Anda di halaman 1dari 18

MASA DAN INFEKSI NIFAS 1.

Masa Nifas
a) Definisi Masa nifas1 Masa nifas atau masa puerperium adalah masa pulih kembali, mulai setelah partus selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. dan berakhir sesudah kira-kira 6 minggu. b) Involusi alat-alat kandungan 1. Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Setelah persalinan, uteri mempunyai berat kurang lebih 1000g. pada akhir minggu pertama biasanya uteri bisa dipalpasi sampai di simfisis pubis. Involusi uteri hampir lengkap pada minggu ke 6 bila organ tersebut dengan berat kurang dari 100g.

2. Rasa sakit, yang disebut after pains, (merian atau mules-mules) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-3 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obat antisakit dan antimules.
1

3. Bekas implantasi uri : plasental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih. 4. Luka-luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. 5. Lochia adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. a. Lochia rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan. b. Lochia sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lender, hari ke 37 pasca persalinan. c. Lochia serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pasca persalinan. d. Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu. e. Lochia purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanh berbau busuk. f. Lochiostasis : lochia tidak lancer keluarnya. 6. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga rahim; setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 7. Ligamen-ligamen: Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh ke belakang dan menjadi retrofleksi, karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, kebiasaan wanita Indonesia melakukan, berkusuk atau berurut, dimana sewaktu dikusuk tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena setelah melahirkan ligament, fasia, dan jaringan penunjang menjadi kendor, jika dilakukan kusuk atau urut, banyak wanita akan mengeluh kandungannya turun atau terbalik. Untuk memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan dan gymnastic pasca persalinan.

Perawatan Pasca Persalinan 1. Mobilisasi : karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke kanan dan ke kiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan, dan hari keempat atau kelima sudah diperbolehkan pulang. Mobilisasi diatas mempunyai variasi, bergantung pada komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya luka-luka. 2. Diet : Makanan harus bermutu, bergizi, dan cukup kalori sebaiknya makan makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan. 3. Miksi : Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang wanita mengalami sulit kencing, Karena spinchter uretrae ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulo spincter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya edema kandung kemih yang terjadi selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dan wanita sulit kencing, sebaiknya dilakukan kateterisasi. 4. Defekasi : Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila masih sulit buang air besar dan terjadi obstipasi apalagi berak keras dapat diberikan obat laksan per oral atau per rectal. Jika masih belum bisa dilakukan klisma. 5. Perawatan payudara atau mamae : Perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil supaya putting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusi bayinya. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara pembalutan mamae sampai tertekan, dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet Lynoral dan Parlodel. Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat penting untuk kesehatan bayinya. 6. Laktasi : Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar mamae : Proliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar, alveoli, dan jaringan lemak bertambah. Keluarnya cairan susu dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna kuning putih susu Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga tampak jelas.
3

Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesterone hilang. Maka timbul pengaruh hormone laktogenik (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak setelah 2-3 hari pasca persalinan.

Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan rangsangan psikis yang secara retroflektoris mengakibatkan oksitosin dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebaagai efek positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI merupakan makanan utama bayi yang tidak ada bandingannya, menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih saying antara ibu dan anaknya. Air susu ibu adalah untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat ditempatkan pada satu kamar (rooming in) atau pada tempat yang terpisah. Keuntungan rooming in : Mudah menyusukan bayi Setiap saat selalu ada kontak antara ibu dan bayi. Sedini mungkin ibu telah belajar mengurus bayinya

7. Cuti hamil dan bersalin : menurut undang-undang, bagi wanita pekerja berhak mengambil cuti hamil dan bersalin selama 3 bulan, yaitu 1 bulan sebelum bersalin ditambah 2 bulan setelah persalinan. 8. Persalinan pascapersalinan : Di Indonesia, ada kebiasaan atau kepercayaan bahwa wanita bersalin baru boleh keluar rumah setelah habis nifas yaitu 40 hari. Bagi wanita dengan persalinan normal hal ini baik dan dilakukan pemeriksaan kembali 6 minggu setelah persalinan. Namun, bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk control seminggu kemudian.

Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi : i. ii. iii. iv. v. vi. Pemeriksaan umum : tekanan darah, nadi, keluhan, dan sebagainya. Keadaan umum : suhu badan, selera makan, dan lain-lain. Payudara : ASI, puting susu Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum. Sekret yang keluar, misalnya lochia, flour albus Keadaan alat-alat kandungan

9. Nasehat untuk ibu postnatal : Fisioterapi postnatal sangat baik bila diberikan. Sebaiknya bayi disusui Kerjakan gimnastik sehabis bersalin. Untuk kesehatan ibu, bayi, dan keluarga sebaiknya melakukan KB untuk menjarangkan anak. Bawalah bayi anda untuk memperoleh imunisasi.

2. Infeksi nifas (puerperal infections)


a) Definisi Infeksi nifas (infeksi puerperium, puerperal infection) adalah istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan setiap infeksi bakteri di traktus genitalia setelah pelahiran. Dahulu merupakan penyebab kematian maternal yang paling penting, namun sekarang berkat kemajuan ilmu kebidanan, di negara maju sudah berkurang angka kematian yang disebabkan infeksi nifas ini. Di negara-negara berkembang dengan pelayanan kebidanan masih jauh dari sempurna, peranan infeksi nifas masih besar. Demam nifas atau dengan kata lain morbiditas puerperalis meliputi demam dalam masa nifas oleh sebab apapun. The Joint Committee on Martenal Welfare mendefinisikan morbiditas nifas sebagai berikut : Suhu sampai 38 0C atau lebih pada 2 diantara 10 hari pertama
5

postpartum, kecuali pada 24 jam pertama, dan diperoleh melalui pengukuran di mulut dengan teknik standar paling tidak 4 kali sehari. Definisi ini mengisyaratkan semua infeksi yang diakibatkan dari infeksi panggul.

b) Faktor risiko1
I.

Status sosioekonomi
a. Penderita dengan sosioekonomi rendah mempunyai risiko timbulnya infeksi lebih

besar dari penderita sosioekonomi menengah misalnya ketuban pecah dini dan seksio sesaria. Penderita sosioekonomi rendah juga terkait dengan status gizi yang rendah, perawatan antenatal yang tidak adekuat dan obesitas.
II.

Proses persalinan
a. Berkaitan dengan partus lama, lamanya ketuban pecah, korioamnionitis,

pemakaian monitoring janin intrauterine, jumlah pemeriksaan yang dilakukan selama proses persalinan dan perdarahan yang terjadi.
i. Partus lama dan lamanya ketuban pecah: bakteri di dalam cairan amnion

akan menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakterimia dan sepsis pada ibu dan janin.
ii. Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana korion,

amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.


III.

Tindakan persalinan a. Penderita dengan seksio sesaria mempunyai risiko 5-30 kali lebih besar akan mengalami infeksi nifas, dengan risiko endometritis 12-15% lebih besar. Endometriosis bisa berkembang menjadi infeksi yang lebih berat seperti abses, eviserasi dan tromboflebitis pelvis. Tindakan lain pada persalinan seperti ekstraksi forceps, tindakan episiotomy, laserasi jalan lahir, dan pelepasan plasenta secara manual juga bisa meningkatkan timbulnya risiko infeksi

c) Bakteriologi Kebanyakan infeksi nifas disebabkan oleh bakteri yang ada di jalan lahir. Pernah dilaporkan epidemi sebelumnya yang disebabkan oleh -streptokokus hemolitikus yang fatal. Infeksi streptokokus juga bisa menjadi factor utama ketuban pecah dini. Aerob Streptokokus grup A,B dan D Enterokokus Anaerob Peptokokus sp Peptostreptokokus sp Lain-lain Mikoplasma sp Klamidia trakomatis Neisseria gonorrea

Bakteri gram negative-eskerisia Bakteroideus fragilis grup koli, Klebsiella dan Proteus sp Stafilokokus aureus Stafilokokus epidermidis Gardnerella vaginalis Prevotella sp Klostridium sp Fusobakterium sp Mobilunkus sp

Tabel 1: penyebab yang sering menyebabkan infeksi nifas

d) Cara terjadinya infeksi1 1. Tangan pemeriksa atau penolong dengan sarung tangan membawa masuk bakteri dari vagina ke dalam uterus atau sarung tangan yang tidak steril 2. Droplet infection. Alat-alat persalinan yang terkontaminasi dengan bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorok dokter atau petugas selama persalinan 3. Infeksi dari pasien-pasien lain dirumah sakit 4. Koitus pada akhir kehamilan yang menyebabkan ketuban pecah 5. Infeksi intrapartum pada partus lama, ketuban sudah lama pecah atau pemeriksaan dalam yang berulang kali.Ditandai dengan kenaikan suhu, leukositosis dan takikardi, denyut jantung janin meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau.

2.1 Infeksi uteri


2.1.1 Metritis Infeksi uterus pada saat pascapersalinan dikenal sebagai endometritis, endomiometritis, dan endoparametritis. Karena infeksi yang timbul tidak hanya mengenai desidua, miometrium dan jaringan parametrium, maka terminology yang lebih disukai adalah metritis disertai selulitis pelvis.

Faktor predisposisi 1. Persalinan pervaginam a. ketuban pecah prematur yang lama, partus lama dan pemeriksaan dalam yang berulang 2. Persalinan seksio sesaria a. Factor risiko infeksi adalah lamanya proses persalinan dan ketuban pecah, pemeriksaan dalam berulang, pemeriksaan dalam berulang dan alat pemakaian alat monitoring janin internal. Pemberian antibiotic profilaksis dianjurkan pada tindakan seksio sesar 3. Bakteriologi a. Selama proses persalinan, cairan ketuban dan uterus mungkin akan terkontaminasi oleh bakteri aerob dan anaerob. Bakteri anaerob terbanyak adalah

peptostreptokokus sp dan peptokokus sp. Selain itu juga terdapat bakteroides sp dan klostridium sp. Bakteri aerob gram positif yang sering adalah enterokokus dan grup streptokokus dan bakteri gram negative yang sering adalah eserisia koli.

Patogenesis Infeksi nifas setelah persalinan pervaginam terkait dengan tempat implantasi plasenta, lapisan desidua dan miometrium atau laserasi servikovaginal. Infeksi nifas setelah persalinan sesario sesar terkati dengan bekas luka operasi. Bakteri berkoloni diserviks dan vagina masuk ke air ketuban pada waktu persalinan dan pasca persalinan lansung menginvasi ke tempat implantasi plasenta yang biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter kurang lebih 4cm dengan permukaan luka yang berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi trombus. Infeksi uterus pascaoperasi sesar umunya akibat infeksi pada luka operasi selain infeksi tempat implantasi plasenta.

Gejala klinik 1. Demam dengan suhu 38-39: biasa timbul hari ke 3 dengan nadi cepat 2. Menggigil sebagai tanda bakteremia 3. Nyeri abdomen 4. Lokhia yang berbau menyengat 5. Lokhia tidak berbau selalu terkait dengan bakteti penyebab grup A B hemotik streptokokus

Pemeriksaan penunjang Laboratorium: Leukositosis :15000-30000 cells/ul Penatalaksanaan antibiotika oral: metritis ringan pascapersalinan normal antibiotik spektrum luas iv : metritis sedang sampai berat termasuk penderita pacsaseksio sesarea biasanya membaik dalam waktu 48-72 jam.

Pilihan antimikrob

Antibiotik Ampisilin

Dosis

Keterangan

Dosis awal 2g/ I.V Antibiotika spectrum luas dan relative dan 1g setiap 6 tidak mahal jam(oral) atau

500mg(parenteral) setiap 6 jam Sulbenisilin 1g dosis tunggal Antibiotika spectrum luas untuk kuman aerob dan anaerob Kloramfenikol 1g IV setiap 6 jam Dapat diandalkan dan harganya murah untuk sepsis, tetap harus dipantau reaksi
10

depresif pada sumsum tulang Gentamisin 1,5mg/kg Cukup efektif terhadap bakteri garam (-)

BB/dosis IV atau dan flora saluran cerna IM diberikan

setiap 8 jam Doksisiklin 100mg setiap 12 Adekuat untuk gram (+), gram (-) jam(jangan termasuk klamidia: dapat menggantikan dengan ampisilin; cakupan juga bila

diberikan bersama bersamaan

dengan susu atau meningkatkan spectrum antasida) Metronidazol

dikombinasi dengan metronidazol

1g IV atau per Baik untuk bakteri gram (-) dan anaerob rectal jam setiap 12 dapat digunakan dalam kombinasi dengan atau amoipisilin dan doksisiklin; dan sebagai

500mg(oral) setiap alternative untuk klindamisin; relative 6 jam terjangkau dan muda diperoleh; pemberian per oral mendekati kadar serum pemberian secara IV Tabel 3: pengobatan antibiotika tunggal untuk infeksi

Komplikasi

1) Infeksi luka operasi Kejadian infeksi luka pasca seksio sesar berkisar antara 3-15%. Dengan antibiotic profilaksis maka kejadian infeksi luka operasi akan menurun. Faktor risiko; obesitas, diabetes, pengobatan kortikosteroid, imunosupresi, anemia dan hemostasis yang jelek

a. Dehisensi luka operasi: terbukanya jahitan pada fasia abdomen. Terjadi pada 1 dari 300 seksio sesar, terjadi pada hari kelima pascaoperasi disertai keluarnya cairan serosanguinus. Umumnya disebabkan oleh infeksi pada fasia dan nekrosis jaringan. Pengobatan utama adalah antibiotika adekuat dengan penjahitan ulang dinding abdomen
11

2) Necrotizing fasciitis a. Infeksi luka berat dengan mortality yang tinggi. Dalam bidang obstetri, necrotizing fasciitis terkait dengan insisi abdomen atau penyulit dari episiotomi atau laserasi perineum. Infeksi ini bisa disebabkan oleh flora normal di vagina atau bakteri lain dengan virulensi tinggi. Bisa diobati dengan antibiotic spectrum luas. 3) Peritonitis: Penyulit pada penderita seksario sesar dengan metritis disertai nekrosis dan dehisensi insisi ulang.jarang ditemukan pada vaginal birth after c-section( VBAC). Abses parametrium atau adeneksa dpt pecah dan menimbulkan peritonitis generalisata. Peritonitis nifas bisa terjadi karena meluasnya endometritis, tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan sellulitis pelvika. Selanjutnya, ada kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelvika mengeluarkan nanahnya ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis. Peritonitis yang tidak menjadi peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejalagejalanya tidak seberapa berat seperti pada peritonitis umum. Penderita demam, perut bawah nyeri, tetapi keadaan umum tetap baik. Pada pelvioperitonitis bisa terdapat pertumbuhan abses. Nanah yang biasanya terkumpul dalam kavum Douglas harus dikeluarkan dengan kolpotomia posterior untuk mencegah keluarnya melalui rektum atau kantung kencing. Peritonitis umum disebabkan oleh kuman yang sangat patogen dan merupakan pnyakit berat. Suhu meningkat menjadi tinggi, nadi cepat dan kecil, perut kembung dan nyeri, ada defence musculaire. Muka penderita, mula-mula kemerahan-merahan menjadi pucat, mata cekung, kulit muka dingin, terdapat apa yang dinamakan facies hippocratia. Mortalitas peritonitis uumum tinggi.

12

4) Sellulitis pelvika Sellulitis pelvika ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai dengan rasa nyeri di kiri atau kanan dan nyeeri pada pemeriksaan dalam, hal ini patut dicurigai terhadap kemungkinan sellulitis pellvika menjadi jelas. Pada pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri di sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul, dapat meluas ke berbagai jurusan. Di tengah-tengah jaringan yang meradang itu bisa tumbuh abses. Dalam hal ini, suhu yang mula-mula tinggi secara menetap menjadi naik turun disertai menggigil. Penderita tampak sakit, nadi cepat dan perut nyeri. Dalam 2/3 kasus tidak terjadi pembentukan abses, dan suhu menurun dalam beberapa minggu. Tumor di sebelah uterus mengecil sedikit demi sedikit, dan akhirnya terdapat parametrium yang kaku. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis, ke rektum, atau ke kandung kencing.

5) Selulitis parametrium: a. Biasanya terjadi unilateral. Selulitis parametrium ringan dapat menyebabkan suhu yang meninggi dalam nifas. Dicurigai selulitis parametrium bila: 1. Suhu menetap dan meninggi lebih dari satu minggu 2. Nyeri perut bagian bawah kiri atau kanan 3. Nyeri pada pemeriksaan dalam

Proses peradangan lanjut ditandai dengan Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri sebelah uterus dan tahanan ini yang berhubungan erat dengan tulang panggul. Dalam hal ini suhu mula-mula meninggi secara tetap menjadi naik-turun disertai dengan menggigil. Pendrrita tampak sakit, nadi cepat, dan perut nyeri. Jika terjadi abses, nanah harus dikeluarkan karena selalu ada bahaya bahwa abses mencari jalan ke rongga perut yang menyebabkan peritonitis atau ke kandung kemih

13

2.2 INFEKSI PERINEUM, VAGINA DAN SERVIKS

Infeksi berat mungkin terjadi pada ibu yang mengalami robekan perineum tingkat IV. Meskipun syok septik berat jarang terjadi, masih didapatkan syok septik yang disebabkan oleh infeksi luka episiotomy. Menurut JNPK-KR (2007) ruptur perineum dibagi dalam tingkatan-tingkatan sebagai berikut: 1) Tingkat I : Ruptur hanya pada selaput lendir vagina dengan atau tanpa mengenai kulit perineum. 2) Tingkat II : Ruptur mengenai selaput lendir vagina dan otot perinea transversalis, tetapi tidak mengenai springter ani. 3) Tingkat III : Ruptur mengenai seluruh perineum dan otot springter ani. 4) Tingkat IV : Ruptur sampai mukosa rektum.

Vulvitis Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan pus. Vaginitis Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui perineum. Permukaan mukosa mmbengkak dan kemerahan, terjadi ulkus, dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggal terbatas. Servisitis Infeksi serviks sering juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium

14

Gejala klinik dan patogenesis Keluhan nyeri pada daerah terinfeksi dan disuria dengan atau tanpa retensi urin, fluor yang purulen dan demam. Pada kasus yang berat seluruh vulva mengalami edema, ulserasi dan tertutup oleh eksudat. Laserasi vagina dapat mengalami infeksi secara lansung atau tercemar dari perineum. Seluruh mukosa vagina menjadi merah, bengkak dan bisa mengalami nekrosis dan terkelupas. Laserasi serviks lebih sering terjadi dan normalnya serviks memang merupakan tempat koloni kuman yang bisa menjadi patogen. Bila serviks mengalami infeksi dan laserasinya cukup dalam, maka infeksi ini dapat lansung menyebar ke ligamentum latum dan menyebabkan limfangitis, parametritis, bakteremia.

Penatalaksanaan Prinsip penatalaksanaannya adalah drainase dengan antibiotika yang adekuat. Pada sebagian besar kasus pelepasan benang episiotomi dan luka yang terinfeksi dibuka. Bila permukaan episiotomy sudah bebas dari infeksi dan eksudat, ditandai dengan timbulnya jaringan granulasi yang berwarna merah muda dan dapat dilakukan penjahitan perineum secara sekunder.

15

2.3 Mastitis Suatu infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara. Biasa terjadi unilateral dan dapat terjadi 3 bulan pertama meneteki tetapi jarang selama ibu meneteki. Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama pascapersalinan, tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ketiga atau keempat. Gejala awal; o Demam disertai menggigil o Mialgia o Nyeri o Takikardi Pemeriksaan payudara : membengkak, mengeras, lebih hangat, kemerahan dengan berbatas tegas dan disertai rasa hangat nyer Predisposisi: a. Primipara b. Stres c. Teknik meneteki yang salah sehingga pengosongan payudara tidak baik d. Pemakaian kutang yang terlalu ketat e. Pengisapan bayi yang kurang kuat f. Luka pada puting payudara

Pembagian mastitis mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mammae mastitis di tengah payudara yang menyebabkan abses ditempat itu mastitis pada jaringan dibawah dorsal kelenjar yang menyebabkan abses antara payudara dengan otot dibawahnya

Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mencegah komplikasi yaitu abses dan sepsis. Sepanjang terapi diberikan laktasi tetap dianjurkan untuk pengosongan payudara

16

Terapi suportif Bed-rest Kompres hangat Pemberian cairan yang cukup Antinyeri Antiinflamasi Antibiotik; penisillin, sefalosporin, eritromisin, sulfa

Komplikasi Apabila terjadi abses payudara dapat dilakukan insisi atau sayatan untuk mengeluarkan nanah dan dilanjutkan dengan drainase dengan pipa/hanschoen drain agar nanah dapat keluar terus. Syatan sebaiknya dibuat sejajar dengan duktus laktiferus untuk mencegah kerusakan pada jalannya duktus tersebut.

Pencegahan
Selama kehamilan Oleh karena anemia merupakan predisposisi untuk infeksi nifas, harus diusahakan untuk memperbaikinya. Keadaan gizi juga mrupakan faktor yang penting. Koitus pada hamil tua sebaiknya dilarang karena dapat mengakibatkan pecahnya ketuban dan terjadinya infeksi.

Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut, menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin, dan mencegah terjadinya perrdarahan banyak. Demikian pula, semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker, yang menderita infeksi pernapasan tidak diperbolehkan masuk kamar bersalin, alat-alat,kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus di suci hama. Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika

17

perlu atas indikasi. Terjadi perdarahan harus dicegah sedapat mungkin, Transfusi darah diberikan menurut keperluan. Selama nifas Setelah partus terdapat luka-luka pada beberapa tempat jalan lahir. Pada hari-hari pertama postpartum harus dijaga agar luka-luka ini tidak dimasuki kuman-kuman dari luar. Oleh sebab itu, semua alat dan kain yang berhubungan dengan alat genital harus suci hama. Pengunjungpengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin. Tiap penderita dengan tanda-tanda infeksi nifas jangan dirawat bersama dengan wanita yang dalam nifas yang sehat.

Daftar pustaka

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T editor: Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga, cetakan ketujuh, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2006. 2. Cunningham F Gary,dkk:, Obstetri Williams, Ed 21, vol 1,EGC, Jakarta, 2006. 3. Decherney Alan H, MD, Nathan Lauren, MD, Godwin M.T, MD, Laufer Neri, MD, Current Diagnosis and Treatment 10th Edition, McGraw Hill, USA, 2007. 4. Alan H. Lauren N. Neri L Current Diagnosis and treatment obstetri and gynecology 11th ed. Mc-Graw Hill 5. Puerperal infections diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/796892-clinical 6. Peurperal infections diunduh dari http://eglobalmed.com/books/CarePlans/PDF

/puerperal_infection.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai