Anda di halaman 1dari 23

BAB I PENDAHULUAN 1.

Latar Belakang Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi. Pada akhir masa puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang pasti terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan dapat berlangsung dalam waktu lama. Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka panjang dan faktor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetrik, anestesi dan faktor sosial. 2. Tujuan . !engetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem reproduksi pada ibu nifas. ". !engetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem perkemihan pada ibu nifas. #. !engetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem pencernaan pada ibu nifas. $. !engetahui perubahan fisiologis yang terjadi pada sistem musculoskeletal pada ibu nifas.

BAB II KONSEP DASAR NIFAS 1. Def n ! "a!a N fa! !asa Nifas ialah masa " jam setelah plasenta lahir %akhir kala &'( sampai $" hari %!anuaba) "** (. !asa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin %menandakan akhir periode intrapartum( hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil %Hellen 'arney dkk )"**+(. Periode pascapartum adalah masa pulih kembali alat-alat kandungan kembali seperti sbelum hamil %!ochtar ) ,,,(. -apat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa setelah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil.
2. Pe#$ag an "a!a N fa!

Nifas dibagi dalam # periode )


1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri

dan berjalan-jalan. -alam agama &slam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah $* hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis

yang lamanya . / 0 minggu.


3. 1emote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

BAB III

"

PERUBAHAN FISIOLO%I IBU NIFAS 1. S !te# Re&r'(uk! Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula seperti sebelum hamil disebut in2olusi. 3dapun perubahanperubahan yang terjadi pada sistem reproduksi ibu nifas adalah sebagai berikut) a. 4terus ( &n2olusi 4terus !eskipun istilah involusi telah digunakan untuk menunjukkan perubahan yang retrogresif yang terjadi di semua organ dan struktur saluran reproduksi, istilah ini lebih spesifik menunjukkan adanya perubahan retrogresif pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. &n2olusi uterus dapat diartikan juga sebagai pengerutan uterus yang merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil. Proses in2olusi uterus adalah sebagai berikut) a( &skemia !iometrium / Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi. b( c( 3trofi jaringan / 3trofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon estrogen saat pelepasan plasenta. 3utolysis / !erupakan proses penghancuran diri sendiri %5at protein( yang terjadi di dalam otot uterus. 6isa dari penghancuran ini diabsorbsi dan kemudian dibuang dalam urine. 6ebagai bukti dapat dikemukakan bahwa kadar nitrogen sangat tinggi. 7n5im proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah mengendur hingga panjangnya * kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 8 kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.

d(

7fek 9ksitosin / 9ksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. 4terus pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang

kasar dan menonjol ke dalam ka2um uteri. 6egera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil, pada akhir minggu ke-" hanya sebesar #-$ cm dan pada akhir nifas -" cm. Penyembuhan luka bekas plasenta khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh thrombus. :uka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka. 1egenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar . minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia. 3kibat in2olusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. -esidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia. :okia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa;alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada 2agina normal. :okia mempunyai bau yang amis %anyir( meskipun tidak terlalu menyengat dan 2olumenya berbeda-beda pada setiap wanita. :okia mengalami perubahan karena proses in2olusi. Pengeluaran lokia dapat

dibagi menjadi lokia rubra, sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat sebagai berikut) L'k a 1ubra )aktu )arna * r +, r -# hari !erah kehitaman <erdiri dari sel desidua, 2erniks caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum 6anguilenta #-+ hari Putih bercampur 6erosa +- $ hari merah Kekuningan; kecoklatan dan sisa darah 6isa darah bercampur lender :ebih sedikit darah dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan 3lba = $ hari Putih robekan laserasi plasenta !engandung leukosit, selaput lendir ser2iks dan serabut jaringan yang mati. 4mumnya jumlah lokia lebih sedikit bila wanita postpartum dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat pembuangan bersatu di 2agina bagian atas saat wanita dalam posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat berdiri. <otal jumlah rata-rata pengeluaran lokia sekitar "$* hingga "+* ml. Banyaknya lokia dan kecepatan in2olusi tidak dipengaruhi oleh pemberian preparat ergot %ergotrate, !ethergine(, yang hanya memiliki efek jangka pendek. 3kan tetapi menyusui akan mempercepat proses in2olusi. 6egera setelah melahirkan, ser2iks menjadi lembek, kendor, terkulai dan berbentuk seperti corong. Hal ini disebabkan korpus uteri berkontraksi, sedangkan ser2iks tidak berkontraksi, sehingga perbatasan antara korpus dan ser2iks uteri membentuk cincin. 6er2iks mungkin memar dan edema, terutama jika ada tahanan anterior saat

persalinan, >arna ser2iks merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh darah. 6egera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat dimasukan "/# jari dan setelah yang dapat masuk. 9leh karena hiperplasi dan retraksi ser2iks, robekan ser2iks dapat sembuh. Namun demikian, selesai in2olusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. 9leh karena robekan ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang dari ser2iks. 6etelah bayi lahir, ligamen dan diafragma pel2is fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan saat melahirkan, kembali seperti sedia kala. Perubahan ligamen yang dapat terjadi pasca melahirkan antara lain) ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi? ligamen, fasia, jaringan penunjang alat genetalia menjadi agak kendor. 4kuran uterus pada masa nifas akan mengecil seperti sebelum hamil. Perubahan-perubahan normal pada uterus selama postpartum adalah sebagai berikut) In-'lu! Uter T ngg Fun(u! Uter Berat Uteru! *** gram 8** gram #8* gram .* gram D a#eter Uteru! ",8 cm +,8 cm 8 cm ",8 cm minggu hanya jari saja

Plasenta lahir 6etinggi pusat + hari Pertengahan pusat dan %minggu ( $ hari %minggu "( . minggu simpisis <idak teraba Normal

Penurunan ukuran uterus yang cepat ini direfleksikan dengan perubahan lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembali menjadi organ panggul. 6egera setelah pelahiran, tinggi fundus uteri %<@4( terletak sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas

antara simfisis pubis dan umbilikus. :etak <@4 kemudian naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa jam. <@4 tetap terletak kirakira sejajar %atau satu ruas jari di bawah( umbilikus selama satu atau dua hari dan secara bertahap turun ke dalam panggul sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di atas simfisis pubis setelah hari kesepuluh pascapartum. >alaupun terdapat 2ariasi lokasi umbilikus terhadap simfisis pubis pada setiap indi2idu dan 2ariasi ukuran ruas jari di antara pemeriksa dengan pemeriksa lain sehingga membuat adanya rentang normal dalam penurunan dan lokasi <@4 harian, terdapat keseragaman untuk memfasilitasi generalisasi penurunan uterus, yang diilustrasikan pada gambar #. .

6esudah partus

Hari ke-"

Hari ke-.

Hari ke- 8

Aambar #. . <inggi fundus uteri pada masa nifas

b.

Perubahan Pada 'ul2a, 'agina dan Perineum 6elama proses persalinan 2ul2a dan 2agina mengalami penekanan serta peregangan, setelah beberapa hari persalinan kedua organ ini kembali dalam keadaan kendor. 1ugae timbul kembali pada minggu ke tiga. Himen

tampak sebagai tonjolan kecil dan dalam proses pembentukan berubah menjadi karankulae mitiformis yang khas bagi wanita multipara. 4kuran 2agina akan selalu lebih besar dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama. Perubahan pada perineum yaitu terjadinya edema pasca persalinan dan nyeri akibat robekan perinium. 1obekan jalan lahir dapat terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi tertentu. -apat dilakukan kompres dingin selama "$ jam pasca persalinan dan seterusnya mandi dengan menggunakan air hangat. !edikamentosa dapat diberikan obat anti nyeri yaitu obat anti inflamasi non steroid, N63&-. :atihan otot perineum dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan 2agina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan latihan harian. c. :aktasi Keadaan buah dada pada " hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat aerola mammae. 6ebab-sebab laktasi ) 7strogen dan progesteron dari plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan progesteron merangsang Kolostrum adalah cairan berwarna kuning tua seperti jeruk nipis yang disekresi payudara pada awal masa nifas Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan mineral tapi lebih sedikit mengandung gula dan lemak daripada 36& Bairan kolostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau dipanaskan. Kolostrum mengandung Eugl'$ul n.ant $'( / IgA 0, sehingga menambah kekebalan tubuh bayi.

pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon ini menghambat :<H %Prolactin(. 6etelah plasenta lahir, maka :<H dengan bebas merangsang laktasi. :obus posterior hypohyse mengeluarkan oCytocin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. 1angsangan ini menuju ke hypohyse dan menghasilkan oCytocin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.

Pr'la,t n

Hari ke # post partum ) !ammae besar, keras,nyeri. &ni menandai permulaan sekresi air susu. Pemberian 36& sebaiknya dilakukan segera setelah melahirkan dengan waktu tiap "-# jam untuk menstimulasi produksi asi. Pemberian asi dalam jangka waktu panjang tidak memberi efek, namun harus diberikan secara berulang ulang. Produksi asi yang baik seharusnya telah terjadi dalam #.-,. jam mulai dari stimulasi pertama kali. Bagi ibu yang tidak ingin menyusui, dapat dilakukan metode kompres dingin mamae atau memakai beha %bra( yang ketat atau pengikat untuk mengelakkan terjadi breast engorgement. 3cetaminophen atau N63&- dapat mengurangi gejala pembengkakan payudara %misalnya, nyeri, bengkak, demam(. Bromocriptine sebelumnya diberikan untuk menekan produksi 36&, namun

penggunaannya telah berkurang karena memerlukan " minggu administrasi, tidak selalu bekerja, dan dapat menghasilkan reaksi yang merugikan. Kondisi / kondisi ibu dilarang menyusui anaknya) !astitis purulenta &bu dengan penyakit menular Keadaan umum ibu kurang baik Bayi prematur ; imatur

2. S !te# Perke# 1an Pada masa hamil, perubahan hormonal yaitu kadar steroid tinggi yang berperan meningkatkan fungsi ginjal. Begitu sebaliknya, pada pasca melahirkan kadar steroid menurun sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal. @ungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. 4rin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu " + #. jam sesudah melahirkan. &bu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses in2olusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa sulit buang air kecil. Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara lain) a. 3danya udema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin. b. -iaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretansi dalam tubuh, terjadi selama " hari setelah melahirkan. c. -epresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.

6etelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya peningkatan tekanan 2ena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan 2olume darah akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. 4reter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo . minggu. Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urin menyebabkan penurunan berat badan sekitar ",8 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan cairan yang tertimbun selama hamil kadangkadang disebut kebalikan metabolisme air pada masa hamil %reversal of the water metabolisme of pregnancy(. 1esiko inkontinensia urine pada pasien dengan persalinan per2aginam sekitar +*D lebih tinggi dibandingkan resiko serupa pada persalinan dengan 6ectio Baesar. 6epuluh persen pasien pasca persalinan menderita inkontinensia %biasanya stres inkontinensia( yang kadang-kadang menetap sampai beberapa minggu pasca persalinan. 6ecara fisiologis, kontinensia urin dipertahankan dengan tiga cara) <onus otot 2esica urinaria %musculus detrusor(, yang mengendalikan tekanan intra 2esical. <ekanan intra uretral yang diberikan oleh musculus pubococcygeus dan campuran serabut-serabut yang saling menyilang pada sepertiga bagian tengah uretra. Pengendalian sphincter yang merupakan sudut urethro2esical pada cer2iC 2esicae. 6udut ini yang menutup meatus internus yang dikendalikan oleh otot-otot dasar pel2is. Ketiga faktor tersebut tadi secara bersama-sama mencegah keluarnya urin secara in2olunter pada saat tekanan intra abdominal meningkat karena tertawa, bersin, atau batuk. 9tot-otot ini beserta dengan saraf yang menginer2asi otot-otot tadi %ner2us pudendus dan cabang-cabang fleksus sakralis( sangat peka terhadap stres dan trauma selama melahirkan pada saat otot-otot dan saraf-saraf tadi

"

teregang dan mengalami desakan. <rauma pada saraf tadi akan mengurangi kekuatan otot-otot yang diiner2asi yang telah mengalami regangan berlebihan dan telah melemah. >alaupun pada kebanyakan wanita yang sehat yang melakukan latihan secara teratur, tonus otot tadi akan segera membaik. Pasien primigra2ida yang memulai persalinan dengan seluruh ototnya mempunyai tonus yang bagus, akan sangat kecil kemungkinan terganggunya karena terjadi inkotinensia stres. <etapi pada persalinan berikutnya otot tadi akan mengalami stres yang berulang, dan insidensi inkontinensia stres akan meningkat dengan meningkatnya paritas. &nsidensi tadi juga meningkat pada wanita yang lebih tua %sebagian karena perubahan hormonal( dan wanita yang mengalami persalinan lama dan kelahiran dengan alat bantu. Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu $ jam pasca persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama "$ jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu $ jam, lakukan kateterisasi dan bila jumlah residu = "** ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya. !aka kateter tetap terpasang dan dibuka $ jam kemudian , bila 2olume urine E "** ml, kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa. 4ntuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot dasar panggul. :atihan-latihan tersebut antara lain berenang, senam, mempertahankan kesehatan, aerobik dan sebagainya.

2. S !te# Pen,ernaan 6istem gastrointestinal selama kehamilan dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya tingginya kadar progesteron yang dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh, meningkatkan kolestrol darah, dan melambatkan kontraksi otot-otot polos. Pasca melahirkan, kadar progesteron juga mulai menurun. Namun demikian, faal usus memerlukan waktu #-$ hari untuk kembali normal. Beberapa hal yang berkaitan dengan perubahan pada sistem pencernaan, antara lain) a. Nafsu !akan Pasca melahirkan, biasanya ibu merasa lapar sehingga diperbolehkan untuk mengkonsumsi makanan. Pemulihan nafsu makan diperlukan waktu #/$ hari sebelum faal usus kembali normal. !eskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari. >anita mungkin kelaparan dan mulai makan satu atau dua jam setelah melahirkan. Kecuali ada komplikasi kelahiran, tidak ada alasan untuk menunda pemberian makan pada wanita pasca partum yang sehat lebih lama dari waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pengkajian awal. b. !otilitas 6ecara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal.

c. Pengosongan 4sus Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. 6istem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal. Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain) ( Pemberian diet ; makanan yang mengandung serat. "( Pemberian cairan yang cukup. #( Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan. $( Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir. 8( Bila usaha di atas tidak berhasil dapat pemberian huknah atau obat yang lain. d. Konstipasi Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. >anita mungkin menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika ia melakukan defekasi. Fika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi obat pencahar, baik peroral ataupun supositoria.

3.

S !te# "u!kul'!keletal Perubahan sistem muskuloskeletal terjadi pada saat umur kehamilan semakin bertambah. 3daptasi muskuloskelatal ini mencakup) peningkatan berat badan, bergesernya pusat akibat pembesaran rahim, relaksasi dan mobilitas. Namun demikian, pada saat post partum sistem muskuloskeletal akan berangsur-angsur pulih kembali. 3mbulasi dini dilakukan segera setelah melahirkan, untuk membantu mencegah komplikasi dan mempercepat in2olusi uteri. 3daptasi sistem muskuloskeletal pada masa nifas, meliputi) a. -inding perut dan peritoneum -inding perut akan longgar pasca persalinan. Keadaan ini akan pulih kembali dalam . minggu. Pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari otot-otot rektus abdominis, sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah hanya terdiri dari peritoneum, fasia tipis dan kulit. b. Kulit abdomen 6elama masa kehamilan, kulit abdomen akan melebar, melonggar dan mengendur hingga berbulan-bulan. 9tot-otot dari dinding abdomen dapat kembali normal kembali dalam beberapa minggu pasca melahirkan dengan latihan post natal. c. 6triae 6triae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding abdomen. 6triae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. <ingkat diastasis muskulus rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum, akti2itas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.

d.

Perubahan ligamen 6etelah janin lahir, ligamen-ligamen, diafragma pel2is dan fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. <idak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi retrofleksi.

e.

6impisis pubis Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat menyebabkan morbiditas maternal. Aejala dari pemisahan simpisis pubis antara lain) nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi. Aejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap. 3dapun gejala-gejala sistem muskuloskeletal yang biasa timbul pada

masa pasca partum antara lain) Nyeri punggung bawah Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan. Penanganan) 6elama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. 3njuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien. 6akit kepala dan nyeri leher Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Aejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan

ketidaknyamanan pada ibu post partum. 6akit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum. Nyeri pel2is posterior Nyeri pel2is posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Aejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. Penanganan) pemakaian ikat %sabuk( sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pel2is. !engatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri. -isfungsi simfisis pubis !erupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. @ungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pel2is dan memindahkan berat badan melalui pada posisi tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi;stabilitas pel2is yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mempengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat. Penanganan) tirah baring selama mungkin? pemberian pereda nyeri? perawatan ibu dan bayi yang lengkap? rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat? latihan meningkatkan sirkulasi? mobilisasi secara bertahap? pemberian bantuan yang sesuai. -iastasis rekti -iastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari ",8 cm pada tepat setinggi umbilikus sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini

sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. 6elain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan) melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus? memasang penyangga tubigrip %berlapis dua jika perlu(, dari area Cifoid sternum sampai di bawah panggul? latihan trans2ersus dan pel2is dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut? memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up? mengatur ulang kegiatan sehari/hari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan. 9steoporosis akibat kehamilan 9steoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Aejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya %tidak dapat berjalan(, ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. -isfungsi -asar Panggul -isfungsi dasar panggul, meliputi ) ( &nkontinensia urin &nkontinensia urin adalah keluhan rembesan urin yang tidak disadari. !asalah berkemih yang paling umum dalam kehamilan dan pasca partum adalah inkontinensia stress. <erapi ) selama masa antenatal, ibu harus diberi pendidikan mengenai dan dianjurkan untuk mempraktikan latihan otot dasar panggul dan trans2ersus sesering mungkin, memfiksasi otot ini serta otot trans2ersus selama melakukan akti2itas yang berat. 6elama masa pasca natal, ibu harus dianjurkan untuk mempraktikan latihan dasar

panggul dan trans2ersus segera setelah persalinan. Bagi ibu yang tetap menderita gejala ini disarankan untuk dirujuk ke ahli fisioterapi yang akan mengkaji keefektifan otot dasar panggul dan memberi saran tentang program retraining yang meliputi biofeedback dan stimulasi. "( &nkontinensia al2i. &nkontinensia al2i disebabkan oleh robeknya atau merenggangnya sfingter anal atau kerusakan yang nyata pada suplai saraf dasar panggul selama persalinan %6nooks et al, ,08(. Penanganan ) rujuk ke ahli fisioterapi untuk mendapatkan perawatan khusus. #( Prolaps Prolaps genetalia dikaitkan dengan persalinan per 2agina yang dapat menyebabkan peregangan dan kerusakan pada fasia dan persarafan pel2is. Prolaps uterus adalah penurunan uterus. 6istokel adalah prolaps kandung kemih dalam 2agina, sedangkan rektokel adalah prolaps rektum kedalam 2agina %<hakar G 6tanton, "**"(. Aejala yang dirasakan wanita yang menderita prolaps uterus antara lain) merasakan ada sesuatu yang turun ke bawah %saat berdiri(, nyeri punggung dan sensasi tarikan yang kuat. Penanganan) prolaps ringan dapat diatasi dengan latihan dasar panggul.

"*

BAB I4 PENUTUP 1. Ke! #&ulan !asa nifas adalah masa setelah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ reproduksi seperti sebelum hamil. Pada masa ini banyak terjadi perubahan yang dialami oleh wanita post partum. Pada sistem reproduksi terjadi &n2olusi uterus, in2olusi tempat plasenta, perubahan ligamen, perubahan pada ser2iks, keluarnya lokia, perubahan pada 2ul2a, 2agina dan perineum. <erjadi juga perubahan pada sistem perkemihan seperti kesulitan buang air kecil dan inkontinensia urin. Pada sistem pencernaan terjadi perubahan nafsu makan5 #'t l ta! 'rgan+'rgan &en,ernaan5 &eng'!'ngan u!u!5 (an konstipasi. 6istem muskuloskeletal pun mengalami perubahan seperti pada dinding perut dan peritoneum, kulit abdomen, timbulnya striae, perubahan ligamen dan simpisis pubis Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. 9leh karena itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memahami perubahan-perubahan tersebut agar dapat memberikan penjelasan dan inter2ensi yang tepat kepada pasien. 2. Saran a. !asyarakat Bagi suami maupun keluarga diharapkan agar lebih aktif, tutut serta dalam menjaga kesehatan ibu. -an dapat memberikan dukungan secara psikis maupun moril terhadap ibu yang menghadapi masa post partum. !endukung kinerja pemerintah dalam menurunkan 3K&. b. Pemerintah Bagi pemerintah diharapkan agar berupaya meningkatkan pemberdayaan tenaga kesehatan khususnya bidan, agar persalinan dapat ditangani oleh tenaga ahli secara komprehensif untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi agar terlaksana dengan baik.

"

c. <enaga kesehatan Bagi tenaga kesehatan, khususnya bidan diharapkan agar meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan asuhan kebidanan, serta lebih peka untuk mengidentifikasi tanda bahaya dalam persalinan agar dapat segera ditangani.

""

DAFTAR PUSTAKA

. Bagian 9bstetri -an Ainekologi @akultas Kedokteran 4ni2ersitas Padjadjaran Bandung. ,0#. Obstetri Fisiologi. Bandung ) Percetakan ; Penerbitan 7leman. ". !anuaba, &da Bagus Ade. ,,0. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga erencana !ntuk Pendidikan idan. Fakarta ) Buku Kedokteran 7AB. #. 'arney, Helen, -kk. "**+. uku "#ar "suhan Kebidanan. Fakarta) Buku Kedokteran 7AB. $. 'erralls, 6yl2ia. ,,+. "natomi dan Fisiologi $erapan Dalam Kebidanan. Fakarta) Buku Kedokteran 7AB. 8. Prawirohardjo, dkk. ,08.&lmu Kebidanan 7disi Pertama Betakan Kedua. Fakarta) Hayasan Bina Pustaka.
6. !edscape 1eference. Normal and 3bnormal Puerperium. 3ccess at http://emedicine.medscape.com/article/260187-overview#showall. On 31/7/13 at 1430

"#

Anda mungkin juga menyukai