Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit infeksi mata perlu mendapat pertolongan segera dan adekuat, agar tidak
mengganggu penglihatan terlalu lama atau tidak berakibat gangguan penglihatan dan
kebutaan.
Konjungtivitis adalah peradangan selaput bening yang menutupi bagian putih mata dan
bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut menyebabkan timbulnya berbagai macam
gejala, salah satunya adalah mata merah. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri,
alergi, atau kontak dengan benda asing, misalnya kontak lensa.
Konjungtivitis virus biasanya mengenai satu mata. Pada konjungtivitis ini, mata sangat
berair. Kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis bakteri biasanya mengenai
kedua mata. Ciri khasnya adalah keluar kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning
kehijauan. Konjungtivitis alergi juga mengenai kedua mata. Tandanya, selain mata berwarna
merah, mata juga akan terasa gatal. Gatal ini juga seringkali dirasakan dihidung. Produksi air
mata juga berlebihan sehingga mata sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah
konjungtivitis yang disebabkan oleh intoleransi mata terhadap lensa kontak. iasanya
mengenai kedua mata, terasa gatal, banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang
muncul benjolan di kelopak mata. Konjungtivitis virus biasanya tidak diobati, karena akan
sembuh sendiri dalam beberapa hari. !alaupun demikian, beberapa dokter tetap akan
memberikan larutan astringen agar mata senantiasa bersih sehingga infeksi sekunder oleh
bakteri tidak terjadi dan air mata buatan untuk mengatasi kekeringan dan rasa tidak nyaman di
mata.
1.2 Rumusan Masalah
".#.$ agaimana etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan konjungtivitsis%
I.3 Tujuan
".&.$ 'engetahui etiologi, patogenesis, diagnosis dan penatalaksanaan konjungtivitsis%
I. Man!aat
".(.$ 'enambah wawasan mengenai penyakit mata khususnya
".(.# )ebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang mengikuti kepaniteraan
klinik bagian ilmu penyakit mata
2
BAB II
"TATU" PA"IEN
2.1 IDENTITA" PA"IEN
*ama + ,n.-
.enis Kelamin + /aki0laki
1mur + $2 tahun
,lamat + Gondang /egi
Pendidikan + )3
Pekerjaan + belum bekerja
)tatus + elum menikah
)uku angsa + .awa
Tanggal Periksa + $4 .uli #2$$$
*o. 5' + $62$7&
2.2 ANAMNE"I"
$. Keluhan 1tama + 'ata sebelah kanan merah dan nyeri
#. 5iwayat Penyakit )ekarang + Pasien datang ke poli mata dengan keluhan
mata sebelah kanan merah sejak kurang lebih 8 hari yang lalu. ,walnya pasien
mengatakan mata sebelah kanan merah setelah terkena benang layang0layang.
)elain itu pasien mengeluh bahwa mata kanannya bengkak, keluar air mata
banyak, perih, agak silau jika terkena sinar. Pasien mengatakan kalau setelah
bangun tidur mata kanannya terasa lengket dan keluar banyak kotoran yang
berwarna kekuningan. Pasien sudah berobat 8 hari yang lalu ke puskesmas dan
diberi obat tetes mata yang diteteskan mata mata sebelah kanan. Pasien
mengatakan dengan obat tetes tersebut mata merah dan bengkak agak berkurang
namun rasa nyeri, berair masih ada.
&. 5iwayat Penyakit 3ahulu + sakit yang sama 90:
,lergi 90:
(. 5iwayat Penyakit Keluarga + sakit yang sama 90:
,lergi 90:
8. 5iwayat Pengobatan + obat tetes mata
7. 5iwayat Kebiasaan + pasien sering bermain diluar rumah
3
2.3 "TATU" #ENERALI"
Kesadaran + compos mentis 9GC) (87:
;ital sign +
Tensi + dalam batas normal
*adi + dalam batas normal
Pernafasan + dalam batas normal
)uhu + dalam batas normal
2. "TATU" $%TALM$L$#I"
Pemer&ksaan $D $"
,;
Tanpa koreksi
3engan koreksi
8<8
0
8<8
0
T"= *<P *<P
Kedudukan =rthophoria =rthophoria
Pergerakan
Palpebra
0 edema
0 hiperemi
0 trikiasis
>
0
0
0
0
0
Konjungtiva
0 bulbi+ injeksi konjungtiva
0 tarsal+ folikel, hiperemi
0 injeksi silier
>
>
0
0
>
0
Kornea
0 warna
0 permukaan
0 infiltrate
.ernih
Cembung
0
.ernih
Cembung
0
ilik mata depan
0 kedalaman
0 hifema
0 hipopion
Cukup
0
0
Cukup
0
0
"ris < pupil
0 warna iris
0 bentuk pupil
0 reflek cahaya
?itam
ulat, central
>
?itam
ulat, central
>
/ensa
0 warna
0 "ris shadow
jernih
0
jernih
0
;itreus Tidak dilakukan Tidak dilakukan
5etina Tidak dilakukan Tidak dilakukan
2.' DIA#N$"I"
!orking diagnosis + =3) konjungtivitis bakterial
3ifferential 3iagnosis + =3) konjungtivitis viral
=3) konjungtivitis alergik

4
2.( PENATALA)"ANAAN
Planning 3iagnosis + pemeriksaan sediaan langsung
Planning Therapy + =3) Tobroson -3 7 dd gtt "
=3) C 'ycetine -= a.n
2.* PR$#N$"I"
,d vitam + dubia ad bonam
,d @unctionam + dubia ad bonam
,d )anationam + dubia ad bonam
5
BAB III
TELAAH )A"U"
3.1 Anat+m& ,an %&s&+l+g& )+njungt&-a
Konjungtiva merupakan membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari
kelopak mata dan melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali
bagian jernih di tengah0tengah mata 9kornea:. 'embran ini berisi banyak pembuluh darah dan
berubah merah saat terjadi inflamasi. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian+
$. konjungtiva palpebralis 9menutupi permukaan posterior dari palpebra:.
#. konjungtiva bulbaris 9menutupi sebagian permukaan anterior bola mata:.
&. forniks 9bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian posterior palpebra
dan bola mata:.
'eskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar juga
bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah dengan
mudah dapat dilihat di bawahnya. 3i dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet yang
mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre0kornea yang memproteksi
dan memberi nutrisi bagi kornea.
#am.ar 1. Anat+m& )+njungt&-a
3.2 De!&n&s& )+njungt&-&t&s
Konjungtivitis merupakan peradangan pada konjungtiva 9lapisan luar mata dan lapisan
dalam kelopak mata: yang disebabkan oleh mikro0organisme 9virus, bakteri, jamur,
chlamidia:, alergi, iritasi bahan0bahan kimia
(
.
6
3.3 Et&+l+g& )+njungt&-&t&s
Konjungtiva bisa mengalami peradangan akibat+
"nfeksi oleh virus atau bakteri
5eaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang
"ritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnyaA sinar ultraviolet dari las
listrik atau sinar matahari.
)las&!&kas& )+njungt&-&t&s
$. erdasarkan waktu+
,kut
kronis
#. erdasarkan penyebabnya+
$
Konjungtivitis akut bacterial
Konjungtivitis blenore
Konjungtivitis gonore
Konjungtivitis difteri
Konjungtivitis folikuler
Konjungtivitis angular
Konjungtivitis mukokataral
lefarokonjungivitis
Konjungtivitis akut viral
Keratokonjungtivitis epidemika
3emam faringokonjungtiva
Keratokonjungtivitis herpetik
Keratokonjungtivitis *ew Castle
Konjungtivitis hemoragik akut
Konjungtivitis akut jamur
Konjungtivitis akut alergik
Konjungtivitis vernal
Konjungtivitis flikten
akteri patogen yang paling umum pada conjungtivitis infeksi meliputi Pneumococcus,
)taphylococcus aureus, 'oraBella catarrhalis, dan ?aemophilus influenCae
.
)edangkan yang
jarang adalah *eisseria gonorrhoeae menyebabkan konjungtivitis hiperakut purulenta,
7
organismenya ditularkan dari genitalia ke tangan lalu ke mata. Chlamydia adalah penyebab
tersering dari konjungtivitis persisten.
&
Konjungtivitis viral dapat disebabkan oleh adenovirus, herpes simpleB, -pstein0arr,
varicella Coster, molluscum contagiosum, coBsackie, dan enterovirus. ,denoviral
konjungtivitis biasanya menyebabkan epidemik keratokonjungtivitis, follikular konjungtivitis,
dan nonspesifik konjungtivitis.
&
;irus picorna, atau enterovirus D2 menyebabkan
konjungtivitis hemoragik epidemik akut.$

Konjungtivitis viral sangat menular dan menyebar
melalui kontak langsung dengan orang atau permukaan yang terkontaminasi oleh sekret.
&
"ritasi jamur pada konjungtiva jarang terjadi, sedangkan 82E infeksi jamur yang terjadi
tidak memperlihatkan gejala. Terutama terjadi pada orang yang keadaan umumnya buruk,
yang sedang memakai steroid atau obat anti kanker. .amur yang dapat memberikan infeksi
adalah candida albicans, yang dapat memberikan pseudomembran pada konjungtiva,
,ctinomyces sering menimbulkan kanakulitis.
$
Konjungtivitis alergi merupakan konjungtivitis noninfeksi, dapat berupa reaksi cepat
seperti alergi biasa dan reaksi terlambat sesudah beberapa hari kontak seperti pada rekasi
terhadap obat, bakteri dan toksik. 1mumnya disebabkan oleh bahan kimia dan mudah diobati
dengan antihistamin atau bahan vasokonstriktor. 3ikenal beberapa macam bentuk
konjungtivitis alergi seperti konjungtivitis flikten, konjungtivitis vernal, konjungtivitis atopi,
konjungtivitis alergi bakteri, konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom
)tevens .ohnson, pemfigoid okuli, dan sindrom )jogren.
$
Konjungtivitis flikten mempunyai # bentuk yaitu tipe bulbar dan limbal, yang terjadi
akibat realsi hipersensitifitas tipe ";, berupa alergi terhadap tuberkuloprotein, staphylococ,
ascariasis, dan lain0lain. iasanya kelainan ini terdapat pada anak0anak dan orang dewasa
muda.
$
#am.ar 2. /a0.1 k+njungt&-&t&s .akter&0 2 k+njungt&-&t&s -&ral
a
b
c
8
#am.ar 3. /a0.1 k+njungt&-&t&s alerg&0 /30,1 k+njungt&-&t&s 4amur
3. Pat+!&s&+l+g& )+njungt&-&t&s
Konjungtiva mengandung epitel skuamosa yang tidak berkeratin dan substansia propria
yang tipis, kaya pembuluh darah. Konjungtiva juga memiliki kelenjar lakrimal aksesori dan
sel goblet.
&
Konjungtivitis alergika disebabkan oleh respon imun tipe $ terhadap alergen. ,lergen
terikat dengan sel mast dan reaksi silang terhadap "g- terjadi, menyebabkan degranulasi dari
sel mast dan permulaan dari reaksi bertingkat dari peradangan. ?al ini menyebabkan
pelepasan histamin dari sel mast, juga mediator lain termasuk triptase, kimase, heparin,
kondroitin sulfat, prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien. histamin dan bradikinin dengan
segera menstimulasi nosiseptor, menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler,
vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva.
&
Konjuntivitis infeksi timbul sebagai akibat penurunan daya imun penjamu dan
kontaminasi eksternal. Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari tempat yang berdekatan
atau dari jalur aliran darah dan bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva. Kedua infeksi
bakterial dan viral memulai reaksi bertingkat dari peradangan leukosit atau limfositik
meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut. )el darah putih ini
mencapai permukaan konjungtiva dan berakumulasi di sana dengan berpindah secara
mudahnya melewati kapiler yang berdilatasi dan tinggi permeabilitas.
&
Pertahanan tubuh primer terhadap infeksi adalah lapisan epitel yang menutupi konjungtiva.
5usaknya lapisan ini memudahkan untuk terjadinya infeksi. Pertahanan sekunder adalah
sistem imunologi 9tear-film immunoglobulin dan lisozyme: yang merangsang lakrimasi.
3.' D&agn+sa )+njungt&-&t&s
3.'.1 #ejala ,an Tan,a )+njungt&-&t&s
a
b
d c
9
Gejala penting konjungtivitis adalah sensasi benda asing, yaitu tergores atau panas, sensasi
penuh di sekitar mata, gatal dan fotofobia. )ensasi benda asing dan tergores atau terbakar
sering berhubungan dengan edema dan hipertrofi papiler yang biasanya menyertai hiperemi
konjungtiva. )akit pada iris atau corpus siliaris mengesankan terkenanya kornea.
(

Tanda penting konjungtivitis adalah hiperemia, berair mata, eksudasi, pseudoptosis,
hipertrofi papiler, kemosis 9edem stroma konjungtiva:, folikel 9hipertrofi lapis limfoid
stroma:, pseudomembranosa dan membran, granuloma, dan adenopati pre0aurikuler.
(
?iperemia adalah tanda paling mencolok pada konjungtivitis akut. Kemerahan paling
nyata pada forniks dan mengurang ke arah limbus disebabkan dilatasi pembuluh0pembuluh
konjungtiva posterior. !arna merah terang mengesankan konjungtivitis bakteri dan keputihan
mirip susu mengesankan konjungtivitis alergika.
(

erair mata 9epiphora: sering mencolok, diakibatkan oleh adanya sensasi benda asing,
terbakar atau gatal. Kurangnya sekresi airmata yang abnormal mengesankan
keratokonjungtivitis sicca.
(
-ksudasi adalah ciri semua jenis konjungtivitis akut. -ksudat berlapis0lapis dan amorf
pada konjungtivitis bakterial dan dapat pula berserabut seperti pada konjungtivitis alergika,
yang biasanya menyebabkan tahi mata dan saling melengketnya palpebra saat bangun tidur
pagi hari, dan jika eksudat berlebihan agaknya disebabkan oleh bakteri atau klamidia.
(
Pseudoptosis adalah turunnya palpebra superior karena infiltrasi ke muskulus muller 9'.
Tarsalis superior:. Keadaan ini dijumpai pada konjungtivitis berat. 'isalnya Trachoma dan
keratokonjungtivitis epidemika.
(
?ipertrofi papila adalah reaksi konjungtiva non0spesifik yang terjadi karena konjungtiva
terikat pada tarsus atau limbus di bawahnya oleh serabut0serabut halus. Ketika berkas
pembuluh yang membentuk substansi papila 9selain unsur sel dan eksudat: sampai di
membran basal epitel, pembuluh ini bercabang0cabang di atas papila mirip jeruji payung.
-ksudat radang mengumpul di antara serabut0serabut dan membentuk tonjolan0tonjolan
konjungtiva. Pada penyakit yang mengalami nekrosis 9mis.,trachoma:, eksudat dapat
digantikan oleh jaringan granulasi atau jaringan ikat.
(
ila papilanya kecil, konjungtiva umumnya tampak licin mirip beludru. Konjungtiva
papiler merah mengesankan penyakit bakteri atau klamidia 9mis.,konjungtiva tarsal merah
mirip beludru adalah khas untuk trachoma akut:. "nfiltrasi nyata ke konjungtiva menghasilkan
papilla besar dengan atap rata, poligonal, dan berwarna merah0keputihan. Pada tarsus superior
papila seperti ini mengesankan keratokonjungtivitis vernal dan konjungtivitis papiler besar
dengan sensitivitas lensa kontakA pada tarsus inferior, mengesankan keratokonjungtivitis
atopik. Papila besar dapat pula timbul di limbus, terutama di daerah yang biasanya terpapar
10
saat mata dibuka 9antara pukul # dan ( dan antara pukul 4 dan $2:. 3i sini papila tampak
berupa tonjolan0tonjolan gelatinosa yang dapat meluas sampai ke kornea. Papila limbus khas
untuk keratokonjungtivitis vernal tetapi jarang pada keratokonjungtivitis atopi.
(
Kemosis dari konjungtiva sangat memberi kesan konjungtivitis alergik akut tapi dapat juga
timbul pada konjungtivitis gonococcal atau meningococcal akut dan terutama pada
konjungtivitis adenoviral. Kemosis dari konjungtiva bulbar terlihat pada pasien dengan
trichinosis. Kadang0kadang, kemosis dapat muncul sebelum infiltrat seluler atau eksudasi
terlihat.
(
@olikel terlihat pada kebanyakan kasus konjungtivitis virus. Pada semua kasus
konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis inklusi pada neonatus, pada beberapa kasus
konjungtivitis parasitik, dan pada beberapa kasus konjungtivitis toksik yang disebabkan obat0
obatan topikal seperti idoBuridine, dipivefrin, dan miotic. @oikel pada forniks inferior dan
pada batas tarsus mempunyai nilai diagnostik yang rendah, tapi saat terletak pada tarsus
9terutama tarsus atas:, konjungtivitis klamidial, viral, atau toksik 9yang menyertai obat0obatan
topikal: harus dicurigai.
(
@olikel terdiri dari hiperplasia limfoid fokal berada dalam lapisan limfoid konjungtiva dan
biasanya mengandung sentrum germinativum. )ecara klinis, folikel dapat dikenali sebagai
struktur bulat, putih atau abu0abu avaskuler. 3engan pemeriksaan slitlamp, pembuluh darah
kecil dapat terlihat timbul dari batas folikel dan mengelilingi folikel.
(
Pseudomembran dan membran adalah hasil proses eksudatif dan berbeda derajatnya.
)ebuah pseudomembran adalah pengentalan di atas permukaan epitel. ila diangkat, epitel
tetap utuh. )ebuah membran adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel dan jika
diangkat akan meninggalkan permukaan yang kasar dan berdarah. Pseudomembran atau
membran dapat menyertai keratokonjungtivitis epidemika, konjungtivitis herpes simpleB virus
primer, konjungtivitis streptokokal, difteri, cicatrical pemphigoid, dan eritema multiforme
mayor. .uga mungkin timbul sebagai akibat buruk luka bakar kimiawi, khususnya basa.
(
Granuloma konjungtiva selalu mengenai stroma dan yang paling sering adalah chalaCia.
Penyebab endogen lain termasuk sarcoid, sifilis, cat0scratch disease, dan, yang jarang
koksidiomikosis. ParinaudFs oculoglandular syndrome meliputi granuloma konjungtival dan
nodus limfe periaurikuler yang menonjol, dan kelompok penyakit ini memerlukan
pemeriksaan biopsi untuk menegakkan diagnosa.
(
/imfadenopati periaurikuler adalah tanda penting dari konjungtivitis. *odus periaurikuler
yang terlihat mencolok tampak pada ParinaudFs oculoglandular syndrome dan, yang jarang,
pada epidemic keratoconjunctivitis. *odus periaurikuler yang besar maupun kecil, kadang
sedikit nyeri tekan, muncul pada konjungtivitis herpes simpleB primer, keratokonjungtivitis
11
epidemika, konjungtivitis inklusi, dan trachoma. *odus periaurikuler yang kecil dan tidak
nyeri tekan muncul pada demam faringokonjungtival dan konjungtivitis hemoragik akut.
Kadang0kadang limfadenopati periaurikuler dapat terlihat pada anak dengan infeksi kelenjar
meibomian.
(
Pemeriksaan mata awal termasuk pengukuran ketajaman visus, pemeriksaan eksternal dan
slit0lamp biomikroskopi.

Pemeriksaan eksternal harus mencakup elemen berikut ini+
8
/imfadenopati regional, terutama sekali preaurikuler
Kulit+ tanda0tanda rosacea, eksema, seborrhea
Kelainan kelopak mata dan adneksa+ pembengkakan, perubahan warna, malposisi,
kelemahan, ulserasi, nodul, ekimosis, keganasan
Konjungtiva+ bentuk injeksi, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, perubahan
sikatrikal, simblepharon, massa, sekret
)lit0lamp biomikroskopi harus mencakup pemeriksaan yang hati0hati terhadap+
8
'argo palpebra+ inflamasi, ulserasi, sekret, nodul atau vesikel, nodul atau vesikel, sisa
kulit berwarna darah, keratinisasi
ulu mata+ kerontokan bulu mata, kerak kulit, ketombe, telur kutu dan kutu
Punctum lacrimal dan canaliculi+ penonjolan, sekret
Konjungtiva tarsal dan forniks
$. ,danya papila, folikel dan ukurannya
#. Perubahan sikatrikal, termasuk penonjolan ke dalam dan simblepharon
&. 'embran dan psudomembran
(. 1lserasi
8. Perdarahan
7. enda asing
D. 'assa
4. Kelemahan palpebra
Konjungtiva bulbar<limbus+ folikel, edema, nodul, kemosis, kelemahan, papila,
ulserasi, luka, flikten, perdarahan, benda asing, keratinisasi
Kornea
$. 3efek epitelial
#. Keratopati punctata dan keratitis dendritik
&. @ilamen
(. 1lserasi
8. "nfiltrasi, termasuk infiltrat subepitelial dan flikten
12
7. ;askularisasi
D. Keratik presipitat
ilik mata depan+ rekasi inflamasi, sinekia, defek transiluminasi
Corak pewarnaan+ konjungtiva dan kornea
3.'.2 Pemer&ksaan Penunjang
Kebanyakan kasus konjungtivitis dapat didiagnosa berdasarkan anamnesa dan
pemeriksaan. 'eskipun demikian, pada beberapa kasus penambahan tes diagnostik
membantu.
8
$. Kultur
Kultur konjungtiva diindikasikan pada semua kasus yang dicurigai merupakan
konjungtivitis infeksi neonatal. Kultur bakteri juga dapat membantu untuk konjungtivitis
purulen berat atau berulang pada semua grup usia dan pada kasus dimana konjungtivitis
tidak berespon terhadap pengobatan.
#. Kultur virus
ukan merupakan pemeriksaan rutin untuk menetapkan diagnosa. Tes imunodiagnostik
yang cepat dan dilakukan dalam ruangan menggunakan antigen sudah tersedia untuk
konjungtivitis adenovirus. Tes ini mempunyai sensitifitas 44E sampai 46E dan spesifikasi
6$E sampai 6(E. Tes imunodiagnostik mungkin tersedia untuk virus lain, tapi tidak diakui
untuk spesimen dari okuler. PC5 dapat digunakan untuk mendeteksi 3*, virus.
Ketersediannya akan beragam tergantung dari kebijakan laboratorium.
&. Tes diagnostik klamidial
Kasus yang dicurigai konjungtivitis klamidial pada dewasa dan neonatus dapat dipastikan
dengan pemeriksaan laboratorium. Tes diagnostik yang berdasarkan imunologikal telah
tersedia, meliputi tes antibodi imunofloresens langsung dan enCyme0linked imunosorbent
assay. Tes ini telah secara luas digantikan oleh PC5 untuk spesimen genital, dan, karena
itu, ketersediaannya untuk spesimen konjungtival lebih terbatas. Ketersedian PC5 untuk
mengetes sampel okuler beragam. 'eskipun spesimen dari mata telah digunakan dengan
performa yang memuaskan, penggunaannya belum diperjelas oleh @3,.
(. )mear<sitologi
)mear untuk sitologi dan pewarnaan khusus 9mis.,gram, giemsa: direkomendasikan pada
kasus dicurigai konjungtivitis infeksi pada neonatus, konjungtivitis kronik atau berulang,
dan pada kasus dicurigai konjungtivitis gonoccocal pada semua grup usia.
8. iopsi
iopsi konjungtiva dapat membantu pada kasus konjungtivitis yang tidak berespon pada
terapi. =leh karena mata tersebut mungkin mengandung keganasan, biopsi langsung dapat
13
menyelamatkan penglihatan dan juga menyelamatkan hidup. iopsi konjungtival dan tes
diagnostik pewarnaan imunofloresens dapat membantu menetapkan diagnosis dari
penyakit seperti =''P dan paraneoplastik sindrom. iopsi dari konjungtiva bulbar harus
dilakukan dan sampel harus diambil dari area yang tidak terkena yang berdekatan dengan
limbus dari mata dengan peradangan aktif saat dicurigai sebagai =''P. Pada kasus
dicurigai karsinoma glandula sebasea, biopsi palpebra seluruh ketebalan diindikasikan.
)aat merencanakan biopsi, konsultasi preoperatif dengan ahli patologi dianjurkan untuk
meyakinkan penanganan dan pewarnaan spesimen yang tepat.
7. Tes darah
Tes fungsi tiroid diindikasikan untuk pasien dengan )/K yang tidak mengetahui menderita
penyakit tiroid.
Konjungtivitis non0infeksius biasanya dapat didiagnosa berdasarkan riwayat pasien.
Paparan bahan kimiawi langsung terhadapa mata dapat mengindikasikan konjungtivitis
toksik<kimiawi. Pada kasus yang dicurigai luka percikan bahan kimia, p? okuler harus dites
dan irigasi mata terus dilakukan hingga p? mencapai D. Konjungtivitis juga dapat disebabkan
penggunaan lensa kontak atau iritasi mekanikal dari kelopak mata.
&
3.( D&agn+sa Ban,&ng )+njungt&-&t&s
Tan,a )+njungt&-&t&s Ir&t&s )erat&t&s
Tajam penglihatan *ormal Turun nyata Turun nyata
)ilau Tidak ada *yata *yata
)akit Pedes, rasa kelilipan )akit )akit
'ata merah "njeksi konjungtival "njeksi siliar "njeksi siliar
)ekret )erous, mukos,purulen Tidak ada Tidak ada
/engket kelopak Terutama pagi hari Tidak ada Tidak ada
Pupil *ormal 'engecil 'engecil
9&:
Tensi *ormal, tidak terkena
iasanya normal atau
rendah 9pegal: normal
3iagnosa anding Tipe Konjungtivitis yang laCim
)l&n&k5s&t+l+g& 6&ral Bakter& )lam&,&a At+7&k /alerg&1
Gatal 'inim 'inim 'inim ?ebat
?iperemia Profuse )edang )edang )edang
-ksudasi 'inim 'enguncur 'enguncur 'inim
,denopati
preurikular
/aCim .arang /aCim hanya
konjungtivitis
Tidak ada
14
inklusi
Pewarnaan kerokan
G eksudat
'onosit akteri, P'* P'*, Plasma sel -osinofil
)akit tenggorokan Kadang Kadang Tidak pernah Tak pernah
9&:
3.* Penatalaksanaan )+njungt&-&t&s
3.*.1 N+n %armak+l+g&
ila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara
menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan
intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata
yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan
kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit.
,suhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran
konjungtivitis antar pasien.
3.*.1 %armak+l+g&
Terapi spesifik terhadap konjungtivitis bacterial tergantung temuan agen
mikrobiologinya.
1ntuk menghilangkan sekeret dapat dibilas dengan garam fisiologis.
3.*.2 %armak+l+g&
1. Penatalaksanaan )+njungt&-&t&s Bakter&
Pengobatan kadang0kadang diberikan sebelum pemeriksaan mikrobiologik dengan
antibiotic tunggal seperti
Kloramfenikol
Gentamisin
Tobramisin
-ritromisin
)ulfa
ila pengobatan tidak memberikan hasil setelah & H 8 hari maka pengobatan dihentikan
dan ditunggu hasil pemeriksaan mikrobiologik. Pada konjungtivitis bakteri sebaiknya
dimintakan pemeriksaan sediaan langsung 9pewarnaan Gram atau Giemsa: untuk mengetahui
penyebabnya. ila ditemukan kumannya maka pengobatan disesuaikan. ,pabila tidak
ditemukan kuman dalam sediaan langsung, maka diberikan antibiotic spectrum luas dalam
bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata (08B<hari. ,pabila memakai tetes mata, sebaiknya
sebelum tidur diberi salep mata 9sulfasetamid $20$8 E:. ,pabila tidak sembuh dalam $
15
minggu, bila mungkin dilakukan pemeriksaan resistensi, kemungkinan difisiensi air mata atau
kemungkinan obstruksi duktus nasolakrimal.
2. Penatalaksanaan )+njungt&-&t&s 6&rus
Pengobatan umumnya hanya bersifat simtomatik dan antibiotik diberikan untuk mencegah
terjadinya infeksi sekunder. 3alam dua minggu akan sembuh dengan sendirinya. ?indari
pemakaian steroid topikal kecuali bila radang sangat hebat dan kemungkinan infeksi virus
Herpes simpleks telah dieliminasi.
Konjungtivitis viral akut biasanya disebabkan ,denovirus dan dapat sedmbuh sendiri
sehingga pengobatan hanya bersifat suportif, berupa kompres, astrigen, dan lubrikasi. Pada
kasus yang berat diberikan antibodi untuk mencegah infeksi sekunder serta steroid topikal.
Konjungtivitis herpetik diobati dengan obat antivirus, asiklovir (22 mg<hari selama 8 hari.
)teroid tetes deksametason 2,$ E diberikan bila terdapat episkleritis, skleritis, dan iritis, tetapi
steroid berbahaya karena dapat mengakibatkan penyebaran sistemik. 3apat diberikan
analgesik untuk menghilangkan rasa sakit. Pada permukaan dapat diberikan salep tetrasiklin.
.ika terjadi ulkus kornea perlu dilakukan debridemen dengan cara mengoles salep pada ulkus
dengan swab kapas kering, tetesi obat antivirus, dan ditutup selama #(jam.
3. Penatalaksanaan )+njungt&-&t&s Alerg&
1mumnya kebanyakan konjungtivitis alergi awalnya diperlakukan seperti ringan sampai
ada kegagalan terapi dan menyebabkan kenaikan menjadi tingkat sedang. Penyakit ringan
sampai sedang biasanya mempunyai konjungtiva yang bengkak dengan reaksi konjungtiva
papiler yang ringan dengan sedikit sekret mukoid. Kasus yang lebih berat mempunyai giant
papila pada konjungtiva palpebranya, folikel limbal, dan perisai 9steril: ulkus kornea.
&
$. ,lergi ringan
Konjungtivitis alergi ringan identik dengan rasa gatal, berair, mata merah yang timbul
musiman dan berespon terhadap tindakan suportif, termasuk air mata artifisial dan kompres
dingin. ,ir mata artifisial membantu melarutkan beragam alergen dan mediator peradangan
yang mungkin ada pada permukaan okuler.
#. ,lergi sedang
Konjungtivitis alergi sedang identik dengan rasa gatal, berair dan mata merah yang timbul
musiman dan berespon terhadap antihistamin topikal dan<atau mast cell stabiliCer.
Penggunaan antihistamin oral jangka pendek mungkin juga dibutuhkan.
'ast cell stabiliCer mencegah degranulasi sel mastA contoh yang paling sering dipakai
termasuk sodium kromolin dan "odoBamide. ,ntihistamin topikal mempunyai masa kerja
cepat yang meredakan rasa gatal dan kemerahan dan mempunyai sedikit efek sampingA
16
tersedia dalam bentuk kombinasi dengan mast cell stabiliCer. ,ntihistamin oral, yang
mempunyai masa kerja lebih lama, dapat digunakan bersama, atau lebih baik dari,
antihistamin topikal. ;asokonstriktor tersedia dalam kombinasi dengan topikal antihistamin,
yang menyediakan tambahan pelega jangka pendek terhadap injeksi pembuluh darah, tapi
dapat menyebabkan rebound injeksi dan inflamasi konjungtiva. Topikal *),"3 juga
digunakan pada konjungtivitis sedang0berat jika diperlukan tambahan efek anti0peradangan.
&. ,lergi berat
Penyakit alergi berat berkenaan dengan kemunculan gejala menahun dan dihubungkan
dengan peradangan yang lebih hebat dari penyakit sedang. Konjungtivitis vernal adalah
bentuk konjungtivitis alergi yang agresif yang tampak sebagai shield coneal ulcer. 5ujukan
spesialis harus dipertimbangkan pada kasus berat atau penyakit alergi yang resisten, dimana
memerlukan tambahan terapi dengan kortikosteroid topikal, yang dapat digunakan bersama
dengan antihistamin topikal atau oral dan mast cell stabiliCer. Topikal *),"3 dapat
ditambahkan jika memerlukan efek anti0inflamasi yang lebih lanjut. Kortikosteroid punya
beberapa resiko jangka panjang terhadap mata termasuk penyembuhan luka yang terlambat,
infeksi sekunder, peningkatan tekanan intraokuler, dan pembentukan katarak. Kortikosteroid
yang lebih baru seperti loteprednol mempunyai efek samping lebih sedikit dari prednisolon.
)iklosporin topikal dapat melegakan dengan efek tambahan steroid dan dapat
dipertimbangkan sebagai lini kedua dari kortikosteroid. 3apat terutama sekali berguna
sebagai terapi lini kedua pada kasus atopi berat atau konjungtivitis vernal.
3.8 )+m7l&kas& )+njungt&-&t&s
Penyakit radang mata yang tidak segera ditangani<diobati bisa menyebabkan kerusakan
pada mata<gangguan pada mata dan menimbulkan komplikasi. eberapa komplikasi dari
konjungtivitis yang tidak tertangani diantaranya+
$. glaukoma
#. katarak
&. ablasi retina
(. komplikasi pada konjungtivitis kataral teronik merupakan segala penyulit dari
blefaritis seperti ekstropin, trikiasis
8. komplikasi pada konjungtivitis purulenta seringnya berupa ulkus kornea
7. komplikasi pada konjungtivitis membranasea dan pseudomembranasea adalah bila
sembuh akan meninggalkan jaringan perut yang tebal di kornea yang dapat
mengganggu penglihatan, lama0 kelamaan orang bisa menjadi buta
D. komplikasi konjungtivitis vernal adalah pembentukan jaringan sikratik dapat
mengganggu penglihatan
17
3.9 Pr+gn+sa )+njungt&-&t&s
'ata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat primer sedang yang
lain bersifat sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh lain, kebanyakan kondisi
tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal dan dapat dikontrol sehingga penglihatan dapat
dipertahankan.
ila segera diatasi, konjungtivitis ini tidak akan membahayakan. *amun jika bila penyakit
radang mata tidak segera ditangani<diobati bisa menyebabkan kerusakan pada mata<gangguan
dan menimbulkan komplikasi seperti Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.
BAB I6
PENUTUP
.1 )es&m7ulan
3ari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik pasien didiagnosa =3) kunjungtivitis bakterial
dan penatalaksanaannya adalah dengan pemberian antibiotik topikal.
18
Konjungtivitis yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva,
selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam
kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah
dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. eberapa jenis
Konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tapi ada juga yang memerlukan pengobatan
.2 "aran
Pemberian K"- kepada masyarakat mengenai konjungtivitis dan penanganannya perlu
dilakukan untuk menghindarkan terjadinya penularan terhadap pasien atau keluarga pasien
yang lain.

DA%TAR PU"TA)A
1. Ilyas DSM, Sidarta,. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Jakarta. 1998
2. tt!"##$$$.s%ri&d.%'(#d'%#29896570#De)inisi*+ti'l',i*-lasi)ikasi*Dan*
Pat')isi'l',i*-'n.un,ti/itis
19
3.
tt!s"##'nline.e!'%rates.%'(#u#291168#0%ute1%'n.un%ti/itis#Su((ary#2i,li,t
s
4. 3au,an, Daniel 4. dkk. 5)tal('l',i 6(u(. 7idya Medika. Jakarta. 2000
5. 0(eri%an 0%ade(y ') 5!tal('l',y. Pre)erred !ra%ti%e !attern"
%'n.un%ti/itis, 2nd ed. San 8ran%is%', 90" 0(eri%an 0%ade(y ')
5!tal('l',y: 2003

Anda mungkin juga menyukai