Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

ANESTESI UMUM
KELOMPOK: B X

JOSHUA HAZIM BALAN THIRUMURUGAN A/L NYANASEGRAM NUR ANIS BINTI MOHD ANUAR MUHAMMAD AFIQ BIN MASLAN MALIK FARAH FARHANAH BINTI MANSOR :102009334 : 102009337 : 102009338 : 102009341

Penentuan perbandingan kekuatan obat anestetik umum antara eter dan kloroform
I. Pembahasan tentang eter Latar belakang Tujuan

Sasaran Belajar

Metode

Alat dan bahan

Persiapan

Tatalaksana

Hasil

Alat dan bahan

Diskusi

Kesimpulan

II. Pembahasan tentang kloroform

Latar belakang kloroform


Anestesi berarti hilangnya sensasi nyeri disertai maupun tidak oleh hilangnya kesadaran. Anestesi umum menekan sistem saraf pusat (SSP) sampai ke suatu tingkat yang memadai untuk memungkinkan dilakukannya pembedahan dan prosedur lain yang berbahaya atau tidak menyenangkan. Kondisi fisiologi yang diinduksi oleh zat anestesi umum meliputi analgesia, amnesia, hilangnya kesadaran, terhambatnya sensoris dan reflex otonom serta relaksasi otot rangka. Sejauh mana efek-efek tersebut dapat ditimbulkan oleh setiap zat anestesi tergantung pada obat, dosis obat yang diberikan dan keadaan klinis pasien saat diberikan. Obat anestesi yang ideal menginduksi terjadinya hilang kesadaran dengan tenang (smooth) dan seketika serta memungkinkan pulihnya fungsi kognisi segera setelah pemberiannya dihentikan. Selain itu, batas keamanan pemakaiannya harus cukup lebar, dengan efek samping yang sangat minimal. Tak satu pun obat anestetik yang diberikan secara tunggal dapat member efek yang diharapkan tanpa adanya efek samping yang menyertai. Oleh karena itu, praktik anestesi intravena dan inhalasi untuk mendapatkan efek yang menguntungkan dari tiap obat sambil mengurangi efek sampingnya. Teknik anestesi yang digunakan bervariasi sesuai dengan tipe diagnostik, terapeutik atau intervensi bedah yang diinginkan. Pada prosedur bedah minor, zat sedatif oral atau parenteral

dapatdigunakanbersama-sama dengan obat anestesi lokal. Pada prosedur bedah yang lebih besar, prosedur anestesi biasanya mencakup pemberian zat praoperatif benzodiazepine, induksi anestesi biasanya dengan obat anestetik intravena(mis.,thiopental atau propofol) dan pemelihara ananestesi dengan kombinasi obat-obat inhalasi(misalnya zat-zat volatile ,dinitrogen oksida) dan intravena (mis.,propofol, analgesic opiod). Obat anestesi umum biasanya diberikan melalui suntikan inhalasi atau intravena. Selama beberapa tahun, anestesi inhalasi telah digunakan pada semua prosedur bedah besar. Belakangan ini, teknik anestesi intravena telah menjadi teknik yang lebih sering dipakai. Obat anestesi inhalasi yang paling banyak digunakan adalah isofluran, desfluran, dan sevalofluran. Senyawa-senyawa ini merupakan cairan volatil. Dinitrogenoksida yang berbentuk gas padasuhu dan tekanan sekitar, tetap banyak digunakan sebagai adjuvan penting zat-zat volatil.

Tujuan
1. Mengerti kekuatan efek obat anestesi umum 2. Melakukan perbandingan kekuatan obat anestesi umum 3. Melakukan perhitungan statistik untuk mengetahui apakah perbedaan kekuatan efek obat signifikan atau tidak 4. Memahami arti suatu perhitungan statistic dalam menilai perbedaan efek dua atau lebih obat sejenis dan manfaat klinisnya.

Sasaran Belajar
1. Memperlihatkan salah satu carapemberiananastesiumum,yaitusecarasemi-open. 2. Memperlihatkan stadia anestesi umum, I, II dan III- plana 1,2 dan 3. 3. Memperlihatkan perbedaan pemberian anestesi umum dengan atau tanpa medikasi preanestesi sebelumnya. 4. Memperlihatkan perbandingan kekuatan obat anestetik umum

Metode
Menentukan perbandingan kekuatan obat anestetik umum dengan penggunaan obat seperti Eter dan Kloroform yang dikemas dalam dosis yang sama.

Alat dan bahan


Hewan coba: 2 ekor mencit setiap rombongan mahasiswa Alat dan Bahan: Alat: Gelas kimia 600ml Plastik untuk menutup gelas Karet gelang Semprit Tuberkulin (1ml) sekali pakai Bahan: Eter 500ml Kloroform 500ml

Tatalaksana
Untuk setiap rombongan mahasiswa disediakan dua gelas beaker berukuran 600ml, masukkan seekor mencit ke dalam tiap gelas beaker, kemudian gelas beaker tersebut ditutup dengan selember plastik yang telah ditempel dengan kapas. Tandai tiap gelas beaker sesuai dengan anastetik yang akan dipakai. Dengan interval 5 minit, suntikkan 0.2ml anastetik tersebut di bawah ini, dengan semprit tuberkulin menembus plastik diatas sepotong kapas di dalam gelas beaker. Pada percobaan ini digunakan 2 macam obat yaitu; 1. Eter 2. Kloroform

Mencit-mencit diawasi dengan teliti. Teruskan pemberian anastetik tiap 5 minit sampai semua hewan mati. Hasil dicatatkan pada tabel, dan hasil seluruh kelas dikumpulkan pada tabel seterusnya.

Hasil Alat1: dan bahan Tabel Hasil observasi pada mencit yang diberikan eter dan kloroform.
Eter Kelompok I II` III IV V VI VII VIII IX X Waktu(menit) 17.00 19.00 19.00 16.48 17.47 15.50 19.25 15.72 19.60 17.00 Dosis letal(mL) 0.8 0.8 0.8 0.8 0.6 0.8 0.8 0.8 0.6 0.8 Kloroform Waktu(menit) 6.00 7.00 5.00 7.20 5.00 6.48 7.00 8.00 5.00 6.45 Dosis letat(mL) 0.4 0.4 0.2 0.4 0.2 0.4 0.4 0.4 0.2 0.4

Tabel 2 : perbandingan dosis letal rata-rata Obat anestesi Eter Kloroform Jumlah mencit (n) 10 10 Dosis letal rata-rata (mL) 0.76 0.34

Perhitungan: Perhitungan dilakukan dengan mengguna rumus

SD =

t=

X1 = rata-rata dosis eter X2 = rata-rata dosis kloroform SD1=standar deviasi eter SD2=standar deviasi kloroform n1 = jumlah mencit yang digunakan untuk percobaan dengan eter n2=jumlah mencit yang digunakan untuk percobaan dengan kloroform df = degree of freedom = n1+n2-2

Tabel 3: Perhitungan untuk mencari harga t. Kelompok I II III IV V VI VII VIII IX X 0.8 0.8 0.8 0.8 0.6 0.8 0.8 0.8 0.6 0.8 x1= 7.6 X1 = 0.76 x1 0.64 0.64 0.64 0.64 0.36 0.64 0.64 0.64 0.36 0.64 = 5.84 0.4 0.4 0.2 0.4 0.2 0.4 0.4 0.4 0.2 0.4 x2= 3.4 X2 = 0.34
X2

0.16 0.16 0.04 0.16 0.04 0.16 0.16 0.16 0.04 0.16 = 1.24

SD =

SD1 =

= 0.751

SD2 =

= 0.316

t=

t=

= 1.630 , df = 10 +10 2 = 18

Pada tabel distribusi t, pada nilai t = 1.630 dengan df = 18, harga p < 0.05 (2.101). Maka perbedaan kekuatan obat anestesi adalah bermakna. Berdasarkan di atas, terdapat perbedaan antara kekuatan eter dan kloroform.

Diskusi
Karakteristik primer

1. Kloroform berasal dari bahan sintetis dan merupakan golongan klorometana dengan berat molekular 119.40. 2. Kloroform bersifat penekan sistem saraf pusat, toksik terhadap hati dan ginjal, embriotoksik dan terbukti bersifat karsinogen pada hewan. Dahulu kloroform digunakan sebagai bahan anestesi, tetapi karena sifatnya yang toksik terhadap hati, maka senyawa ini tidak lagi digunakan sebagai bahan anestesi. International Agency for Research on Cancer (IARC) menggolongkan kloroform ke dalam Grup 2B,

kemungkinan karsinogenik terhadap manusia. Kloroform juga dikontraindikasikan pada pasien dengan diabetes mellitus dan sepsis.

Efek samping 1. Efek samping yang parah atau tidak dapat diperbaiki dari kloroform, yaitu yang menimbulkan komplikasi lebih lanjut termasuk nefrotoksisitas, aritmia jantung, hepatotoksisitas, hipotensi, dan penurunan curah jantung. Kloroform juga berpotensi menghasilkan efek yang mengancam nyawa efek termasuk depresi pernapasan, cardiac arrest. yang merupakan antara sebab mengapa penggunaan kloroform telah dihentikan. Reaksi merugikan namun dapat ditolerir adalah termasuk terbakarnya kulit dan membran mukosa dan dapat diberikan terapi simtomatik. 2. Antidotum untuk keracunan kloroform adalah N-asetilsistein. Di Indonesia tersedia obat asetilsistein atau juga disebut N-asetilsistein dalam bentuk sediaan kapsul, kaplet, tablet effervescens, dan infus. Pemberian N-asetilsistein dapat meminimalkan toksisitas terhadap hati dan ginjal. Jika memungkinkan, asetilsistein dapat diberikan dalam 12 jam setelah terpapar bahan. Pengujian pada hewan menunjukkan bahwa pemberian simetidin, calcium channel blocker, dan oksigen hiperbarik dapat mengurangi cedera pada hati, tetapi pengujian pada manusia untuk pengujian ini belum mencukupi. Metabolisme Metabolism chloroform di dalam tubuh tergantung dosis.Ia dapat secara proporsi lebih tinggi dari pajanan tingkat rendah.Kloroform dimetabolisma di hati.Metabolit kloroform terdiri dari phosgene, carbene dan chlorine yang dapat menyebabkan sitotoksik.

10

Kesimpulan

Kloroform menyebabkan kegagalan pernapasan, aritmia jantung,gagal jantung dan hepatotoksik.Penggunaan kloroform sebagai obat bius dalam operasi dapat mengakibatkan pasien mual, muntah, lemah, ikterus dan koma karena gagal hepar.Pada efek kloroform yang lebih buruk adalah dapat menyebabkan kematian. Penggunaan kloroform ditemukan menjadi penyebab kematian kelumpuhan jantung pada pasien dengan ratio 1:3000.Kloroform menekan kebanyakan organ tubuh manusia termasuk pembuluh darah, hati, dan ginjal.Kloroform juga toksik kepada hati.

Daftar Pustaka
1. Nah Y.K, Rumawas M.A, Azalia A, Sudradjat S, Wijaya D. Buku panduan tatalaksana praktikum farmakologi. Bagian farmakologi. Fakultas Kedokteran. Universitas Kristen Krida Wacana. 2010. 2. Goodman, Gilman. Dasar Farmakologi Terapi. Volume 1. Edisi 10. EGC. 2008. 3. Katzung B.G, Trevor A.J, Masters S.B. Pharmacology, examination and board review. International edition. McGraw Hill Lange. 8th edition. 2008. 4. Olson, K. R., Poisoning and Drug Overdose 5th ed, McGraw-Hill Inc., 2007, p. 6871. 5. Tierney, L.M., Current Medical Diagnosis and Treatment 43rd ed, McGraw-Hill Inc, 2004, p. 1555-1556. 6. Banoub M, Tetzlaff JE, Schubert A : Pharmacologic and physiologic influences affecting sensory evoked potentials : Implications for perioperative monitoring. Anesthesiology 2003;99:716.

11

Anda mungkin juga menyukai