Anda di halaman 1dari 13

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepedulian mahasiswa terhadap kondisi lingkungan hidup masih perlu peningkatan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang mempengaruhi perkembangan hidup manusia baik langsung maupun tidak langsung . Lingkungan terbagi atas dua yaitu , Lingkungan abiotik dan biotik. Adapun berdasarkan UU no. 23 tahun 1997 menyebutkan bahwa kesatuan ruang dengan semua benda dan kesatuan makhluk hidup yang termasuk di dalamnya manusia dan perilaku manusia yang melangsungkan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.

Kondisi kelas 12.21-12.25 hanya terlihat bersih dari luar, tetapi ketika masuk ke dalam kondisinya memprihatinkan, tidak ada yang peduli untuk menjaga kebersihan ruangan setelah PBM selesai.. Mahasiswa seharusnya menjadi pelopor dalam kebersihan kelas. Kepeloporan yang diharapkan dari mahasiswa antara lain cara membuang sampah, menjaga kebersihan lingkungan, melaksanakan bersih kampus, dll.

Kebersihan adalah hal yang harus diperhatikan oleh setiap mahasiswa/i, untuk itu diperlukan rasa mencintai lingkungan, misalnya lingkungan ruang kelas pada saat PBM sedang berlangsung ataupun tidak. Kebersihan suatu ruangan tidak hanya dilihat karena adanya sampah, tetapi juga dilihat dari kerapian susunan kursi, kebersihan white board, dan kebersihan dinding ruangan.

Gedung 12.21-12-25 sebagai salah satu sampel dalam penelitian kelompok kami. Untuk mengatasi kebersihan harus didukung oleh seluruh civitas akademika, dari pimpinan, dosen, karyawan, sampai mahasiswa. Untuk itu perlu dilakukan pembelajaran yang mampu mendorong munculnya kepedulian terhadap kebersihan kelas. Karena tanpa kelas yang bersih setiap mahasiswa maupun dosen akan menderita sebab sebuah faktor yang merugikan seperti ketidaknyamanan dalam proses belajar-mengajar .

Namun segala sesuatu ada kata perubahan hanya saja dalam segala persoalan-persoalan, semua ini tidak dapat dijalankan tanpa sebuah kesadaran dari setiap mahasiswa untuk
1

menjaga kebersihan. Maka kebersihan itu tidak akan berguna dan menimbulkan banyak kerugian. Sebagaimana kita ketahui bahwa pandangan mahasiswa tentang sadar kebersihan kelas sangatlah minim/kurang.

1.2. Identifikasi Masalah Mahasiswa hanya berfikir untuk diri sendiri (egois) kebanyakan mahasiswa berfikir apatis ( acuh tidak acuh ) terhadap kebersihan kelas khususnya kelas 12.21-12.25 . Padahal begitu banyak cara yang dapat di lakukan bila memang ada rasa kepeduliaan dalam membangun segalanya agar lebih baik. 1.3 Rumusan Masalah Bagaimana kepedulian beberapa mahasiswa menjaga kebersihan lingkungan disekitar kelas 12.21-12.25? 1.4 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui kepedulian beberapa mahasiswa menjaga kebersihan lingkungan disekitar kelas 12.21-12.25

1.5 Manfaat Penelitian a.Agar mahasiswa lebih peduli terhadap kebersihan area kelas. b. menambah pengetahuan kepada beberapa mahasiswa bahwa betapa pentingnya menjaga kebersihan

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Nilai Meskipun banyak pakar yang mengemukakan pengertian nilai, namun ada yang telah disepakati dari semua pengertian itu bahwa nilai berhubungan dengan manusia, dan selanjutnya nilai itu penting. Pengertian nilai yang telah dikemukakan oleh setiap pakar pada dasarnya adalah upaya dalam memberikan pengertian secara holistik terhadap nilai, akan tetapi setiap orang tertarik pada bagian bagian yang relatif belum tersentuh oleh pemikir lain. Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak. 2.2 Hukum Hukum yang baik adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup (the living law) dalam masyarakat, yang tentunya sesuai pula atau merupakan pencerminan dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat tersebut. Dimana hukum untuk kebersihan dapat pula merupakan hukum tertulis maupun tidak, sehingga masyarakat dapat lebih terarah untuk menjaga kebersihan lingkungan. Manusia dan hukum adalah dua entitas yang tidak bisa dipisahkan. Bahkan dalam ilmu hukum, terdapat adagium yang terkenal yang berbunyi: Ubi societas ibi jus (di mana ada masyarakat di situ ada hukumnya). Artinya bahwa dalam setiap pembentukan suatu bangunan struktur sosial yang bernama masyarakat, maka selalu akan dibutuhkan bahan yang bersifat sebagai semen perekat atas berbagai komponen pembentuk dari masyarakat itu, dan yang berfungsi sebagai semen perekat tersebut adalah hukum. 2.3 Moral Moral adalah perilaku ketidakpedulian manusia untuk menjaga kebersihan lingkungan. Perilaku baik dapat disebut moralitas yang sesungguhnya tidak saja sesuia dengan standar sosial melainkan juga dilaksanakan dengan suka rela. Ia muncul bersamaan dari peralihan

kekuasaan eksternal ke internal dan terdiri atas tingkah laku yang diatur dari dalam diri. Yang disertai tanggung jawab pribadi untuk tindakan masing-masing. . 2.4 Masyarakat (manusia)

Masyarakat merupakan salah satu satuan sosial sistem sosial, atau kesatuan hidup manusia. Istilah inggrisnya adalah society , sedangkan masyarakat itu sendiri berasal dari bahasa Arab Syakara yang berarti ikut serta atau partisipasi, kata Arab masyarakat berarti saling bergaul yang istilah ilmiahnya berinteraksi. Ada beberapa pengertian masyarakat : Menurut (Selo Sumarjan 1974) masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama yang menghasilkan kebudayaan

Menurut (Koentjaraningrat 1994) masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.

Menurut (Ralph Linton 1968) masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.

Pengertian Perilaku Masyarakat Tingkah laku yang sudah menjadi pengetahuan secara umum yang diakui oleh segala lapisan masyarakat, yang berdasarkan normanorma yang telah diketahui secar benar.

Masyarakat yang diartikan dalam hal ini termasuk mahasiswa/i yang ada di area gedung 12.21-12.25 baik yang sedang melakukan PBM atau pun yang tidak.

2.5 Defenisi Kebersihan Kebersihan berasal dari kata bersih yang berarti bebas dari kotoran, tidak tercemar, tidak keruh, rapi dan asli. Jadi kebersihan berarti menjauhi hal-hal yang bersifat bersih, kotor, tercemar dan keruh. Menurut ajaran agama, kebersihan adalah sebagian dari iman. Orang yang mau menjaga kebersihan berarti di dalam dirinya memiliki kadar keimanan. Kebersihan menurut ajaran agama adalah sebagian dari iman manusia. Kebersihan menurut kamus Bahasa Indonesia adalah tidak kotor. 2.4.1 Norma kebersihan menurut Hukum Ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang kebersihan disesuaikan dengan tingkatannya masing-masing. Namun sebenarnya ketentuan itu sudah ada pada norma-norma yang berlaku. Apabila melanggar norma-norma yang berlaku, seseorang dapat dikenai sanksi. Jadi secara hukum, pelanggaran pada norma kebersihan dapat dikenakan sanksi sesuai peraturan perundang-udangan yang berlaku. Misalnya, membuang sampah sembarangan dapat dikenai sanksi denda berupa uang atau hukuman kurungan oleh pihak yang berwajib. Atura-aturan seperti ini dibuat pemerintah daerah.

2.6 Sifat kepeduilian terhadap lingkungan

Kepedulian merupakan sifat yang harus ditanamkan dalam pribadi setiap orang, khususnya dalam menjaga kebersihan. Sebab kepedulian adalah suatu tindakan nyata untuk menjaga kebersihan, dengan kepedulian yang dimiliki mahasiswa/i maka lingkungan kita akan selalu terlihat bersih. Peduli akan kebersihan berarti tidak akan membuang sampah sembarangan, mencoret-coret dinding, membersihkan white board setelah digunakan, dll.

BAB III METODE PENELITIAN Penelitian merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan ilmu pengetahuan, tanpa adanya penelitian ilmu pengetahuan tidak akan bertambah maju. Ada tiga syarat penting yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian, yaitu: 1. Sistematis, artinya dilaksanakan menurut pola tertentu dari yang paling sederhana sampai kompleks hingga tercapai tujuan secara efektif dan efisien. 2. Berencana, artinya dilaksanakan dengan adanya unsur kesengajaan dan sebelumnya sudah dipikirkan langkah-langkah pelaksanaannya. 3. Mengikuti konsep ilmiah, artinya mulai awal sampai akhir kegiatan penelitian mengikuti cara-cara yang sudah ditentukan, yaitu prinsip yang digunakan untuk memperoleh ilmu pengetahuan(http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/macam-macam-metode penelitian.html#ixzz28rL28bMr) 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di UNIMED tepat nya di gedung 12.21-12.25 3.1.2. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan dalam waktu 2 hari 3.2 Populasi dan Sampel penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik sifat yang dimiliki oleh subyek atau

obyek itu. Sugiono(2009;117). Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah gedung 12 UNIMED 3.2.2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sugiono(2009;117). Selanjutnya dari populasi penelitian diambil sampel yaitu mahasiswa/i yang menggunakan 12.21, 12.22, 12,23, 12,24, 12.25 3.3. Penelitian Ditinjau dari Tujuan 3.3.1 Penelitian Eksploratif Penelitian eksploratif adalah salah satu jenis penelitian sosial yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian. (Hermawan, Asep ) Dalam penelitian ini, peneliti belum memiliki gambaran akan definisi atau konsep penelitian. ( Mantra, Ida Bagus. 2004) Peneliti akan mengajukan hal-hal untuk menggali informasi lebih jauh. (Metode Penelitian.2010) Sifat dari penelitian ini adalah kreatif, fleksibel, terbuka, dan semua sumber dianggap penting sebagai sumber informasi. Digunakan apabila peneliti ingin menggali secara luas tentang sebab akibat atau halhal yang mempengaruhi terjadinya sesuatu. 3.4. Penelitian Ditinjau dari Pendekatan 3.4.1 Pendekatan Cross-sctional Metode ini meliputi lebih banyak subjek, tetapi mencandra faktor-faktor pertumbuhan yang lebih sedikit. Kelemahan dari metode ini adalah: 1) Perbedaan yang ada pada sampel-sampel dapat membuat penyidikan ini sangat luas. 2) Kemungkinan adanya variabel luar yang telah menimbulkan perbedaan diantara populasi-populasi yang ditarik sampelnya.

3.5. Teknik Analisis Data Adapun teknik penganalisaan data pada penelitian ini adalah : 1. Menghitung persentase pengguna gedung 12.21-12.25, kebersihan ruangan setelah selesai PBM(Proses Belajar Mengajar), dan membuang sampah secara sengaja dalam ruang tersebut.

Untuk menghitung persentase nya dapat menggunakan rumus : ( )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Penggunaan gedung 12.21-12.25 25% jurusan lain, 75% jurusan fisika 2. Kondisi kebersihan kelas yang digunakan : a. Sangat bersih : Persentase = 0 % b. Bersih Persentase = 6/12 x 100 % = 50 % c. Kotor Persentase = 6/12 x 100 % = 50 % 3. Kondisi setelah PBM (Proses Belajar Mengajar ) a. Sangat bersih : Persentase = 0 % b. Bersih Persentase = 5/12 x 100 % = 42 % c. Kotor Persentase = 7/12 x 100 % = 58 % 4. Keadaan whiteboard pada saat masuk perkuliahan a. Sangat bersih : Persentase = 0 % b. Bersih Persentase = 3/12 x 100 % = 25 % c. Kotor Persentase = 9/12 x 100 % = 75 % 5. Kondisi kelas pasa saat selesai perkuliahan a. Sangat bersih : Persentase = 0 % b. Bersih Persentase = 3/12 x 100 % = 25 % c. Kotor Persentase = 9/12 x 100 % = 75 % 6. Membuang sampah a. ya Persentase = 8/12 x 100 % = 67 % b. tidak Persentase = 4/12 x 100 % = 33 % 7. Perasaan penyesalan setelah membuang sampah a. ya Persentase = 9/12 x 100 % = 75 % b. tidak Persentase = 3/12 x 100 % = 25 % 9

8. Mencoret secara sengaja a. Ya Persentase = 4/12 x 100 % = 33 % b. Tidak Persentase = 8/12 x 100 % = 67 % 9. Rasa penyesalan setelah mencoret Kelas a. Ya Persentase = 4/12 x 100 % = 33 % b. Tidak Persentase = 8/12 x 100 % = 67 % Tabel 1

Kondisi kebersihan kelas yang digunakan setelah PBM (Proses Belajar Mengajar ) whiteboard pada saat masuk perkuliahan kelas pasa saat selesai perkuliahan

Persentase Sangat Bersih Bersih 0% 50% 0% 0% 0% 42% 25% 25%

Kotor 50% 58% 75% 75%

Tabel 2

Kondisi Membuang sampah Perasaan penyesalan setelah membuang sampah Mencoret secara sengaja Rasa penyesalan setelah mencoret Kelas Ya 67% 75% 33% 33%

Persentase Tidak 33% 25% 67% 67%

10

Dari data yang ada dapat disimpulkan bahwa : Ternyata bukan hanya jurusan fisika yang menggunakan ruangan 12.21-12.25 untuk PBM, tetapi ruangan tersebut juga digunakan oleh jurusan lain yakni jurusan ekonomi dengan presentasi 25 %. Ini sudah sangat jelas membuktikan penelitian kami. Dan dari hasil yang didapat dari angket yang kami berikan ternyata masih banyak yang masih banyak mahasiswa yang belum memiliki rasa kepedulian untuk menjaga kebersihan kelas.baik dari segi kebersihan sampah, papan tulis coretan dinding. Hal ini dapat dilihat dari hasil persentase untuk keadaan kelas sebelum dan setelah digunakan untuk PBM. Solusi yang bisa kami berikan Demi tercapainya lingkungan yang bersih dan nyaman untuk belajar kita, perlu sekali dilakukan tindakan yang bersifat mengajak kesadaran kita untuk menjaga kebersihan dan bersifat mengatasi masalah di atas. Tindakan-tindakan tersebut antara lain:

1. Para mahasiswa/i di harap kan mempunyai rasa kepedulian dari hati nuraninya untuk menjaga kebersihan lingkungan kelas. 2. memberi sanksi bagi mahasiswa yang melakukan pelanggaran terutama membuang sampah sembarangan. 3. perlunya inisiatif mahasiswa/i setiap kelas untuk membuat slogan mengenai kebersihan untuk mengajak mahasiswa/i dalam menjaga kebersihan.

Mari tumbuhkan rasa kepemilikan terhadap ruangan kelas, jangan hanya mengandalkan petugas kebersihan. Karena sejatinya tanggung jawab kebersihan milik kita bersama. Jika kita memiliki dan menjaga kebersihan ruangan kelas maka kita juga yang menikmatinya.

11

DAFTAR PUSTAKA Bungin, Burhan. 2008.. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana. Effendi, Onong, U. 2002. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hermawan, Asep. Tanpa tahun. Penelitian Bisnis-Paradigma Kuantitatif. Jakarta: PT.Grasindo. ISBN 979-759-542-0, 9789797595425. Hal 17. Jalaluddin, Rahmat. 2001. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya. Jujun, Surya Sumantri. 2002. Filsafat Ilmu. Jakarta: Sinar Harapan. Mantra, Ida Bagus. 2004. Filsafat Penelitian dan Metode Penelitian Sosial. Pustaka Pelajar. Hal 37-39. Nasution S. 2003. Metode Research; Penelitian Ilmiah, Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabet. Sugiono, Dr,. (2009), Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), Alfabeta, Babdung http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20110315061659AAcBIIw http://sugiyono.webs.com/paper/p9901.pdf http://adhiya.files.wordpress.com/2008/06/microsoft-word-lingkungan-hidup.pdf http://seputar-indonesia.pdf Metode Penelitian. Diakses 7 Juni 2010. http://www.4skripsi.com/metodologi-penelitian/macam-macam-metode penelitian.html#ixzz28rL28bMr

12

13

Anda mungkin juga menyukai