Anda di halaman 1dari 45

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Rinosinusitis telah dikenal luas oleh masyarakat awam dan merupakan salah satu penyakit yang sering dikeluhkan dengan berbagai tingkatan gejala klinik. Hidung dan sinus paranasal merupakan bagian dari sistem pernafasan sehingga infeksi yang menyerang bronkus, paru dapat juga menyerang hidung dan sinus paranasal (Purnaman dan Rifki, 1990 . Rinosinusitis adalah penyakit peradangan mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasalis (P!RH"#$, %001 . Rinosinusitis ini merupakan inflamasi yang sering ditemukan dan akan terus meningkat pre&alensinya. Rinosinusitis dapat mengakibatkan gangguan kualitas hidup, sehingga penting bagi dokter umum atau dokter spesialis lain untuk memiliki pengetahuan yang baik mengenai definisi, gejala dan metode diagnosis dari penyakit rinosinusitis ini (Roos, 1999 . Rinosinusitis ini sendiri di klasifikasikan dalam ' kriteria, yaitu rinosinusitis akut, rinosinusitis subakut dan rinosinusitis kronis. (ata dari (!P)!* R$ tahun %00' menyebutkan bahwa penyakit hidung dan sinus berada pada urutan ke+%, dari ,0 pola penyakit peringkat utama atau sekitar 10%.-1. penderita rawat jalan di rumah sakit. *ur&ei )esehatan $ndera Penglihatan dan Pendengaran 199/ yang diadakan oleh 0inkesmas bekerja sama dengan P!RH"#$ dan 0agian #H# R*12 mendapatkan data penyakit hidung dari . propinsi. (ata dari (i&isi Rinologi (epartemen #H# R*12 3anuari+"gustus

%00, menyebutkan jumlah pasien rinologi pada kurun waktu tersebut adalah 4', pasien, /95nya adalah sinusitis. (ari jumlah tersebut '05 mempunyai indikasi operasi 0*!6 (0edah sinus endoskopik fungsional . )arena berbagai kendala dari jumlah ini hanya /05nya (,' kasus yang dilakukan operasi. (i 0agian #H# R* (r. 7ahidin *udirohusodo 2akasar, dilaporkan tindakan 0*!6 pada periode 3anuari %00,+3uli %00/ adalah %1 kasus atas indikasi rinoinusitis, '' kasus pada polip hidung disertai rinosinusitis dan '0 kasus 0*!6 disertai dengan tindakan septum koreksi atas indikasi rinosinusitis dan septum de&iasi. *inusitis pada anak lebih banyak ditemukan karena anak+anak mengalami infeksi saluran nafas atas / 8 - kali per tahun dan diperkirakan ,58 105 infeksi saluran nafas atas akan menimbulkan sinusitis.2enurut Ra9hele&sky 1994, '.5 anak dengan rinosinusitis kronis didapatkan tes alergi positif sedangkan :an der :eken dkk 199. mendapatkan tidak ada perbedaan insiden penyakit sinus pada pasien atopik dan bukan atopik. 2enurut #akahasi dan #suttumi 1990 sinusitis sering di jumpai pada umur /+11 tahun. *edangkan menurut ;ray 199, terbanyak di jumpai pada anak umur ,+- tahun dan men9apai pun9ak pada umur /+. tahun.

*aat ini di R*<P =#0 belum dilakukan studi epidemiologi mengenai data pasti dari kasus rinosinusitis, padahal rinosinusitis salah satu penyakit yang sering dijumpai di poli #H# R*<P =#0, sehingga sangat diperlukan data yang akurat untuk mengetahui angka kejadian rinosinusitis, termasuk karaktristik subjek berdasarkan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, keluhan utama dan faktor predisposisi dari rinosinusitis.

(ari uraian diatas dengan berbagai hal yang melatarbelakanginya, maka penulis bermaksud mengangkat judul >Angka Kejadian Rinosinusitis di Poli THT RSUP NTB Periode 1 anuari ! "1 Dese#$er %&&' >. (i =#0 khususnya R*<P =#0 yang merupakan pusat rujukan dari berbagai kabupaten?kodya di =#0,

1.%.

Ru#usan (asala) 0agaimanakah angka kejadian rinosinusitis akut yang yang terjadi di

bagian Poli #H# R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009@

1. ". Tujuan Penelitian 1.".1. Tujuan u#u# 2engetahui angka kejadian rinosinusitis yang terjadi di bagian poli #H# R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %00.. 1.".%. Tujuan K)usus 1. 2engetahui rentang usia pasien rinosinusitis. %. 2engetahui jenis kelamin pasien rinosinusitis. '. 2engetahui tingkat pendidikan terakhir pasien rinosinusitis. 4. 2engetahui jenis pekerjaan pasien rinosinusitis. ,. 2engetahui keluhan utama pasien rinosinusitis. /. 2engetahui faktor predisposisi pasien rinosinusitis.

'

1.*.

(an+aat Penelitian

1.*.1. Bagi ,eneliti1. 2engetahui se9ara lebih mendalam angka kejadian rinosinusitis yang terjadi di bagian Poli #H# R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009. %. *ebagai penelitian. sarana menambah pengalaman dalam melakukan

1.*.%. Bagi RSUP NTBHasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi pihak R*<P =#0 dalam mengambil kebijakan guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di =#0. 1.*.". Bagi ,ara ,e#$a.a(iharapkan bahwa hasil )arya #ulis $lmiah ini nantinya dapat menjadi sumber informasi dan bahan ba9aan tambahan yang dapat memperluas wawasan pengetahuan, khususnya bagi mahasiswa kedokteran, tenaga kesehatan, maupun masyarakat pada umumnya

BAB II TIN AUAN PUSTAKA

%.1. De+inisi Rinosinusitis Rinosinusitis adalah suatu peradangan pada sinus yang terjadi karena alergi atau infeksi &irus, bakteri maupun jamur. *e9ara klinis, rinosinusitis dapat dikategorikan sebagai rinosinusitis akut bila gejalanya berlangsung dari beberapa hari sampai 4 minggu, rinosinusitis subakut bila berlangsung dari 4 minggu sampai ' bulan dan rinosinusitis kronis bila berlangsung lebih dari ' bulan (2angunkusumo dan Rifki, %00' . %.1.1. Sinus /rontalis *inus frontalis terdiri dari % sinus yang terdapat di setiap sisi pada daerah dahi, di os frontal. <kuran sinus frontal adalah %,- 9m tingginya, lebar %,4 9m dan dalamnya % 9m. *inus frontal berkembang dari sinus etmoid anterior pada pada usia - tahun dan men9apai ukuran maksimal pada usia %0 tahun. (inding medial sinus merupakan septum sinus tulang interfrontalis yang biasanya berada dekat garis tengah, tetapi biasanya berde&iasi pada penjalarannya ke posterior, sehingga sinus yang satu bisa lebih besar daripada yang lain. *inus frontalis bermuara ke dalam meatus medius melalui duktus nasofrontalis. kedua sinus frontalis tidak terbentuk atau yang lebih laAim tidak terbentuk salah satu sinus. *inus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita yang

disebut dengan tulang 9ompa9ta dan fosa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar ke daerah ini (Hilger, 199. dan 0allenger, 1994 . (;ambar %.1

%.1.%. Sinus (aksilaris *inus maksilaris disebut juga antrum Highmore, yang telah ada saat lahir. *aat lahir sinus ber&olume /+- ml, sinus kemudian berkembang dengan 9epat dan akhirnya men9apai ukuran maksimal yaitu 1, ml saat dewasa. *inus 2aksilaris merupakan sinus terbesar dan terletak di maksila pada pipi yang berbentuk segitiga. (inding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksilaris yang disebut fosa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infra+temporal maksilaris, dinding medialnya adalah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya adalah prosesus al&eolaris dan palatum. Bstium sinus maksilaris berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris melalui infundibulum etmoid. Cetak ostium *inus maksilaris lebih tinggi dari dasar sehingga aliran sekret tergantung dari gerakan silia, dasar dari anatomi sinus maksila sangat berdekatan dengan akar gigi rahang atas,9aninus. "kar+akar gigi dapat menonjol ke dalam sehingga infeksi gigi geligi mudah naik ke atas menyebabkan sinusitis dan ostium sinus maksila terletak di meatus medius, disekitar hiatus semilunaris yang sempit sehingga mudah tersumbat (2angunkusumo dan Rifki, %00' . (;ambar %.1 %.1.". Sinus Et#oidalis

*inus etmoidalis berongga+rongga, terdiri dari sel+sel yang menyerupai sarang tawon, yang terdapat di dalam massa bagian lateral os etmoid, yang terletak diantara konka media dan dinding medial orbita. *ama halnya dengan sinus maksilaris, bahwa sinus etmoidalis ini telah ada saat lahir. <kurannya dari anterior ke posterior 4+, 9m, tinggi %,4 9m dan lebarnya 0,, 9m di bagian anterior dan 1,, ml 9m dibagian posterior. 0erdasarkan letaknya, sinus etmoid dibagi menjadi sinus etmoid anterior yang bermuara di meatus medius dan sinus etmoid posterior yang bermuara di meatus superior dengan perlekatan konka media. (i bagian terdepan sinus etmoid anterior ada bagian yang sempit, disebut resesus frontal, yang berhubungan dengan sinus frontal. *el etmoid yang terbesar disebut bula etmoid. (i daerah etmoid anterior terdapat suatu penyempitan yang disebut infundibulum, tempat bermuaranya sinus ostium sinus maksila. Pembengkakan atau peradangan di resesus frontal dapat menyebabkan sinusitis frontal dan pembengkakan di infundibulum dapat menyebabkan sinusitis maksila. "tap sinus etmoid yang disebut fo&ea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. (inding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. (i bagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan dinding anterior sinus sfenoid (*oetjipto dan 2angunkusumo, %00' . 0erhubungan dengan orbita, sinus etmoid dilapisi dinding tipis yakni lamina papirasea. 3ika melakukan operasi pada sinus ini kemudian dindingnya pe9ah maka darah akan masuk ke daerah orbita sehingga terjadi 0rill Hematoma (0allenger, 1994 . (;ambar %.%

%.1.*. Sinus S+enoidalis *inus sfenoidalis terletak di dalam os sfenoidalis dibelakang sinus etmoid posterior. <kurannya adalah % 9m tingginya, dalamnya %,' 9m dan lebarnya 1,. 9m. :olumenya ber&ariasi dari , sampai .,, ml. Pneumatisasi sinus spenoidalis dimulai pada usia -+10 tahun. 0iasanya berbentuk tidak teratur dan sering terletak di garis tengah. *inus sfenoid dibagi dua oleh sekat yang disebut septum intersfenoid. *aat sinus berkembang, pembuluh darah dan ner&us dibagian lateral os sfenoid akan menjadi sangat berdekatan dengan rongga sinus dan tampak sebagai indentasi pada dinding sinus sfenoid. 0atas sinus sfenoidalis adalah sebelah anterior dibentuk oleh resesus

sfenoetmoidalis di medial dan oleh sel+sel etmoid posterior di lateral. (inding posterior dibentuk oleh os sfenoidale. *ebelah lateral berkontak dengan sinus ka&ernosus, arteri karotis interna, ner&us optikus dan foramen optikus. Penyakit+ penyakit pada sinus sfenoidalis dapat mengganggu struktur+struktur penting ini, dan pasien dapat mengalami gejala+gejala oftalmologi akibat penyakit sinus primer. (inding medial dibentuk oleh septum sinus tulang intersfenoid yang memisahkan sinus kiri dari yang kanan. *uperior terdapat fosa serebri media dan kelenjar hipofisa dan sebelah inferiornya atap nasofaring (Hilger, 199. . Rinosinusitis bisa terjadi pada salah satu dari keempat sinus yang ada yaitu maksilaris, etmoidalis, frontalis atau sfenoidalis. 0ila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Dang paling sering terkena dalah sinus etmoidalis dan maksila, sedangkan sinus frontal lebih jarang dan sinus sphenoid lebih jarang lagi. *inus

maksila disebut juga antrum highmore, letaknya dekat akar gigi rahang atas, maka infeksi gigi mudah menyebar ke sinus, disebut sinus dentogen. *inusitis dentogen merupakan salah satu penyebab penting sinusitis kronik. *inusitis dapat menjadi berbahaya karena menyebabkan komplikasi ke orbita dan didalam rongga kepala , serta menyebabkan peningkatan serangan asma yang sulit diobati. (2angunkusumo dan Rifki, %00' . (;ambar %.%

;ambar %.1. "natomi hidung dan sinus (Hilger, 199.

1. Sinus +rontal %. Sinus et#oid anterior ". Aliran dari sinus +rontal *. Aliran dari et)#oid 0. Sinus et#oid ,osterior 1. Konka #edia 2. Sinus s,)enoid 3. Konka In+erior '. Hard ,alate

;ambar %.%. (inding lateral hidung (HaAenfield, %009 %.%. Angka Kejadian Sinusitis ,ada $er$agai te#,at di Indonesia dan di Dunia Pre&alensi sinusitis di $ndonesia 9ukup tinggi. Hasil penelitian tahun 199/ dari sub bagian Rinologi (epartemen #H# 6)<$+R*12, dari 49/ pasien rawat jalan ditemukan ,0 persen penderita sinusitis kronik. Pada tahun 1999, penelitian yang dilakukan bagian #H# 6)<$+R*12 bekerjasama dengan $lmu )esehatan "nak, menjumpai pre&alensi sinusitis akut pada penderita $nfeksi *aluran =afas "tas ($*=" sebesar %,5. "ngka tersebut lebih besar dibandingkan data di negara+negara lain. Rinosinusitis mempengaruhi sekitar ', juta orang per tahun di "merika dan jumlah yang mengunjugi rumah sakit mendekati 1/ juta orang 2enurut National Ambulatory Medical Care Survey (="21* , kurang lebih dilaporkan 14 5 penderita dewasa mengalami rinosinusitis yang bersifat episode per tahunnya

10

dan seperlimanya sebagian besar didiagnosis dengan pemberian antibiotik. Pada tahun 199/, orang "merika menghabiskan sekitar E'.'9 miliyar untuk pengobatan rinosinusitis *ekitar 40 5 rinosinusitis akut merupakan kasus yang bisa sembuh dengan sendirinya tanpa diperlukan pengobatan. Penyakit ini terjadi pada semua ras, semua jenis kelamin baik laki+laki maupun perempuan dan pada semua kelompok umur. Rinosinusitis kronik mempengaruhi sekitar '% juta orang per tahunnya dan 11,/ juta orang mengunjungi dokter untuk meminta pengobatan. Penyakit ini bersifat persisten sehingga merupakan penyebab penting angka kesakitan dan kematian. "dapun penyakit ini dapat mengenai semua ras, semua jenis kelamin dan semua umur.

%.%.1. Angka kejadian $erdasarkan u#ur Penelitian 7illiam et al (199% pada rekam medis dan staf ahli radiologi, ahli radiologi dengan pelatihan khusus radiologi tulang, dan residen radiologi senior menyimpulkan bahwa foto 7aters dapat diterima untuk mendiagnosis sinus maxillaries. Pada penelitian ini ditemukan bahwa gambaran sinusitis relatif meningkat dari kelompok usia 10+%0 tahun sampai usia ,0+/0 tahunF relatif rendah pada usia 0+10 . Hal in sesuai dengan *harma (%00/ yang menyatakan bahwa pre&alensi tertinggi sinusitis adalah pada usia dewasa, 1-+., tahun, setelah itu anak+anak kurang dari 1, tahun dan pada anak usia ,+10 tahun.

11

Penelitian tentang gambaran sinusitis maksila dengan faktor predisposisi infeksi gigi rahang atas (dentogen tidak banyak yang telah dilaporkan. Pada penelitian Hasibuan (2edan 199% di dapatkan dari %, penderita sinusitis yang di telitinya rata+rata umur yang terbanyak adalah %0+%9 tahun ('%5 . Doshiura et al (3epang 199' dari /- penderita

sinusitis yang ditelitinya rata+rata umur yang terbanyak adalah 4/ tahun. *oedarmi dan $slam (*emarang 1999 mendapatkan umur terbanyak '0+40 tahun. =ishimura dan $iAuka (jepang, %001 mendapatakan rata+rata umur yangterbanyak adalah 41+4. tahun. *uAanne at al (=ew Dork,%001 dari sampel dengan umur antara %1+-0 tahun mendapatkan rata+rata umur yang terbanak adalah '% tahun. 0erasarkan data diatas dapat terlihat bahwa sinusitis maksila lebih banyak menyerang pada orang muda perbedaan umur oleh masing+masing peneliti lebih didasari leh pengelopokan umur yang berbeda+beda pada masing+ masing peneliti. %.%.%. Angka Kejadian $erdasrkan jenis kela#in Pada penelitian sinusitis yang dilakukan oleh departemen #H#+)C 6) <*<?R*<P H. "damalik 2edan ini adalah perempuan sebanyak %/ pederitan (.4,%-5 dan laki+laki+ 9 pederita (%,..%5 . (ari 91 sampel, ,15 (4/ orang menunjukkan gambaran sinusitis pada pemeriksaan foto 7aters + ,'5 (%, orang wanita dan 4.5 (%1 orang laki+laki. Hal ini sesuai dengan penelitian Ramanan (%00. yang menyatakan bahwa wanita

1%

mempunyai lebih banyak episode sinusitis karena 9enderung mempunyai hubungan lebih dekat dengan anak+anak. . Peneliti+peneliti seperti mangain Hasibun (2edan,199% yang

meneliti tentang gambaran sinusitis maksila dengan fa9tor predisposisi infeksi gigi rahang atas (dentogen mendapatkan dari %, penderita yang dieriksanya terdapat 1' perempuan (%,5 dan 1% laki+laki (4-5 .

Doshioura et al (3epang,199' mendapat kan dari /- pendrita yang diperiksanya terdapat '/ perempuan (,%,9,5 dan '% laki+laaki(4.,0,5 . *oedarme dan $slam (*emarang,1999 mendapatakan 19 perempuan

(4.,,05 dan %1 laki+laki (,%,,05 . GuAanni at al (7ew Dork,%001 mendapatakan 14 kasus yang terdiri dari 10 perempuan (.1,45 dan 4 laki+laki (%-,/5 . Paada penelitian =ishimura dan $iAuka (3epang,%001 medapat kan dari 1, penderita sinusitis dengan fa9tor predisposisi rahang atas (dentogen terdapat , perempuan ('',''5 dan 10 laki+laki (//,/.5 . Primartono dan *uprihati (*emarang,%00' mendapatkan .0 penderita sinusitis yang terdiri dari '% perempuan ( 4,,.5 dan '- laki+laki (,4,'5 . ;ambaran sinusitis maxillaris merupakan yang terbanyak + ,%5 (%4 orang ipsilateral, %-5 (1' orang bilateral. *isanya %05 (9 orang , menunjukkan gambaran sinusitis maxillaris bersamaan dengan gambaran sinusitis lain, yakni 1 orang bersama sinusitis frontalis, , orang bersama sinusitis ethmoidalis, dan ' orang pansinusitis. Hal ini sesuai penemuan

1'

2angunkusumo dan Rifki (%00/ . paling sering sinusitis maxillaris dan sinusitis ethmoidalis.

%.%.". Angka Kejadian Berdasarkan Pekerjaan (ari hasil penelitian 2angunkusumu dan Rifki (%00/ didapat jenis pekerjaan terbanyak dari kelompok belum?tidak bekerja dan kelompok swasta yang memiliki jumlah pasien yang sama sebanyak '% (%/,//5 pasien. )elompok belum?tidak bekerja ini terdiri dari anak usia H, tahun yang belum bersekolah, $R# dan pensiunan, sedangkan kelompok swasta antara lain terdiri dari petani, buruh, montir bengkel, sopir dan tukang ojek. (an yang merupakan kelompok terke9il adalah kelompok pelajar sebanyak 1, (1%,,05 pasien. ((atu,%009 )elompok belum?tidak bekerja memiliki kasus tertinggi pada rentang usia %/+', tahun sebanyak 1' pasien, sedangkan kelompok swasta memiliki kasus tertinggi pada rentang usia '/+4, tahun sebanyak 11 pasien. <ntuk kelompok belum?tidak bekerja yang diketahui %/ dari '' pasiennya adalah $R#, dimana mereka lebih banyak melakukan akti&itas di rumah, sehingga hal ini berhubungan erat dengan paparan yang terus+ menerus dari alergen yang berada dalam rumah dan lingkungan sekitarnya, seperti debu rumah, apalagi di daerah urban terdapat banyak pemukiman padat penduduk yang biasanya di huni oleh kalangan menengah bawah, dengan lingkungan yang buruk pada tempat tinggal mereka, karena pada umumnya rumah+rumah tersebut memiliki sedikit &entilasi sehingga

14

sirkulasi udara berjalan tidak lan9ar. =amun faktor resiko non alergi seperti udara dingin, kerja berat, infeksi &irus dan lain+lain dapat juga berperan dalam men9etuskan rinosinusitis kronis penghuni rumah tersebut. )emudian untuk kelompok swasta dengan rata+rata penghasilan rendah seperti yang telah dijelaskan diatas, dimana mereka lebih banyak melakukan akti&itasnya di luar rumah yang boleh diprediksikan bahwa kondisi lingkungan kerja mereka kurang baik, karena mereka akan lebih sering terpapar oleh polusi udara dari kendaraan bermotor, apalagi masyarakat $ndonesia kita ini yang sebagian besar penduduknya merupakan perokok aktif, sehingga perokok pasif pun akan terpapar juga oleh asap rokok yang merupakan salah satu alergen yang dapat men9etuskan rinosinusitis kronis. )asus rinosinusitis kronis pada P=* juga 9ukup banyak, dimana kelompok ini menempati urutan kedua setelah kelompok belum?tidak bekerja dan kelompok swasta. 3umlah P=* yang tinggi dikarenakan R*< 2ataram menerima pelayanan "*)!*, sehingga banyak dari mereka yang memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan gratis dari "*)!* ((atu %009 .

%.%.*. Angka Kejadian $erdasarkan tingkat ,endidikan tingkat pendidikan terakhir penderita rinosinusitis kronis tertinggi pada kelompok *2" sebanyak ,1 (4%,,5 pasien dan terendah pada kelompok #) sebanyak ' (',''5 pasien. )elompok *2" terbanyak pada rentang usia 1/+%, tahun dengan jumlah kasus tertinggi yaitu sebanyak %% pasien.

1,

<ntuk distribusi rentang usia dan tingkat. =amun demikian, belum ada penjelasan yang pasti mengenai hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian sinusitis. 2angunkusumu dan Rifki (%00/ .

%.%.0 Ren.ana ta$ulasi data #abel %.1. "ngka )ejadian pasien rinosinusitis berdasarkan rentang umur

=o 1 % ' 4 , / .

Rentang usia H, /+1, 1/+%, %/+', '/+4, I4/ #otal

6rekuensi

Persen (5

#abel %.%. "ngka kejadian pasien rinosinusitis berdasarkan jenis kelamin

=o

3enis kelamin

6rekuensi

Persen (5

1/

1 J % '

7anita Caki+laki #otal

#abel %.'. "ngka kejadian pasien rinosinusitis kronis berdasarkan tingkat pendidikan terakhir

=o 1 % ' 4 , / .

#ingkat Pendidikan #erakhir 0elum?tidak sekolah #) *( *2P *2" #amatan uni&ersitas #otal

6rekuensi

Persen(5

#abel %.4.

(istribusi pasien rinosinusitis berdasarkan jenis pekerjaan

=o 1 % ' 4

3enis Pekerjaan 0elum?tidak bekerja Pelajar 2ahasiswa *wasta

6rekuensi

Persen (5

1.

, /

P=* #otal

%.".

Etiologi dan +aktor ,redis,oses rinosinusitis 0eberapa faktor etiologi dan faktor predisposisi antara lain $*P"

akibat &irus, berma9am rhinitis terutama renitis alergi, rhinitis hormonal pada wanita hamil, polip hidung, kelainan anatomi seperti de&iasi septum atau hipertrofi konka, sumbatan kompleks osteomeatal ()B2 , infeksi tonsil, infeksi gigi, kelainan imunologi, diskinesia silia seperti pada sindrom kartagener dan diluar negri adalah penyakit fibrosis kistik. Pada anak hipertrofi adenoid merupakan faktor penting penyebab sinusitis sehingga perlu dilakukan adenoidektomi untuk menghilangkan sumbatan dan menyembuhkan rinosinusitisnya. Hipertrofi adenoid dapat didiagnosis dengan foto polos leher posisi lateral. 6aktor lain yang juga berpengaruh adalah lingkungan berpolusi, udara dingin, serta kebiasaan merokok. )eadaan ini lama+lama menyebabkan perubahan mukosa dan merusak silia. (2unir dan )urnia, %00. .

!tiologi rinosinusitis pada anak adanya Peradangan yang disebabkan infeksi saluran nafas atas dan alergi. 2ekanikal terdapat deformitas septum ? nasal, obstruksi kompleks osteo meatal ()B2 , konka hipertropi, polip, tumor, adenoid hipertropi, benda asing dan cleft palate. *istemik terbentuk fibrosis kistik, sindroma )artagener, imunodefisiensi

1-

0akteri aerob yang sering ditemukan antara lain staphylococcus aureus, streptococcus viridians, haemuphilus influenza, neisseria flavus, staphylococcus epidermidis, streptococcus pneumonia, dan escherichia coli. Sedangkan bakteri anaerob antara lain peptostreptococcus, corynebacterium, bacteroides, dan veillonella. $nfeksi 9ampuran antara organisme aerob dan anaerob sering kali juga terjadi (Hilger, 199. .

%.*. Pato+isiologi Rinosinusitis

19

;ambar %.' Bmplek Bstiomeatal. (HaAenfield, %009 )esehatan sinus dipengaruhi oleh patensi ostium+ostium sinus dan lan9arnya klirens mukosiliar didalam sumbatan kompleks osteo meatal ()B2 . 2ukus juga mengandung substansi antimikrobial dan Aat+Aat yang berfungsi sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap kuman yang masuk bersama udara pernapasan. (Hilger, 199. . Brgan+organ yang membentuk uumbatan kompleks osteo meatal ()B2 letaknya berdekatan dan bila terjadi edema, mukosa yang

berhadapan akan saling bertemu sehingga silia tidak dapat bergerak dan ostium tersumbat. "kibatnya terjadi tekanan negati&e didalam rongga sinus yang menyebabkan terjadinya transudasi, mula+mula serous. )ondisi ini bisa dianggap sebagai rinosinusitis yang tidak disebab kan oleh bakteri dan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa pengobatan. 0ila kondisi ini menetap, sekret yang terkumpul dalam sinus merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri. *ekret menjadi

%0

purulen. )eadaan ini disebut sebagi rinosinusitis akut yang disebab kan oleh bakteri dan memerlukan terapi anti bakteri . 3ika terapi tidak berhasil, inflamasi berlanjut, terjadi hipoksia dan bakteri anaerob berkembang. 2ukosa makin membengkak dan ini merupakan rantai siklus yang terus berputar. *ampai akhirnya perubahan mukosa menjadi kronik yaitu hipertrifi, polipoid atau pembentukan polip dan kista. Pada keadaan ini mungkin diperlukan tindakan operasi. (2angunkusumo dan Rifki, %00' . Patofisiologi rinosinusitis pada anak berbeda dengan orang dewasa. Rinosinusitis pada anak biasanya merupakan sisa infeksi saluran nafas atas akut. $nsiden infeksi saluran nafas akut lebih tinggi pada anak+anak akibat sistem imun yang menurun yang menimbulkan infeksi &irus pada saluran nafas atas dan juga karena seringnya terpapar dengan lingkungan seperti sekolah, di mana sering kontak dengan anak+anak yang lain sebagai transfer infeksi. $nfeksi saluran nafas atas menyebabkan edem mukosa sehingga menyebabkan obstruksi aliran sinus sehingga menimbulkan infeksi. Pada anak+anak, dengan anatomi perkembangan sinus yang berukuran ke9il dan pendeknya jarak antara permukaan mukosa dari ostio memainkan peranan pada perkembangan rinosinusitis.( Hilger, 199. . Perubahan sekresi kelenjar pada kistik fibrosis menghasilkan mukus yang kental sehingga menyulitkan pembersihan sekret serta gangguan gerakan silia seperti pada silia imotil sindroma. )edua hal ini

%1

menimbulkan stase mukus yang selanjutnya akan terjadi kolonisasi kuman dan timbul infeksi. (*tankiewi9A.199. . Peranan alergi pada sinusitis adalah akibat reaksi anti gen anti bodi yang menimbulkan pembengkakan mukosa sehingga menimbulkan obstruksi pada ostium sinus dan menghambat aliran mukus. *elanjutnya terjadi &akum di rongga sinus sehingga terjadi transudasi 9airan ke rongga sinus. 2enumpuknya 9airan di rongga sinus merupakan media pertumbuhan bakteri sebagai hasil obstruksi ostium sinus yang lama. 6aktor kelainan anatomi seperti septum de&iasi, hipertropi atau paradoksal konka media dan konka bulosa juga dapat mempengaruhi aliran ostium sinus. 2enurut 2esserklinger, yang di kutip oleh )enedy 199,, bila dua lapisan mukosa yang berdekatan saling kontak karena edema akan terjadi gangguan fungsi silia di tempat tersebut sehingga terjadi retensi sekret. )ontak mukosa pada kompleks osteo meatal terjadi pada 9elah antara prosesus unsinatus dengan konkha media, antara bula etmoid dan konkha media serta di atas dan belakang bula etmoid. Pada keadaan ini pertukaran udara atau &entilasi terganggu, perubahan pH sinus akan menurun, oksigen akan di serap dan mukosa akan mengalami hipoksia dan kematian sel mukosa sinus yang memudahkan terjadinya infeksi. (Ce&inson 199/ . %.0. Klasi+ikasi Rinosinusitis

%%

0erdasarkan konsensus tahun %004, sinusitis dibagi menjadi tiga berdasarkan waktunya, yaituK %.0.1. Rinosinusitis akutK gejala terjadi selama 4 minggu atau kurang dari 4 minggu %.0.%. Rinosinusitis subakutK gejala terjadi lebih dari 4 minggu dan kurang dari 1%minggu %.0.". Rinosinusitis kronikK gejala lebih dari 1% minggu 0erdasarkan penelitian, 0akteri utama pada sinusitis akut adalah *trepto9o99us pneumonia sinussitis akut yaitu merupakan penyebab terbanyak dari infeksi ,0 5, Haemophylus influenAae

'0 5 sampai

men9apai %05 sampai 40 5 sedangakan 2oraLella 9atarrhalis hanya 45. *edangkan 0akteri utama pada sinusutis kronik tergantung pada faktor predisposisi, namun bakteri yang ada lebih 9ondong ke arah bakteri gram negatif dan anaerob.

%.1. 4ejala klinis rinosinusitis )eluhan utama sinusitis ialah hidung tersumbat disertai nyeri? rasa tekanan pada muka dan ingus purulen yang seringkali turun ke

%'

tenggorok(post nasal drip . (apat disertai gejala sistemik seperti demam dan lesu. (2angunkusumo dan Rifki, %00' . ;ejala rinosinusitis pada anak ber&ariasi sesuai umur karena pada anak yang ke9il, sulit untuk men9eritakan keluhannya dengan jelas, sedangkan pada anak yang lebih besar dapat memberikan keluhan yang jelas sehingga akan lebih tepat seperti keluhan pada rinosinusitis dewasa. ;ejala yang berat dan komplikasi sering terjadi pada rinosinusitis akut. 2enurut 7ald, terdapat % manifestasi klinik, yaitu K 1. $nfeksi *aluran =afas "tas ($*=" yang tampak berat dengan demam lebih dari '901, sekret purulen dan nyeri wajah. %. $*=" yang lama dengan batuk dan sekret hidung menetap lebih dari 10 hari. 2untA dan Cusk 1994, menyatakan, bahwa demam jarang ditemukan pada rinosinusitis anak+anak, meskipun pada keadaan akut. (emam biasanya menandakan adanya komplikasi. )adang+ kadang terjadi muntah pada saat batuk, mual atau rasa ter9ekik karena sekresi yang mengalir di belakang hidung ke tenggorok. Rinosinusitis kronis banyak dilaporkan terjadi pada anak dengan riwayat rinitis alergi dan asma. 0atuk pada waktu siang maupun malam hari merupakan gejala yang paling sering terjadi dan tidur sering terganggu

%.1.1. *inusitis maksila

%4

Pada peradangan aktif sinus maksila atau frontal, nyeri biasanya sesuai dengan daerah yang terkena. Pada sinusitis maksila nyeri terasa di bawah kelopak mata dan kadang menyebar ke al&eolus hingga terasa di gigi. =yeri alih dirasakan di dahi dan depan telinga. 7ajah terasa bengkak, penuh dan gigi nyeri pada gerakan kepala mendadak, misalnya sewaktu naik atau turun tangga. *eringkali terdapat nyeri pipi khas yang tumpul dan menusuk. *ekret mukopurulen dapat keluar dari hidung dan terkadang berbau busuk. 0atuk iritatif non produktif seringkali ada. ;ejalanya demam, pusing, ingus kental di hidung, hidung tersumbat, nyeri pada pipi terutama sore hari, ingus mengalir ke nasofaring, kental kadang+kadang berbau dan ber9ampur darah. %.1.%. *inusitis etmoid

;ejala berupa nyeri yang dirasakan di pangkal hidung dan kantus medius, kadang+kadang nyeri dibola mata atau

belakangnya, terutama bila mata digerakkan. =yeri alih di pelipis dan sumbatan hidung. $ngus kental di hidung dan nasafaring, nyeri di antara dua mata, dan pusing.

%.1.". *inusitis frontal ;ejala subyektif terdapat nyeri kepala yang khas, nyeri berlokasi di atas alis mata, biasanya pada pagi hari dan memburuk menjelang tengah hari, kemudian perlahan+lahan mereda hingga menjelang malam. Pasien biasanya menyatakan bahwa dahi terasa

%,

nyeri bila disentuh dan mungkin terdapat pembengkakan supra orbita. (emam,sakit kepala yang hebat pada siang hari,tetapi berkurang setelah sore hari, ingus kental dan pen9iuman berkurang. %.1.*. *inusitis sphenoid Pada sinusitis sfenodalis rasa nyeri terlokalisasi di &erteL, oksipital, di belakang bola mata dan di daerah mastoid. =amun penyakit ini lebih laAim menjadi bagian dari pansinusitis, sehingga gejalanya sering menjadi satu dengan gejala infeksi sinus lainnya. ;ejalanya nyeri di bola mata, sakit kepala, ingus di nasofaring (2angunkusumo dan Rifki, %00' . %.2. Diagnosis rinosinusitis )riteria rinosinusitis akut dan kronis pada penderita dewasa dan anak berdasarkan gambaran klinik, yaituK #abel %.,. )riteria rinosinusitis akut dan kronik pada anak dan dewasa menurut nternational Conference on Sinus !isease 199' M %004 ()ennedy, 199, =o )riteria Rinosinusitis akut Rinosinusitis )ronis

1 %

Cama gejala dan tanda

(ewasa "nak (ewasa "nak H 1% H 1% I 1% I 1% minggu minggu minggu minggu

3umlah episode serangan H 4 kali ? H / kali ? I 4 kali ? I / kali ? akut, masing+masing tahun tahun tahun tahun berlangsung minimal 10 hari

%/

'

3umlah episode serangan (apat sembuh akut, masing+masing sempurna dengan berlangsung minimal 10 hari pengobatan medikamentosa

#idak dapat sembuh sempurna dengan pengobatan medikamentosa

0erdasarkan gambaran klinik ini, dapat ditentukan langkah diagnosis dari rinosinusitis. (iagnosis ditegakkan berdasarkan

anamnesis,pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan fisik dengan rinoskopi anterior dan posterior, pemeriksaan nasoendoskopi sangat dianjurkan untuk diagnosis yang lebih tepat dan dini. #anda khas adalah adanya pus dimeatus medius atau didaerah meatus superior. (2angunkusumo dan Rifki . )riteria Rinosinusitis menurut "meri9an "9ademy of

Btolaringology M "meri9an Rhinologi9 *o9iety 199/ adalah sebagai berikutK 1. ;ejala mayor dapat berupa terasa sakit daerah muka, hidung tersumbat, terjadi post nasal drip puru. %. ;ejala minor dapat berupa pasien batuk, terdapat lendir di tenggorok, terasa nyeri dikepala, nyeri geraham, halitosis. Rinosinusitis akut didiagnosis jika terdapat % kriteria mayor atau lebih, atau 1 gejala mayor dan % gejala minor. ()ennedy, 199, . Pemeriksaan penunjang yang penting adalah foto polos atau 1# s9an. 6oto polos posisi waters, P" atau lateral , umumnya hanya mampu

%.

menilai kondisi sinus+sinus besar. )elainan akan terlihat berupa perselubungan, batas udara 9airan atau penebalan mukosa. 1# s9an sinus merupakan standar utama untuk mendiagnosis sinusitis karena mapu menilai anatomi hidung dan sinus, adanya penyakit dalam hidung dan sinus se9ara keseluruhan dan perluasannya. =amun, karena mahal hanya dikerjakansbagai penunjang diagnosis sinusitis kronik yang tidak membaik dengan pengobatan atau praoperasi sebagai panduan operator saat melakukan operasi sinus. (2angunkusumo dan Rifki . Pada pemeriksaan transiluminasi sinus yang sakit akan menjadi suram atau gelap. Pemeriksaan mikrobiologi dan tes resistensi dilakukan dengan mengambil sekret dari meatus medius?superior, untuk mendapat antibiotika yang tepat guna. Cebih baik lagi bila diambil dari fungsi sinus maksila. (6)<$+)apita *elekta )edokteran, %00' .

%.3.

Tera,i Rinosinusitis #ujuan terapi sinusitis adalah memper9pat penyembuhan,

men9egah komplikasi dan men9egah perubahan menjadi kronik. Prinsip pengobatan adalah membuka sumbatan di sumbatan kompleks osteomeatal ()B2 sehingga drainase dan &entilasi sinus+sinus pulih se9ara alami. "ntibiotika dan dekongestan merupakan terapi pilihan pada sinusitis akut ba9terial, untuk menghilangkan infeksi dan pembengkakan mukosa serta membuka sumbatan ostium sinus. "ntibiotika yang dipilih

%-

adalah golongan penisilin seperti amoksisilin. 3ika diperkirakan kuman telah resisten atau memproduksi beta laktamase, maka dapat diberikan amoksisilin kla&ulanat atau jenis sefalosporin generasi %. Pada sinusitis antibiotika diberikan selama 10+14 hari meskipun gejala klinik sudah hilang. (Pi99irillo, %004 . Pada sinusitis kronik diberikan antibiotika yang sesuai untuk

kuman negati&e gram dan anaerob. !lain dekongestan hidung, terapi lain dapat diberikan seperti analgetik, mukolitik, steroid oral?topikal, pen9u9ian rongga hidung dengan =a1l atau pemanasan. $munoterapi dapat dipertimbangkan jika pasien menderita kelainan alergi yang berat. (2angunkusumo dan Rifki, %00' . Penatalaksanaan sinusitis pada anak terdiri dari dua jenis yaitu K konser&atif dan operatif. #erapi konser&atif merupakan terapi utama pada rinosinusitis anak dan terapi operatif dilakukan bila dengan konser&atif gagal atau terjadi komplikasi ke orbita atau intra kranial. "dapun antibiotika yang dapat dipilih pada terapi rinosinusitis, diantaranya dapat dilihat pada tabel dibawah iniK

#abel %./. "ntibiotika yang dapat dipilih pada terapi rinosinusitis (Pi99irillo, %004

%9

SINUSITIS AKUT Lini Perta#a "ntibotik "moksisilin (osis "nakK %0+40mg?kg?hari terbagi dalam ' dosis (ewasaK ' L ,00 mg "nakK / + 1% mg #2P? '0 8 /0 mg *2N? kg?hari terbagi dlm % dosis (ewasaK % L % tab dewasa "nakK '0+,0mg?kg?hari terbagi setiap / jam (ewasaK 4 L %,0+,00mg (ewasaK % L 100 mg Lini kedua "moksi+9la&ulanat 1efuroksim )laritromisin "Aitromisin Ce&ofloLa9in "nakK %,+4,mg?kg?hari terbagi dlm % dosis (ewasaK % L -., mg % L ,00 mg "nakK 1, mg?kg?hari terbagi dlm % dosis (ewasaK % L %,0 mg 1 L ,00 mg, kemudian 1L%,0 mg selama 4 hari berikutnya. (ewasaK 1 L %,0+,00 mg SINUSITIS KR5NIK "ntibiotika "moksi+9la&ulanat (osis "nakK %,+4,mg?kg?hari terbagi dlm % dosis (ewasaK % L -., mg "nakK 10 mg?kg pada hari 1 diikuti ,mg?kg selama 4 hari berikutnya (ewasaK 1 L ,00 mg, kemudian 1 L %,0mg selama 4 hari (ewasaK 1 L %,0+,00mg

)otrimoLaAol

!ritromisin (oksisiklin

"Aitromisin

Ce&ofloLa9in

'0

%.'. Tindakan o,erasi 0edah sinus endoskopi fungsional (0*!6?6!** merupakan

operasi terkini untuk sinusitis kronik yang memerlukan operasi. $ndikasinya berupa sinusitis kronik yang tidak membaik setelah terapi adekuat, sinusitis kronik disertai kista, atau kelainan yang irre&ersible, polip ekstensif, adanya komplikasi sinusitis serta sinusitis jamur. (2angunkusumo dan Rifki, %00' . %.1&. Ko#,likasi )omplikasi sinusitis telah menurun se9aranyata sejak

ditemukannya antibiotik. )omplikasi berat biasanya terjadi pada sinusitis akut atau sinusitis kronik dengan eksaserbasi akut, berupa komplikasi orbita atau intrakranial. (Hilger, 199. . %.1&.1. )elainan pada Brbita *inusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut, namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat menimbulkan infeksi isi orbita juga. Pada komplikasi ini terdapat lima tahapan K a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. #erjadi pada isi orbita akibat infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. )eadaan ini terutama ditemukan pada anak, karena

'1

lamina

papirasea

yang

memisahkan

orbita

dan

sinus

ethmoidalis sering kali merekah pada kelompok umur ini. b. *elulitis orbita !dema bersifat difus dan bakteri telah se9ara aktif mengin&asi isi orbita namun pus belum terbentuk

9. "bses subperiosteal Pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis. d. "bses orbita Pus telah menembus periosteum dan ber9ampur dengan isi orbita. #ahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. )eterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang tersering dan kemosis konjungti&a merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah. e. #hrombosis sinus ka&ernosus "kibat penyebaran bakteri melalui saluran &ena kedalam sinus ka&ernosus, kemudian terbentuk suatu tromboflebitis septik
(Hilger, 199. .

'%

%.1&.%. )elainan intra9ranial a. 2eningitis akut *alah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran &ena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis. (Hilger, 199. . b. "bses dura )umpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intrakranial. 9. "bses subdural )umpulan pus diantara duramater dan ara9hnoid atau permukaan otak. ;ejala yang timbul sama dengan abses dura. d. "bses otak *etelah sistem &ena, dapat mukoperiosteum sinus

terinfeksi, maka dapat terjadi perluasan metastatik se9ara hematogen ke dalam otak. %.1&.". Bsteitis dan Bsteomylitis.

''

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis adalah infeksi sinus frontalis. =yeri tekan dahi setempat sangat berat. ;ejala sistemik berupa malaise, demam dan menggigil. (Hilger, 199. . %.1&.*. 2ukokel *uatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya. (alam sinus frontalis, ethmoidalis dan sfenoidalis, kista ini dapat membesar dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. )ista ini dapat bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat menggeser mata ke lateral. (alam sinus sfenoidalis, kista dapat menimbulkan diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya (Hilger, 199. . %.1&.0. Pyokokel. 2ukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel meskipun lebih akut dan lebih berat (Hilger, 199. . %.11. Kerangka Konse, Penelitian

0erdasarkan uraian di atas, dapat disusun kerangka konsep penelitian sebagai berikutK

6aktor predisposisi

#ingkat pendidikan

3enis pekerjaan

'4

Rinosinusitis

<sia

3enis kelamin

;ambar %.4. )erangka konsep penelitia

',

BAB III (ET5DE PENELITIAN

".1.

enis Penelitian Penelitian ini diran9ang se9ara deskriptif, dengan pengumpulan

data bersifat retrospektif yaitu melakukan tinjauan terhadap rentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, keluhan utama dan faktor predisposisi pada pasien rinosinusitis yang berobat di Poli #H# R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009.

".%.

6aktu dan Te#,at Penelitian Penelitian dilaksanakan di R*<P =#0 pada bulan *eptember

%010. (ata dalam penelitian ini diambil dari kartu rekam medis pada pasien rinosinusitis akut yang menjalani pemeriksaan di bagian Poli #H# di R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009.

".".

Su$jek Penelitian

'/

*ubjek dalam penelitian ini adalah seluruh rekam medis pasien rinosinusitis akut yang menjalani pemeriksaan di poli #H# R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009. 3umlah sampel dihitung denga rumus sebagai berikut K Rumus *lo&in = n O +++++++++ 1P=(e )eteranganK n O ukuran sampel
%

= O ukuran populasi e O persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan, misalnya 105.

".*.

De+inisi 5,erasional 1. "ngka )ejadian Rinosinusitis ditentukan berdasarkan diagnosis yang diteggakkan oleh dr. *pesialis #H#. DaituK Rinosinusitis akut, rhinosinusitis sub akut, rhinosinusitis kronik. %. )arakteristik Rhinosiusitis merupakan gambaran umum penderita yang terdiri dari rentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan terakhir, jenis pekerjaan, keluhan utama, dan faktor predisposisi

'.

rinosinusitis akut yang disajikan dalam bentuk tabel, gambar atau ikhtisar lainnya yang mewakili serangkaian karakteristik se9ara kuantitatif. '. <sia pasien rinosinusitis merupakan waktu hidup pasien sejak dilahirkan sampai datang ke poli #H# dengan penyakit rinosinusitis. 4. 3enis kelamin adalah laki 8laki dan perempuan. ,. #ingkat pendidikan merupakan pendidikan formal yang telah diselesaikan /. Pekerjaan merupakan mata pen9aharian dari pasien rinosinusitis .. )eluhan utama merupakan gejala yang dirasakan oleh pasien rinosinusitis saat datang berkunjung ke poli #H#. -. 6aktor predisposisi merupakan hal+hal yang menjadi penyebab terjadinya rinosinusitis kronis, sepertiK obstruksi mekanik seperti de&iasi septum, hipertropi konka media, benda asing di hidung, polip serta tumor di dalam rongga hidung yang dibiarkan terus menerus, rangsangan menahun dari lingkungan berpolusi, udara dingin serta kering, faktor fisik, kimia, saraf, hormonal ataupun emosional. ".0. Alat dan 7ara Pengu#,ulan Data *umber data dalam penelitian ini adalah informasi yang tertulis dalam rekam medis pasien rinosinusitis. Pengumpulan data dilakukan

'-

dengan men9atat informasi+informasi yang penting dalam kartu rekam medis pasien. (ata yang di9atat meliputiK 1. =omor rekam medis. %. #anggal masuk rumah sakit. '. =ama, umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan dan alamat pasien. 4. 6aktor predisposisi timbulnya rinosinusitis. ,. )eluhan utama. /. Hasil pemeriksaan penunjang.

".1.

Prosedur Penelitian (alam penelitian ini, digunakan prosedur penelitian yang sesuai

dengan langkah+langkah berikutK 1. 2elakukan pen9atatan pasien rinosinusitis dari buku registrasi di poli #H# R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009. %. 2elakukan pen9arian rekam medik pasien rinosinusitis di R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009. '. 2en9atat profil semua pasien rinosinusitis di R*<P =#0 periode 1 3anuari 8 '1 (esember %009. 4. 2engumpulkan data dan melakukan pengentrian data.

'9

,. 2elakukan analisa data dengan metode analisis deskriptif sederhana terhadap data yang sudah terkumpul dalam bentuk tabel dan gambar. /. 2embahas dan menginterprestasikan hasil data yang diperoleh yang dikaitkan dengan &ariable+&ariabel penelitian yang digunakan. ".2. Analisis Data (ata yang diperoleh disusun dan ditabulasi serta disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

".3.

Ren.ana Kegiatan

#abel %.' 3adwal penelitian berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan #abel %.' 3adwal penelitian berdasarkan kegiatan yang dilaksanakan Ren9ana kegiatan Penyusunan judul Penyusunan proposal Pengumpulan data "nalisis data Caporan penelitian 3uni 8 8 8 8 8 8 8 8 3uli "gts *ept Bkt =o& (es

40

DA/TAR PUSTAKA Hilger, Peter, "., penyakit sinus paranasalis "#$ S "uku A%ar &enyakit '(' )"#$ S *undamentals of #tolaryngology+, $disi ,,-akarta K Penerbit 0uku )edokteran !;1, 199. 2angunkusumo, !., *oetjipto, (. *inusitis. (alamK *oepardi !", $skandar =, !d. "uku A%ar lmu .esehatan 'elinga (idung 'enggorok .epala /eher. $disi keenam. -akarta0 6)<$, %00.. Herawati sri, Rukmini s. "uku ha%ar ilmu penyakit '(', 3akartaK 0uku kedokteran !;1 .%004 ;illon :2, *taffor = . Segipraktis '(', 3akartaK 0inarupa aksara.1991 Hal 110+ 114 20 ,HR, 6R1*. Petunjuk penting pada penyakit '(', 3akartaK Hipokrates. 199/ #haller *R, ;rani9k 2. !iagram diagnostic penyakit '(', 3akartaK 0uku kedokteran !;1. 199, Hal 111

41

"dam ;C, 199/. &enyakit1penyakit Nasofaring dan #rofaring. (alam K 0oies 0uku "jar Penyakit #H#. !disi bahasa $ndonesia. !;1 3akarta. Hal K '',+ ''/ Rusmarjono, *oepardi !. "., %00'. Q &enyakit serta .elainan *aring dan 'onsil Q, 0uku "jar $lmu )esehatan #elinga Hidung #enggorok )epala Ceher. ;aya 0aru. 3akarta. Hal K 1.- 8 1-4 6iegler. R.P.3, &ela%aran ringkas telinga hidung tenggorok, jakartaK P# ;ramedia pustaka utama. 19-' 0allenger, 3ohn, 3a9ob. &ela%aran telinga hidung tenggorok kepala dan leher , 3akartaK 0inarupa "ksara. 1994, edisi 1' 7ald !R. Rhinitis "9ute M 1hroni9 *inusitis. (alam K 0luestone 1.(. *tool *!, *9heetA 2( (!( . Pediatri9 Btolaryngology. %nd !d. :olume 1. PhiladelphiaK 70 *aunders 1ompany, 1990..%9+4'. httpK??www.<tmb.edu?otoref?;rnds?Pedisinus.htm. ( "99esedK %- Bktober, %010 .

Ce&inson 2R, *idman 3(, 0rown "1. *inusitis in 1hildren (iagnosis and treatment. (alamK httpK??www.allina.9om?"llina 3ournal?7inter 199/?Co&inson.html . ( "99esedK %- Bktober, %010 .

BRHollaren. #2. 1hroni9 rhinosinusitis and "sthma K 1ommon 9onne9ted 9onditions. ,.th "nnual 2eeting of the "meri9an "9ademy of "llergy, "sthma and $mmunology. httpK??www.2eds9ope.

4%

9om?meds9ape?9no?%001?""""$?*tory.1fm@story.idO%1/-. ( "99esedK %Bktober, %010 . CaAar 2R. 6un9tional !ndonasal *inus *urgery (6!** (alam K Pediatri9s in Pra9ti9al !ndos9opy *inus *urgery. #oronto K 29. ;rawhill, $n9, 1990, 10.+11.. httpK??www.rnAegp.org.nA?nAip?$**<!*?feb99?bartley.htm. ( "99esed %9 Bktober, %010 . (epkes R$. (%00/ , *unctional $ndoscopic Sinus Surgery di ndonesia,Shlm ?,%, H#" $ndonesia, "&ailable fromK httpK??www. yanmedik depkes. net?hta? Hasil5 %0)ajian5 %0H#"? %00/? 6un9tional5 %0!ndos9opi95%0 *inus5 %0*urgery5 %0di5 %0$ndonesia. do9. ("99essedK %- Btober, %010 . HaAenfield, Hugh =., 2.(., 6.".1.*., (%009 , $ndoscopic Sinus Surgery by the "meri9an 0oard of Btolaryngology9 A:aila$le +ro#www.do9haAenfield.9om?sinusSsurgery.htm ("99esedK '0 Bktober, %010 P$#, P!RH"#$. (%001 , &enatalaksanaan "aku 2inosinusitis, dipresentasikan di Palembang, "&ailable fromK httpK??www.yanmedik+depkes.net? hta? Hasil5 %0 )ajian5%0H#"?%00/?6un9tional5%0!ndos9opi95%0*inus5%0*urgery 5 %0di5%0$ndonesia.do9. ("99essedK 1 =o&ember, %010 . Purnaman dan Rifki, =usyirwan. (1990 , Sinusitis, dalam =urbaiti $skandar, !fiaty "*, eds. 0uku "jar $lmu Penyakit #elinga, Hidung #enggorok, edisi pertama, 6)<$, 3akarta, "&ailable fromK httpK??www.kalbe.9o.id?files?9dk? files?9dkS1,,S#H#.pdf. ("99essedK 1 =o&ember %010 . Roos, ). (1999 , 'he &athogenesis of nfective 2hinosinusitis, $n RhinosinusitisK 1urrent $ssues in (iagnosis and 2anagement. Cund :. 1orey 3 (!ds . #he Royal *o9iety of 2edi9ine Press Cimited, Condon, <), Round #able *eries /.K '+9, "&ailable fromK httpK??www.yanmedik+depkes.net? hta? Hasil5 %0

4'

)ajian5 %0H#"? %00/? 6un9tional5 %0 !ndos9opi95 %0 *inus5 %0 *urgery 5 %0 di 5 %0$ndonesia.do9. ("99essedK % no&ember %010 .

44

4,

Anda mungkin juga menyukai