Kelompok 3 Almira Larasati (1006704455) Rizkia Nadira (1006704726) Dewi Lestari Natalia (1006704530) Hestia Hartini (1006704644) Exorta (0906513434) Lintang (0806455780)
Definisi Proses reduksi ukuran dilakukan dengan cara memecah / menghancurkan bongkah-bongkah batuan besar menjadi pecahan-pecahan yang lebih kecil. Tujuan Membebaskan/meliberisasi mineral berharga dari material pengotornya(gangue) Menghasilkan ukuran dan bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan proses selanjutnya Memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain, misalnya reagen flotasi
Tahapan Comminution Proses mereduksi ukuran (communition) dapat dibagi dalam 3 tahap berdasarkan ukuran dari produk yang dihasilkan :
Grinding Tertiary crushing Penghancuran tingkat ketiga Secondary crushing Penghancuran tingkat kedua Primary crushing Penghancuran tingkat pertama Pemilihan Crusher Pemilihan crusher bergantung pada a) Ukuran umpan b) kapasitas c) kekerasan umpan Primary crusher Untuk umpan yang lunak (kekerasan dibawah 5 skala mohs), alternatif pertamanya adalah dengan menggunakan Horizontal Impaktor (HIS) jika tidak dibutuhkan kapasitas yang terlalu besar.
Untuk umpan yang lebih keras, pilihannya adalah dengan menggunakan gyratory crusher atau jaw crusher.
Mereduksi ukuran dari sekitar 100cm 10cm Secondary crusher alat yang digunakan dalam secondary crusher adalah cone crusher mereduksi ukuran dari sekitar 10 cm 1 atau 2 cm Tertiary crusher alat yang digunakan adalah cone crusher atau vertical shaft impaktor (VSI). Mereduksi ukuran dari sekitar 1 atau 2 cm 0,5 cm Grinding Grinding merupakan proses powdering atau pulverizing dengan menggunakan gaya mekanika batuan seperti impak, kompresi, penggesekan, dan penggerusan.
Dua tujuan utama dari proses grinding adalah: a) Untuk membebaskan mineral mineral yang terperangkap dalam kristal batuan (bijih), sehingga kandungan mineral tersebut semakin tinggi akibat terpisah dengan kandungan lain. b) Menghasilkan partikel halus dari fraksi fraksi mineral dengan memperbanyak permukaan spesifik.
Grinding Alat yang digunakan: Ball Mill, Rod Mill,AG/SAG Mill
Prinsip Comminution Pada proses comminution, energi kinetik (Ek) dari luar diubah menjadi energi impak, yang karena hukum kekekalan energi, energi impak ini diubah lagi menjadi energi tegangan yang timbul dari dalam bahan dan energi panas Ek Impak Energi Panas Gaya tegang Prinsip Comminution Jika gaya impak lebih besar dari gaya tegangan kritis maka benda akan patah/pecah.
Ketika terjadi patah, sebagian energi akan diubah menjadi energi bebas permukaan yang merupakan energi potensial dari atom. Akibat dari adanya energi ini, membuat permukaan yang terbentuk akan lebih reaktif secara kimiawi.
Peregangan kristal ketika diberikan tegangan tarik dan tekan. Mineral-mineral alam memiliki ikatan-ikatan kimia dan fisik yang mengikat atom-atom secara bersama- sama. Namun, ikatan ini akan efektif hingga jarak tertentu saja. Dan jika kita berikatan tegangan (misalnya tegangan tarik), maka ikatan ini dapat patah atau rusak. Konsentrasi tegangan pada ujung retakan. Ketika material sudah mulai retak, maka retakan tersebut berperan sebagai pusat dari konsentrasi tegangan. Sehingga, dengan hanya penambahan sedikit tinggat tegangan, material tersebut akan lebih mudah menjadi hancur. Pemecahan padatan bijih dicapai dengan crushing, impact, and attrition, dan melalui ke-3 mode patahan (tekan, tarik, dan geser) dan dapat diatur sesuai dengan mekanika dan jenis pembebanannya.
Ketika batuan bijih berbentuk tidak beraturan dikenai beban tekan, tarik atau geser, maka batuan tsb. Akan terpecah menjadi 2 jenis ukuran.
Ukuran besar akibat pengaruh beban tarik, Ukuran kecil akibat pengaruh beban tekan dan geser.
Teori Comminution Teori - teori comminution: Teori Rittinger Teori Kick Teori Bond Teori Hukki
Teori Rittinger Teori ini berdasar pada energi yang diperlukan untuk mereduksi bijih, berbanding lurus dengan luas permukaan baru yang dihasilkan setelah proses reduksi E R = K R ( 1/L 1 1/L 0 )
Dimana ; E = Energi Input L 1 = Ukuran Akhir L o = Ukuran Awal K = Konstanta
Teori Kick Teori ini berdasar pada energi yang digunakan pada proses reduksi akan berbanding lurus dengan reduksi volume partikel
E k = K K log R Dimana ; E k = Energi Input per unit Volume K k = Konstanta R = Rasio Reduksi Hukum Kick (1885): kerja yang diperlukan sebanding dengan reduksi volume dari partikel JIka rasio reduksi R = f/p dimana f= diameter umpan dan p=diameter produk, maka Energi input ~ log R/log 2
Teori Bond Hukum Bond (1952): input kerja sebanding dengan panjang ujung retakan baru yang dihasilkan dari pecahnya partikel, dan sama dengan kerja dari produk dikurangi kerja dari umpan. Bila suatu partikel mineral terkena gaya impak maka akan terjadi tegangan dalam partikel, dan bila gaya impak lebih besar dari tegangan kritis, benda akan pecah. Tegangan dalam partikel () proporsional dengan luas bidang kerja gaya tegangan itu, dan setelah benda pecah proporsional dengan volumenya Energi terbesar digunakan untuk membuat keretakan pada permukaan material, setelah retak, energi yang digunakan relatif kecil Teori Bond Dirumuskan:
keterangan ; W = Work Input Wi = Work Indeks, merupakan parameter comminution mengenai ketahan material untuk dihancurkan dan diasah P, F = Ukuran produk (P) dan umpan (F) yang jumlahnya 80% dibawah ukuran tertentu Work indeks Ukuran kuat tekan (resistence) suatu material terhadap crushing dan grinding, sesuai dengan kWh/ton untuk reduksi umpan sampai 80 % material dibawah 100 mikron Work indeks digunakan untuk mengukur grindability Teori Hukki Relasi antara energi dan ukuran partikel merupakan gabungan dari 3 teori sebelumnya
Menurut Hukki, akan akurat pada penghancuran dengan diameter diatas 1 cm, persamaan bond diterapkan pada rod, mill konvensiona dan ball mill grinding.
Hukum rittinger diterapkan pada grinding halus pada 100- 1000 m. Grindability Tes grindability bijih dilakukan guna mengevaluasi efisiensi dari crushing dan grinding. persamaan yang digunakan adalah Indeks Kerja Bond (Ni) indeks kerja bond untuk beberapa material : Material Indeks Kerja Material Indeks Kerja Barit 4,73 Flourspar 8,91 Bauksit 8,78 Granit 15,13 Batu bara 13 Grafit 43,56 Dolomit 11,27 Batu kapur 12,74 Emery 56,7 Quartzite 9,58 Fero-silikon 10,01 Kwarsa 13,57 Grindability Berry dan bruce mengembambangkan metode untuk menentukan grindability dari suatu bijih.
Pr adalah ukuran produk bijih referensi Ft adalah ukuran umpan bijih yang dites
Mesin dengan indeks kerja yang tinggi akan mengkonsumsi energi yang tinggi pula. Semakin tinggi nilai Wi, maka semakin rendah efisiensi grinding nya. Kesimpulan Communition adalah langkah pertama (persiapan) yang dilakukan dalam proses pengolahan bahan tambang yaitu dengan mereduksi ukuran bongkah-bongkah batuan menjadi fraksi-fraksi yang berukuran lebih kecil, sesuai dengan kehalusan ukuran butiran yang diperlukan.
Proses pengecilan ukuran (communition) dapat dibagi dalam 3 tahap berdasarkan ukuran dari produk yang dihasilkan yaitu Primary crushing (Penghancuran tingkat pertama), Secondary crushing (Penghancuran tingkat kedua), dan Tertiary crushing (Penggilingan / grinding). Referensi http://technology.infomine.com/reviews/comminution/welco me.asp?view=full http://www.miningonlineexpo.com/content.php/10/63/mining _crushers_comminution.html http://www.ilmupertambangan.info/2011/12/26/pengolahan- bahan-galian-industri.htm Materi kuliah Pengolahan Mineral oleh Prof. Dr. Ir. Johny Wahyuadi M DEA. Wills, Barry A. 2006. Wills Mineral Processing Technology (Seventh Edition). Queensland: Elsevier Science and Technology Books.
Ocan: crushing di bagi 3, cara kerjanya gimana? Citra: Dari 5 teori tadi yang mana yang sering dipakai? R.J: lebih baik dikeringin dulu atau direduksi ukuran?