Anda di halaman 1dari 3

SEPUCUK SURATKU UNTUKMU Hujan rintik-rintik mulai membasahi bumi yang tandus ini, angin semakin membantu mengiringi

awan hitam untuk berada di atas langit tempat ku berdiri. Wajahku mulai terbasahi tetesan hujan yang terasa semakin deras. Ku beranjak dari tempatku, ku telusuri jalanan yang penuh liku menuju tempat dimana aku merasa nyaman di dalamnya, yap itu rumahku semakin dekat aku padanya.. ibuku yang menyambut kedatanganku memberikan senyuman termanisnya, setiap kali aku melihat senyuman itu aku merasa tenang dan damai menghinggapi hati ini. Senyuman ibu membuatku melupakan semua kejadian berat yang ku alami hari ini.. terima kasih bu.. terima kasih.. kataku dalam hati. Namaku nurul, aku terlahir di keluarga yang sederhana, dirumah ku ini aku tinggal bersama ibu dan adik-adikku. Ayahku telah lama meninggal sejak aku berusia 3 tahun dan disini aku menjadi tulang punggung bagi keluargaku, karena ibuku sudah tak sanggup lagi untuk bekerja sedangkan adik-adikku masih harus ku sekolahkan. Meski demikian aku merasa bahagia bisa menjadi kebanggaan mereka. Gelar sarjana ekonomi yang ku dapatkan dari jerih payahku menuntut ilmu tidak akan aku sia-siakan, Alhamdulillah setelah aku mendapatkan predikat lulus sarjana aku langsung ditawarkan pekerjaan oleh dosenku yang mempunyai perusahaan besar di Jakarta. Dua tahun aku bekerja diperusahaan itu, membuat ku naik jabatan menjadi sekertariat direktur. Puji dan segala syukur aku panjatkan kepada Allah yang selalu memberikan kelancaran dalam setiap langkah perjalananku. Kemudahan dan kelancaran yang aku dapatkan, tidak semudah aku mendapatkan sesosok imamku kelak. Aku memang tidak pandai bergaul dengan lawan jenis, karena aku memang telah diajarkan untuk tidak terlalu dekat dengan lawan jenis yang bukan mahromku. Suatu hari ketika ku sedang bekerja, aku mendengar handphoneku berdering tanpa henti, dan dengan segera aku mengangkat telepon itu, assalamualaikum, ada apa bu? nak, cepatlah pulang.. adikmu gio sakit demam, panasnya tidak turunturun.. ibu khawatir nak, ibu takut.. baiklah ibu, nurul akan segera pulang, ibu jangan khawatir, ibu berdoa saja agar gio tidak apa-apa itulah percakapanku dengan ibuku di telepon. Setelah menutup telepon itu aku menemui direktur untuk meminta izin padanya, dan Alhamdulillah beliau mengizinkan ku pulang. Aku

dan ibuku membawa gio ke rumah sakit, kami khawatir dengan keadaan gio namun kami yakin Allah akan melindunginya. Dokter yang memeriksa gio akhirnya keluar, dokter itu berkata, anak ibu tidak apa-apa, itu hanya demam biasa.. ibu tidak usah khawatir, insya Allah anak ibu akan segera sembuh, ^_^ oh.. terima kasih dok tembal kami. Ya Allah, apa ini.. aku melihat senyuman yang meneduhkan hati ini, aku merasa nyaman dengan kata-kata yang diucapkan dokter itu.aku suka dengan dokter itu ya Allah tapi dia??? Kataku dalam hati. Aku tidak meneruskan kata-kataku ini, aku bergegas ke tempat administrasi untuk membayar tagihan kemudian aku dan ibuku membawa gio pulang kerumah. Sesampainya di rumah, aku memikirkan dokter itu, Ya Allah aku masih tidak menyangka, bagaimana mungkin ada dokter seperti dia. Semenjak hari itu, entah apa yang membuatku ingin mengadu soal hati ini kepada Allah, setiap malam aku bangun dan meminta petunjuk Allah mengenai dokter itu. Beberapa bulan kemudian setelah kejadian itu, dan setelah setiap hari aku meminta petunjuk kepada Allah, akhirnya Allah memberi petunjuk mengenai dokter itu. Dokter itu, tiba-tiba datang ke kantor dimana aku bekerja, entah darimana dokter itu tahu tempat ku bekerja tapi yang jelas itu membuatku sangat terkejut dengan kedatangannya. Namun dia tidak mengatakan sepatah katapun kepadaku, dia hanya memberikan surat kepadaku lalu dia pergi. Aku tak berani membuka surat itu di kantor, lalu ku putuskan untuk membukanya di rumah saja. Dalam surat itu, dia berkata: Assalamualaikum.. ukhti.. maaf apabila saya mengganggu ukhti, namun bolehkah saya untuk mengenal ukhti lebih jauh? Insya Allah ini adalah suatu hal yang Allah izinkan untuk saya mengenal ukhti. Kata-kata itu membuatku merasa terenyuh membacanya. ya Allah apakah ini jawaban atas doaku mengenai dia? semenjak itu, aku dan dokter itu saling mengirim surat satu sama lain namun kami tidak saling bertemu. Karena kami hanya ingin menjaga satu sama lain. Mungkin kata orang, ini adalah suatu tindakan yang bodoh.. tidak bertemu, tidak bertatap muka, dan tidak saling menunjukkan rasa sayang kita terhadap orang itu, namun inilah islam. Islam tidak mengajarkan kita untuk mengikat orang lain yang belum jelas akan menjadi jodoh kita, islam tidak mengajarkan kita seorang ukhti yang bertemu akhwat tanpa didampingi oleh

mahromnya, dan islam mengajarkan kita agar kita dapat menjaga pandangan kita. Tidak lama aku dan dokter yang bernama imran itu saling mengenal, dia berkata di dalam suratnya insya Allah atas izin Allah, aku dan keluargaku akan datang menemui keluargamu untuk menjadikan kamu pendamping hidupku membaca itu aku tidak tahu apa lagi yang harus aku fikirkan, aku mengadu kepada Allah, Tuhan yang mengetahui sesuatu yang gaib maupun yang nyata, yang mengetahui apa yang terbaik untuk kita, dan Allah memberikan petunjukNya bahwa dia adalah calon imamku. Ketika keluarga kami saling bertemu, ada kata-kata terucap dari bibir imran yang tidak pernah aku dengar sebelumnya, apakah kau yakin ukhti akan menjadikan aku sebagai imammu, membimbingmu, menjagamu di dunia dan insya Allah di akhirat kelak? Sedangkan kau tahu keadaanku seperti ini? kata-kata yang keluar dari mulutnya, membuatku sedih.. dengarkan aku.. aku menyukaimu bukan karena kau seorang dokter, aku menyukaimu bukan karena kau seorang yang berada, dan aku bukan menerimamu karena aku iba terhadapmu, meski keadaan mu yang tak sempurna seperti orang lain tapi insya Allah, Allah memilihkan kamu yang terbaik sebagai imamku.. karena aku percaya pilihan Allah tidak pernah salah, meski keadaanmu yang tak sempurna namun aku akan menerimamu apa adanya, karena Allah berfirman, Allah tidak melihat bagaimana rupamu, atau bagaimana kekayaan yang kamu miliki namun Allah hanya melihat akhlak dan amal perbuatan mu, dan demikianlah aku belajar mengenai itu. Mendengar kata-kata yang keluar dari mulutku dia pun tersenyum. Aku tahu, bagaimana kondisinya.. aku tahu dia memang tidak sesempurna seperti orang lain, pertama kali aku melihatnya dan pertama kali aku meminta petunjuk kepada Allah, yang aku yakini saat itu dia terlihat berbeda dari yang lain. Karena cinta itu bukan terpatok dari seberapa tampan atau cantiknya kamu, bukan seberapa tinggi nya jabatan kamu atau seberapa cerdasnya kamu, namun cinta yang tulus adalah ketika kamu dapat melindungi pasangan kamu dari dosa-dosa zina yang tidak diperkenankan oleh islam, ketika kamu dapat menerima pasangan kamu apa adanya, dan ketika kamu memahami bahwa kamu mencintai dia hanya karena Allah ^_^

Anda mungkin juga menyukai