Anda di halaman 1dari 6

Kerana Dia Manusia Biasa

www.iluvislam.com
diedit oleh : everjihad

Email ini dipetik daripada seorang sahabat, dan saya forwardkan untuk manfaat
kepada diri saya dan semua.

Semoga bermanfaat baik untuk yang melamar ataupun yang dilamar, ataupun bagi
yang sudah berumah tangga. Renungan buat yang sedang mencari pasangan hidup
ataupun yang sedang mengemudi bahtera rumah tangga. Mengapa? Kerana Dia
Manusia Biasa.

Setiap kali ada sahabat yang ingin menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan
yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suami/isterimu? Jawappannya ada
bermacam-macam. Bermula dengan jawapan kerana Allah hinggalah jawapan
duniawi. Tapi ada satu jawapan yang sangat menyentuh di hati saya. Hingga saat ini
saya masih ingat setiap butir percakapannya. Jawapan dari salah seorang teman
yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka
hanya berkenalan 2 bulan. Kemudian membuat keputusan menikah. Persiapan
pernikahan mereka hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang
akhwat, saya tidak hairan. Proses pernikahan seperti ini selalu dilakukan. Dia
bukanlah akhwat, sebagaimana saya. Satu hal yang pasti,dia jenis wanita yang
sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya
sukar untuk membuka hati. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak
menganggapnya serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa,
semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.
Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tarikh pernikahannya. Serta
meminta saya untuk memohon cuti, agar dapat menemaninya semasa majlis
pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya.
Saya ingin tahu! Mengapa dia begitu mudah menerima lelaki itu. Ada apakah
gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia boleh memutuskan untuk
bernikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk ketika itu(benar-benar sibuk).
Saya tidak dapat membantunya mempersiapkan keperluan pernikahan. Beberapa
kali dia menelefon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa perkara.
Beberapa kali saya telefon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan
pernikahannya. Kami tenggelam dalam kesibukan masing-masing. Saya mengambil
cuti 2 hari sebelum pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk
menginap di rumahnya. Pukul 11 malam sehari sebelum pernikahannya, baru kami
dapat berbual -hanya-berdua. Hiruk-pikuk persiapan akad nikah esok pagi, sungguh
membelenggu kami. Pada awalnya kami ingin berbual tentang banyak hal. Akhirnya,
dapat juga kami berbual berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga
ingin bercerita banyak perkara kepada saya. Beberapa kali Mamanya mengetuk
pintu, meminta kami tidur.

"Aku tak boleh tidur." Dia memandang saya dengan wajah bersahaja.

Saya faham keadaanya ketika ini.

"Matikan saja lampunya, biar disangka kita dah tidur."


"Ya.. ya." Dia mematikan lampu neon bilik dan menggantinya dengan lampu yang
samar.

Kami meneruskan perbualan secara berbisik-bisik. Suatu hal yang sudah lama sekali
tidak kami lakukan. Kami berbual banyak perkara, tentang masa lalu dan impian-
impian kami. Wajah keriangannya nampak jelas dalam kesamaran. Memunculkan
aura cinta yang menerangi bilik ketika itu. Hingga akhirnya terlontar juga sebuah
pertanyaan yang selama ini saya pendamkan. "Kenapa kamu memilih dia?" Dia
tersenyum simpul lalu bangkit dari baringnya sambil meraih telefon bimbitnya
dibawah bantalku. Perlahan dia membuka laci meja hiasnya. Dengan bantuan lampu
LCD handphone dia mengais lembaran kertas didalamnya. Perlahan dia menutup laci
kembali lalu menyerahkan sekeping sampul kepada saya. Saya menerima
handphone dari tangannya. Sampul putih panjang dengan cop surat syarikat tempat
calon suaminya bekerja. Apa ini?. Saya melihatnya tanpa mengerti.

Eeh..., dia malah ketawa geli hati.

"Buka aja."

Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas putih bersaiz A4, saya melihat warnanya
putih. "Teruknya dia ni."

Saya menggeleng-gelengka n kepala sambil menahan senyum.

Sementara dia cuma ketawa melihat ekspresi saya. Saya mula membacanya. Saya
membaca satu kalimat diatas, dibarisan paling atas. Dan sampai saat inipun saya
masih hafal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu........

************ ********* *******

Kepada ...... Calon isteri saya, calon ibu anak-anak saya, calon menantu Ibu saya dan calon kakak buat
adik-adik saya Assalamu'alaikum Wr Wb. Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon
bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silakan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah
dulu sampai selesai. Saya, yang bernama_____menginginkan anda______ untuk menjadi isteri saya. Saya
bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Buat masa ini saya mempunyai pekerjaan. Tetapi saya
tidak tahu apakah kemudiannya saya akan tetap bekerja. Tapi yang pasti saya akan berusaha
mendapatkan rezeki untuk mencukupi keperluan isteri dan anak-anakku kelak. Saya memang masih
menyewa rumah. Dan saya tidak tahu apakah kemudiannya akan terus menyewa selamannya. Yang pasti,
saya akan tetap berusaha agar isteri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan. Saya
hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa kelebihan. Saya menginginkan
anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya. Saya
hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh kerana itu Saya menginginkan anda supaya
membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita
nanti dapat bersama-sama sampai mati. Kerana saya tidak tahu suratan jodoh saya. Yang pasti saya akan
berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik. Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini
saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istikharah berkali-kali, dan saya semakin
mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda kerana Allah. Dan yang pasti, saya menikah
untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa,
saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari sekarang ini. Saya memohon anda sholat
istiqarah dulu sebelum memberi jawapan pada saya. Saya beri masa minima 1 minggu, maksima 1 bulan.
Semoga Allah redha dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin Wassalamu'alaikum Wr Wb

************ ********* *********

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya
membaca surat 'lamaran' yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistik. Tanpa
janji-janji yang melambung dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta biasa. Saya
menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

"Kenapa kamu memilih dia.....?"

"Kerana dia manusia biasa......." Dia menjawab mantap.

"Dia sedar bahawa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur
hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-
apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kami kemudian hari. Entah
kenapa, justeru itu memberikan kesenangan tersendiri buat aku.."

"Maksudnya?"

"Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu esok masih ada dan
menjadi milik kita. Betul tak? Paling tidak.... Aku tau bahawa dia tidak akan frust
kalau suatu masa nanti kami jadi miskin. "

Ssttt....."Saya menutup mulutnya.

Khuatir kalu ada yang tau kami belum tidur. Terdiam kami memasang telinga. Sunyi.
Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kami saling berpandangan lalu
gelak sambil menutup mulut masing-masing.

"Udah tidur. Esok kamu mengantuk, aku pula yang dimarahi Mama."

Kami kembali berbaring. Tapi mata ini tidak boleh pejam. Percakapan kami tadi
masih terngiang terus ditelinga saya.

"Gik.....?" "Tidur.....Dah malam." Saya menjawab tanpa menoleh padanya.

Saya ingin dia tidur, agar dia kelihatan cantik jelita esok pagi. Rasa mengantuk saya
telah hilang, rasanya tidak akan tidur semalaman ini. Satu lagi pelajaran dari
pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sedar dengan kemanusiaannya.
Sedar bahawa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitu juga dengan
sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah terpahat sejak roh ditiupkan dalam rahim.
Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak.
Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tetapi sebuah
'proses usaha'. Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta,
takhta dan 'nama'. Status diri yang selama ini melekat dan dibanggakan (aku anak
orang ini/itu), ditanggalkan. Ketika segala yang 'melekat' pada diri bukanlah
dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi kerana Allah
semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan segalanya pada Allah yang membuat
senarionya. Maka semua menjadi indah. Hanya Allah yang mampu menggerakkan
hati setiap hamba-NYA. Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.
Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan. Kita hanya boleh
memohon keredhaan Allah. MemintaNYA mengurniakan barakah dalam sebuah
pernikahan. Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk
menikah. Jadi, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah berkata, Cinta itu proses.
Proses dari ada, menjadi hadir,lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu
dapat bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Cinta
tumbuh kerana suami/isteri (belahan jiwa). Cinta paling halal dan suci. Cinta dua
manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar
biasa. Amin.

Wallahu 'alam.

Anda mungkin juga menyukai