Anda di halaman 1dari 89

METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH


DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI
Skripsi
Diajuhkan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sarjana
Pendidikan Agama Islam



Oleh
NOVI ROMAWATI
NIM : 202011000962


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007

id19684656 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com

METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH
DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI

Skipsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
NOVI ROMAWATI
NIM 20201100962


Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II



( Drs. H. Ahmad Syafiie Noor ) ( Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag )
NIM : 150 0094403 NIM : 150299477



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1427 H / 2006
id19705843 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI
TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI ini telah
diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 November 2006 dan telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Strata
Satu ( SI ) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 17 November 2006
Ssidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan I,
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota


Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA
NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Anggota,
Penguji I Penguji II


Drs. H. A. Mawardi Sutedjo, M.S Drs. H. Khalimi, M.Ag
NIP. 150 011 336 NIP. 150 267 202

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN . 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . 5
D. Metode Pembahasan . 6
E. Sistematika Penulisan . 6
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 9
A. Pendidikan Agama Islam 9
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 9
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 11
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam . 15
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 16
B. Hakikat Metode Bercerita . 17
1. Pengertian Metode Bercerita 17
2. Tujuan dan Fungsi Metode Bercerita ... 19
3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Bercerita ... 23
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita . 28
5. Pelaksanaan Metode Bercerita .. 2
id19744421 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com
ii
BAB III METODE PENELITIAN . 31
A. Tujuan Penelitihan . 31
B. Populasi dan Sampel ...... 31
C. Sumber Data ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data . 32
E. Teknik Analisa Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN 34
A. Gambaran Umum TK Bait Al-Falah Pondok Ranji . 34
B. Deskripsi Data 38
1. Sarana dan prasarana . 38
2. Keadaan Belajar Mengajar 41
3. Pelaksanaan Metode Bercerita pada Pendidikan Agama Islam
di TK Bait Al-Falah . 45
C. Analisa Data .. 46
1. Respon Anak Didik terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam Melalui Metode Bercerita di Taman Kanak
Bait Al-Falah Pondok Ranji ... 46
2. Hasil Pelaksanaan Metode Bercerita .. 57
BAB V PENUTUP ... 59
A. Kesimpulan 59
B. Saran .. 62
DAFTAR PUSTAKA
iii
LAMPIRAN LAMPIRAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia membutuhkan pegangan hidup yang disebut agama. Dalam
jiwa manusia ada satu perasaan yang mengakui adanya Dzat Yang Maha Kuasa,
tempat berlindung dan memohon pertolongan-Nya. Manusia akan merasa tenang dan
tentram hatinya kalau dapat mendekat dan mengabdi kepada Dzat Yang Maha Kuasa.
Agama mengajarkan manusia agar selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.
Itulah sebabnya manusia memerlukan pendidikan agama untuk menuntun ibadahnya.
Di sisi lain manusia diberi kemampuan untuk membina anak didiknya agar menjadi
orang baik dan mempunyai kepribadian yang kuat dan sikap mental yang sehat serta
akhlak yang terpuji.
Perkembangan agama sejak usia dini anak-anak memerlukan dorongan dan
rangsangan sebagaimana pohon memerlukan air dan pupuk. Minat dan cita-cita anak
perlu ditumbuh kembangkan ke arah yang baik dan terpuji melalui pendidikan. Cara
memberikan pendidikan atau pengajaran agama haruslah sesuai dengan
perkembangan psikologis anak didik. Oleh karena itu dibutuhkan pendidik yang
memiliki jiwa pendidik dan agama, supaya segala gerak-geriknya menjadi teladan
dan cermin bagi murid-muridnya.
1


1
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, ( Jakarta; PT. Toko Gunung Agung, 2001) Cet ke -23,
h. 127
1
id19770265 pdfMachine by Broadgun Software - a great PDF writer! - a great PDF creator! - http://www.pdfmachine.com http://www.broadgun.com


2
Tingkat usia kanak-kanak merupakan kesempatan pertama yang sangat baik
bagi pendidik untuk membina kepribadian anak yang akan menentukan masa depan
mereka. Penanaman nila-nilai agama sebaikya dilaksanakan kepada anak pada usia
pra-sekolah, sebelum mereka dapat berpikir secara logis dan memahami hal-hal yang
abstrak serta belum dapat membedakan hal yang baik dan buruk. Agar semenjak kecil
sudah terbiasa dengan nilai-nilai kebaikan dan dapat mengenal Tuhannya yaitu Allah
SWT.
Anak didik pada usia Taman Kanak-kanak masih sangat terbatas
kemampuannya. Pada umur ini kepribadiannya mulai terbentuk dan ia sangat peka
terhadap tindakan-tindakan orang di sekelilingnya. Pendidikan agama diperlukan
untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan baik misalnya membaca doa tiap kali
memulai pekerjaan seperti doa mau makan dan minum, doa naik kendaraan, doa
mau pulang, dan lain-lain yang biasa di terapkan dalam kehidupannya sehari-hari. Di
samping itu memperkenalkan Tuhan yang Maha Esa secara sederhana, sesuai dengan
kemampuannya.
2

Metode yang digunakan dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak
tentu berbeda dengan metode yang dilaksanakan untuk orang dewasa. Hal ini sejalan
dengan pendapat yang dikemukakan oleh Zakiyah Daradjat sebagai berikut : Anak-
anak bukanlah orang dewasa yang kecil, kalau kita ingin agar agama mempunyai arti
bagi mereka hendaklah disampaikan dengan cara-cara lebih konkrit dengan bahasa
yang dipahaminya dan tidak bersifat dogmatic saja.
3


2
Ibid., h. 127
3
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1996), Cet. Ke-16, h.41


3
Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-
muridnya, orang tua kepada anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu
kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan sandaran
kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.
4

Anak-anak merupakan sosok individu yang mempunyai pikiran yang terbatas
dan pengalaman yang sedikit. Mereka hidup dengan akal pikiran dan alam yang
nyata, mereka dapat mengetahui dengan salah satu pancaindra, mereka belum dapat
memikirkan soal-soal maknawi, soal-soal yang abstrak dan hukum-hukum umum.
Anak-anak itu sangat perasa dengan perasaan yang halus dan mudah terpengaruh.
Berkenaan dengan pendidikan agama yang akan diberikan dan ditanamkan ke
dalam jiwa anak, orang tua harus dapat memperhatikan kondisi anak di dalam
mendidiknya, sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Orang tua juga
sebagai pendidik harus dapat memikirkan dan memperhatikan tahapan-tahapan di
dalam memberikan pendidikan agama pada anaknya.
Menurut Zakiyah Darajat Anak pada usia pra-sekolah tertarik kepada cerita-
cerita pendek seperti cerpen yang berkisah tentang peristiwa yang sering dialaminya
atau dekat dengan kehidupannya, terlebih lagi cenderung akan memilih suatu
permainan yang bertujuan mendorong anak untuk tertarik dan kagum kepada agama
Islam.
5


4
Soekanto, Seni Cerita Islami, (Jakarta : Bumi Mitra Press, 2001) Cet. ke-2, h. 9
5
Zakiyah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, ( Jakarta : CV Ruhama,
1995), Cet.ke-2, h. 78


4
Dunia anak adalah dunia pasif ide, maka dalam menunjang kemampuan
penyesuaian diri seorang anak membutuhkan rangsangan yang cocok dengan jiwa
mereka. Secara kejiwaan anak-anak ialah manusia yang akrab dengan simbol-simbol
kasih sayang orang lain yang ada di sekitarnya, seperti melalui kata-kata sanjungan
atau pujian. Guru yang mampu memberikan cerita akan menimbulkan semangat dan
pemahaman kepada anak terhadap pelajaran yang diterima dari cerita tersebut.
Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka metode bercerita
merupakan salah satu teknik penyampaian yang digunakan dalam proses pendidikan
di Taman Kanak-kanak yang mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dengan teknik
yang bervariasi dalam penyampaian materi pelajaran akan membantu guru dalam
melaksanakan tugas secara baik. Oleh sebab itu, metode bercerita adalah salah satu
pemberian pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-kanak dengan membawakan
cerita kepada anak secara lisan.
6

Salah satu cara untuk merangsang anak agar tertarik melakukan kegiatan
dengan metode cerita. Penulis mencoba untuk mengetahui lebih jauh tentang
pelaksanaan metode bercerita yang diterapkan di Taman Kanak-Kanak Bait Al-Falah
melalui penelitian dengan judul METODE BERCERITA SEBAGAI
PENANAMAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-
SEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK
RANJI.
Ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk membahas masalah ini, yaitu:

6
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h. 157


5
1. Pendidikan Agama Islam sangat penting di berikan kepada anak di usia pra-
sekolah untuk mengenal agama.
2. Pendidikan agama merupakan mobilisator dan filter dari segala hal kehidupan.
3. Salah satu metode dalam melaksanakan pendidikan agama Islam pada lembaga
Taman Kanak-kanak ini adalah metode bercerita, karena metode yang menarik
dengan dunia anak-anak.
3. Pengaruh cerita yang baik disampaikan kepada anak didik sangat besar terhadap
perubahan prilaku positif anak.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Untuk mempermudah pembahasan pada penelitian ini, penulis membatasi
masalah yang akan dibahas sebagai berikut :
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam pada Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
Pondok Ranji.
2. Metode yang diteliti adalah metode bercerita
Pelaksanaan metode cerita yang diterapkan di Taman Kanak-kanak
mempunyai ruang lingkup yang luas. Namun dalam penulisan skripsi ini penulis
hanya membatasi pada metode cerita yang diterapkan pada materi pendidikan agama
Islam sebagai penanaman nilai-nilai keagamaan bagi anak yang diterapkan di Taman
Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
Untuk mempermudah pembahasan pada penelitian, maka permasalahan di
rumuskan sebagai berikut:


6
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan agama Islam melalui metode bercerita di
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ?
2. Bagaimana hasil anak-anak didik di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah setelah
memperoleh pendidikan agama Islam melalui metode bercerita?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
A. Tujuan Penelitian :
1. Untuk mengetahui pelaksanaan metode bercerita dalam proses belajar
mengajar pendidikan agama Islam di Taman Kanank-kanak Bait Al-Falah.
2. Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan metode bercerita sebagai
penanaman pendidikan agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah.
B. Manfaat Penelitian :
1. Untuk mengetahui betapa pentinganya metode becerita terhadap pelaksanaan
pendidikan agama Islam bagi siswa di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
Pondok Ranji.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan metode bercerita sebagai penanaman
pendidikan agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.

D. Metode Pembahasan
Sebagaiman lazimnya suatu karya ilmiah, maka penulis dalam membahas
skripsi ini mengunakan dua macam metode penelitian, yaitu:


7
1. Kajian kepustakaan (Library Research), yaitu dengan membaca buku artikel
serta literature lainnya yang berhubungan dengan masalah yang penulis bahas.
2. Penelitihan lapangan (Field Research), yaitu dalam hal ini penulis
mengadakan penelitian langsung ke objek yang diteliti dengan jenis
pengumpulan data, yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi.
3. Penulisan skripsi ini merujuk pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis
dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Cetakan ke-2, tahun 2002.

E. Sistematika Penulisan
Pokok bahasan dari seluruh rangkaian penulisan skripsi ini dibahas dalam lima
bab. Setiap bab terdiri beberapa sub bahasan yang dibagi sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan
Perumusan Masalah, Metode Pembahasan, Manfaat Penelitian, dan Sistematika
Penulisan.
Bab II : Kajian Pustaka terdiri dari : Pengertian Pendidikan Agama Islam,
Dasar pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Agama Islam, Ruang Lingkup
Pendidikan Agama Islam, Hakikat Metode Bercerita : Pengertian Metode Bercerita,
Fungsi Metode Bercerita, Tujuan Metode Bercerita, Aspek-aspek dan Teknik-teknik
Bercerita, Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita, Pelaksanaan Metode
Bercerita.


8
Bab III : Metode Penelitihan terdiri dari : Tujuan Penelitian, Ruang Lingkup
Penelitihan, Definisi Operasional, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, Teknik
Analisa Data.
Bab IV : Hasil Penelitian terdiri dari : Gambaran umum Taman Kanak-kanak
Bait Al-Falah, Deskripsi Data :terdiri dari : Keadaan. Sarana dan Prasarana, Keadaan
Belajar Mengajar, Pelaksanaan Metode Bercerita pada Pendidikan Agama Islam di
Bait Al-Falah. Analisa Data terdiri dari : Respon Anak Didik Terhadap Metode
Bercerita sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah, Hasil Pelaksanaan Metode Bercerita.
Bab V : Penutup yang terdiri dari : Kesimpulan dan Saran














9
BAB II
LANDASAN TEORITIS

A. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Sebelum penulis mengemukakan tentang pengertian Pendidikan Agama
Islam, terlebih dahulu didefinisikan kata pendidikan. Pendidikan dalam bahasa
Inggris disebut dengan education yang berarti pengembangan atau bimbingan,
sedangkan dalam Bahasa Arab sering diterjemahkan dengan Tarbiyah. Kata
tarbiyah lebih luas konotasinya, yaitu mengandung arti memelihara, membesarkan
dan mendidik, sekaligus mengandung makna mengajar (hadanah).
1

Ramayulis mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pertolongan
yang diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang dewasa agar menjadi
dewasa.
2
Sedangkan Menurut Ahmad D. Marimba Pendidikan adalah Bimbingan
atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan jasmani dan
rohani siterdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
3

Dengan demikian pendidikan berarti interaksi dalam diri individu dengan
masyarakat sekitarnya baik dilihat dari segi kecerdasan atau kemampuan, minat
maupun pengalaman. Mendidik adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara

1
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Logos, 2001), Cet ke 4, h.5

2
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), h. 1

3
Ahamad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung : PT. Al-Maarif.
1986), Cet. ke-6, h. 19

9


10
sadar dengan bantuan alat pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan, sehingga
terbentuk manusia yang bertanggung jawab.
Berdasarkan definisi-definisi tentang pendidikan yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah proses yang terdiri dari usaha yang
dilakukan oleh orang dewasa terhadap siterdidik, baik berupa bimbingan, pengarahan,
pembinaan, ataupun latihan. Tujuan yang inggin dicapai adalah membawa siterdidik
kearah terbentuknya kepribadian yang utama, baik jasmani maupun rohani bagi
perjalanan hidupnya di masa yang akan datang.
Tentang Pendidikan Islam para ahli mendefinisikannya sebagai berikut :
Menurut Ahmad D. Marimba pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani
dan rohani yang berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.
4

Menurut Zakiyah Darajat, bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha
terhadap anak didik agar kelak dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama
Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup.
5

Menurut Zuhairini menyatakan, bahwa pendidikan Islam adalah usaha yang
diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran Islam.
6

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan agama
Islam adalah bimbingan dan asuhan terhadap anak agar nantinya setelah selesai dari
pendidikan ia dapat memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama
Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam

4
Ibid., h. 23
5
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam, Jakarta : Bumi Askara, 1996), h. 86
6
Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Askara, 1995), Cet. ke -2, h. 152


11
itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di
dunia dan akhirat.

2. Dasar Pendidikan Agama Islam
Setiap kegiatan untuk mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan atau
dasar tempat berpijak yang baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam
sebagai sebuah kejayaan juga harus mempunyai landasan atau dasar yang sejalan
dengan ajaran al-Quran dan Hadits.
Untuk lebih jelasnya mengenai dasar-dasar pendidikan Islam, penulis akan
menguraikan sebagai berikut:
a. Al-Quran
Kedudukan Al-Quran sebagai sumber pokok pendidikan Islam dapat
dipahami dari ayat Al-Quran itu sendiri, Firman Allah :
,;;-- -=,; -; -- ';---=' --' ;)- Q---- '-! ~'---' 4--- '--,-' '-;
Q;--;- .

Artinya : Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) ini,
melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang
mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum
yang beriman.(Q.S. An-Nahl [16] : 64 )
, ,---' 4--- Q--- '-! '-'~=! Q---';-'-; -'-! '-! ';--- '-' 4-, _~-
-- ;' '--=' '--,- '-;- '-)- J-; '-,)-- '-; ~' '-)- J-- '-- '-'
Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah
selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-
duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali
janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan


12
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. .(Q.S. Al-Isra [23] : 66 )

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan
hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah
seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam
pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya
perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada
mereka perkataan yang mulia.
Al-Quran adalah firman Allah yang berfungsi sebagai mujizat (sebagai bukti
kebenaran atas Nabi Muhammad SAW) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
yang tertulis di dalam mushaf-mushaf, yang diriwayatkan dengan jalan mutawatir dan
dipandang beribadah bagi yang membacanya.
6
Sebagaimana dalam Firman Allah :
Q'- ;--- ,-'-' -;'; J;~,-' ';-='; --' ';-=' ';--'- Q---' ')-''-
;;--'; --'- Q;--;- ;--- Q! J;~,-'; --' _-! -;-,- ,-~ - ;--,'--
'- Q~='; ,-= 4-- ,=!-' '--; .

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat
tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan
Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan
hari kemudian.Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya." (Q.S. An-Nissa [4] : 59)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa yang menjadi dasar atau sumber
pertama pendidikan agama Islam adalah Al-quran yaitu kumpulan firman Allah
SWT yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW dan kitab suci ini menjadi

6
Rosihon Anwar, Ulumul Quran, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), Cet.Ke-1, h.31


13
sumber hukum yang utama dan berlaku untuk sepanjang masa dalam lingkungan
umat Islam. Al-Quran sebagai sumber yang selalu digunakan oleh sahabat sejalan
dengan firman Allah SWT dalam al-Quraan surat An-Nissa ayat 59 yang
memerintahkan untuk berbakti kepada Allah dan Rasul Allah dan untuk
mengembalikan hal-hal yang diperselisihkan kepada Allah dan Rasulnya.
7

b. As-Sunnah
Dasar kedua pendidikan Islam adalah As-Sunnah yang mempunyai arti segala
yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW berupa perkataan, perbuatan dan
ketetapan yang berkaitan dengan hukum.
8
As-Sunnah berisi pedoman untuk
kemaslahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk membina umat manusia
seutuhnya dan muslim yang bertaqwa. As-Sunnah merupakan landasan kedua dengan
pembinaan pribadi manusia muslim.
9

Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa menuntut ilmu maka akan
mengetahui adanya Dzat Allah dan sifatnya, akan mengetahui bagaimana cara ibadah,
mengetahui haram dan halal, dengan ilmu akan mengetahui adanya tingkah laku hati
(prilaku hati) seperti akhlaq terpuji (sabar,syukur, dermawan, budi pekerti, jujur,
ikhlas), akhlaq tercela (dendam, dengki, takabur, riya, marah dan bermusuhan).
Seperti dalam Hadits Nabi :
;-~; --- --' -~ --'' J;~, J'- : J- -- ~-,- ;--' ~-= ,;-~-
) ='- Q-' -';, (


7
Sapiuddin Shidiq, Tarikh Tasyri (Sejarah Pembentukan Hukum Islam), (Jakarta : AMRI,
2005), Cet. ke-1, h. 32
8
Nasroen Haroen, Ushul Fiqh 1, (Jakarta : Logos Waca Ilmu, 2001), Cet.ke-3, h. 38
9
Zakiyah Darajat, Op., Cit., h. 21


14
Artinya : Menuntut Ilmu wajib bagi setiap orang Islam.
10

Sesunggunya umat manusia akan kekal karena akhlaq, maka apabila akhlaq
mereka hilang maka bangasa akan musna, oleh karena itu yang menolong agama
samawi adalah orang Islam. Umat-umat terdahulu selalu tertanamkan urusan yang
paling besar adalah Akhlaq, oleh karena itu Nabi bersabda :

J'- ;-~; --- --' -~ --'' J;~, : _>=V' ;,'-- ;--V ~~- '--'
Artinya : Sesunggunya aku (Muhammad) di utus hanyalah untuk menyempurnakan
akhlaq yang mulia.
11

Dari uraian di atas dapat simpulkan bahwa dasar pendidikan Islam adalah Al-
Quran dan As-Sunnah yang memuat dua prinsip dasar yaitu aqidah dan syariah.
Wilayah syariah mencakup aspek ibadah, muamalah, akhlak dan keilmuan lainnya,
sedangkan aqidah mencakup keimanan dan keyakinan, keimanan dengan rukun Iman,
Iman kepada Allah, Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab-
kitab Allah, Iman kepada Rasul, Iman kepada hari akhir, Iman kepada Qadha dan
Qadhar.
Selain Al-Quran dan As-Sunnah, yang menjadi sumber pendidikan agama
Islam adalah pemahaman para ulama dalam bentuk qiyas syari, ijma yang diakui,
ijtihad dan tafsir yang benar dalam bentuk hasil pengetahuan kemanusiaan dan

10
Syekh Jamalidin Al-Qosimi, Mauidhatul Muminin, (Indonesia : PT Daru Ihya Al-Kutub
Al-Arabiyah), h.7-8
11
Umar bin Ahmad Barja, Akhlaq Lil Banin, (Surabaya : PT Makhtabah Muhammad Nahban
bin Ahmad), h. 2


15
akhlak, dengan merujuk kepada kedua sumber asal Al-Quran dan As-Sunnah)
sebagai sumber utama.
12


4. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Islam
Menurut Ibnu Khaldun bahwa pendidikan setiap aktifitas yang direncanakan,
pasti mempunyai dasar dan tujuan. Begitu pula pendidikan Islam mempunyai dasar
dan tujuan. Tujuan pendidikan itu biasanya dikaitkan dengan pandangan hidup yang
diyakini kebenarannya oleh penyusun tujuan tersebut. Pandangan hidup ini berupa
agama ataupun aliran filsafat tertentu. Pendidikan hanyalah suatu alat yang digunakan
masyarakat, oleh karenanya tujuan pendidikan haruslah individu maupun sebagai
masyarakat, Islam mempunyai dua tujuan, yaitu:
1. Tujuan keagamaan, maksudnya ialah beramal untuk akhirat sehingga ia
menemui Tuhannya telah memurnikan hak-hak Allah yang telah diwajibkan
atasnya.
2. Tujuan ilmiah yang bersifat kedunian, yaitu apa yang diungkapkan oleh
pendidikan modern dengan tujuan kemanfaatan atau persiapan untuk
hidup. Tujuan pendidikan Islam yang paling utama ialah beribadah kepada
Allah dan kesempurnaan insani yang tujuannya kebahagiaan dunia akhirat.
13

Sedangkan fungsi pendidikan agama bagi anak adalah membentuk manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, mempunyai akhlak yang luhur,

12
Jamaludin dan Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1996), Cet ke-2, h. 37

13
Ramayulius, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 1994), h. 24



16
berilmu pengetahuan dan memiliki ketrampilan yang dapat disalurkan. Agama benar-
benar berfungsi sebagai pengendali kepribadian dalam hidupnya dikemudian hari.
Pendidikan agama harus diberikan sejak dini agar anak terbiasa melakukan ibadah
dan menjalankan ajaran-ajaran Islam dengan kesadarannya sendiri.
14


4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam
Menurut Mahmud Yunus bahwa inti pokok ajaran Islam meliputi masalah
Keimanan (aqidah), masalah Keislaman (syariat), dan masalah Ihsan (akhlak). Tiga
inti pokok ajaran ini kemudian dijabarkan dalam bentuk rukun Iman, rukun Islam dan
Akhlak. Dari ketiganya lahirlah beberapa keilmuan agama yaitu ilmu tauhid, ilmu
fiqh, dan ilmu akhlak.
Ketiga kelompok ilmu Agama itu kemudian dilengkapi dengan pembahasan
dasar hukum Islam yaitu Al-Quran dan Hadits, serta ditambah lagi dengan sejarah
Islam (tarikh), sehingga menurut Mahmud secara berututan adalah :
a. Ilmu Tauhid / Keimanan
Ilmu Tauhid ini meliputi rukun iman yaitu Iman kepada Allah, Iman kepada
Malaikat, Iman kepada Kitab-kitab Allah, iman kepada Rosul , iman kepada hari
akhir dan iman kepada Taqdir.
b. Ilmu Fiqh
Ilmu fiqh ini meliputi : thaharah, shalat, zakat, puasa, haji dan umroh, muamalah,
mawaris, munakahat, hudud, jinayat, jihad dan aqdhiyah
c. Al-Quran
d. Hadits
e. Akhlak meliputi : akhlak kepada Allah, akhlak kepada Rosul, akhlak kepada
orang tua, akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada teman (sesama) dan akhlak
kepada lingkungan hidup.
f. Tarikh Islam.


14
Zakiyah Darajat, Ilmu Pendidikian Islam, (Jakarta : Bumi Askara, 1996), h. 86


17
Ruang lingkup pembahasan tergantung pada jenis lembaga pendidikan yang
bersangkutan, tujuan dan tingkat kemamapuan anak didik sebagai konsumen.
15


B. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau
materi pelajaran kepada anak didik. Metode mengajar yang tidak tepat guna akan
menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses belajar mengajar sehingga
banyak waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan
oleh guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan.
Dr. Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode adalah Cara yang paling
tepat dan cepat dalam melakukan sesuatu.
16
Sedangkan menurut Sukanto Cerita
adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada
anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya. Suatu kegiatan yang bersifat seni
karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata
yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita.
17

Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di
Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak
terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila isi cerita dikaitkan dengan

15
Mahmud Yunus, Metode Khusus Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Hidakarya Agung,
1983), Cet. ke-11, h.17

16
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, ( Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2003), Cet ke-7, h. 9
17
Soekanto, Seni Bercerita Islami, (Jakarta; Bina Mitra Press, 2001), Cet. ke-2, h. 9


18
dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka mereka dapat memahami isi
cerita itu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan
mudah dapat menangkap isi cerita.
18

Menurut Abudin Nata Metode bercerita adalah suatu metode yang
mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah
manusia untuk menyenangi cerita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. Oleh
karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan.
19

Dunia kehidupan anak-anak itu dapat berkaitan dengan lingkungan keluarga,
sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman
bagi anak di Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menarik yang menggetarkan
perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada
anak didik sehingga dengan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik.
Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu
cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang
disesuaikan dengan kondisi anak didik.

2. Tujuan dan Fungsi Metode Bercerita
a. Tujuan Metode Bercerita

18
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, ( Rieka Cipta : 2004),
h.157
19
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jaklarta: Logos Wacana Ilmu, 2001), Cet. ke-4,
h. 97



19
Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang
baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
bercerita guru dapat menanamkan nilai-nilai Islam pada anak didik, seperti
menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dari setiap perbuatan.
Melalui metode bercerita anak diharapkan dapat membedakan perbuatan yang baik
dan perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam pendidikan anak
adalah menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan keTuhanan kepada anak dengan
harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan
berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.
20

Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita adalah sebagai
berikut :
a. Melatih daya tangkap dan daya berpikir
b. Melatih daya konsentrasi
c. Membantu perkembangan fantasi
d. Menciptakan suasana menyenagkan di kelas.
21

Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut :
a. Menghibur anak dan menyenakan mereka dengan bercerita yang baik
b. Membantu pengetahuan siswa secara umum
c. Mengembangkan imajinasi
d. Mendidik akhlak

20
Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung : Al-Bayan, 1997), Cet. Ke-2, h.34
21
Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanaan dan Evaluasi Pengajaran di Taman
Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996), h. 62


20
e. Mengasah rasa
22

Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode bercerita adalah,
salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak
memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode
bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan
bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
23

Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan
untuk mendengarkan cerita dari guru, dengan jelas metode bercerita disajikan kepada
anak didik bertujuan agar mereka memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-
ajaran al-Quran dalam kehidupan sehari-hari dan menambahkan rasa cinta anak-anak
kepada Allah, Rosul dan Al-Quran.
b. Fungsi Metode Bercerita
Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik
mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut.
24

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu
cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan.
Metode cerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan

22
Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Remaja Rosda Karya,2001), Cet
ke1, h. 6
23
Moeslichatoen R, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi
Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h.170

24
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Askara, 1999), Cet ke-1, h.61



21
dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu
dapat dengan mudah diberikan.
Dalam hal ini penulis ingin menyampaikan beberapa fungsi metode cerita :
a. Menanamkan nilai-nilai pendidikan yang baik
Melalui metode bercerita ini sedikit demi sedikit dapat ditanamkan hal-hal
yang baik kepada anak didik, dapat berupa cerita para Rosul atau umat-umat
terdahulu yang memiliki kepatuhan dan keteladanan. Cerita hendaknya dipilih
dan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam suatu pelajaran.
b. Dapat mengembangkan imajinasi anak
Kisah-kisah yang disajikan dalam sebuah cerita dapat membantu anak didik
alam mengembangkan imajinasi mereka. Dengan hasil imajinasinya diharapkan
mereka mampu bertindak seperti tokoh-tokoh dalam cerita yang disajikan oleh
guru.
c. Membangkitkan rasa ingin tahu
Mengetahui hal-hal yang baik adalah harapan dari sebuah cerita sehingga rasa
ingin tahu tersebut membuat anak berupaya memahami isi cerita. Isi cerita yang
dipahami tentu saja akan membawa pengaruh terhadap anak didik dalam
menentukan sikapnya.
25

e. Memahami konsep ajaran Islam secara emosional
Cerita yang bersumber dari Al-Quran dan kisah-kisah keluarga muslim
diperdengarkan melalui cerita diharapkan anak didik tergerak hatinya untuk

25
H. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Askara, 1999), Cet ke-1, h.61


22
mengetahui lebih banyak agamanya dan pada akhirnya terdorong untuk beramal
di jalan lurus.
26



3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Metode bercerita
a. Aspek-aspek Bercerita
Salah satu unsur penting dalam seluruh rangkaian dalam efektifitas yang
ditempuh dalam upaya pembentukan moral anak melalui cerita adalah memilih tema
cerita yang baik untuk disampaikan kepada anak. Berikut ini beberapa definisi
mengenai tema adalah sebagai berikut :
Tema-tema yang terdapat di dalam cerita banyak dikenal oleh masyarakat dan
tidak semuanya baik untuk diceritakan kepada anak-anak. Dan untuk dewasa ini
sudah banyak cerita yang diterbitkan. Di antara yang banyak itu pilih cerita yang baik
dan berguna. Banyak tema cerita yang diterbitkan yang tidak memiliki pendidikan
dan moral. Kisah-kisah yang ditulis hanya untuk merangsang emosi-emosi yang
rendah. Tema cerita seperti ini, bukanlah patut disisikan dalam memilih tema. Secara
teoritis ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan dalam memilih tema cerita.
Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah
a. Aspek Relegius (agama)
Dalam memilih tema cerita yang baik, aspek agama ini tidak dapat diabaikan
mengingat tema cerita yang dipilih merupakan sarana pembentukan moral. Jika aspek

26
Bahroin s. Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan seni Bermain, Cerita dan
Menyanyi, (Jakarta: t.pn. 1995), Cet-ke-1, h. 24



23
agama ini kurang diperhatikan keberadaanya, maka dikhawatirkan anak akan
memperoleh informasi-informasi yang temanya tidak baik, bahkan ada kemungkinan
cerita yang demikian dapat merusak moral anak yang sudah baik.
Bagi kalangan keluarga muslim tema cerita yang dipilih tidak hanya karena
gaya ceritanya saja, melainkan harus sarat dengan nilai-nilai ajaran Islam. Kini upaya
menenggelamkan pengaruh cerita yang temanya tidak baik dan dapat merusak aqidah
dan akhlak anak.
27

b. Aspek Pedagogis (Pendidikan).
Pertimbangan aspek pendidikan dalam memilih tema cerita juga penting,
sehingga dari tema cerita diperoleh dua keuntungan, yaitu menghibur dan mendidik
anak dalam waktu yang bersamaan. Disinilah letak peran pencerita untuk dapat
memilih tema cerita dan menyampaikan pesan-pesan didaktis dalam cerita. Unsur
mendidik, baik secara langsung ataupun tidak langsung terimplisit dalam tema
dongeng.
28

c. Aspek Psikologis
Mempertimbangkan aspek psikologis dalam memilih tema cerita sangat
membantu perkembangan jiwa anak. Mengingat anak adalah manusia yang sedang
berkembang. Maka secara kejiwaan tema ceritapun disesuaikan dengan kemampuan
berfikir, kestabilan emosi, kemampuan berbahasa serta tahap perkembangan
pengetahuan anak dalam mengahayati cerita tersebut. Cerita yang baik dapat
mempengaruhi perkembangan anak.

27
J. Abdullah, Memilih Dongeng Islami Pada Anak, ( Jakarta : Amanah, 1997), h.2

28
Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, (Jakarta : Pustaka Pelajar,1996), Cet.ke-1,h. 35


24
b. Teknik-teknik Bercerita
Cerita sebaiknya diberikan secara menarik dan membuka kesempatan bagi
anak untuk bertanya dan memberikan tanggapan setelah guru selesai bercerita.
Cerita akan lebih bermanfaat jika dilaksanakan sesuai dengan minat,
kemampuan dan kebutuahan anak.
29

Adapun teknik penggunaan dari masing-masing bentuk metode bercerita
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Bercerita dengan alat peraga
Dalam melaksanakan kegiatan digunakan alat peraga untuk memberikan kepada
anak didik suatu tanggapan yang tepat mengenai hal-hal yang didengar dalam suatu
cerita :
a. Bercerita dengan alat peraga langsung
Alat peraga dalam pengertian ini adalah beberapa jenis hewan atau benda-
benda yang sebenarnya bukan tiruan atau berupa gambar-gambar. Penggunaan alat
peraga langsung untuk memberikan kepada anak suatu tanggapan yang tepat
mengenai hal-hal yang didengar dalam cerita..Dalam bentuk cerita ini guru sebaiknya
menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Alat peraga diperhatikan dan diperkenalkan terlebih dahulu pada anak didik.
2) Guru menjelaskan dengan singkat melalui tanya jawab dengan mengenalkan
objek yang akan diceritakan.

29
Achmad Hidayat dan Arief Imron , Paduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak,
(Jakarta : Insida Lantabora, 2004), Cet ke-1, h. 35


25
3) Alat peraga kemudian disimpan sebelum guru bercerita dan mengatur posisi
duduk anak didik.
b. Bercerita dengan gambar
Bercerita dengan gambar hendaknya sesuai dengan tahap perkembangan
anak, isinya menarik, mudah dimengerti dan membawa pesan, baik dalam hal
pembentukan prilaku positif maupun pengembangan kemampuan dasar. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dalam bercerita dengan gambar adalah :
1) Gambar harus jelas dan tidak terlalu kecil.
2) Guru memperhatikan gambar tidak terlalu tinggi dan harus terlihat
3) Gambar-gambar yang digunakan harus menarik.
4) Gambar yang ditutup setiap kali guru memulai kembali.
30

c. Bercerita dengan menggunakan buku cerita
Bercerita dengan buku dilakukan dengan membacakan cerita dari sebuah
buku cerita bergambar. Dalam buku cerita bergambar biasanya terdapat tulisan
kalimat-kalimat pendek yang menceritakan secara singkat gambar tersebut. Kegiatan
membacakan cerita ini dilakukan karena kebanyakan anak usia pra-sekolah gemar
akan cerita yang dibacakan oleh guru atau orang dewasa lainya. Ada dua hal yang
harus diperhatikan oleh guru dalam membacakan cerita, seperti :
1) Buku cerita dipegang dengan posisi yang dapat dilihat semua anak.
2) Ketika memegang buku guru tidak boleh melakukan gerakan-gerakan
seperti bercerita tanpa alat peraga, intonasi dan nada serta mimik gurulah

30
Eddy Supriadi, Srategi Belajar Mengajar, (Jakarta : LPGTK Tadika Puri, 2003), h. 13


26
yang berperan di samping gambar-gambar dan kalimat-kalimat dalam buku
untuk membantu fantasi anak.
2) Bercerita dengan alat peraga
Kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak dapat dilaksanakan dengan
menggunakan metode jika tidak ada alat peraga yang kongkrit. Dalam kegiatan
bercerita yang berperan adalah guru dengan cara bercerita melalui ekspresi yang
tepat. Dalam menggunakan metode ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan di
antaranya adalah sebagai berikut :
a. Guru harus menunjukan mimic muka, gerakan-gerakan tangan dan kaki serta
suara sebagai pencerminan dan penghayatan secara sungguh-sungguh
terhadap isi dan alur cerita.
b. Dalam bercerita harus menggunakan bahasa yang jelas, komunikasi dan
mudah dimengerti anak.
c. Sebelum bercerita aturlah posisi duduk anak dan guru.
d. Selama bercerita hindari teguran pada anak.
Dari penjelasan-penjelasan di atas dapat diketahui bahwa teknik yang
dipergunakan guru dalam bercerita ditentukan pula oleh bentuk cerita yang akan
disajikan. Cerita yang membekas pada diri anak akan sangat berpengaruh dalam
kehidupan selanjutnya.


27
Sebagaimana Mahmud Yunus mengemukakan bahwa Pengaruh cerita lebih
besar dari pada memberikan pengajaran semata-mata dengan nasehat atau menyuruh
dan melarang kepada anak didik.
31


4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita
Dalam proses belajar mengajar, cerita merupakan salah satu metode yang
terbaik. Dengan adanya metode bercerita diharapkan mampu menyentu jiwa jika
didasari dengan ketulusan hati yang mendalam. Metode bercerita ini diisyaratkan
dalam Al-Quran :

- -- ', '--'' '- =,'' '-,=,' '-- --'' -=' =,'= -- =-
,'''' -' '- . ) --,, / `` : (

Artinya : "Kami menceritakan kepadamu yang paling baik dengan mewahyukan Al
Quran ini kepadamu. Dan sesunggunya kamu sebelum(Aku mewahyukan)
adalah termasuk orang-orang yang lalai (Q.S.Yusuf [12] : 3

Kandungan ayat ini mencerminkan bahwa cerita yang ada dalam Al-Quran
merupakan cerita-cerita pilihan yang mengandung nilai pedagonis.
a. Kelebihan Metode Bercerita
1. Kisah dapat mengaktifkan dan membangkitkan semangat anak didik. Karena
anak didik akan senatiasa merenungkan makna dan mengikuti berbagai situasi
kisah, sehingga anak didik terpengaruh oleh tokoh dan topic kisah tersebut.

31
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta : Hida Karya Agung, 1983),
cet. Ke-11, h. 19



28
2. Mengarahkan semua emosi sehingga menyatu pada satu kesimpulan yang
terjadi pada akhir cerita.
3. Kisah selalu memikat, karena mengundang untuk mengikuti peristiwanya dan
merenungkan maknanya.
4. Dapat mempengaruhi emosi. Seperti takut, perasaan diawasi, rela, senang,
sungkan, atau benci sehingga bergelora dalam lipatan cerita.
32


b. Kekurangan Metode Bercerita
1. Pemahaman anak didik akan menjadi sulit ketika kisah itu telah terakumulasi
oleh masalah lain.
2. Bersifat monolong dan dapat menjenuhkan anak didik.
3. Sering terjadi ketidakselarasan isi cerita dengan konteks yang dimaksud
sehingga pencapaian tujuan sulit diwujudkan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bercerita merupakan
penyampaian materi pelajaran dengan cara menceritakan kronologis terjadinya
sebuah peristiwa baik benar atau bersifat fiktif semata. Metode bercerita ini dalam
pendidikan agama menggunakan pradigma Al-Quran dan Hadits Nabi Muhammad,
sehingga memiliki substansi cerita yang valid tanpa diragukan lagi keabsahanny.
Namun terkadang kevalidan sebuah cerita terbentur pada Sumber Daya Manusia
(SDM) yang menyampaikan cerita itu sendiri sehingga terjadi banyak kelemahannya.


32
Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, (Jakarta : Ciputat Press, 2002),
Cet. Ke-1, h.159-162



29
5. Pelaksanaan Metode Bercerita
Sesuai dengan tema dan tujuan langkah pelaksanaan dalam bercerita yaitu :
1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan anak.
2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan intonasi yang jelas.
3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman anak
sesuai dengan tema cerita.
4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan
rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak.
5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
berkaitan dengan isi cerita.
33









BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


33
Moeslichatoen R., Op., Cit., h. 179



30
A. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda,
hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.
1

Dalam penelitian yang menjadi populasi sekaligus sample adalah seluruh guru
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yang berjumlah 8 (delapan ) orang guru, maka
dari populasi 8 orang guru diambil semua (100%). Cara penjumlahan sampel diambil
dari populasi 8 (delapan) orang guru Bait Al-Falah

B. Sumber Data
Adapun sumber data yang dijadikan sebagai bahan skripsi antara lain :
1. Ketua Yayasan
2. Kepala sekolah TK beserta dewan guru
3. Para Siswa
4. Para Orang Tua Siswa


C. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik, antara lain :

1
Herman Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta ;: Gramedia Pustaka Utama,
1992), h.. 49
30


31
1. Observasi. Penulis melakukan observasi langsung kesekolah untuk mendapatkan
gambaran konkrit tentang pelaksanaan metode bercerita yang dilakukan di Taman
Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
2. Wawancara. Dalam wawancara ini, penulis langsung melakukan wawancara
kepada kepala sekolah Informasi yang diinginkan dari kepala sekolah adalah
mengenai sejarah dan latar belakang berdirinya Taman Kanak-kanak Bait Al-
Falah beserta sarana dan prasarananya yang tersedia.
3. Angket, yaitu formulir yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditujukan secara
tertulis pada seseorang atau sekumpulan orang untuk mendapatkan jawaban atau
tanggapan dan informasi yang diperlukan oleh peneliti. Angket ini diberikan
kepada seluruh guru Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yang dijadikan responden
penelitian, dan pertanyaan yang ada dalam angket ini yaitu untuk mengetahui
tanggapan para guru tentang metode bercerita sebagai metode belajar mengajar
Pendidikan Agama Islam di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah.
4. Dokumentasi. Penulis memperoleh data melalui penggunaan sumber-sumber
tertulis yang sebagai utamanya adalah dokumen sekolah.

D. Teknik Analisa Data
Dalam analisa ini penulis memperoleh data melalui observasi, angket dan
wawancara kemudian diedit yang selanjutnya dianalisa dan disimpulkan.
Setelah dipelajari, data tersebut direduksi dengan cara membuat abtraksi dan
diedit serta dipindahkan jawaban responden dalam tabulasi dan disusun secara rinci


32
dalam bentuk tabel kemudian diukur dengan perhitungan rata-rata dengan
menggunakan rumusan distribusi dan frekuensi sebagai berikuat :
F
P = -------- X 100 %
N
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah individu













BAB IV
HASIL PENELITIAN


33

A. Gambaran Umum Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah merupakan lembaga pendidikan sekolah
yang didirikan pada tahun 2003 yang berlokasi di Jl. WR. Supratman No.48 Pondok
Ranji Taman Kanak-kanak ini didirikan atas keinginan kekeluargaan. Pada waktu itu
inggin mendirikan dengan tujuan membantu anak yang kurang mampu atau yatim
piatu disekitar sekolah. Tidak lama kemudian setelah diamati sekitar sekolah
kebanyakan mereka adalah orang yang mampu, sebagian besar mereka kebanyakan
tinggal diperumahan. Pada bulan januari dengan kekompakan keluarga besar yayasan
Bait Al-Falah maka diadakan pembukaan pendaftaran dengan biaya yang murah
supaya para warga sekitarnya berminat. Dengan dua bahasa dalam percakapan sehari-
hari bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seiring dengan kemajuan zaman modern.
Tahun pertama TK Bait Al-Falah menerima 100 murid berusia 3-5 tahun yang
dibagi 6 kelas. Tahun kedua sampai sekarang murid di Taman Kanak-kanak Bait Al-
Falah bertambah banyak. Untuk menampung murid yang banyak itu supaya nyaman,
maka ketua yayasan merenovasi garansi sebagai ruangan kelas yang menjadikan
anak betah dengan fasilitas puzzle dan AC. Selain itu lapangan basket anak-anak
dirubah menjadi ruangan kelas yang luas dengan penuh hiasan yang menarik
perhatian anak didik. Dengan bangunan yang bertambah TK Bait Al-Falah
mempunyai luas tanah 1200 meter. Selain bangunan ruang kelas tersedia juga tempat
parkir dengan luas tanah 500 meter. Tempat penerimaannya mampu menampung
33


34
mobil yang mewah-mewah seperti Mercedes Bend, APV, BMW dengan banyak
pepohonan yang rindang dan suasana pandangan jalan ramai kemacetan. Semua ini
merupakan keberhasilan yang cepat, yang argumentasinya keluar dari ketua yayasan
pendiri Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yaitu Bapak Ir. Edwin Kurniawan, M.BA.
dan Kepala sekolah dipercayakan oleh salah seorang yang sudah hidup di dunia TK
15 tahun yaitu Bapak Iwan Ototh asli orang betawi yang pakar dalam pendidikan
anak pra-sekolah. Beliau memiliki program kegiatan yang menarik perhatian untuk
menghibur anak didik penuh keceriaan.
1

Keberadaan Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah untuk tahun kedua berjumlah
135 anak didik yang dibagi menjadi 9 kelas. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
sekarang ini dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman, tempat bermain yang luas dan
peningkatan kualitas tenaga pengajar. Tenaga pengajar di Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah pada tahun kedua berjumlah 18 (delapan belas) orang dengan perincian 9
(sembilan) orang guru dan 7 (tujuh) orang asisten/guru bantu 1 (satu) orang kepala
Sekolah dan 1 (satu) koordinator sekolah merangkap sebagai guru keliling selama
proses belajar berjalan. Diantara mereka ada yang memiliki latar belakang PGTK,
dan S1.
Untuk lebih jelasnya mengenai keberadaan guru Taman Kanak-kanak Bait Al-
Falah dapat dilihat table dibawah ini.

Tabel I

1
Iwan Ototh, Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Wawancara Pribadi,
Pondok Ranji : 14 Juni 2006


35
Dafatar guru-guru Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
No Nama Guru Tempat Tgl Lahir Ijazah Terakhir Jabatan
1 Iwan Ototh Jakarta, 23-07-1971 PGA Kep-Sek
2 Rina Setiyowati Sukoharjo,07-04-1975 Strata-1 Koordinator
3 Amalia Husna Bandung, 22-08- 1985 Aliyah Guru
4 Yuanhita Jakarta, 06-01 1981 Strata-1 Guru
5 Intan P
Lampung, 10-10-1980
D-3 Guru
6 Nurul Hediazfi
Jakarta, 26-10 1982
D-3 Guru
7 Sri Suharsi Tangerang,07-01-1981 Strata-1 Guru
8 Afidah Agustin Jakarta,19-08-1984 PGTK Guru
9 Dian Almarina Jakarta,30-03 1981 PGTK Guru
10 Titin Wahyu B wangi, 22-05-1977 Strata-1 Guru
11 Fabiola Regina Jakarta, 23-06-1968 Strata-1 Guru
12 Fatkhul Khoiriya Ponorogo 02-06-1980 PGTK Asisten
13 Lilik Awaliz Jakarta, 13-08-1981 Strata-1 Asisten
14 Dianah Jakarta, 06 -06-1975 Strata-1 Asisten
15 Wirda Jakarta, 23-06-1968 Strata-1 Asisten
17 Sudarsi Trenggalk,31-01-1985 D-3 Asisten
18 Tati Herawati Tangerang,26-03-1977 PGTK Asisten
Siswa Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah pada tahun kedua berjumlah 135
anak. Terdiri dari 3 (tiga) jenjang pendidikan yaitu pendidikan untuk anak usia 3-4
tahun di kelompok bermain, 4-5 tahun kelompok A 5-6 tahun kelompok B untuk
lebih jelas lagi dapat dilihat pada table dibawah ini.


Tabel 2


36
Jumlah Siswa Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
Kelas Perempuan Laki-laki Jumlah
KB 11 Anak 19 Anak 30
A 20 Anak 25 Anak 45
B 18 Anak 42 Anak 60
Jumlah 49 Anak 86 Anak 135 Anak

Selain itu Taman Kanak-kankak Bait Al-Falah juga mempunyai seorang
pegawai bagian kebersihan dan pramu bakti.
2

Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah terletak di Jalan WR.Supratman No:48
Pondok Ranji Kecamatan Ciputat Tangerang. Taman Kanak-kanak ini berada di
tengah-tengah antara perbatasan Pondok Ranji dan Bintaro dekat jalan raya yang
tempatnya strategis untuk dijangkau. Di sekitar Taman Kanak-kakak ini terdapat
perumahan dan ruko yang mewah. Di samping itu proses belajar mengajar di Taman
Kanak-kanak Bait Al-Falah tidak terganggu walau dengan banyaknya kendaraan yang
melewati sekolah ini sampai terjebak macet sebagian besar wali murid memiliki alat
transportasi pribadi masing-masing.
Selain itu kegiatan proses belajar mengajar juga didukung oleh fasilitas-
fasilitas seperti ruang memasak (Cooking), ruang ketrampilan (Art), ruang pertemuan
(Center Hall) atau musholla, perpustakaan (library). Fasilitas tersebut biasanya
dipergunakan siswa untuk kegiatan-kegiatan sehari-hari yang ditentukan sesuai
dengan tema pembelajaran. Selain itu Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah mempunyai

2
Alvina Ayunda Batubara, Seketaris Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Wawancara
Pribadi, Pondok Ranji : 14 Juni 2006


37
lapangan yang sering disebut dengan tempat bermain anak-anak ketika jam istirahat
dan upacara mingguan.

B. Deskripsi Data
Penulis mengambil data dari guru-guru yang mengajar di TK Bait Al-Falah
Pondok Ranji. Semua guru dijadikan populasi sekaligus sample. Data-data penelitian
tentang metode bercerita sebagai penanaman agama Islam pada anak usia pra-sekolah
di TK Bait Al-Falah diperoleh dari wawancara, angket studi dokumentasi dan
melihat langsung proses pengajaran metode bercerita di TK Bait Al-Falah.
Wawancara dilakukan dengan Kepala Sekolah, sedangkan angket diberikan kepada
guru-guru.
1. Sarana dan Prasarana
Taman Kanak-kanak merupakan lingkungan pertama bagi anak-anak di luar
keluarganya. Maka Taman Kanak-kanak diusahakan menjadi tempat yang indah dan
menyenangkan bagi kehidupan anak. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah bagaikan
rumah persinggahan anak didik. Untuk itu maka gedung Taman Kanak-kanak
dilengkapi sarana dan prasarana yang memenuhi syarat dengan usia anak.
Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dalam proses belajar
mengajar. Keberadaannya mendukung dan memperlancar berlangsungnya proses
pembelajaran.
Maka sarana yang disediakan tersebut hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut :


38
a. Sarana tersebut dapat membantu guru dalam berbagai metode atau teknik
mengajar dalam proses belajar mengajar.
b. Sarana tersebut dapat membantu anak dalam melakukan kegiatan yang sesuai
dengan minat, kemampuan dan usia anak.
Sarana proses mengajar dan kelengkapannya digunakan oleh Taman Kanak-
kanak Bait Al-Falah mengacu pada garis-garis program pengembangan, sehingga
sarana yang disediakan adalah sebagai berikut :
Tabel 3
Sarana dan Prasarana di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
No Sarana Jumlah Keterangan
1 Meja guru dan murid 36 Baik
2 Kursi guru dan murid 144 Baik
3 Papan tulis 9 Baik
4 Computer 5 Baik
6 Loker dan rak sepatu 135 / 9 Baik
7 Alat permainan (ayunan dan prosotan) 6 1 Rusak
8 Lemari besar untuk guru 9 1 Rusak
9 Perpustakaan dan unit kesehatan 1 Baik
10 Kran untuk cuci tangan dan wudhu 5 Baik
11 Kamar mandi 4 Baik
12 Tempat parkir dan penunggu 1 Baik


Selain itu di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah juga memiliki sarana untuk
lima sudut, yaitu :


39
1. Sudut Kelurga seperti piring, gelas, sendok, garpu, mangkok, serbet dan lain-lain.
2. Sudut Alam Sekitar seperti tanaman hias, binatang, air dan lain-lain.
3. Sudut Ketuhanan seperti peralatan sholat, gambar dan tulisan praktek sholat, buku
cerita Islami, Iqro dan lain-lain.
4. Sudut Pembangunan seperti balok-balok bangunan, kerucut berwarna dan lain-lain
5. Sudut Kebudayaan seperti alat musik, media kreatif dan lain-lain.
STRUKTUR ORGANISASI
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah





















2. Kegiatan Belajar Mengajar
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah di lembaga pendidikan yang
menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 3-6 tahun dengan sebutan
KEPALA SEKOLAH
SEKRETARIS
KOORDINATOR
BENDAHARA
TK A PS
TK B
GURU GURU GURU
SISWA SISWA SISWA


40
anak pra-sekolah. Pendidikan pada tingkat pra-sekolah ini pada hakikatnya adalah
belajar sambil bermain sehingga siswa dapat menyerap pelajaran tanpa mereka sadari.
Bahasa sehari-hari di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah mempunyai kelebihan
tersendiri yaitu menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa inggris selama proses
pembelajaran berjalan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kank
Bait Al-Falah dimulai pukul 07.30 WIB sampai dengan 11.15 WIB.
Dalam proses mengajar satu hal yang harus diperhatikan oleh guru adalah
metode mengajar. Hal ini penting karena yang dihadapi adalah anak-anak yang
masih kecil dengan sifat yang cepat bosan dan senang menggangu teman yang lain.
Maka dari itu diharapkan guru dapat mengatasi setiap situasi yang terjadi di dalam
maupun di luar kelas.
Secara umum metode yang biasa digunakan di Taman Kanak-kanak bait Al-
Falah adalah metode bercerita, sosiodrama, proyek, karya wisata. Dari empat metode
ini yang sering digunakan dan digemari untuk anak karena dapat memotivasi anak
didik dengan dunia mereka.
Kegiatan belajar mengajar tersebut adalah
1. Kegiatan pembukaan:
a. Berbaris sesuai kelas atau kelompok
b. Membaca doa: Al-Fatihah dan Ayat Kursi
c. Membaca ikrar
d. Mengucap salam sebelum belajar di mulai
e. Absen


41
2. kegiatan Inti (pemberian materi pelajaran)yang terdiri dari pengenalan surat-surat
pendek, doa-doa pendek, pemberian tugas (Scince) sesuai tema, yang kemudian di
akhiri dengan pembacaan buku cerita dan ketrampilan (Art) oleh ibu guru.
3. Istirahat atau makan, sebelum makan siswa dibiasakan mencuci tangan, berdoa
dan menggunakan tangan kanan ketika makan, selesai makan siswa berdoa
kembali.
4. Kegiatan penutup yang terdiri dari :
a. Membaca doa akan pulang.
b. Menyanyikan lagu-lagu.
c. Memberi salam
Setiap hari anak-anak Taman Kanak-kanak bait Al-Falah selalu dibiasakan
melakukan hal-hal yang baik dan Islami. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah menjalin
komunikasi dengan para wali murid agar hal-hal yang sudah di berikan di sekolah
ditindaklanjuti atau dibiasakan juga dirumah. Pada usia Taman Kanak-kanak
pembiasaan kehidupan beragama memang sangat penting karena masa inilah masa
paling penting tepat untuk memberikan pondasi bagi kehidupannya kelak.
Dalam proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah selalu
diperhatikan tingkat minat dan kemanpuan anak didik, seperti ketika menyampaikan
materi pelajaran yang berisi bimbingan, nasehat dan pengetahuan agama, guru dapat
menyajikan materi pelajaran tersebut dengan menggunakan berbagai metode seperti
metode bercerita. Dengan metode bercerita materi pelajaran yang disampaikan akan
lebih mudah dipahami dan cepat diserap oleh anak-anak, di mana anak akan antusias


42
dalam mendengarkan cerita apalagi ditambah improvisasi yang menarik dan berbagai
intonasi.
Beberapa metode yang dipergunakan di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah
antara lain :
1. Metode bercerita (ceramah ), yaitu cara bertutur dan menyampaikan cerita atau
memberikan penerangan kepada anak didik secara lisan.
2. Metode bercakap-cakap, yaitu suatu cara bercakap-cakap dalam bentuk tanya
jawab antara anak dengan anak atau anak dengan guru.
3. Metode pemberian tugas, yaitu kegiatan belajar mengajar dengan memberikan
kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disediakan oleh
guru.
4. Metode demontrasi, yaitu cara mempertunjukan atau memperagakan suatu obyek
atau proses dari suatu kejadian atau peristiwa.
5. Metode karya wisata, yaitu kunjungan secara langsung ke obyek-obyek yang
sesuai dengan bahan-bahan kegiatan pengembangan dan kemanpuan yang sedang
dibahas.
6. Metode bermain peran , yaitu memerankan tokoh-tokoh atau benda-benda di
sekitar anak dengan tujuan untuk mengembangkan daya khayal dan penghayatan
terhadap bahan pengembangan yang di laksanakan.
3

Dalam kegiatan belajar mengajar guru dapat menggunakan metode tersebut
secara bervariasi yang disesuaiakan dengan situasi dan kondisi. Untuk membantu

3
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Metode Khusus Pengembangan Kemampuan
Berbahasa Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta, 1998), h. 8


43
kegiatan belajar di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah juga disediakan alat peraga
dan alat bantu laiannya. Diantara alat peraga yang disediakan adalah gunting, lem,
kertas, buku mewarnai, pensil, penghapus, pensil warna dan lain sebagainya yang
semua itu dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Dengan tersedianya alat-alat
tersebut anak menjadi senang dalam menjalankan tugasnya dan memudahlkan guru
dalam menyampaikan materi pelajaran.
Adapun jenis materi pelajaran yang disampaikan di Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah ada dua program pengembangan, yaitu :
a. Pengembangan bidang perilaku meliputi :
b. Moral Pancasila .
c. Keimanan dan ketaqwaan.
d. Disiplin.
e. Perasaan atau emosi.
f. Kemanpuan bermasyarakat atau bersosialisasi
b. Pengembangan kemanpuan dasar yang meliputi :
1. Kemanpuan berbahasa
2. Kemanpuan daya fakir
3. Kemanpuan keterampilan
4. Kemanpuan jasmani.
4


2. Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Bercerita di Taman
Kanak-kanak Bait Al-Falah.
Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan bagi usia pra-sekolah atau
anak berusia anrata 4 sampai 6 tahun. Program pendidikan di Taman Kanak-kanak
bukan sekedar mengerjakan pokok bahasan yang telah tertera pada kurikulum, tetapi
ditunjang pula dengan kreatifitas guru memberikan improvisasi dalam
mengembangkan daya imajinasi anak yang sesuai dengan kondisi anak itu sendiri.

4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak,
(Jakarta, 1996), h. 13


44
Secara umum metade yang digunakan di Taman Kanak-kanak adalah bermain,
menyanyi dan bercerita. Ketiga metode inilah yang sangat digemari oleh anak-anak
usia pra-sekolah karena sesuai dengan dunia mereka, apalagi didukung oleh
kreatifitas yang dimiliki para guru. Dengan metode bercerita guru dapat memberikan
nasehat, bimbingan dan himbauan, sehingga diharapkan nasehat, bimbingan dan
himbauan tersebut dapat berbekas dalam diri anak yang dapat dijadikan pedoman
dalam tingkah laku.
Para Guru di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah juga menggunakan metode
bercerita dalam memberikan pendidikan agama Islam pada anak didiknya. Dalam
menyampaikan cerita, guru mengambil sumber dari Al-Quran dan Hadits, buku-
buku cerita bergambar, majalah atau yang berasal dari pengalaman dan pengamatan
guru dengan memperhatikan kondisi anak didik. Tujuan ide bercerita itu sendiri
berupa nasehat guna memperbaiki sikap anak didik, diharapkan agar anak didik tidak
merasa dinasehati dan dilarang oleh guru.
Anak usia pra-sekolah tertarik pada cerita-cerita pendek yang berkisah tentang
peristiwa yang sering dialaminya atau dekat dengan kehidupannya sehari-hari. Hal ini
sangat membantu perkembangan keagamaannya, karena pada usia pra-sekolah
condong untuk meniru. Maka setiap cerita yang disampaikan, didengar, dilihat dan
dibaca, oleh anak hendaknya mempunyai mutu dan nilai-nilai pedagogis, agar jangan
sampai mereka menemukan tauladan tauladan yang tidak baik dalam cerita-cerita
tersebut.


45
Dalam kegiatan proses belajar mengajar hal yang terpenting dan utama
tergantung dari peran seorang guru dalam mengekspresikan serita. Para guru di
Taman Kanak Bait Al-Falah diberi kebebasan untuk mengekspresikan cerita sesuai
dengan keadaan lapangan selama tidak menyimpang dari aspek pedagogis dan
prinsip-prinsip belajar mengajar di Taman Kanak-kanak.

C. Analisa Data
1. Respon Anak Didik terhadap Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam Melalui
Metode Bercerita di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
Taman Kanak-kanak merupakan lembaga pendidikan yang menyelenggarakan
program pendidikan bagi pra-sekolah atau anak berusia 4 sampai 6 tahun. Program
pendidikan di Taman Kanak-kanak bukan sekedar mengajarkan pokok bahasan yang
tertera pada satuan kegiatan harian atau mingguan, tetapi ditunjanag pula oleh
kreatifitas guru memberikan inprovisasi dalam mengembangkan daya imajinasi anak
sesuai dengan kondisi anak itu sendiri.
Secara umum anak-anak di Taman Kanak-kanak sangat senang dan antusias
untuk mendengarkan cerita. Ketika seorang guru akan menyajikan sebuah cerita maka
anak didik dengan tertib dan antusias mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru.
Akan tetapi untuk dapat diterima atau tidaknya cerita oleh sebuah anak tergantung
kepada peranan guru dalam mengespresikan cerita.


46
Para guru di Taman Kanak-kanak diberi kebebasan untuk mengespresikan
cerita sesuai dengan keadaan lapangan selama tidak menyimpang dari aspek
pedagogis dan prinsip-prinsip belajar mengajar di Taman Kanak-kanak.
Dalam pelaksanaan pendidikan agama Islam melalui metode bercerita penulis
juga ingin mengetahui respon anak terhadap pelaksanaan pendidikan aagama Islam
melalui metode bercerita. Untuk mengetahui respon anak tersebut penulis melakukan
pengamatan langsung terhadap anak didik ketika berlangsungnya pelaksanaan metode
bercerita dan memberikan angket kepada guru kelas diselenggarakan rumus :
F
P = -------- X 100 %
N
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi
N = Jumlah Populasi
Di bawah ini adalah data-data hasil pengamatan penulis mengenai respon
anak terhadap pelaksanaan pendidikan agama Islam melalui metode bercerita di
Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji yang dibuat dalam table-tabel.
Tabel 4
Penggunaan Media atau Alat dalam Menerangkan Pelajaran Agama Islam
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Selalu 2 25
2 Sering 4 50


47
3 Kadang-kadang 2 25
4 Tidak Perna - -
Jumlah 8 100

Dari data pada tabel di atas diketahui bahwa ada sebagian guru (50%) sering
menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran agama Islam (25%) yang
selalu menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran agama Islam, serta
ada sebagian guru (25%) kadang-kadang menggunakan alat peraga dalam
menyampaikan pelajaran agama Islam. Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa sebagian guru sering menggunakan alat peraga atau media dalam
penyampaikan materi pelajaran agama.
Tabel 5
Ketertarikan Siswa Terhadap Materi Pendidikan Agama Islam yang
Diajarkan Melalui Metode Bercerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Tertarik 6 75
2 Cukup Tertarik 2 25
3 Kurang Tertarik - -
4 Tidak Tertarik - -
Jumlah 8 100



48
Dari data pada tabel di atas para guru mengatakan bahwa sebagian anak didik
(75%) yang tertarik dengan materi pendidikan agama Isalam yang di ajarkan oleh
guru, serta ada sebagian guru mengatakan (25%) anak didik cukup tertarik dengan
materi pendidikan agama Islam yang diajarkan oleh guru. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar siswa tertarik dengan materi pendidikan agama Islam yang di ajarkan
oleh guru.
Tabel 6
Aktivitas Guru Sebelum Melalui Cerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Mempersiapkan Materi 5 62,5
2 Memilih Cerita Yang Baik 3 37,5
3 Kadang-kadang - -
4 Tidak Pernah - -
Jumlah 8 100

Dari data pada tabel di atas diketahui bahwa ada sebagian guru (62,5%)
dalam penyampaian cerita terlebih dahulu mempersiapkan materi yang akan
diberikan terhadap anak didik, serta ada sebagian guru (37,5%) dalam penyampaian
cerita terlebih dahulu memilih tema cerita yang baik. Hal ini menunjukan bahwa
sebagian besar guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa.




49
Tabel 7
Jenis Penyampaian Materi Cerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Cerita Nabi 5 62,5
2 Cerita Tokoh dalam Al-Quran 1 12,5
3 Cerita Binatang 2 25
4 Cerita Tumbuh-tumbuhan - -
Jumlah 8 100

Dari data pada tabel di atas diketahui bahwa ada sebagian guru (62,5%)
menyampaikan isi cerita mengambil sumber dari cerita Nabi-nabi., serta ada sebagian
guru (25%) menyampaikan isi cerita mengambil sumber dari cerita binatang, serta
ada sebagian guru (12,5%) menyampaikan isi cerita mengambil sumber dari cerita
tokoh dalam Al-Quran . Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar guru dalam
penyampaian cerita lebih banyak mengambil isi cerita tentang cerita Nabi dan mereka
ikut berperan aktif dalam bercerita.
Tabel 8
Kesenangan Anak dalam Mendengarkan Cerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Senang 3 3,75
2 Cukup Senang 5 6,25
3 Kurang Senang - -


50
4 Tidak Senang - -
Jumlah 8 100

Dari tabel di atas diketahui bahwa anak murid (62,5%) guru mengatakan
cukup senang dalam mendengarkan cerita yang disampaikan oleh gurunya, serta ada
sebagian guru yang memperhatikan murid (3,75%) anak sangat senang
mendengarkan cerita, karena guru-guru mampu menyampaikan cerita dengan cara
yang menarik.
Tabel 9
Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Bercerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Sangat Aktif 4 50
2 Cukup Aktif 4 50
3 Kurang Aktif - -
4 Tidak Aktif - -
Jumlah 8 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa anak didik (50%) sangat aktif dalam
kegiatan bercerita atau bercakap-cakap, serta ada sebagian guru mengatakan bahwa
anak-anak TK Bait al-Falah (50%) cukup aktif dalam kegiatan bercerita atau
bercakap-cakap. Hal ini menunjukan bahwa anak-anak cukup aktif dan sangat aktif
dalam kegiatan bercerita atau bercakap-cakap.



51
Tabel 10
Keadaan Anak Ketika Guru Bercerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Selalu Memperhatikan 4 50
2 Cukup Memperhatikan 3 37,5
3 Kadang-kadang Memperhatikan 2 25
4 Tidak Memperhatikan
Jumlah 8 100
Dari tabel di atas diketahui bahwa anak didik (50%) anak-anak selalu
memperhatikan ketika guru bercerita atau bercakap-cakap, serta ada sebagian guru
mengatakan bahwa anak-anak TK Bait al-Falah (37,5%) cukup memperhatikan ketika
guru bercerita, sedangkan (25%) guru mengatakan anak-anak kadang-kadang
memperhatikan ketika guru bercerita atau bercakap-cakap. Hal ini menunjukkan
bahwa anak-anak dalam kegiatan bercerita selalu memperhatikan gurunya karena isi
cerita menarik perhatian anak didik.
Tabel 11
Penggunaan Bahasa dalam Menyampaikan Materi Cerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Bahasa Daerah
2 Bahasa Asing 1 12,5
3 Bahasa Indonesia 5 62,5
4 Lain-lain 3 25


52
Jumlah 8 100

Dari tabel di atas mengenai penggunaan bahas (62,5%) guru lebih cenderung
memilih bahasa bahasa Indonesia, serta sebagian guru ada yang menggunakan bahasa
lain-lain, sebagian kecil guru (12,5%) yang selalu menggunakan bahas Asing. Hal ini
sebagian besar dari guru-guru menggunakan bahas Indonesia untuk menyampaikan
isi cerita dengan jelas.
Tabel 12
Penggunaan Tempat dalam Bercerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Di halaman Sekolah 1 12,5
2 Di dalam Kelas 3 37,5
3 Di luar Kelas 1 12,5
4 Lain-lain 3 37,5
Jumlah 8 100

Dari table di atas diketahui (37,5%) guru lebih suka bercerita di dalam kelas,
dan (37,5%) guru lebih senang bercerita di tempat yang nyaman atau tempat lain-lain,
dan (12,5%) ada salah satu guru yang suka menncari suasana indah dengan
menngunakan di halaman sekolah sebagai tempat bercerita, (12,5%) ada salah satu
guru yang suka mencari suasana indah dengan menggunakan teras atau di bawah
pohon di luar sekolah sebagai tempat bercerita. Berdasarkan berbagai tempat yang


53
dapat dimanfaatkan untuk bercerita maka sebagian guru lebih memilih bercerita di
dalam kelas dan tempat lain-lain yang nyaman untuk anak didik.

Tabel 13
Lamanya Penyampaian Cerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 15 Menit 4 50
2 20 Menit 4 50
3 35 Menit
4 40 Menit
Jumlah 8 100

Dari table di atas diketahui bahwa empat guru (50%) dalam menyampaikan
cerita banyak membutuhkan waktu 15 menit dan (50%) empat dari guru yang lainya
membutuhkan waktu 20 menit dalam menyampaikan cerita.
Tabel 14
Pemahaman Anak dengan Menggunakan Metode Bercerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Paham 6 75
2 Cukup Paham 3 37,5
3 Kurang Paham
4 Tidak Mampu


54
Jumlah 8 100

Dari tabel di atas pada umumnya di Taman Kanak-kanak Bait Al-falah (75%)
guru sebagian besar menggunakan metode bercerita anak-anak lebih senang dan
paham. Serta sebagian (37,5) guru menggunakan metode bercerita cukup paham bagi
anak didik.
Tabel 15
Kemamapuan Anak dalam Menjawab Pertanyaan
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Mampu 5 62,5
2 Cukup Mampu 3 37,5
3 Kurang Mampu
4 Tidak Mampu
Jumlah 8 100

Dari tabel di atas guru mengatakan (62,5%) anak-anak mamapu menjawab
pertanyaan setelah selesai bercerita, dan sebagian guru mengatakan (37,5%) anak
didik cukup mampu untuk menjawab pertanyaan setelah guru bercerita. Hal ini guru
semanggat dan berusaha agar anak-anak dapat memahami menghayati isi cerita yang
pesan-pesan agama yang disampaikan dalam kehidupan sehari-hari, kemauan anak
melaksanakan pesan-pesan agama melaluimetode bercerita dapat dilihat pada tabel
dibawah ini.


55
Tabel 16
Kemampuan Anak Melaksanakan Pesan-pesan Agama yang Disampaikan
Melalui Metode Bercerita
No Jawaban Frekuensi Persentase
1 Melaksanakan 1 12,5
2 Tidak Melaksanakan 7 87,5
3 Kadang-kadang
4 Lain-lai
Jumlah 8 100

Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel di atas, diketahui bahwa hampir
seluruh guru (87,5%) mengatakan bahwa anak-anak di Taman Kanak-kanak Bait Al-
Falah tidak melaksanakan pesan-pesan agama yang telah disampaikan oleh gurunya
dan sebagian kecil (12,5%) guru mengatakan bahwa anak-anak Taman Kanak-kanak
Bait Al-Falah yang kadang-kadang melaksanakan pesan-pesan agama yang telah
disampaikan.

2. Hasil Pelaksanaan Metode Bercerita
Metode bercerita merupakan metode yang sangat diminati oleh para murid.
Hal ini terlihat dari kegembiraan yang mereka ekspresikan ketika mendengarkan guru
bercerita. Kegembiraan ini tercipta karena kreasi para guru dalam penerapan metode
cerita membuat suaranya berubah-rubah. Menyesuaikan dengan tuntutan tokoh dalam


56
cerita yang dikisahkan, ditambah lagi dengan penyampaian yang dikemas secara
penuh kesan saat menyampaikan sehingga tercipta cerita-cerita yang penuh makna
dan dapat berguna bagi murid-murid yang mendengarkan.
Menjalin hubungan baik dengan para guru sangatlah penting dalam
menciptakan perubahan prilaku anak didik. Banyak di antara orang tua murid
menyaksikan perubahan positif prilaku anak-anak yang sesuai dengan cerita yang
mereka dengar dari gurunya. Disamping itu jika cerita yang disampaikan oleh guru
menyenangkan dan berkesan dalam diri anak, sesampainya di rumah anak akan
menceritakan kembali kepada orang tuanya untuk mendapatkan penguatan dari apa
yang telah diceritakan oleh gurunya. Dengan diterimanya penguatan dari orang
tuanya anak akan mengerjakan setiap hal yang diperintakan atau sebaliknya
meninggalkan segala hal yang dikatakan tidak baik. Dengan demikian bahwa
penerapan metode bercerita mempunyai pengaruh yang sangat positif dalam kegiatan
proses belajar mengajar terhadap perkembangan keagamaan anak.
Pealaksanaan kegiatan proses belajar mengajar di Taman Kanak-kanak Bait
Al-Falah dengan metode bercerita sangat efektif dalam rangka penanaman nilai-nilai
agama Islam pada anak. Dalam hal ini salah seseorang guru mengatakan: dalam
menyampaikan sebuah isi tema cerita para guru memperoleh respon positif yang
diperlihatkan oleh para murid dengan sikap selalu antusias dan senang saat guru
mengkisahkan sebuah ceruta. Guru selalu menghubungkan setiap materi cerita yang
akan disajikan dengan nilai-nilai pendidikan Islam, sehingga aspek rohani anak


57
tersentuh dan ia akan patuh melakukan segala apa yang diperhatikan oleh gurunya
tanpa terpaksa.






















58
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang penulis peroleh dari hasil penelitian ini sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan pendidikan agama Islam melalui metode bercerita di Taman Kanak-
kanak Bait Al-Falah dengan cara menyajikan cerita-cerita bersifat umum yang
bernuansa Islami membuat anak didik memperhatikan dan mendengarkan dengan
tenang ketika guru menjelaskan pelajaran yang didukung oleh alat peraga dan
media (TV, Radio, Tape, VCD cerita Islami) ditunjang oleh kreativitas guru yang
menarik.
Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam memberikan pendidikan agama Islam
melalui metode bercerita antara lain :
a. Selalu membiasakan anak-anak pada hal-hal yang baik dan Islami selama
berlangsung kegiatan proses belajar mengajar di dalam atau di luar kelas, baik
terhadap teman temannya maupun terhadap para gurunya melalui bercerita
ataupun bercakap-cakap dengan menggunakan media boneka.
b. Mendidik anak-anak untuk senantiasa sopan santun dan berbakti kepada orang
tua melalui cerita yang bernuansa Islami tentang anak soleh guru membaca
langsung dari buku cerita.
58


59
c. Membiasakan anak-anak dengan berdoa ketika memulai kegiatan agar
terbiasa dekat dengan Tuhannya melalui buku cerita dan gambar-gambar.
3. Pendidikan agama Islam yang ditanamkan kepada anak didik melalui metode
bercerita sanggat membantu anak-anak untuk mengetahui dan memahami ajaran-
ajaran dalam Islam. Sehingga mereka dapat mempraktekannya dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini didukung alat Bantu, seperti buku-buku cerita, gambar berseri
atau kemampuan guru berimprovisasi dalam menciptakan suasana yang
menyenangkan.

B. Saran - saran
Ada beberapa hal yang disampaikan oleh penulis sebagai saran :
1. Hendaknya para guru bekerja sama dengan siswa dan orang tua dalam
membimbing, membina mereka sehingga mereka selalu memiliki budi pekerti
yang baik, menjadi insan kamil yang selamat kehidupannya di dunia dan
akhirat.
2. Kepada guru-guru di TK Bait Al-Falah hendaknya mampu membimbing anak
didik dengan lebih maksimal tanpa merasa cukup dengan apa yang ada dalam
upaya menanamkan dan membiasakan nilai-nilai agama pada anak didik,
sehingga anak terbiasa amalan-amalan yang baik sesuai dengan ajaran Islam.
3. Dalam menghadapi zaman yang penuh perkembangan, peran pihak sekolah,
orang tua dan lingkungan masyarakat sangat membantupertumbuhan


60
kepribadian anak. Karenaitu hendaknya sekolah dan masyarakat mampu
memainkan peranannya tersebut dengan baik.
4. Untuk mendukung keberhasilan proses pembelajaran dengan metode
bercerita. Maka cerita akan lebih bernakna, jika dilengkapi dengan media
yang sesuai dan memadai.



















61
ANGKET UNTUK GURU KELAS
DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH

Bismillahirrahmaanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Ibu Guru yang Terhormat,
Penelitian ini adalah dalam rangka penyelesaian skripsi, oleh karena itu saya
mengharapkan bantuan Ibu Guru untuk mengisi angket ini dengan membubuhkan
tanda silang ( X ) pada jawaban yang sebenarnya. Atas kesedian Ibu Guru, Saya
ucapkan terima kasih.

Nama Responden :
Jabatan :

Pertanyan !
1. Apakah murid-murid anda tertarik dengan materi Pendidikaan Agama Islam
yang diajarkan ?
a. Tertarik c. Kurang tertarik
b. Cukup tertarik d. Tidak tertarik
2. Apakah anda menggunakan media atau alat peragaa dalam menerangkan
pelajaran agama ?
a. Selalu c. Kadang-kadang


62
b. Sering d. Tidak pernah
3. Aktivitas apakah yang anda siapkan sebelum memulai cerita ?
a. Mempersiapkan materi c. Memilih tema cerita yang baik
b. Mencatat hal-hal yang baik d. lain-lain
4. Cerita apa saja yang anda sampaikan pada anak didik ?
a. Certa Nabi c. Cerita binatang
b. Cerita tokoh dalam Al-quran d. Cerita tumbuh-tumbuhan
5. Apakah murid-murid anda senang mendengarkan cerita yang anda sampaikan
dalam menyampaikan materi pelajaran ?
a. Sangat senang c. Kurang senang
b. Cukup senang d. Tidak senang
6. Apakah murid anda berperan aktif dalm kegiatan bercerita ?
a. Sangat aktif c. Kurang aktif
b. Cukup aktif d. Tidak aktif
7. Ketika guru sedang mengajar dengan bercerita, apakah murid-murid anda
memperhatikan ?
a. Selalu memperhatikan c. Kadang-kadang memperhatikan
b. Cukup memperhatikan d. Tidak memperhatikan
8. Bahasa apakah yang anda gunakan dalam menyampaikan cerita ?
a. Bahasa daerah c. Bahasa Indonesia
b. Bahasa asing d. lain-lain
9. Dimana biasanya guru memilih tempat yang sesuai untuk bercerita ?


63
a. Di halaman sekolah c. Diluar kelas
b. Di dalam kelas d. lain-lain
10. Berapa lama biasanya guru menyampaikan cerita ?
a. 15 menit c. 35 menit
b. 20 menit d. 40 menit
11. Apakah murid-murid anda memahami materi yang disampaiakn dengan
menggunakan metode bercerita ?
a. Paham c. Kurang paham
b. Cukup paham d. Tidak paham
12. Apakah murid-murid anda mampu menjawab pertanyaan yang diberikan ?
a. Mampu c. Kurang mampu
b. Cukup mampu d. Tidak mampu
13. Apakah murid anda melaksanakan pesan agama yang disampaikan melalui
metode bercerita ?
a. Melaksanakan c. Kadang-kadang
b. Tidak melaksanakan d. Lain-lain

14. Untuk mengembangkan potensi beragama pada anak, apa yag biasanya
dilakukan pihak sekolah ?
a. Menyediakan sarana dan prasarana
b. Menyediakan buku-buku untuk anak
c. Mengunjungi tempat-tempat yang memperlihatkan kekuasaan Tuhan


64
d. Semua dilakukan
15. Bagaimana perasaan anda mengajar dengan menggunakan metode bercerita ?
a. Sangat puas c. Cukup puas
b. Puas d. T


























65
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Barja, Umar, bin, Akhlaq Lil Banin, Surabaya : PT Makhtabah Muhammad
Nahban bin Ahmad, 1994

Al-Qosimi, Jamaludin, Syekh, Mauidhatul Muminin, Indonesia : PT Daru Ihya Al-
Kutub Al-Arabiyah, 1994

Al-Quran dan Terjemahnya, Departemen Agama R.I Yayasan Penyelenggara
Penterjemah Al-Quran, Jakarta, 1993

Abdullah, J., Memilih Dongeng Islami Pada Anak, Jakarta: Amanah, 1997
Anwar, Rosihan, Drs., Ulumul Quran, Bandung : Pustaka Setia, 2000
Arief, Armai, M.Ag., Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan, Jakarta: Ciputat
Press, 2002
Arifin, M., Prof, H., M.Ed., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Askara, 1999
Arief Imron, Drs., Ahmad Hidayat, Panduan Mengajar KBK di Taman Kanak-kanak,
Jakarta: Insida Lantabora, 2004

Aziz, Abdul, Mendidik Anak Dengan Cerita, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001,
Cet. Ke-1

Ayunda, Alvina, Batubara, Seketaris Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Wawancara
Pribadi, Pondok Ranji: 14 Juni 2006

Daradjat, Zakiyah, Prof, DR., Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah,
Jakarta: CV Ruhama, 1995

________, Ilmu Pendidikian Islam, Jakarta: Bumi Askara, 1996
________, Kesehatan Metal, Jakarta; PT. Toko Gunung Agung, 2001
________, Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang, 1996
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-
kanak, Jakarta, 1996.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Metode Khusus Pengembangan
Kemampuan Berbahasa, Jakarta, 1996.



66
Ilyas, Asnelli, Mendambakan Anak Soleh, Bandung: Al-Bayan, 1997.
Marimba, Ahmad, D, Drs., Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-
Maarif. 1986.

Nasroen, Haroen, Prof., Ushul Fiqh 1, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2001.
Nata, Abuddin, Drs, M A., Filsafat Pendidikan Islam, Jaklarta: Logos Wacana Ilmu,
2001.

Ototh, Iwan, Kepala Sekolah Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah, Wawancara
Pribadi, Pondok Ranji: 14 Juni 2006.

R., Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, Jakarta: Rieka
Cipta, 2004.

Ramayulis, Prof, DR., Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 1994
Rasito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 1992.

S, Bahroin, Mendidik anak Saleh Melalui Metode Pendekatan seni Bermain, Cerita
dan Menyanyi, (Jakarta: t.pn. 1995)

Shidiq, Sapiuddin, Drs, M.Ag., Tarikh TasyriSejarah Pembentukan Hukum Islam,
Jakarta: AMRI, 2005.

Soekanto, Seni Cerita Islami, Jakarta: Bumi Mitra Press, 2000.
Sugihastuti, Serba-serbi Cerita Anak-anak, Jakarta: Pustaka Pelajar, 1996, Cet. Ke-1
Supriadi, Eddy, Srategi Belajar Mengajar, Jarkarta: LPGTK Tadika Puri, 2003
Syukisnawati, Diah, Seni Islam sebagai Media Pendidikan, Jakarta: PGTK Darul
Qalam, 1994.

Tafsir, Ahmad, DR., Metodologi Pengajaran Agama Islam, Bandung: PT.Remaja
Rosdakarya, 2003.

Usman, Said, Drs., Jamaludin dan, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1996.

Winda Gunarti, DAN Hapinudin dan Pedoman Perencanaan dan Evaluasi
Pengajaran di Taman Kanak-kanak, Jakarta: PGTK Darul Qolam, 1996


67

Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Jakarta: Hida Karya Agung,
1983.

Zuhairini, Dra, H., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Askara, 1995.





















68



BERITA WAWANCARA DENGAN KEPALA SEKOLAH
TAMAN KAKAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI

Tanya : Bagaimana sejarah berdirinya Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ?
Jawab : Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah berdiri pada tahun 2003, didirikan
oleh Bapak H.Winarno dan Ibu Hj. Sri Wilujeng dengan usaha bersama-
sama kekuatan keluarga. Dan diamanatkan kepada putranya yaitu,
Ir. Edwin Kurniawan, M.BA.
Tanya : Apakah tujuan didirikan Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ?
Jawab : Tujuan didirikan Taman Kanak-kanak ini agar kita memiliki wadah untuk
dapat mempersiapkan anak-anak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi,
untuk mempersiapkan kesekolah dasar (SD).
Tanya : Kenapa Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah menggunakan dua bahasa ?
Jawab : Karena dengan kemajuan zaman modern ini, anak pada usia pra-sekolah
saat ini lebih cepat terangsang daya pikir mereka.
Tanya : Ada berapa jenjang pendidikan di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ?
Jawab : Di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ada tiga jenjang yaitu, pertama
kelompok bermain yang sering disebut dengan Play Group, khusus usia


69
3-4 tahun. Kedua khusus kelompok TK A untuk usia 4-5 tahun. Ketiga
khusus kelompok TK B khusus usia 5-6 tahun.
Tanya : Ada berapa materi yang disampaikan ?
Jawab : Dalam pelajaran di Taman Kanak-kanak dikenal dengan Tema
seperti dibawah ini yang digunakan : aku, panca indra, keluargaku, rumah,
sekolah, makanan dan minuman, pakaian, binatang, kebersihan kesehatan
dan keamanan, tanaman, kendaraan.
Tanya : Bagaimana kegiatan belajar mengajar di Taman Kanak-kanak Bait Al-
Falah ?
Jawab : Kegiatan belajar mengajar di TK Bait Al-Falah pada umumnya sama
dengan TK lain dengan kegiatan seperti, baris berbaris, syahadat (ikrar),
menyanyi dan bermacam-macam tepuk tangan, memasuki ruangan kelas
sesuai kelompok, berdoa sebelum belajar, penyampaian tema, pemberian
tugas, makan bersama, bermain(istirahat), ketrampilan, penutup(pulang).
akan tetapi ada kelebihan yang dimiliki di TK Bait Al-Falah yaitu setiap
hari jumat diadakan praktek ibadah beserta doa-doa shalat yang akan
dipraktekan, diadakan kotak amal (uang amal) untuk melatih anak didik
beramal dari masa kanak-kanak bermanfaat bagi mereka.
Tanya : Apakah semua sarana dan prasarana di Taman Kanak-kanak bait Al-Falah
sudah terpenuhi ?
Jawab : Syukur Alhamdulillah, semua sarana dan fasilitas sudah terpenuhi, makin
bertambah hari demi hari adanya penambahan ruangan dan mainan untuk


70
membantu anak didik bisa bertambah senang, untuk alat peraga dalam
bercerita cukup banyak dan banyak manfaatnya.
Tanya : Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar metode apa saja yang
dipergunakan di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah ?
Jawab : Dengan banyaknya kegiatan yang ada di TK Bait Al-Falah maka cukup
banyak metode yang digunakan seperti : metode bercerita, metode
bercakap-cakap, metode proyek, metode karyawisata, dengan bernyanyi
dan bertepuk tangan bersama-sama.
Tanya : Bagaimana perkembangan Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah setiap
Tahunnya ?
Jawab : Alhamdulillah setiap tahunnya jumlah murid bertambah meningkat, hal ini
karena sistem yang diterapkan dengan kedisiplinan dan dua bahasa yang
dimiliki untuk bahasa pengantar, adanya remedial khusus siswa anak TK
B yang belum bisa supaya dapat mengejar teman-teman yang sudah bisa
untuk mempersiapkan ke SD yang unggulan di sekitas Bintaro Jaya dan
Ciputat.
Tanya : Bagaimana keadaan guru dan anak didik di Taman Kanak-Kanak Bait Al-
Falah ?
Jawab : Keindahan ada pada guru-guru di TK Bait Al-Falah semuanya cukup
humoris dan ada juga yang bisa melucu untuk menghibur ketika mereka
dalam keadaan lelah (capek) dengan canda tawa bersama tidak terasa,
karena berbagai macam suku yang ada. Alhamdulillah untuk keadaan anak


71
didik di TK bait Al-Falah sangat bermacam-macam karakter yang mereka
miliki dari yang aktif sampai pasif, akan tetapi kondisi fisik dan psikis
yang sehat.
Tanya : Usaha apa saja yang dilakukan oleh kepala sekolah agar anak didik
berprilaku agamis ?
Jawab : Membiasakan mereka dengan sebelum memulai kegiatan dengan
membaca doa dan mengakhiri juga dengan doa-doa yang sudah
diterapkan kepada anak didik sehari-hari, ayat-ayat pendek dan bacaan
doa-doa dalam praktek shalat, beramal setiap hari jumat, mengahafal
rukun Iman dan rukun Islam.
Pondok Ranji, 14 Juni 2006

Kepala Sekolah
TK Bait Al-Falah Pondok Ranji



( Iwan Ototh )








72
METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH
DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI
Skripsi
Diajuhkan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menempuh Ujian Sarjana
Pendidikan Agama Islam



Oleh
NOVI ROMAWATI
NIM : 202011000962

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2007





73

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR . i
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL vi
BAB I PENDAHULUAN . 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian . 5
D. Metode Pembahasan . 6
E. Sistematika Penulisan . 6
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 9
A. Pendidikan Agama Islam 9
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 9
2. Dasar Pendidikan Agama Islam ... 11
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam . 15
4. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 16
B. Hakikat Metode Bercerita . 17
1. Pengertian Metode Bercerita 17
2. Tujuan dan Fungsi Metode Bercerita ... 19
3. Aspek-aspek dan Teknik-teknik Bercerita ... 23
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Bercerita . 28


74
5. Pelaksanaan Metode Bercerita .. 2
BAB III METODE PENELITIAN . 31
A. Tujuan Penelitihan . 31
B. Populasi dan Sampel ...... 31
C. Sumber Data ... 31
D. Teknik Pengumpulan Data . 32
E. Teknik Analisa Data ... 33
BAB IV HASIL PENELITIAN 34
A. Gambaran Umum TK Bait Al-Falah Pondok Ranji . 34
B. Deskripsi Data 38
1. Sarana dan prasarana . 38
2. Keadaan Belajar Mengajar 41
3. Pelaksanaan Metode Bercerita pada Pendidikan Agama Islam
di TK Bait Al-Falah . 45
C. Analisa Data .. 46
1. Respon Anak Didik terhadap Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam Melalui Metode Bercerita di Taman Kanak
Bait Al-Falah Pondok Ranji ... 46
2. Hasil Pelaksanaan Metode Bercerita .. 57
BAB V PENUTUP ... 59
A. Kesimpulan 59
B. Saran .. 62


75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN























76
METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH
DI TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI

Skipsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar
Sarjana Pendidikan Islam

Oleh
NOVI ROMAWATI
NIM 20201100962


Di bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II



( Drs. H. Ahmad Syafiie Noor ) ( Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag )
NIM : 150 0094403 NIM : 150299477



JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1427 H / 2006



77
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Daftar Guru-guru Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah .... 36
Tabel 2 Jumlah Siswa Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah .. 37
Tabel 3 Sarana dan Prasarana di Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah .. 38
Tabel 4 Penggunaan Media atau Alat dalam Menerangkan Pelajaran
Agama Islam 48
Tabel 5 Ketertarikan Siswa Terhadap Materi Pendidikan Agama Islam
yang Diajarkan Melalui Metode Bercerita ... 48
Tabel 6 Aktivitas Guru Sebelum Memulai Cerita . 49
Tabel 7 Jenis Penyampaian Materi Cerita . 50
Tabel 8 Kesenangan Anak dalam Mendengarkan Cerita .. 51
Tabel 9 Keaktifan Siswa dalam Kegiatan Bercerita .. 51
Tabel 10 Keadaan Anak Ketika Guru Bercerita .. 52
Tabel 11 Penggunaan Bahasa dalam Menyampaikan Materi Cerita ... 53
Tabel 12 Penggunaan Tempat dalam Bercerita 53
Tabel 13 Lamanya Penyampaian Cerita ... 54
Tabel 14 Pemahaman Anak dengan Menggunakan Metode Bercerita. 54
Tabel 15 Kemampuan Anak dalam Menjawab Pertanyaan . 55
Tabel 16 Kemampuan Anak Melaksanakan Pesan-pesan Agama
yang Disampaikan Melalui Metode Bercerita .. ... 56




78
KATA PENGANTAR
;-=,-' Q-=,-' =' ;~-
Puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang
berjudul Metode Bercerita Sebagai Penanaman Pendidikan Agama Islam Pada
Anak Usia Pra-Sekolah Di Taman Kanak-Kanak Bait Al-Falah Pondok Ranji.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai
gelar sarjana Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sungguh tidak sedikit kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dalam
menyelesaikan penulisan skripsi ini, namun berkat adanya bimbingan dan dorongan
dari berbagai pihak, Alhamdulillah kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi dapat
teratasi. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rasyada, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan.
2. Bapak Drs. Abdul Fattah Wibisono, MA. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama
Islam.
3. Bapak Drs. Ahmad Syafiie Noor dan Bapak Drs. Sapiudin Shidiq, M.Ag, sebagai
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan membimbing penulis
dengan ketulusan hati dan senantiasa memberikan nasehat selama penyusunan
skripsi ini.


79
4. Pimpinan perpustakaan Pusat UIN Syarif Hidayatullah dan pimpinan
perpustakaan Fakultas Tarbiyah beserta stafnya yang telah melayani penulis
dengan menyediakan buku-buku yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Taman Kanak-kanak Bait Al-Falah yang telah menjadi inspirasi penulisan
skripsiini, serta para dewan guru dan kepala sekolah yang telah memberikan izin
kepada penulis untuk mengadakan penelitian dan meluangkan waktu untuk
mengisi angket.
6. Ummi Naskhatin dan semua keluarga besar Moch Nadjih (Alm); (M.Lela &Anis,
Mas Agus, Zain, Zumi, Hatta, Fadlor, Rindut, Suto, Yuk Pink), Teman sejatiku
Mas Yosep Albanat, goniscong, yang telah memberikan motivasi yang sangat
bermakna sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Teman-teman seperjuangan kelas B/PAI angkatan 2002, anak-anak An-Nur C3;
nadiul, iyuz, nena bago, untuk temenku Neneng yang semangat mengajak
keperpustakaan dan bersedia memberikan solusi.
Akhirnya hanya Sang Ilahi jualah ikhlas berserah diri, semoga segala bantuan
yang diberikan kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah
SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih dari sempurna, karena itu dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya
membangun, sehingga skripsi ini akan bermanfaat bagi penulis khususnya dan para
pembaca pada umumnya.
Jakarta 28 September 2006



80
Penulis























81
PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul METODE BERCERITA SEBAGAI PENANAMAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PRA-SEKOLAH DI
TAMAN KANAK-KANAK BAIT AL-FALAH PONDOK RANJI ini telah
diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pada tanggal 17 November 2006 dan telah diterima sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Program Strata
Satu ( SI ) pada Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Jakarta, 17 November 2006
Ssidang Munaqasyah
Dekan/ Pembantu Dekan I,
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota


Prof. Dr. Dede Rosyada, MA Prof. Dr. H. Aziz Fahrurrozi, MA
NIP. 150 231 356 NIP. 150 202 343

Anggota,
Penguji I Penguji II


Drs. H. A. Mawardi Sutedjo, M.S Drs. H. Khalimi, M.Ag
NIP. 150 011 336 NIP. 150 267 202



82

Anda mungkin juga menyukai