebuah kehidupan.
Kejujuran, tanggung jawab, ketabahan, selalu bersyukur dan
yakin bahwa Allah pasti punya rencana yang terbaik bagi
hambanya. Tahun 2000 setelah melalui proses administrasi
yang melelahkan akhirnya keluarga ini dapat berkumpul
di Situbondo. Istrinya bisa pindah tugas setelah berkali-kali
usulan pindahnya ditolak.
Kehidupan baru bersama keluarga kecilnya,
membuatnya terus terpacu untuk memberikan hal terbaik
baik untuk bangsa, keluarga terutama untuk dirinya sendiri.
Dari materi-materi yang tertuang dalam bahan ajar yang
dibuat, beberapa diantaranya pernah dikirim dan berhasil
dipublikasikan oleh tabloid otomotif nasional pada tahun
2004. Materi yang ditulis berupa otokreasi ini bahkan sampai
terbit sebanyak empat edisi berturut-turut ditahun yang
sama.
Tetapi, keberhasilan menulis hingga dimuat di tabloid
nasional tidak serta merta membuatnya lebih bersemangat
untuk menulis artikel lebih lanjut saat itu. Hal ini dikarenakan
banyaknya pekerjaan rutin yang juga cukup menyita waktu
dan cukup melelahkan. Saat itu baginya menulis hanya
sebagai pengisi waktu luang saja.
Tahun 2002 ia tidak lagi mengajar di SMP karena
dipindah tugas dinas ke SMK swasta dengan status
diperbantukan. Seiring waktu, tepatnya tahun 2006
dicobanya mengulang kembali menulis beberapa artikel
sesuai disiplin ilmu yang kugeluti yaitu bidang teknologi
dan rekayasa. Salah satu dorongan untuk menekuni bidang
menulis ini dikarenakan tuntutan bahwa seorang guru harus
menghasilkan karya tulis sesuai bidang ajarnya. Selain itu,

116
Ensiklopedi Penulis Indonesia

penugasan untuk menjadi pembina karya tulis ilmiah bagi


siswa dari sekolah menuntutnya untuk belajar kembali
menulis. Mulailah dibukanya ilmu – ilmu baru berkaitan
dengan dunia menulis terutama karya tulis ilmiah. Berbagai
acara kompetisi baik untuk siswa maupun guru perlahan-
lahan diikuti meskipun tanpa target juara, karena baginya
pengalaman jauh lebih penting dari perolehan sebuah juara.
Tahun 2008 merupakan awal untuk lebih giat menulis
setelah berhasil mengantarkan siswa binaannya hingga
 ~
  
>
  
 

~
  

nasional. Keberhasilan membina siswa, memicu semangatnya


untuk mencoba kompetisi antar guru. Alhamdulillah, pada
tahun 2009 tulisan tentang aplikasi teknologi TIK dalam proses
pembelajaran yang dibuat meraih juara 3 tingkat kabupaten
dalam kegiatan rutin pemilihan guru berprestasi memperingati
hari pendidikan nasional. Hal ini merupakan pengalaman
yang tak terlupakan. Banyak pengalaman berharga didapat
dari kegiatan ini, terutama saat dapat bertemu rekan – rekan
hebat sesama peserta dengan saling bertukar ide dan gagasan
baru tentang berbagai hal terutama menulis.
Tahun 2010 tulisan hasil penelitian dengan materi
pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran di kelas meraih
juara 1 tingkat kabupaten dalam kegiatan rutin pemilihan
 
& 
†
> >


&
  

pada pemilihan guru berprestasi tingkat propinsi Jawa Timur.


Pada tahun 2010 inilah untuk pertama kalinya dia mencoba
mempublikasikan ide, gagasan serta hasil kegiatan terutama
yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar dikelas
melalui webblog. Webblog tersebut diberi nama tutukjat.
blogspot.com agar mudah diingat terutama oleh siswa. Isi dari
blog tersebut adalah materi yang berkaitan langsung dengan

117
Jilid 8

pelajaran yang kuberikan kepada siswa dikelas yaitu tentang


listrik dan elektronika. Perlahan-lahan diisinya halaman blog
dengan berbagai hal tentang motivasi belajar dari tokoh-tokoh
dunia terutama di bidang sain dan teknologi rekayasa.
Pada tahun 2011 tulisan blognya sempat menjadi peserta
dalam gelar lomba pembuatan media pembelajaran berbasis
webblog untuk guru tingkat propinsi Jawa Timur. Meskipun
hanya masuk sebagai peserta, pengalaman bertemu penulis-
penulis blog yang masuk kategori juara pada kegiatan tersebut
sungguh sangat menginspirasi. Selain itu, ditahun yang sama
tulisannya juga sempat masuk seleksi menjadi peserta dalam
kompetisi National Competition of Technology Integration
2011. Sebuah pengalaman berharga yang tak mungkin
dilupakannya. Dari kegiatan ini dia banyak belajar tentang
berbagai hal, terutama cara menuangkan ide dan gagasan
dalam sebuah tulisan.
Tahun 2012 salah satu tulisan tentang media pembelajaran
yang ditulisnya meraih juara harapan 2 tingkat nasional
dalam kegiatan lomba inovasi pembelajaran untuk guru
smk teknologi yang diselenggarakan oleh P4TK/VEDC
Malang. Dari event ini, dia mendapatkan kesempatan
untuk mempresentasikan hasil karyanya di hadapan guru –
guru se Indonesia pada acara seminar Vocational Education
Conference yang diselenggarakan oleh P4TK/VEDC Malang.
Pada tahun 2012 ini pula kumpulan artikel di blog tutukjat.
blogspot.com menjadi juara 2 dalam gelar lomba pembuatan
media pembelajaran berbasis webblog untuk guru tingkat
propinsi yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan
Propinsi Jawa Timur.
Pada tahun 2013 untuk pertama kali dia bergabung di
komunitas blog guru yang di sponsori oleh Acer Indonesia

118
Ensiklopedi Penulis Indonesia

yaitu guraru.org. Dengan bergabung di komunitas ini berbagai


ide baru penulisan terutama artikel motivasi mulai terasah. Di
sini dia dapat berbagi hal baru dari para guru berbagai disiplin
ilmu dari seluruh pelosok nusantara.
Tahun 2014, dari tulisan-tulisan tentang pemanfaatan
teknologi informasi saat ini, sempat masuk menjadi peserta
dalam kompetisi Guru Blogger Inspiratif tingkat nasional.
Kegiatan tulis-menulis yang dilakukan terus diasahnya
melalui berbagai lomba diberbagai kesempatan. Berbagai
penunjukkan secara dinas kegiatan menulis artikel ilmiahpun
sering diterimanya. Pada tahun 2015 sempat memperoleh
juara 2 menulis artikel bertema pendidikan tingkat kabupaten
di Situbondo. Artikel tersebut justru dibuat dan dikirim saat
dia sedang mengikuti diklat. Di tahun 2015 itu pula salah satu
karya tulis ilmiah tentang inovasi pembelajaran masuk menjadi


  
&
>
  

&~

guru smk tingkat nasional yang diselenggarakan Kementrian


Pendidikan Nasional serta berhak mendapat blockgrant dari
Kementrian Pendidikan sebesar Rp. 10 juta rupiah . Ditahun
ini pula, dia berkesempatan mengikuti Simposium hari Guru
tingkat Nasional di Senayan Jakarta. Sungguh merupakan
anugerah dari Allah SWT yang tiada terkira, bisa bertemu
langsung dengan Presiden beserta para menteri kabinet serta
guru – guru berprestasi se Indonesia. Mengikuti kegiatan
menulis lomba karya tulis inovasi pembelajaran sendiri
diikutinya sejak tahun 2010.
Dari beberapa tulisan berupa artikel yang pernah
ditulis, dicobanya untuk mempublikasikan melalui buku.
Buku pertama terbit tahun 2015 ber ISBN dengan judul “
Pembelajaran Berkelas Di Saat TIK Masuk Kelas”, merupakan
kumpulan artikel yang ditulis bersama 13 rekan guru yang

119
Jilid 8

tergabung dalam komunitas guraru.org.


Tahun 2016 buku ber ISBN ke 2 yang merupakan tulisan
tunggal pertama dengan judul “Pengendali Elektronika Dasar”
terbit. Buku ini merupakan buku pengayaan untuk siswa
dalam proses belajar mengajar yang diterbitkan oleh FAM
Publishing. Buku ini sebelumnya sempat dikirimkan kesebuah
penerbit namun sayang tak kunjung selesai meskipun biaya
sudah dikirim. Pengelolanya tiba – tiba menghilang begitu
saja entah kemana. Isi dari buku inipun sebagian besar
merupakan kumpulan tulisannya yang pernah dipublikasikan
melalui blog dengan beberapa penyesuaian tentunya. Ditahun
ini pula, tulisan tentang inovasi media pembelajaran sempat
masuk seleksi kompetisi nasional yang diselenggarakan oleh
Kementrian Pendidikan Republik Indonesia. Selain karya

&~ 
 
~ 

 ~
  
]&

Kompetensi Guru tingkat nasional ditahun yang sama.


Pada tahun 2017 terbit buku ber ISBN ke 3 yang merupakan
tulisan tunggal dengan judul “Media Pembelajaran Berbasis
Android Menggunakan Appsgeyser”. Sempat dilaunching
bersama 60 judul buku oleh penulis berbeda bersama FAM
Publishing.
Awal tahun 2017, karena tuntutan tugas dia dipindah
mengajar ke SMK Negeri 1 Situbondo. Ditempat yang baru,
semangat menulis masih dipertahankannya. Pada tahun 2017
ini terbit buku ber ISBN ke 4 yang merupakan tulisan tunggal
bertema motivasi dengan judul “ Manjadi Guru Era Baru ”.
Tulisan didalamnya merupakan kumpulan dari artikel motivasi
terpilih yang pernah ditulisnya di blog guraru.org. Selain
berupa buku, tulisan berupa artikel motivasi sempat meraih
juara 1 pada Event Menulis Spesial yang diselenggarakan
oleh sebuah penerbit buku di Bali. Saat tulisan ini ditulis,

120
Ensiklopedi Penulis Indonesia

beberapa artikel dan buku pengayaan tentang inovasi media


pembelajaran juga sedang diikutkan dan sedang dalam proses
seleksi pada kompetisi tingkat nasional yang diselenggarakan
oleh Dirjen Pendidikan Menengah Kementrian Pendidikan.
Terus menulis dan berkompetisi bagi Tutuk merupakan
sebuah tuntutan untuk memuaskan hasrat menuangkan ide
serta gagasan baru. Dia bertekad untuk dapat terus menulis
dan menerbitkan buku sebanyak mungkin.
Dari uraian sederhana perjalanan hidupnya diatas, bagi
Tutuk kegiatan menulis dapat menjadi sebuah gaya hidup.
Membukukan serta mempublikasikannya merupakan sebuah
penghargaan besar terutama pada diri sendiri. Motivasi kuat
terutama dari diri sendiri merupakan kunci utama untuk
sukses sebagai seorang penulis. Sehingga kita tidak akan
jenuh untuk selalu belajar dan terus belajar. Untuk itulah perlu
dibangun sebuah mindset yang kuat tujuan kita menulis.
Dengan tujuan yang kuat didukung komitmen serta ketekunan
untuk selalu menuangkan ide dan gagasan maka kegiatan
menulis akan menjadi suatu kebutuhan, bukan lagi hanya
sebagai pengisi waktu luang. Baginya berkarya merupakan
wujud bersyukur atas apa yang sudah diberikan olehNya.
Berkarya menunjukkan sejauh mana kita bertanggung jawab
atas nikmat yang sudah kita dapat.
Berdomisili di Perum PANJI PERMAI Blok 00-19 RT 02
RW 23 Kel. Mimbaan Kec. Panji Kab. Situbondo 68322. Email:
tutukjatmiko@ymail.com. Blog: http://tutukjat.blogspot.
co.id. No. HP: 0813 3679 5379.

121
Jilid 8

Yoza Fitriadi
Ensiklopedia Penulis

Namaku Yoza Fitriadi. Mungkin agak aneh bila nama Fitri


justru dimiliki oleh seorang anak laki-laki. Itupun yang menjadi
bahan bully selama bangku sekolah. Namun tak lagi kuubris
ejekan itu saat tahu makna yang terkandung sesungguhnya.
Nama yang sengaja diberikan karena kelahiranku tepat pada
subuh Idul Fitri 1410 H atau bertepatan dengan 26 April 1990
M. Fakta yang membuatku nyaris merayakan ulang tahun
dua kali di tiap tahunnya.
Aku mulai tertarik dengan dunia kepenulisan semenjak
kecil. Sama dengan anak-anak seumuran yang lain, pada masa
inilah seseorang mulai diajak mengenal dunia literasi. Meski
itu tak bermula di TK ataupun PAUD. Tapi di rumah bersama
orangtua.
Maka mulailah aku mengenal bagaimana penulisan
huruf alphabet A hingga Z. Mulai mengerti bagaimana
merangkai huruf demi huruf untuk menjadi satu kesatuan
kata yang utuh. Mulai tahu bagaimana menempatkan deretan

122
Ensiklopedi Penulis Indonesia

kata, angka dan huruf hingga menjadi sebuah kalimat yang


mempunyai makna. Alhamdulillah saat duduk di bangku
Sekolah Dasar, pelajaran itu dapat terlewati bahkan jauh lebih
baik dari mereka yang menghabiskan waktu satu hingga dua
tahun berseragam sekolah lebih awal.
Beriringnya waktu berjalan, pelajaran dunia literasi itu
semakin berkembang. Masa-masa berseragam putih merah,
putih biru hingga putih abu-abu pada hakikatnya tak lepas
dari dunia kepenulisan. Bahkan saat berseragam lepas di
kampus pun dunia literasi ini semakin kental dan dijumpai
hingga berakhir dengan sebuah karya fenomenal bernama
skripsi yang terkadang amat menakutkan. Sebuah jembatan
menuju toga wisuda berwujud tugas akhir berhalaman tebal.
Satu hal yang sebenarnya menjadi pertanyaan dari sejak
dulu, mengapa Bahasa Indonesia selalu diajarkan di SD, SMP
hingga SMA. Bahkan saat kuliah pun tetap diajarkan. Sempat
temanku di SMP bercanda sembari mengajukan pertanyaan
yang sama untuk menunjukkan keheranannya, bukankah kita
sebagai rakyat Indonesia telah diajarkan berbahasa Indonesia
sejak kecil oleh orangtua kita.
Pertanyaan sederhana yang baru akan terjawab lewat
sebuah pemahaman kecil di suatu masa kelak. Saat seseorang
mulai mengerti bahwa Bahasa Indonesia tak hanya sekedar
belajar “Ini Budi, Bapak Budi ke Kantor dan Ibu Budi ke
Pasar.”
Dalam perkembangan pendidikan formal, tak ada yang
istimewa dan patut dibanggakan dari dunia literasi yang
kumiliki. Hanya menjalankan kewajiban saat mendapatkan
pekerjaan rumah membuat puisi dari guru Bahasa Indonesia,
tugas makalah gejala kenakalan remaja dari guru Ilmu
Pengetahuan Sosial ataupun sekedar menuntaskan laporan

123
Jilid 8

praktikum observasi pembedahan katak dari guru Biologi.


Selebihnya berjalan standar layaknya siswa kebanyakan.
Meski nilai raportku di atas rata-rata sebagai juara kelas
bahkan beberapa kali menjadi juara umum di Madrasah
Aliyah Negeri (MAN) yang kutempati, namun kurasa bahwa
dunia literasi bukanlah sesuatu yang istimewa.
Semua mulai berubah saat beranjak memasuki dunia
perkuliahan di Universitas Bengkulu, yang merupakan
universitas terbaik di provinsi Bengkulu dan salah satu yang
&

 
* 
*

 
 
 >

mulai berkembang, tingkat kedewasaan mulai matang dan


gaya hidupnya mulai berubah sesuai dengan lingkungan
mulai tampak.
Di sanalah ketertarikan akan dunia literasi itu mulai
datang. Mulai maraknya organisasi ekstrakampus sedikit
banyaknya telah memotivasi lebih untuk melebarkan sayap
tak hanya menjadi pembelajar, namun juga aktivis yang
berprestasi di berbagai hal termasuk dunia kepenulisan.
Beberapa artikel racikanku berhasil menghiasi buletin
kampus. Beberapa opini juga sempat tertuang di media
cetak, meski hanya bertaraf lokal. Tapi paling tidak dunia
kepenulisan itu mulai tampak meski hanya di tahap awal.
Karya tulis ilmiah juga menjadi magnet yang amat kuat
menarikku dari berbagai medannya tak hanya dari dua kutub
yang bersebrangan. Ajang perlombaan karya tulis ilmiah mulai
dari tingkat kampus, regional hingga nasional telah kuikuti,
meski tak semuanya berakhir dengan senyum kemenangan
di penghujung cerita. Beberapa diantaranya adalah menjadi
peringkat terbaik ketiga dalam perlombaan karya tulis ilmiah
energi terbarukan tingkat mahasiswa Se-Sumbagsel atau
Sumatera Bagian Selatan.

124
Ensiklopedi Penulis Indonesia

Karya tulis lain yang juga tak akan terlupakan adalah


keberhasilan menjadi salah satu penerima dana hibah dari
Dirjen DIKTI untuk Program Pengabdian Masyarakat di salah
satu desa terpencil di Kabupaten Bengkulu Tengah. Meski

 ~
  

  
 

tersebut di Jakarta, namun bagiku itu adalah prestasi yang


sungguh amat membanggakan.
Prestasi yang ikut menyertai hingga aku terpilih menjadi
mahasiswa berprestasi peringkat ketiga Se-Universitas tahun
2010 dan menjadi duta kampus sebagai peserta pertukaran
mahasiswa ke Universitas Negeri Padang (UNP) Sumatera
Barat selama sebulan di tahun yang sama.
Harus diakui bahwa kegiatan menulis seperti ini sedikit
banyaknya amat membantu saat penggarapan skripsi di
semester akhir perkuliahan. Meski mengangkat penelitian
laboratorium dengan tema konversi limbah kepala sawit
menjadi biofuel yang mungkin dianggap cukup runyam,
namun akhirnya dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Buah dari keuletan dengan bonus nilai A di akhir sidang
skripsi sekaligus ujian akhir sebelum mengenakan toga di
prosesi wisuda.
Sayang kegiatan di dunia literasi ini terhenti total seusai
lulus dari bangku perkuliahan. Mulai bekerja menjadi guru
kimia salah satu SMK di Kabupaten Rejang Lebong yang
masih merupakan bagian dari Provinsi Bengkulu rupanya
mulai mengendurkan semangat untuk menulis. Orientasi
yang mulai berubah dari belajar menjadi mencari uang
melemahkan daya tarik dari magnet yang bernama dunia
literasi tadi.
Mungkin benar adanya kata orang tentang betapa
&   >
  


 


125
Jilid 8

kebiasaan. Bila dulu ada rekan-rekan satu kost atau satu kelas
yang berlomba-lomba menjadi yang terbaik di dunia karya
tulis ilmiah, maka hari ini hanya ada anak-anak berseragam
putih abu-abu dengan segudang tabiatnya.
Bila kemarin ada rekan-rekan satu organisasi yang
berpacu menuangkan gagasannya dalam opini atau artikel
ilmiah. Maka hari ini hanya ada beberapa orang siswi yang
datang untuk curhat tentang kegalauan mereka.
Maka jadilah hari berganti hari tanpa karya, bulan berganti
bulan tanpa inovasi, dan tahun berganti tahun tanpa inspirasi.
Meski ada beberapa perlombaan kepenulisan dengan tema
guru dan kependidikan namun semangat yang masih hampa
membuat berita itu hanya menjadi angin lalu saja. Hingga
semua mulai berubah saat membaca sebuah tautan event
menulis cerpen di akun sosial media facebook milikku.
Itu kurang lebih terjadi pada bulan april 2015 lalu. Sebuah
pengumuman event menulis cerpen bertema pendidikan
dalam rangka menyambut hari pendidikan nasional oleh
sebuah penerbit indie. Penasaran untuk mencoba sesuatu
yang baru memaksaku untuk mulai kembali menekan tuts
keyboard laptop guna membuat sebuah cerpen. Ya sebuah
cerpen, sesuatu yang mungkin terakhir kali kurjakan saat
masih bersekolah di MAN dulu.
Berbekal pengalaman pribadi dengan sedikit bumbu
akhirnya jadilah naskah cerpen berjumlah 5 halaman bertema
pendidikan. Sebuah cerpen perdana yang kubuat setelah
sekian lama vakum dari dunia literasi. Tak ada target apa-apa,
hanya sekedar iseng dan mengisi kejenuhan saat jam kosong
di sekolah.
Alhamdulillah dari 115 naskah yang masuk, karya aku
berhasil menjadi 15 kontributor terpilih sekaligus menjadi

126
Ensiklopedi Penulis Indonesia

juara pertama event tersebut. Meski reward yang diberikan


relatif kecil, namun ada hadiah lebih yang aku dapatkan dari
event itu. Hadiah berupa motivasi ekstra untuk melahirkan
karya lain yang lebih baik, suntikan semangat untuk mencetak
inovasi lain, serta sebuah kesadaran bahwa ada hal menarik
lain yang akhirnya menjadi hobi.
Ternyata harus ada titik tolak yang menjadi moment
seseorang untuk bangkit dari tidur panjangnya. Lewat dunia
sosial media seperti facebook, blog atau website inilah yang
rupanya ikut membangunkanku dari hibernasi panjang
akan nikmatnya dunia literasi. Sebuah candu akan menulis
hingga begitu antusias untuk membiarkan jari-jari menari
   

> 


 

 
Mengutip kata-kata bijak dari beberapa penulis,
bahwa jasad bolehlah mati namun karya akan hidup abadi.
Alhamdulillah, hingga saat ini telah lahir sekitar lima puluh
karya berwujud antologi cerpen, puisi ataupun esay yang
diterbitkan oleh beberapa penerbit indie dalam dua tahun
belakangan ini.
Karya yang rata-rata adalah hasil event menulis dan
didominasi oleh event cerpen dengan hanya ada beberapa
artikel, esay dan puisi. Beberapa berhasil menjadi pemenang
lomba, kebanyakan terpilih menjadi kontributor saja dan
bahkan beberapa kali tak masuk kriteria atau gagal.
Selain itu di akhir 2016 kemarin juga telah terbit sebuah
buku kumpulan cerpen yang kali ini bukan merupakan
antologi. Sebuah karya solo pertama yang berhasil kuhasilkan.
“Rahasia Selembar Kertas”, begitu judul yang tertera di cover
depan. Alhamdulillah, karyaku itu bisa dinikmati dengan
cakupan pembaca lebih luas.
Di 2017 ini terbesit untuk melahirkan karya tunggal

127
Jilid 8

selanjutnya. Berwujud novel, kumpulan puisi ataupun buku


teks pembelajaran. Semoga kesempatan itu ada. Amin.
Berdomisili di Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu. Untuk
kepentingan silaturahmi, dapat dihubungi di 085268182541,
facebook Yoza Fitriadi atau email muhzafhie@gmail.com.

128

Anda mungkin juga menyukai