Anda di halaman 1dari 372

LAMPIRAN

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 1. PENGANTAR PENDIDIKAN KEDOKTERAN

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok I berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : 1.ketrampilan komunikasi : Komunikasi interpersonal 2. Ketrampilan komunikasi dan pemeriksaan fisik Dasar anamnesis 3. Ketrampilan prosedural : Hand washing 4. Ketrampilan laboratorium : Pengenalan dan penggunaan mikroskop Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan

dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI...

KOMUNIKASI INTERPESONAL
I. PENDAHULUAN Menurut Theodorson (1969), komunikasi adalah proses pengalihan informasi dari satu orang atau kelompok orang dengan menggunakan simbol simbol tertentu kepada satu orang atau kelompok orang. Komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain dengan efek dan umpan balik langsung. Jadi komunikasi antarpribadi adlah komunikasi antara seorang komunikator dengan komunikan. Menurut De Vito, komunikasi antarpribadi mengandung lima ciri sebagai berikut : keterbukaan, empati, dukungan, perasaan positif, dan kesamaan. Komunikasi antar dokter pasien merupakan salah satu komunikasi antarpribadi. Proses verbal dan nonverbal dimana seorang dokter memperoleh dan berbagi informasi dengan pasien, dengan

mengembangkan suatu hubungan untuk tujuan pengobatan, disebut komunikasi dokter pasien. Ketrampilan komunikasi yang dipelajari , dilatih/ dipraktekkan sepanjang kariernya akan menjadi kunci untuk memudahkan hubungan dokter pasien. Setelah mengikuti ketrampilan Komunikasi Interpesonal, diharapkan mahasiswa akan mampu berkomunikasi secara efektif. Ketrampilan ini bukan hal yang baru bagi mahasiswa karena ketika belajar di SMA, mahasiswa telah mempunyai kompetensi komunikasi secara langsung maupun tidak langsung, yang menjadi dasar terhadap kegiatan ketrampilan berkomunikasi yang akan mereka peroleh pada Blok ini. Ketrampilan berkomunikasi secara efektif akan digunakan oleh mahasiswa sebagai dasar pada latihan ketrampilan berkomunikasi pada blok lain yang akan mereka ikuti. Latihan ketrampilan ini akan dilakukan di Gedung Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Aceh. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Menyelenggarakan komunikasi Lisan maupun tulisan Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Tujuan pembelajaran Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan komunikasi yang efektif sebagai pendengar yang aktif. b. Tujuan Pembelajaran Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : a. Melakukan tahap tahap perkenalan diri b. Mengulangi percakapan yang disampaikan oleh pembicara c. Menyimpulkan dengan tepat apa yang disampaikan oleh pembicara d. Melakukan kontak mata dengan baik e. Memberikan perhatian penuh terhadap pembicara melalui bahasa non verbal, bahasa tubuh dan sikap. C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa pada tahun pertama dan pengetahuan yang diperlukan adalah : o o o o Bahasa Indonesia Ilmu dasar komunikasi Etika Kedokteran Budaya Tanah Rencong

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR ....

III. PROSEDUR LATIHAN : A. Memperkenalkan diri Waktu 1 x 25 menit Mahasiswa dibagi dua kelompok A dan B. Pada saat kelompok A memperkenalkan diri, maka kelompok B harus mendengarkan perkenalan tersebut, begitu pula sebaliknya. Dua orang dari kelompok B (random) diminta mengulangi perkenalan yang disampaikan oleh dua orang dari kelompok B. Mahasiswa lain memberi feedback tentang kegiatan mendengarkan aktif tersebut. Mahasiswa yang memainkan peran merefleksikan peran mereka sebagai pendengar. B. Pesan Berantai Waktu 1 x 25 menit Mahasiswa dibagi dalam dua kelompok . Masing masing mahasiswa secara bergilir menyampaikan pesan yang diterima dari instruktur hingga mahasiswa yang terkhir menyebutkan isi pesan yang diterima. Mahasiswa merefleksikan kegiatan sebagai pendengar aktif.

C. Sambung rasa, dengar dan ceritakan Waktu 1 x 50 menit Mahasiswa akan memainkan peran, 1 orang sebagai pasien, 1 orang sebagai dokter. Mahasiswa yang memainkan peran diminta untuk melakukan sambung rasa terlebih dahulu (mengucapkan salam, memperkenalkan diri, mempersilahkan duduk, dan menanyakan identitas pasien). Topiknya adalah beberapa skenario komunikasi dokter pasien pada tahap anamnesa. Mahasiswa yang berperan sebagai dokter diminta menceritakan kembali apa yang disampaikan.

Mahasiswa yang berperan sebagai pasien menilai apa mahasiswa yang menjadi dokter. Mahasiswa lain yang mengamati diminta untuk memberikan penilain juga. Semua mahasiswa diminta untuk menyimpulkan permainan peran diatas.

SUMBER RUJUKAN : 1. Ali,M dan Poernomo, Ieda SS (ed). 2006. Komunikasi Efektif Dokter-pasien. Jakarta : Konsil kedokteran Indonesia. 2. Kurtz,S, Silverman, J. & Drapper J. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in Medicine. Oxon : Radcliffe Medical Press

IV. EVALUASI Penilaian dilakukan secara sumatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : Skor 2

NO A. 1.

Materi yang dinilai

Membina hubungan baik Menyambut dan menyapa pasien dengan santun - Berdiri - Menjawab salam - Mempersilahkan duduk 2. Memperkenalkan diri dan mengklarifikasi tujuan pasien 3. Membina situasi yang nyaman bagi pasien 4. Mendorong pasien untuk bercerita, memfasilitasi untuk kelanjutan dan tidak menyela B. Menunjukkan sikap profesional 1. Menunjukkan keinginan untuk mengadakan kontak mata, ekspresi wajah dan bahasa tubuh dengan mendengarkan penuh perhatian 2. Menunjukkan penampilan yang baik (tindakan verbal dan nonverbal) dan percaya diri 3.. Tidak berprasangka C Ketrampilan Interpesonal : kemampuan berempati 1. Menafsirkan kata kata pasien secara wajar 2. Mendengarkan dan menanggapi keluhan pasien pasien dengan baik 3. Mengajukan pertanyaan pada saat yang tepat 4. Memperhatikan emosi, memberi waktu dan menyelidik pasien secara tidak lisan 5. Merespon pasien jika dibutuhkan, serta memberikan bantuan dengan menjawab pertanyaan, memberi penjelasan, dukungan seperlunya Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja % cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 36 x 100% = %

Aceh Besar,..................2012 Instruktur

DASAR-DASAR ANAMNESIS
I. PENDAHULUAN Bagi para mahasiswa kedokteran saat yang paling ditunggu tunggu adlah ketika mereka untuk pertama kalinya mulai berhadapan langsung dengan pasien yang sesungguhnya. Ini adalah saat pertama kalinya mereka merasakan sebagai seorang dokter. Tetapi ini juga adalah saat yang mendebarkandan membingungkan karena mereka umumnya belum siap dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk memulai kontak pertamanya dengan seorang pasien. Pada umumnya kontak pertama antara seorang dokter dan pasien dimulai dari anamnesis. Dari sini hubungan terbangun sehingga akan memudahkan kerjasama dalam memulai tahap tahap pemeriksaan berikutnya. Dalam menegakkan suatu diagnosa anamnesis mempunyai perana yang amat penting bahkan terkadang merupakan satu satunya petunjuk untuk menegakkan diagnosa. Anamnesis adalah suatu tehnik pemeriksaan yang dilakukan lewat suatu percakapan antara seorang dokter dengan pasiennya secara langsung atau dengan orang lain yang mengetahui tentang kondisi pasien, untuk mendapatkan data pasien beserta permasalahan medisnya.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Memperoleh data mengenai keluhan / masalah pasien. Alloanamnesa dengan anggota keluarga / orang lain. Autoanamnesa dengan pasien. Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang / dahulu. Memperolah data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan dan kehidupan keluarga. Anamnesis dari pihak ketiga.

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Intruksional Umum : Setelah melakukan pelatihan ketrampilan klinik Anamnesis, mahasiswa mampu menggali identitas pasien.

Tujuan Intruksional Khusus : a) Mahasiswa mampu menggali dan merekam dengan jelas keluhan keluhan yang disampaikan pasien b) Mahasiswa mampu menggali riwayat penyakit pasien saat ini c) Mahasiswa mampu menggali riwayat pengobatan pasien d) Mahasiswa mampu menggali status sosial keluarga pasien C. KARAKTERISTIK MAHASISWA : Mahasiswa pada tahun pertama dan pengetahuan yang diperlukan adalah : o o o Bahasa Indonesia Ilmu dasar komunikasi Etika Kedokteran

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.TEORI DASAR
III. PROSEDUR KERJA o Alat: kertas rekam medis o Memperkenalkan diri kepada pasien o Melakukan anemnesis terhadap pasien dengan menanyakan : 1. Identitas diri pasien

2. 3. 4. 5.

Keluhan utama pasien Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit terdahulu Riwayat penyakit keluarga

IV.

EVALUASI

Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : NO Aspek yang dinilai 0 1. Mengucapkan salam, memperkenalkan diri dan 1 Nilai 2 3

mempersilahkan duduk pasien 2. Menanyakan idintitas pasien (Nama , Usia,Jenis Kelamin (tidak perlu ditanyakan), Alamat, Pekerjaan, Status Perkawinan Menanyakan keluhan utama : - Keluhan yang membuat pasien datang ke dokter

3.

Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS ) 4. 6. 7. Menanyakan bagian tubuh mana yang memberikan keluhan ( menentukan lokasi ) Menanyakan seberapa berat keluhan dirasakan pasien , apakah jauh mengganggu aktifitas ( tingkat keparahan ) Menanyakan sejak kapan keluhan dirasakan, berapa lama keluhan dirasakan dan berapa sering keluhan dirasakan ( waktu ) Menanyakan faktor yang memperingan / memperberat keluhan Menanyakan gejala lain yang menyertai keluhan utama. Menanyakan pernah sakit apa saja, berat atau tidak

8. 9. 10.

Riwayat Penyakit Keluarga 11. Menanyakan riwayat penyakit dalam keluarga Pengisian rekam medis Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 33x 100% =

% Aceh Besar,..................2012 INSTRUKTUR

HAND WASHING
I. PENDAHULUAN Masyarakat yang menerima pelayanan medis dan kesehatan, baik dirumah sakit atau klinik, dihadapkan kepada resiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya infeksi. Selain itu petugas kesehatan yang melayani mereka dihadapkan pada resiko infeksi. Infeksi rumah sakit dan infeksi pekerjaan merupakan masalah penting diseluruh dunia dan kejadiannya terus meningkat. Sebagaian besar infeksi ini dapat dicegah dengan strategi strategi yang sudah ada dan relatif murah, yaitu : Menaati praktik praktik pencegahan infeksi yang direkomendasikan khususnya cuci tangan, pemakaian sarung tangan dan aseptik. Memperhatikan proses proses dekontaminasi dan pembersihan alat alat yang kotor. Meningkatkan keamanan diruang operasi dan area area lainnya yang beresiko tinggi dimana perlukaan yang serius dan paparan terhadap infeksi sering terjadi. Mengingat pentingnya strategi diatas dimiliki seorang dokter maka salah satu kompetensi ketrampilan yang terkait dengan higienis dan asepsis diberikan dalam kurikulum ketrampilan pada mahasiswa kedokteran. Untuk saat ini akan diberikan ketrampilan Hand Washing, pemakaian Hanscoon steril dan aseptik. Ketrampilan ini terkait dengan semua ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Pada ketrampilan komunikasi, mahasiswa diharapkan mampu menyampaikan kepada masyarakat cara mencuci tangan yang benar. Pada ketrampilan pemeriksaan fisik, mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah pemeriksaan pasien.

D. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan:(level 4)

Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal

Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll)

Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Intruksional Umum : Setelah mengikuti pelatihan ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu mencuci tangan yang benar, pemakaian Handscoon steril dan Aseptik. Tujuan Intruksional Khusus : a. Mahasiswa mengetahui prosedur cuci tangan yang benar, pemakaian Handscoon steril dan aseptik b. Mahasiswa mengetahui jenis jenis prosedur hand washing dan handrub menggunakan alkohol 10% c. Mahasiswa mampu melakukan cuci tangan, pemakaian Handscoon steril dan tindakan Aseptik d. Mahasiswa mampu menerapkan prosedur cuci tangan dalam kehidupan sehari hari.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa pada tahun pertama dan pengetahuan yang diperlukan adalah : Biologi : virus, Bakteri dan Jamur

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa.

2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III. Persiapan

PROSEDUR KERJA

Alat dan Bahan : - Air mengalir atau air dalam ember dilengkapi dengan gayung - Sabun - Handuk kertas / handuk bersih - Handsoon Steril - cairan aseptik Pelaksanaan : Cuci Tangan Teknik pencucian tangan rutin dengan sabun dan air mengalir harus dilakukan sebagai berikut : 1. Basahilah tangan dengan baik 2. Oleskan sabun biasa 3. Gosok dengan teliti dan benar semua bagian tangan dan jari selama 5 menit sesuai dengan 7 langkah higiene tangan, perhatikan dengan teliti daerah dibawah jari kuku dan diantara jari. (lihat Gambar 1) 4. Bilas dengan menggunakan air 5. Keringkan tangan menggunakan handuk kertas dan gunakan handuk tersebut untuk memutarkan kran sewaktu mematikan air. Jika tidak ada handuk kertas, keringkan tangan dengan handuk yang bersih atau keringkan dengan udara. Handuk yang digunakan bersama dapat dengan cepat terkontaminasi dan

tidak boleh digunakan. Membawa handuk atau sapu tangan kecil pribadi dapat membantu anda untuk menghindari pemakaian handuk kotor. Jika menggunakan handuk sendiri maka cucilah setiap hari.

Gambar 1. Cara mencuci tangan Keterangan Gambar : 1. Menggosok telapak tangan kiri ke telapak tangan kanan atau sebaliknya. 2. Menggosok punggung tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain. 3. Menggosok dan memutar jari jari ditelapak tangan. 4. Menggosok kedua telapak tangan dengan jari jari terjepit. 5. Menggosok ibu jari memutar ditelapak tangan. 6. Menggosok sampai pergelangan tangan. Mencuci tangan untuk pemakaian Handscoon steril :

Tujuan cuci tangan ini adalah untuk menghilangkan kotoran, debu dan organisme sementara secara mekanikal dan mengurangi flora tetap selama pembedahan. Tujuannya adalah mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganime dari kedua belah tangan dan lengan dokter bedah dan asistennya. Langkah langkah cuci tangan untuk pemakaian Handscoon adalah sebagai berikut : 1. Lepaskanlah cincin, jam tangan dan gelang. 2. Basahi kedua belah tangan dan lengan bawah hingga siku dengan sabun dan air bersih. 3. Bersihkan kuku dengan pembersih kuku. 4. Bilaslah tangan dan lengan bawah dengan air. 5. Gunakan bahan antiseptik pada seluruh tangan dan lengan bawah sampai siku bawah dan gosok tangan dan lengan bawah dengan kuat selama sekurang kurangnya 2 menit. 6. Angkat tangan lebih tinggi dari siku, bilas tangan dan lengan bawah seluruhnya dengan air bersih. 7. Tegakkan kedua tangan keatas dan jauhkan dari badan, jangan sentuh permukaan atau benda apapun dan keringkan kedua tangan itu dengan lap bersih dan kering atau keringkan dengan diangin anginkan. 8. Pakailah sarung tangan yang steril pada kedua tangan. Penggunaan antiseptik meminimalkan jumlah mikroorganisme pada kedua belah tangan dibawah sarung tangan dan meminimalisasi pertumbuhan flora selama pembedahan. Kesalahan yang mungkin timbul dalam melakukan ketrampilan ini ; 1. Berulanglah kontaminasi sisi tangan yang telah steril oleh sisi tangan lain yang belum steril. 2. Tidak tersterilisasi dengan baik bagian bawah kuku.

Teknik Aseptik : 1. Melakukan tindakan aseptic pada daerah pembedahan. 2. Membuka peralatan steril untuk antiseptic kulit diatas meja steril. 3. Mengambil cairan antiseptic didalam mangkuk dengan menggunakan klem dan kasa steril. 4. Pencucian daerah pembedahan dimulai dari tengah melingkar menuju perifer, lalu masukkan kasa habis pakai ketempat yang telah disiapkan.

5. Lepaskan sarung tangan sesuai prosedur. 6. Masukkan sarung tangan habis pakai kedalam cairan desinfektan tingkat tinggi yang sudah disediakan.

IV.

EVALUASI

Keterampilan mencuci tangan, menggunakan sarung tangan dan teknik aseptic No A 1 2 3 4 5 Aspek yang dinilai Keterampilan mencuci tangan Melepaskan perhiasan pada tangan ( cincin, gelang dan jam tangan ) Membasahi tangan dengan air dan mengambil sabun Membersihkan kuku-kuku jari tangan, dengan air yang mengalir Mencuci tangan secara benar , dengan tehnik 6 langkah pada air yang mengalir Menyikat mulai dari seluruh jari-jari termasuk daerah antar jari, telapak tangan, lengan bawah sampai siku dengan sikat yang bersih yang sudah disediakan. Selama penyikatan lengan bawah selalu berada diatas. Membilas dengan air yang mengalir Mengeringkan dengan handuk bersih mulai dari ujung jari sampai siku, dimana lengan bawah selalu berada diatas siku ( posisi tangan seperti orang berdoa ), posisi ini tetap dipertahankan sampai memakai sarung tangan. Keterampilan menggunakan sarung tangan Menyiapkan sarung tangan dengan tepat / siap pakai Mengambil sarung tangan kanan dengan tangan kiri pada lipatan keluar bagian proksimal Memasang sarung tangan tersebut pada tangan kanan, tanpa menyentuh bagian luarnya Mengambil sarung tangan kiri dengan tangan kanan pada posisi dalam lipatan Tangan kiri tidak menyentuh bagian luar sarung tangan Memasang sarung tangan pada tangan kiri tanpa tangan kanan menyentuh bagian terbuka pada tangan kiri Rapatkan kedua telapak tangan yang sudah mengenakan sarung tangan sampai siap melakukan tindakan. 0 1 Nilai 2 3

6 7

B 1 2 3 4 5 6 7

C 1 2 3 4 5 6

Teknik aseptik Menjelaskan bentuk dan tujuan dari tindakan kepada pasien Memberitahu efek yang akan dirasakan selama tindakan Melakukan tindakan aseptik pada daerah pembedahan Membuka peralatan steril untuk antiseptik kulit diatas meja steril Mengambil cairan antiseptic didalam mangkuk dengan menggunakan klem dan kasa steril Pencucian daerah pembedahan dimulai dari tengah melingkar menuju perifer, lalu masukkan kasa habis pakai ketempat yang telah disiapkan

Lepaskan sarung tangan sesuai prosedur Masukkan sarung tangan habis pakai kedalam cairan desinfektan tingkat tinggi yang sudah disediakan Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total /66 x 100% = %

7 8

Aceh Besar,..................2012 Instruktur

PENGENALAN DAN PENGGUNAAN MIKROSKOP


I. PENDAHULUAN Pengenalan dan penggunaan mikroskop yang benar merupaka ketrampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa fakultas kedokteran. Mikroskop merupakan salah satu alat yang digunakan untuk pemeriksaan / penunjang diagnosis di laboratorium terkait, dengan alat ini dapat membantu kita mengamati objek yang berukuran sangat kecil. Fungsi setiap mikroskop ialah memberi pembesaran sedemikian rupa, sehingga setiap pemeriksaan dapat melihat benda yang dibesarkan dengan jelas. Bahan yang diperiksa dapat berasal dari darah, urin, feses, jaringan dan berbagai cairan tubuh lainnya. Selain menggunakan mikroskop, mahasiswa juga diharapkan mampu memelihara mikroskop secara benar. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Persiapan dan pemeriksaan morfologi sel darah

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : 1. Mahasiswa mampu mengenal bagian bagian mikroskop 2. mampu menggunakan mikroskop untuk mengenal atau mengidenfikasi sel sel darah. 3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan pemeliharaan mikroskop dengan benar. C. Karakteristik mahasiswa: Mahasiswa pada tahun pertama dan pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih adalah : Fisika SMA : Mahasiswa memiliki kompetensi menganalisis alat alat optik secara kuantitatif dan kualitatif.

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Bekerja Kelompok Bekerja dan belajar mandiri

II. TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA : 1. Keluarkan mikroskop dari tempatnya dengan memegang tangkainya menggunakan tangan kanan. 2. Letakkan pada tempat yang datar. 3. Bersihkan mikroskop dari debu, untuk membersihkan lensa objektif gunakanlah kertas khusus pembersih lensa. Untuk lensa okuler dengan alat khusus pembersih lensa okuler ( oleh petugas ). 4. Hubungkan mikroskop dengan sumber arus listrik ( jika menggunakan mikroskop dengan sumber cahaya lain ), sebelumnya power harus dalam posisi Off. 5. Hidupkan mikroskop atau atur cahaya yang masuk ( jika menggunakan mikroskop cahaya ). 6. Letakkan objek pada meja mikroskop dan apit ( jepit ). 7. Cari objek yang dicari sesuai dengan tujuan 0menggunakan penggeser yang ada. 8. Untuk pengamatan pertama kali gunakan pembesaran terkecil dari lensa objektif ( 10X ), kemudian ganti dengan pembesaran 40X dan 100X ( sesuai dengan yang dikehendaki ). 9. Gunakan penggerak halus ( mikrometer ) untuk memperjelas objek. 10. Waktu pengamatan jangan sampai lensa onjektif menyinggung objek. 11. Bila menggunakan lensa objektif dengan pembesaran 100X harus memakai minyak emersi ( Emersi oil ) sebanyak 1 tetes saja. 12. Setelah pemakaian dengan pembesaran 100X, lensa objektif harus dibersihkan dengan larutan Dietil eter menggunakan kertas khusus pembersih lensa, jangan menggunakan kapas atau tissue. Untuk lensa okuler dibersihkan dengan kuas khusus yang sangat halus. 13. Setelah selesai, bersihkan semua kotoran yang menempel pada mikroskop dan pasang penutup mikroskop. 14. Simpanlah mikroskop pada tempat khusus ( tidak lembab dan tidak berdebu ).

IV. NO

EVALUASI Aspek yang dinilai 0 1 Skor 2 3

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Mempersiapkan mikroskop sebelum digunakan Cara menghidupkan mikroskop dan mencari cahaya Cara meletakkan objek yang akan dilihat Menemukan objek yang akan dilihat Cara mempergunakan lensa objektif 10X Cara memperjelas objek dengan pembesaran 40X Cara mempergunakan lensa objektif 100X Membersihkan mikroskop dengan larutan Xylol/ Dietil eter jika mempergunakan lensa objektif 100X dan menyimpannya kembali.

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total /24 x 100% =

Aceh Besar,..................2012 Instruktur

PENUNTUN SKILLS LAB


BLOK 2. BIOMEDIK 1

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

ANAMNESIS DASAR DAN PEMERIKSAAN FISIK UMUM


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) 1. Autoanamnesis dengan pasien 2. Alloanamnesis dengan anggota keluarga/ orang lain yang bermakna 3. Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama 4. Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu 5. Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kehidupan keluargA 6. Penilaian status mental 7. Penilaian kesadaran 8. Penilaian respirasi 9. Pengukuran tekanan darah 10. Palpasi denyut arteri ekstremitas dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum: - Mahasiswa mampu melakukan anamnesis identitas dan keluhannya

- Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tanda vital pada pasien

Tujuan Khusus: Dalam skills lab ini, mahasiswa diharapkan mampu melakukan: 1. Anamnesis dasar seperti identitas pasien 2. Autoanamnesis keluhan utama 3. Pemeriksaan frekuensi nafas 4. Pemeriksaan frekuensi nadi 5. Pemeriksaan suhu 6. Pemeriksaan tekanan darah C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III.

DASAR TEORI PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Langkah pemeriksaan

IV.
NO

EVALUASI
DAFTAR TILIK MEMBUKA WAWANCARA Menyapa pasien Memperkenalkan diri Menunjukkan sikap hormat dan respek pada pasien Mengidentifikasi dan mengkonfirmasi permasalahan pasien SCORE 0 1

1 2 3 4

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25

Menegosiasikan agenda konsultasi ANAMNESIS Menanyakan identitas penderita Menanyakan keluhan utama Menanyakan lokasi Menanyakan onset dan kronologi Menanyakan kualitas keluhan Menanyakan faktor-faktor pemberat Menanyakan faktor-faktor peringan Menanyakan gejala penyerta Menanyakan riwayat penyakit dahulu Menanyakan riwayat kesehatan keluarga Menanyakan riwayat sosial ekonomi Menanyakan kebiasaan pribadi Menggunakan bahasa yang mudah di pahami pasien Menggunakan pertanyaan terbuka secara tepat Menggunakan pertanyaan tertutup secara tepat MENUTUP WAWANCARA Menanyakan pada pasien apakah ada hal yang terlewat Menutup wawancara dengan membuat suatu ringkasan Membuat kesepakatan dengan pasien (contracting) SAMBUNG RASA DENGAN PASIEN Menunjukkan tingkah laku (non verbal) yang sesuai Bila melakukan kegiatan lain (misal melihat catatan atau menulis), tidak sampai mengganggu proses wawancara dengan pasien. Tidak menghakimi Memberikan empati dan dukungan terhadap pasien Tampak percaya diri KETERAMPILAN MENSTRUKTUR WAWANCARA Menggunakan signposting Menjalankan wawancara dengan urutan yang logis/ tepat Memperhatikan waktu

26 27 28 29 30 31

JUMLAH SKOR Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna.

Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

HITUNG LEUKOSIT DAN ERITROSIT


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Pemeriksaan darah lengkap/ rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: - Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan darah hitung leukosit dan eritrosit

Tujuan khusus:

1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pemeriksaan hitung leukosit dan eritrosit 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan hitung leukosit dan eritrosit dengan menggunakan mikroskop 3. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan dan melaporkan hasilnya

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur. II. DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

Alat dan bahan Langkah pemeriksaan

IV. EVALUASI NO DAFTAR TILIK HITUNG LEUKOSIT Mempesiapkan alat dan bahan Alat : pipet thoma leucosit, Kamar hitung Improved Neubauer, Cawan petri berisi kapas basah Bahan : Larutan Turk Cara Kerja Isaplah darah (kapiler,EDTA,Oxalat) dengan pipet Leukosit sampai garis tanda 0,5 tepat Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet. Masukan ujung pipet kedalam lar. Turk sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 dan lar. Turk diisap perlahan sampai garis tanda 11. Jangan sampai ada gelembung udara. Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit. Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah supaya leukosit mengendap. Hitung jumlah leukosit dengan menggunakan objectif kecil 10x/40x pada 4 bidang besar. Pengenceran yang terjadi ialah20x. jumlah sel yang sudah dihitung dalam 4 bidang besar itu dibagi 4 menunjukan jumlah sel leukosit dalam 0,1 l. kalikan itu dengan 10 (tinggi) dan 20 (pengenceran) untuk mendapatkan jumlah leukosit dalam 1 l darah. Interpretasikanlah hasilnya

SCORE 0 1

1 2 3 4 5

6 7

8 9 10

11

keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

NO DAFTAR TILIK HITUNG ERITROSIT Mempersiapkan Alat dan Bahan 1 Alat : pipet thoma eritrosit, Kamar hitung Improved Neubauer, Cawan petri berisi kapas basah 2 Bahan : Larutan Hayem Cara Kerja 3 Isaplah darah (kapiler,EDTA,Oxalat) dengan pipet eritrosit sampai garis tanda 0,5 tepat 4 Hapuslah kelebihan darah yang melekat pada ujung pipet. 5 Masukan ujung pipet kedalam lar. Hayem sambil menahan darah pada garis tadi. Pipet dipegang dengan sudut 45 dan lar. Hayem diisap perlahan sampai garis tanda 101. Jangan sampai ada gelembung udara. 6 Angkat pipet dari cairan; tutup ujung pipet dengan ujung jari lalu lepaskan karet penghisap. Kocok pipet itu selama 3 menit. 7 Buang cairan dari pipet 3-4 tetes dan segera sentuhkan ujung pipet dengan sudut 30 pada permukaan kamar hitung dengan menyinggung pinggir kaca penutup. Biarkan kamar hitung itu terisi cairan dengan daya kapilernya 8 Biarkan kamar hitung itu 2-3 menit pada cawan petri yang telah berisi kapas basah supaya leukosit mengendap. 9 Hitung jumlah eritrosit dengan menggunakan objectif kecil 10x/40x pada 4 bidang besar. 10 Pengenceran yang terjadi ialah 200x. luas tiap bidang kecil 1/400 mm, tinggi kamar hitung 1/10 mm sedangkan eritrosit dihitung salam 5x16 bidang kecil = 80 bidang kecil yang jumlah luasnya 1/5 mm. factor untuk mendapatkan jumlah eritrosit per l darah menjadi 5x10x200 = 10.000. 11 Interpretasikanlah hasilnya keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 %

SCORE 0 1

Aceh Besar, 2012 Instruktur

UJI FUNGSI PARU (SPIROMETRI)


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Uji fungsi paru/ spirometri dasar

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Setelah mengikuti kegiatan skills lab ini, mahasiswa mampu melakukan uji fungsi paru TUJUAN KHUSUS: Pada akhir skills lab ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Melakukan persiapan pemeriksaan uji fungsi paru spirometri 2. Melakukan pemeriksaan uji spirometri 3. Melaporkan hasil interpretasi uji spirometri

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

Alat dan bahan Langkah pemeriksaan

IV. EVALUASI NO DAFTAR TILIKAN 0 1 2 3 Membina hubungan baik Menyapa/ mengucapkan salam Memperkenalkan diri Memberika penjelasan kepada pasien tentang tujuan dan keperluan pemeriksaan Mengukur Vital Capaciy Memberi perintah kepada pasien untuk bernafas biasa beberapa kali sampai alat spirometri menunjukan bunyi Memberi perintah kepada pasien untuk buang nafas maksimal Memberi perintah kepada pasien untuk menarik nafas yang maksimal Memberi perintah kepada pasien untuk buang nafas maksimal sehabis habisnya

SCORE 1 2

4 5 6 7

8 9 10 11 12 13 14 15

Mengukur Forced Vital Memberi perintah kepada pasien untuk buang nafas maksimal Memberi perintah kepada pasien untuk menarik nafas yang maksimal Memberi perintah kepada pasien untuk buang nafas dengan cepat dan disentakan sekuat kuatnya Memberi perintah kepada pasien untuk menarik nafas Menekan stop Hasil Menekan print Membaca hasil spirogram Memberi informasi mengenai hasil pemeriksaan kepada pasien Jumlah Score

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENUNTUN SKILLSLAB BLOK 3. BIOMEDIK 2

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012


1

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok I berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : 1. 2. 3. 4. Pemeriksaan fisik dasar sistem respirasi Pemeriksaan fisik dasar sistem kardiovaskuler Pemeriksaan fisik dasar abdomen Pemeriksaan fisik sistem saraf

Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI...

PENUNTUN SKILLS LAB PEMERIKSAAN FISIK DASAR SISTEM RESPIRASI

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi leher Inspeksi dada Palpasi dada Perkusi dada Auskultasi dada

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik dasar untuk sistem respirasi Tujuan Khusus: 1. Mahasiswa mampu memberikan gambaran proyeksi organ paru pada dinding dada 2. Mahasiswa mampu menunjukkan linea-linea yang ada pada dinding dada 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik inspeksi sistem respirasi (dada dan punggung) 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik palpasi sistem respirasi (dada dan punggung) 3

5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik perkusi sistem respirasi 6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik auskultasi sistem resiprasi 7. Mahasiswa mampu memjelaskan hasil pemeriksaan fisik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi normal

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 3 (Biomedik 2) ini adalah mahasiswa tahun pertama (I) semester 1.

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:...............

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

Ilustrasi Kasus Seorang laki laki, adi, 40 tahun, datang ke puskesmas dibawa oleh istrinya dengan keluhan sesak nafas, keluhan ini sudah di alami selama 1 minggu belakangan. Sesak nafas yang dirasakan memberat dalam 2 hari ini. Keluhan lain yang dirasakan adi batuk-batuk, batuk ini disertai dengan pengeluaran lendir. Setelah dokter melakukan anamesa, adi disuruh berbaring untuk dilakukan pemeriksaan fisik pada adi. Bagaimana tahap-tahap dalam melakukan pemeriksaan fisik yang dilakukan doker terhadap adi ?

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / Persiapan: 1. Stetoskop 2. Probandus 3. Maniken 4

4. Bed 5. Kursi IV. EVALUASI

PEMERIKSAAN FISIK DASAR SISTEM RESPIRASI No A Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN SISTEM RESPIRASI Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju) sebagian PEMERIKSAAN FISIK THORAK DEPAN Melakukan inspeksi Perhatikan ekspresi wajah (tampak kesakitan), muka (edema), mata (conjunctiva anemis atau tidak), bibir (sianosis atau tidak) Perhatikan posisi trakea (normal, deviasi) Perhatikan bentuk dada (adakah kelainan) Perhatikan perhatikan iga-iga (posisi mendatar atau tidak) Perhatikan sela-sela iga (bandingkan kiri dan kanan) Perrhatikan bentuk sternum, klavikula (adakah kelainan) Perhatikan bagian sudut epigastrium (bentuk tumpul atau lancip) Perhatikan dan tentukan jenis pernafasan, apakah ada pernafasan abnormal (Kusmaull, cheyne stokes, asthmatic) Jumlah frekuensi nafas (hitung) Perhatikan perbandingan pergerakan dinding dada kiri 5 1 Nilai 2 3

1 2 3

5 6 B

8 9 10 11 12 13 14

15 16

dengan kanan. (Apakah sama atau ada dinding dada yang tertinggal) Melakukan palpasi 17 18 19 20 Melakukan pemeriksaan limfadenopati di leher Melakukan pemeriksaan posisi trakea (normal, deviasi) Melakukan pemeriksaan apakah ada emfisema subkutis Melakukan pemeriksaan pengembangan rongga thoraks ( Pemeriksa menempelkan kedua telapak tangan pada dinding thoraks bagian bawah dengan kedua ibu jari bertemu pada garis mid sternalis dan jari yang lain mengarah pada sisi kiri dan kanan dinding thoraks, pasien disuruh inspirasi dalam sambil memperhatikan pergerakan dari kedua ibu jari pemeriksa apakah terlihat pergerakan simetris atau ada yang tertinggal) Melakukan palpasi pada permukaan dinding thoraks untuk menilai fremitus tactil (stem fremitus) pada hemitorak kiri dan kanan mulai dari dinding thoraks bagian atas ke bawah. Bandingkan thorak kiri dan kanan secara simetris sambil pasien disuruh menyebut tujuhtujuh (77) Melakukan Perkusi 22 Melakukan perkusi pada kedua hemithorak kiri dan kanan mulai dari dinding toraks atas ke bawah, kemudian bandingkan kiri dengan kanan. Melakukan perkusi batas paru jantung, kiri atas, kiri bawah, kanan. Melakukan perkusi menentukan batas paru hepar pada linea mid klavikularis kanan (perubahan suara perkusi dari sonor ke redup) Melakukan perkusi pada toraks anterior kiri bawah daerah lambung akan didapat suara perkusi timpani Melakukan Auskultasi 26 27 Mendengarkan suara pernafasan, vesikuler pada kedua hemitorax kiri dan kanan, mulai dari atas ke bawah. Mendengar suara nafas normal trakeal pada daerah leher / trakea, dan suara nafas normal bronchial pada daerah supra sternal 6

21

23 24

25

28 29

Mendengar suara nafas normal bronkovesikuler pada daerah diatas corpus sterni. Mendengarkan suara nafas tambahan (ronki, wheezing,dll) PEMERIKSAAN FISIK (PUNGGUNG) Melakukan inspeksi THORAK BELAKANG

30 31 32 33

Perhatikan bentuk dinding toraks belakang (Adakah kelainan bentuk) Perhatikan bentuk tulang belakang (Adakah kelainan bentuk) kifosis, skoliosis, lordosis / gibus Membandingkan bentuk dinding toraks belakang kiri dengan kanan Membandingkan pergerakan dinding toraks belakang kiri dan kanan, apakah sama atau ada pergerakan salah satu dinding dada yang tertinggal. Melakukan palpasi

34

35

Melakukan pemeriksaan pengembangan rongga thoraks ( Pemeriksa menempelkan kedua telapak tangan pada dinding thoraks bagian bawah dengan kedua ibu jari bertemu pada garis mid sternalis dan jari yang lain mengarah pada sisi kiri dan kanan dinding thoraks, pasien disuruh inspirasi dalam sambil memperhatikan pergerakan dari kedua ibu jari pemeriksa apakah terlihat pergerakan simetris atau ada yang tertinggal) Melakukan palpasi pada permukaan dinding thoraks untuk menilai fremitus tactil (stem fremitus) pada hemitorak kiri dan kanan mulai dari dinding thoraks bagian atas ke bawah. Bandingkan thorak kiri dan kanan secara simetris sambil pasien disuruh menyebut tujuhtujuh (77) Melakukan perkusi

36

37

Melakukan perkusi pada kedua hemithorax belakang kiri dan kanan mulai dari dinding toraks atas ke bawah, bandingkan kiri dan kanan. Menentukan batas paru belakang kanan dan kiri (normal vertebra thorax X/XI) 7

38

Menentukan peranjakan batas paru belakang. (tentukan batas paru saat inspirasi biasa dan tandai, kemudian tentukan batas paru saat inspirasi dalam,(normal batas paru beranjak turun 2 jari (+/- 4 cm) Melakukan Auskultasi

39 40 41 42

Mendengarkan suara pernafasan, vesikuler pada kedua hemitorax kiri dan kanan, mulai dari atas ke bawah. Mendengar suara nafas normal bronkovesikuler pada daerah inter skapula. Mendengarkan suara nafas tambahan (ronki, wheezing,dll) Melaporkan hasil pemeriksaan

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

Catatan: mohon ditinjau lagi CHECKLIST penilaian, agar disesuaikan dengan kompetensi di blok ini yaitu pemeriksaan fisik dasar untuk mahasiswa tahun1

PENUNTUN SKILLS LAB PEMERIKSAAN FISIK DASAR SISTEM KARDIOVASKULER

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : definisi dari topik skills lab dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi dada Palpasi denyut apeks jantung Palpasi arteri karotis Perkusi ukuran jantung Auskultasi jantung Pengukuran tekanan darah

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem kardiovaskuler meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi. Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk pemeriksaan kepada pasien dan meminta persetujuan pasien untuk diperiksa 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi pada dinding dada 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan palpasi untuk pemeriksaan iktus kordis, denyut arteri 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan perkusi jantung 5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan auskultasi katup jantung sesuai dengan lokasinya

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 3 (Biomedik 2) ini adalah mahasiswa tahun pertama (I) semester 1. Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. TEORI DASAR Anatomi dan fisiologi jantung lokasi IPPA

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / Persiapan: 1. Stetoskop 2. Probandus 3. Maniken 4. Bed 5. Kursi

IV.

EVALUASI PEMERIKSAAN FISIK DASAR SISTEM KARDIOVASKULER Aspek penilaian Nilai 0 1 2 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur 10

No A 1 2 3

5 6

8 9 10

11 12 13 14

tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju) sebagian PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG Melakukan inspeksi Perhatikan Muka; apakah pasien tampak pucat, berkeringat, kesakitan, sesak nafas, dan adanya tanda sianosis sentral. Perhatikan anggota gerak; apakah adanya clubbing finger dan sianosis perifer. Perhatikan leher; Apakah adanya pembesaran kelenjar tyroid, distensi vena jugularis Perhatikan dinding dada; apakah adanya jaringan parut, menilai pulsasi denyut jantung, gerakan dinding dada. Melakukan Palpasi Melakukan pemeriksaan nadi (dilakukan secara bilateral); menilai kecepatan, irama, pengisian Menilai Palpasi Ictus cordis

Melakukan perkusi Melakukan perkusi batas paru jantung, kiri atas, kiri bawah, kanan. Melakukan Auskultasi 15 Mendengarkan suara jantung pada katup pulmonal, aorta, tricuspid, mitral 16 Melaporkan hasil pemeriksaan dan memberikan penjelasan lebih lanjut Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur Catatan: mohon direview kembali ceklist, berhubung yang akan diajarkan adalah mahasiswa tahun1 dengan topik fisiologis,bukan patologis

11

PENUNTUN SKILLS LAB PEMERIKSAAN FISIK DASAR: ABDOMEN

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : definisi dari topik skills lab dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi Abdomen Palpasi (dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta, rigiditas dinding perut) Perkusi (pekak hati dan area Traube)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Abdomen meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi. Tujuan Khusus: 1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk pemeriksaan kepada pasien dan meminta persetujuan pasien untuk diperiksa

12

2. Mahasiswa mampu memberikan gambaran proyeksi organ dalam didinding abdomen 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi abdomen 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan auskultasi abdomen 5. Dst (mohon dilanjutkan) C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semsester ....blok..... Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR Anatomi dan fisiologi abdomen

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / Persiapan: 1. Stetoskop 2. Probandus 3. Maniken 4. Bed 5. Kursi

IV.

EVALUASI

13

PEMERIKSAAN FISIK DASAR ABDOMEN No A Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN (GASTROENTEROHEPATOLOGI) Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju) sebagian PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN (GASTROENTEROHEPATOLOGI) Melakukan inspeksi Pasien dibaringkan pada posisi terlentang (supine) dengan sumber cahaya meliputi kaki sampai kepala, serta abdomen. Pemeriksa berdiri atau duduk disebelah kanan pasien, dengan kepala pemeriksa sedikit lebih tinggi dari abdomen pasien. Perhatikan kulit dan sclera pasien Perhatikan kontur abdomen, kongesti vena, skar, peristaltic yang tampak atau adanya massa. Perhatikan adanya distensi abdomen; asites, obesitas, feses, neoplasma Melakukan Auskultasi Pasien diminta relaks dan menarik nafas Pusatkan perhatian pertama pada suara yang ada di abdomen dengan menggunakan bel stetoskop di atas mid abdomen Mendengarkan bising usus Menentukan bising usus normal atau abnormal 14 1 Nilai 2 3

1 2

5 6

9 10 11

12 13

14 15

16 17

18 19

20 21 22

Meletakkan stetoskop pada 4 kuadran abdomen Melakukan auskultasi pada beberapa tempat yang benar; Bunyi peristaltik dapat didengar dibawah umbilikus diatas supra pubik, atau dapat dilakukan di berbagai tempat Diatas dan dikanan umbilicus mendengarkan bunyi gemuruh dari hepatik rub Mendengarkan murmur aorta abdominal 5 jari dibawah procesus xipoideus atau pada regio epigastrium Bruit dari karsinoma pancreas dikiri regio epigastrium dan splenik friction rub bilateral Lanjutkan mendengar selama 5 menit, bila peristaltik tidak segera terdengar. Melaporkan dan mencatat hasil auskultasi Melakukan Palpasi Batas hepar? Melakukan perkusi ....

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

Catatan: mohon dilanjutkan bagian yang masih kosong

15

PENUNTUN SKILLS LAB PEMERIKSAAN FISIK DASAR SISTEM SARAF

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Pemeriksaan indra pembauan


Penilaian sensasi nyeri Penilaian sensasi suhu Penilaian sensasi raba halus Penilaian rasa posisi (proprioseptif)

Penilaian sensasi diskriminatif (misal stereognosis)


Refleks tendon (bisep, trisep, pergelangan, platela, tumit) Refleks abdominal Refleks kremaster Refleks anal Tanda Hoffmann-Tromner

Respon plantar (termasuk grup Babinski)


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan saraf b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek tendon, bicep, tricep, pergelangan, patella, tumit, reflek abdomen. 16

TUJUAN KHUSUS: 1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan pemeriksaan sistem saraf 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan penilaian sensasi diskriminatif 3. Mahasiswa mampu melakukan penilaian sensasi raba halus 4. Mahasiswa mampu melakukan penilaian sensasi nyeri 5. Mahasiswa mampu melakukan penilaian sensasi bau. 6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refleks fisiologis 7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan refleks babinsky gruop C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya:

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / Persiapan: 1. Tabung isi air panas dan dingin 2. Probandus 3. Maniken 4. Bed 5. Kursi 6. PALU REFLEKS?

17

IV.

EVALUASI

PEMERIKSAAN FISIK DASAR SISTEM SARAF No A 1 2 Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN SARAF Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju) sebagian PEMERIKSAAN SENSASI TAKSTIL Berikanlah rangsangan secara ringan tanpa memberikan tekanan subkutan Mintalah klienuntuk menyatakan YA atau ATAU pada setiap rangsangan Mintalah pasien menyebutkan daerah yang di rangsang Mintalah pasien membedakan dua titik yang di rangsang PEMERIKSAAN SENSASI NYERI SUPERFISIAL Mintalah klien untuk menutup mata Cobalah terlebih dahulu jarum yang akan di gunakan pada diri sendiri Buatlah tekanan pada kulit pasien seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan Jangan menanyakan pada klien: apakah anda merasakan ini atau pakah ini runcing? Gunakan ujung jarum untuk membuat rangsangan terhadap kulit dan kepala jarum secara bergantian, 18 1 Nilai 2 3

5 6

B 7 8 9 10

C 11 12 13 14 15

16

17

sementara itu mintalah pasien untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan pendapatnya Mintalah klien untuk menyatakan juga apakah terdapat perbedaan intensiatas ketajaman rangsangan di daerah yang berlainan Apabila di curigaiada daerah yang sensasinya menurun maka mulailah rangsangan dari daerah tadi menuju arah yang normal PEMERIKSAAN SENSASI SUHU Mintalah klien untuk berbaring (pemeriksaan lebih baik di lakukan dalam posisi berbaring) Mintalah klien untuk menutup mata Cobalah terlebih dahulu tabung panas/dingin pada kulit anda. Tempelkan tabung pada kulit klien dan mintalah klien untuk menyebutkan apakah terasa dingin atau panas Sebagai fariasi pasien di minta untuk menyatakan rasa hangat Tentukanlah apakah sensasi klien normal atau tidak. (pada orang normal adanya perbedaan suhu 2-5C sudah mampu untuk mengenalinya PEMERIKSAAN REFLEKS BISEPS Mintalah penderita duduk dengan santai Fleksikanlah lengan penderita dengan lengan bawah dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi Letakkan siku penderita pada lengan pemeriksa Letekkan ibu jari pemeriksa pada tendo biseps penderita lalu pukul denganlah tendo tersebut dengan reflek hammer PEMERIKSAAN REFLEKS TRISEPS Mintalah penderita duduk dengan santai Tempatkan lengan bawah penderita dengan posisi anrata fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi Mintalah penderita merileksasikan lengan bawah nya sepenuhnya Pukullah tendo otot triseps pada fosa olekrani PEMERIKSAAN REFLEKS BRAKHIORADIALIS Mintalah penderita duduk dengan santai Tempatkanlah lengan bawah penderita dalam posisi antara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi Letakkan lengan bawah penderita di atas lengan bawah pemeriksa 19

D 18 19 20

21 22

E 23 24

25 26

F 27 28 29 30 G 31 32 33

34 35

Mintalah penderita untuk mereleksasikan lengan bawahnya sepenuhnya Pukullah tendon brakhoradialis pada radius bagian distal dengan memekai reflex hammer yang datar PEMERIKSAAN REFLEKS PATELLA Mintalah penderita duduk dengan tungkai menjuntai Palpasi lah daerah kanak-kiri tendo patela untuk menetapkan daerah yang tepat Peganglah paha bagian distal dengan satu lengan dan dengan lengan yang lain pukullah tendo patella dengan cepat menggunakan hammer PEMERIKSAAN REFLEKS ACHILLES Mintalah penderita duduk menjuntai, berbaring, atau berlutut dengan sebagian tungkai bawah menjuntai Renggangkanlah tendo achiles dengan menahan ujung kaki ke arah dorsofleksi Pukullah tendo Achilles dengan ringan tapi cepat Refleks patologis

H 36 37 38

I 39 40 41

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

20

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 4. BIOMEDIK 3

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok 4 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : I. ketrampilan pemeriksaan fisik dasar extremitas dan sendi : Pemeriksaan fisik dasar extremitas dan sendi II. Ketrampilan pemeriksaan fisik dasar tulang belakang dan pelvis: Pemeriksaan fisik dasar tulang belakang dan pelvis III. Ketrampilan pemeriksaan fisik dasar genetalia externa : Pemeriksaan fisik dasar genetalia externa IV. Ketrampilan prosedural : Injeksi intramuskular Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Dr. Fahlepi Ruwaida

DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN FISIK DASAR: EXTREMITAS DAN SENDI


I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik dasar extremitas dan sendi merupakan skills yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran. Dengan mengetahui keadaan extremitas dan sendi, mahasiswa dapat menentukan apakah pasien dalam keadaan normal atau deformitas. Salah satu cara untuk pemeriksaan fisik dasar extremitas dan sendi adalah dengan : 1. Inspeksi : LOOK ( skin, shape, position ) 2. Palpasi : FEEL (skin, soft tissues, bone and joints) 3. Gerak : MOVE (aktif, pasif, abnormal) 4. Test khusus A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)
Inspeksi sendi ekstremitas Lutut: menilai ligamen krusiatus dan kolateral Kaki: inspeksi postur dan bentuk Kaki: penilaian fleksi dorsal/plantar, inversi dan eversi Palpasi tendon dan sendi Tes fungsi otot dan sendi bahu Tes fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari tangan

menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik extremitas Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sendi.

Tujuan khusus Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik extremitas secara look, feel dan ROM. Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik sendi secara look, feel dan ROM. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan fisik extremitas dan sendi.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: mahasiswa tahun berapa..., semester ...blok ..... Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai anatomi dan fisiologis sistem muskuloskeletal Skills yang terkait adalah skills pemeriksaan fisik tulang belakang dan pelvis

D. METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi oleh instruktur Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur Bekerja dan belajar mandiri

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 9 orang. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor. Digunakan mahasiswa laki-laki sebagai pasien simulasi Setiap sesi pemeriksaan fisik musculoskeletal dilaksanakan selama 120 menit, terdiri dari 2 kali pertemuan. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat daftar di bawah): Extremitas atas : Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi / look sendi bahu, meliputi: bentuk sendi bahu, simetrisitasnya, perbedaan tinggi memperhatikan penonjolan tulang (bony prominences) klavikula, scapula kontur otot deltoid, trapezius, supra spinatus. memperhatikan adanya pembengkakan, deformitas, atrofi otot, fasikulasi perubahan warna kulit, gambaran pembuluh darah. Mampu melakukan pemeriksaan palpasi/feel sendi bahu, meliputi: Meminta penderita menunjuk daerah yang sakit (pada puncak bahu, aspek lateral, dan bagian anterior) Meraba tonjolan-tonjolan tulang : adanya nyeri tekan Mampu melakukan pemeriksaan move / range of motion, 6 gerak sendi bahu: - fleksi (=forward flexion) : 0-1650 - ekstensi (=backward extension) : 0-600

abduksi : 0-1700 adduksi : 0-500 rotasi internal (ri) dalam adduksi ri dalam abduksi 90 rotasi eksternal (re) dalam adduksi re dalam abduksi 90

Mampu melakukan pemeriksaan test khusus sendi bahu (Apley Scratch Test) Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi sendi siku, meliputi: Memperhatikan bentuk siku dalam ekstensi dan fleksi Memperhatikan adanya benjolan atau bengkak. Memperhatikan adanya benjolan atau bengkak. Mampu melakukan pemeriksaan palpasi sendi siku, meliputi: - Meraba prosesus olekranon - Meraba epikondilus lateral dan medial - Meraba adanya nyeri tekan, bengkak dan penebalan - Meraba N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus medialis Mampu melakukan pemeriksaan move/ROM sendi siku, meliputi:- Meraba prosesus olekranon - Meraba epikondilus lateral dan medial - Meraba adanya nyeri tekan, bengkak dan penebalan - Meraba N Ulnaris antara prosesus olekranon dan epikondilus medialis Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi pergelangan tangan, dan tangan Mampu melakukan pemeriksaan palpasi pergelangan tangan dan tangan Mampu melakukan pemeriksaan move/ROM pergelangan tangan dan tangan Mampu melakukan pemeriksaan tes sensori jari

Extremitas bawah : Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi sendi lutut Mampu melakukan pemeriksaan palpasi sendi lutut Mampu melakukan pemeriksaan move/ROM sendi lutut Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi ankle dan kaki Mampu melakukan pemeriksaan palpasi ankle dan kaki Mampu melakukan pemeriksaan move/ROM ankle dan kanan

IV.

EVALUASI

Skor NO A. 1. Materi yang dinilai 0 Membina hubungan baik Menyambut dan menyapa pasien dengan santun - Berdiri - Menjawab salam - Mempersilahkan duduk Memberikan penjelasan dengan jelas mengenai tujuan pemeriksaan Membina situasi yang nyaman bagi pasien Minta pasien untuk berbaring Extremitas atas: Melakukan inspeksi/look sendi bahu, siku, pergelangan tangan, tangan : bentuk, kesemetrisan 1 2 3

2. 3. 4. 5.

6. 7. 8.

Nilai adaanya pembengkakan,deformitas,atrofi otot, fasikulasi Melakukan pemeriksaan palpasi/feel Melakukan pemeriksaan ROM ( fleksi, extensi,abduksi, adduksi, rotasi internal/external ) Extremitas bawah : 9. Melakukan inspeksi/look sendi lutut, ankle, kaki ( Congenital Talipes Equino-varus, Talipes Valgus, Talipes Kavus, Flat feet) 10. Melakukan pemeriksaan palpasi/feel 11. Melakukan pemeriksaan ROM ( fleksi, extensi, abduksi, adduksi, rotasi internal/external ) 12. Minta pasien untuk bangun dari posisi berbaring 13. Lapor hasil pemeriksaan dan folow up lebih lanjut Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur SUMBER RUJUKAN 1. Syaifudin, H. Drs. B.AC. Anatomi Fisiologi, EGC, 1997 2. http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-rangka/

PEMERIKSAAN FISIK DASAR: TULANG BELAKANG DAN PELVIS


I. PENDAHULUAN

Pemeriksaan fisik dasar extremitas dan sendi merupakan skills yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran. Dengan mengetahui keadaan tulang belakang dan pelvis, mahasiswa dapat menentukan apakah pasien dalam keadaan normal atau kelainan. Salah satu cara untuk pemeriksaan fisik dasar tulang belakang dan pelvis adalah dengan : 1. Inspeksi : LOOK ( skin, shape, position ) 2. Palpasi : FEEL (skin, soft tissues, bone and joints) 3. Gerak : MOVE/ROM (aktif, pasif, abnormal) A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)
Inspeksi tulang belakang saat istirahat Inspeksi tulang belakang saat bergerak Perkusi tulang belakang Penilaian fleksi lumbal Inspeksi postur tulang belakang/ pelvis Inspeksi posisi skapula Inspeksi fleksi dan ekstensi punggung Palpasi tulang belakang, sendi sakro-iliaka dan otot-otot punggung

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Dengan skills ini mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik tulang belakang dan pelvis.

Tujuan khusus Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan fisik tulang belakang dan pelvis sesuai prosedur dengan benar dan teliti. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan fisik tulang belakang dan pelvis.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa semester..... tahun .....blok............ Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:yaitu teori mengenai fisiologis sistem muskuloskeletal. Skills yang terkait adalah skills pemeriksaan fisik extremitas dan sendi D. METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi oleh instruktur Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur Bekerja dan belajar mandiri

II. DASAR TEORI

III. PROSEDUR KERJA Mahasiswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 8 9 orang. Diskusi dipimpin oleh seorang tutor. Digunakan mahasiswa laki-laki sebagai pasien simulasi Setiap sesi pemeriksaan fisik musculoskeletal dilaksanakan selama 120 menit, terdiri dari 2 kali pertemuan. Ketrampilan yang harus dikuasai pada latihan ini ( lihat daftar di bawah): Mampu melakukan pemeriksaan inspeksi / look tulang belakang dan pelvis Mampu melakukan pemeriksaan palpasi /feel tulang belakang dan pelvis Mampu melakukan pemeriksaan MOVE/ROM pelvis

V.

EVALUASI Skor

NO A. 1.

Materi yang dinilai Membina hubungan baik Menyambut dan menyapa pasien dengan santun - Berdiri - Menjawab salam - Mempersilahkan duduk Memberikan penjelasan dengan jelas mengenai tujuan pemeriksaan Membina situasi yang nyaman bagi pasien

2. 3.

4. 5.

Minta pasien untuk berdiri tegak tanpa baju Melakukan inspeksi tulang belakang ( kifosis, lordosis, skoliosis ) 6.. Melakukan pemeriksaan palpasi tulang belakang ( nyeri tekan, spina bifida) 7. Minta pasien untuk berbaring 8. Melakukan pemeriksaan inspeksi pada pelvis: nilai adaanya deformitas atau normal 9. Melakukan pemeriksaan palpasi/feel 10. Melakukan pemeriksaan ROM 11. Minta pasien bangun dari posisi berbaring 12. Lapor hasil pemeriksaan dan folow up lebih lanjut Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN :
1. 2. Syaifudin, H. Drs. B.AC. Anatomi Fisiologi, EGC, 1997 http://sectiocadaveris.wordpress.com/artikel-kedokteran/anatomi-sistem-rangka/

PEMERIKSAAN GENITALIA EXTERNA


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)
Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna wanita Inspeksi penis Inspeksi skrotum Palpasi penis, testis, duktus spermatik epididimis

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum Mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan genetalia externa pada pria dan wanita

Tujuan khusus Mahasiswa mampu menjelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada genetalia pria melalui inspeksi dan palpasi Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada genetalia wanita inspeksi dan palpasi Mahasiswa dapat mengaitkan dengan kemungkinan diagnosis pasien. melalui

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasis semester.... blok ..... Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih Pengetahuan mengenai komukasi efektif Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai fisiologis sistem urogenitalia

D. METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi oleh instruktur Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur Bekerja dan belajar mandiri

II. DASAR TEORI

III. PROSEDUR KERJA Alat dan bahan latihan Karena pemeriksaan genitalia....siapa atau apa yang digunakan untuk latihan? Manekin? Urutan latihan: 1. Cuci tangan 2. Inform consent (bagaimana inform consent utk pemeriksaan bagian tubuh yang sensitif 3. Gambaran dalam pelaksanaan di lapangan, harus digambarkan kepada mahasiswa resiko melaksanakan pemeriksaan fisik ini. seperti harus ada orang ketiga (perawat) untuk mencegah hal2 yang tidak diinginkan 4. Langkah-Langkah Pemeriksaan 5. dst

IV. EVALUASI No Aspek penilaian Nilai 0 1 Melakukan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan dan efek yang ditimbulkan Pemeriksa mencuci tangan dan memakai sarung tangan Mempersilahkan pasien untuk berbaring dan pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien Genetalia pria Melakukan inspeksi 1 2 3

2 3

Kulit dan rambut : tanda peradangan, eskoriasi Penis dan skrotum : di sunat/tidak, ukuran, lesi (peradangan, ulserasi, kutil, abses) 5 Melakukan palpasi : ada/tidaknya massa atau tonjolan, nyeri tekan Meatus uretra eksternus : letak (normal/epipadia, hipopaspadia), sekret, kutil, stenosis Uretra : sekret, isi testis, bandingkan kiri dan kanan Epididimis dan vas deferens : ada/tidaknya pembesaran (varikokel), nyeri tekan Genetalia wanita Melakukan inspeksi Kulit dan rambut : tanda peradangan, exkoriasi Labia mayor, labia minor, clitoris,vagina Melakukan palpasi : ada/tidaknya massa atau tonjolan, nyeri tekan Perineum Perhatikan keadaan perineum Ada tidaknya anus Memberikan hasil informasi pemeriksaan dan folow up lebih lanjut

7 8

10

11 12 13

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN 1. Drife.J , Magowan B (ed) : Clinical pelvic anatomy in Clinical Obstetric Gynaecology. Saunders 2004 2. Krantz KE : Anatomy of The Female Reproductive System in Current Obstetric & Gynecologic Diagnosis & Treatment 9th ed McGraw-Hill Co, 2003

INJEKSI INTRAMUSKULAR

I.

PENDAHULUAN Menyuntik merupakan prosedur dasar yang wajib diketahui oleh setiap dokter dan

paramedis, menyuntik dapat dilakukan dengan cara: intramuskuler, subkutan, intracutan, intravena. Pada pembahasan berikut akan dibahas prosedur menyuntik Intramuskuler dan Subkutan seluruh persiapan peralatan yang diperlukan serta informed consent kepada pasien. Ketrampilan ini diberikan kepada mahasiswa pada tingkat 1 dengan harapan mereka telah mengenal lebih awal cara injeksi secara im. Pertemuan untuk melakukan ketrampilan ini dilakukan di ruang skills lab FK-UNAYA, selama 2 x 50 menit ( 1 x pertemuan) pada minggu ke-5 dan ujian pada minggu ke-6.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Injeksi (intrakutan, IV, subkutan, IM)


Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN UMUM: Setelah mengikuti skills ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan prosedur penyuntikan secara baik. TUJUAN KHUSUS Mahasiswa mengetahui prosedur penyuntikan intramuskular yang benar Mahasiswa mengetahui persiapan penyuntikan intramuskular

Mahasiswa mampu menjelaskan kepada pasien tentang tindakan injeksi intramuskular Mahasiswa mampu melakukan penyuntikan intramuskular yang benar sesuai urutan prosedur

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: mahasiswa tahun berapa..., pengetahuan yang diperlukan apa saja... 1. Memiliki peengetahuan mengenai komunikasi efektif 2. Memiliki pengetahuan anatomi dan fisiologi. 3. KETERAMPILAN TERKAIT yang harus diikuti sebelum : prosedur asepsis dan antisepsis

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Diadakan pre-test dan post-test Bekerja kelompok Mahasiswa bekerja dalam kelompok dengan bimbingan seorang instruktur. Bekerja dan belajar mandiri

II. DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

A. Tahap Persiapan - Persiapan Alat dan Bahan Kran air Sabun (jika mungkin sabun cair/sabun antiseptik) Handuk bersih dan kering Sepasang sarung tangan Baki instrument Instrument basin dengan tutup

Jarum suntik steril Kapas kering Kassa steril (ukuran 22 cm) Alkohol (70-90%) Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampule, bubuk kering+pelarutnya) Pinset sirurgis Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5% Basin kidney/nierbecken Tempat jarum bekas Tempat pembuangan sampah Siapkan antidotum : adrenalin (ingat komplikasi segera dan fatal proses penyuntikan reaksi anafilaktik, komplikasi lain a.1 : luka, kolaps vena, infeksi : abses, emboli)

Persiapan pasien Sebelum melakukan tindakan: Perkenalkan diri anda: Misal: Selamat siang Pak, saya dr. Shinta, yang akan memeriksa Bapak. Tanyakan identitas pasien dan lakukan cross cek dengan catatan medik pasien. Cek data pada catatan medik pasien untuk mengidentifikasi pengobatan yang akan diberikan pada pasien ini, nama, obat, dan cara pemberian.

Lakukan Informed Consent Katakan pada pasien bahwa kita akan melakukan proses penyuntikan : Pak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, Bapak memerlukan pengobatan dengan cara melakukan penyuntikan di bagian bokong Bapak. Katakan pada pasien : nama obat, cara pemberian, dosis, dan efek akibat pemberian obat : Misal: Pak, saya akan memberi obat Delladryl, dengan cara melakukan penyuntikan di bagian bokong, sebanyak 1cc dan akan terasa sakit sedikit. Berikan kesempatan diskusi/kesempatan bertanya pada pasien : Apakah ada yang ingin Bapak tanyakan lagi ? Jika tidak, saya akan melakukan penyuntikan Silahkan Bapak berbaring di tempat periksa.

Persiapan lainnya: Nilai apakah pada proses penyuntikan ini perlu asisten/tidak (terutama pada pasien yang tidak kooperatif). Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan) Lakukan pengecekan apakah seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah tersedia Lakukan pengecekan dan konfirmasi ulang pada pasien seluruh informasi yang berkaitan dengan proses penyuntikan yang akan dilakukan, termasuk nama obat,

larutan dan pelarutnya, dosis, cara pemberian, jenis, dan ukuran jarum suntik yang akan digunakan untuk menyuntik. Buka jarum suntik dan jarumnya, letakkan kedalam instrumen basin steril. Cuci tangan (secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : telapak tangan, tangan bagian atas, sela jari, sela jempol, buku-buku) kemudian keringkan dengan handuk bersih kering atau handdrier.

B. Tahap Pelaksanaan: Dari Vial Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan pinset) dan letakkan pada kidney basin. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan mengering. Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin. Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial. Tusuk jarum pada vial. Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil volume yang sesuai untuk pengobatan. Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan dikeluarkan gelembung udara tersebut. Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan Lepaskan jarum dari vial. Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan. Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah dipergunakan Sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada instrumen basin.

Dari Ampul Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah dari leher ampul. Patahkan leher ampul dengan cara sbb : Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan menekan jari jempol. Menggunakan pisau pemotong botol yang biasa dipergunakan oleh bagian farmasi. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin.

Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika memungkinkan. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai. Tarik kembali jarum dari dalam ampul. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya. Keluarkan gelembung udara dalam syringe. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.

Prosedur Menyuntik Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali dosis yang diperlukan. Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien menyingkirkan tempat yang akan dilakukan penyuntikan. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat di bagian gluteus 1/3 lateral dari SIAS Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan). Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol. Biarkan mengering. Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin. Suntikkan jarum membentuk +/- sudut 90 derajat dengan baevel mengarah kebawah pada daerah yang telah diidentifikasi untuk dilakukan penyuntikan. Tekan plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat dalam syringe. Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat. Observasi Jika darah keluar dari tempat penyuntikan, bersihkan dan lakukan penekanan dengan gentle daerah penyuntikan dengan kapas dan alkohol. Jika tidak, lakukan langkah berikutnya. Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai. Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya. Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan. Biarkan pasien kembali kebangku periksa.

IV. No 1 2 3 4 5 6

EVALUASI Aspek penilaian 0 1 Nilai 2 3

Persiapan alat dan bahan Persiapan pasien ( informed consent dan persiapan lainnya) Prosedur a/antiseptik (cuci tangan dan lainnya) Pengambilan obat dari ampul Proses penyuntikan Prosedur setelah penyuntikan

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN 1. Padilla RS. Dermabrasi. Dalam : wheeland RG. Cutaneous Surgery. WB Saunders. Philadelphia. 1994 : p. 479-90 Alt Th, Coleman WP, Hanke CW, Yarborough JM. Dermabration. Dalam : Coleman WP, Hanke CW, Alt TH, Asken S. Cosmetic Surgery of the skin principles And Techniques. 1991 : p.147-95 Thompson, J. A Practical Guide to Wound Care.REgitered Nursing. 2000 : p. 48-50

2.

3.

BUKU PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 5. KESEHATAN MASYARAKAT

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA T.A 2013

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok 5 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada kemampuan promosi yang berkaitan dengan kesehatan: ketrampilan komunikasi (menasehat psasien tentang gaya hidup, mengenali perilaku dan gaya hidup yang membahayakan, edukasi berhenti merokok), ketrampilan promosi kesehatan sesuai dengan program puskesmas dan antropologi masyarakat (melaksanakan program dasar puskesmas, penilaian antropologi), ketrampilan promiosi managemen kesehatan di berbagai tingkat (perencanaan dan pelaksanaan pencegahan di berbagai tingkat, menyusun rencana manajemen kesehatan). Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI....

PROMOSI KESEHATAN ANTI ROKOK


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : a. definisi dari topik skills lab b. dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, c. kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Edukasi berhenti merokok Menasehati pasien tentang gaya hidup Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan

Mengenali perilaku dan gayahidup yang membahayakan

Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2)


Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum: mahasisawa mampu melakukan promosi kesehatan bahaya merokok

Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu melakukan ketrampilan promosi kesehatan life style dalam hal ini bahaya rokok 2. Mahasiswa mampu memberikan nasehat bahaya rokok kepada individu 3. Mahasiswa mampu memberikan nasehat bahaya rokok kepada masyarakat 4. Mahasiswa mampu membuat alat bantu untuk melakukan promosi anti rokok seperti poster atau leaflet 3

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 5 (kesehatan masyarakat) ini adalah mahasiswa tahun pertama (I) semester kedua (II) Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih Pengetahuan komunikasi Pengetahuan tentang penyakit yang diakibatkan perilaku di masyarakat D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Pembuatan media promosi Latihan mempromosikan topik

II. III.

DASAR TEORI PROSEDUR KERJA Waktu dan Lokasi Waktu : 2 x 50 menit dalam 2 pertemuan Lokasi : ruang skills-lab

Bentuk Kegiatan Kegiatan ini dilakukan dengan membuat salah satu media sesuai dengan kearifan local, metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran. Penilaian Penilaian berdasarkan proses dan hasil penugasan. Proses meliputi intensitas dan kreativitas mahasiswa selama diskusi dan penyajian. Penugasan berupa leaflet atau poster IV. EVALUASI PROMOSI KESEHATAN TENTANG BAHAYA ROKOK NO A 1 2 B 3 4 5 ASPEK YANG DINILAI PERFORMA PRESENTASI Cara berpakaian rapi dan sopan Menghadap ke arah pendengar selama presentasi berlangsung PERSIAPAN PRESENTASI Reduksi text dan visualisasi (buat kalimat aktif dan perjelas dengan ilustrasi Layout dan desain Berbicara di depan umum mengguanakan bahasa yang 4 0 NILAI 1 2 3

6 C 7 D 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 E 19 20 21

mudah dimengerti pendengar (gaya bahasa, bahasa tubuh, atau mimik) Evaluasi PENGGUNAAN WAKTU Waktu memperkenalkan diri sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan dan tidak terlalu lama dalam pengantar percakapan PROSES PERSIAPAN PRESENTASI Cara berbicara dan menceritakan dengan nada yang teratur,semua yang dia ketahui,sesuai dengan dengan tujuannya membuat alur presentasi pembukaan menyapa perkenalan topik, interview gaet perhatian topik utama isi penutup (dengan sopan) kesimpulan ucapan terima kasih TUJUAN PRESENTASI Informasi Argumentasi Kenali audiens

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK: ANTROPOMETRI DEWASA


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Penilaian keadaan umum Penilaian antropologi (habitus dan postur) Penilaian status gizi (termasuk pemeriksaan antropometri) Autoanamnesis dengan pasien Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kehidupan keluarga

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Dengan mempelajari skill ini mahasiswa memahami bagaimana cara melakukan pemeriksaan antropometri dewasa Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan antropimetri 2. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik dengan pasien 3. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis terkait dengan identitas, riwayat kelainan 6

4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar dada dan lingkar perut 5. Mahasiswa dapatmelakukan penialain LILA (lengan atas terhadap umur) 6. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tinggi lutut 7. Mahasiswa dapat menghitung nilai IMT (indeks massa tubuh) dan menginterpretasikan hasilnya 8. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran tebal lemak bawah kulit terhadap umur 9. Mahasiswa dapat menghitung rasio lingkar pinggang dan pinggul dan melaporkan hasilnya

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Karakteristik mahasiswa o Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 5 (kesehatan masyarakat) ini adalah mahasiswa tahun pertama (I) semester kedua (II) Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih Pengetahuan komunikasi Pengetahuan tentang penyakit yang diakibatkan perilaku di masyarakat D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN LANGKAH PEMERIKSAAN

IV. N O A 1 B 2 3 4 5 6 7 B 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17

EVALUASI ANTROPOMETRI ASPEK YANG DINILAI 0 NILAI 1 2 3

MENANYAKAN IDENTITAS PASIEN Identitas (Nama, Umur, Jenis Kelamin, Alamat) RIWAYAT KEHIDUPAN YANG BERKAITAN DENGAN KELUHAN pola makanan pendidikan status sosial pekerjaan riwayat penyakit yang lama menanyakan riwayat keluarga yang memiliki keluahan yang sama PEMERIKSAAN ANTROPOMETRI berat badan (berat badan terdapap umur) tinggi badan (tinggi badan terhadap umur) lingkar kepala lingkar dada lingkar perut lila (lengan atas terhadap umur) tinggi lutut imt (indeks massa tubuh) tebal lemak bawah kulit terhadap umur rasio lingkar pinggang dan pinggul

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

KETERAMPILAN KOMUNIKASI: MEMBUAT KUESIONER

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Memperlihatkan
lingkungan

kemampuan

penelitian

yang

berkaitan

dengan

Memperlihatkan kemampuan pemeriksaan medis di komunitas Penilaian terhadap risiko masalah kesehatan

Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2)


Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Mahasiswa mampu merancang kuesioner sederhana terkait dengan bidang kesehatan masyarakat

Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu menentukan topik kuesioner yang akan dibuat dan sasaran responden 2. Mahasiswa mampu menjelaskan latar belakang pemilihan topik kuesioner 3. Mahasiswa mampu merancang pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan topik kesehatan masyarakat yang akan di survey 4. Mahasiswa mampu menyusun kalimat pertanyaan dengan bahasa yang sederhana dan dapat dimengerti responden

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 5 (kesehatan masyarakat) ini adalah mahasiswa tahun pertama (I) semester kedua (II) Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih Pengetahuan komunikasi Pengetahuan tentang penyakit yang diakibatkan perilaku di masyarakat

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN:

10

IV.

EVALUASI MEMBUAT KUESIONER

NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

ASPEK YANG DINILAI pemilihan judul penentuan variable (responden dan jumlah responden) penampilan kuesioner pengantar yang berisi tujuan, dan cara pangeisian kuesioner item-item pertanyaan bahasa yang digunakan mudah di mengerti hindari pengguanaan bahasa sehari-hari bisa di jawab oleh masyarakat jawaban kuesioner hanya satu (tidak boleh dua jawaban) item jawaban harus sesuai dengan ukuran variable yang sedang dicari mengumpulkan jawaban kuesioner

NILAI 0

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

11

KETERAMPILAN KOMUNIKASI: SURVEY SEDERHANA


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan kemampuan penelitian yang berkaitan dengan

Memperlihatkan
lingkungan

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Mahasiswa mampu melakukan manajemen survey lapangan terkait survei sederhana yang akan dilakukan Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan bahan-bahan seperti kuesioner, sasaran responden, dan jumlah responden 2. Mahasiswa mampu melakukan survei ke masyarakat (komunikasi) 3. Mahasiswa mampu mengolah data dalam bentuk distribusi frekuensi hasil survei 4. Mahasiswa mampu menyusun laporan dan mempresentasikan hasil survei sederhana C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 5 (kesehatan masyarakat) ini adalah mahasiswa tahun pertama (I) semester kedua (II) Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih 12

Pengetahuan komunikasi Pengetahuan tentang penyakit yang diakibatkan perilaku di masyarakat

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur. II. DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN: MENCARI TOPIK PRESENTASI: DST

IV. NO

EVALUASI ASPEK YANG DI NILAI penuntuan judul permasalahan penelitian ( kuesioner yang digunakan adalah dari kegiatan skills lab topik 3) penentuan maksud dan tujuan dilakukan penelitian penentuan variable (responden dan jumlah responden) membagikan kuesioner mengumpulkan hasil data dari kuesioner mengolah data dan mengklasifikasi data dari kuesioner melaporkan hasil penelitian 0 NILAI 1 2

1 4 5 6 7

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

13

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 6. MEKANISME DASAR PENYAKIT

TIM PELAKSANAAN SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok VI berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : I. Ketrampilan prosedural : Injeksi intradermal Perawatan dan jahit luka II. Ketrampilan anamnesis dan pemeriksaan fisik : Pemeriksaan payudara & kelenjar limfe III. Ketrampilan laboratorium : Pemeriksaan laboratorium duh genital Pewarnaan gram Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

INJEKSI INTRADERMAL
I. PENDAHULUAN Obat intradermal merupakan obat yang diabsorbsi paling lambatkarena obat harus melalui beberapa jaringan epitel sebelum akhirnya masuk kedalam pembuluhdarah. Karena itu cara intradermal digunakan untuk menyuntikkan zat asing untuk mengetahuireaksi organ dan jaringan terhadap adanya alergi, yang biasa disebut skin test A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Permintaan pemeriksaan imunologi berdasarkan indikasi Skin test sebelum pemberiaan obat injeksi
Desinfeksi

Injeksi (intrakutan, IV, subkutan, IM)


Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum : Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu menyiapkan dan melaksanakan injeksi intradermal secara baik dan benar Tujuan khusus : Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa: 1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan untuk injeksi intradermal. 2. Mampu melakukan inform consent kedapa pasien 3. Mampu melakukan injeksi intradermal sesuai tahapan 4. Mampu melakukan observasi setelah injeksi intradermal dilakukan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: 1. Mengetahui tindakan aseptik 2. Memiliki ketrampilan tata cara perlindungan pribadi (universal precaution)

II.

DASAR TEORI

III. Prosedur kerja Alat dan bahan Langkah kerja IV. EVALUASI

No Injeksi Intradermal 1.

Aspek yang dinilai

NILAI 0 1 2 3

Dengan ujung jarum menghadap ke atas dan menggunakan tangan dominan, masukkan jarum tepat di bawah kulit dengan sudut 10-15o 2. Jika jarum telah masuk ke bawah kulit dan terlihat, masukkan lagi sekitar 1/8 inchi 3. Cabut jarum dengan sudut yang sama saat disuntikkan. Jika terdapat darah, usap dengan lembut menggunakan kapas alkohol lain 4. Observasi kulit adanya kemerahan atau bengkak jika test alergi, observasi adanya reaksi sistemik (misalnya sulit bernafas, berkeringat, pingsan, berkurangnta tekana darah, mual, muntah, sianosis) 5. Kaji kembali klien dan tempat injeksi setelah 5 menit, 15 menit, dan selanjutnya secara periodik Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEWARNAAN GRAM (SPESIMEN SPUTUM, SWAB TENGGOROK DAN DUH GENITAL)


I. PENDAHULUAN Pemeriksaan laboratorium duh genital dilakukan agar mahasiswa mengetahui cara mengambil sputum, swab tenggorok dan duh vagina dapat menyiapkan sampel dengan baik dan benar. Pewarnaan Gram adalah salah satu jenis teknik Pewarnaan Differensial, karena dengan memakai teknik pewarnaan ini terhadap berbagai bakteri maka bakteri tersebut dapat digolongkan kepada kelompok bakteri Gram positif dan kelompok bakteri Gram negatif. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi dan palpasi genitalia eksterna Pemeriksaan spekulum: inspeksi vagina dan serviks Melakukan swab vagina Duh (discharge) genital: bau, Ph, pemeriksaan dengan pewarnaan Gram, salin dan KOH

Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi)

Pemeriksaan laboratorium: ZN, KOH, Giemsa, Gram Persiapan,pemeriksaan sputum dan interpretasinya (Gram dan Ziehl
Nielssen)

Usap tenggorokan (throat swab)


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased

Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum : Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu menyiapkan dan melaksanakan pengambilan spesimen dan melakukan pewarnaan Gram Tujuan khusus :

1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan untuk pengambilan spesimen 2. Mampu melakukan sendiri pengambilan duh genital, sputum dan swab tenggorok sesuai dengan masing-masing urutan tahap-tahapnya. 3. Mampu menyiapkan sampel untuk pengiriman dengan baik dan benar. 4. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan untuk Pewarnaan Gram. 5. Mampu membuat sediaan untuk pewarnaan Gram dengan benar. 6. Mampu melakukan sendiri pewarnaan Gram sesuai dengan masing-masing urutan tahap-tahapnya sehingga didapatkan hasil pewarnaan sediaan yang baik. 7. Mampu menunjukkan dan menjelaskan mana bakteri yang Gram positif dan mana yang Gram negatif. 8. Mampu menginterpretasikan hasil teknik pewarnaan bakteri ini dan melaporkan secara tertulis

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: 1. Memiliki ketrampilan penggunaan mikroskop dengan benar 2. Memiliki ketrampilan tata cara perlindungan pribadi (universal precaution), terutama menangani mikroba patogen. D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III. PROSEDUR KERJA - Indikasi Pemeriksaan:

1. Presumptive test pada kasus-kasus dugaan Infeksi Gonorrhoe,Candidiasis, infeksi Pneumococcus. 2. Pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti kultur (biakan) di laboratorium mikrobiologi. 3. Pemeriksaan sederhana terhadap bahan pemeriksaan sebelum pemberian terapi antimikroba untuk memberikan arahan pilihan obat-obat antimikroba Gram positif atau Gram negatif. Bahan dan Alat: I. Alat dan bahan: - Spekulum - Kapas lidi steril - Garam fisiologis - Bak pewarnaan dan Standar untuk meletakkan kaca object. - Bahan pemeriksaan ( Suspensi kuman atau sputum ). - Kaca Objek - Zat warna utama ( primary stain ) yaitu Gentian Violet. - Larutan Lugol. - Larutan Alkohol. - Zat warna Latar Belakang ( counter stain ) yaitu Larutan Safranin. - Air mengalir ( tap-water ) - Lampu spiritus. - Hand schoen 1 pasang/mahasiswa - Masker 1/mahasiswa Cara Kerja : Pengambilan lendir vagina dengan cara mengusap forniks posterior dengan kapas lidi steril yang telah dibatasi dengan larutan garam fisiologis Pada subjek yang belum pernah melakukan hubungan seksual, pengambilan spesimen hanya dilakukan pada introitus vagina Dengan memakai tissu atau kapas alkohol dibersihkan kaca objek secukupnya. Ambil ose yang ujungnya berbentuk lingkaran, kemudian pijarkan dengan lampu spiritus. Kemudian dinginkan sebentar pada suhu kamar. Celupkan ujung ose tersebut ke dalam cairan bahan pemeriksaan dan oleskan secara merata di atas kaca objek. Fiksasi olesan bahan pemeriksaan tersebut dengan memanaskan di atas lampu spiritus sampai kering.

Letakkan kaca objek yang telah mengandung bahan pemeriksaan itu di atas standarnya, kemudian genangi dengan Gentian violet secara merata, biarkan selama 5 menit.

Buang genangan zat warna Gentian Violet pada kaca objek tersebut lalu cuci dengan air keran aliran kecil. Genangi dengan Larutan Lugol selama 1 menit.

Buang genangan larutan Lugol pada kaca objek tersebut, celupkan kedalam larutan alkohol sampai tidak ada lagi zat warna mengalir dari kaca objek tersebut.

Cuci sisa alkohol pada kaca objek dengan air keran aliran kecil, kemudian genangi bahan pada kaca objek itu dengan larutan Safranin selama 1 menit.

Buang zat warna Safranin pada pada kaca objek tersebut, kemudian cuci kaca objek dengan aliran kecil air keran.

Keringkan kaca objek yang telah diwarnai itu dengan kertas saring. Lihat dengan mikroskop,mula-mula dengan lensa objektif pembesaran 10 X, setelah objeknya kelihatan, maka ganti dengan lensa objektif 100 X setelah diteteskan immersion oil.

Tunjukkan mana Bakteri yang Gram Positif dan mana yang Gram negatif.

- Interpretasi hasil : Gram (+): ditemukan kuman berwarna ungu (violet), biasanya kuman coccus, kecuali Neisseria Gram (-) : ditemukan kuman berwarna merah, biasanya kuman batang, kecuali Clostridium, Corynebacterium dan Bacillus IV. EVALUASI

No

Aspek yang dinilai PENGAMBILAN SAMPEL DUH GENITAL

NILAI 0 1 2 3

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Memperkenalkan diri pada pasien dan menyampaikan cara dan tujuan pemeriksaan kepada pasien Mengarahkan pasien berbaring dalam posisi litotomi Memasukkan spekulum pada vagina pasien Mengambil spesimen dengan cara mengusap forniks posterior dengan kapas lidi steril Lendir vagina diusapkan pada kaca objek Sediaan dikeringkan dan diberi identitas PEWARNAAN GRAM

7.

Kemampuan membuat sediaan (preparat) untuk

8. 9. 10.

pewarnaan Gram Kemampuan untuk melakukan proses pewarnaan Gram sesuai dengan tahap demi tahap yang benar Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan peparat dengan mikroskop dengan benar.

Kemampuan menunjukkan mana bakteri yang Gram positif dan mana yang Gram negatif. 11. Kemampuan menginterpretasikan hasil pemeriksaan Gram dan melaporkan secara tertulis Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMERIKSAAN FISIK PAYUDARA DAN KELENJAR LIMFE

I.

PENDAHULUAN Modul ini dibuat untuk mahasiswa dengan tujuan mencapai kemampuan tertentu

dalam pemeriksaan fisis payudara. Pemeriksaan terdiri dari kegiatan inspeksi dan palpasi. Seorang dokter harus mampu melakukan pemeriksaan payudara secara baik dan benar dan mampu mengajarkan kepada masyarakat cara melakukan permeriksaan payudara sendiri (SADARI) serta mampu melaksanakan permeriksaan kelenjar limfe. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Palpasi nodus limfatikus brachialis Pemeriksaan fisik umum termasuk pemeriksaan payudara (inspeksi
dan palpasi)

Melatih pemeriksaan payudara sendiri Palpasi kelenjar limfe


Melaksanakan kegiatan pencegahan spesifik seperti vaksinasi, pemeriksaan medis berkala dan dukungan sosial

Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2)


Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran umum 1. Mampu mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan payudara dan kelenjar limfe 2. Mampu melakukan pemeriksaan payudara dan kelenjar limfe secara baik dan benar

3. Mampu melakukan deteksi dini pada kanker payudara 4. Mampu melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dan

mengajarkan kepada masyarakat Tujuan pembelajaran khusus 1. Mampu mempersiapkan pasien untuk melakukan pemeriksaan 2. Mampu menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari

pemeriksaan/tes 3. Mampu memberikan instruksi pada pasien untuk membuka 4. bajunya dengan cara baik 5. Mampu memotivasi pasien agar melakukan yang disuruh oleh 6. pemeriksa 7. Mampu melakukan inspeksi dan palpasi payudara dan kelenjar limfe untuk menilai kelainan yang ditemukan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.TEORI DASAR

III. PROSEDUR KERJA TAHAP PERSIAPAN: Alat dan sarana: Manekin pemeriksaan fisik payudara

TAHAP PELAKSANAAN A. Pembuka dan Mempersiapkan Pemeriksaan pasien 1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri 2. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan, serta meminta untuk melakukan apa yang diinstruksikan oleh pemeriksa. 3. Mempersiapkan ruangan nyaman dan cukup cahaya.. B. Melakukan Pemeriksaan Fisik sehubungan penyakit kelainan pada payudara 1. Menemukan kelainan melalui inspeksi payudara 2. Meminta posisi pasien 3. Melakukan palpasi payudara dengan gerakan memutar 4. Melakukan palpasi kelenjar limfa IV.EVALUASI Skor NO A. 1. Materi yang dinilai 0 MELAKUKAN PEMERIKSAAN SADARI Berdiri di depan cermin dengan posisi 2. Kedua tangan menekan punggung Kedua tangan diangkat lurus ke depan 1 2

Inspeksi yang harus diperhatikan adalah: a. apakah payudara simetris? (jarak kedua puting susu ke garis tengah tubuh sama kiri dan kanan) b. apakah ada retraksi papila c. apakah ada perubahan warna d. apakah ada benjolan, cekukan, atau kulit seperti kulit jeruk di payudara

3.

Palpasi: Memencet papila dengan ibu jari dan telunjuk untuk melihat apakah ada keluar cairan

B. 1. 2. 3. 4. 5.

PERSIAPAN PEMERIKSAAN payudara Ucapkan salam dan memperkenalkan diri Mintalah penderita untuk duduk Tanyakan identitas lengkap penderita dan keluhan utamanya Jelaskan prosedur pemeriksaan yang akan dilakukan pada penderita Pemeriksa mencuci tangan dengan air yang mengalir

C. 1.

MELAKUKAN PEMERIKSAAN Inspeksi: Perhatikan a. simetris b. retraksi papila c. peau dorange d. warna kulit/ pelebaran vena e. ulkus f. benjolan 2. Palpasi Mammae a. Lokasi b. Ukuran/ jumlah tumor c. Konsistensi d. Perlengketan ke jaringan sekitar e. Permukaan tumor f. Nyeri 3. Palpasi Kelenjar Limfe a. Supra dan infraklavikular b. Axilla Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PERAWATAN LUKA DAN JAHIT LUKA

I.

PENDAHULUAN Tidak sedikit penderita yang menderita luka-luka karena berbagai sebab: trauma,

bekas operasi, efek radiasi , terlalu lama berbaring, atau pertumbuhan sel-sel kanker sampai ke luar kulit. Sebagian di antaranya merupakan luka kronis yang tidak sembuh dalam waktu 14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan khusus. Ketrampilan ini terkait dengan semua ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter. Pada ketrampilan komunikasi, mahasiswa di harapkan dapat menyampaikan kepada masyarakat bagaimana perawatan luka yang benar. Pada ketrampilan pemeriksaan fisik, perawatan luka ditekankan pada pengenalan jenis luka dan bentuk luka serta proses penyembuhannya. Sama halnya dengan ketrampilan di atas, pada ketrampilan prosedural, perawatan luka, jahit luka dan balutan sederhana perlu dikuasai kepada pasien. . A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Deskripsi luka Pemeriksaan derajat luka

Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci


tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll) Desinfeksi Injeksi (intrakutan, IV, subkutan, IM) Anestesi infiltrasi Blok saraf lokal Jahit luka Pengambilan benang jahitan

Melakukan dressing (sling, bandage) Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien dan keluarga Melakukan pencegahan dan penatalaksanaan kecelakaan kerja serta
merancang program untuk individu, lingkungan dan institusi kerja

dengan menguasai seluruh teori,

prinsip, indikasi,

langkah-langkah cara

melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum Setelah mengikuti blok ini diharapkan mahasiswa mengetahui dan mampu melakukan perawatan luka yang benar. Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa mengetahui definisi luka 2. Mahasiswa mengetahui jenis-jenis luka dan proses penyembuhan luka 3. Mahasiswa mampu melakukan perawatan luka yang benar 4. mahasiswa mampu menjahit luka sesuai dengan urutan yang benar 5. mahasiswa mampu membalut luka secara sedehana dengan benar C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan

instrukturPengetahuan II. TEORI DASAR

III. PROSEDUR KERJA

KEGIATAN PEMBELAJARAN:

Minggu I : - Latihan perawatan luka - Latihan jahit luka - Latihan pemasangan perban pada luka yang telah dijahit A. PERAWATAN LUKA 7.1. Persiapan: Alat dan Bahan : 1. air steril atau NaCl 0,9% 2. Cairan antiseptik: Kalium permanganat (PK), Rivanol 3. Feracrilum 1% 7.2. Pelaksanaan: - Prinsip-prinsip Perawatan Luka Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini. Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9 %. Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain kasa. Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi, karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi. Norit juga sering dianjurkan untuk ditaburkan di luka kronis basah, mengandung nanah, dan sulit sembuh. Untuk ini sebaiknya dipakai bubuk norit halus bersih dari botol, bukan dari gerusan tablet. Dokter akan memberi petunjuk lebih jauh tentang hal ini, atau memberi resep tersendiri sesuai kondisi luka. 1. Prinsip kedua menyangkut pemilihan balutan. Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebih, mencegah infeksi, dan membuang jaringan mati.

- Kesalahan yang mungkin timbul dalam melakukan ketrampilan ini: 1. Berulangnya kontaminasi sisi tangan yang telah steril oleh sisi tangan lain yang belum steril 2. Tidak tersterilisasi dengan baik bagian bawah kuku

B. JAHIT LUKA I. Alat, bahan dan perlengkapan Alat yang dibutuhkan adalah Minor set yang isinya: 1. Naald Voeder ( Needle Holder ) atau pemegang jarum biasanya satu buah. 2. Pinset Chirrurgis atau pinset Bedah satu buah 3. Gunting benang satu buah. 4. Jarum jahit, tergantung ukuran cukup dua buah saja. Bahan yang dibutuhkan : 1. Benang jahit Seide atau silk 2. Benang Jahit Cat gut chromic dan plain.

Lain-lain : - Doek lubang steril - Kasa steril - Handscoon steril II. Prosedur kerja: - Urutan teknik penjahitan luka ( suture techniques): 1. Persiapan alat dan bahan 2. Persiapan asisten dan operator 3. Desinfeksi lapangan operasi 4. Anestesi lapangan operasi 5. debridement dan eksisi tepi luka 6. penjahitan luka Teknik jahitan simpul tunggal: i. Melakukan penusukan jarum dengan jarak antara setengah sampai 1 cm ditepi luka dan sekaligus mengambil jaringan subkutannya sekalian dengan menusukkan jarum secara tegak lurus pada atau searah garis luka. ii. Simpul tunggal dilakukan dengan benang absorbable denga jarak antara 1cm. iii. Simpul di letakkan ditepi luka pada salah satu tempat tusukan iv. Benang dipotong kurang lebih 1 cm. 7. perawatan luka dengan menutup luka dengan verband C. BALUTAN LUKA I. Alat dan Bahan - Bahan (salah satu atau beberapa bahan untuk satu macam luka):

i. Alkohol 70% ii. Aqueous and tincture of chlorhexidine gluconate (Hibitane) iii. Aqueous and tincture of benzalkonium chloride (Zephiran Cloride) iv. Hydrogen Peroxide v. Natrium Cloride 0.9% - Bahan untuk Menutup Luka Verband dengan berbagai ukuran - Bahan untuk mempertahankan balutan i. Adhesive tapes ii. Bandages and binders II. Prosedur kerja: 1. Luka atau bagian yang akan dibalut dibersihkan 2. Menutup luka dengan verband 3. Membalut bagian tubuh yang luka dengan teknik balutan (tekanan)

IV.

EVALUASI NILAI ASPEK YANG DINILAI PERSIAPAN Alat dan Bahan Mengenal alat-alat bedah minor sederhana a. Scapel b. Gunting jaringan c. Gunting perban/plaster d. Klem arteri e. nail holder f. pinset chirurgis g. kom/ mangkok steril h. nierbaken Mengenal alat dan bahan a. Handscoon b. kassa steril c. cairan steril d. tulle e. cairan anti septik f. plester g. kasa gulung/ elastis perban 0 1 2 3

No A

PASIEN 3 4 B 5 C Anamnesis dan pemeriksaan fisik Informend Consent PENGKAJIAN LUKA Menyebutkan pengkajian luka (berdasarkan gambar) TINDAKAN PERAWATAN LUKA Dapat melakukan kerja antiseptik a. mencuci tangan dan memakai sarung tangan secara aseptik b. dapat mencuci daerah luka c.menerapkan kaedah kerja aseptik selama proses tindakan perawatan luka Memilih dan menyebutkan tindakan perawatan luka: tindakan preparasi dan penutup luka yang akan digunakan preparasi luka Berlaku sebai operator rawat luka. Mempersiapkan alat-alat dan bahan perawatan luka. Menerapkan kaedah kerja aseptik. Menentukan daerah steril dan non steril.

7 8 9 10

Melakukan teknik penjahitan luka simpul tunggal Membalut bagian tubuh yang luka dengan teknik balut Tekan

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENUNTUN SKILLS LAB


BLOK 6. GANGGUAN HEMATOLIMFOPOETIK

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok VI berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik :

1. Punksi kapiler, pemeriksaan hemoglobin sahli 2. Punksi vena, injeksi intra vena 3. Pemasangan infus set, resusitasi cairan (normal) 4. Sediaan hapus darah tepi, laju endap darah

Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

PUNKSI KAPILER DAN PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN SAHLI


I. PENDAHULUAN

Punksi kapiler adalah salah satu keterampilan untuk memperoleh darah dari kapiler. Darah kapiler tersebut dapat digunakan untuk berbagai pemeriksaan laboratorium terutama hematologi seperti pemeriksaan kadar hemoglobin, hitung sel-sel darah, membuat sediaan hapus darah tebal dan tipis untuk menemukan parasit malaria, dan sebagainya. Pengambilan darah kapiler tersebut pada orang dewasa adalah ujung jari atau anak daun telinga, sedangkan bayi atau anak kecil dapat pada tumit atau ibu jari kaki. Pemeriksaan kadar hemoglobin merupakan skills yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran. Dengan mengetahui kadar hemoglobin, mahasiswa dapat menentukan apakah pasien mengalami anemia atau tidak. Salah satu cara penetapan kadar hemoglobin darah adalah cara kolorimetrik visual dengan metode Sahli. Pada cara ini hemoglobin diubah menjadi hematin asam, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat tersebut. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya: Finger prick (level 4) Pemeriksaan darah lengkap/ rutin (Hb, Ht, Leukosit, Trombosit) (level 4)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN TUJUAN UMUM: Dengan skills lab ini diharapkan mahasiswa mampu melakukan pengambilan darah kapiler dan melanjutkannya dengan pemeriksaan kadar hemoglobin TUJUAN KHUSUS 1. Mahasiswa mampu melakukan prosedur pengambilan darah kapiler

2. Mahasiswa dapat melakukan tahap-tahap pemeriksaan kadar hemoglobin dengan menggunakan Hemoglobin Sahli 3. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan kadar hemoglobin C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa tahun ....Semester ...., blok..... 1. Pengetahuan yang harus dimiliki sebelum berlatih adalah anatomi tempat pengambilan darah kapiler, teori mengenai proses, pembentukan hemoglobin dan kadar hemoglobin normal 2. Skills yang terkait yaitu skills komunikasi untuk mendapatkan inform consent

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

A. PUNKSI KAPILER

B. PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN DENGAN HB SAHLI

III.

PROSEDUR KERJA A. PUNKSI KAPILER Alat dan bahan yang diperlukan : 1. Lancet steril/Autoclick 2. Kapas

3. Alkohol 70%

4. Handschoen Cara kerja : Bersihkan tempat pengambilan darah kapiler dengan kapas alkohol dan biarkan sampai kering lagi Peganglah bagian yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan tekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang Tusuklah dengan cepat memakai lancet steril. Jika pada jari tusuklah dengan arah tegak lurus garis-garis sidik jari, pada anak daun telinga tusuklah pinggirnya. Buanglah tetes darah yang pertama keluar dengan kapas kering, tetes darah berikutnya boleh dipakai untuk pemeriksaan Tekan tempat tusukan dengan kapas untuk menghentikan darah

Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut Mengambil darah dari tempat yang menyatakan adanya gangguan peredaran seperti vasokonstriksi (pucat), vasodilatasi (oleh radang, trauma, dsb), kongesti atau sianosis setempat Tusukan yang kurang dalam, darah harus diperas-peras keluar sehingga bercampur dengan cairan jaringan yang menyebabkan darah menjadi encer dan menyebabkan kesalahan pada hasil pemeriksaan Kulit yang ditusuk masih basah karena alkohol, darah menjadi terencerkan, selain itu darah juga akan melebar di atas kulit sehingga sukar dihisap ke dalam pipet Terjadi bekuan dalam tetes darah karena terlalu lambat bekerja

B. PEMERIKSAAN Hb SAHLI

Bahan dan Alat - Haemometer Sahli yang terdiri atas : a. Standar warna b. Tabung pengencer c. Pipet hemoglobin d. Karet penghisap e. Batang pengaduk f. HCl 0,1 N g. Pipet tetes untuk HCl

- Aquades - Pipet tetes Cara kerja o o o o Masukkan HCl 0,1N ke dalam tabung pengencer sampai garis tanda 2 Isaplah darah dengan pipet Hb sampai garis tanda 20 ul Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet Catatlah waktunya dan segeralah alirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabungpengencer yang berisi HCl. Hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara o Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap HCl yang jernih ke dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet o Campurlah isi tabung itu supaya darah dan HCl bersenyawa membentuk hematin asam, warna campuran menjadi coklat tua o Tambahkan air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang pengaduk yang tersedia. Persamaan warna campuran dan standar harus dicapai dalam waktu 3 5menit. o Bacalah kadar hemoglobin dalam gram/dl.

Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut - Tidak tepat mengambil darah 20 ul - Darah dalam pipet tidak sempurna dikeluarkan kedalam HCl karena tidak dibilas - Tidak baik dalam mengaduk campuran darah dan HCl pada waktu mengencerkan - Tidak memperhatikan waktu yang seharusnya - Kehilangan cairan dari tabung karena mencampur isinya dengan cara membolak- balik tabung dengan memakai ujung jari - Ada gelembung udara - Membandingkan warna pada cahaya yang kurang terang

IV.

EVALUASI

PUNKSI KAPILER DAN PEMERIKSAAN HB SAHLI NO ASPEK YANG DINILAI 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Menjelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien Menjelaskan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien serta minta persetujuan pasien Meminta persetujuan pasien Mempersiapkan alat dan bahan Memasukkan HCl 0,1N ke dalam tabung pengencer sampai garis tanda 2 Membersihkan/desinfeksi ujung jari dengan kapas alkohol dan membiarkan sampai kering Memegang jari yang akan ditusuk supaya tidak bergerak dan menekan sedikit supaya rasa nyeri berkurang Menusuk jari dengan cepat memakai lancet steril Membuang tetes darah yang pertama keluar dengan kapas kering, tetes darah berikutnya dipakai untuk pemeriksaan Mengisap darah pada ujung jari dengan pipet Hb sampai garis tanda 20 ul Menekan tempat tusukan dengan kapas untuk menghentikan darah Menghapus darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet Mengalirkan darah dari pipet ke dalam dasar tabung pengencer yang berisi HCl Mengangkat pipet sedikit, lalu mengisap HCl yang jernih ke dalam pipet 2 atau 3 kali untuk membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet Mencampur isi tabung sehingga terbentuk hematin asam yang berwarna coklat tua Menambah air setetes demi setetes dan diaduk dengan 1 SKOR 2 3

16 17

batang pengaduk dan persamaan warna campuran dan standar harus dicapai dalam waktu 3 5 menit. 18 Membaca kadar hemoglobin dalam gram/dl. Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna.
Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

FLEBOTOMI & INJEKSI INTRAVENA


I. PENDAHULUAN

Teknik flebotomi sudah dikenal sejak zaman dahulu kala. Flebotomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Phlebos : vena dan Tome : insisi. Flebotomi cara kuno yaitu dengan cara cupping menggunakan mangkuk khusus dengan alat hisapnya, dihisap sebelum kulit ditoreh (dry cupping) atau setelah kulit ditoreh (wet cupping), ada juga dengan cara penorehan vena (venesection) dan ditampung pada mangkuk, selain itu dengan cara gigitan lintah (Leeches biting) darah akan mengalir dan lintah dilepaskan dengan abu atau garam. Flebotomi masa kini yaitu dengan tusukan vena (venipuncture) menggunakan jarum dan peralatan pendukungnya atau tusukan kulit (skin puncture) menggunakan lancet atau alat lain. Inkesi intravena pada dasarnya juga menggunakan teknik flebotomi. Perbedaannya adalah pada injeksi intravena tidak mengeluarkan darah dari vena, tetapi memasukkan obat ke dalam pembuluh darah vena. Teknik flebotomi dan injeksi intravena ini diajarkan pada mahasiswa agar mereka memiliki kemampuan berupa : Kemampuan teknis Terampil mengambil spesimen darah melalui teknik tusukan vena (venipuncture) dan memasukkan obat secara intravena Kemampuan mental Terampil mengorganisir pekerjaannya secara efisien dan selalu mengikuti prosedur tertulis yang telah baku serta menjadi penghubung yang baik antara pasien dan laboratorium. Kemampuan pengetahuan produk Menguasai kriteria dan segala macam persyaratan pengambilan darah untuk setiap pemeriksaan laboratorium dan injeksi intravena. E. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya 1. Permintaan pemeriksaan hematologi berdasarkan indikasi 2. Punksi vena pada dewasa dan pungsi vena pada anak 3. Injeksi intravena 4. Insersi kanula (vena perifer) pada anak
5. Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien (PATIENT SAFETY)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

F. TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN UMUM Untuk memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam mempersiapkan dan melakukan flebotomi dan injeksi intravena TUJUAN KHUSUS 1. Mampu menerangkan kepada pasien tujuan dan prosedur flebotomi dan injeksi intravena 2. Mampu melakukan persiapan bahan dan alat untuk flebotomi dan injeksi intravena 3. Mampu melakukan flebotomi dan injeksi intravena dengan baik G. KARAKTERISTIK MAHASISWA mahasiswa tahun berapa..., semester.... blok..... pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan apa saja... Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai Anatomi pembuluh darah H. METODE PEMBELAJARAN Demonstrasi oleh instruktur Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur Bekerja dan belajar mandiri

II.

TEORI DASAR

1. Definisi flebotomi 2. Tujuan flebotomi: a. Jika pasien pingsan pada saat venipuncture : b. Efek samping flebotomi :

3. Injeksi intravena (i.v) 4. Tujuan injeksi intravena 5. Lokasi injeksi intravena a. bahaya injeksi intravena

III.

PROSEDUR KERJA

FLEBOTOMI

Bahan dan alat 1. Mannequin untuk flebotomi 2. Bak wadah beserta alat pengambilan darah (spuit dengan ukuran yang sesuai,steril, sekali pakai) 3. Tourniquet / pembendung vena 4. Sarung tangan 5. Antiseptik : alkohol 70% 6. Kapas steril dan kapas bulat 7. Plester 8. Tempat pembuangan jarum

Cara Kerja 1. Terangkan pada pasien tentang tujuan flebotomi dan prosedur yang akan dilakukan, posisi pasien bisa duduk atau berbaring 2. Siapkan alat-alat yang diperlukan. 3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan. 4. Pilih bagian yang akan dilakukan penusukan : - Pada area antecubiti lengan - Pengepalan tangan pasien membantu penampakan vena - Palpasi membantu merasakan ukuran, kedalaman dan aliran vena - Pilih vena yang besar dan tidak mudah bergerak

5. Pasang tourniquet 7,5 10 cm di atas bagian yang akan dilakukan tusukan vena pemasangan harus pas :

- terlalu ketat : darah tidak keluar - terlalu longgar : tidak efektif - terlalu lama : (> 1 menit) hemokonsentrasi / stasis vena.

6. Bersihkan (desinfeksi) area venipuncture menggunakan kapas alkohol dengan gerakan memutar dari tengah ke tepi, biarkan 30 detik untuk pengeringan alkohol. Pada saat desinfeksi turniquet harus dilonggarkan dulu, kemudian dieratkan.

7. Menusukkan jarum ke dalam vena - Posisi lubang jarum menghadap ke atas dengan sudut 15 - 30 . - Selama jarum di dalam vena usahakan gerakan seminimal mungkin - Segera lepaskan tourniquet setelah darah mengalir, kecuali vena kolaps - Tarik perlahan-lahan penghisap dan biarkan spuit terisi darah.

8. Lepaskan jarum perlahan-lahan dan pasang penutup jarum, segera tekan tempat tusukan dengan kapas selama 3-5 menit, kemudian plester bagian tsb dan lepas setelah 15 menit.

9.

Pemindahan darah dari spuit ke tabung/botol : Lepaskan jarum dari spuit, hati-hati jangan sampai darah keluar Masukkan darah ke dalam botol atau tabung secara perlahan sesuai dengan pemeriksaan laboratorium yang dibutuhkan.

10. Buang spuit dan jarumnya ke wadah pembuangan khusus

11. Ucapkan terima kasih kepada pasien dan berikan informasi yang diperlukan : - Kapan boleh makan kembali - Petunjuk khusus, misalnya glukosa 2 jam PP

12. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan. INJEKSI INTRAVENA

Persiapan Alat :

1. Sarung tangan 1 pasang 2. Spuit steril 3 ml atau 5 ml atau sesuai kebutuhan 3. Bak instrument 4. Kom berisi kapas alkohol 5. Bengkok 6. Obat injeksi dalam vial atau ampul 7. Daftar pemberian obat 8. Torniquet 9. Kikir ampul bila diperlukan Cara kerja: 1. Siapkan peralatan ke dekat pasien 2. Mencuci tangan dengan baik dan benar 3. Memakai sarung tangan dengan baik 4. Posisikan pasien dan bebaskan daerah yang akan disuntik dari pakaian pasien 5. Mematahkan ampul (bila perlu menggunakan kikir) 6. Memasukkan obat kedalam spuit sesuai dosis dengan teknik septik dan aseptic 7. Menentukan daerah yang akan disuntik 8. Memasang tourniquet 10 cm diatas vena yang akan disuntik sampai vena terlihat jelas 9. Melakukan desinfeksi menggunakan kapas alkohol pada daerah yang akan disuntik dan biarkan kering sendiri 10. Memasukkan jarum dengan posisi tepat yaitu lubang jarum menghadapkeatas, jarum dan kulit membentuk sudut 20 11. Lakukan aspirasi yaitu tarik penghisap sedikit untuk memeriksa apakah jarum sudah masuk kedalam vena yang ditandai dengan darah masuk kedalam tabung spuit (saat aspirasi jika ada darah berarti jarum telah masuk kedalam vena, jika tidak ada darah masukkan sedikit lagi jarum sampai terasa masuk di vena) 12. Buka tourniquet dan anjurkan pasien membuka kepalan tangannya, masukkan obat secara perlahan jangan terlalu cepat

13. Tarik jarum keluar setelah obat masuk ( pada saat menarik jarum keluar tekan lokasi suntikan dengan kapas alkohol agar darah tidak keluar ) 14. Rapikan pasien dan bereskan alat 15. Lepaskan sarung tangan 16. Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir, keringkan dengan handuk atau tissue

IV.

EVALUASI Punksi vena dan injeksi Intra Vena

No

Aspek yang dinilai 0 1

Nilai 2 3

A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 B 1 2 3

Vena Punksi Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur serta inform conscent Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan Memilih bagian yang akan dilakukan penusukan Memasang turniquet dengan benar Membersihkan area venapuncture menggunakan kapas alkohol dengan benar Menusukkan jarum ke dalam vena Melepaskan jarum dari tubuh pasien dan memasang penutupnya Melakukan penekanan pada bekas tempat penusukan dan pasang plester Memindahkan darah dari spuit ke tabung/botol Membuang spuit dan jarumnya Mengucapkan terima kasih kepada pasien dan memberi informasi lain bila diperlukan Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan Injeksi Intra Vena Menerangkan pada pasien tujuan dan prosedur serta inform conscent Mempersiapkan alat-alat yang diperlukan Mencuci tangan dan gunakan sarung tangan

4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Mematahkan ampul obat dan memasukkan obat ke dalam spuit Memilih bagian yang akan dilakukan penusukan Memasang turniquet dengan benar Membersihkan area venipuncture menggunakan kapas alkohol dengan benar Menusukkan jarum ke dalam vena Melakukan aspirasi darah Membuka tourniquet Memasukkan obat perlahan Melepaskan jarum dari tubuh pasien dan memasang penutupnya Melakukan penekanan pada bekas tempat penusukan dan pasang plester Membuang spuit dan jarumnya Mengucapkan terima kasih kepada pasien dan member informasi lain bila diperlukan Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan

Keterangan Skor : 4. Tidak dilakukan sama sekali 5. Dilakukan dengan banyak perbaikan 6. dilakukan dengan sedikit perbaikan 7. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

KETERAMPILAN PEMASANGAN INFUS DAN RESUSITASI CAIRAN


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya (LEVEL 4) 1. Resusitasi cairan 2. Pemeriksaan turgor kulit untuk menilai dehidrasi 3. Tatalaksana dehidrasi berat pada kegawat daruratan setelah penatalaksanaan syok 4. Pungsi vena pada anak 5. Insersi kanula (vena perifer) pada anak dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum Mahasiswa mampu memahami dan melakukan prosedur pemasangan infus yang benar pada pasien dan melakukan pemberian RESUSITASI CAIRAN

Tujuan Khusus Mahasiswa mampu mengetahui, memahami dan melakukan: 1. Inform consent kepada pasien 2. Langkah-langkah pemasangan infus dengan benar 3. Tindakan observasi seteah memasang infus 4. Penghitungan cairan sesuai dengan kebutuhan normal tutubh

5. Menghitung tetesan cairan infus yang sesuai dengan kebutuhan cairan tubuh C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yangmengikuti kegiatan skills lab ini adalah mahasiswa semester ....blok..... Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki sebelumnya adalah: D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

PEMASANGAN INFUS (Terapi Intravena) Area insersi kanul intravena Penghitungan kebutuhan cairan normal tubuh Indikasi pemberian cairan parenteral
Pemeriksaan turgor kulit untuk menilai dehidrasi Tatalaksana dehidrasi berat pada kegawat daruratan setelah penatalaksanaan syok Pungsi vena pada anak Insersi kanula (vena perifer) pada anak

III.

PROSEDUR KERJA

Persiapan Pasien - Perkenalan diri dan mengucapkan salam - Anamnesis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi pasien - Informed Consent, menerangkan hal-hal yang terkait dengan 1. Arti dan tujuan terapi intravena (I.V) 2. Prakiraan lama terapi intravena

3. Kemungkinan timbulnya rasa sakit sewaktu insersi (penusukan) 4. Menyampaikan anjuran kepada pasien untuk melaporkan apabila: a. timbul ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan) b. kecepatan tetesan berkurang atau bertambah 5. Menyampaikan larangan pada pasien untuk: - Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur dokter/perawat - Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set Alat dan Bahan

1. Infusion Set sesuai umur dan indikasi (kondisi pasien) - makro 1 cc = 20 tetes per menit (tpm) : usia > 1 tahun - mikro 1 cc = 60 tpm : usia < 1 tahun - transfusion set 1 cc = 60 tpm : untuk transfusi darah 2. Cairan infus sesuai dengan kebutuhan pasien (elektrolit, darah, atau nutrisi) 3. Intravena Catheter ( IV Cath) sesuai usia dan ukuran: - Ukuran G 16, 18 atau 20 : anak-anak usia > 8 tahun hingga dewasa(menyesuaikan) - Ukuran G 22 : anak-anak usia 1-8 tahun - Ukuran G 24 : anak-anak usia <1 tahun - bentuk kupu : neonatus 4. Bengkok (bacin kidney) 5. Gloves 6. Kapas 7. alkohol 70% 8. Tourniquet 9. Kassa steril 10. Verban/plester 11. Spalk (untuk neonatus, bayi atau anak jika dibutuhkan) 12. Tiang penggantung cairan infuse Prosedur Pemasangan

I. Persiapan pasien

1. Mengucapkan salam dan sambung rasa yang baik dengan pasien 2. Menjelaskan indikasi dan prosedur pemasangan infus kepada pasien 3. Meminta persetujuan pasien (informed consent) II.Keterampilan Pemasangan

1. Mempersiapkan alat dan bahan 2. Mencuci tangan (Handwashing) dengan metode 7 langkah 3. Menggunakan sarung tangan (gloves) 4. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan 5. Menghitung kebutuhan cairan/nutrisi pasien 6. Menyambungkan ujung selang infusion set ke cairan infuse 7. Menekan ruang tetesan sehingga cairan infus memenuhi sekitar setengah ruang tetesan, membuka pengatur tetesan saluran infus, mengalirkannya ke dalam bengkok dan memastikan tidak ada gelembung udara di sepanjang selang 8. Menutup saluran infus dan menggantung cairan infus pada tiang infuse 9. Palpasi dan Identifikasi area insersi kateter intravena 10. Memasang tourniquet 10-12 cm di atas daerah insersi, menganjurkan pasien menggenggam tangannya (jika pasien sadar) 11. Melakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% secara melingkar 12. Melakukan Insersi kanul intravena dengan posisi 30 sejajar vena, hingga darah tampak pada ujung reservoor kanul 13. Menarik jarum kateter dan memasukkan kanul silikon hingga mencapai ujung secara perlahan 14. Melepaskan tourniquet, menahan ujung jarum dengan ibu jari 15. Menyambungkan ujung kanul dengan selang infuse 16. Membuka pengatur saluran infus dan melakukan evaluasi terhadap tetesan dan tempat insersi kanul 17. Melakukan fiksasi ujung kanul dengan kassa steril dan plester 18. Melakukan penyesuaian tetesan infus sesuai dengan kebutuhan pasien 19. Memberikan edukasi dan mengucapkan terima kasih 20. Melepaskan sarung tangan (gloves) dan melakukan handwashing

IV.EVALUASI Kerampilan pemasangan infuse dan Resusitasi Cairan No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 Memperkenalkan diri dan mengucapkan salam Menjelaskan indikasi dan prosedur pemasangan infuse kepada pasien Meminta persetujuan pasien (informed consent) Keterampilan Pemasangan 4 5 6 7 8 9 10 Mempersiapkan alat dan bahan Mencuci tangan (Handwashing) dengan metode 7 langkah Menggunakan sarung tangan (gloves) Menentukan jenis cairan yang akan digunakan Menghitung kebutuhan cairan pasien Menyambungkan ujung selang infusion set ke cairan infuse Menekan ruang tetesan sehingga cairan infus memenuhi sekitar setengah ruang tetesan, membuka pengatur tetesan saluran infus, mengalirkannya ke dalam bengkok dan memastikan tidak ada gelembung udara di sepanjang selang Menutup saluran infus dan menggantung cairan infuse pada tiang infuse Palpasi dan Identifikasi area insersi kateter intravena Memasang tourniquet 10-12 cm di atas daerah insersi, menganjurkan pasien menggenggam tangannya (jikapasien sadar) Melakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% secara melingkar Melakukan Insersi kanul intravena dengan posisi 30sejajar vena, hingga darah tampak pada ujung reservoir kanul Menarik jarum kateter dan memasukkan kanul silicon hingga mencapai ujung secara perlahan Melepaskan tourniquet, menahan ujung jarum dengan ibu jari Menyambungkan ujung kanul dengan selang infuse Membuka pengatur saluran infus dan melakukan evaluasi terhadap tetesan dan tempat insersi kanul Melakukan fiksasi ujung kanul dengan kassa steril dan plester Melakukan penyesuaian tetesan infus sesuai dengan kebutuhan cairan pasien Memberikan edukasi dan mengucapkan terima kasih Nilai 1 2 3

11 12 13

14 15 16 17 18 19 20 21 22

Melepaskan sarung tangan (gloves) dan melakukan handwashing Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

23

LAJU ENDAP DARAH (LED)


I. PENDAHULUAN Pemeriksaan Laju Endap Darah (LED) adalah pemeriksaan laboratorium untuk menetapkan kecepatan pengendapan sel darah di dalam plasmanya. Pemeriksaan LED ini merupakan salah satu skills yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran. Salah satu cara pemeriksaan LED adalah cara Westergren. Pada cara ini campuran darah EDTA dengan NaCl fisiologis dengan perbandingan 4 : 1 dimasukkan dalam pipet Westergren, kemudian dibiarkan selama 1 jam dan dibaca tinggi plasma dalam mm/jam.

A. Standar Kompetensi Dokter Indonesia Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya Laju endap darah/kecepatan endap darah (LED/KED) (level 4)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum Dengan keterampilan ini mahasiswa dapat melakukan pemeriksaan Laju Endap Darah Tujuan khusus Mahasiswa mampu melakukan: Persiapan untuk pemeriksaan LED pemeriksaan LED sesuai prosedur dengan benar dan teliti menginterpretasikan hasil pemeriksaan LED

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa semester ..... pada blok....

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih yaitu teori mengenai proses yang terjadi selama 1 jam pemeriksaan LED, nilai normal LED, hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan LED D. METODE PEMBELAJARAN - Demonstrasi oleh instruktur - Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur - Bekerja dan belajar mandiri II. TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA

Bahan dan Alat a. Pipet Westergreen b. Rak standar Westergreen c. Botol kering dan bersih d. NaCl fisiologis e. Darah EDTA Cara kerja Isap NaCl fisiologis dengan pipet Westergreen sampai tanda 150, masukkan ke dalam botol yang kering dan bersih Isap darah EDTA sampai tanda 0, campurkan dengan NaCl fisiologis yang sudah dipipet sebelumnya Isap campuran tersebut sampai tanda 0, letakkan pada rak standar dalamkeadaan tegak lurus Tunggu selama 1 jam Baca tinggi plasma dalam mm/jam

Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut : - Tidak tepat perbandingan darah dengan NaCl fisiologis - Tidak tepat menghisap campuran pada tanda 0 - Pipet Westergreen tidak tegak lurus

IV.

EVALUASI

a. Cara penilaian dengan menggunakan checklist b. Yang dinilai : Mengisap NaCl fisiologis dengan pipet Westergreen sampai tanda 150 Mengisap darah dengan pipet Westergreen sampai tanda 0 dan mencampurkannya dengan NaCl Mengisap campuran sampai tanda 0 Meletakkan pipet westergreen pada rak dengan tegak lurus Membiarkan selama 1 jam dan membaca hasil Menginterpretasikan hasil

NO

KEGIATAN 0

NILAI 1 2 3

1 2 3 4 dst

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMBUATAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI (SHDT)


I. PENDAHULUAN Pembuatan Sediaan Hapus Darah Tepi (SHDT) adalah salah satu teknik laboratorium yang akan digunakan untuk hitung jenis leukosit dan evaluasi sediaan hapus darah tepi. Pembuatan SHDT ini merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh mahasiswa kedokteran.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilannya Persiapan dan pemeriksaan morfologi sel darah (level 4) Permintaan pemeriksaan hematologi berdasarkan indikasi (level 4)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan umum Dengan skills ini mahasiswa dapat membuat sedian hapus darah tepi yang baik Tujuan khusus 1. Mahasiswa dapat membuat sediaan hapus darah tepi 2. Mahasiswa dapat mewarnai sediaan hapus darah tepi 3. Mahasiswa dapat menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan sedian hapus darah tepi 4. Mahasiswa mampu imenginterpretasikan hasil pemeriksaan sediaan 5. Mahasiswa mampu melaporkan hasil pemeriksaan sedian C. Karakteristik mahasiswa: Keterampilan ini dilakukan oleh mahasiswa semester 3 blok ..... Kegiatan ini dilakukan pada 2 kali pertemuan.

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih adalah pengetahuan mengenai kualitas sediaan hapus yang baik dan pewarnaan yang dapat digunakan dalam pembuatan sediaan hapus darah tepi

D. METODE PEMBELAJARAN a. Demonstrasi oleh instruktur b. Bekerja kelompok dengan pengawasan instruktur c. Bekerja dan belajar mandiri

II.

TEORI DASAR

sediaan hapus darah tepi ( shdt ) Ciri-ciri sediaan hapus yang baik:

III.

PROSEDUR KERJA

Bahan dan Alat:

a. Kaca objek b. Methanol c. Giemsa d. Pipet tetes e. Darah EDTA Cara kerja: Teteskan setetes kecil darah (garis tengah tidak melebihi 2 mm) kira-kira 1 cm dari ujung kaca objek dan letakkanlah kaca itu di atas meja dengan tetes darah di sebelah kanan Dengan tangan kanan letakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes darah dengan sudut 30 - 45 , kemudian geser ke arah tetesan darah Biarkan darah menyebar sampai ke pinggir kaca objek, kemudian langsung didorong sehingga terbentuk hapusan yang baik

Biarkan kering diudara, kemudian fiksasi dengan methanol selama 5 menit Buang sisa methanol yang masih ada, teteskan Giemsa hingga menutupi seluruh sediaan dan biarkan selama 20 menit

Cuci dengan air yang mengalir pelan, biarkan kering dengan udara

Kesalahan yang mungkin timbul pada keterampilan tersebut : Kualitas sediaan hapus kurang baik seperti terlalu tebal, berlobang atau ada tumpukan zat warna Panjang sediaan hapus kurang dari setengah panjang kaca objek

EVALUASI

PEMBUATAN DAN PEMERIKSAAN SEDIAAN HAPUS DARAH TEPI No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 4 5 Menyiapkan alat dan bahan Menyebutkan tujuan Meletakkan tetesan darah pada kaca objek Meletakkan kaca objek lain di sebelah kiri tetes darah dengan sudut 30- 45 , kemudian geser ke arah tetesan darah Membiarkan darah menyebar sampai ke pinggir kaca objek, kemudian langsung didorong sehingga terbentuk hapusan yang baik Memfiksasi dengan methanol selama 5 menit Mewarnai dengan Giemsa Mengeringkan sediaan Nilai 1 2 3

6 7 8

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 8. GANGGUAN RESPIRASI

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok VIII berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : I.Ketrampilan Pemeriksaan Fisik : Pemeriksaan fisik Thoraks pada kelainan Paru II. ketrampilan pemeriksaan fisik: Dasar dasar cara membaca rontgen Interprestasi foto rontgen paru

III. Ketrampilan laboratorium : Persiapan, pemeriksaan dan interprestasi sputum BTA( ziehl nielssen ) IV. Ketrampilan komunikasi: Dasar Penulisan Resep Resep oral, puyer, inhalasi ( dosis anak dan dewasa )

Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI....

PEMERIKSAAN FISIK THORAKS PADA KELAINAN PARU

I.

PENDAHULUAN Pemeriksaan fisik paru merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh

mahasiswa kedokteran dalam menyelesaikan pendidikannya. Juga merupakan modal dasar untuk tingkat klinik dalam menegakkan diagnosa penyakit pemyakit sistem respirasi. Modul ini dibuat sebagai panduan bagi mahasiswa untuk mencapai kompetensi dalam pemeriksaan sistem respirasi. Dengan mempelajari modul ini diharapkan mahasiswa menguasai kemampuan dalam melakukan pemeriksaan fisik paru sebagaimana tercantum dalam tujuan pembelajaran. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi leher Penilaian respirasi Inspeksi dada Palpasi dada Perkusi dada Auskultasi dada

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum : 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan sistem respirasi ( paru ) 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik sistem pernapasan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu melakukan tahap tahap perkenalan diri.

2. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis singkat sebagai dasar dalam melakukan pemeriksaan pasien. 3. Mahasiswa mampu menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari

pemeriksaan akan dilakukan serta memperolah izin melakukan pemeriksaan dari pasien atau keluarga. 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik paru dengan inspeksi , palpasi, perkusi dan auskultasi secara sistematis dan benar serta dapat menemukan kelainan paru pada pasien.

C.KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa pada tahun kedua dan pengetahuan yang diperlukan adalah : Pengetahuan yang dimiliki saat SMA seperti ilmu Biologi. Anatomi dari Sistem Respirasi yang didapat dari Blok sebelumnya. Keterkaitan penyakit pada Sistem Respirasi

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III.

TEORI DASAR PROSEDUR KERJA Alat dan bahan : stetoskop dan lembar pencatatan hasil pemeriksaan Latihan menggunakan alat/manekin Langkah-langkah pemeriksaan : a. Perkenalkan diri kepada pasien b. Melakukan anamnesis singkat sebagai dasar dalam melakukan pemeriksaan pasien. c. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan akan dilakukan serta memperolah izin melakukan pemeriksaan dari pasien atau keluarga.

d. Mempersilakan pasien untuk dilakukan pemeriksaan ( termasuk menyuruh pasien membuka bajunya ) e. Menyuruh pasien tidur terlentang umtuk pemeriksaan thorax bagian depan. f. Pemeriksa berdiri disebelah kanan pasien g. Melakukan pemeriksaan fisik paru dengan inspeksi , palpasi, perkusi dan auskultasi secara sistematis dan benar. IV. EVALUASI

Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : NO Aspek yang dinilai 0 1. 2. Memperkenalkan diri kepada pasien Memberikan penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan 3. Memberitahukan kemungkinan ada rasanya rasa sakit atau tidak nyaman yang timbul selama pemeriksaan dilakukan 4. Melakukan inspeksi : 5. Ekspresi wajah Sikap tubuh pasien Inspeksi leher Konfigurasi dada Jari tangan Dada posterior : gerak dada saat pernapasan, sela iga 1 Skor 2 3

Melakukan palpasi dada posterior ( ada / tidaknya nyeri tekan, kesimetrisan, fremitus taktil)

6. 7. 8.

Melakukan perkusi dada posterior Melakukan auskultasi dada posterir Melakukan inspeksi : Trakea Dada anterior : gerak dada saat pernapasan , sela iga

9.

Melakukan palpasi anterior( ada / tidaknya nyeri tekan, kesimetrisan, fremitus taktil)

10. 11.

Melakukan perkusi anterior Melakukan auskultasi anterior

12.

Memberikan informasi mengenai hasil pemeriksaan dan follow up lebih lanjut

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 51x 100% =

% Aceh Besar,..................2012 Instruktur

DASAR DASAR CARA MEMBACA RONTGEN DAN INTERPRESTASI FOTO RONTGEN PARU

I.

PENDAHULUAN
Suatu penilaian yang tepat dan teliti terhadap foto toraks memerlukan pengetahuan

yang mendalam mengenai anatomi normal thoraks. Dalam keadaan normalpun anatomi seseorangpun itu mungkin sangat berbeda satu dengan yang lainnya, sedangkan batas batas antara yang sehat dan sakit kadang sangat samar. Oleh karena itu, untuk dapat mengetahui apa yang sakit terlebih dahulu perlu dimiliki pengetahuan pengetahuan dasar tentang apa yang masih termasuk dalam batas batas normal. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Permintaan & interpretasi pemeriksaan X-ray: foto polos Interpretasi Rontgen Thorax

Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Mahasiswa mampu membaca foto rontgen PA normal Mahasiswa mengerti teknik pembuatan foto rontgen khususnya foto thoraks PA dan Lateral. C. Karakteristik mahasiswa: Mahasiswa pada tahun kedua dan pengetahuan yang diperlukan adalah : Pengetahuan yang dimiliki saat SMA seperti ilmu Biologi. Anatomi dari Sistem Respirasi yang didapat dari Blok sebelumnya. Keterkaitan penyakit pada Sistem Respirasi

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III. -

PROSEDUR KERJA alat dan bahan : Rekam medis ( Foto Rontgen ) langkah langkah kerja :

C> melihat identitas pasien sesuai rekam medik D> memastikan dahulu apakah foto tersebut layak untuk dibaca atau tidak E> melakukan pengamatan bagian foto thoraks F> Melaporkan hasil dan interpretasi foto thoraks

IV.
No

EVALUASI
Aspek Yang Dinilai 0 1 Nilai 2 3

A 1. 2. 3. B. 1. 2.

Identitas pasien sesuai Rekam medik (Foto Rontgen ) Nama : Usia : Jenis Kelamin : Memastikan dahulu foto layak untuk dibaca atau tidak Dapat menentukan sisi kiri atau kanan dari foto Dapat menentukan foto rotgen yang simetris jaraknya dengan garis tengah (mid line)

Dapat menentukan foto rontgen tepat paktor ekspas : ( corpus vertebra thorakal hanya terlihat jelas sampai T4 T5, sebelum percabangan trachea, vertebra thoracal6 (T6) kebawah terlihat

samar) 4. Dapat menentukan bahwa foto dibuat dalam keadaan inspirasi penuh (midpoint hemidifragma kanan harus berada diantara ujung anterior coasta 5 dan 7 ) C. 1. Pengamatan bagian foto thoraks Dapat menentukan keadaan tulang ( scapula, clavicula, vertebrae, costa) pada foto mengalami kelainan deformitas atau destruksi 2. Dapat menentukan gambaran jaringan lunak ( soft tissue ) : pembengkakan ( swelling ) udara 3. Dapat menentukan posisi trakea : harus terlihat dan harus ditengah 4. Dapat menentukan ICS kiri dan kanan : sejajar/ tidak, apakah ada penyempitan 5. Dapat menentukan jantung : perhatikan besar, bentuk dan posisi jantung, hitung CTR 6. Dapat menentukan Aorta : apakah melebar / tidak,apakah ada klasifikasi ( opak ) 7. Dapat menentukan : 8. 9. Sinus Costoprenicus : tajam/tumpul Sinus cardioprenicus : tajam/tumpul

Dapat menentukan diafragma : bentuk dan letak Dapat menentukan pulmo : gambaran pulmo radio lusen / radio opak ( bandingkan kiri dan kanan), atas paru, gambaran halus, corakan bronkovaskular

D.

Melaporkan hasil dan interpretasi foto thoraks

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 54x 100% =

% Aceh Besar,..................2012 Instruktur

PERSIAPAN, PEMERIKSAAN DAN INTERPRETASI SPESIMEN SPUTUM ( PEWARNAAN BTA )

I.

PENDAHULUAN
Pewarnaa Basil Tahan Asam ( BTA ) adalah termasuk teknik pewarnaa bakteri khusus atau selektif oleh karena ini hanya ditujukan untuk golongan bakteri tertentu saja, yaitu kuman Mycobacterium Tuberculosa. Pemeriksaan spesimen sputum BTA memastikan diagnosa TB Paru, namun pemeriksaan ini tidak sensitif karena hanya 30 70% pasien TB yang dapat didiagnosa berdasarkan pemeriksaan ini.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan(level 4) Persiapan,pemeriksaan sputum dan interpretasinya (Gram dan Ziehl Nielssen) Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. V. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum : Setelah melaksanakan kegiatan skill lab ini mahasiswa mampu menyiapkan, melaksanakan, membaca serta menginterpretasikan hasil pewarnaan BTA secara benar. Tujuan Khusus : 1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat alat dan bahan bahan yang diperlukan untuk pewarnaan BTA.

2. Mampu membuat sediaan untuk pewarnaan BTA yang benar. 3. Mampu melakukan sendiri pewarnaan dengan benar sesuai dengan masing masing urutan tahapannya sehingga didapatkan hasil pewarnaan sediaan yang baik. 4. Mampu menunjukkan dan menjelaskan mana bakteri yang Basil Tahan Asam pada pewarnaan BTA 5. Mampu menginterpretasikan hasil teknik pewarnaan bakteri ini dan melaporkan secara tertulis. VI. Karakteristik mahasiswa: Mahasiswa pada tahun kedua dan pengetahuan yang diperlukan adalah : 1. Memiliki ketrampilan penggunaan mikroskop yang benar. 2. Memiliki pengetahuan tentang penyakit pada sistem Respirasi 3. Memiliki ketrampilan tata cara perlindungan pribadi ( universal precaution ), terutama menangani mikroba patogen.

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

B. TEORI DASAR Sifat mikroorganisme Zat warna BTA --> tahan asam ?

C. PROSEDUR KERJA Alat dan bahan : 1. Pot dan sputum 2. Reagensia pewarnaan Ziehl nielsen ( Lar. Carbol Fushcin, Lar. Methylen Blue, Lar. Asam Alkohol ) 3. Rak pewarnaan 4. Objek glass

5. Ose / lidi 6. Lampu bunsen 7. Kapas 8. Pinset 9. Pot berisi pasir 10. Alkohol 96% 11. Handscoon 12. Masker 13. Mikroskop Langkah-langkah kerja o Persiapan pengambilan sputum: 1. Pemeriksa memakai baju praktikum, handscoon dan masker. 2. Ambil sputum dengan menggunakan ose / lidi, ose terlebih dahulu dibakar pada api bunsen. 3. Oleskan sputum pada objek glass dengan ukuran 2x3 cm atau 1 x 2 cm. 4. Celupkan oce kedalam pot berisi pasir dan bakar dengan api bunsen. 5. Keringkan sputum di udara terbuka lalu difiksasi 6. Preparat sputum siap diwarnakan. o Langkah pewarnaan : 1. Letakkan preparat sputum yang telah di fiksasi pada bak pewarnaan. 2. Genangi seluruh preparat dengan laruran Carbol Fuschin dan panaskan dengan sulut api dari bawah preparat sampai mengeluarkan asap, jangan sampai mendidih. 3. Diamkan selama 5 menit agar zat warna pertama masuk kedalam basil. 4. Cuci preparat dengan menggunakan air mengalir secara perlahan lahan, jangan sampai menyiprat ke preparat yang lain. 5. Lalu cuci preparat dengan Larutan Asam Alkohol sampai zat warna pertama hilang , tidak ada lagi pada preparat. 6. Bilas lagi dengan menggunakan air mengalir. 7. Kemudian genangi preparat dengan menggunakan Larutan Methylen Blue salama 10 20 detik. 8. Bilas dengan air yeng mengalir dan keringkan pada udara terbuka. 9. Preparat siap dibaca dengan menggunakan mikroskop memakai pembesaran 100 X. o Interpretasi hasil : Tidak ditemukan BTA / 100 Lapangan Pandang : Negatif

Bila ditemukan 1 9 BTA / 100 Lapangan Pandang jumlah BTA yang ditemukan.

: Dituliskan berapa

Jumlah BTA 10 99 / 100 Lapangan Pandang Jumlah BTA 1 9 / Lapangan Pandang Jumlah BTA > 10 / Lapangan Pandang

:+1 :+2 :+3

IV. EVALUASI NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. Aspek yang dinilai 0 Kemampuan menyiapkan alat dan bahan untuk pemeriksaan sputum. Kemampuan membuat sediaan ( preparat ) untuk pewarnaan BTA Kemampuan untuk melakukan proses pewarnaan BTA sesuai dengan tahap demi tahap yang benar Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan preparat dengan mikroskop secara benar Kemampuan menunjukkan mana bakteri yang BTA dan mana yang bukan BTA Kemampuan menginterpretasikan hasil pemeriksaan BTA dan melaporkan secara tertulis Skor 1 2

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 18x 100% = %

Aceh Besar,..................2012 INSTRUKTUR

PENULISAN RESEP UNTUK PEMAKAIAN OBAT ORAL, PUYER DAN INHALASI

I.

PENDAHULUAN Kepentingan penulisan resep merupakan suatu kompetensi, pengetahuan serta keahlian seorang dokter dalam menerapkan bidang farmakologi dan terapi yang diperuntukan untuk satu penderita. Ketrampilan penulisan resep ini dilakukan agar mahasiswa mampu menuliskan resep sesuai dengan pemakaian obat baik dalam bentuk oral, puyer dan inhalasi secara sistematis dan benar.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan(level 4) o o o o o Peresepan rasional, lengkap, dan dapat dibaca Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga Terapi inhalasi/ nebulisasi Pemberian analgesik Menyusun rencana manajemen kesehatan

o Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas


kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum : Mahasiswa mampu menulis resep yang benar dan rasional. Tujuan Khusus : 1. Melakukan pemilihan terapi yang tepat. 2. Menentukan jenis terapi farmakologi tunggal atau kombinasi yang sesuai.

3. Menuliskan resep secara benar dengan Dosis dan Bentuk Sediaan Obat ( BSO ) yang tepat untuk obat oral, puyer dan inhalasi.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA : Mahasiswa pada tahun kedua dan pengetahuan yang diperlukan adalah : 1. Mahasiswa mengetahui dasar dasar farmakologi. 2. Mahasiswa mengetahui jenis jenis obat sesuai dengan kebutuhannya.

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA

IV. NO

EVALUASI Mahasiswa mampu menuliskan resep secara benar dan rasional Aspek yang dinilai 0 1 Skor 2 3

1.Presciptio Nama dokter Alamat dokter SIP ( Surat Izin Praktek ) Hari praktek Jam praktek Nomor telepon

2. 3.

Nama kota Tanggal resep dibuat oleh dokter

Superscriptio ( R/ ) Inscriptio : a.Remedium Cardinale : Tepat obat Tepat Dosis Tepat jumlah yang diberikan

b. Remedium Adjuvant 4. 5. 6. 7. 8. 9. Subscriptio ( BSO ) Signatura Nama pasien ( Pro: ) Umur penderita Alamat penderita Memberikan penjelasan cara pemakaian obat kepada pasien

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 57x 100% = % Aceh Besar,..................2012 INSTRUKTUR

PENUNTUN SKILLS LAB


BLOK 9. GANGGUAN KARDIOVASKULAR

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

KATA PENGANTAR

Keterampilan : 1. pemeriksaan fisik thoraks jantung patologis 2. pemeriksaan pembuluh darah 3. Pemasangan EKG 4. Interpretasi Hasil hasil

PEMERIKSAAN FISIK THORAKS JANTUNG


I. PENDAHULUAN Pemeriksaan fisik merupakan prosedur pemeriksaan untuk memperoleh data

mengenai tubuh dan keadaan fisis pasien dalam membantu menegakan diagnosis dan menentukan kondisinya. Prosedur pemeriksaan terdiri atas : inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Datadata klinis yang diperoleh digunakan untuk membantu diagnosis serta kondisi pasien, dan selanjutnya untuk menentukan pengobatan yang tepat berkenaan dengan diagnosis
A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) 1. Autoanamnesis dengan pasien 2. Alloanamnesis dengan anggota keluarga/ orang lain yang bermakna 3. Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama 4. Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu 5. Penilaian status mental 6. Penilaian kesadaran 7. Pengukuran tekanan darah 8. Inspeksi dada 9. Palpasi denyut apeks jantung 10. Perkusi ukuran jantung 11. Auskultasi jantung dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Instruksional Umum Setelah melakukan pelatihan ketrampilan klinik Pemeriksaan Fisik Tanda vital dan sistem kardiovaskuler serta menginterpretasikan hasil pemeriksaan (kelainan yang ditemukan) Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan keadaan umum 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status mental 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tingkat kesadaran (skala Glasgow) 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tekanan darah , nadi, nafas dan suhu dan interpretasinya dengan benar

5. Mahasiswa mampu mengidentifikasi letak garis anatomi pada permukaan dinding dada. 6. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai keadaan normal dan abnormal yang terdapat di leher dinding dada dan ekstremitas superior inferior pada system kardiovaskuler. 7. Mahasiswa mampu mengenal dan menilai pulsasi normal dan abnormal pada tempat tertentu di dinding dada. 8. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai secara palpasi keadaan normal dan abnormal yang terdapat di dinding dada. 9. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai batas batas jantung absolut dan relatif. 10. Mahasiswa mampu melakukan dan menilai bunyi jantung, bunyi tambahan, bising yang terdapat pada proyeksi katup aorta, katup pulmonal, katup mitral dan katup trikuspidal di dinding dada. 11. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan (keadaan fisiologis dan patologis)
C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih:

a. b. c. d.

Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler ( anatomi) Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler (fisiologi ) Mengetahui hemodinamik sirkulasi jantung ( fisika ) Mengetahui patofisiologi sistem kardiovaskuler ( penyakit dalam, kardiologi, anak).

Ketrampilan yang terkait: o o o Ketrampilan komunikasi: perkenalan, interpersonal skills Higines/Asepsis: Mencuci tangan Pemeriksaan tekanan darah

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA

Dalam skills lab ini, alat yang dibutuhkan dan prosedur kerja dapat dilihat pada penuntun skills lab , Adapun urutan kerja adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. f. g. Penilaian Tingkat Kesadaran Pengukuran Tekanan Darah Pengukuran Denyut Nadi Pemeriksaan pernafasan Pemeriksaan Suhu Tubuh IPPA jantung Interpretasi hasil pemeriksaan

Penilaian Tingkat Kesadaran Alat dan bahan : kapas (refleks kornea) Prosedur kerja: 1. Pada pasien yang sadar , berikan pertanyaan seperti perjalanan penyakit, orientasi tempat dan waktu. Bila bisa dijawab dengan baik , penderita dinilai komposmentis 2. Bila tidak direspon dengan baik, berikan rangsangan nyeri kepada pasien seperti menekan daerah tulang dada atau menekan daerah betis bagian belakang, menyentuh daerah kelopak mata dengan kapas 3. Respon yang diperoleh menunjukkan tingkat kesadaran pasien. 4. Apatis, bila perhatiannya berkurang 5. Somnolen, mudah tertidur walaupun sedang diajak bicara 6. Soporous, dengan rangsangan kuat masih memberi respon gerakan 7. Soporocomatous, hanya tinggal reflek cornea (sentuhan kapas pada kornea, akan menutup kelopak mata) 8. Koma, tidak memberi respon sama sekali 9. Hal yang sama dilakukan bila mengguinakan Glasgow coma scale, namun hasil dinyatakan dalam bentuk angka, yang kemudian hasil dari angka tersebut menggambarkan kondisi kesadaran pasien.

Pengukuran tekanan Darah Alat: spygmomanometer air raksa Cara Mengukur Tekanan Darah 1. Lilitkan manset yang sudah kempis dengan ketat pada lengan atas sehingga batas bawah manset tersebut sekitar 2,5 cm diatas fosa antekubiti, manset diletakkan pada permukaan depan medial lengan. 2. Mula-mula tentukan tekanan sistolik dengan palpasi. Tekanan darah diukur dengan palpasi agar kesenjangan auskultasi (auscultatory gap = interval diam antara tekanan sistolik dan diatolik) masih dapat dideteksi. Raba denyut A. radialis dan pompalah manset sampai denyut tak teraba lagi. Perlahan-lahan kempiskan manset dan catatlah angka pada saat denyut teraba lagi. Ini adalah tekanan sistolik. 3. Letakkan stetoskop dengan ringan di atas A. brakialis ( fossa cubiti). 4. Pompa manset secara cepat, sampai 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik, kemudian turunkan perlahan-lahan sekitar 2-3 mmHg perdetik. 5. Bunyi pertama yang terdengar adalah tekanan sistolik = fase Korotkoff I. 6. Saat bunyi tidak terdengar lagi adalah tekanan diastolik = fase Korotkoff II (gambar 5) Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran: Laporan disampaikan dalam bentuk berapa angka yang tertera di alat pada saat terdengar orotkoof 1 , merupakan bunyi sistolik, dan saat bunyi menghilang sebagai fase diastolic Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut: memberikan tekanan berlebihan saat mengurangi tekanan, dilakukan tergesa-gesa sehingga sukar menilai bunyi/ fase korotkoff

Pengukuran Denyut Nadi Alat: stop watch / jam Cara pemeriksaan : - Biasanya pada pergelangan tangan kanan. - Pemeriksa berada di kanan, dengan menggunakan 2 ujung jari (jari ke-2,3) tangan kanan yang ditempelkan pada A. radialis. - Bila denyut nadi teratur, hitung kecepatan selama 15 detik, lalu dikalikan 4. - Bila denyut nadi tidak teratur (aritmia), hitung selama 60 detik. Dihitung juga denyut jantung dengan menggunakan stetoskop. - Periksa pada lengan kanan dan kiri. Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran:

Hasil dilaporkan berupa jumlah denyut per satu menit atau 60 detik Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut adalah penekanan nadi terlalu kuat, sehingga terlewatkan denyut pertama yang terasa Pemeriksaan pernapasan Alat : stop watch Cara pemeriksaan pernapasan 1. Pasien melepaskan baju sesuai kebutuhan 2. Perhatikan gerakan pernapasan melalui gerakan dada pasien (lakukan jangan sampai pasien merasa malu) 3. Kadang-kadang diperlukan palpasi pada dinding dada untuk membandingkan gerakan kiri dan kanan. 4. Selama inspirasi, perhatikan gerakan dinding lateral dada, pembesaran sudut epigastrium dan ekstensi anterior-posterior. 5. Selama ekspirasi, perhatikan gerakan dinding dada, sudut epigastrium dan anteriorposterior kembali ke posisi semula. 6. Perhatikan otot-otot yang bekerja pada pernapasan. 7. Buat catatan mengenai irama, frekuensi dan gerakan dinding dada abnormal Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran: Nyatakan jumlah nafas satu menit, tipe pernafasan serta ada tidaknya gerakan tambahan di dinding dada. Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut; Ketepatan dalam menghitung jumlah pernafasan, Faktor kooperatif pasien sangat menentukan Pemeriksaan Suhu Tubuh: Alat : termometer aksila Cara Pemeriksaan Suhu Tubuh (melalui aksila) 1. 2. 3. 4. 5. 6. Pemeriksa berada pada sisi kanan pasien Terangkan pada pasien cara pemeriksaan Pasien berada pada posisi duduk atau prone position Goyang termometer sampai air raksa turun 35,5oC Letakkan termometer pada ketiak Tunggu 5-10 menit, catat hasilnya

Cara melaporkan hasil pemeriksaan/pengukuran: Dilaporkan angka yangg sesuai dengan permukaan air raksa Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan tersebut

Sebelum memulai pengukuran ,permukaan air raksa tidak berada dalam posisi terendah permukaan aksilla tidak kering

PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi. 1. Mulai dengan melihat vena-vena servikal a) Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi tekanan vena. b) Atur posisi pasien pada tempat pemeriksaan dengan punggung lurus dan kepala ditinggikan 30 derjat dari garis horizontal c) Perhatikan puncak kolom darah berfluktuasi selama siklus jantung 2. Inspeksi Prekordium a) Perhatikan kesimetrisan dada b) Tentukan lokasi apeks jantung Palpasi 1. 2. 3. 4. Palpasi denyut karotis untuk menilai ejeksi ventrikel kiri Pusatkan perhatian pada ciri tiap denyut nadi Lakukan palpasi daerah prekordium, tentukan lokasi apeks Letakkan bantalan dua atau tiga jari di atas tempat denyut apeks perhatikan ketukan dan tarikan yang cepat 5. Periksa prekordium kanan untuk mencari dekstrokardia 6. Palpasi sendi klavikula dan suprasternal, tiapsela iga parasternal, apeks dan mid aksilla Perkusi 1. Mulai pada tiap sela iga jauh ke lateral ke arah aksila, perkusi ke arah sternum 2. Tentukan batas jantung kiri , atas dan kanan 3. Tentukan pinggang jantung Auskultasi 1. Letakkan jari tangan pada karotis, identifikasi dan dengarkan bunyi jantung pertama, kedua an interval diantara bunyi jantung pertama dan kedua ( fase sistolik) dan bunyi jantung kedua dan pertama (fase diastolik). Auskultasi seluruh prekordium, empat daerah penting mencerminkan bunyi dari empat katup.

2.

IV.

EVALUASI

Vital sign dan pemeriksaan jantung patologi


NO A Aspek penilaian 0 Vital sign Mengucapkan salam Menjelaskan tujuan pemeriksaan Menyiapkan alat yang diperlukan Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien Pasien tidur telentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka Menilai status mental penderita Menilai tingkat kesadaran (GCS) Menilai bentuk pernafasan Melaporkan jumlah pernafasan permenit Melaporkan jumlah denyut nadi permenit Menilai sifat nadi Melaporkan suhu tubuh pasien Melaporkan posisi bunyi korotkof I Melaporkan posisi bunyi korotkof II Pemeriksaan fisik jantung patologis PERSIAPAN Mengucapkan salam dan menjelaskan tujuan pemeriksaan Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien dan pasien tidur telentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka Inspeksi Normal Abnormal - penonjolan asimetris - funnel chest - juvenile ricketsia - flat chest - vossoure cardiaque - pigeon breast - barrel chest PALPASI Yugularis eksterna terisi / kosong, tinggi pengisian Apex cordis Pulsasi Cardiac thril PERKUSI Batas jantung kiri : kanan : AUSKULTASI Bunyi jantung , bunyi tambahan, bising pada proyeksi katup mitral proyeksi katup aorta Nilai 1 2 3

proyeksi katup pulmonal proyeksi katup trikuspidal Pericardial friction rub Laporkan hasil nya

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

BUKU YANG DAPAT DIGUNAKAN SEBAGAI RUJUKAN 1. Adams. Textbook of Physical Diagnosis.17ed.Williams & Wilkins.1987 2. Delp MH, Manning RT. Major Diagnosis Fisik. Terjemahan Moelia Radja Siregar.EGC 1996 3 Buku Ajar Fisis Diagnostik Penyakit Dalam FK Unand. Editor Nusirwan Acang, dkk ,Pusat Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas AndalasPadang, 2008

PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) 1. Palpasi arteri karotis 2. Pengukuran tekanan vena jugularis (JVP) 3. Palpasi denyut arteri ekstremitas 4. Penilaian denyut kapiler 5. Penilaian pengisian ulang kapiler (capillary refill)

6. Deteksi bruits 7. Tes (Brodie) Trendelenburg


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan pembuluh darah arteri dan vena serta interpretasi kelainannya

Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan arteri karotis Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan denyut arteri ekstrimitas (pulsus) Mahasiswa mampu menilai denyut kapiler dan memeriksa pengisian ulang kapiler Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan JVP

Mengidentifikasi letak Vena Jugularis Eksterna dan Angulus Sterni Ludovici Mengidentifikasi batas pengisian tertinggi dan menginterpretasikan hasil JVP Mahasiswa mampu menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan arteri dan vena Mahasiswa mampu melakukan tes brodie dan menginterpretasikan hasil pemeriksaan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya:

a. Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler ( anatomi) b. Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler (fisiologi ) c. Mengetahui hemodinamik sirkulasi jantung ( fisika )

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA

IV.

EVALUASI

Keterampilan pemeriksaan JVP


NO Aspek yang dinilai 0 skor 1 2 3

Mengucapkan salam

Menjelaskan tujuan pemeriksaan Menyiapkan alat yang diperlukan Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien Pasien tidur telentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka INSPEKSI Vena-vena servikal dan prekordium Periksa tingkat distensi vena leher dan fluktuasi tekanan vena Atur posisi pasien pada tempat pemeriksaan dengan punggung lurus dan kepala ditinggikan 30 derajat dari garis horizontal Perhatikan puncak kolom darah berfluktuasi selama siklus jantung Perhatikan kesimetrisan dada Tentukan lokasi apeks jantung Pemeriksaan Tekanan Vena Jugularis Pemeriksa berada di sebelah kanan si penderita Penderita dalam posisi santai, kepala sedikit terangkat dengan bantal, dan otot strenomastoideus dalam keadaan relaks. Naikkan ujung tempat tidur setinggi 30 derajat, atau sesuaikan sehingga pulsasi vena jugularis tampak paling jelas Temukan titik teratas dimana pulsasi vena jugularis interna tampak, kemudian dengan penggaris ukurlah jarak vertikal antara titik ini dengan angulus sternalis Apabila anda tak dapat menemukan pulsasi vena jugularis interna, anda dapat mencari pulsasi vena jugularis externa Sudut ketinggian dimana penderita berbaring harus diperhitungkan karena ini mempengaruhi hasil pemeriksaan Melakukan pengukuran tekanan vena jugularis Laporkan hasil pemeriksaan
Arteri Tes brodi Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMERIKSAAN ELEKTRO KARDIOGRAFI (EKG) DAN INTERPRETASI HASIL

V.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Elektrokardiografi (EKG): pemasangan dan interprestasi hasil EKG sederhana ( VES, AMI, VT, AF)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Setelah mengikuti kegiatan skills lab ini, mahasiswa mampu melakukan pemasangan EKG dan interpretasi hasil TUJUAN KHUSUS: Pada akhir skills lab ini diharapkan mahasiswa mampu: 1. Melakukan persiapan pemasangan EKG 2. Melakukan pemeriksaan EKG 3. Membaca EKG 4. Melaporkan interpretasi hasil bacaan EKG C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya:

1. Mengetahui anatomi sistem kardiovaskuler ( anatomi) 2. Mengetahui fisiologi sistem kardiovaskuler (fisiologi ) 3. Mengetahui hemodinamik sirkulasi jantung ( fisika ) 4. Mengetahui patofisiologi sistem kardiovaskuler ( penyakit dalam, kardiologi,anak).
D. METODE PEMBELAJARAN 4. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 5. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 6. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. TEORI DASAR III. PROSEDUR KERJA

Minggu 4. Latihan pemasangan EKG Minggu 5. Latihan membaca hasil EKG dan interpretasi hasil Minggu 6. Evaluasi pemasangan dan interpetasi hasil EKG PEREKAMAN EKG 1. Siapkan 1 set EKG pada tempat yang sudah ditentukan 2. Pemeriksa berada sebelah kanan pasien 3. Pasien tidur terlentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka 4. Bersihkan tempat pemasangan elektroda dengan alkohol 5. Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda 6. Kecepatan perekaman 25mm/detik dengan kalibrasi 1 cm = 1 mVol 7. Perekaman dimulai secara manual dari lead I, II, III, AVR, AVL, AVF dan V1 V6. 8. Elektroda dilepas dari pasien dan dibersihkan.

REFERENSI yang disarankan: 1. Buku: ADAMS: Physical Diagnosis. Burnside-Mc.Glynn. 17th ed. Terjemahan ke Bahasa Indonesia oleh Dr. Henny Lukmanto. Penerbit EGC. Cet. 4. tahun 1993. 2. Buku: EKG dan Penanggulangan Beberapa Penyakit Jantung untuk Dokter Umum. Penulis: Dr. Syukri Karim (Bagian Kardiologi FKUI/RS.Jantung Harapan Kita) dan Dr. Peter Kabo, (Bagian Farmakologi UNHAS RSU Wahidin Sudirohusodo).

IV.EVALUASI Keterampilan pemasangan EKG No Aspek Penilaian 0 Nilai 1 2

Mengucapkan salam Menjelaskan tujuan pemeriksaan Menyiapkan alat yang diperlukan Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien Pasien tidur telentang dalam keadaan rileks dan dada terbuka Bersihkan tempat pemasangan elektroda dengan alkohol Oleskan jelly pada tempat pemasangan elektroda
Pemasangan elektroda pada ekstremitas & dada

Kecepatan perekaman 25mm/detik dengan kalibrasi 1 cm = 1 mVol Perekaman dimulai secara manual dari lead I, II, III, AVR, AVL, AVF dan V1 V6. Selesai perekaman Elektroda dilepas dari pasien dan dibersihkan
Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

Keterampilan Interpretasi Hasil EKG No Aspek penilaian 0


Irama Jantung : -Sinus/Bukan Sinus - Reguler/Irreguler Hitung Frekwensi Jantung : - Normal - > / < Normal Aksis: a. Normal b.LAD c.RAD Tentukan Gelombang P : - Normal - LAH / RAH Hitung PR Interval Gelombang Q : - Normal - Patologis Hitung QRS Interval Tentukan RVH/ LVH Tentukan ST Segmen : - Isoelektrik - Elevasi / Depresi Tentukan Gelombang T : - Normal - Inversi / Flat Kesimpulan

Nilai 1 2

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

BUKU PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 10. GANGGUAN MUSKULOSKELETAL

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012


1

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok I0 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : 1.ketrampilan Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal 1: leher, bahu dan ekstrimitas atas 2. Ketrampilan Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik sistem muskuloskeletal 2: Panggul dan ekstrimitas bawah 3. Ketrampilan prosedural : Stabilisasi fraktur dan dressing 4. Ketrampilan prosedural dan pemeriksaan fisik: Permintaan rontgen sistem muskuloskeletal dan interpretasi hasil Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI...

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL 1: LEHER, BAHU, PUNGGUNG DAN EKSTRIMITAS ATAS


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi tonus otot ekstremitas Menilai atrofi otot Inspeksi sendi ekstremitas Inspeksi postur tulang belakang/ pelvis Inspeksi posisi skapula Inspeksi fleksi dan ekstensi punggung Penilaian fleksi lumbal Palpation for tenderness Palpasi untuk mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal Palpasi tendon dan sendi Palpasi tulang belakang, sendi sakro-iliaka dan otot-otot punggung Tes fungsi otot dan sendi bahu Tes fungsi sendi pergelangan tangan, metacarpal dan jari-jari tangan

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Dengan mempelajari skills ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Muskuloskeletal 1: pemeriksaan leher, bahu, punggung dan ekstrimitas atas

TUJUAN KHUSUS: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Muskuloskeletal LEHER, BAHU PUN GGUNG, DAN EKSTRIMITAS ATAS meliputi: 1. inspeksi, 2. palpasi, 3. penilaian kekuatan otot dan tonus otot 4. tes fungsi otot dan sendi. C. Karakteristik mahasiswa Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 10 (Gangguan Muskuloskeletal) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (II) semester IV. Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / persiapan: 1. Probandus 2. Maniken

IV.

EVALUASI

PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL 1 No A Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL 1 4 Nilai 1 2

1 2 3

5 6 B 7 8 9 10

Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju) sebagian Pemeriksaan Daerah Leher Look : kontur tulang,jaringan lunak,warna & tektur kulit,ada/tidak jaringan lunak Feel : suhu kulit,kontur jaringan lunak Move : sendi spinal :fleksi 130 ,fleksi lateral 45 ,rotasi 80 , Kelainan saat pergerakan : ada/tidak rasa nyeri,ada/tidaknya krepitasi Pemeriksaan Bahu Look : kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit,ada/tidaknya jaringan parut/sinus Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak,nyeri lokal Move : ~Membedakan pergerakan sendi glenohumeral dan sendi skapula pada pergerakan abduksi,fleksi,ekstensi,rotasi lateral dan rotasi medial ~Ada tidaknya kelainan : nyeri saat pergerakan,spasme otot dan krepetasi Pemeriksaan sendi akromioklavikular : bengkak,rasa panas,nyeri dan stabilitas Pemriksaan sendi sternoklavikular : bengkak,rasa panas,nyeri dan stabilitas Kekuatan otot : otot servikoskapula,torakoskapula,skapulohumeral Pemeriksaan Lengan Atas Dan Sendi Siku Look : kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit,ada/tidak jaringan parut/sinus Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak,nyeri 5

C 11 12

13

14 15 16 17

D 18 19

20 21 22 23 24 E 25 26 27

lokal Move : (aktif dan pasif) ~sendi humero-ulnar :fleksi 150 ,ekstensi 0 , ~sendi radio-ulnar :supinasi 80 ,pronasi 90 ~kelainan saat pergerakan : myeri,krepitasi kekuatan otot : fleksi 150 ,ekstensi 0 ,supinasi 80 ,pronasi 90 , Stabilitas : lig. Lateral dan lig. Medial Pemeriksaan Punggung (Pasien Dalam Posisi Berdiri) Look : Kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit,ada/tidak jaringan parut/sinus Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak,nyeri lokal Move :sendi spinal :fleksi 80 ,ekstensi 30 ,fleksi lateral 35 ,rotasi 45 ,ada/tidak :nyeri saat pergerakan,spasme otot

Pemeriksaan Lengan Bawah,Pergelangan Tangan Dan jari jari Look : kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan 7 tekstur kulit,ada/tidaknya jaringan parut 8 Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak,nyeri lokal 9 Move : (aktif dan pasif) : pergelangan tangan,tangan,jari jari 10 Saraf N.Medianus : fungsi sensorik dan fungsi motorik N.Radius : fungsi sensorik dan fungsi motorik N.Ulnaris : fungsi sensorik dan fungsi motorik 11 Sirkulasi :denyut arteri,warna,rasa hangat,pengisian kembali kapiler 12 kekuatan otot dan stabilitas Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur 6

PEMERIKSAAN FISIK MUSKULOSKELETAL 2: PANGGUL DAN EKSTRIMITAS BAWAH


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi gait Inspeksi tonus otot ekstremitas Inspeksi sendi ekstremitas Inspeksi postur tulang belakang/ pelvis Panggul: penilaian fleksi dan ekstensi, adduksi, abduksi dan rotasi Menilai atrofi otot Lutut: menilai ligamen krusiatus dan kolateral Penilaian meniskus Kaki: inspeksi postur dan bentuk Kaki: penilaian fleksi dorsal/plantar, inversi dan eversi Palpation for tenderness Palpasi untuk mendeteksi nyeri diakibatkan tekanan vertikal Palpasi tendon dan sendi

Pengukuran panjang ekstremitas bawah


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Dengan mempelajari skills ini mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Muskuloskeletal 2:panggul dan ekstrimitas bawah TUJUAN KHUSUS: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik Muskuloskeletal PANGGUL DAN EKSTRIMITAS BWAH meliputi: 1. inspeksi, 2. palpasi, 3. penilaian kekuatan otot dan tonus otot 4. tes fungsi otot dan sendi.

C. Karakteristik mahasiswa: (mahasiswa tahun berapa..., pengetahuan yang diperlukan apa saja... Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 10 (Gangguan Muskuloskeletal) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (II) semester IV. Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / persiapan: 1. Probandus 2. Maniken 8

IV.

EVALUASI

PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL 2

C 13 14 15 16 17 18 19 20 D 21 22 23 24 25 26 E 27 28

Pemeriksaan Panggul Pasien berbaring : Look : kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan tekstur,ada/tidak jaringan parut Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak.nyeri lokal Move : (aktif dan pasif) fleksi,abduksi saat fleksi,rotasi medial (interna),rotasi lateral (ekterna) pemeriksaan adanya deformitas : uji Thomas pengukuran panjang tungkai : panjang klinik dan panjang yang tampak kekuatan otot Pasien berdiri Pemeriksaan stabilitas postural : uji Trendelenburg Cara berjalan (gait) Pemeriksaan Lutut Look : kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kulit,ada/tidak jaringan parut Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak,nyeri lokal Move : (aktif/pasif) fleksi,ekstensi,nyeri bila digerakkan,krepitasi kekuatan : fleksi-ekstensi Stebilitas : Lig. Medial, Lig. Lateral, Lig Krusiatum anterior dan posterior Uji rotasi Mc Murray Pemeriksaan Tungkai Bawah,Pergelangan Kaki dan Kaki Look : kontur tulang,kontur jaringan lunak,warna dan tekstur kaki Feel : suhu kulit,kontur tulang,kontur jaringan lunak,nyeri lokal Move (aktif dan pasif) pergelangan kaki : plantar fleksi,drosofleksi 9

29

30 31 32 33 34 35

36 37

Sendi subtalar : inversi-adduksi,eversi-adduksi Sendi midtrasal : inversi-adduksi,eversi-adduksi Stabilitas : integritas ligamen khususnya ligamentu,lateral kaki kekuatan otot Penapakan kaki saat berdiri : bentuk arkus longitudinal,bentuk kaki Sirkulasi perifer denyut : a,dorsalis pedis, a,tibialis posterior, a,poplitea, a, fermoralis,ada/tidaknya sianosis kaki Status neurologil anggota gerak bawah : Uji straight Leg Raising (SLR) Melaporkan hasil pemeriksaan dan follow up

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

10

STABILISASI FRAKTUR DAN DRESSING


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) o Stabilisasi fraktur (tanpa gips)

o Melakukan dressing (sling, bandage)


o Perawatan luka (pemasangan dressing, bandage)

o Varicose veins, compressive bandage therapy o Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci
tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll) o o o o Transport pasien (transport of casualty) Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien dan keluarga

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM o Dengan mempelajari skills ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu melakukan pemeriksaan fisik pada kasus trauma.

Dengan mempelajari skills ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu melakukan penanganan awal pada kasus trauma. 11

TUJUAN KHUSUS: o Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik pada kasus trauma meliputi inspeksi, palpasi. (fraktur, dislokasi, dll). nyeri tekan, nyeri sumbu, dst o o Inform consent Mahasiswa mampu melakukan penanganan awal pada kasus trauma meliputi : 1. perawatan luka, 2. mengobati ulkus tungkai, 3. stabilisasi fraktur, Pemasangan bidai pada fraktur ekstrimitas atas dan bawah 4. Langkah observasi setelah pemasangan bidai 5. Dressing...

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 12 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR Ilustrasi Kasus Seorang ibu, bernama fraknur, 38 tahun, PNS, dibawa oleh teman kantornya ke IGD rumah sakit kabupaten dengan keluhan perdarahan yang banyak dipaha kirinya, dan terlihat ada robekan yang luas dipaha tsb. Sesampai di IGD, dokter langsung memeriksanya. Dari hasil pemeriksan didapat adanya patah tulang pada paha kiri bu tsb. Untuk lebih memastikan, ibu tersebut dibawa ke ruang roentgen untuk dilakukan foto roentgen pada bagaian yang bermasalah. Ternyata dari hasil foto polos radiologi didapat 12

hasil tambahan berupa adanya fraktur tertutup pada os humerus dextra ibu tsb, serta dislokasi pada ankle joint dextra. Bagaimana tahap-tahap awal anda menangani pasien tersebut? Teori dasar untuk splint dan bandage Bandage: ada 4 macam bandage Indikasi : Skills pemeriksaan fisik muskuloskeletal untuk pasien dengan keluhan gangguan berjalan, menilai kekuatan otot. Skills pemeriksaan fisik pada kasus trauma untuk pasien dengan trauma seperti fraktur, dislokasi, dll. Skills penanganan awal pada kasus trauma untuk pasien dengan trauma fraktur, dislokasi, dll

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / persiapan: 1. Probandus 2. Maniken 3. Bidai 4. Bebat

IV.

EVALUASI PEMASANGAN BIDAI (SPLINT) DAN PEMBALUTAN (DRESSING)

No A 1 2 3

Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMASANGAN BIDAI (SPLINT) DAN PEMBALUTAN/BEBAT (DRESSING) Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Meminta pasien untuk membuka pakaian (baju) sebagian 1

Nilai 2 3

5 6

13

B 7 8 9 10 11 12 C 13 14 15 16 17 18

Pemasangan Bidai Persiapan Awal Melakukan inspeksi, palpasi, dan memeriksa rentang gerak, bagian tubuh yang cedera. Memilih Bidai yang sesuai Melakukan prosedur pemasangan bidai dengan benar Memeriksa hasil pembidaian: terlalu ketat atau terlalu longgar, hambatan terhadap gerakan sendiri normal Memeriksa bagian proksimal dan distal bidai: sensasi, denyut nadi, edema, suhu, dan gerakan. Memberitahukan kepada pasien tentang perawatan selanjutnya (follow up) Pembalutan (Dressing) Persiapan awal Melakukan inspeksi, palpasi, dan memeriksa rentang gerak, bagian tubuh yang cedera. Memilih Bidai yang sesuai Melakukan prosedur pemasangan dressing dengan benar Memeriksa hasil pembalutan/dressing: terlalu ketat atau terlalu longgar, hambatan terhadap gerakan sendiri normal Memeriksa bagian proksimal dan distal pembalutan: sensasi, denyut nadi, edema, suhu, dan gerakan. Memberitahukan kepada pasien tentang perawatan selanjutnya (follow up) V.

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

14

RONTGEN SISTEM MUSKULOSKELETAL: PERMINTAAN DAN INTERPRETASI HASIL


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Permintaan & interpretasi pemeriksaan X-ray: foto polos

Interpretasi X-Ray tulang belakang Interpretasi X-Ray tengkorak

Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan permintaan serta menginterpretasi foto polos radiologi tengkorak, tulang belakang, tulang dan sendi. (Fraktur, dislokasi, dll). TUJUAN KHUSUS: 1. 2. 3.

15

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI o Correlation to clinical finding (Indikasi & kontraindikasi) Skills permintaan serta menginterpretasi foto polos radiologi tulang dan sendi untuk penunjang dalam penegakan diagnosis pada pasien trauma.

III. PROSEDUR KERJA Alat dan Bahan / persiapan: 1. Foto polos radiologi tulang dan sendi (NORMAL, PATOLOGIS) 2. Light Box

IV. EVALUASI

KETRAMPILAN MENGINTEPRETASIKAN FOTO RADIOLOGI TULANG DAN SENDI No A Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM MENGINTERPRETASIKAN FOTO POLOS RADIOLOGI TENGKORAK, TULANG BELAKANG, TULANG DAN SENDI Memeriksa identitas pasien yaitu nama dan umur 16 1 Nilai 2 3

2 3 B 4 5 6

Memeriksa ada tidaknya marker dengan benar Menentukan jenis dan posisi foto dengan benar MENGINTERPRETASIKAN FOTO Menilai alignment (kedudukan tulang-tulang pakah ada pergeseran/lengkungan ) dengan benar. Menilai bone (memperhatikan tepi tulang,cortex dan medulla) dengan benar Menilai cartilago (memperhatikan celah sendi,apakah ada penyempitan atau tidak,simetris/tidak) dengan benar. Menilai jaringan lunak (apakah ada pembekakan / klasifikasi) dengan benar KESIMPULAN Membuat kesimpulan dari gambaran radiologi Menjelaskan pada pasien hasil pemeriksaan foto radiologi tulang dan sendinya Berpisah dengan pasien dengan memberikan harapan Melakukan cuci tangan rutin

C 8 9 10 11

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

17

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 11. SISTEM SARAF

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok 11 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : I. Ketrampilan pemeriksaan fisik umum mengenai kesadaran: Pemeriksaan fisik umum kesadaran II. Keterampilan pemeriksaan sensorik motorik: Pemeriksaan sensorik motorik III. Trampilan pemeriksaan nervus cranialis: Pemeriksaan nervus cranialis IV. Ketrampilan pemeriksaan rangsangan meningeal : Pemeriksaan rangsangan meningeal Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Dr. Fahlepi Ruwaida

DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN FISIK KESADARAN DAN FUNGSI LUHUR


I. PENDAHULUAN Dalam rangka menegakkan diagnosis penyakit saraf diperlukan pemeriksaan

anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan mental dan laboratorium (penunjang). Pemeriksaan neurologis meliputi: pemeriksaan kesadaran, rangsang selaput otak, saraf otak, sistem motorik, sistem sensorik refleks dan pemeriksaan mental (fungsi luhur). Selama beberapa dasawarsa ini ilmu serta teknologi kedokteran maju dan berkembang dengan pesat. Banyak alat dan fasilitas yang tersedia, dan memberikan bantuan yang sangat penting dalam mendiagnosis penyakit serta menilai perkembangan atau perjalanan penyakit. Saat ini kita dengan mudah dapat mendiagnosis perdarahan di otak, atau keganasan di otak melalui pemeriksaan pencitraan. Kita juga dengan mudah dapat menentukan polineuropati dan perkembangannya melalui pemeriksaan kelistrikan. Di samping kemajuan yang pesat ini, pemeriksaan fisik dan mental di sisi ranjang (bedside) masih tetap memainkan peranan yang penting. Kita bahkan dapat meningkatkan kemampuan pemeriksaan di sisi ranjang dengan bantuan alat teknologi yang canggih. Kita dapat mempertajam kemampuan pemeriksaan fisik dan mental dengan bantuan alat-alat canggih yang kita miliki. Sampai saat ini kita masih tetap dan harus memupuk kemampuan kita untuk melihat, mendengar, dan merasa, serta mengobservasi keadaan pasien. Dengan pemeriksaan anamnesis, fisik dan mental yang cermat, kita dapat menentukan diagnosis, dan pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Penilaian tingkat kesadaran dengan skala koma Glasgow (GCS) Penilaian orientasi Penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa, termasuk penilaian afasia Penilaian daya ingat/ memori Penilaian konsentrasi dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik umum kesadaran berdasarkan SKALA COMA GOSLOW Melakukan pemeriksaan Fungsi luhur Tujuan khusus Setelah mengikuti kegiatan skills lab ini, diharapkan mahasiswa mampu: Melakukan pemeriksaan kesadaran dalam keadaan pasien berbaring Melakukan pemeriksaan respon mata Melakukan pemeriksaan verbal Melakukan pemeriksaan motorik Menginterprestasikan hasil pemeriksaan fisik kesadaran Melakukan pemeriksaan fungsi luhur Melakukan penilaian orientasi Melakukan penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa, termasuk penilaian afasia Melakukan penilaian daya ingat/ memori Melakukan penilaian konsentrasi

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelum berlatih : Memiliki pengetahuan komunikasi efektif Memiliki pengetahuan anatomi dan sistem saraf Memiliki pengetahuan mengenai fisiologi Keterkaitan penyakit pada gangguan kesadaran

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III.

DASAR TEORI PROSEDUR KERJA Pasien dibaringkan diatas tempat tidur Nilai status pasien, adakah kelainan gawat yang harus di tangani terlebih dahulu Periksa kesadaran pasien dengan GCS GCS Eye : 1. pasien tidak membuka mata dengan pemberian rangsang apapun saat dokter mendatangi pasien 2. pasien membuka mata saat dirangsang nyeri 3. pasien membuka mata saat namanya di panggil 4. pasien spontan membuka mata dan memandang dokter Verbal : 1. Pasien tidak mengeluarkan suara walau diberi rangsangan nyeri 2. Pasien tidak bisa menjawab pertanyaan sama sekali dan hanya mengeluarkan suara yang tidak membentuk kata (bergumam) 3. Pasien mengucapkan kata jangan saat diberi rangsangnyeri tetapi tidak bisa menyelesaikan seluruh kalimat dan tidak bisa menjawab 4. Pasien dapat berbicara normal tetapi tampak bingung, pasien tidak tahu secara pasti apa yang telah terjadi pada dirinya dan memberikan jawaban yang salah saat ditanya oleh dokter 5. pasien berbicara secara normal dan dapat menjawab pertanyaan dokter dengan benar (pasien menyadari bahwa ia ada di rumah sakit,menyebutkan namanya,alamat, dll) Motoric : 1. Pasien tidak ada tonus walaupun diberi rangsangan nyeri 2. Saat diberi rangsang nyeri, pasien meletakkan kedua tangannya secara lurus dan kaku 3. Saat diberi rangsang nyeri ,kedua tangan pasien menggenggam dan dikedua sisi tubuh dibagian atas sternum (posisi dekortikasi) atau kedua tangan fleksi abnormal 4. Pasien berusaha menolak rangsang nyeri 5. Pasien tidak dapat menuruti perintah, tetapi saat di beri rangsang nyeri pasien dapat melokalisir nyeri 6. pasien dapat mengikuti perintah dokter,misalkan Tunjukkan pada saya 2 jari! EVALUASI

IV.

Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : No Aspek penilaian 0 Pemeriksaan kesadaran GCS 1. Pasien dalam posisi berbaring 1 Nilai 2 3

2 3. 4. 5. 7

Pemeriksa berdiri di sebelah kanan pasien Melakukan nilai respon membuka mata (eye) Melakukan penilaian verbal Melakukan penilaian motorik Tentukan nilai GCS PENILAIAN FUNGSI LUHUR
Penilaian orientasi Penilaian kemampuan berbicara dan berbahasa, termasuk penilaian afasia Penilaian daya ingat/ memori Penilaian konsentrasi

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur SUMBER RUJUKAN 1. 2. 3. Evanz, MD. Diagnostik Testing in Neurologi W.B, Sauders company, philadephia. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik : Pemeriksaan fisik dan mental, FKUI, Jakarta, 2004 Marjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi 6. Jakarta, 1997; hal 5 - 183

PEMERIKSAAN SENSORIK DAN MOTORIK

I.

PENDAHULUAN Keterampilan pemeriksaan fisik sistem saraf meliputi pemeriksaan fungsi sensorik

dan motorik. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui berbagai manifestasi kelainan yang terdapat pada gangguan susunan saraf pusat dan perifer. Keterampilan pemeriksaan sensorik dan motorik merupakan ketrampilan yang menjadi kompetensi dengan level 4 dalam standar kompetensi yang ditetapkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia, yang artinya seorang calon dokter harus bisa mengerjakan ketrampilan ini secara mandiri tanpa supervisor. Untuk itulah sejak tingkat 1 mahasiswa FK-UNAYA mulai diperkenalkan dengan ketrampilan tersebut.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) o o o o o o o o o Penilaian sensasi wajah Penilaian tonus otot Penilaian kekuatan otot Penilaian sensasi nyeri Penilaian sensasi suhu Penilaian sensasi raba halus Penilaian rasa posisi (proprioseptif) Penilaian sensasi diskriminatif (misal stereognosis) Inspeksi: postur, habitus, gerakan involunter

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum Mahasiswa mampu menjelaskan dan melakukan berbagai cara pemeriksaan sensorik dan motorik

Tujuan Khusus: 1. Melakukan anamnesis singkat sebagai dasar dalam melakukan pemeriksaan pasien. 2. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan akan dilakukan serta memperolah izin melakukan pemeriksaan dari pasien atau keluarga 3. Mampu mempersiapkan alat dan pasien untuk pemeriksaan sensorik 4. Mampu memberikan instruksi dan melakukan pemeriksaan sensorik secara benar 5. Mampu mempersiapkan alat dan pasien untuk pemeriksaan sensasi superfisial eksteroseptif (sensasi taktil, sensasi nyeri superfisial) 6. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan sensorik 7. Mampu melakukan pemeriksaan kekuatan otot lengan atas dengan pergerakan aktif dan menentukan grading. 8. Mampu melakukan pemeriksaan kekuatan otot lengan bawah dengan pergerakan aktif dan menentukan grading. 9. Mampu melakukan pemeriksaan kekuatan otot tangan dengan pergerakan aktif dan menentukan grading. 10. Mampu melakukan pemeriksaan kekuatan otot tungkai atas dengan pergerakan aktif dan menentukan grading. 11. Mampu melakukan pemeriksaan kekuatan otot tungkai bawah dengan pergerakan aktif dan menentukan grading. 12. Mampu melakukan pemeriksaan kekuatan otot kaki dengan pergerakan aktif dan menentukan grading. 13. Mampu menilai dan menginterpretasikan ada tidaknya kelemahan atau kelumpuhan otot. C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Pengetahuan dasar anatomi neurologi Pengetahuan dasar fisiologi Pengetahuan neurologi klinis dasar

Praktikum dan skill yang terkait dengan pemeriksaan sensorik Komunikasi Informed consent

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III. PROSEDUR KERJA 1. PEMERIKSAAN FUNGSI SENSORIK Sehubungan dengan pemeriksaan fungsi sensorik maka beberapa hal berikut ini harus dipahami terlebih dahulu :

1. Pemeriksaan sensorik membutuhkan konsentrasi penuh dan kerjasama yang baik antara pemeriksa dan penderita. 2. Kesadaran penderita harus penuh dan tajam (komposmentis dan kooperatif). Penderita tidak boleh dalam keadaan lelah, karena kelelahan akan mengakibatkan gangguan perhatian serta memperlambat waktu reaksi. 3. Prosedur pemeriksaan harus benar-benar dimengerti oleh penderita. Dengan demikian cara dan tujuan pemeriksaan harus dijelaskan kepada penderita dengan istilah yang mudah dimengerti olehnya. 4. Hendaknya terlebih dahulu mengajarkan pemeriksaan dan mencontohkannya pada pasien, kemudian menilai apakah pasien mengerti dan mampu merespon pemeriksaan sesuai dengan yang diharapkan. Kadang-kadang terlihat adanya manifestasi obyektif ketika dilakukan

pemeriksaan anggota gerak atau bagian tubuh yang dirangsang, misalnya penderita menyeringai, mata berkedip-kedip serta perubahan sikap tubuh. Mungkin pula muncul dilatasi pupil, nadi yang lebih cepat dari semula, keluar banyak keringat. Yang dinilai bukan hanya ada atau tidak adanya sensasi tetapi juga meliputi perbedaanperbedaan sensasi yang ringan dengan demikian harus dicatat gradasi atau tingkat perbedaannya.

Perlu ditekankan disini tentang azas simetris : pemeriksaan bagian kiri harus selalu dibandingkan dengan bagian kanan. Juga perlu dipahami tentang azas ekstrem : pemeriksaan dikerjakan dari Ujung atas dan Ujung bawah kearah pusat. Hal ini untuk menjamin kecermatan pemeriksaan.

Ketajaman persepsi dan interpretasi rangsangan berbeda pada setiap individu, pada tiap bagian tubuh, dan pada individu yang sama tetapi dalam situasi yang berlainan. Dengan demikian dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ulang pada hari berikutnya.

Pemeriksaan fungsi sensorik hendaknya dikerjakan dengan sabar (jangan tergesa-gesa), menggunakan alat yang sesuai dengan kebutuhan/tujuan, tanpa menyakiti penderita dan penderita tidak boleh dalam keadaan tegang.

Perlu ditekankan disini bahwa hasil pemeriksaan fungsi sensorik pada suatu saat tidak dapat dipercaya, membingungkan atau sulit dinilai. Dengan demikian kita harus hati-hati

dalam hal penarikan kesimpulan.

a. Pemeriksaan Sensasi Taktil Alat yang dipakai : kuas halus, kapas, bulu, tissue, atau bila peralatan tidak tersedia, pemeriksaan dapat dilakukan dengan jari tangan yang disentuhkan ke kulit secara halus sekali.

Cara pemeriksaan : 1. Mata penderita dalam keadaan tertutup. 2. Lakukan stimulasi seringan mungkin, jangan sampai memberikan tekanan terhadap jaringan subkutan. 3. Tekanan dapat ditambah sedikit bila memeriksa telapak tangan dan telapak kaki yang kulitnya lebih tebal. 4. Selama pemeriksaan, minta penderita untuk menyatakan Ya atau Tidak apabila dia merasakan atau tidak merasakan adanya rangsangan, dan sekaligus juga diminta untuk menyatakan tempat atau bagian tubuh mana yang dirangsang. Selain itu juga dinilai apakah terdapat perbedaan intensitas rangsangan pada daerah yang simetris, misalnya telapak tangan kiri dengan telapak tangan kanan. 5. Hendaknya pemeriksaan dilakukan pada kulit yang tidak berambut, karena gesekan pada rambut juga memberikan sensasi yang menyerupai sensasi taktil.

6. Pemeriksaan hendaknya dilakukan pada daerah yang terdapat kelainan ke daerah yang sensasinya normal.

Beberapa istilah sehubungan dengan kelainan sensasi taktil antara lain : Kehilangan sensasi taktil dikenal sebagai anestesia. Berkurangnya sensasi taktil dikenal sebagai hipoestesia atau hipestesia. Sensasi taktil yang meningkat dikenal sebagai hiperestesia.

b. Pemeriksaan Sensasi Nyeri Superfisial Alat yang dipakai dapat berupa jarum biasa, peniti, jarum pentul atau jarum yang terdapat pada pangkal palu refleks. Stimulator listrik atau panas tidak dianjurkan.

Cara Pemeriksaan: 1. Pemeriksaan terlebih dahulu mencobakan tusukan jarum tadi terhadap dirinya sendiri, dan mencontohkannya pada penderita. 2. Mata penderita tertutup. 3. Dilakukan penekanan terhadap kulit penderita seminimal mungkin, jangan sampai menimbulkan perlukaan. 4. Rangsangan terhadap kulit dikerjakan dengan ujung jarum dan kepala jarum secara bergantian, sementara itu penderita diminta untuk menyatakan sensasinya sesuai dengan pendapatnya, apakah terasa tajam atau tumpul. 5. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah terdapat perbedaan intensitas ketajaman rangsangan di daerah yang simetris. 6. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya menurun maka rangsangan dimulai dari daerah tadi menuju ke arah yang normal. 7. Apabila dicurigai ada daerah yang sensasinya meninggi maka rangsangan dimulai dari daerah tadi ke arah yang normal. Beberapa istilah sehubungan dengan gangguan sensasi nyeri superfisial adalah: Analgesia menunjukkan daerah yang tidak sensitif terhadap rangsang nyeri. Hipalgesia menunjukkan sensitivitas yang menurun. Hiperalgesia menunjukkan peningkatan sensitivitas.

c. Pemeriksaan Sensasi Gerak dan Posisi Pengertian umum tentang sensasi ini adalah sebagai berikut :

1. Sensasi gerak juga dikenal sebagai sensasi kinetik atau sensasi gerak aktif /pasif. 2. Sensasi gerak terdiri dari kesadaran tentang adanya gerakaan di dalam berbagai bagian tubuh. 3. Sensasi posisi atau sensasi postur terdiri dari kesadaran terhadap posisi tubuh atau posisi bagian tubuh terhadap ruang. 4. Arterestesia digunakan untuk persepsi gerakan dan posisi sendi, dan statognosis menunjukkan kesadaran postur. 5. Kemampuan pengenalan gerakan bergantung pada rangsangan yang muncul sebagai akibat dari gerakan sendi serta pemanjangan /pemendekan otot-otot. 6. Individu normal sudah mampu mengenal gerakan selebar 1-2 derajat pada sendi interfalangeal. Tujuan pemeriksaan adalah untuk memperoleh kesan penderita terhadap gerakan dan pengenalan terhadap arah gerakan, kekuatan, lebar atau luas gerakan (range of movement) sudut minimal yang penderita sudah mengenali adanya gerakan pasif, dan kemampuan penderita untuk menentukan posisi jari dalam ruangan Cara pemeriksaan : 1. Tidak diperlukan alat khusus. 2. Mata penderita tertutup. 3. Penderita dapat duduk atau berbaring. 4. Jari yang diperiksa harus dipisahkan dari jari-jari di sebelah kiri/kanannya sehingga tidak bersentuhan, sementara itu jari yang diperiksa tidak boleh melakukan gerakan aktif seringan apapun. 5. Jari-jari penderita harus benar-benar dalam keadaan relaksasi dan digerakkan secara pasif oleh pemeriksa dengan menjepit jari tersebut dengan dua jari pemeriksa. Sentuhan dilakukan seringan mungkin sehingga dihindari adanya tekanan terhadap jari-jari tadi. 6. Penderita diminta untuk mengenali jari mana yang dipegang oleh pemeriksa. Penderita juga diminta untuk menyatakan apakah ada perubahan posisi jari ataupun apakah ada gerakan pada jarinya, misalnya jarinya digerakkan ke arah bawah atau atas oleh pemeriksa. 7. Apabila diperoleh kesan adanya gangguan sensasi gerak dan posisi maka dianjurkan untuk memeriksa bagian tubuh lain yang ukurannya lebih besar, misalnya tungkai bawah atau lengan bawah

8. Cara lain ialah dengan memposisikan jari-jari salah satu tangan penderita pada pola tertentu, kemudian penderita dengan mata tertutup diminta untuk menirukan posisi tadi pada tangan yang lain. d. Pemeriksaan Sensasi Getar/Vibrasi Pengertian umum Sensasi vibrasi disebut pula dengan palestesia yang berarti kemampuan untuk mengenal atau merasakan adanya rasa getar, ketika garpu tala yang telah digetarkan diletakkan pada bagian tulang tertentu yang menonjol. Alat yang dipakai : o o Garpu tala yang mempunyai frekuensi 128 Hz. Ada pula yang berpendapat bahwa dengan frekuensi 256 Hz akan diperoleh hasil yang lebih baik. o Bagian tubuh yang nantinya ditempeli pangkal garpu tala antara lain : ibu jari kaki, maleolus lateralis/medialis, tibia, sakrum, spina iliaka anterior superior, prosesus stiloideus radius/ulna, dan sendi-sendi jari.

Cara Pemeriksaan : 1. Mata penderita ditutup. 2. Getarkan garpu tala terlebih dahulu, dengan jalan ujung garpu tala dipukulkan pada benda padat/keras yang lain. Kemudian pangkal garpu tala segera ditempelkan pada permukaan keras bagian tubuh tertentu, misalnya sendi jari. 3. Ditanyakan kepada penderita apakah ia merasakan getaran saat ditempelkan garpu tala tersebut, kemudian diminta untuk merasakan sampai getaran tersebut hilang. Yang dicatat ialah tentang intensitas dan lamanya vibrasi. 4. Kedua hal tersebut bergantung pada kekuatan penggetaran garpu tala dan interval antara penggetaran garpu tala tadi dengan saat peletakan garpu tala pada bagian tubuh yang diperiksa. Hasil : Dikatakan normal bila penderita merasakan getaran maksimal. Yang lebih penting lagi ialah kemampuan penderita untuk merasakan getaran ketika garpu hampir berhenti bergetar, hilangnya rasa getar disebut palanestesia. Kesalahan yang mungkin timbul pada ketrampilan sensorik ini : 1. Pada pemeriksaan sensasi taktil, kesalahan dapat timbul bila terlalu kuat menekan kulit dengan alat, atau perabaan dilakukan pada kulit yang kasar. 2. Pada pemeriksaan sensasi nyeri, kesalahan yang terjadi antara lain : Terjadinya luka atau perdarahan.

Perbedaan intensitas rangsangan. Variasi normal dari ambang rangsang nyeri bisa diinterpretasikan sebagai kelainan.

3. Pada pemeriksaan sensasi posisi sendi dan sensasi getar, kesalahan yang mungkin terjadi: - Kurangnya penjelasan atau tidak adekuat. - Pemeriksaan dilakukan dengan tergesa-gesa tanpa melakukan pengecekan.

2. PEMERIKSAAN FUNGSI MOTORIK Pemeriksaan fungsi motorik membutuhkan kerjasama antara pemeriksa dan penderita. Dalam hal ini pemeriksa hendaknya mengetahui otot bagian mana yang akan diperiksa, dan bagaimana arah pergerakan otot tersebut, sehingga didapatkan hasil penilaian yang lebih objektif dan akurat. Untuk pergerakan otot rangka, seringkali penderita diminta untuk melakukan abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi, rotasi, dan sebagainya. Dalam hal ini hendaknya pemeriksa mencontohkan gerakan itu terlebih dahulu sebelum melakukan penilaian kekuatan otot penderita.

Cara pemeriksaan : 1. Pemeriksa memposisikan penderita dengan nyaman dan rileks. Posisi penderita bisa dalam keadaan duduk atau berbaring, tergantung dengan otot mana yang akan diperiksa. 2. Pertama-tama pemeriksa meminta penderita menggerakkan otot yang akan diperiksa secara aktif sesuai arah pergerakan. Misalnya untuk lengan atas, pemeriksa meminta penderita menggerakkan lengan atasnya secara abduksi atau adduksi. 3. Kemudian pemeriksa melakukan penilaian kekuatan otot penderita. Bila penderita mampu menggerakkan otot anggota geraknya melawan gaya gravitasi, selanjutnya 25 pemeriksa memberikan tahanan pada otot yang diperiksa. Tahanan tersebut dilakukan dari intensitas ringan, sampai kuat sesuai daya kekuatan penderita. 4. Kekuatan otot anggota gerak dinilai pada masing-masing bagian dan pada kedua sisi tubuh, kiri dan kanan. 5. Pada lengan, penilaian dilakukan pada lengan atas, lengan bawah dan tangan. 6. Sedangkan untuk tungkai, dinilai kekuatan otot tungkai atas, tungkai bawah dan kaki.

Penilaian Kekuatan Otot : 5 = Normal 4 = Dapat melawan pemeriksa tetapi lemah 3 = Dapat melawan gravitasi tetapi tidak bisa melawan pemeriksa 2 = Dapat diseret tetapi tidak bisa melawan gravitasi 1 = Ada gerakan-gerakan lokal / gemetar dan sebagainya 0 = Lumpuh total

IV. No

EVALUASI Aspek penilaian 0 Pemeriksaan sensorik Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Menerangkan maksud dan cara pemeriksaan Meminta penderita untuk memejamkan mata dan mematuhi perintah (untuk setiap pemeriksaan) Meminta penderita untuk menyatakan ya atau tidak pada setiap perangsangan Memberikan rangsangan secara ringan tanpa memberi tekanan jaringan subkutan Meminta penderita untuk menyebutkan daerah yang dirangsang (untuk setiap pemeriksaan) Melakukan rangsangan nyeri dengan intensitas minimal tanpa menimbulkan perdarahan Melakukan pemeriksaan sensasi posisi dan pergerakan sendi Melakukan pemeriksaan sensibilitas getar Memberikan interpretasi atas hasil pemeriksaan Pemeriksaan motorik Melakukan pemeriksaan kekuatan otot lengan atas dengan pergerakan aktif dan menentukan grading Melakukan pemeriksaan kekuatan otot lengan bawah dengan pergerakan aktif dan menentukan grading Melakukan pemeriksaan kekuatan otot tangan dengan pergerakan aktif dan menentukan grading Melakukan pemeriksaan kekuatan otot tungkai atas dengan pergerakan aktif dan menentukan grading Lapor hasil pemeriksaan Nilai 1

1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN a. De Jongs (2005), The neurologic examination, Lippincott williams & willkins, Philadelphia, 2005. Fuller G, Neurological examination, Churchill livingstone Inc, New York, 2006 Evanz, MD. Diagnostic Testing in Neurology W.B, Saunders company, Philadephia, 1999 Lumbantobing SM, Neurologi Klinik: Pemeriksaan fisik dan mental, FKUI, Jakarta, 2004

2. 3. 4.

PEMERIKSAAN NERVUS CRANIALIS


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

E. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Uji pembauan Penilaian sensasi wajah Penilaian pergerakan wajah Penilaian indra pengecapan Penilaian kemampuan menelan Inspeksi palatum Penilaian otot sternomastoid dan trapezius Lidah, inspeksi saat istirahat Lidah, inspeksi dan penilaian sistem motorik (misal dengan dijulurkan keluar) Penilaian kesimetrisan wajah

Penilaian kekuatan otot temporal dan masseter


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nervus kranialis

Tujuan khusus Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat pemeriksaan N. Kranialis

Mahasiswa mampu menjelaskan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nervus kranialis dengan benar Mahasiswa mampu menjelaskan interpetsi hasil pemeriksaan N. kranialis.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: D. Memiliki pengetahuan anatomi fisiologi Memiliki pengetahuan neurologi

METODE PEMBELAJARAN Peragaan skills oleh instruktur Belajar mandiri dibawah pengawasan instruktur Evaluasi

II.

DASAR TEORI

III. PROSEDUR KERJA Persiapkan Pasien dalam keadaan rileks Minta pasien untuk mengikuti instruksi pemeriksa N. 1 untuk penciuman N. 2, 3, 4, 6 untuk mata N. 5 untuk pemeriksaan motorik N. 7 untuk pemeriksaan motorik sensorik N. 8 untuk pemeriksaan pendengaran dan keseimbangan N. 9, 10 untuk pemeriksaan motorik sensorik N. 11 untuk menilai pemeriksaan tonus otot m. Sternocledomastoideus dan m. Trapezius N. 12 untuk pemeriksaan gangguan pergerakan lidah

IV. EVALUASI

No 1. 2 3. 4.

Aspek penilaian 0 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Menerangkan maksud dan cara pemeriksaan Melakukan pemeriksaan N. I Melakukan pemeriksaan N. II,N. III, N. IV, N. VI 1

Nilai 2 3

5. 6.

,melakukan pemeriksaan N. III, N. IV, N. VI Melakukan pemeriksaan N. V

Goresin kapas atau jarum dikulit wajah, rasakan sensasi sensorik yang timbul 7. Melakukan pemeriksaan N. VII 8. N. VIII - melakukan tes pendengaran - melakukan tes romberg 9. Melakukan pemeriksaan N. IX, XII 10. Melakukan pemeriksaan N. X 11. Melakukan pemeriksaan N. XI 12. Laporkan hasil pemeriksaan Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN

1. 2. 3.

Evanz, MD. Diagnostik Testing in Neurologi W.B, Sauders company, philadephia. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik : Pemeriksaan fisik dan mental, FKUI, Jakarta, 2004 Marjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi 6. Jakarta, 1997; hal 5 - 183

PEMERIKSAAN SISTEM SARAF SPESIFIK

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Deteksi kaku kuduk Tanda Patrick dan kontra-Patrick Tanda Chvostek Tanda Lasegue

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sistem saraf spesifik

Tujuan khusus Mahasiswa mampu melakukan persiapan pemeriksaan untuk sistem saraf spesifik Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kaku kuduk pada rangsang meningeal Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan brudzinki dan kontra bruzinski Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan kernig sign Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan lasegue sign Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan chovtek sign Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Patrick dan kontra patrick sign

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Memiliki pengetahuan komunikasi efektif Memiliki Pengetahuan mengenai anatomi- fisiologi

Memiliki Pengetahuan mengenai neurologi Memiliki Pengetahuan mengenai muskuloskeletal

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III.

DASAR TEORI PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN:

LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN: Pasien dalam posisi berbaring Pemeriksa berada d sebelah kanan pasien Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dimana dagu mencapai dada, bila dagu tidak dapat mencapai dada maka dikatakan kaku kuduk positif. Kemudian Pasien yang sedang berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai membuat sudut 90. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135 terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum atau kurang dari sudut 135, maka dikatakan Kernig sign positif. Brudzinski I (Brudzinskis neck sign) Pasien dalam posisi terlentang, dengan tangan yang ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.

Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan), kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi) persendian panggulnya. Nilai tungkai yang lainnya ( lasegue sign )

IV.

EVALUASI

Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : No 1. 2 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Aspek penilaian 0 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Menerangkan maksud dan cara pemeriksaan Pasien dalam posisi rileks Pasien dalam posisi berbaring Pemeriksa berada disebelah kanan pasien Mampu melakukan pemeriksaan Kaku kuduk Mampi melakukan pemeriksaan Kernig sign Mampu melakukan pemeriksaan Brudzinskis neck sign Mampu melakukan pemeriksaan Lasegue Laporkan hasil pemeriksaan Pemeriksaan lainnya.... Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur SUMBER RUJUKAN 1. Evanz, MD. Diagnostik Testing in Neurologi W.B, Sauders company, philadephia. 2. Lumbantobing SM, Neurologi Klinik : Pemeriksaan fisik dan mental, FKUI, Jakarta, 2004 3. Marjono M, Sidharta P. Neurologi klinis dasar. Edisi 6. Jakarta, 1997; hal 5 - 183 1 Nilai 2 3

BUKU PANDUAN SKILLSLAB BLOK 12 GANGGUAN PSIKIATRI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA T.A 2013

KATA PENGANTAR Buku panduan Skill Lab Blok 12 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada kemampuan yang berkaitan dengan psikiatri: 1. Wawancara psikiatri (penilaian status mental, penilaian kesadara, penilaian orientasi, penilaian daya konsentrasi, penilaian daya ingat, identifikasi masalah di bidang fisik, psikologi dan sosial, dan penilaian persepsi) 2. Pemeriksaan motorik pasien psikiatri (penilaian pengendalian impuls, penilaian motorik) 3. Penanganan awal pasien emergensi psikiatri (identifikasi gawatdarurat psikiatri), 4. Diagnosis dan penentuan pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut (menegakkan diagnosa kerja berdasarkan kriteria diagnos amulti aksial, mampu menentukan indikasi rujuk) Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

WAWANCARA PASIEN PSIKIATRI

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Autoanamnesis dengan pasien Alloanamnesis dengan anggota keluarga/ orang lain yang bermakna Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kehidupan keluarga Penilaian status mental Penilaian kesadaran Penilaian persepsi Penilaian orientasi

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Mahasiswa mampu melakukan wawancara psikiatri meliputi; penilaian status mental, penilaian kesadaran, penilaian orientasi, penilaian daya konsentrasi, penilaian daya ingat, identifikasi masalah di bidang fisik, psikologi dan sosial, dan penilaian persepsi.

Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan sebelum wawancara psikiatri 2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian status mental 3. Mahasiswa mampu penilaian kesadaran 4. Mahasiswa mampu melakukan penilaian orientasi 5. Mahasiswa mampu melakukan penilaian daya konsentrasi 6. Mahasiswa mampu melakukan penilaian daya ingat 7. Mahasiswa mampu melakukan identifikasi masalah di bidang fisik, psikologi dan sosial 8. Mahasiswa mampu melakukan penilaian persepsi 9. Mahasiswa mampu menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan wawancara psikiatri C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 12 (gangguan psikiatri) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (II) semester IV. Sudah mendapat tentang : Pengetahuan komunikasi Pengetahuan tentang penyakit penyakit psikiatri D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. DASAR TEORI

III. PROSEDUR KERJA Bentuk Kegiatan

Kegiatan ini dilakukan dengan membuat salah satu media sesuai dengan kearifan local, metode yang benar dan penggunaan alat peraga yang tepat sasaran, mudah diterima, dicerna dan diserap oleh sasaran. Penilaian Penilaian berdasarkan proses dan hasil penugasan. Proses meliputi intensitas dan kreativitas mahasiswa selama diskusi dan penyajian. Penugasan berupa mewawancara pasien psikiatri (simulasi) IV. EVALUASI WAWANCARA (PEMERIKSAAN MENTAL PSIKIATRI) NO A 1 2 3 4 B 5 6 7 8 9 10 11 C 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 ASPEK YANG DINILAI MEMBINA HUBUNGAN BAIK menyapa dan mengucapkan salam berdiri dan memperkenalkan diri mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat (langsung pada pasien atau keluarga) duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan keamanan, kemungkinan adanya ancaman tindak kekerasan ANAMNESIS PSIKIATRI data umum pasien keluhan utama/alasan ke rumah sakit riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu/riwayat penyakit jiwa sebelumnya/riwayat penggunaan alkhohol riwayat keluarga riwayat kehidupan pribadi (sosial, pekerjaan, waktu luang, riwayat perkembangan pasien) riwayat seksual/kelainan seksual STATUS PSIKIATRI KHUSUS penampakan umum kesadaran afek emosi mood sikap menilai tingkah laku pembicaraan persepsi (wahan dan halusinasi) daya ingat (segera, jangka pendek, jangka panjang) 5 NILAI 0 1 2 3

22 23 24 25 26 27

orientasi (waktu, tempat, orang) intelektual 9pengetahuan umumsesuai dengan tingkat pendidikan) daya konsentrasi (kemampuan berhitung) daya tilikan (insight) penilaian realita penilaian norma sosial

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMERIKSAAN FISIK MOTORIK PASIEN PSIKIATRI

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Alloanamnesis dengan anggota keluarga/ orang lain yang bermakna Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kehidupan keluarga Penilaian motorik

Penilaian pengendalian impuls


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan motorik pasien psikiatri meliputi; penilaian pengendalian impuls, penilaian motorik.

TUJUAN KHUSUS: 1. Mahasiswa mampu melakukan persiapan sebelum memeriksa pasien psikiatri 2. Mahasiswa mampu melakukan penilaian pengendalian impuls pada pasein psikiatri 3. Mahasiswa mampu melakukan penilaian motorik pada pasein psikiatri 7

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 12 (gangguan psikiatri) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (II) semester IV. Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Pasien simulasi Langkah kerja:

IV.

EVALUASI PEMERIKSAAN FISIK MOTORIK PASIEN PSIKIATRI NILAI 0 1

NO A 1 2 3 4 B 5

ASPEK YANG DINILAI MEMBINA HUBUNGAN BAIK menyapa dan mengucapkan salam berdiri dan memperkenalkan diri mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat (langsung pada pasien atau keluarga) duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan keamanan, kemungkinan adanya ancaman tindak kekerasan ANAMNESIS PSIKIATRI data umum pasien 8

6 7 C 8 9 D 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27

nama, umur, jenis kelamin, alamat riwayat penyakit dahulu/riwayat penyakit jiwa sebelumnya/riwayat penggunaan alkhohol PEMERIKSAAN STATUS GENERALISATA kesadaran tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur PEMERIKSAAN MOTORIK pengendalian impuls echolalia ecfraksia kekuatan otot ekstremitas agitasi gerakan-gerakan tambahan >rigiditas >bradikinesia >distonia >hemibalisme >chorea >atetosis >distonia >miklonia >tik >sindrom parkinson >tremor >wajah topeng >fenomena cogwheeling >tardive diskinesia

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENANGANAN AWAL PASIEN EMERGENSI PSIKIATRI

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Alloanamnesis dengan anggota keluarga/ orang lain yang bermakna Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kehidupan keluarga

Identifikasi kedaruratan psikiatrik Mampu menentukan indikasi rujuk Melakukan kerja sama konsultatif dengan teman sejawat lainnya

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Mahasiswa mampu melakukan penanganan awal pasien emergensi psikiatri meliputi identifikasi gawatdarurat psikiatri

10

Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu melakukan menentukan kasus gawat darurat psikiatri 2. Mahasiswa mampu melakukan alloanamnesis kasus psikiatri 3. Mahasiswa mampu melakukan tindakan awal untuk kasus gawatdarurat psikiatri 4. Mahasiswa mampu menentukan kasus-kasus rujukan gawat darurat psikiatri 5. Mahasiswa mampu membuat surat rujukan kasus gawat darurat psikiatri

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN PASEIN SIMULASI LANGKAH PEMERIKSAAN LANGKAH PENANGANAN DST

11

IV.

EVALUASI KETRAMPILAN MENDIAGNOSA SESUAI DENGAN MULTIAKSIAL NILAI 1 2

NO A 1 2 3 4 B 5 6 7 8 9 10 11 C 12 13 14 15 D 16 17 18 19 20 21 22 E 23 24 25 26

ASPEK YANG DINILAI MEMBINA HUBUNGAN BAIK menyapa dan mengucapkan salam berdiri dan memperkenalkan diri mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat (langsung pada pasien atau keluarga) duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan keamanan, kemungkinan adanya ancaman tindak kekerasan ANAMNESIS data umum pasien keluhan utama/alasan ke rumah sakit riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu/riwayat penyakit jiwa sebelumnya/riwayat penggunaan alkhohol riwayat keluarga riwayat kehidupan pribadi (sosial, pekerjaan, waktu luang, riwayat perkembangan pasien) riwayat seksual/kelainan seksual STATUS GENERALISATA penampakan umum pengendalian impuls kesadaran pemeriksaan vital sign (tekanan darah, nedi, pernafasan, temperatur PEMERIKAAN FISIK >kepala >leher >thoraks >paru >jantung >abdomen >ekstremitas >anus dan kelamin PEMERIKSAAN PSIKIATRI afek emosi mood sikap terhadap pemeriksa 12

27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40

menilai tingkah laku pembicaraan persepsi (wahan dan halusinasi) daya ingat (segera, jangka pendek, jangka panjang) orientasi (waktu, tempat, orang) intelektual pengetahuan umum sesuai dengan tingkat pendidikan) daya konsentrasi (kemampuan berhitung) daya tilikan (insight) penilaian realita penilaian norma sosial mengucapkan salam dan terima kasih menentukan diagnosa kerja berdasarkan multisksial menentukan pasien apakah di rujuk atau tidak mengucapkan salam dan terima kasih

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

13

DIAGNOSIS MULTI AKSIAL PASIEN PSIKIATRI


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Alloanamnesis dengan anggota keluarga/ orang lain yang bermakna Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama Menelusuri riwayat perjalanan penyakit sekarang/dahulu Memperoleh data bermakna mengenai riwayat perkembangan, pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kehidupan keluarga Menegakkan Diagnosis Kerja berdasarkan kriteria Diagnosis Multiaksial Mempertimbangan prognosis Mampu menentukan indikasi rujuk Melakukan kerja sama konsultatif dengan teman sejawat lainnya

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Mahasiswa mampu mendiagnosis dan menentukan pasien yang memerlukan perawatan lebih lanjut meliputi; menegakkan diagnosa kerja berdasarkan kriteria diagnos amulti aksial, mampu menentukan indikasi rujuk Tujuan khusus: 14

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA:
Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 12 (gangguan psikiatri) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (II) semester IV. D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

IV.

EVALUASI PENANGANAN AWAL PASIEN EMERGENSI PSIKIATRI

NO A 1 2 3 4 B 5 6 C 7 8

ASPEK YANG DINILAI MEMBINA HUBUNGAN BAIK menyapa dan mengucapkan salam berdiri dan memperkenalkan diri mengklarifikasi tujuan pasien datang berobat (langsung pada pasien atau keluarga) duduk berhadapan dengan pasien, perhatikan keamanan, kemungkinan adanya ancaman tindak kekerasan ANAMNESIS PSIKIATRI (ANAMNESE/ALLOANEMNESE) data umum pasien nama, umur, jenis kelamin, alamat PEMERIKSAAN STATUS GENERALISATA kesadaran tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur 15

NILAI 0 1 2 3

D 9 10 11

12 13 14 15 16

17

18 19 20 21 22

PENANGANAN PASIEN EMERGENSI PSIKIATRI mengajak pasien ke tempat yang lebih tenang meminta pasien untuk lebih tenang memotivasi pasien untuk mengungkapkan keluhan dengan bahasa verbal bila pasien tetap mengamuk, lakukan persiapan fiksasi >meminta bantuan beberapa perawat (4 orang yang berpostur besar) >menjelaskan kepada pihak keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan >petugas menggunakan pengaman tersendiri (hand scun dan masker) >menginstrusikan perawat i dan ii untuk memegang tangan kanan dan kiri pasien dan menyilangkan ke depan dada >membimbing ke tempat yang telah disediakan dan memakaikan jaket pengaman bila perlu >menginstruksikan perawat iii dan iv untk memegang kaki kiri dan kaki kanan kemudian mengangkat pasien ketempat tidur >memasang manset tangan dan kaki kiri-kanan pasien di sisi tempat tidur sambil menjelaskan bahwa tindakan tersebut adalah untuk mengontrol perilakunya dan akan dilepas bila keadaan sudah membaik (ikatan tidak bileh terlalu ketat, dan tidak boleh terlalu longgar >obsevasi tekanan darah, nadi, pernafasan, temperatur melaksanakan program pengobatan (clorpomazin intramuskular) dan memonitoring perkembangan pasien membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan gizi dan higyne pasien menentukan pasien dirujuk atau tidak

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

16

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 13. GANGGUAN ENDOKRIN DAN METABOLISME

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok XIII berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : I. KETRAMPILAN ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK : PEMERIKSAAN KELENJAR TIROID II.KETRAMPILAN KOMUNIKASI : ASUHAN GIZI KLINIK PENGATURAN DIET PADA GANGGUAN METABOLIK ASUHAN GIZI KLINIK PADA BAYI DAN ANAK III. KETRAMPILAN PROSEDURAL : PEMBERIAN INSULIN PADA DIABETES MELLITUS INJEKSI SUBCUTANEUS Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN FISIK KELENJAR TIROID


I. PENDAHULUAN Modul ini dibuat untuk mahasiswa dengan tujuan mencapai kemampuan tertentu dalam pemeriksaan fisik kelenjar tiroid. Pemeriksaan terdiri dari kegiatan inspeksi dan palpasi. Seorang dokter harus mampu melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid secara baik dan benar. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Penilaian kelenjar tiroid: hipertiroid dan hipotiroid dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran umum 1. Mampu mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan kelenjar tiroid 2. Mampu melakukan pemeriksaan kelenjar tiroid secara baik dan benar meliputi inspeksi, palpasi, dan auskultasi secara baik dan benar Tujuan pembelajaran khusus Mahasiswa mampu melakukan: 1. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan. 2. Menginformasikan kepada pasien agar melakukan apa yang diinstruksikan oleh 3. pemeriksa. 4. Dapat melakukan pemeriksaan anamnesis, inspeksi, palpasi dan auskultasi Kelenjar Tiroid. 5. Dapat menentukan derajad pembesaran kelenjar tiroid. 6. Dapat melaporkan keadaan Kelenjar Tiroid tersebut, yaitu meliputi, ukuran, konsistensi, suhu dan warna kulit diatasnya, noduler atau difusa, ada atau tidak ada nyeri, ada atau tidak ada perlengketan serta ada atau tidak adanya bising pembuluh darah (bruit). 7. Dapat menetapkan status fungsi kelenjar tiroid (eutiroid/hipertiroid) dengan 8. menggunakan Indeks Wayne dan New Castle

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya:

Ilmu dasar komunikasi dan Etika Kedokteran Anatomi, Histologi, Fisiologi, Biokimia Kelenjar Tiroid

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III. PROSEDUR KERJA

TAHAP PERSIAPAN: 1. Alat dan sarana: - Mistar kecil atau meteran kain - Ruangan pemeriksaan yang nyaman dan cukup cahaya. - Stetoscope 2. Pasien simulasi dari mahasiswa.

TAHAP PELAKSANAAN A. Pembuka dan Mempersiapkan Pemeriksaan pasien 1. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri 2. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan, serta meminta untuk melakukan apa yang diinstruksikan oleh pemeriksa. 3. Mempersiapkan ruangan nyaman, cukup cahaya, meteran dan stetoscope. B. Melakukan anamnesis sehubungan penyakit kelenjar tiroid 1. Menemukan senang udara dingin/panas, Menemukan banyak/kurang keringat 2. Menemukan keluhan penurunan/peningkatan berat badan, nafsu makan meningkat/menurun

C. Melakukan Pemeriksaan Fisik sehubungan penyakit kelenjar tiroid 1. Menemukan kegelisahan atau mata menonjol (inspeksi dari samping) 2. Mengambil posisi dibelakang/samping pasien, Meminta posisi kepala pasien sesuai kebutuhan, Mengukur lingkaran leher, Mengukur besar kelenjar tiroid 3. Meminta pasien menelan sewaktu inspeksi/palpasi, Melakukan palpasi dengan jarijari digeser-geserkan 4. Melakukan auskultasi diatas kelenjar tiroid

TAHAP INTERPRETASI 1. Menentukan grade pembesaran kelenjar 2. Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan meliputi: Menentukan difus/noduler, konsistensi kelenjar, adanya nyeri tekan, ukuran kelenjar dan lingkar lehernya, Suhu dan Warna kulit, Perlengketan ke sekitarnya. 3. Menentukan status klinis fungsi tiroid dengan menggunakan indeks Wayne 4. Menentukan status klinis fungsi tiroid dengan menggunakan indeks New Castle

IV. EVALUASI Skor NO Materi yang dinilai Pembuka dan Mempersiapkan Pemeriksaan Pasien 1. 2. Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri* Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan, serta meminta untuk melakukan apa yang diinstruksikan oleh pemeriksa. Mempersiapkan ruangan nyaman, cukup cahaya, meteran dan stetoscope.* Melakukan anamnesis sehubungan penyakit kelenjar tiroid 4. 5. Menemukan senang udara dingin/panas, Menemukan banyak/kurang keringat Menemukan keluhan penurunan/peningkatan berat badan, nafsu makan meningkat/menurun Melakukan Pemeriksaan Fisik sehubungan penyakit kelenjar Tiroid Menemukan kegelisahan atau mata menonjol (inspeksi dari samping) Mengambil posisi dibelakang/samping pasien, Meminta posisi kepala pasien sesuai kebutuhan, mengukur besar kelenjar tiroid Meminta pasien menelan sewaktu inspeksi/palpasi, Melakukan palpasi dengan jari-jari digeser-geserkan 0 1 2 3

3.

6. 7.

8.

9.

Melakukan auskultasi diatas kelenjar tiroid Membuat Interprestasi

10. 11.

Menentukan grade pembesaran kelenjar Mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan meliputi: Menentukan difus/noduler, konsistensi kelenjar, adanya nyeri tekan, ukuran kelenjar, Suhu dan Warna kulit, Perlengketan ke sekitarnya. Menentukan status klinis fungsi tiroid dengan menggunakan indeks Wayne Menentukan status klinis fungsi tiroid dengan menggunakan indeks New Castle TOTAL SCORE

12.

13.

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

INJEKSI SUB KUTAN


I. PENDAHULUAN Menyuntik merupakan prosedur dasar yang wajib diketahui oleh setiap dokter dan paramedis, menyuntik dapat dilakukan dengan cara: intramuskuler, subkutan, intracutan, intravena. Pada pembahasan berikut akan dibahas prosedur menyuntik Sub kutan seluruh persiapan peralatan yang diperlukan serta informed consent kepada pasien. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pemberian insulin pada DM tanpa komplikasi Desinfeksi Injeksi (intrakutan, IV, subkutan, IM) Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal Persiapan untuk melihat atau menjadi asisten di kamar operasi (cuci tangan, menggunakan baju operasi, menggunakan sarung tangan steril, dll) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum: Mahasiswa dapat menghitung dosis insulin Mahasiswa mampu melakukan injeksi subkutan secara baik dan benar

Tujuan Khusus: Mahasiswa mampu menghitung dosis insulin Mahasiswa mengetahui dimana lokasi penyuntikan subkutan Mahasiswa dapat melakukan tindakan aseptik pada lokasi penyuntikan Mahasiswa mampu melakukan injeksi subkutan secara baik dan benar

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: 1. Memiliki pengetahuan anatomi dan fisiologi. 2. Praktikum yang harus diikuti sebelum : prosedur asepsis dan antisepsis D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III. PROSEDUR KERJA a. Tahap Persiapan: Persiapan Alat dan Bahan: ALAT DAN BAHAN Kran air Sabun (jika mungkin sabun cair/sabun antiseptik) Handuk bersih dan kering Sepasang sarung tangan Baki instrument Instrument basin dengan tutup Jarum suntik steril : Untuk penyuntikan SC terdiri dari : Jarum ukuran #23 G #25 G (semakin besar nomor jarum ukuran lubang jarum semakin kecil) artinya : ukuran lubang jarum 23, panjang 0,5 inch. Syringe : tergantung pada volume obat yang akan diberikan, tersedia mulai ukuran 50,20,10,5,3,2,5,1 cc. Kapas kering Kassa steril (ukuran 22 cm)

Alkohol (70-90%) Obat injeksi (dalam bentuk vital, ampule, bubuk kering+pelarutnya) Jarum suntik 32 Pinset sirurgis Larutan dekointaminasi, isi lar. Chloride 0,5% Basin kidney/nierbecken Tempat jarum bekas Tempat pembuangan sampah Siapkan antidotum : adrenalin (ingat komplikasi segera dan fatal proses penyuntikan reaksi anafilaktik, komplikasi lain a.1 : luka, kolaps vena, infeksi : abses, emboli) Persiapan pasien: Sebelum melakukan tindakan: Perkenalkan diri anda: Misal: Selamat siang Pak, saya dr. Shinta, yang akan memeriksa Bapak. Tanyakan identitas pasien dan lakukan cross cek dengan catatan medik pasien. Cek data pada catatan medik pasien untuk mengidentifikasi pengobatan yang akan diberikan pada pasien ini, nama, obat, dan cara pemberian. Lakukan Informed Consent Katakan pada pasien bahwa kita akan melakukan proses penyuntikan : Pak, berdasarkan hasil pemeriksaan saya, Bapak memerlukan pengobatan dengan cara melakukan penyuntikan di bagian bokong Bapak. Katakan pada pasien : nama obat, cara pemberian, dosis, dan efek akibat pemberian obat : Misal: Pak, saya akan memberi obat Delladryl, dengan cara melakukan penyuntikan di bagian bokong, sebanyak 1cc dan akan terasa sakit sedikit. Berikan kesempatan diskusi/kesempatan bertanya pada pasien : Apakah ada yang ingin Bapak tanyakan lagi ?Jika tidak, saya akan melakukan penyuntikan Silahkan Bapak berbaring di tempat periksa.

Persiapan lainnya: Nilai apakah pada proses penyuntikan ini perlu asisten/tidak (terutama pada pasienyang tidak kooperatif). Lakukan pemeriksaan tekanan darah (bila belum dilakukan) Lakukan pengecekan apakah seluruh peralatan yang dibutuhkan sudah tersedia.

Lakukan pengecekan dan konfirmasi ulang pada pasien seluruh informasi yang berkaitan dengan proses penyuntikan yang akan dilakukan, termasuk nama obat, larutan dan pelarutnya, dosis, cara pemberian, jenis, dan ukuran jarum suntik yang akan digunakan untuk menyuntik.

Buka jarum suntik dan jarumnya, letakkan kedalam instrumen basin steril. Cuci tangan (secara simple hand washing, melalui 5 tahap pencucian : telapak tangan, tangan bagian atas, sela jari, sela jempol, buku-buku) kemudian keringkan dengan handuk bersih kering atau handdrier.

b. Tahap Pelaksanaan: Dari Vial 1. Lepaskan penutup metal pada bagian atas vial (dengan menggunakan pinset) dan letakkan pada kidney basin. 2. 3. 4. Bersihkan bagian atas vial dengan kapas dan alkohol, biarkan mengering. Buang kapas alkohol kedalam instrumen basin. Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin. 5. 6. 7. Campur dengan rata obat yang terdapat pada vial. Tusuk jarum pada vial. Ambil vial dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) dan ambil volume yang sesuai untuk pengobatan. 8. Periksa ada tidaknya gelembung udara pada jarum suntik dan dikeluarkan gelembung udara tersebut. 9. Periksa ulang volume yang sesuai yang diperlukan untuk pengobatan

10. Lepaskan jarum dari vial. 11. Masukkan jarum pada penutupnya dengan teknik satu tangan. 12. Ganti jarum dengan yang baru dan letakkan jarum yang telah dipergunakan sebelumnya (untuk mengambil obat dari vial) pada instrumen basin. Dari Ampul Pastikan bahwa isi cairan obat dalam ampul terletak di bagian bawah dari leher ampul. Patahkan leher ampul dengan cara sbb : Potong leher ampul dengan kassa steril dan patahkan dengan menekan jari jempol.

Menggunakan bagianfarmasi.

pisau

pemotong

botol

yang

biasa

dipergunakan

oleh

Ambil jarum suntik dan lepaskan penutup jarum dengan teknik satu tangan. Letakkan penutup jarum pada instrumen basin. Pegang ampul dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan) jika memungkinkan. Masukkan jarum kedalam ampul dan ambil volume obat sesuai. Tarik kembali jarum dari dalam ampul. Arahkan jarum secara vertikal dan masukkan kedalam penutupnya. Keluarkan gelembung udara dalam syringe. Cek ulang secara tepat volume obat yang diberikan. Lepaskan jarum dari syringe dengan teknik satu tangan. Letakkan syringe dan jarumnya pada instrument basin.

Prosedur Menyuntik Periksa kembali vial atau ampul untuk mengecek label obat yang akan diberikan (untuk ketiga kalinya) dan lakukan penghitungan kembali dosis yang diperlukan. Jelaskan sekali lagi bahwa kita akan melakukan penyuntikan. Secara santun konfirmasi ulang kepada pasien/bantu pasien menyingkirkan tempat yang akan dilakukan penyuntikan. Tentukan daerah penyuntikan dengan tepat disisi volar lengan bawah Identifikasi daerah penyuntikan secara anatomis dengan tangan kiri (tangan yang tidak dominan). Lakukan peregangan pada area tersebut dengan gentle. Bersihkan area tersebut dengan kapas dan alkohol. Biarkan mengering. Lepaskan penutup jarum, letakkan penutupnya pada instrument basin. Suntikkan jarum membentuk +/- sudut 15 derajat dengan baevel mengarah keatas pada daerah yang telah diidentifikasi untuk dilakukan penyuntikan. Dorong plunge secara perlahan untuk mengalirkan seluruh obat dalam syringe. Tarik jarum suntik kembali keluar dengan cepat. Observasi Jika darah keluar dari tempat penyuntikan, bersihkan dan lakukan penekanan dengan gentle daerah penyuntikan dengan kapas dan alkohol. Jika tidak, lakukan langkah berikutnya. Katakan pada pasien bahwa prosedur penyuntikan telah selesai. Dampingi dan bantu pasien untuk mengenakan kembali pakaiannya. Evaluasi keadaan pasien selama beberapa saat, untuk melihat tanda ada tidaknya efek samping yang ditimbulkan. Biarkan pasien kembali kebangku periksa.

SETELAH PENYUNTIKAN Isi jarum suntik bekas pakai dengan lar. Chloride 0,5% dan potong jarum, masukkan kedalam tempat jarum bekas. Masukkan peralatan lainnya (termasuk kapas, kassa steril) kedalam lar. Chloride 0,5%. Rendam kedua tangan kedalam lar. Chloride 0,5% selama beberapa menit, kemudian lepaskan kedua sarung tangan dengan cara skin to skin, glove to glove. Cuci tangan. Keringkan dengan handuk. Persilahkan pasien kembali ke meja periksa, untuk melengkapi data pada catatan medik pasien Isi tanggal dan waktu pengobatan. Dosis dan cara penyuntikan. Respons khusus yang mungkin timbul setelah dilakukan penyuntikan. Nama dan tanda tangan dokter

IV. EVALUASI: No Injeksi Subkutan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Persiapan alat dan bahan Persiapan informed consent pasien Prosedur asepsis dan antisepsis Penghitungan dosis insulin pada pasien Pengambilan obat dari ampil/vial Melakukan proses penyuntikan Prosedur setelah penyuntikan Aspek yang dinilai NILAI 0 1 2 3

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

ASUHAN GIZI KLINIK 1. DEWASA


I. PENDAHULUAN Modul ini dibuat untuk mahasiswa dengan tujuan mencapai kemampuan tertentu dalam memberikan asuhan gizi klinik pada pasien dewasa dengan gangguan metabolik. Asuhan gizi klinik berupa pengaturan diet pada pasien dengan gangguan metabolik

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pengaturan diet Menasehati pasien tentang gaya hidup Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai kesehatan Menyusun rencana manajemen kesehatan Konsultasi terapi Memperlihatkan kemampuan melaksanakan intervensi dalam rangka pencegahan primer, sekunder dan tersier Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran umum Mampu memberikan edukasi kepada pasien tentang asuhan gizi klinik pada pasien dengan gangguan metabolik

Tujuan pembelajaran khusus Mahasiswa mampu melakukan: 1. Menginformasikan kepada pasien tentang asuhan gizi klinik pada pasien dengan gangguan metabolik 2. Dapat memberikan pengaturan diet pada pasien dengan gangguan metabolik

3. Diharapkan agar mahasiswa mempunyai peran memberikan informasi dan pelajaran ketrampilan promosi kesehatan
C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Pengetahuan komunikasi Pengetahuan tentang penyakit yang diakibatkan perilaku di masyarakat

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur

II.

TEORI

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Pemeriksaan status gizi Anamnesis penyakit dasar Diagnosispenyakit dasar Konsultasi gizi

IV.

EVALUASI

No Asuhan Gizi Klinik 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Aspek yang dinilai

NILAI 0 1 2 3

Menyapa pasien dengan ramah dan memperkenalkan diri Melakukan pemeriksaan fisik dan vital sign pada pasien Melakukan pemeriksaan status gizi pasien Melakukan penghitungan indeks massa tubuh pasien Memberikan informasi pada pasien tentang pengaturan diet yang tepat pada pasien dengan gangguan metabolik Melakukan penutupan

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

ASUHAN GIZI KLINIK 2. ANAK


I. PENDAHULUAN Peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat diperlukan dalam mengisi pembangunan yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia. Salah satu upaya peningkatan derajat kesehatan adalah perbaikan gizi masyarakat, gizi yang seimbang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, dapat meningkatkan kecerdasan dan menjadikan pertumbuhan yang normal (Depkes RI, 2004). Namun sebaliknya gizi yang tidak seimbang menimbulkan masalah yang sangat sulit sekali ditanggulangi oleh Indonesia, masalah gizi yang tidak seimbang itu adalah Kurang Energi Protein (KEP), Kurang Vitamin A (KVA), Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) dan Anemia Gizi Besi A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Anamnesis dari pihak ketiga Menelusuri riwayat makan

Anamnesis anak yang lebih tua


Peresepan makanan untuk bayi yang mudah dipahami ibu

Tatalaksana gizi buruk


Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga

Melakukan penatalaksanaan komprehensif pasien dan keluarga Edukasi, nasihat dan melatih individu dan kelompok mengenai
kesehatan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Umum: Mahasiswa dapat menelusuri riwayat makan bayi dan anak serta penatalaksanaan gangguan gizi Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu melakukan anamnesis riwayat makan bayi dan anak 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status gizi anak secara sederhana (BB dan umur) 3. Mahasiswa mampu meresepkan makanan bayi dan anak yang mudah dipahami oleh ibu 4. Mahasiswa mampu melakukan edukasi tentang gizi anak pada orang tua (keluarga)

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya:

D. METODE PEMBELAJARAN 4. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 5. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur 6. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur

II. III. IV.

TEORI DASAR PROSEDUR KERJA EVALUASI NILAI 0 1 2 3

No

Aspek yang dinilai Asuhan Gizi Klinik Anak

1. 2.

Menyapa pasien dengan ramah dan memperkenalkan diri Melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan vital sign

3. 4. 5. 6.

pada pasien Melakukan pemeriksaan status gizi pasien Menelusuri riwayat makan anak Memberikan informasi pada pasien pemberian makanan pada bayi sesuai umur Melakukan peresepan makanan bayi

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENUNTUN SKILL LAB BLOK I4. GANGGUAN GASTROINTESTINAL

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

KATA PENGANTAR
Buku panduan Skill Lab Blok II berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik :

I.

PEMERIKSAAN FISIK ORAL:

II. PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN : III. PEMERIKSAAN FISIK INGUINAL ( PSOAS SIGN DAN OBTURATOR SIGN) IV. PEMASANGAN NGT

Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

DAFTAR ISI

PEMERIKSAAN MULUT DAN TONSIL

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi bibir dan kavitas oral Inspeksi tonsil Penilaian pergerakan otot-otot hipoglosus dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakuka pemeriksaan fisik oral secara baik dan benar Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : a. Memperkenalkan diri sebelum pemeriksaan dimulai b. Menerangkan tujuan pemeriksaan c. Mendapatkan izin melakukan pemeriksan dari pasien atau keluarga d. Mempersiapkan pasien untuk dilakukan pemeriksaan e. Meminta pasien agar melakukan apa-apa yang diminta oleh pemeriksaan f. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Langkah pemeriksaan

IV. NO 1 2 3 4 5 6 7

EVALUASI DAFTAR TILIKAN Memberikan salam pembuka, mempperkenalkan Diri Menanyakan keluhan utama pasien dan riwayatnya Menilai keadaan umum pasien Meminta izin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan Mempersiapkan pasien pada posisi siap dilakukan Pemeriksaan Mengatur letak lampu kepala dan alat periksa Lainnya Memberi tahu pasien tentang tidakan yang akan dilakukan dan caranya SCORE 0 1

Membuat pasien dalam posisi rileks Melakukan pemeriksaan intra oral 9 Meberikan aba kepada pasien untuk bembuka mulut 10 Arahkanlah lampu kepala kedalam rongga mulut dan gunakanlah tanspatel untuk melihat dan menilai bagia bagian rongga mulut Perhatikanlah dan Nilai 11 Mukosa labialis dan mukosa buccalisnya ( warna, pembengkakan) 12 Gingiva ( bentuk, warna, pembengkakan) 13 Lidahnya ( bentuk, warna, ukuran dan pergerakanya) 14 Tonsil (perubahan warna, ulserasi atau pembengkakan ) liadah di tekan dengan kaca mulut 15 Palatum ( bentuk, perubahan warna, lesi dan ulserasi ) kepala pasien direbahkan dan lakuakan palpasi untuk menentukan kelainan bentuk dan konsistensinya 16 Gigi ( jumlah, supernumerary, bentuk, dan kelainan lainnya). 17 Membersihkan dan merapikan alat alat 18 Mengatur kembali posisi pasien dalam keadaan yang nyaman 19 Melaporkan hasil yang didapatkan 20 Menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan dengan benar JUMLAH SCORE Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi abdomen Palpasi (dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta, rigiditas dinding perut) Pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg test) Perkusi (pekak hati dan area Traube) Pemeriksaan pekak beralih (shifting dullness) Pemeriksaan undulasi (fluid thrill) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakuka pemeriksaan fisik abdomen secara baik dan benar b. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : Memperkenalkan diri sebelum pemeriksaan dimulai Melakukan anamnesis kelainan sistem pencernaan (mengidentifikasi keluhan utama dan keluhan penyerta,) baik auto maupun allo anamnesis yang teliti dan sistematis, sesuai dengan kronologis kejadian. Melakukan pemeriksaan inspeksi abdomen

Melakukan pemeriksaan Palpasi (dinding perut, kolon, hepar, lien, aorta, rigiditas dinding perut) Melakukan pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg test) Melakukan pemeriksaan Perkusi (pekak hati dan area Traube) Melakukan pemeriksaan Pemeriksaan pekak beralih (shifting dullness) Melakukan pemeriksaan Pemeriksaan undulasi (fluid thrill) Menginterpretasikan hasil pemeriksaan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur

II.

TEORI

III. IV.

PROSEDUR KERJA EVALUASI

LEMBARAN EVALUASI KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN


NO 1 2 3 4 5 6 7 8 DAFTAR TILIKAN 0
Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri Mengindentifikasi keluhan utama pasien Melakukan anamnesis secara teliti dan sistematis, yang sesuai dengan kronologis kejadian Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan Berdiri di sisi kanan pasien Meminta pasien untuk berbaring dengan posisi telentang Meminta pasien untuk membuka pakaian Membuat pasien dalam posisi relaks dengan menekukkan lutut

SCORE 1 2

Palpasi 9 10 11 12 13 Palpasi Hepar 14 15 16 17 Palpasi Lien 18 19 20 21 Perkusi 22 23 24 Perkusi Hepar 25 26 27 Pemeriksaan asites dengan metode Test shifting dullness 28 29 30

Pemeriksaan asites dengan metode Tes Undulasi 31 32 33


keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMERIKSAAN FISIK SPESIFIK UNTUK KELAINAN ABDOMEN

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi lipat paha/ inguinal pd saat tekanan abdomen meningkat Pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg test) Pemeriksaan Psoas sign Pemeriksaan Obturator sign dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakuka pemeriksaan fisik spesifik untuk kelainan abdomen dan inguinal secara baik dan benar

b. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : Memperkenalkan diri sebelum pemeriksaan dimulai

Melakukan anamnesis kelainan sistem pencernaan (mengidentifikasi keluhan utama dan keluhan penyerta,) baik auto maupun allo anamnesis yang teliti dan sistematis, sesuai dengan kronologis kejadian.

Melakukan pemeriksaan inspeksi lipat paha/ inguinal pd saat tekanan abdomen meningkat Melakukan pemeriksaan nyeri tekan dan nyeri lepas (Blumberg test) Melakukan pemeriksaan Psoas sign Melakukan pemeriksaan Obturator sign Menginterpretasikan hasil pemeriksaan

E. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... F. METODE PEMBELAJARAN 4. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 5. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 6. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III.

TEORI PROSEDUR KERJA

IV.

EVALUASI Lembaran Penilaian Pemeriksaan Inguinal Poin penilaian 0 1

No

Skore 2

Pembuka dan Mempersiapkan Pemeriksaan pasien Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri Menanyakan keluhan utama pasien datang berobat, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu

2 3

Mempersiapkan cahaya ruangan cukup baik. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan pemeriksaan yang akan dilakukan, menyuruh pasien untuk mengosongkan vesika urinarianya dan menginformasikan kepada pasien agar melakukan apa yang diinstruksikan oleh pemeriksa Berdiri di sisi kanan pasien, meminta pasien untuk berbaring dengan posisi telentang, membuat pasien dalam posisi relaks dengan mengajak pasien berbicara dan lutut pada posisi fleksi (bila diperlukan)

Meminta pasien untuk membuka pakaian, pakaian harus terbuka dari processus xyphoideus sampai sympisis pubis. Posisi kedua tangan disamping atau dilipat diatas dada. Iliopsoas sign 7 Meminta pasien untuk meluruskan kedua tungkainya dan me rentangkan tungkai kanan ke atas 8 Pemeriksa menahan lutut pasien 9 Mengulangi pemeriksaan serupa pada tungkai kiri 10 Melaporkan hasil pemeriksaan illiopsoas sign Obturator sign 11 Posisikan pasien dengan tungkai kanan fleksi 90 pada panggul dan lutut 12 Tahan tungkai pasien di atas lutut pada persendian 13 Rotasikan tungkai ke latero medial 14 Melaporkan hasil pemeriksaan obturator sign JUMLAH SCORE keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna.
5 Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMASANGAN NASOGASTRIC TUBE

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pemasangan pipa nasogastrik (NGT) Nasogastric suction Menerapkan 7 langkah keselamatan pasien dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu melakuka pemasangan NGT secara baik dan benar Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Memperkenalkan diri sebelum tindakan dimulai 2. Menerangkan tujuan tindakan 3. Mendapatkan izin melakukan tindakan dari pasien atau keluarga 4. Mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan 5. Meminta pasien agar melakukan apa-apa yang diminta oleh pemeriksaan 6. Menginterpretasikan hasil tindakan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 7. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 8. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 9. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN PROSEDUR TINDAKAN OBSERVASI dst

IV.

EVALUASI LEMBARAN EVALUASI PEMASANGAN NGT

NO

DAFTAR TILIK 0 Persiapan alat NGT steril (ukuran disesuaikan misal : NGT besar 14-18 French atau NGT kecil 8-12) Spuit berujung 60 ml 1 buah Hand scond 1 pasang Aqua gel Plaster Kertas lakmus biru Stethoscope Spatel lidah Handuk

SCORE 1 2

1 2 3 4 5 6 7 8 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Tisue Larutan garam fisiologis Segelas air dan sedotan Persiapan pasien Memberitahu dan mejelaskan prosedur secaralengkap serta tujuan pemasangan NGT padaklien Minta izin kepada pasien untuk melakukan pemeriksaan Memberi kesempatan pada klien untuk bertanya Meminta pasien untuk berbaring dengan posisi semifoler Pelaksanaan Mencuci tangan dibawah air mengalir Menyiapkan alat dan susun semua peralatandisamping tempat tidur Meletakan handuk diatas dada klien dan tisudekat dengan jangkauan klien Meminta klien untuk rileks dan bernafasdengan normal tutup salah satu lubanghidung dan ulangi untuk hidung yang lain pilih salah satu yang aliran udaranya paling besar Menggunakan sarung tangan Menentukan panjang slang dan tandaidengan plester Menyiapkan slang untuk intubasi Menutup ujung selang dan hubungkanke spuit Memberi gel pada NGT 10-20 cm Mengingatkan klien bahwa insersi dimulai.Posisi kepala ekstensi, kemudian memasukan selang secara perlahan melaluilubang hidung sampai naso faring posterior (tenggorokan) lalu memfleksikan kepala klienkearah dada biarkan klien untuk rilekssebentar Mendorong klien untuk menelan dengandiberi sedikit air, merotasikan 0 selang 180 saat memasukan Menekankan pentingnya bernafas lewatmulut Memasukan selang setiap kali menelanpanjang Jangan dorong paksa, bila terjadi tahanan,atau tersedak atau menjadi sianotik, menarikselang kembali Memeriksa letak selang Meletakan stetoskop diatas kuadran kiri atasabdomen tepat dibawah garis kosta, suntikanudara 10-20 ml saat auskultasi abdomen Memfiksasi pipa lambung dengan plester danhindari tekanan pada hidung dan daerahsekitar Melakukan hygiene oral secara teratur untukperawatan pasien sehari-hari Tetap berada di dekat klien beberapa saat.Mengevaluasi pasien setelah NGT dipasang Membersihkan dan merapikan alat lalu cucitangan Merapikan pasien dan bantu agar merasa nyaman

21 22 23

24

25

26

27

28 29 30 31 32

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 15. GANGGUAN UROGENITAL

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok15 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : I.ketrampilan pemeriksaan fisik : - pemeriksaan bimanual ginjal - nyeri ketok ginjal - membuat surat permintaan penunjang BNO-IVP II. Ketrampilan prosedural: pemasangan kateter pada wanita dan laki-laki III. Ketrampilan laboratorium : Makroskopi dan mikroskopi urine

Iv. Ketrampilan prosedural : Rectal toucher Pap smear

.Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

PENUNTUN SKILL LAB KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK:

PEMERIKSAAN BIMANUAL GINJAL ,NYERI KETOK GINJAL DAN MEMBUAT SURAT PERMINTAAN BNO - IVP

Penyusun/kontributor : dr. Silvia Karlia

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012

PEMERIKSAAN BIMANUAL GINJAL ,NYERI KETOK GINJAL DAN MEMBUAT SURAT PERMINTAAN BNO IVP

I.

PENDAHULUAN Ginjal terletak pada regio posterior, dilindungi oleh iga. Sudut costovertebra

adalah regio dimana kita menilai nyeri tekan dan nyeri ketok pada ginjal. Pada level yang lebih bawah pada kwadran kanan atas, pool bawah ginjal kanan terkadang dapat diraba. Vesika urinaria yang terisi penuh dan uterus hamil dapat diraba diatas simpisis pubis. Pada Blok ini pemeriksaan abdomen dipisahkan dengan pemeriksaan ginjal agar mahasiswa bisa lebih memahami dengan baik bagaimana cara pemeriksaan bimanual ginjal serta pemeriksaan nyeri ketok ginjal, sedangkan untuk pemeriksaan abdomen dijelaskan pada Blok yang lain. Pemeriksaan penunjang BNO IVP merupakan prosedur diagnostik yang dibutuhkan bila pada pemeriksaan didapatkan kelainan pada pasien.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pemeriksaan bimanual ginjal Pemeriksaan nyeri ketok ginjal Permintaan pemeriksaan BNO IVP

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Pembelajaran Umum : Mempersiapkan pasien untuk pemeriksaan dan mampu melakukan pemeriksaan fisik organ ginjal serta mahasiswa mampu membuat surat pemeriksaan penunjang.

Tujuan Pembelajaran Khusus : 1. Mahasiswa mampu melakukan palpasi untuk menemukan ginjal secara palpasi / ballontement ginjal dengan teknik bimanual ( kedua tangan ). 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan nyeri ketok ginjal. 3. Membuat surat permintaan pemeriksaan penunjang. C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa pada tahun ketiga dan Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih : Anatomi ginjal yang didapat dari Blok sebelumnya. Keterkaitan penyakit pada Sistem Urogenital. Cara menulis permintaan pemeriksaan lanjutan.

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Manekin

Langkah pemeriksaan: 1. 2. Menginformasikan kepada pasien tentang tujuan dari pemeriksaan. Menginformasikan kepada pasien agar melakukan apa yang diinstruksikan oleh pemeriksa. 3. 4. 5. Mempersiapkan pasien tidur terlentang. Berdiri disamping kanan pasien. Menyuruh pasien membuka sebagian pakaiannya ( regio abdomen ).

6.

Menyuruh pasien agar rileks sambil menekuk lutut dan bila perlu mengajak pasien berbicara.

7.

Melakukan palpasi untuk menemukan ginjal secara palpasi / ballotement ginjal dengan teknik bimanual ( kedua tangan ) dan nyeri ketok ginjal.

Ginjal Kanan : Melakukan palpasi dengan kedua tangan, posisi tangan kiri di dinding posterior, dan tangan kanan di dinding anterior. Suruh pasien bernafas dalam. Saat pasien dipuncak inspirasi, secara serentak kedua tangan tersebut melakukan palpasi, tekan tangan kanan cepat dan dalam di quadran kanan atas lateral dan sejajar dengan M. Rectus Abdominal Dekstra dan tangan kiri mendorong ke atas. Ginjal Kiri : Pindahlah kesebelah kiri pasien. Gunakan tangan kanan untuk mendorong dan mengangkat dari bawah, kemudian gunakan tangan kiri menekan kuadran kiri atas lateral, sejajar dengan M. Rectus Abdominal Sinistra. Lakukan seperti sebelumnya , secara serentak kedua tangan tersebut lakukan palpsasi, seperti pada ginjal kanan.

IV.

EVALUASI

Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : NO Aspek yang dinilai 0 1 Skor 2 3

Persiapan Umum 1. 2. Memberikan salam dan memperkenalkan diri Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan. 3. 4. 5. 6. Berdiri di sisi kanan pasien. Meminta pasien untuk berbaring telentang. Meminta pasien untuk membuka sebagian bajunya Membuat pasien dalam posisi rileks dengan menekukkan lutut,mengajak bicara

Palpasi Bimanual Ginjal ( Ballotement ginjal ) 7. Persiapan sebelum melakukan palpasi ( menggosokkan kedua telapak tangan untuk menghangatkan ). 8. Ginjal Kanan : 9. Dapat melakukan palpasi ginjal kanan dengan posisi

yang benar dan saat pasien inspirasi. Ginjal Kiri : 10. Dapat melakukan palpasi ginjal kiri dengan posisi yang benar dan pada saat pasien inspirasi. Melaporkan hasil palpasi ginjal ( tidak teraba atau teraba )

Nyeri Ketok Ginjal 11. Pada sudut costovertebrae dilakukan dengan meninju

menggunakan permukaan ulnar kepalan tangan kanan dengan beralaskan volar tangan kiri ( fish percussioan), lihat reaksi pasien apakah ada nyeri.

12

Melaporkan hasil

Permintaan pemeriksaan BNO IVP 13. Menanyakan kesediaan ( inform consent ) pasien untuk pemeriksaan BNO IVP 14. Menerangkan kepada pasien tentang persiapan pemeriksaan BNO IVP 15. Menuliskan surat permintaan pemeriksaan penunjang IVP 16. Mengucapkan terima kasih dan salam. BNO

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 48 x 100% = %

Aceh Besar,..................2012 Instruktur

PENUNTUN SKILL LAB KETRAMPILAN PROSEDURAL PEMASANGAN KATETER PADA WANITA DAN LAKI - LAKI

Penyusun/kontributor : dr. Silvia Karlia

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012

PEMASANGAN KATETER PADA WANITA DAN LAKI LAKI

I.

PENDAHULUAN
Kateterisasi uretra adalah memasukkan kateter kedalam buli buli melalui uretra. Pada tujuan diagnosis pemasangan Kateter pada wanita dewasa ialah untuk memperoleh contoh urine sebagai pemeriksaan kultur urine , tindakan ini diharapkan dapat mengurangi resiko terjadinya kontaminasi sample urine oleh bakteri komensal yang terdapat disekitar kulit vulva atau vagina. pemasangan kateter ini mempunyai suatu tujuan terapi Pada pria untuk

yaitu

mengeluarkan urin dari buli buli pada keadaan obstruksi infravesikal baik yang disebabkan oleh hiperplasi prostat maupun oleh benda asing ( bekuan darah ) yang menyumbat uretra. Kateter yang dipasang untuk tujuan diagnostik secepatnya dilepaskan setelah tujuan selesai, tetapi yang ditujukan untuk terapi , tetap dipertahankan hingga tujuan terpenuhi. Sebelum melakukan pemasangan pemasangan kateter, mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan fisik genitalia eksterna wanita dan pria. Ketrampilan ini dibatasi hanya sampai mengidentifikasi organ / bagian yang terdapat pada genitalia eksterna. Selain itu mahasiswa juga harus dapat mengidentifikasi perbedaan yang terdapat pada organ genitaia pria dan wani A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi genitalia ekternal pria dan wanita Pemasangan kateter uretra Menyiapkan pre-operasi lapangan operasi untuk bedah minor, asepsis, antisepsis, anestesi lokal

Tatalaksana dehidrasi berat pada kegawat daruratan setelah penatalaksanaan syok

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memberikan penjelasan, indikasi dan memperlihatkan cara pemasangan kateter yang benar. Tujuan Khusus : 1. Mahasiswa mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan pemasangan kateter. 2. Mahasiswa mampu menerangkan ke pasien ( inform consent ) tentang pemeriksaan dan tindakan yang akan dilakukan serta meminta persetujuan pasien atas tindakan tersebut. 3. Mahasiswa mampu memberikan penjelasan dan kontraindikasi kateterisasi utetra. 4. Mahasiswa mampu melakukan tindakan kateterisasi secara aseptik dan sistematis.
C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa pada tahun ketiga dan Pengetahuan yang diperlukan sebelum melakukan ketrampilan adalah : Ilmu komunikasi Handwashing, Pemakain Handscoon dan Aseptik Anatomi dan fisiologi dasar urogenital pria dan wanita.

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur II. TEORI DASAR

a. Anatomi genitalia b. Komplikasi c. Dst

III.

PROSEDUR KERJA

Tahap persiapan a. Persiapan pasien Mengucapkan salam terpeutik Memperkenalkan diri Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan. Penjelasan yang disampaikan dimengerti pasien / keluarga. Selama komunikasi digunakan bahasa yang jelas, sistematis serta tidak

mengancam. Pasien / keluarga diberi kesempatan bertanya untuk klarifikasi. Privasi pasien selama komunikasi dihargai. Memperlihatkan kesabaran, penuh empati, sopan dan perhatian serta respek selama berkomunikasi dan melakukan tindakan. Membuat kontrak ( waktu, tempat dan tindakan yang akan dilakukan).

b. Persiapan alat dan bahan Bak instrumen berisi: - Poly kateter sesuai ukuran, 1 buah - Urine bag steril, 1 buah - Pinset anatomi, 2 buah - Duk steril - Kassa steril yang diberi jelly Spuit 10cc

Sabun cuci tangan biasa Sarung tangan steril Bahan antiseptik Kapas sublimat dalam kom tertutup Plester Gunting verband Bengkok, 1 buah Korentang pada tempatnya Kapas sublimat dalam kom tertutup

Perlak dan pengalasnya, 1 buah Sampiran Cairan Aquadest atau NaCl 0,9%

Tahap Pelaksanaan : Prosedur Kateter 1. Pasien diberikanpenjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan, kemudian alat alat didekatkan ke pasien. 2. 3. 4. 5. Pasang sampiran Operator mencuci tangan dengan sabun terlebih dahulu pada air kran mengalir. Pasang pengalas / perlak dibawak bokong pasien Pakaian bagian bawah pasien dilepaskan, dengan posisi pasien litotomi ( kaki ditekuk dan kaki sedikit terbuka ). Lalu bengkok diletakkan didekat bokong pasien. 6. 7. Buka bak instrumen, pakai sarung tangan steril. Bersihkan alat genitalia dengan kapas sublimat dengan menggunakan pinset. Pada laki laki : Bersihkan genitalia dan tentukan lokasi pemasangan kateter. Pada wanita : Bersihkan genitalia dengan cara tangan nondominan membuka vulva kemudian tangan kanan memegang pinset dan mengambil satu buah kapas sublimat. Selanjutnya bersihkan labia mayora dari atas kebawah mulai dari sebelah kiri lalu kekanan, kapas dibuang dalam bengkok, kemudian bersihkan labia minora, klitoris dan anus. Letakkan pinset pada bengkok. 8. 9. Lalu sekitar genita ditutupi dengan duk steril. Ambil kateter kemudian olesi dengan jelly.

10. Masukkan kateter kedalam uretra kira kira 10cm secara perlahan dengan menggunakan pinset sampai urine keluar. 11. Balon kateter dikembangkan dengan memasukkan cairan NaCl/ aquadest 5 10 cc atau sesuai ukuran yang ditulis pada kateter. Tarik sedikit kateter, apabila pada saat ditarik kateter terasa tertahan bearti kateter sudah mesuk pada kandung kemih. 12. Lepaskan duk, sambungkan kateter dengan urine bag, lalu diikat disisi tempat tidur. 13. Fiksasi kateter pada bagian sisi dalam paha pasien. Tahap Penyelesaian: 1. 2. Pasien dirapikan kembali Alat dirapikan kembali

3. 4.

Mencuci tangan Melakukan dokumentasi : Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta respon pasien Catat tanggal dan jam melakukan dan nama perawat yang melakukan dan tanda tangan.

IV.

EVALUASI

NO 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Aspek yang dinilai 0 Kemampuan menerangkan indikasi pemasangan kateter Kemampuan untuk menyiapkan bahan dan alat untuk pemasangan kateter Kemampuan untuk melakukan inform consent kepada pasien sebelum melakukan pemasangan kateter Kemampuan untuk melakukan tindakan aseptik sebelum pemasangan kateter, sesuai dengan jenis kelamin pasien Kemampuan untuk melakukan pemasangan kateter uretra secara benar dan sistematis Melakukan observasi kepada pasien 1

Skor 2

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 18x 100% = % Aceh Besar,..................2012 Instruktur

PENUNTUN SKILL LAB KETERAMPILAN LABORATORIUM: PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URINE

Penyusun/kontributor : dr. Silvia Karlia

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN MIKROSKOPIS URINE

I.

PENDAHULUAN Pemeriksaan atau analisis urine ( urinalisis) tidak hanya memberikan informasi tentang keadaan ginjal dan saluran kemih, tetapi juga informasi tentang faal hati, saluran empedu, pankreas, korteks adrenal, abnormalisasi genetik dan lain lain. Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada urine meliputi pemeriksaan makroskopis, mikroskopis, mikrobiologi, dan kimia. Pada Blok ini akan akan diberikan ketrampilan pemeriksaan urine secara makroskopis dan mikroskopis yang merupakan bagian dari urinalisis rutin. Tempat dilakukan ketrampilan ini adalah di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran Abulyatama Aceh.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Persiapan dan pemeriksaan sedimen urin Menyiapkan slide dan uji mikroskopis urin

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urine secara makroskopis dan mikroskopis ( sel epitel, leukosit, eritrosit, silinder, mikroorganisme, kristal, dll) serta menginterpretasi hasil pemeriksaan. Mahasiswa mampu menilai hasil pemeriksaan semen.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: Mahasiswa pada tahun ketiga dan Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih adalah : 1. Pengetahuan tentang komposisi urine normal.

2. Persiapan pasien sebelum pengambilan sampel. 3. Cara pengambilan dan wadah serta pemilihan spesimen untuk pemeriksaan. 4. Pengetahuan tentang penggunaan mikroskop.

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan latihan mandiri pemeriksaan urine dan interpretasihasil dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III. 1.

PROSEDUR KERJA Pemeriksaan Makroskopis Urine Sampel diperiksa di tempat yang terang. Perhatikan warna, bau, kejernihan ( pengukuran volume, berat jenis, dan pH tidak dilakukan )

2. Pemeriksaan Mikroskopis Bahan dan Alat : Mikroskop Wadah penampung urine Sentrifius urine Tabung reaksi Conical centrifuge tube Kaca objek dan kaca penutup Pipet tetes Larutan Asam Asetat 10% ( untuk memperjelas leukosit ) Cara kerja :

1. Masukkan 10 15 ml urine kedalam conical centrifuge tube, lalu urine tersebut disentrifius selama 5 menit dengan kecepatan 1500rpm. 2. Buanglah cairan di bagian atas tabung sehingga volume cairan dan sedimen tinggal kira kira 0,5 ml. 3. Kocoklah tabung untuk meresuspensikan sendimen urine. 4. Letakkanlah 1 2 tetes suspensi tersebut diatas kaca objek lalu tutup dengan kaca penutup. 5. Periksa sedimen di bawah mikroskop dengan pembesaran 100X ( 10 X 10 ) untuk LPK dan pembesaran 400x untuk LPB. EVALUASI NO 1. Aspek yang dinilai 0 Menerangkan tujuan dan prosedur pemeriksaan kepada pasien 2. Melakukan persiapan alat dengan benar Menilai makroskopis urine : 3. - Warna - Kejernihan - Bau Melakukan mikroskopis urine : 4. Memasukkan urine kedalam conical centrifuge tube, lalu urine tersebut di sentrifus selama 5 menit dengan kecepata 1500rpm 5. Membuang cairan dibagian atas tabung sehingga volume cairan dan sendimen tinggal kira kira 0, 1 1 ml 6. Meresuspensikan sendimen urine 7. Meletakkan 1 2 tetes suspensi tersebut diatas kaca objek lalu ditutup dengan kaca penutup 8. Melakukan pemeriksaan sedimen urine menggunakan mikroskop dengan prosedur yang benar 9. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan urine secara mikroskopis pada lapangan pandang kecil / LPK 10. Mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan urine secara mikroskopis pada lapangan pandang besar / LPB Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 30x 100% = % Aceh Besar,..................2012 INSTRUKTUR 1 Skor 2 3

PENUNTUN SKILL LAB KETRAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK:


-

PEMERIKSAAN RECTAL TOUCHER DAN PAP SMEAR

TIM SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH


2012

RECTAL TOUCHER

I.

PENDAHULUAN Pemeriksaan Rectal toucher ini sangat penting untuk dapat kita lperoleh informasi penting untuk menegakan diagnosa. Tetapi pemeriksaan ini sering kali terabaikan. Begitu pentingnya hingga pernah dicetuskan bahwa tidak ada telunjuk untuk colok dubur, boleh digunakan jari kaki untuk colok dubur. Sehingga pada Blok ini mahasiswa diharapkan dapat melakukan ketrampilan Rectal Toucher dengan baik dan benar karena sangat penting untuk menegakkan diagnosa.

.
A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pemeriksaan colok dubur (digital rectal examination) Palpasi prostat Inspeksi sarung tangan paska colok dubur

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

A. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum : Dapat memberikan pemahaman dan ketrampilan kepada mahasiswa tentang pentingnya colok dubur untuk mendiagnosa pasien. Tujuan Khusus : 1. Mampu merencanakan dan mempersiapkan alat atau bahan untuk melakukan colok dubur. 2. Mampu menerangkan kepasien ( inform consent) tentang tindakan yang akan dilakukan dan persetujuan atas tindakan tersebut. 3. Mampu melakukan tindakan colok dubur dengan baik dan sistematis.

4. Mampu mengajarkan kepada orang lain ( misal : sejawat lain ) bagaimana cara melakukan colok dubur yang benar. B. Karakteristik mahasiswa Mahasiswa pada tahun ketiga dan Keterampilan colok dubur ketrampilan lain : Komunikasi sambung rasa dan mendengar aktif Handwashing, Pemakain Handscoon dan Aseptik Anatomi dan fisiologi dasar genitalia pria dan wanita berkaitan dengan

C. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA :

Bahan dan Alat


Manekin rectal toucher Sarung tangan ( Handscoon) Jelly

Cara Kerja: 1. 2. 3. 4. Operator memakai handscoon secara baik dan benar. Posisi tergantung kondisi yang akan dinilai, standart dilakukan sims posisi. Lihat keadaan lokal sekeliling anus. Handscoon yang sudah tersedia diolesi dengan jelly secukupnya lalu dimasukkan kedalam anus.

5.

Pelan pelan tulunjuk yang telah dipakai handscoon didorong masuk, nilai spincter anus eksternal, dorong kedalam sampai ampula recti lalu rotasikan telunjuk.

6. 7. 8.

Nilai mukosa rectum dan keadaan sekelilingnya. Kemudian nilai kondisi prostat. Setelah selesai dan dirasa sudah cukup kemudian keluarkan telunjuk dan lihat apakah ada lendir atau darah pada handscoonnya.

EVALUASI Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : NO 1. 2. 3. 4. 5. Aspek yang dinilai 0 Kemampuan menerangkan tujuan melakukan colok dubur Kemampuan un tuk menyiapkan bahan dan alat untuk melakukan colok dubur Kemampuan untuk melakukan infrm concern kepada pasien sebelum melakukan colok dubur Kemampuan untuk melakukan pemeriksaan colok dubur dengan benar dan mampu mendeskripsikan Kemampuan untuk menjelaskan interpretasi hasil pemeriksaan 1 Skor 2

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja %cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 15x 100% = %

Aceh Besar,..................2012 INSTRUKTUR

PAP SMEAR

I.

PENDAHULUAN Ketrampilan melakukan Pap smear merupakan ketrampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada dijenjang akademik / preklinik. Ketrampilan ini merupakan suatu ketrampilan pemeriksaan fisik dalam bidang obstetri. Pemeriksaan Pap Smear ini adalah dengan cara mengambil sekret vagina, sekret eksoserviks, sekret endoserviks, sekret endometrial dan sekret formiks posterior. Setiap sekret mempunyai manfaat penggunaan yang khusus, dimana untuk tujuan pemeriksaan tertentu sediaan apusan yang dibaca harus berasal dari lokasi tertentu pula. Oleh sebab itu dalam membuat sediaan apusan Pap smear, pengambilan bahan sediaan harus disesuaikan dengan tujuan

pemeriksaan. Sehingga pada Blok ini mahasiswa dituntut agar mampu dan teliti dalam mengerjakan ketrampilan Pap Smear.

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pemeriksaan genitalia eksterna wanita Melakukan Paps smear

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan Umum :

Setelah melakukan pelatihan seri ketrampilan prosedural ini, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan PAP Smear. Tujuan Khusus : 1. 2. 3. 4. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan PAP Smear. Mahasiswa mampu melakukan pameriksaan PAP Smear. Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil pemeriksaan PAP Smear. Mahasiswa mampu membuat interpretasi dan prognosis berdasarkan kesimpulan pemeriksaan PAP Smear.

C. Karakteristik mahasiswa: Mahasiswa pada tahun ketiga dan Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum latihan : Anatomi genitalia wanita Ilmu komunikasi Handwashing, pemakaian Handscoon dan Aseptik

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur. II. III. TEORI DASAR PROSEDUR KERJA

Alat dan bahan :

1. Object glass 2. Bahan fiksasi basah ( Alkohol 96% ) atau bahan fiksasi kering berupa cytotrep, dryfix, atau hair spray 3. Pensil gelas 4. Spatula Ayre dari kayu model standart atau modifikasi 5. Lidi kapas atau cytobrush

6. Sapu endometrium ( balai endometre ) 7. Spekulum vagina cocor bebek ( spekulum cusco ) 8. Lampu sorot

Langkah-langkah pengambilan sampel :

1. Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter telah tersedia dan siap digunakan.

2. Memeriksa apakah ibu telah BAK dan membersihkan daerah genital bila
diperlukan

3. Meminta ibu untuk berbaring ke meja periksa dengan kedua lengan


disamping

4. Memposisikan ibu dalam posisi litotomi dengan kedua paha ditopang dengan
menahan kaki

5. Mencuci tangan dan mengeringkannya 6. Menyalakan lampu / senter dan mengarahkan ke daerah genitalia 7. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru 8. Melakukan tindakan diinfeksi dengan kapas sublimat pada daerah vulva dari
atas kebawah dan 1/3 proksimal paha bagian depan dan dalam

9. Menyentuh paha bagian dalam sebelum menyentuh daerah genitalia ibu 10. Memasang spekulum cocor bebek dengan perlahan dimana jari tangan kiri
menekan perineum agar otot vagina rileks

11. Melakukan pengamatan terhadap keadaan vagina dan serviks 12. Gunakan spatula ( pap stik) untuk mengusap serviks 13. Menghapuskan sedian yang diambil pada objek glass dan memfiksasinya
dengan larutan fiksasi

14. Membuka kembali spekulum cocor bebek dengan perlahan 15. Menjelaskan hasil pemeriksaan dan interpretasinya

IV.

EVALUASI

Penilaian dilakukan dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : NO Aspek yang di nilai 0 1. Menyapa pasien dengan sopan dan ramah, perkenalkan diri 2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang akan dialami ibu 3. 4. Meminta persetujuan ibu ( informed consent ) Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter telah tersedia dan siap digunakan. 5. Memeriksa apakah ibu telah BAK dan membersihkan daerah genital bila diperlukan 6. Meminta ibu untuk melepaskan celana dalam serta memakai sarung atau selimut yang tersedia, membantu ibu naik ke meja periksa 7. Meminta ibu untuk berbaring ke meja periksa dengan kedua lengan disamping 8. Memposisikan ibu dalam posisi litotomi dengan kedua paha ditopang dengan menahan kaki 9. 10. Mencuci tangan dan mengeringkannya Menyalakan lampu / senter dan mengarahkan ke daerah genitalia 11. 12. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru Melakukan tindakan diinfeksi dengan kapas sublimat pada daerah vulva dari atas kebawah dan 1/3 proksimal paha bagian depan dan dalam 13. Menyentuh paha bagian dalam sebelum menyentuh daerah genitalia ibu 14. Memasang spekulum cocor bebek dengan perlahan dimana jari tangan kiri menekan perineum agar otot vagina rileks 15. Spekulum dimasukan kedalam vagina untuk menguak agar serviks kelihatan. Spatula (pap stik) digunakan untuk mengusap serviks. 1 Skor 2 3

16. 17. 18.

Melakukan pengamatan terhadap keadaan vagina dan serviks Gunakan spatula ( pap stik) untuk mengusap serviks Menghapuskan sedian yang diambil pada objek glass dan memfiksasinya dengan larutan fiksasi

19.

Membuka kembali spekulum cocor bebek dengan perlahan

20

Menjelaskan hasil pemeriksaan dan interpretasinya

Keterangan : 0 : tidak dilakukan 1 : Dilakukan, tapi perlu banyak perbaikan 2: Dilakukan, dengan sedikit perbaikan 3 : Dilakukan sesuai prosedur kerja

%cakupan penguasaan ketrampilan : skor total / 60x 100% =

Aceh Besar,..................2012 INSTRUKTUR

PENUNTUN SKILLS LAB


BLOK 16. REPRODUKSI

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA

Pemeriksaan fisik Obstetri PENGANTAR Keterampilan pemeriksaan kehamilan, merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di jenjang akademik/preklinik. Keterampilan ini sangat membantu seorang menentukan kondisi dan perkembangan kehamilan dari seorang pasien. Pengetahuan dan keterampilan pemeriksaan kehamilan turut berperan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pemeriksaan obstetri meliputi banyak prosedur yang masing-masing berkaitan dengan tujuan pemeriksaan yang dilakukan. Untuk pemeriksaan dasar obstetri, pada umumnya diperlukan pemeriksaan antenatal, anamnesis dan pemeriksaan fisik ibu hamil meliputi inspeksi, palpasi dan auskultasi. Pemeriksaan antenatal hanya memfokuskan pada hal-hal penting yang harus segera dikenali dan bagaimana kondisi-kondisi tertentu berubah sesuai dengan berlanjutnya usia kehamilan. Pemeriksaan fisik berupa palpasi dan auskultasi bertujuan untuk mengetahui usia kehamilan, letak, presentasi, jumlah janin, kondisi janin dan kesehatan muatan dengan jalan lahir Ketrampilan ini sangat berkaitan dengan ketrampilan yang telah diberikan pada blok sebelumnya seperti Handwashing , Komunikasi, Pemeriksaan Fisik Umum, Pemeriksaan Tanda Vital, Abdomen, Pemeriksaan Payudara, pada blok yang sama: pemeriksaan Urin 2 (Tes kehamilan) dan pada blok setelah ini yakni Obstetrik (Vaginal toucher dan Kemajuan Persalinan) dan Membantu Persalinan. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum Setelah melakukan pelatihan ketrampilan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik Luar Obstetrik mahasiswa mampu melaksanakan anamnesa, pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik luar pada ibu hamil . Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemeriksaan obstetri. 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan antenatal secara umum termasuk anamnesis dan pemeriksaan fisik luar obstetri. 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan antenatal secara khusus yaitu pemeriksaan palpasi menurut Leopold dan auskultasi detak jantung janin. 4. Mahasiswa mampu membuat kesimpulan hasil pemeriksaan/diagnosis. 5. Mahasiswa mampu membuat prognosis dan rencana penatalaksanaan. STRATEGI PEMBELAJARAN 1. 2. 3. 4. Demonstrasi dari video yang disediakan dan dari instruktur Supervisi Mandiri Diskusi

PRASYARAT Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih: 1. 2. 3. 4. 5. Anatomi Genitalia Wanita Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin Perubahan fisiologi pada ibu hamil Patologi kehamilan Penyakit sistemik yang mempengaruhi kehamilan dan perkembangan janin intra uteri

Praktikum yang harus diikuti sebelum berlatih Anatomi genitalia wanita Ketrampilan yang terkait: 1. Komunikasi 2. Pemeriksaan Fisik Umum 3. Pemeriksaan Tanda Vital 4. Abdomen 5. Pemeriksaan Payudara 6. Auto dan allo anamnesis pada kasus obstetric PROSEDUR KERJA Tahap Persiapan: Media dan Alat Pembelajaran : a. Penuntun Belajar untuk anamnesa pada kunjungan antenatal b. b.Penuntun Belajar untuk pemeriksaan fisik luar obstetric c. Manekin Maternity, Stetoskop (monoaural/Laenec dan binaural), pita meteran, termometer, timbangan, rflex, Hammer, model anatomic, sarung tangan, kain penutup tubuh, ember untuk cairan dekontaminasi, sabun dan wastafel untuk simulasi mencuci tangan d. Kertas, pensil, pena dan kartu ibu. Tahap Pelaksanaan: 1. ANAMNESIS 2. PEMERIKSAAN 3. Tahap penjelasan/interpretasi hasil pemeriksaan 4. Rencana Asuhan Antenatal:

Keterampilan Pemeriksaan fisik kehamilan No Aspek yang dinilai 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Menyapa ibu dengan sopan dan ramah . Perkenalkan diri. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan hal yang akan di alami ibu Jelaskan prosedur pemeriksaan dan minta persetujuan Ibu (Informed Consent) Memeriksa apakah alat, bahan, dan lampu senter telah tersedia dan siap digunakan Memeriksa apakah ibu telah buang air kecil dan membersihkan daerah genitalnya bila diperlukan Meminta ibu untuk melepaskan celana dalam serta memakai sarung atau selimut yang tersedia. MembantuIbu naik ke meja periksa Meminta ibu untuk berbaring ke meja periksa dengan kedua lengan di samping Meminta ibu untuk menaruh kedua tumit pada dudukan . jika tidak ada dudukan, membantu ibu menaruh kedua kakinya di tepi luar ujung meja. mencuci tangan dan mengeringkannya menyalakan lampu/senter dan mengarahkan ke daerah genital. Memakai sepasang sarung tangan periksa yang baru atau telah di-DTT. Melakukan tindakan disinfeksi dengan kapas sublimat pada daerah vulva dan 1/3 proksimal paha bagian depan dan dalam Menyentuh paha sebelah dalam sebelum menyentuh daerah genital ibu. Memperhatikan labia, klitoris dan perineum serta anus apakah terdapat parut, lesi, inflamasi atau retakan kulit. Dengan memisahkan labia majora dengan dua jari, memeriksa labia minora, klitoris, mulut uretra dan mulut vagina. Membuka labia dengan menggunakan 2 jari tangan kiri kemudian memasukan spekulum cocor bebek dan jari tangan kiri kemudian berpindah menekan perineum sehingga terjadi relaksasi vagina. Masukan spekulum dengan arah miring kemudian diputar sehingga terletak melintang dan berada di forniks sehingga portio dapat divisualisasi dengan jelas. Lakukan pengamatan terhadap portio dan dinding vagina. Lakukan sondage uterus dan tentukan arah dan panjang uterus Spekulum cocor bebek kemudian dikeluarkan dengan perlahan Masukkan jari tengah dan telunjuk tangan kanan ke dalam lumen vagina melalui introitus yang terbuka Tangan kiri menahan fundus uteri Periksa keadaan vagina apakah terdapat tumor atau kelainan lain. Arahkan jari dalam ke mulut rahim ( bibir portio) tentukan diameter dilatasi servik, arah, konsistensi servik, apakah selaput ketuban masih utuh, tentukan bagian terbawah janin. Lakukan palpasi terhadap uterus dan nilai besar dan arah fundus uteri dengan tangan kiri menahan fundus. Periksa kedua adneksa di kanan dan kiri pada forniks lateral dengan tangan kiri menahan dari atas simpisis sehingga dapat dipalpasi kedua adneksa

Nilai 1

17

18 19 20 21 22 23

24 25

Lakukan perabaan kearah dinding posterior vagina apakah terdapat penonjolan dari kavum douglas 27 Keluarkan tangan secara perlahan dan beritahukan pada ibu bahwa pemeriksaan sudah selesai dan persilahkan ibu untuk mengambil tempat yang sudah disediakan Keterangan Skor : 26 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. dilakukan dengan sedikit perbaikan 2. dilakukan dengan sempurna.

Nilai : ------------ X 100 % =

Aceh Besar, 2012 Mahasiswa Instruktur

ASUHAN PERSALINAN NORMAL


PENGANTAR Keterampilan menolong persalinan normal merupakan keterampilan wajib yang harus dimiliki dokter umum dan dipelajari sejak mahasiswa berada di jenjang akademik/preklinik. Keterampilan ini meliputi ; membantu persalinan normal , melakukan episiotomi serta penjahitannya dan penanganan bayi baru lahir .Keterampilan ini termasuk level kompetensi IV pada KKI. Dalam proses persalinan, penolong persalinan harus memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehingga menghasilkan out come yang baik untuk ibu dan bayi baru lahir. Asuhan persalinan berdasarkan asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir serta upaya pencegahan komplikasi terutama perdarahan pascapersalinan, hipotermia, dan asfiksia bayi baru lahir Ketrampilan ini sangat berkaitan dengan ketrampilan yang telah diberikan pada blok sebelumnya seperti Handwashing, Komunikasi, Pemeriksaan Fisik Umum, Pemeriksaan Tanda Vital, Abdomen, Pemeriksaan Payudara , Obstetrik (Vaginal toucher dan Kemajuan Persalinan) dan Membantu Persalinan . TUJUAN PEMBELAJARAN: Tujuan Instruksional Umum Setelah skill lab pertolongan Persalinan Normal, Episiotomi dan penjahitan episiotomy diharapkan mahasiswa mampu melakukan pertolongan persalinan normal , melakukan episiotmi serta penjahitnya. Tujuan Instruktional Khusus : 1. Mahasiswa mampu menjelaskan proses persalinan normal, episitiotomi dan penjahitannya serta perawatan bayi baru lahir. 2. Mahasiswa mampu melakukan pertolongan persalinan normal dengan benar. 3. Mahasiswa mampu melakukan episiotomi sesuai indikasi. 4. Mahasiswa mampu menjahit luka episiotomi dengan benar. STRATEGI PEMBELAJARAN: 1. Demonstrasi dari video yang disediakan dan dari instruktur 2. Supervisi 3. Mandiri 4. Diskusi PRASYARAT Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih 1. 2. 3. 4. 5. 6. Anatomi Genitalia Wanita Pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterin Perubahan fisiologi pada ibu hamil Episiotomi dan repair episiotomy Mekanisme persalinan normal Pertolongan pada bayi baru lahir

Ketrampilan yang terkait: 1. Komunikasi 2. Pemeriksaan Fisik Umum 3. Pemeriksaan Tanda Vital 4. Abdomen 5. Pemeriksaan Payudara 6. Auto dan allo anamnesis pada kasus obstetric

Keterampilan menolong persalinan normal No Aspek yang dinilai 0 1 Mendengar dan melihat adanya tanda persalinan Kala Dua 1. Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran 2. Perineum tampak menonjol 3. Vulva dan anus membuka Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk resusitasi tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3 handuk/kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm di atas tubuh bayi Menggelar kain di atas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set Pakai celemek plastic Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk periksa dalam Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril (pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke belakang Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi, lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5% langkah # 9) Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka lakukan amniotomi Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi/ saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120 160x/ menit) Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf

Nilai 1

3 4 5

10 11 12 13 14

15

16

Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 3-4 cm membuka vulva, dan perineum sudah menipis saat kepala turun oleh karena HIS, dimasukan 2 jari tangan kiri diantara perineum dan kepala, dilakukan anestesi lokal infiltrasi pada daerah perineum yang akan dilakukan episiotomi, kemudian dilakukan episiotomy Saat perineum membuka 5-6 cm lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bernapas cepat dan dangkal Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah untuk kepala dan bahu. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki (masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki dengan ibu jari dan jari-jari lainnya) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi di atas perut ibu. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus (hamil tunggal). Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama. Pemotongan dan pengikatan tali pusat

17 18

19

20

21

22 23 24

25

26

27

Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan

28

29 30 31

32

33

34

35 36

37 38

39

Letakkan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. PENATALAKSANAAN AKTIF PERSALINAN KALA TIGA , REPAIR PERINENUM Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva Letakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas (dorso-kranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Lakukan penegangan dan dorongan dorso-kranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau tempat khusus Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan episiotomy, Penjahitan dilakukan mulai dari puncak luka episiotomi dengan jelujur dan diikat pada batas introitus, kemudian jahitan dilanjutkan pada perineum. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per vaginam 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan

Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal 40 Periksa kembali bayi dan pantau setiap 15 menit untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali / menit), suhu tubuh normal (36,5 37,5 C). Jika bayi sulit bernapas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera merujuk ke rumah sakit. Jika bayi napas terlalu cepat, segera dirujuk. Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Kembalikan bayi kulit-ke-kulit dengan ibunya dan selimuti ibu dan bayi dengan satu selimut. Keterangan Skor : 3. Tidak dilakukan sama sekali 4. dilakukan dengan sedikit perbaikan 5. dilakukan dengan sempurna.

Nilai : ------------ X 100 % =

Aceh Besar, 2012 Mahasiswa Instruktur

BUKU PANDUAN SKILLSLAB BLOK 17 GANGGUAN INDRA KHUSUS

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH 2012

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok 17 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : 1.ketrampilan Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik Mata 1: mata dan tekanan intra okuler 2. Ketrampilan Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik Mata 2: refraksi, lapangan pandang dan funduskopi 3. Ketrampilan Pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik THT ((leher, rinoskopi anterior, otoskop, tes pendengaran) 4. Ketrampilan pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik kulit Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI...

MATA 1: PEMERIKSAAN FISIK MATA


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi kelopak mata Inspeksi kelopak mata dengan eversi kelopak atas Inspeksi bulu mata Inspeksi konjungtiva, termasuk forniks Inspeksi sklera Inspeksi orifisium duktus lakrimalis Palpasi limfonodus pre-aurikuler Inspeksi pupil Penilaian pupil dengan reaksi langsung terhadap cahaya dan konvergensi (penglihatan dekat) Inspeksi media refraksi dengan transilluminasi (pen light) Inspeksi kornea Tes sensivitas kornea Inspeksi bilik mata depan Inspeksi iris Inspeksi lensa Tekanan intra okular, estimasi dengan palpasi

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi dan palpasi bola mata

Tujuan khusus: 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang diperlukan untuk pemeriksaan mata 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi mata eksternal meliputi inspeksi kelopak mata, kelopak mata dengan eversi kelopak atas dan bulu mata 3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Inspeksi konjungtiva, termasuk forniks, sklera, dan orifisium duktus lakrimalis 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan palpasi limfonodus pre-aurikuler 5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi pupil dan penilaian pupil dengan reaksi langsung terhadap cahaya dan konvergensi 6. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi media refraksi dengan transilluminasi (pen light) 7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Inspeksi kornea 8. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Tes sensivitas kornea 9. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Inspeksi bilik mata depan, Inspeksi iris, dan inspeksi lensa

10. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan tekanan intra okular, estimasi dengan
palpasi C. KARAKTERISTIK MAHASISWA:

Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 17 (Gangguan Indra khusus) ini adalah mahasiswa tahun Ketiga (III) semester VI.

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih.......

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

Correlation to clinical finding (Indikasi & kontraindikasi) Indikasi : Skills pemeriksaan fisik mata untuk pasien dengan keluhan gangguan kelopak mata, keluhan tekanan bola mata dan permasalahan pada struktur mata dll.

III.

PROSEDUR KERJA Ketrampilan Pemeriksaan fisik Mata dan tekanan intra ocular (TIO) Alat dan bahan / Persiapan: 1. Probandus 2. Opthalmoskop 3. Senter 4. Loop 5. Tonometri 6. Pantocain 0,5% gr 7. Alkohol 70% 8. Bed 9. Kursi

IV.

EVALUASI PEMERIKSAAN FISIK MATA DAN TEKANAN INTRA OKULAR (TIO) No A Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK MATA DAN TEKANAN INTRA OKULAR Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan 5 Nilai 1 2

1 2 3

5 B 1

Berdiri disebelah kanan pasien Pemeriksaan Segmen Anterior dan posterior Kedudukan bola mata a. Uji Refleks Kornea (Hirscberg) - Menyiapkan alat : Sentolop Menyinarkan mata pasien dengan jarak 30cm sebagai sinar fiksasi mengarahkan nya kebagian glabella -Melihat refleks sinar pada kornea mata yang jatuh di tengah pupil -Menilai normal/deviasi b. Uji Posisi Otot Mata -Menggerakkan objek kesegala rah untuk Menilai kemamouan gerakan bola mata -Menilai normal/parese

Kelopak Mata a. Inspeksi -Melihat kedua kelopak mata ada/tidaknya lagoptalmus,xantelasme b. Uji Eversi Kelopak -Meminta pasien untuk melihat kebawah -Kemudian periksa membalik kelopak mata keatas -Pasien dimintanya melihat keatas -bila pada waktu Melihat keatas kelopak kembali kedudukan normal,berarti tidak terdapat pareseotot levator dan otot orbicularis Konjungtiva a. Menyiapkan alat :Loop dan Senter b. Inspeksi -Melihat pola perdarahan di konjungtiva : Perdarahan subkonjungtiva,hiperemi,injeksi siliar,injeksi konjungtiva atau kombinasi keduanya -Mencari kelainan yang terdapat pada konjungtiva :Pretegium, Pinguecela, skelritis -Melihat ada/tidaknya sekret,nilai : Kuantitas dan Karakter Kornea a. Menyiapkan alat dan Loop b. Inspeksi : 6

-Melihat kejernihan dari kornea,kelainan kornea : sikatriks,infiltrat,ulkius,benda asing 5 Pupil a. Uji refleks pupil ; Langsung & tidak langsung b. Fundus : -Mendekatkan Optalmoskop direk 1-2 kaki dari mata pasien dikamar gelap -Menilai refleks pupil normal : jingga,refleks abnormal : putih/leukoria Pemeriksaan Tekanan intra ocular (TIO) Melakukan pemeriksaan Tekanan Bola Mata Dengan Metode Palpasi Pemeriksa duduk berhadapan dengan penderita dengan jarak jangkauan pemeriksa (25-30 cm) Penderita diminta untuk melirik ke bawah Mulailah pemeriksaan dari mata kanan Kedua jari telunjuk berada pada palpebra superior. Jari kelingking, tengah dan jari manis memfiksasi di daerah sekitar tulang orbital Jari telunjuk secara bergantian menekan bola mata melalui palpebra dan meraskan besarnya tekanan bola mata Besarnya tekanan dilambangkan dengan Tn, Tn -1, Tn - 2, Tn + 1, Tn + 2, Tn + 3. Prosedur yang sama dilakukan pula pada mata kiri Melakukan Pemeriksaan Tekanan Bola Mata Dengan Cara Identasi Menggunakan TONOMETER SCHIOTZ Baringkan penderita di tempat tidur Teteskan pada kedua mata dengan tetes mata Pantocain 0,5% gr Gunakan beben tonometer yang terendah 5,5 gr desinfeksi indentasi dengan alkohol 70% biarkan sampai alkohol mengering. Penderita melihat ke atas, mata difiksasi pada jari penderita yang diposisikan diatas mata yang diperiksa Letakkan tonometer dengan hati-hati pada kornea, selanjutnya baca skala yang ditunjukkan Konfersi ukuran dengan tabel yang ada

6 A 1 2 3 4

2 3

4 5

Kesimpulan Hasil Pemeriksaan

Catatan: sebaiknya teknik tonometer schiotz di tahap klinik, dibawah bimbingan spesialis mata...terlalu beresiko jika dilakukan kepada teman mereka sendiri Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

MATA 2:FUNGSI PENGLIHATAN


I. PENDAHULUAN

Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Penilaian penglihatan Penilaian penglihatan, bayi dan anak Penilaian posisi dengan corneal reflex images Penilaian posisi dengan cover uncover test Pemeriksaan gerakan bola mata Penilaian nistagmus Penilaian penglihatan binokular Penilaian refraksi, subjektif Lapang pandang, Donders confrontation test Lapang pandang, Amsler panes dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Setelah mengikuti skills lab ini, mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fungsi penglihatan dan menggunakan funduskopi TUJUAN KHUSUS: 1. Mahasiswa mampu melakukan penilaian penglihatan, termasuk bayi dan anak 2. Mahasiswa harus mampu melakukan penilaian posisi bola mata dengan corneal reflex images 3. Mahasiswa harus mampu melakukan penilaian posisi bola mata dengan cover uncover test 9

4. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan gerakan bola mata 5. Mahasiswa harus mampu melakukan penilaian penglihatan binokular 6. Mahasiswa harus mampu melakukan penilaian refraksi, subjektif 7. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan lapang pandang, donders confrontation test 8. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan lapang pandang, amsler panes 9. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan dengan menggunakan alat funduskopi untuk melihat fundus refleks, diskus optik dan vena retina Catatan: funduskopi terlalu invasif pemeriksaannya (pakai midriatik), sebaiknya dibawah bimbingan spesialis mata C. KARAKTERISTIK MAHASISWA: o Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 17 (Gangguan Indra khusus) ini adalah mahasiswa tahun Ketiga (III) semester VI.

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

III.

DASAR TEORI a. Correlation to clinical finding (Indikasi & kontraindikasi) Indikasi : i. Skills pemeriksaan refraksi, lapang pandang, funduskopi untuk pasien dengan keluhan gangguan melihat jarak jauh dan dekat, gangguan pada struktur dalam dari mata. Dll. PROSEDUR KERJA Alat dan bahan / Persiapan: 1. Probandus 10

2. Funduskopi 3. Senter 4. Snellen chart 5. Kursi

IV.
No A

EVALUASI
Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN REFRAKSI SECARA SUBJEKTIF, LAPANG PANDANG, SEGMEN ANTERIOR DAN POSTERIOR Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Pemeriksaan Refraksi Mintalah penderita duduk pada jarak 5/6 m dari optotipe Snelen Minta penderita untuk menutup satu matanya tanpa menekan bola mata Minta penderita untuk melihat kedepan dengan santai tanpa melirik dan mengerutkan kelopak mata Minta pasien untuk menyebut angka/simbol yang ditunjuk Tunjuk angka/simbol pada optotipe Snelen dari atas ke bawah Tunjukkan visus penderita dengan hasil pemeriksaan Bila visus penderita tidak optinmal, dilakukan koreksi dengan lensa coba sampai didapatkan visus yang maksimal. Besarnya lensa coba yang digunakan menunjukkan besarnya kelainan refraksi Pemeriksaan Lapang Pandang dengan cara Konfrontasi Mintalah penderita untuk duduk berhadapan posisi bola mata antara penderita dan pemeriksa selaras dengan jarak 30-50 cm Terangkan maksud pemeriksa dimulai dari mata kanan. Mata yang tidak diperiksa di tutup Nilai 1 2

1 2 3

5 B 6 7 8 9 10 11 12

C 13

14

11

Tutuplah mata disisi yang sama dengan mata penderita yang ditutup 16 Difiksasi pada mata pasien yang tidak ditutup 17 Mintalah penderita agar memberi respon bila melihat objek yang digerakkan pemeriksa, dimana mata tetap terfiksasi dengan mata pemeriksa 18 Gerakkan objek dari perifer ke tengah dari arah superior, superior temporal, temporal, temporal inferior, inferior, inferior nasal, nasal, nasal superior. D Pemeriksaan Segmen Posterior dengan funduskopi 19 Persiapkan alat untuk melakukan pemeriksaan segmen posterior bola mata. Ruangan dibuat setengah gelap, penderita diminta untuk melepas kacamata dan pupil di midriasis dengan tetes mata mydriatil 20 Sesuaikan lensa oftalmoskop disesuaikan dengan ukuran kacamata penderita 21 Mata kanan pemeriksa memeriksa mata kanan penderita, mata kiri pemeriksa memeriksa mata kiri penderita 22 Mintalah penderita untuk melihat satu titik di belakang 23 Arahkan ke pupil dari jarak 25-30cm oftalmoskop untuk melihat reflek fundus dengan posisi/ cara pegang yang benar 24 Periksa secara perlahan maju mendekati penderita kurang lebih 5 cm 25 Sesuaikan fokus dengan mengatur ukuran lensa paada oftalmoskop 26 Amati secara sistematis struktur retina dimulai dari pupil N.Optik, arteri dan vena retina sentral, area makula, dan retina perifer D Kesimpulan Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna.

15

Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

12

PEMERIKSAAN FISIK THT


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Inspeksi leher Palpasi kelenjar ludah (submandibular, parotid) Palpasi kelenjar tiroid Inspeksi aurikula, posisi telinga dan mastoid Pemeriksaan meatus auditorius externus dengan otoskop Pemeriksaan membran timpani dengan otoskop Menggunakan cermin kepala Menggunakan lampu kepala Tes pendengaran, pemeriksaan garpu tala (Weber, Rinne, Schwabach) Tes pendengaran, tes berbisik Inspeksi bentuk hidung dan lubang hidung Penilaian obstruksi hidung Rinoskopi anterior Transluminasi sinus frontalis & maksila

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik leher, telinga dan hidung dengan menggunakan alat dengan benar TUJUAN KHUSUS: 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang dibuthkan untuk pemeriksaan Telinga dan hidung 13

2. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan inspemsi dan palpasi leher 3. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan inspeksi aurikula, posisi telinga dan mastoid 4. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan meatus auditorius externus dengan otoskop 5. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan membran timpani dengan otoskop 6. Mahasiswa harus mampu menggunakan cermin kepala dan lampu kepala 7. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan tes pendengaran, pemeriksaan garpu tala (Weber, Rinne, Schwabach) 8. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan tes pendengaran, tes berbisik 9. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan inspeksi bentuk hidung dan lubang hidung 10. Mahasiswa harus mampu melakukan penilaian obstruksi hidung 11. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan rinoskopi anterior 12. Mahasiswa harus mampu melakukan pemeriksaan transluminasi sinus frontalis & maksila

C. Karakteristik mahasiswa: (mahasiswa tahun berapa..., pengetahuan yang diperlukan apa saja...

Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 17 (Gangguan Indra khusus) ini adalah mahasiswa tahun Ketiga (III) semester VI.

Pengetahuan yang perlu dimiliki sebelum berlatih

D. STRATEGI PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur. 14

II.

TEORI DASAR a. Correlation to clinical finding (Indikasi & kontraindikasi) Indikasi : i. Skills pemeriksaan fisik leher, hidung, telinga untuk pasien dengan keluhan pembesaran di leher, gangguan penciuman, benda asing di hidung dan telinga, gangguan pendengaran, dll.

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan / persiapan: 1. Probandus 2. Kursi 3. Spekulum hidung 4. Otoskopi 5. Garpu tala

IV.

EVALUASI

PEMERIKSAAN FISIK LEHER, HIDUNG, TELINGA No A 1 2 3 Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK LEHER, HIDUNG, TELINGA Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Pemeriksaan Leher Inspeksi Leher : perhatikan simetris atau tidak adanya massa atau jaringan parut,pembesaran kelenjar parotis,kelenjar submandibu,kelenjar limfa leher kelenjar tiroid 15 1 Nilai 2 3

5 B 6

7 8 9

Palpasi Kelenjar Limfa leher : Pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan meraba dengan kedua belah tangan seluruh daerah leher dari atas kebawah Bila terdapat pembesaran kelenjar limfa,tentuka ukuran,bentuk,konsistensi,perlekatan dengan jaringan sekitarnya dan lokasinya Pemeriksaan Kelenjar tyroid Cara anterior: Pasien dan pemeriksa duduk berhadapan Memefleksikan leher pasien atau memutar dagu sedikit kekanan (merelaksasikan muskulus sternocleidomastoideus pada posisi tersebut) Tangan kanan pemeriksa menggeser laring kekanan Pasien disuruh menelan Selama menelan lobus tiroid kana di palpasi dengan ibu jari dan jari telunjuk tanagan kiri Setelah memeriksa lobus kanan,laring digeser kekiri dan lobus kiri dievaluasi dengan cara yang sama dengan tangan sebelahnya Cara Posterior Pemeriksa berada dibelakang pasien Pemeriksa meletakkan kedua tangannya pada leher pasien,yang posisinya sedikit ekstensi Pemeriksa memekai tangan kirinya mendorong trakea kekanan Meminta pasien untuk menelan ,sementara tangan kanan pemeriksa meraba tulang rawan tiroid berlatar belakang musculus sternoclaidomastoideus Meminta pasien sekali lagi menelan saat trakea terdorong kekiri Pemeriksa meraba kelenjar tiroid berlatar belakang muskulus sternocleidomastoideus kiri dengan tangan kiri Melaporkan hasil follow up lebih lanjut Rhinoskopi anterior Mempersiapkan alat dan bahan Inspeksi hidung luar dan sekitarnya Palpasi hidung a.Tampak menekan dengan jari telunjuk tangan kanan pada daerah pangkal hidung, pipi, supra orbitalis, dan adaerah interkantus untuk menilai adanya kelainan-kelainan pada 16

C 10 11 12

13 14 15 16

17 18 19 20 21

22 23 24 D 25 26 27 28

29

30 31 32

hidung dan sinus paranasalis b. Lakukan pemilihan spekulum hidung ke dalam rongga hidung. Dengan cara memegang bagian bawah dari spekulum ditekan oleh jari tengah sampai kejari manis jari tangan sebelah kiri c. Arahkan sorotan lampu kepala ke rongga hidung d. Nilai struktur di dalam rongga hidung (kavum nasi) e. Lihat fenomena "palatum mole". Keluarkan Spekulum hidung dari rongga hidung Pemeriksaan Telinga (OTOSKOPI) Menyiapkan alat dan bahan Menilai auricula eksterna (daun telinga) atau pinnae dari arah belakang daun telinga :ada/tidak peradangan,skiatrik Mengarahkan cahaya lampu kepala keliang telinga Menarik daun telinga kebelakang atas (dewasa) atau daun telinga kebelakang bawah (anak) Memegang otoskop dengan tangan kanan untuk memriksa telinga kanan pasien dan dengan tangan kiri bila memeriksa telinga kiri Menilai keadaan liang telinga dari serumen /cairan yang menggumpal Membersihkan liang telinga dari seruman/cairan yang menggumpal Menilai membran timpani (intak, hiperemis, retraksi, perforasi) Melaporkan hasil dan follow up lebih lanjut Tes Pendengaran Tes Rinne Menyiapkan alat dan bahan Menjelaskan tujuan pemeriksaan dan mempersiapkan pasien Getarkan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut Letakkan pada planum mastoid Penderita diintruksikan untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar Mendengar bunyi dari garpu tala atau sebaliknya Pindahkan garpu tala kedepan telinga yang sedang diperiksa bila penderita sudah tidak mendengar Tes dilakukan pada kedua telinga Catat hasil yang diperoleh kemudian interprestasikan

E 34 35 36 37 38

39 40 41 42 F 43 44 45 46 47 48 49 50 51

17

52 53 54 55

Tes Weber Gerakan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut Letakkan pada dahi atau vertex Penderita diintruksikan untuk menyebutkan telinga mana yang lebih jelas mendengar bunyi Catat hasil yang diperoleh kemudian interprestasikan

Tes Scwabach 56 Gerakan garpu tala frekwensi 256 atau 512 Hz dengan lembut 57 Letakan pada planum mastoid 58 Penderita diintruksikan untuk mengangkat tangan bila sudah tidak mendengar bunyi dari garpu tala atau sebaliknya 59 Pindahkan garpu tala keplanum mastoid pemeriksa bila penderita sudah tidak mendengar 60 Tes dilakukan pada kedua telinga 61 Catat hasil yang diperoleh kemudian interprestasikan Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

18

PEMERIKSAAN FISIK KULIT

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Kulit, inspeksi dengan kaca pembesar Inspeksi membran mukosa Inspeksi kulit dan kuku ekstremitas Kulit, inspeksi dengan sinar UVA (Woods lamp) Dermografisme Palpasi kulit Deskripsi lesi kulit dengan perubahan primer dan sekunder, seperti ukuran, distribusi, penyebaran dan konfigurasi Pemeriksaan rambut (inspeksi, pull test)

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik kulit dan melaporkan hasil pemeriksaan tersebut. TUJUAN KHUSUS: 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk melakukan pemeriksaan kulit 2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi kulit dengan kaca pembesar 19

3. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi membran mukosa 4. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi kulit dan kuku ekstremitas 5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan inspeksi kulit dengan sinar UVA (Woods lamp) 6. Mahasiswa mampu menjelaskan gambaran dermografisme 7. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan palpasi kulit 8. Mahasiswa mampu mendeskripsikan efloresensi kulit seperti lesi kulit dengan perubahan primer dan sekunder, seperti ukuran, distribusi, penyebaran dan konfigurasi 9. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan rambut (inspeksi, pull test)

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

Skills pemeriksaan fisik kulit untuk pasien dengan keluhan iritan pada kulit, jamur pada kulit, dll

III.

PROSEDUR KERJA

Alat dan Bahan / persiapan: 20

1. Kaca pembesar 2. Object glass 3. Benda Tajam 4. woods lamp 5. Gambar ruam dan penyakit kulit

IV.

EVALUASI PEMERIKSAAN FISIK KULIT

No A 1 2 3

Aspek penilaian 0 MELAKUKAN PERSIAPAN SEBELUM PEMERIKSAAN FISIK KULIT Memberikan salam, saling memperkenalkan diri Mempersiapkan perasaan pasien untuk menghindari rasa takut dan strees sebelum pemeriksaan Memberi informasi dan penjelasan dengan jelas, jujur tentang pemeriksaan cara dan tujuan dilakukan pemeriksaan. Memberi penjelasan tentang kemungkinan adanya rasa sakit dan tidak nyaman selama pemeriksaan serta meminta izin untuk melakukan pemeriksaan Berdiri disebelah kanan pasien Menentukan bentuk ruam : primer / sekunder, nama ruam Menentukan susunan ruam Menentukan gambaran ruam Menetukan jumlah ruam Melaporkan hasil Melakukan Inspeksi dan Palpasi Kuku Memperhatikan bagian-bagian kuku : bentuk, gambaran, warna Melaporkan hasil Tes pemeriksaan klinis kulit - Tes Diaskopi Menyiapkan alat : kaca pembesar dan 2 buah object glass Melakukan penekanan menggunakan 2 buah object glass diatas permukaan lesi kulit 21 1

Nilai 2 3

5 B 6 7 8 9 C 10 11 D 12 13

14

15 16 17 18 19 20 21 22 23

Menilai warna kulit yang ditimbulkan : warna, deskripsikan jenis ruam - Tes Whitedermografis (Dermografis putih) Menyiapkan alat : benda tajam untuk menggores Menggores dengan benda tajam pada kulit Menilai hasil goresan (+) (-) Melaporkan hasil : normal / tidak - Instrumental berupa WOODS LAMP Menyiapkan alat : wood lamp Pemeriksaan dilakukan ditempat gelap Mendekatkan lampu wood ke arah lesi Menilai : warna, ada / tidaknya mikroorganisme Melaporkan hasil

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

22

PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 18. SIKLUS KEHIDUPAN

SKILLS LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH BESAR

KATA PENGANTAR
Buku panduan Skill Lab Blok I berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : 1. Keterampilan pemeriksaan fisik: Pemeriksaan fisik bayi baru lahir 2. Keterampilan pemeriksaan fisik: Pemeriksaan antropometri anak 3. Keterampilan komunikasi dan pemeriksaan fisik: Pemeriksaan kuesioner pra skrining perkembangan 4. Keterampilan komunikasi dan pemeriksaan fisik: pemeriksaan mini mental state Examination

Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

Aceh Besar,

November 2012

Dr. Fahlepi Ruwaida

DAFTAR ISI

PENDAHULUAN
Tumbuh kembang adalah proses yang terjadi pada setiap makhluk hidup. Anak bukanlah dewasa kecil, tapi mempunyai sifat dan fisiologi yang berbeda dengan dewasa, ia harus bertumbuh dan berkembang dengan baik agar menjadi sosok berkualitas dan berguna bagi masarakat. Siklus kehidupan dimulai dari pertumbuhan sel, tumbuh dan berkembang menjadi manusia dewasa dan selanjutnya mengalami proses penuaan serta penurunan fungsi organ. Pada blok ini akan dipelajari pertumbuhan dan perkembangan intrauterin, bayi baru lahir, masa perinatal, neonatus, bayi, balita, usia sekolah, remaja, dan perubahan pada usia tua serta semua faktor yang mempengaruhi proses ini. Setelah bayi lahir akan terjadi proses pertumbuhan dan perkembangan yang terdiri dari beberapa tahapan penting sejak masa bayi, anak, remaja, mencapai dewasa dan akhirnya akan mengalami penuaan. Dalam tahapan proses bertumbuh dan berkembang sangat banyak keadaan yang dapat mempengaruhi yaitu faktor internal maupun eksternal. Untuk dapat mencapai tumbuh kembang yang optimal memerlukan tiga kebutuhan utama yang harus didapatkan seorang anak antara lain asah, asuh dan asih Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan system fisiologis dan meningkatnya kerentanan terhadap berbagai penyakit dan kematian. Sering dengan bertambahnya usia, terjadi berbagai perubahan fisiologis yang tidak hanya berpengaruh terhadap penampilan fisik, namun juga terhadap fungsi dan tanggapannya pada kehidupan sehari-hari. Gerontology adalah ilmu yang mempelajari proses menua dan semua aspek biologi, sosiologi, dan sejarah yang terkait dengan penuaan. Geriatric merupakan cabang ilmu kedokteran yang mengobati kondisi dan penyakit yang dikaitkan dengan proses menua dan usia lanjut. Pasien geriatric adalah pasien usia lanjut dengan multipatologi. Karakteristik pasien geriatri adalah : Multipatologi, tampilan klinis tidak khas, polifarmasi, fungsi organ menurun, usia lebih dari 60 tahun, gangguan status fungsional, gangguan nutrisi dan gizi. Menatalaksana pasien anak membutuhkan pendekatan paripurna dimulai dari usaha promotif, preventif, kuratif dan kuratif dengan memperhatikan kebutuhan asah, asih dan asuh. Menatalaksana pasien geriatri juga mebutuhkan penatalaksanaan yang paripurna yang dilakukan dengan system kerja yang bersifat interdisiplin. Proses pembelajaran yang dipersiapkan adalah kuliah pengantar, diskusi tutorial, praktikum, diskusi pleno, laboratorium keterampilan (skills lab) dan evaluasi di akhir blok. Blok ini merupakan integrasi beberapa bidang ilmu seperti anatomi, histologi, fisiologi, biokimia, IPD, IKA, OBGIN, IKM, Farmakologi, Psikiatri, Ilmu Syaraf, dan Ilmu Gizi. Area kompetensi yang diacu adalah komunikasi efektif, landasan ilmiah ilmu kedokteran, pengelolaan informasi, mawas diri dan pengembangan diri, etika, moral, medikolegal dan professionalisme serta keselamatan pasien.

PEMERIKSAAN FISIK BAYI BARU LAHIR

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pemeriksaan fisik umum dengan perhatian khusus usia pasien Menilai skor Apgar Pemeriksaan fisik bayi baru lahir Penilaian keadaan umum, gerakan, perilaku, tangisan Pengamatan malformasi kongenital Palpasi fontanella Respon moro Refleks menggenggam palmar Refleks mengisap Refleks menendang/melangkah dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan umum Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan APGAR SCOR dengan benar Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan reflek fisiologis pada bayi baru lahir

Tujuan khusus Mampu menentukan penilaian pemeriksaan detak jantung pada bayi baru lahir Mampu menentukan penilaian pemeriksaan pernapasan pada bayi baru lahir Mampu menentukan penilaian pemeriksaan refleks waktu jalan napas di bersihkan pada bayi baru lahir Mampu menentukan penilaian pemeriksaan tonus otot pada bayi baru lahir Mampu menentukan penilaian pemeriksaan warna kulit pada bayi baru lahir Mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan APGAR SCOR

Mampu melakukan pemeriksaan reflek fisiologis pada bayi baru lahir

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Memiliki pengetahuan tumbuh kembang anak Memiliki pengetahuan mengenai reproduksi

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN: Manekin bayi baru lahir Langkah kerja: Siapkan sehelai kain kering Sambut bayi baru lahir Letakkan ditempat yang hangat Keringkan seluruh tubuh dan kepala bayi Ganti kain yang basah dengan kain yang kering Menentukan APGAR SCOR Menilai refleks yang ada pada bayi baru lahir EVALUASI Aspek penilaian 0 1 Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan... Menyambut bayi baru Letakkan bayi di tempat yang hangat Nilai 2 3

IV. No

1. 2

3. 4.

Lap bayi dengan kain yang kering Ganti kain yang basah dengan kain yang kering Penilaian APGAR SCOR Mampu menentukan nilai dari pemeriksaan detak jantung Mampu menentukan nilai dari pemeriksaan pernapasan Mampu menentukan nilai dari pemeriksaan refleks jalan napas saat dibersihkan Mampu menentukan nilai dari pemeriksaan tonus Mampu menentukan nilai dari pemeriksaan warna kulit Laporkan hasil pemeriksaan APGAR SCOR Refleks fisologis neonatus Mampu melakukan pemeriksaan refleks blink Mampu melakukan pemeriksaan refleks rooting Mampu melakukan pemeriksaan refleks sucking Mampu melakukan pemeriksaan refleks moros Mampu melakukan pemeriksaan refleks palmar graps Mampu melakukan pemeriksaan refleks babinski Mampu melakukan pemeriksaan refleks tonik neck Mampu melakukan pemeriksaan refleks steping Mampu melakukan pemeriksaan refleks swimming Menginterpretasikan hasil pemeriksaan refleks

5. 6. 7. 8. 9. 10 11 11 12 13 14 15 16 17 18 19

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN 1. Markum AH, dkk. Buku Ajar Kesehatan Anak jilid I. Jakarta, Fakultas Universitas Indonesia. 2006 hal 9-41. 2. World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment. November 2006. Geneva: WHO; 2006. 3. Gibson RS. Nutritional assessment: a laboratory manual. New York: Oxford University Press; 1996. h. 41-7. Version Kedokteran

ANTROPOMETRI ANAK
I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Pengukuran antropometri dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN

TUJUAN UMUM Mahasiswa mampu : Melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi dan anak Melakukan penilaian hasil pengukuran tersebut dengan menggunakan kurva pertumbuhan standard. TUJUAN KHUSUS Mahasiswa mampu melakukan: Persiapan alat untuk pemeriksaan antropometri yang tepat Pengukuran berat badan bayi dan anak Pengukuran panjang badan bayi dan anak Pengukuran lingkaran kepala dan lingkar lengan atas bayi / anak dengan tepat Interpretasi hasil pemeriksaan dengan menggunakan kurva pertumbuhan anak yang sudah disediakan, sehingga apabila terdapat penyimpangan dapat dilakukan intervensi dini.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Memiliki pengetahuan komunikasi efektif Memiliki pengetahuan ilmu kesehatan anak Mengerti dan membaca kuesioner dan alat yang digunakan

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA ALAT DAN BAHAN: LANGKAH KERJA:

IV.

EVALUASI Penilaian dilakukan secara formatif dengan menggunakan Checklist sebagai berikut :

No 1. 2 3. 4.

Aspek penilaian 0 Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri Menerangkan maksud dan cara pemeriksaan Mencatat nama, kelamin dan umur (tanggal lahir)anak Menjelaskan cara dan tujuan pengukuran : berat badan, panjang (tinggi badan), lingkar kepala lingkar lengan kiri atas kepada orangtua bayi / anak. Pengukuran berat badan

Nilai 1

5. 6. 7. 8. 9.

10 11 12 13 14

15

16

Memilih dengan benar alat yag akan dipakai Memastikan jarum penunjuk skala pengukuran pada angka 0 Memastikan anak memakai pakaian minimal dan tanpa alas kaki Memposisikan anak secara benar di atas timbangan Membaca dengan benar skala yang ditunjukkan oleh jarum pada timbangan Pengukuran panjang badan / tinggi badan Memilih dengan benar alat yang akan dipakai Membaca dengan benar skala yang ditunjukkan oleh jarum pada timbangan Mencatat hasil pengukuran Pemeriksaan tinggi badan Memilih dengan benar alat yang akan dipakai Memastikan anak tidak memakai topi dan alas kaki Anak berdiri tegak, kepala dalam posisi horisontal, kedua kaki dirapatkan, lutut lurus, dan tumit, bokong, serta bahu menempel pada dinding atau permukaan vertikal stadiometer atau anthropometer. Papan di bagian kepala yang dapat bergerak (movable headboard) diturunkan perlahan hingga menyentuh ujung kepala. Membaca skala dengan benar, tinggi badan dicatat saat anak inspirasi maksimal dan posisi mata pemeriksa paralel dengan papan kepala. Mencatat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat Pengukuran lingkar kepala bayi / anak Memilih dengan benar alat yang akan dipakai Meletakkan bayi / anak pada posisi yang benar Meletakkan pita pengukur dengan erat melingkar di kepala pasien melalui bagian yang paling menonjol (protuberantia occipitalis) dan dahi (glabella). Mencatat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat Pengukuran lengan atas anak Memilih dengan benar alat yang akan dipakai Meletakkan bayi / anak pada posisi yang benar Melingkarkan pita pengukur pada pertengahan lengan kiri atas antara akromion dan olekranon Mencatat hasil pengukuran hingga milimeter terdekat Menilai hasil pengukuran lingkar lengan berdasarkan standard dan menyebutkan hasilnya : normal atau tidak normal Interpretasi hasil pengukuran Memasukkan semua hasil pengukuran ke dalam kurva yang sesuai menurut kelamin dan umur untuk : berat badan,panjang / tinggi badan, lingkar kepala . Menilai hasil pengukuran berat badan, panjang / tinggi badan, lingkar kepala berdasarkan standar dan menyebutkan hasilnya: normal atau tidak normal. Tentukan BMI dengan menggunakan tabel atau kalkulator

17 18 19 20

21 22 23 24 25 26

27

28

29

BB(kg) BMI = ------------(TB) 2 (cm2) 30 Memasukkan nilai BMI ke dalam kurva yang sesuai menurut kelamin 31 Menilai hasil BMI apakah normal atau tidak normal. Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur SUMBER RUJUKAN 1. World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment. Version November 2006. Geneva: WHO; 2006. 2. Gibson RS. Nutritional assessment: a laboratory manual. New York: Oxford University Press; 1996. h. 41-7.

KUESIONER PRA SKRINING PERKEMBANGAN (KPSP)


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Penilaian pertumbuhan dan perkembangan anak (termasuk penilaian motorik halus & kasar, psikososial, bahasa) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Umum Mampu melakukan skrining / pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP Mengetahui jadwal skrining / pemeriksaan KPSP

Tujuan khusus Mampu mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan Mampi menentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP

Mampu menjelaskan kepada orang tua / pengasuh / petugas untuk menjawab pertanyaan tanpa rasa takut dan ragu-ragu Teliti kembali apakah semua pertanyaan sudah dijawab C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Memiliki pengetahuan komunikasi efektif Memiliki pengetahuan siklus kehidupan Mengerti dan membaca kuesioner yang digunakan

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

Alat / instrument 1. Formulir KPSP menurut umur, berisi 9-10 pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang telah dicapai anak. Sasaran KPSP anak umur 0-72 bulan. 2. Alat Bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola sebesar bola tennis, kerincingan, kubus berukuran sisi 2,5 cm sebanyak 6 buah, kismis, kacang tanah, potongan biscuit kecil berukuran 0,5-1 cm. Cara menggunakan KPSP Pada waktu pemeriksaan / skrining, anak harus dibawa. Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak lahir. Bila umur anak lebih dari 16 hari dibulatkan menjadi 1 bulan. Contoh : bayi umur 3 bulan 16 hari, dibulatkan menjadi 4 bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3 bulan. Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur anak. KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu: Pertanyaan yang dijawab oleh ibu/pengasuh anak, contoh: Dapatkah bayi makan kue sendiri?

Perintahkan kepada ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP. Contoh: Pada posisi bayi anda telentang, tariklah bayi anda pada pergelangan tangannya secara perlahan-lahan ke posisi duduk. Jelaskan kepada orangtua agar tidak ragu-ragu atau takut menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak mengerti apa yang ditanyakan kepadanya. Tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada 1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir. Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh anak menjawab pertanyaan. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Interpretasi hasil KPSP : Hitunglah berapa jawaban Ya. Jawaban Ya : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak bisa atau pernah atau sering atau kadang-kadang melakukannya. Jawaban Tidak : Bila ibu/pengasuh anak menjawab: anak belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/pengasuh anak tidak tahu. Jumlah jawaban Ya - 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya (S) - 7 atau 8, perkembangan anak meragukan (M) - 6 atau kurang, kemungkinan ada penyimpangan (P) Untuk jawaban Tidak, perlu dirinci jumlah jawaban tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian)

IV.

EVALUASI

Penilaian dilakukan dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : Skor NO Materi yang dinilai 0 A. 1. Membina hubungan baik Menyambut dan menyapa pasien dan pendamping dengan santun 2. Berdiri Menjawab salam Mempersilahkan duduk 1 2

Memberikan penjelasan dengan jelas mengenai tujuan pemeriksaan

3. 4.

Mempersiapkan instrument pemeriksaan dan formulir Mencatat nama anak, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan

5. 6. 7. 8.

Menentukan formulir yang sesuai dengan umur anak Melakukan pemeriksaan KPSP secara berurutan Menentukan hasil pemeriksaan (scoring) Menginterpretasikan hasil pemeriksaan sbb: Sesuai : S Meragukan : M Penyimpangan : P Memberikan advis / konsultasi kepada orangtua Mengucapkan terimakasih kepada orangtua / pendamping

9. 10.

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN 1. World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment. November 2006. Geneva: WHO; 2006. 2. Gibson RS. Nutritional assessment: a laboratory manual. New York: Oxford University Press; 1996. h. 41-7. Version

PEMERIKSAAN STATUS MINI MENTAL EXAMINATION (SMME)

I.

PENDAHULUAN

Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Melakukan Mini Mental State Examination Pemeriksaan fisik umum dengan perhatian khusus usia pasien Pembinaan kesehatan usia lanjut Snout reflex Refleks menghisap/ rooting reflex Refleks menggengam palmar/ grasp reflex Refleks glabela

Refleks palmomental
dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN : Tujuan umum Mampu melakukan pemeriksaan status mental pada usia lanjut

Tujuan Khusus Mahasiswa mampu mendeteksi gangguan fungsi kognitif ringan pada usia lanjut. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan status mini mental. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan status mini mental. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan status mini mental.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA

Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Memiliki pengetahuan komunikasi efektif Memiliki pengetahuan siklus kehidupan

D. METODE PEMBELAJARAN Responsi Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. DASAR TEORI

III. PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Psein simulasi? Langkah pemeriksaan:

IV.EVALUASI Penilaian dilakukan dengan menggunakan Checklist sebagai berikut : Skor 2

NO 1. 2.

Materi yang dinilai Mempersiapkan instrument pemeriksaan dan formulir Menyambut dan menyapa pasien dengan santun - Berdiri - Menjawab salam - Mempersilahkan duduk Memberikan penjelasan dengan jelas mengenai tujuan pemeriksaan MMSE Mencatat nama pasien, jenis kelamin, tanggal lahir, tanggal pemeriksaan Melakukan pemeriksaan MMSE secara berurutan Menentukan hasil pemeriksaan (scoring)

3.. .4. 5. 6.

.7.

.8.

Menginterpretasikan hasil pemeriksaan sbb: < 24 = dugaan MCI >25 = normal Mengucapkan terimakasih kepada pasien

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

SUMBER RUJUKAN 1. World Health Organization. Training Course on Child Growth Assessment. November 2006. Geneva: WHO; 2006. 2. Gibson RS. Nutritional assessment: a laboratory manual. New York: Oxford University Press; 1996. h. 41-7. Version

BUKU PENUNTUN SKILLS LAB BLOK 19 . PENGELOLAAN PENYAKIT TROPIS

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA T.A 2013

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok 19 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada kemampuan yang berkaitan dengan pengelolaan penyakit tropis; pemeriksaan penyakit tropis, anal swab dan pemeriksaan tinja (persiapan pemeriksaan tinja, pemeriksaan feces dan identifikasi parasit), pemeriksaan darah (pemeriksaan apusan darah pada malaria, dan identifikasi parasit malaria), promosi kesehatan pemberian imunisasi. Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

RUMPLE LEED TEST


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) 1. Rumple leed test 2. Autoanamnesis dengan pasien 3. Memperoleh data mengenai keluhan / masalah utama 4. Penilaian kesadaran 5. Penilaian respirasi 6. Pengukuran tekanan darah 7. Palpasi denyut arteri ekstremitas dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan: 1. 2. anamnesis untuk kasus infeksi tropis pemeriksaan rumple leed pada kasus demam berdarah.

TUJUAN KHUSUS: Mahasiswa mampu: 1. Melakukan ananmesis untuk kasus penyakit demam khususnya demam berdarah 2. Melakukan langkah-langkah pemeriksaan rumple leed test 3. Menginterpretasikan hasil pemeriksaan rumple leed test

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 19 (pengelolaan penyakit tropis) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (4) semester VII. Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya:

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI Teori tentang cara-cara melakukan anamnesis Teori tentang Dengue

III.

PROSEDUR KERJA

Alat dan bahan Pasien simulasi Langkah kerja

IV.

EVALUASI

SKILL 1 PEMERIKSAAN RUMPLE LEED (UJI TORNIQUET) NO A. ASPEK YANG DINILAI mempersiapkan kesiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan menerima pasien dan memperkenalkan diri 4 0 NILAI 1 2 3

1 2 3

2 3 4 B 5 6 7 8 9 10 11

Melakukan anamnesis Menanyakan identitas pasiensecara lengkap menanyakan keluhan utama pasien Menanyakan riwayat penyakit sekarang secara lengkap dan sistematis Menanyakan riwayat penyakit dahulu secara sistematis Menanyakan riwayat lainnya dst memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan rumple leed test memberitahukan tentang kemungkinan ada rasa tidak nyaman pada saat pemeriksaan dilakukan memberikan rasa empati selama pemeriksaan dilakukan melakukan pemeriksaan rumple leed menentukan lokasi dan buat lingkaran dengan diameter 10 cm di daerah volar lengan bawah pasang manset 2 jari di atas fossa cubiti dengan benar tentukan tekanan sistole dan diastole pasien dengan benar pompa dan tahan tekanan manset pada tekanan (sistole+diastole) selama 10 menit lepaskan manset dan langsung melihat bintik-bintik perdarahan pada lingkaran tersebut (jika bintik perdarahan lebih dari 10, maka rumplee leed dikatakan positif laporkan hasil pemeriksaan mengucapkan salam dan terima kasih

KETERANGAN; 0: TIDAK DILAKUKAN 1:dilakukan, tetapi kurang benar 2:dilakukan dengan benar nilai: X 100% lampoh keude, 2012

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS FESES PADA INFEKSI PARASIT


I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Anal swab Identifikasi parasit Pemeriksaan feses (termasuk darah samar, protozoa, parasit, cacing) Persiapan dan pemeriksaan tinja dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan anal swab dan pemeriksaan tinja yang meliputi; persiapan pemeriksaan dan identifikasi parasit TUJUAN KHUSUS: Mahasiswa mampu: 1. Melakukan anal swab 2. Mempersiapkan sediaan anal swal untuk pemeriksaan mikroskopis 3. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan sediaan anal swab dengan perbesaran lensa yang tepat dan kemudian menginterpretasikan hasilnya 4. Melakukan persiapan sediaan feses untuk pemeriksaan infeksi parasit (telur dan parasit) 6

5. Menggunakan mikroskop untuk pemeriksaan sediaan feses dengan perbesaran lensa yang tepat 6. Melakukan interpretasi hasil pemeriksaan feses C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 19 (pengelolaan penyakit tropis) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (4) semester VII. Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Langkah kerja

IV. no a 1 2 3 4 b

EVALUASI aspek yang dinilai mempersiapkan kesiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan menerima pasien dan memperkenalkan diri memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan memberitahukan tentang kemungkinan ada rasa tidak nyaman pada saat pemeriksaan dilakukan memberikan rasa empati selama pemeriksaan dilakukan anamnese 7 nilai 0

nama, umur, jenis kelamin, alamat keluhan riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu pemeriksaan anal swab pemeriksa memakai pelindung (masker, hand scun) meminta pasien duduk bersimpuh dan menungging di atas 10 kasur 11 tangan kiri petugas mengambil swab dan membuka lubang anus tangan kanan memasukkan lidi kapas ke dalam anus dengan 12 cara memutar kurang lebih 2-3 cm kedalam lubang anus 13 lidi kapas di tarik keluar sambil tetap diputar lidi kapas dimasukkan ke dalam media carey-blair sampai 14 tenggelam ke dalam media apabila lidi atau tangkai terlalu panjang,kita potong sehingga 15 botol dapat di tutup dengan rapat setelah diberi label, spesimen kita bawa ke laboratorium untuk 16 diperiksa 17 sampel di lihat di bawah mikroskop 18 identifikasi jenis parasit yang terdapat dalam sampel d pemeriksaan tinja 19 pemeriksa memakai pelindung (masker, hand scun) 20 pastikan wadah penampung harus kering, bersih dan bebas urin 21 sampel terbaik adalah sampel yang masih baru dan hangat pengambilan sampel dilakukan sebelum mendapat terapi 22 antibiotik dan diambil seawal mungkin pada saat sakit jumlah sampel yang diperlukan hanya sedikit kira-kira hanya sebesar ibu jari kak, bila terdapat mukus atau darah pada feses, 23 sebaiknya sampel diambil pada tempat tersebut karena bagian tersebut terdapat paling banyak kuman dan parasit pastikan feses tidak terkontaminasi oleh urin, barium, x-ray, 24 maupun kertas toilet tutup rapat sampel dalam botol dan beri label yang berisi nama, 25 tanggal, alamat, dan bawa ke laboratorium untuk diperiksa 27 sampel dilihat di bawah mikroskop 28 identifikasi jenis parasit yang terdapat dalam sampel keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur 8

5 6 7 8 c 9

PEMERIKSAAN PARASIT MALARIA

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan apusan darah tipis dan tebal pada kasus malaria serta mengidentifikasi jenis parasit malaria

TUJUAN KHUSUS: 1. Mahasiswa mampu mempersiapkan bahan dan alat untuk pemeriksaan sediaan darah malaria 2. Mahasiswa mampu menjelaskan kepada pasien tentang indikasi

pemeriksaan dan waktu pengambilan darah

3. Mahasiswa mampu membuat sediaan apusan darah tipis untuk pemeriksaan malaria 4. Mahasiswa mampu membuat sediaan apusan darah tebal 5. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan sediaan darah dengan

menggunakan mikroskop 6. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil pemeriksaan mikroskopis C. KARAKTERISTIK MAHASISWA:
Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 19 (pengelolaan penyakit tropis) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (4) semester VII.

Pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki:

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih lima belas orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

Alat dan bahan Langkah kerja

10

IV.

EVALUASI nilai 0 1 2 3

no a 1 2 3 4 b 5 6 7 8 c 9 10 11 12 13 14 15 16 d 17 18 19 20 21 22 23 e 24 25

aspek yang di nilai mempersiapkan kesiapan pasien dalam melakukan pemeriksaan menerima pasien dan memperkenalkan diri memberi penjelasan dengan benar, jelas, lengkap dan jujur tentang cara dan tujuan pemeriksaan memberitahukan tentang kemungkinan ada rasa tidak nyaman pada saat pemeriksaan dilakukan memberikan rasa empati selama pemeriksaan dilakukan anamnese nama, umur, jenis kelamin, alamat keluhan riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit dahulu pemeriksaan apusan darah tebal bersihkan ujung jari dengan kapas alcohol 70%, biarkan kering tusuk jari dengan blood lanckep, darah pertama dihapus dengan tisu teteskan 2 tetes darah di tengah-tengah objek glass, lalu di aduk dengan menggunakan ujung objek glass yang lain biarkan preparat +/- 15menit (kering) buat larutan pewarnaan dari campuran giemsastack 3tetes dengan 1ml larutan ph 7,2 setelah preparat kering, teteskan giemsa hingga menutupi semua darah, biarkan 15menit bilas dengan air sulingan dan letakan sediaan dalam sikat vertical dan biarkan mengering baca preparat dengan mikroskop pemeriksaan apusan darah tipis pemeriksaan apusan darah tebal bersihkan ujung jari dengan kapas alcohol 70%, biarkan kering tusuk jari dengan blood lanckep, darah pertama dihapus dengan tisu teteskan 2 tetes darah di tengah-tengah objek glass, dan dorong kearah yang berlawanan dengan objek glass yang lain fiksasi dengan metanol, biarkan kering sendiri setelah kering tandai dengan giemsa, biarkan 15menit cuci dengan sulingan dan amati dengan mikroskop (100x) identifikasi parasit identifikasi jenis parasit yang terdapan dalam sampel mengucapkan salam dan terima kasih

11

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

12

PROMOSI KESEHATAN: IMUNISASI

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) 1. 2. Mengetahui penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dan pengendaliannya Mengetahui jenis vaksin: cara skrining dan konseling pada sasaran, cara pemberian, kontraindikasi, efek samping yang mungkin terjadi dan penanggulangannya

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN : TUJUAN UMUM: Setelah mengikuti kegiatan skills lab ini, mahasiswa mampu melakukan promosi kesehatan tentang imunisasi kepada individu dan kelompok masyarakat

TUJUAN KHUSUS: Pada akhir skills lab ini diharapkan mahasiswa mampu: 13

1. Melakukan skrining dan konseling pemberian imunisasi kepada individu 2. Melakukan persiapan materi untuk promosi imunisasi 3. Menentukan sasaran masyarakat yang akan diberikan promosi kesehatan 4. Melakukan presentasikan manfaat, cara pemberian kontraindikasi dan

efeksamping dari imunisasi kepada masyarakat

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa yang mempelajari skills pada blok 19 (pengelolaan penyakit tropis) ini adalah mahasiswa tahun Kedua (4) semester VII. Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

III.

PROSEDUR KERJA

ALAT DAN BAHAN LANGKAH KERJA

IV.

EVALUASI

NO

ASPEK YANG DINILAI 14

NILAI

0 A 1 2 B 3 4 performa presentasi cara berpakaian rapi dan sopan menghadap ke arah pendengar selama presentasi berlangsung persiapan presentasi reduksi text dan visualisasi (buat kalimat aktif dan perjelas dengan ilustrasi layout dan desain berbicara di depan umum mengguanakan bahasa yang mudah dimengerti pendengar (gaya bahasa, bahasa tubuh, atau mimik) evaluasi penggunaan waktu waktu memperkenalkan diri sesuai dengan waktu yang telah diperkirakan dan tidak terlalu lama dalam pengantar percakapan proses persiapan presentasi cara berbicara dan menceritakan dengan nada yang teratur,semua yang dia ketahui,sesuai dengan dengan tujuannya > membuat alur presentasi >pembukaan >menyapa perkenalan >topik, interview >gaet perhatian >topik utama >isi >penutup (dengan sopan) >kesimpulan >ucapan terima kasih

5 6 C

7 D

8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18

Keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

15

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 20. EMERGENCY & PATIENT SAFETY

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

KATA PENGANTAR

Buku panduan Skill Lab Blok 20 berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik: Ketrampilan prosedural : Resusitasi cairan pada keadaan dehidrasi Pijat jantung luar (BHD) Visum luka dan tanatologi Ketrampilan komunikasi Delivery bad news Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

RESUSITASI CAIRAN PADA KEADAAN DEHIDRASI

I.

PENDAHULUAN Menghitung kebutuhan cairan, merupakan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang

harus dimiliki oleh seorang dokter umum sebelum mereka memberikan terapi cairan pasien. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

1. Resusitasi cairan 2. Tatalaksana dehidrasi berat pada kegawat daruratan setelah


penatalaksanaan syok dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan penghitungan kebutuhan cairan pada kasus-kasus yang sering ditemui (dehidrasi) dalam praktek dokter sehari-hari di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer seperti di Puskesmas atau di Rumah Sakit Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan cairan tubuh dewasa dan anak-anak 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Mahasiswa mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis cairan intravena yang dapat digunakan Mahasiswa mampu menjelaskan jenis-jenis sediaan darah Mahasiswa mampu menjelaskan indikasi pemilihan jenis cairan Mahasiswa mampu menghitung kebutuhan cairan pada kasus dehidrasi pada dewasa dan anak

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: Pemeriksaan Fisik Dasar Vital Sign

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA Alat dan bahan Kegiatan: Menghitung kebutuhan cairan normal dewasa, bayi dan anak Identifikasi keadaan yang dapat menyebabkan keadaan dehidrasi Pemilihan cairan resusitasi sesuai dengan penyebab dehidrasi Menghitung kebutuhan cairan pada keadaan dehidrasi

IV. No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

EVALUASI Aspek yang dinilai Menghitung kebutuhan cairan tubuh dewasa normal Menghitung kebutuhan cairan tubuh anak-anak normal Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan Menjelaskan jenis-jenis cairan intravena yang dapat digunakan Menjelaskan jenis-jenis sediaan darah Menjelaskan indikasi pemilihan cairan Menghitung kebutuhan cairan pada kasus dehidrasi NILAI 0 1

keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PIJAT JANTUNG LUAR (BANTUAN HIDUP DASAR)


Modul ini dibuat untuk mahasiswa dengan tujuan mencapai kemampuan tertentu dalam memberikan bantuan hidup dasar dalam keadaan kegawatdaruratan. I. PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Bantuan hidup dasar Transport pasien (transport of casualty) Melaksanakan 6 program dasar Puskesmas: 1) promosi kesehatan, 2) Kesehatan Lingkungan, 3) KIA termasuk KB, 4) Perbaikan gizi masyrakat, 5) Penanggulangan penyakit: imunisasi, ISPA, Diare, TB, Malaria 6) Pengobatan dan penanganan kegawatdaruratan

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran umum Mampu melakukan pijat jantung luar dalam bantuan hidup dasar dengan metode CAB (circulating, airway and breathing) pada kegawatdaruratan Tujuan pembelajaran khusus Mahasiswa mampu melakukan: 1. mahasiswa mampu memeriksa kemampuan respon penderita (GCS) sambil meminta pertolongan 2. mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan awal CAB 3. mahasiswa mampu melakukan pijat jantung luar pada dewasa 4. mahasiswa mampu melakukan pijat jantung luar pada anak 5. mahasiswa mampu melakukan defibrilasi

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA

IV. No

EVALUASI NILAI 2

Aspek yang dinilai Melakukan tahap tahap CPR basic dan advanced sesuai algoritme

1.

2.

memastikan bahwa lingkungan sekitar penderita aman untuk melakukan pertolongan. Penderita dibaringkan di tempat datar dan keras posisi telentang. memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta pertolongan untuk mengaktifkan sistem gawat darurat dan menyediakan AED. Setelah yakin bahwa penderita dalam keadaan tidak sadar, maka kita meminta bantuan orang lain menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat Rumah Sakit terdekat dan meminta bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis yang lengkap

3.

Penilaian denyut nadi, Penilaian pulsasi sebaiknya dilakukan kurang dari 10 detik. Jika dalam 10 detik penolong belum bisa meraba pulsasi arteri, maka segera lakukan kompresi dada. Jika teraba nadi berikan 1 kali napas tiap 5-6 detik. Cek nadi tiap 2 menit Jika tidak teraba nadi lanjutkan dengan kompresi Kompresi Dada pada setengah bawah sternum/ Membuat garis bayangan antara kedua papila mammae memotong mid line pada sternum kemudian meletakkan tangan kiri diatas tangan kanan/ sebaliknya. Frekuensi minimal 100 kali permenit Untuk dewasa, kedalaman minimal 5 cm (2 inch) Pada bayi dan anak, kedalaman minimal sepertiga diameter diding anterposterior dada, atau 4 cm (1,5 inch) pada bayi dan sekitar 5 cm (2 inch) pada anak. Berikan kesempatan untuk dada mengembang kembali sevara sempurna setelah setiap kompresi. Seminimal mungkin melakukan interupsi Hindari pemberian napas bantuan yang berlebihan Airway (pembukaaan jalan napas) (head Tilt-Chin Lift) pada penderita yang diketahui tidak mengalami cedera leher. Pada penderita yang dicurigai menderita trauma servikal, teknik head tilt chin lift tidak bisa dilakukan. Teknik yang digunakan pada keadaan tersebut adalah menarik rahang tanpa melakukan ekstensi kepala (Jaw Thrust). Breathing (pemberian napas bantuan) Mahasiswa memasang mouth barrier untuk proteksi diri Berikan napas bantuan dalam waktu 1 detik. Sesuai volume tidal yang cukup untuk mengangkat dinding dada Diberikan 2 kali napas bantuan setelah 30 kompresi Pada kondisi terdapat dua orang penolong atau lebih, dan telah berhasil memasukkan alat untuk mempertahankan jalan napas (seperti pipa endotrakheal, combitube, atau sungkup laring), maka napas bantuan diberikan setiap 6-8 detik, sehingga menghasilkan pernapasan dengan frekuensi 8-6 kali permenit. Tidak sinkron dengan kompresi : memberikan bantuan napas tiap 6-8 detik selama kompresi berlangsung, Ingat Interupsi minimal saat kompresi Penderita dengan hambatan jalan napas atau

4.

5.

6.

komplians paru yang buruk memerlukan bantuan napas dengan tekanan lebih tinggi sampai memperlihatkan dinding dada terangkat. Pemberian bantuan napas yang berlebihan tidak diperlukan dan dapat menimbulkan distensi lambung serta komplikasinya, seperti regurgitasi dan aspirasi. Cara pemberian napas bantuan : a. Mulut ke mulut b. Mulut ke hidung c. Mulut ke sungkup d. Dengan Kantung Pernafasan 7. Setelah 5 siklus/ 2 menit, periksa pulsasi arteri carotis, jika pulsasi tidak ada dan bantuan belum tiba teruskan RJP. Jika bantuan datang dan membawa peralatan (AED/Defibrilator) segera pasang alat cek irama jantung dengan menggunakan AED atau monitor defibrilator. Apabila irama jantung shockable lakukan defibrilasi, apabila not shockable teruskan RJP. PROTOKOL PENGGUNAAN AED Hidupkan AED dengan menekan sakelar ON atau beberapa alat dengan membuka tutup AED Pasang bantalan elektroda pada dada penderita Jangan melakukan kontak langsung dengan penderita saat sedang dilakukan analisis irama penderita oleh alat AED Tekan tombol SHOCK jika alat AED memerintahkan tindakan kejut listrik, atau langsung lakukan RJP 5 siklus petugas kesehatan terlatih tanpa mencek nadi terlebih dahulu jika alat tidak memerintahkan tundakan kejut listrik Tindakan tersebut terus diulang sampai tindakan RJP boleh dihentikan sesuai indikasi.

8.

keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

VISUM LUKA DAN TANATOLOGI


I. PENDAHULUAN VISUM et Repertum atau VER adalah laporan tertulis yang dibuat oleh dokter berdasarkan pemeriksaan terhadap orang atau yang diduga orang, berdasarkan permintaan tertulis dari pihak yang berwenang, dan dibuat dengan mengingat sumpah jabatan dan KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana). Esensinya adalah laporan tertulis mengenai apa yang dilihat dan ditemukan pada orang yang sudah meninggal atau orang hidup (untuk mengetahui sebab kematian dan/atau sebab luka) yang dilakukan atas permintaan polisi demi kepentingan peradilan dan membuat pendapat dari sudut pandang kedokteran forensik. A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Prosedur medikolegal Pembuatan Visum et Repertum Pembuatan surat keterangan medis Penerbitan Sertifikat Kematian Pemeriksaan label mayat Pemeriksaan baju mayat Pemeriksaan lebam mayat Pemeriksaan kaku mayat Pemeriksaan tanda-tanda asfiksia Pemeriksaan gigi mayat Pemeriksaan lubang-lubang pada tubuh Pemeriksaan korban trauma dan deskripsi luka Pemeriksaan patah tulang Pemeriksaan tanda tenggelam dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaran umum Mampu melakukan visum luka dan visum jenazah

Tujuan pembelajaran khusus Mahasiswa mampu melakukan: 1. mahasiswa mampu melakukan visum luka dan menetukan derajat luka 2. mahasiswa mampu melakukan visum jenazah secara baik dan benar 3. mahasiswa mampu menjadi saksi ahli apabila diperlukan

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

TEORI DASAR

III.

PROSEDUR KERJA

IV.

EVALUASI Aspek yang dinilai NILAI 2

1. 2. 3. 4. 5.

Visum Luka Projustitia PendahuluaN Pemeriksaan Kesimpulan Visum Jenazah Keadaan Jenazah

6. 7. 8. 9. 10.

Sikap Jenazah Kaku mayat Lebam mayat Pembusukan mayat Kepala: - Rambut - Dahi - Mata - Hidung - Mulut - Dagu - Pipi - Telinga Leher Dada Perut Alat kelamin Ekstremitas Punggung Pemeriksaan Dalam Kesimpulan

11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18.

keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

DELIVERY BAD NEWS

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) Menyelenggarakan komunikasi lisan maupun tulisan

Berbicara dengan orang tua yang cemas/ orangtua dengan anak


yang sakit berat dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN

Tujuan pembelajaran umum Mampu melakukan penyampaian berita buruk (delivery bad news) kepada pasien dengan baik dan benar Tujuan pembelajaran khusus Mahasiswa mampu melakukan: 1. mahasiswa mampu melakukan delivery bad news secara baik dan benar 2. mahasiswa memiliki rasa empati kepada pasien

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II.

DASAR TEORI

Sebelum menyampaikan kabar buruk kepada pasien, perlu adanya persiapan untuk menjamin kelancaran penyampaian informasi kepada pasien, sebagai berikut:

Persiapkan diri sendiri Dokter sebagai penyampai bad news mempersiapkan mental terlebih dahulu agar tidak ikut larut dalam emosi pasien nantinya, namun tetap berempati sebagaimana mestinya.

Perkenalkan diri Yang harus dihindari: tampak nervous di hadapan pasien, bahkan sebelum menyampaikan kabar buruk. Tips: siapkan tissue di saku, untuk diberikan pada pasien bila pasien menangis Privasi pasien

Penyampaian kabar buruk tidak boleh dilakukan di tempat yang ramai atau banyak orang

Hendaknya dilakukan di tempat tenang yang tertutup seperti kamar praktek ataupun dengan menutup tirai di sekeliling tempat tidur pasien

Libatkan pendamping Untuk menghindari kesan kurang baik yang dapat muncul bila pasien dan dokter berada di tempat tertutup (untuk menjaga privasi), diperlukan satu pendamping

Perkenalkan pendamping kepada pasien Yang dapat menjadi pendamping:

Keluarga terdekat pasien satu saja, apabila terlalu banyak dapat menyulitkan dokter untuk menangani emosi dan persepsi banyak orang sekaligus Perawat atau ko ass yang ikut terlibat dalam perawatan pasien

Posisi duduk Posisi pasien dan dokter sebaiknya setara. Dokter menyampaikan kabar buruk dalam posisi duduk

Tujuan: untuk menghilangkan kesan bahwa dokter berkuasa atas pasien dan memojokkan pasien

Sebaiknya penghalang fisik seperti meja, dihindari. Duduk di tepi tempat tidur pasien jauh lebih baik.

Listening mode: ON Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya persiapkan kemampuan

mendengar, secara prinsip meliputi:


o

Silence

Jangan memotong kata-kata pasien ataupun berbicara tumpang tindih dengan pasien

Repetition

Ulangi kata-kata pasien atau berikan tanggapan, untuk menunjukkan pemahaman terhadap apa yang ingin disampaikan pasien

Availability Dokter harus ada di tempat mulai awal hingga akhir penyampaian kabar buruk Jangan sampai ada gangguan berupa interupsi

2. Patients Perception Sebelum menyampaikan kabar buruk, hendaknya dokter mengetahui persepsi pasien

terhadap:

Kondisi medis dirinya sendiri

Tanyakan sejauh mana informasi yang pasien ketahui tentang penyakitnya beserta kemungkinan terburuk yang ditimbulkan oleh penyakit tersebut

Harapannya terhadap hasil medikasi yang ia tempuh


o

Tanyakan perkiraan pasien terhadap hasil medikasi

Tujuan mengetahui kedua aspek tersebut bukan semata-mata untuk mengubah

persepsi pasien agar sesuai dengan kenyataan, melainkan sebagai jalan untuk menilai kesenjangan antara persepsi dan harapan pasien dengan kenyataan sebagai pertimbangan penyampaian kabar buruk agar tidak terlalu membuat pasien terguncang. 3. Invitation to share Information Tanyakan apakah pasien ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya atau

tidak. Apabila pasien menyatakan diri belum siap, pertimbangkan untuk menyampaikan di waktu lain yang lebih tepat dan minta pasien untuk mempersiapkan diri terlebih dahulu Apabila pasien menyatakan ingin tahu perkembangan mengenai keadaannya,

tanyakan sejauh mana ia ingin tahu, secara umum ataukah mendetail 4. Knowledge transmission Penyampaian bad news Sebelum menyampaikan kabar buruk, lakukan warning shot sebagai pembukaan

katakan pada pasien bahwa ada kabar buruk yang akan disampaikan pada pasien

Cara penyampaian: Gunakan bahasa yang sama dan hindari jargon medis. Bila bahasa pasien berbeda, gunakan penerjemah yang kompeten, sebaiknya:
o o o

Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan pasien Mengerti dan dapat menggunakan bahasa yang digunakan dokter Dapat mengemas jargon-jargon medis ke dalam bahasa yang dimengerti pasien sebaiknya perawat atau ko ass

Bukan merupakan keluarga pasien penerjemah dari pihak pasien dapat menyebabkan peran ganda (sebagai keluarga pasien dan sebagai

penyampai kabar buruk dari pihak medis)

Sampaikan informasi sedikit demi sedikit (bertahap)


o

Setiap menyampaikan sepenggal informasi, nilai ekspresi dan tanggapan pasien, beri waktu pasien untuk bertanya ataupun sekedar mengekspresikan emosinya.

Bila kondisi pasien tampak memungkinkan untuk menerima informasi tahap selanjutnya, teruskan penyampaian informasi.

Bila pasien tampak sangat tergunjang hingga tidak memungkinkan untuk menerima lebih banyak informasi lagi, pertimbangkan penyampaian ulang kabar buruk di lain waktu sambil mempersiapkan pasien.

Sampaikan dengan intonasi yang jelas namun lembut, tempo yang tidak terlalu cepat dengan jeda untuk member kesempatan pada pasien dalam mencerna kalimat yang ia terima.

5. Explore Emotions and Empathize Amati selalu ekspresi dan emosi pasien serta apa yang mendasari perubahan

emosinya (informasi mana yang merubah emosinya), nilai sejauh mana kondisi emosi pasien Tunjukkan pengertian atas kondisi emosi pasien. Dalam hal ini, menunjukkan

pengertian tidak diartikan sebagai mengerti apa yang dirasakan pasien, namun lebih pada dapat memahami bahwa apa yang dirasakan pasien saat ini adalah sesuatu yang dapat dimaklumi. 6. Summarize and Strategize

Di akhir percakapan, review kembali percakapan secara keseluruhan: simpulkan kabar buruk yang tadinya disampaikan secara bertahap (sedikit demi sedikit)

Simpulkan juga tanggapan yang diberikan pasien selama kabar buruk disampaikan tunjukkan bahwa dokter mendengarkan dan mengerti apa yang disampaikan pasien

Berikan pasien kesempatan bertanya Berikan feed back Percakapan yang ada harus terdokumentasi dalam rekam medis pasien. Harus tertera dengan jelas:
o o o

Apa yang telah dikatakan atau disampaikan, dan kepada siapa Terms used tumor, massa, dll Informasi spesifik mengenai pilihan terapi dan prognosis

pasien

Diskusikan rencana untuk menindaklanjuti kabar buruk yang telah disampaikan pada

Untuk mengajak pasien ikut serta (pro aktif) dalam medikasi terhadap dirinya (both doctor and patient will play role to take next steps).

III.

PROSEDUR KERJA

IV.

EVALUASI NILAI 0 1

No 1. 2. 3.

Aspek yang dinilai Menyapa pasien dan mempersilahkan pasien duduk Memastikan kembali rekam medik pasien

Memastikan pasien mempunyai waktu dan tempat yang nyaman 4. Mempersiapkan perasaan pasien sebelum informasi diberikan 5. Memberitahukan informasi sesuai rekam medik secara lugas dan jelas 6. Menunjukkan perasaan empati akan hal yang dialami pasien 7. Memberi waktu untuk pasien menenangkan diri 8. Menjelaskan pada pasien akan terapi dan penatalaksanaan selanjutnya 9. Menanyakan kepada pasien apakah ada hal yang ingin ditanyakan 10. Membuat perjanjian akan follow up selanjutnya keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PENUNTUN SKILL LAB BLOK 21.

ELEKTIF

SKILL LAB FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA ACEH

KATA PENGANTAR
Buku panduan Skill Lab Blok II berisi panduan keterampilan yang akan dilatihkan pada Laboratorium Keterampilan Medik : Keterampilan Manajemen Bencana, peresepan obat, tes penglihatan warna, dan rekam medik. Kami berharap buku ini akan berguna bagi mahasiswa dan instruktur yang terlibat dalam latihan ketrampilan. Kami sangat menghargai kepada semua kontributor dalam membantu penulisan buku ini dan juga ucapan terima kasih kepada ahli dalam pemberian saran dan dukungan yang berguna untuk kesempurnaan buku ini.

Aceh Besar, November 2012

Tim Skill Lab

DAFTAR ISI

MANAJEMEN BENCANA

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Topik manajemen bencana merupakan muatan lokal FK Unaya, namun untuk keterampilan yang terkait adalah bantuan hidup dasar, resusitasi cairan, dan triase

B. TUJUAN PEMBELAJARAN 1.1 Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu dapat melakukan management penatalaksanaan korban bencana di lapangan 1.2 Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : a. Mahasiswa dapat terlibat dalam pengelolaan musibah.

b. Mahasiswa dapat melaksanakan Sistim Komando Bencana berdasar SPGDT Nasional pada semua keadaan musibah. c. Mahasiswa harus waspada dan punya pengetahuan sempurna dalam peran khususnya serta pertanggung-jawabannya dalam usaha penyelamatan.

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. TEORI DASAR III. PROSEDUR KERJA IV. EVALUASI CHECKLIST SIMULASI BENCANA O DAFTAR TILIKAN 0 1 2 3 Periksa kelengkapan dan persiapan sarana. Perlindungan diri dan lingkungan. Tugas sebagai first responder : Menentukan area kerja sesuai fungsi dan menentukan petugas terkait 4 5 6 7 8 9 Tata cara triase cepat (Cara RPM). Tata cara survei primer Resusitasi dan stabilisasi sederhana Tata cara dan sarat melakukan transfer pasien Menjelaskan Alur Tindakan pada penderita gawat darurat. Tata cara merujuk pasien ke rumah-sakit Jumlah score keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 SCORE 1 2 3

Instruktur

PEMERIKSAAN PENGLIHATAN WARNA (UJI ISHIHARA)

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Tes penglihatan warna

dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

B. TUJUAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu b. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mengetahui status kesehatan penglihatan warna 2. Mengetahui status kesehatan fungsi retina (makula) dan saraf optikus C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: .....

D. METODE PEMBELAJARAN 4. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 5. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 6. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur. II. III. IV. TEORI DASAR PROSEDUR KERJA EVALUASI CHECKLIST PEMERIKSAAN PENGLIHATAN WARNA NO DAFTAR TILIKAN 0 1 2 Memberikan salam pembuka saling memperkenalkan diri Menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan yang akan dilakukan dan minta izin untuk melakukan pemeriksaan 3 mampu menunjukkan dan menyebutkan nama alat-alat dengan benar 4 5 mampu menjelaskan tujuan pemeriksaan mampu menjelaskan dan melakukan tahap-tahap pemeriksaan dengan benar Jumlah score keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur SCORE 1 2 3

PENULISAN RESEP OBAT LUAR

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4) o o o Peresepan rasional, lengkap, dan dapat dibaca Menegakkan diagnosis holistik pasien individu dan keluarga Menyusun rencana manajemen kesehatan

o Komunikasi lisan dan tulisan kepada teman sejawat atau petugas


kesehatan lainnya (rujukan dan konsultasi) dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb. B. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu

mengkomunikasikan resep obat topikal yang ditulis dengan benar dan rasional. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : -

Mengetahui dan menuliskan kelengkapan sebuah resep Menulis resep dengan tepat obat Menulis resep dengan tepat dosis Menulis resep dengan tepat jumlah

C. KARAKTERISTIK MAHASISWA Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... D. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III. IV.

TEORI DASAR PROSEDUR KERJA EVALUASI LEMBAR PENILAIAN SKILLS LAB PENULISAN RESEP OBAT

NO

DAFTAR TILIKAN 0 Prescriptio

SCORE 1 2 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Nama dokter Alamat dokter SIP Hari Jam Nomor telpon Nama kota Tanggal resep ditulis Superscriptio (R/) Inscriptio Remedium Cardinale

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Tepat obat Tepat dosis Tepat jumlah obat yang diberikan Remedium Adjuvant Subscriptio (BSO) Signatura Nama Penderita di belakang Pro Umur Penderita Alamat Penderita Paraf Menjelaskan cara pemakaian kepada pasien Jumlah score

keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

PEMBUATAN REKAM MEDIK

I.

PENDAHULUAN Isinya tentang : - definisi dari topik skills lab - dasar/alasan topik ini dijadikan skills lab, - kepentingan dalam pelayanan kesehatan, dst

A. STANDAR KOMPETENSI DOKTER INDONESIA Lulusan dokter dapat memperlihatkan keterampilan (level 4)

Menulis rekam medik dan membuat pelaporan


dengan menguasai seluruh teori, prinsip, indikasi, langkah-langkah cara melakukan, komplikasi dan pengendalian komplikasi. Selain pernah melakukannya di bawah supervisi, pengujian keterampilan tingkat kemampuan 4 dengan menggunakan Workbased Assessment seperti mini-CEX, portfolio, logbook, dsb.

TUJUAN PEMBELAJARAN a. Tujuan Instruksional Umum : Setelah mengikuti ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu membuat rekam medik yang baik dan benar b. Tujuan Instruksional Khusus : Setelah mengikuti latihan ketrampilan ini diharapkan mahasiswa mampu : 1. Mahasiswa tahu dan mampu membuat kerangka dari rekam medis 2. Mahasiswa mampu menanyakan dan mencatat identitas pribadi pasien 3. Mahasiswa mampu menanyakan dan mencatat tentang hasil anamnesa pasien 4. Mahasiswa mampu mencatat tentang hasil pemeriksaan fisik pasien 5. Mahasisiwa mampu mencatat tentang diagnosa banding dan diagnose sememtara pasien dan terapinya 6. Mahasisiwa mampu mencatat dan menyimpulkan hasil dokumentasi B. KARAKTERISTIK MAHASISWA

Mahasiswa tahun semester ....... blok..... Pengetahuan yang harus dimiliki sebelumnya: ..... C. METODE PEMBELAJARAN 1. Responsi. Sebelum berlatih instruktur akan memberikan penjelasan singkat tentang latihan ketrampilan yang akan dijalankan. Instruktur berhak memberi pretest bagi mahasiswa. 2. Kegiatan belajar dan berlatih dilakukan dalam kelompok kecil yang terdiri dari kurang lebih 10 orang mahasiswa dengan satu orang instruktur. 3. Kegiatan mandiri dilakukan dalam kelompok dibawah pengawasan instruktur.

II. III. IV.

TEORI DASAR PROSEDUR KERJA EVALUASI

No 1 2 3

Daftar Tilikan Menyapa pasien dengan ramah Meperkenalkan diri dengan pasien dan keluarga Anamnesa Menanyakan identitas pasien ( data Umum ) Nama Pasien Tgl lahir Pendidikan Pekerjaan Alamat Agama Jenis kelamin Status perkawinan Menanyakan identitas penanggungjawab pasien Nama lengkap Alamat Hubungan dengan pasien Mencantumkan tanggal masuk pasien Memeriksa dan memastikan ada tidaknya surat rujukan pasien

Score 0 1

5 6

7 8

9 10 11 12 13 14

15

16 17 18 19

Menanyakan keluahan utama pasien Menelaah keluhan utama pasien Menanyakan kapan mulainya Menanyakan Frekwensinya ( kapan saja keluhan timbul) Menanyakan Intensitasnya Menanyakan hubungannya dengan hal lain Menanyakan keluhan penyerta Menanyakan keluahan tambahan lainnya Menanyakan riwayat penyakit terdahulu Menayakan riwayat pemakaian obat-obatan Menanyakan riwayat keluarga Pemeriksaan Fisik Menuliskan hasil pemeriksaan Vital sign Tekanan darah Frekwuensi nadi Frekwuensi Nafas Suhu Sensorium Menuliskan hasil pemeriksaan fisik yang di jumpai Kepala dan leher Thorax Abdomen Extremitas Organ genitalia Menuliskan Diagnosa banding Menuliskan Diagnosa sementara Menuliskan terapi yang diberikan Dokumentasi Mencatat hal- hal yang ditemukan dalam wawancara Menyimpulkan hasil komunikasi Menjelaskan tindakan selanjutnya

keterangan Skor : 0. Tidak dilakukan sama sekali 1. Dilakukan dengan banyak perbaikan 2. dilakukan dengan sedikit perbaikan 3. dilakukan dengan sempurna. Nilai : ------------ X 100 % Aceh Besar, 2012 Instruktur

Anda mungkin juga menyukai