Anda di halaman 1dari 35

Bangunan yang penting pada nasopharing Ostium tuba eustachii pars pharyngeal Torus tubarius Fossa rosen mulleri

Fornix nasofaring Adenoid=tonsil pharyngeal=luskha

Fungsi Nasofaring
Sebagai jalan udara pada respirasi Jalan udara ke tuba eustachii Resonator Sebagai drainage sinus paranasal kavum timpani dan hidung

Secret dari nasopharing dapat bergerak ke bawah karena:


Gaya gravitasi Gerakan menelan Gerakan silia (kinosilia) Gerkan usapan palatum molle

HISTOLOGI

Mukosa nasofaring dilapisi oleh epitel bersilia repiratory type bertransformasi menjadi epitel nonkeratinizing squamous

Ca Nasofaring

Nasopharyngeal carcinoma merupakan tumor ganas yang timbul pada epithelial pelapis ruangan dibelakang hidung (nasofaring)

Angka kejadian Kanker Nasofaring (KNF) di Indonesia cukup tinggi, yakni 4,7 kasus/tahun/100.000 penduduk atau diperkirakan 7000 8000 kasus per tahun di seluruh Indonesia (Survei yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan pada tahun 1980 secara pathology based). RSCMJakarta ditemukan lebih dari 100 kasus setahun, RS. Hasan Sadikin Bandung rata-rata 60 kasus, Ujung Pandang 25 kasus, Denpasar 15 kasus, dan di Padang dan Bukit tinggi (1977-1979). Dalam pengamatan dari pengunjung poliklinik tumor THT RSCM, pasien karsinoma nasofaring dari ras Cina relative sedikit lebih banyak dari suku bangsa lainya.

EBV
Ca Nasofaring

MEDI ATOR

Zat nitrosamin didalam ikan asin

Sosio ekonomi, lingkungan, kebiasaan

Zat-zat karsinogen

Ras dan keturunan

Radang kronis

Gen HLA

Ulseratif

Noduler/ lobuler

Eksofitik

Dini

Telinga Hidung Mata

Gejala
Lanjut

Tumor Cranial

Makan Ikan asin


Virus

Keturunan

Genetik

EBV
Ca Nasofaring

Lingkungan

Virus Epstein-Barr
Virus bereplikasi EBV masuk ke DNA limf B Sel yang terinfeksi bisa mati atau transformasi jadi bentuk ganas

Menjadi laten dalam limfosit B

Berikatan dg reseptor virus

Terjadi di Kel saliva dan limf B

EBV menginfeksi limf B

GENETIK

Gen HLA

Sitokrom p450 2E1

Ca Nasofar ing

Makanan

nitrosodimethyamine (NDMA) N-nitrospurrolidene (NPYR) nitrospiperidine (NPIP)

FAKTOR LINGKUNGAN

Rokok

Aktif dan pasif Formaldehid

Debu kayu

mengaktifkan kembali infeksi dari EBV

Diagnosis
Pemeriksaan Nasofaring

Gejala

Radiologi

Serologi

Pemeriksaan Patologi

Gejala Massa terlihat pada nasofaring Gejala khas dihidung Gejala khas pendengaran Sakit kepala unilateral atau bilateral Gangguan neurologik syaraf otak Eksopthalmus Limfadenopati perifer

Nilai 25 15 15 5 5 5 25

50 = Ca Nasofaring

rinoskopi posterior
nasofaringoskop fibernasofaringos kopi

Computed Tomografi (CT)

penyebaran ke jaringan ikat lunak pada nasofaring penyebaran ke ruang paranasofaring Sensitif mendeteksi erosi tulang, terutama pada dasar tengkorak

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

membedakan tumor dari peradangan lebih sensitif dalam mengevaluasi metastase pada retrofaringeal dan kelenjar limfe yang dalam mendeteksi infiltrasi tumor ke sumsum tulang

PCR

Antibodi IgG

Antibodi IgA

Melalui hidung Biopsi Pemeriksaan patologi Biopsi aspirasi jarum halus Melalui mulut

KGB servikalis

Penentuan Stadium
T menggambarkan keadaan tumor primer, besar dan perluasannya T1 : Tumor terbatas pada nasofaring T2 : Tumor meluas ke orofaring dan atau fossa nasal T2a : Tanpa perluasan ke parafaring T2b : Dengan perluasan ke parafaring T3 : Invasi ke struktur tulang dan atau sinus paranasal T4 :Tumor meluas ke intrakranial dan atau mengenai syaraf otak, fossa infratemporal, hipofaring atau orbita

N menggambarkan keadaaan kelenjar limfe regional


N0 : Tidak ada pembesaran kelenjar N1 : Terdapat pembesaran kelenjar ipsilateral < 6 cm N2 : Terdapat pembesaran kelenjar bilateral < 6 cm N3 : Terdapat pembesaran kelenjar > 6 cm atau ekstensi ke supraklavikula M menggambarkan metastase jauh M0 : Tidak ada metastase jauh M1 : Terdapat metastase jauh

Penentuan Stadium
Berdasarkan TNM tersebut diatas, stadium penyakit dapat ditentukan Stadium I : T1, N0, M0 Stadium IIA : T2a, N0, M0 Stadium IIB : T1, N1, M0, T2a, N1, M0 atau T2B, N0-1, M0 Stadium III : T1-2, N2, M0 atau T3, N0-2, M0 Stadium IVA: T4, N0-2, M0 Stadium IVB: Tiap T, N3, M0 StadiumIV C: Tiap T, Tiap N, M1

Hiperplasia adenoid

Angiofibroma juvenilis Tumor kelenjar parotis Menigioma basis kranii

Tumor sinus sphenoidalis

Neurofibroma

Chordoma

Biopsi Nasofaring

Melalui Hidung Melalui Mulut


Klasifikasi WHO sebelum 1991: Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi, karsinoma non keratinisasi, karsinoma tidak berdeferensiasi Klasifikasi setelah 1991: Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi, karsinoma non keratinisasi (berdiferensiasi dan tidak berdeferensiasi

Pemeriksaan PA

Radiologi

Computed Tomografi (CT)


penyebaran ke jaringan ikat lunak pada nasofaring, penyebaran ke ruang paranasofaring, Sensitif mendeteksi erosi tulang, terutama pada dasar tengkorak

Magnetic Resonance Imaging (MRI)


membedakan tumor dari peradangan, lebih sensitif dalam mengevaluasi metastase pada retrofaringeal dan kelenjar limfe yang dalam, mendeteksi infiltrasi tumor ke sumsum tulang

Pemeriksaan Neuro oftalmologi

Pemeriksaan Serologi

PROGNOSIS

Angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45 %


Faktor yang memperburuk prognosis Stadium yang lebih lanjut. Usia lebih dari 40 tahun Laki-laki dari pada perempuan Ras Cina dari pada ras kulit putih Adanya pembesaran kelenjar leher Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan tulang tengkorak Adanya metastasis jauh

KOMPLIKASI
Petrosphenoid sindrom Tumor tumbuh ke atas ke dasar tengkorak menekan saraf N. III, N. IV, N.VI juga menekan N.V Retroparidean sindrom Tumor tumbuh ke depan kearah rongga hidung kemudian dapat menginfiltrasi ke sekitarnya menekan saraf N. IX, N. X, N. XI, N. XII KGB, darah dan Organ tubuh lain tulang, hati dan paru

Radioterapi
Penatalaksanaan pertama untuk karsinoma nasofaring adalah radioterapi dengan atau tanpa kemoterapi. Dosis radiasi: berkisar antara 6000 7000 rad, dalam waktu 6 7 minggu dengan periode istirahat 2 3 minggu (split dose) Respon radiasi: Complete Response : menghilangkan seluruh kelenjar getah bening yang besar. Partial Response : pengecilan kelenjar getah bening sampai 50% atau lebih. No Change : ukuran kelenjar getah bening yang menetap. Progressive Disease : ukuran kelenjar getah bening membesar 25% atau lebih. Komplikasi: Dini: Xerostomia, mual-muntah, mukositis, anoreksi, eritema Lanjut: Kontraktur, penurunan pendengaran, gangguan pertumbuhan

Kemoterapi
Indikasi: kankernya masih ada, dimana biopsi masih positif kemungkinan besar kankernya masih ada, meskipun tidak ada bukti secara makroskopis. pada tumor dengan derajat keganasan tinggi ( oleh karena tingginya resiko kekambuhan dan metastasis jauh). Kemo adjuvan: neoadjuvant atau induction chemotherapy concurrent, simultaneous atau concomitant chemoradiotherapy post definitive chemotherapy Efek samping: perdarahan, depresi sum-sum tulang yang memudahkan terjadinya infeksi, mual, muntah anoreksia dan ulserasi saluran cerna, kerontokan rambut, toksisitas terhadap jantung, toksisitas terhadap paru, toksisitas pada hepar dan ginjal, kelainan neurologi Manfaat: Mengecilkan massa tumor, Mengontrol metastasis jauh dan mengontrol mikrometastase, Modifikasi melekul DNA oleh kemoterapi menyebabkan sel lebih sensitif terhadap radiasi yang diberikan

Operasi
Tindakan operasi pada penderita karsinoma nasofaring berupa diseksi leher radikal dan nasofaringektomi Diseksi leher radikal: masih ada sisa kelenjar pasca radiasi atau adanya kelenjar dengan syarat bahwa tumor primer sudah dinyatakan bersih yang dibuktikan dengan pemeriksaan radiologik dan serologi Nasofaringektomi: dilakukan pada kasus-kasus yang kambuh atau adanya residu pada nasofaring yang tidak berhasil diterapi dengan cara lain

Imunoterapi
Dengan diketahuinya kemungkinan penyebab dari karsinoma nasofaring adalah virus Epstein-Barr, maka pada penderita karsinoma nasofaring dapat diberikan imunoterapi.

PENCEGAHAN
Pemberian vaksinasi dengan vaksin spesifik membran glikoprotein virus Epstein Barr yang dimurnikan pada penduduk yang bertempat tinggal di daerah dengan resiko tinggi. Memindahkan (migrasi) penduduk dari daerah resiko tinggi ke tempat lainnya. Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara memasak makanan untuk mencegah akibat yang timbul dari bahanbahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan hidup yang tidak sehat, meningkatkan keadaan sosial ekonomi dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan-kemungkinan faktor penyebab. Melakukan tes serologik IgA anti VCA dan IgA anti EA secara massal di masa yang akan datang bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring secara lebih dini.

KESIMPULAN
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas nomor satu yang mematikan dan menempati urutan ke 10 dari seluruh tumor ganas di tubuh. Banyak faktor yang diduga berhubungan dengan KNF, yaitu (1)Aadanya infeksi EBV, (2) Faktor lingkungan (3) Genetik Karsinoma nasofaring banyak ditemukan di Indonesia. Pada stadium dini yang diberikan adalah penyinaran dan hasilnya baik.

Anda mungkin juga menyukai