Anda di halaman 1dari 6

Informasi Peluang Usaha Telur Asin

Pengasinan telur merupakan salah satu cara penambahan umur simpan telur yang umum dilakukan oleh masyarakat. Telur asin merupakan salah satu sumber protein yang mudah didapat dan berharga relatif murah. Telur asin sebagai bahan makanan yang telah diawetkan mempunyai daya tahan terhadap kerusakan yang lebih tinggi dibandingkan telur mentah. Telur umumnya mengandung protein 13%, lemak 12%, mineral dan vitamin. Selain lebih awet telur asin juga digemari karena rasanya yang relatif lebih lezat dibandingkan telur tawar biasa. INDUSTRI TELUR ASIN Konsumen terbesar produk telur asin adalah masyarakat menengah ke bawah, karena telur asin dapat dijadikan sumber protein hewani yang murah. Sebagian besar konsumen telur asin adalah penduduk di kota-kota besar. Disamping untuk konsumen rumah tangga, konsumen lainnya yang sangat potensial adalah restoran, rumah makan, kapal-kapal laut, rumah sakit, asrama-asrama, perusahaan jasa boga dan sebagainya. Perkembangan industri telur asin akan mendorong perkembangan peternakan itik akan berdampak kepada peningkatan pendapatan para peternak itik yang umumnya merupakan masyarakat pedesaan. Oleh karena itu, industri telur asin dapat dijadikan salah satu usaha yang dapat diandalkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat menengah dan bawah serta dapat mengurangi ketergantungan terhadap sumber protein mahal seperti daging. Usaha pembuatan telur asin adalah salah satu jenis industri makanan yang umumnya berskala mikro dan kecil. Bahan baku utama yang akan dijadikan telur asin adalah telur itik, sedangkan jenis telur lainnya tidak lazim dilakukan karena kebiasaan dari masyarakat kita yang menganggap telur asin berasal dari telur itik. Lokasi industri telur asin umumnya cukup dekat dengan daerah peternakan itik dan merupakan daerah pesawahan yang luas. Pengelola usaha ini umumnya adalah keluarga dengan pelaksana usaha dilakukan sendiri dengan sebagian besar tenaga kerja tetap merupakan anggota keluarganya. Secara formal izin-izin yang diperlukan meliputi HO, NPWP, SIUP, dan TDP. Teknologi yang diperlukan untuk memproduksi telur asin secara umum merupakan teknologi yang sederhana. Oleh karena itu perbedaan proses produksi dan kualitas produk telur asin ditentukan berdasarkan cara pengolahannya. Pola pembiayaan usaha produksi telur asin dapat berasal dari pengusaha sendiri maupun dari kredit bank dengan proporsi yang sangat beragam antar pengusaha. Sumber dana lain berasal dari lembaga Pemerintahan seperti Kementrian Negara Urusan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah yang disalurkan melalui bank. Skim kredit yang tersedia pada lokasi usaha antara lain skim Kredit Usaha Kecil (KUK) dari BRI

Unit dan skim Kredit Program Dana Penjaminan (KPDP) dari Bank Bukopin di Cirebon. Skim KUK yang diberikan adalah kredit modal kerja dan atau modal investasi dengan plafond maksimum dapat diputuskan sendiri oleh BRI Unit dengan kisaran Rp 50 juta, sementara KPDP yang dapat diputuskan oleh kantor cabang dengan plafond antara Rp 400 500 juta. Dalam rangka pemberian kredit perorangan, bank melakukan analisis terhadap karakter calon nasabah, kemampuan manajemen, kemampuan keuangan meliputi modal dan laba usaha, aspek teknis, kondisi dan prospek usaha, serta agunan. Suku bunga untuk skim kredit KUK yang diberikan oleh BRI untuk usaha ini berkisar antara 21-24% per tahun dengan jangka waktu kredit satu hingga dua tahun, sedangkan suku bunga KPDP dari Bank Bukopin adalah 13% per tahun dengan jangka waktu tiga tahun. Adapun beberapa prosedur yang harus dipenuhi untuk memperoleh kredit dari bank adalah : 1. Surat pengajuan kredit dari debitur 2. Pengumpulan data (data keuangan, jaminan) 3. Pembuatan proposal 4. Pengajuan ke komite kredit Beberapa persyaratan lain adalah semua transaksi keuangan dilakukan melalui rekening di bank yang bersangkutan. Biaya administrasi yang ditanggung oleh calon debitur adalah provisi sebesar 1%, biaya administrasi sebesar 1O/oo (permil), biaya pengikatan jaminan, biaya notaris dan biaya resiko. Kriteria yang menjadi pertimbangan bank dalam melakukan analisis kredit kepada nasabah adalah 5C, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (permodalan), collateral (jaminan) dan condition (kondisi). Persaingan yang terjadi pada industri telur asin tidak tajam, karena para pengusaha umumnya telah mempunyai pelanggan tetap. Upaya yang harus dilakukan pengusaha adalah menjaga mutu sehingga pelanggan puas dan tidak pindah ke pengusaha lain. Persaingan yang mungkin akan terjadi adalah persaingan untuk mendapatkan bahan baku yang murah, dimana petani itik petelur dapat saja memilih untuk menetaskan telur dibandingkan menjual telur tawar kepada produsen telur asin. Harga bahan baku utama industri ini adalah telur itik tawar yang dibeli dengan harga Rp 550 Rp 650 per butir. Harga bahan baku telur itik tidak mengalami perubahan yang signifikan selama tidak terjadi kegagalan panen pada suatu daerah yang akan mengakibatkan berkurangnya stok telur itik yang menyebabkan meningkatkan harga telur itik tawar. Harga telur asin yang dijual kepada konsumen berkisar antara Rp 750 Rp 1.000 per butir. Perbedaan harga ditentukan berdasarkan ukuran telur asin, harga telur asin dengan ukuran lebih besar dapat mencapai Rp 100 lebih mahal dibandingkan dengan telur yang berukuran lebih kecil. Daerah penjualan turut mempengaruhi perbedaan harga, sehingga harga telur asin di kota-kota besar relatif lebih mahal dibandingkan harga telur asin di kota-kota kecil atau daerah pedesaan JALUR PEMASARAN Penjualan produk industri telur asin ini dapat dilakukan sendiri oleh pengusaha maupun melalui jasa agen penjualan, dengan pembeli konsumen langsung, rumah-rumah makan dan perkantoran. Pola pemasaran produk telur asin ini secara umum terbagi tiga, yaitu : 1. Pengusaha menjual langsung produknya ke pasar-pasar setempat. Pada pola ini daerah pemasaran hanya berkisar pada pasar-pasar yang terdapat pada kabupaten yang sama dengan daerah produsen telur asin yang bersangkutan. Misalkan untuk Kabupaten Cirebon daerah pemasaran berlokasi dapat di Pasar Sumber, Pasar Drajat, Pasar Mundur dan Pasar Karang Sambung.

2. Pengusaha memperkerjakan tenaga-tenaga pemasaran di kota-kota besar untuk mendapatkan pesanan dalam jumlah yang besar dan harga yang cukup baik. Para tenaga pemasaran tersebut akan menjual telur asin ke rumah-rumah makan atau konsumen secara langsung. Kota yang menjadi daerah pemasaran utama untuk produksi telur asin dari wilayah ini adalah DKI Jakarta dan sekitarnya. 3. Pemesanan langsung dari agen-agen penjual telur asin yang berada dari luar daerah produsen telur asin, dimana para agen tersebut akan memasok telur asin ke restoran, kapal dan perkantoran. Dari ketiga jenis pemasaran di atas, untuk pemesanan yang hanya memerlukan angkutan darat semua produk diangkut dengan kendaraan yang dimiliki oleh produsen telur asin, sedangkan untuk pemesanan lintas pulau dapat pula menggunakan sarana angkutan udara. KENDALA PEMASARAN Kendala pemasaran yang dihadapi oleh industri telur asin adalah harga bahan baku yang meningkat setiap saat manakala terjadi kegagalan panen padi. Lonjakan harga bahan baku memaksa produsen untuk menaikkan harga, akan tetapi kenaikan harga dapat menyebabkan konsumen beralih ke produk pangan lain. Selain masalah harga kendala pemasaran yang lain adalah persepsi masyarakat akan bahaya dari konsumsi garam yang berlebihan. Telur asin yang memiliki kandungan garam yang cukup tinggi menjadi makanan yang cukup dijauhi oleh mereka yang ingin mengurangi konsumsi garamnya. FASILITAS PRODUKSI DAN PERALATAN Ruangan proses produksi industri telur asin tidak harus memenuhi suatu standar tertentu, namun diperlukan beberapa ruangan dengan tingkat pencahayaan yang berbeda. Ruangan untuk melakukan penyortiran dan pencucian telur harus ruangan yang terang, sedangkan ruangan untuk pengasinan telur diharapkan cukup tertutup dan hangat. Peralatan yang banyak digunakan dalam proses produksi telur asin adalah ember atau baskom untuk tempat pencampuran adonan dengan telur serta tempat untuk mencuci telur. Adapun peralatan lainnya berupa panci tempat perebusan telur dan kompor minyak tanah. Disamping itu dibutuhkan tempat penyimpanan telur untuk menyimpan telur asin pada proses pengasinan. BAHAN BAKU Bahan baku utama industri telur asin adalah telur itik yang diperoleh dari peternak lokal dengan cara membeli di tempat peternakan itik. Untuk menjaga mutu dari telur asin yang dihasilkan, maka bahan baku telur itik umumnya berukuran besar, masih segar dan tidak retak TEKNOLOGI Telur asin dapat dibuat melalui beberapa teknik penggaraman yang secara umum dibagi menjadi tiga macam proses, yaitu : 1. Cara penyuntikan, yaitu memasukkan larutan garam ke dalam telur dengan teknik penyuntikan, 2. Cara perendaman, yaitu telur direndam dalam larutan garam atau adonan lumpur garam, 3. Cara pemeraman, yaitu pembungkusan atau penyalutan telur yang dilumuri dengan adonan pengasin (garam dan tanah liat). Teknik penyuntikan merupakan teknik yang paling mudah dan cepat untuk menghasilkan telur asin, tetapi cara ini sangat beresiko dalam menghasilkan telur asin yang baik dan mulus, karena adanya proses pelubangan kulit telur guna memasukkan cairan garam. Jika pengusaha belum

trampil dan belum menguasai cara ini, maka teknik ini dianjurkan untuk tidak dilakukan. Cara pengasinan dengan perendaman dalam larutan garam atau adonan adalah proses pembuatan telur asin yang paling sederhana. Pada proses ini dilakukan pembuatan larutan garam dengan cara mencampur air dan garam dapur sampai jenuh, dimana air tidak mampu lagi melarutkan garam atau pembuatan adonan tepung bata merah dengan garam. Perendaman telur yang sudah dicuci kedalam larutan tersebut selama 8 hari. Keunggulan pembuatan telur asin dengan cara ini adalah prosesnya lebih singkat, meski kualitas telur asin yang dihasilkan kurang bagus dibandingkan proses pemeraman. Untuk menghindari telur tidak mengapung jika menggunakan larutan jenuh garam maka diberi pemberat pada permukaannya, sedangkan untuk adonan bata merah dan garam tidak perlu diberi tutup pemberat. Cara pengasinan telur dengan metode pembungkusan dapat dilakukan melalui dua cara, yaitu : 1. Pembungkusan dengan menggunakan adonan garam, yang akan menghasilkan telur asin yang jauh lebih bagus mutunya, warna lebih menarik, serta cita rasa yang lebih enak, tapi prosesnya lebih rumit, 2. Pembungkusan dengan menggunakan adonan garam dan tanah liat merupakan cara yang lazim digunakan pada industri telur asin. Konsep jaminan mutu diterapkan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Pada umumnya, kualitas telur ditentukan oleh : 1. Kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur), dan 2. Kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit telur). Persyaratan mutu telur asin berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI-01-4277-1996) adalah sebagai berikut : Tabel 4.2. Tabel Standar Mutu Telur Asin (SNI-01-4277-1996) No Jenis uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan 1.1 Bau normal 1.2 Warna normal 1.3 Penampakan normal 2 Garam b/b % min. 2,0 3 Cemaran mikroba - Salmonella koloni/25 g negatif - Staphyloccocus aurous koloni/g < 10 Sumber : Badan Standarisasi Nasional KENDALA PRODUKSI Faktor kritis industri telur asin ini adalah ketersediaan dan kontinuitas bahan baku, dimana bila terjadi kegagalan panen pasokan bahan telur itik tidak akan cukup. Oleh karena itu pengusaha harus mendatangkan telur itik dari daerah lain. Pada proses produksi, faktor kritis lain terdapat pada waktu penseleksian telur, karena mutu telur

yang akan diolah merupakan hal dominan dalam penentuan mutu produk telur asin. Hambatan dan kendala yang dihadapi oleh pengusaha telur asin adalah cukup lamanya rentang waktu penerimaan hasil penjualan telur asin akibat dari sistem pembayaran yang baru diterima 30 hari sejak proses produksi dilakukan, sedangkan pembelian bahan baku telur itik tawar dari peternak dilakukan secara tunai setiap dua kali seminggu. Kondisi ini mengharuskan pengusaha untuk mencadangkan dana pembelian telur itik tawar untuk jangka satu setengah bulan yang jumlahnya cukup besar.
ASPEK SOSIAL EKONOMI

Dari segi pemenuhan gizi masyarakat telur asin dapat menjadi salah satu sumber protein yang dapat dijadikan pengganti daging. Dengan harga yang murah dan rasa yang lezat, telur asin akan memiliki pasar yang luas yang tidak saja ditujukan bagi masyarakat menengah kebawah melainkan juga bagi masyarakat menengah ke atas. Secara umum keberadaan dan pengembangan industri telur asin memberi dampak yang positif bagi wilayah sekitarnya, karena semakin terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat dan sekaligus peningkatan pendapatan daerah. Satu unit usaha telur asin mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 12 orang, dengan upah Rp 400.000 Rp 800.000 per orang per bulan. Pendapatan daerah dari pajak industri telur asin ini mencapai Rp 12 juta per tahun.
ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN

Proses produksi dalam industri telur asin akan menghasilkan limbah padat dan limbah cair. Limbah padat umumnya berupa sisa-sisa telur yang tidak ikut diproduksi atau sisa-sisa pecahan telur akibat proses produksi yang tidak ditangani dengan hati-hati. Selain itu ada pula limbah padat yang berasal dari sisa-sisa adonan pengasin yang dibuang setelah proses pengasinan. Limbah-limbah padat ini umumnya tidak berbahaya bagi lingkungan. Penanganan limbah ini cukup sederhana, yaitu dengan cara menguburkannya di dalam tanah dimana untuk bahan organik akan terurai menjadi bahan-bahan anorganik unsur hara tanah. Limbah cair yang dihasilkan dari air sisa pencucian telur yang mengandung sabun pada umumnya langsung dibuang ke saluran air (sungai) tanpa pengolahan terlebih dahulu. Dalam jangka waktu yang lama limbah sabun ini dikhawatirkan dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan yang besar, karena itu tindakan pengolahan limbah secara sederhana sepertinya sudah menjadi keharusan. Pembuatan bak penampung limbah cair sederhana dapat menjadi salah satu alternatif penanganan limbah cair yang dihasilkan dari industri telur asin. KESIMPULAN 1. Industri telur asin mempunyai peranan penting dalam rangka memenuhi kebutuhan sumber protein dan lemak yang berharga murah bagi masyarakat. Perkembangan peternakan itik petelur merupakan faktor pendukung terbesar bagi industri telur asin agar dapat memasok telur asin dengan harga yang murah dan bermutu tinggi. 2. Dua faktor terpenting bagi keberhasilan industri telur asin selain faktor bahan baku adalah rasa telur asin dan kualitas pengangkutan produk. Rasa telur asin akan menjadi faktor pembeda suatu produsen dengan produsen lainnya, dimana akan timbul keterikatan antara konsumen dengan produsen telur asin tertentu. 3. Total biaya investasi yang dibutuhkan untuk industri telur asin adalahRp 173.525.000, yang dibiayai dari pinjaman kredit 70% (Rp 121.467.500) dan biaya sendiri 30% (Rp

52.057.500), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit investasi selama 3 tahun. Biaya modal kerja adalah sebesar Rp 167.923.125 yang dibiayai dari pinjaman kredit 70% (Rp 117.546.188) dan biaya sendiri 30%(Rp 50.376.938), dengan bunga pinjaman 14% dan masa pinjaman kredit selama 3 tahun. 4. Analisis keuangan dan kelayakan proyek industri telur asin sesuai asumsi yang digunakan adalah layak untuk dilaksanakan dengan nilai NPV Rp 65.535.618, IRR 32,65%, Net B/C 1,38dan PBP 28,9 bulan atau 2,4 tahun. Industri ini juga mampu melunasi kewajiban angsuran kredit kepada bank 5. Industri telur asin ini sangat sensitif terhadap kenaikan biaya variabel maupun penurunan pendapatan, karena usaha ini masih dianggap layak bila kenaikan biaya variabel atau penurunan pendapatan hanya sampai 1%. Kenaikan biaya variabel sebesar 3% atau penurunan pendapatan sebesar 2% menjadikan usaha tersebut tidak layak (NPV Negatif). 6. Pengembangan industri telur asin memberikan manfaat yang positif dari aspek sosial ekonomi wilayah dengan terbukanya peluang kerja serta peningkatan pendapatan masyarakat, dan tidak menimbulkan dampak lingkungan yang signifikan.

Anda mungkin juga menyukai