Anda di halaman 1dari 47

BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK

Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL


Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

PRAKTIKUM 3

PEMERIKSAAN FISIK

MATA
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

1. Seorang laki-lakI berusia 25 tahun


datang ke puskesmas dengan keluhan mata
merah.
Instruksi:
a. lakukan anamnesis pada pasien
tersebut!
b. Lakukan pemeriksaan fisik mata yang
mendukung diagnosis pada pasien
tersebut!
c. Apa pemeriksaan penunjang yang
anda usulkan?
d. Apa diagnosis dan sebutkan 2
diagnosis banding?
e. Tuliskan resep untuk pasien tersebut!
f. Lakukan edukasi pada pasien
tersebut!
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

KETERAMPILAN KLINIS 3

KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK MATA

I. TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Instruksional Umum:
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan fisik mata dengan
benar
B. Tujuan Instruksional Khusus:
1. Melakukan pemeriksaan tajam penglihatan (visus)
2. Melakukan pemeriksaan segmen anterior mata
3. Melakukan pemeriksaan segmen posterior mata (funduscopi)
4. Melakukan pemeriksaan lapang pandang
5. Melakukan pemeriksaan tekanan bola mata
6. Melakukan pemeriksaan otot penggerak bola mata
7. Melakukan pemeriksaan sistem lakrimalis
8. Melakukan pemeriksaan buta warna

II. STRATEGI PEMBELAJARAN


1. Instruktur memberikan pre test kepada mahasiswa untuk
mengetahui persiapan teori pada praktikum skill lab yang
bersangkutan (10 menit).
2. Overview materi praktikum dari instruktur skill lab (15 menit).
3. Instruktur melakukan keterampilan sesuai dengan prosedur
tindakan (20 menit).
4. Intruktur dapat memberikan contoh ilustrasi kasus sesuai skenario
klinik yang tercantum di dalam buku, dengan ilustrasi tersebut
mahasiswa dapat mempunyai gambaran terkait kasus-kasus yang
akan dihadapi pada waktu kepaniteraan klinik.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

5. Mahasiswa secara bergantiaan melakukan keterampilan klinik


sesuai yang diajarkan, dalam pengawasan instruktur (60 menit).
6. Instruktur memberi umpan balik (feedback) kepada mahasiswa,
diawali dengan hal-hal positif yang mampu dicapai oleh mahasiswa
dilanjutkan pada hal-hal yang perlu perbaikan dalam praktek
mahasiswa.

III. DASAR TEORI

A. SISTEM VISUAL
Cahaya masuk melalui media refrakta (berurutan dari kornea,
COA, lensa dan corpus vitreum).

Alat penangkap rangsang cahaya ialah sel batang dan


kerucut yang terletak di retina. Impuls kemudian dihantarkan
melalui serabut sarafyang membentuk nervus optikus. Sebagian
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

dari serabut ini, yaitu serabut yang menghantarkan rangsang yang


datang dari bagian medial retina menyimpang ke sisi lainnya di
khiasma optic. Dari khiasma, serabut melanjutkan diri dengan
membentuk traktus optic ke korpus genikulatum lateral, dan
setelah bersinaps disini. rangsang diteruskan melalui traktus
genikulokalkarina ke korteks optic. Daerah berakhirnya serabut ini
di korteks disebut korteks striatum (area 17) yang merupakan pusat
persepsi cahaya.

Disekitar area 17, terdapat daerah yang berfungsi untuk


asosiasi rangsang visual, yaitu area 18 dan 19. Area 18 yang
disebut juga area parastriatum atau parareseptif, menerima dan
menginterpretasi impuls dari area 17. Area 19 yaitu korteks
pcri.striatum atau perireseptif, mempunyai hubungan dengan area
17 dan 18 dan dengan bagian-bagian lain dari korteks. la berfungsi
untuk pengenalan dan persepsi visual kompleks, asosiasi visual,
revisualisasi, diskriminasi ukuran dan bentuk, orientasi ruangan
serta penglihatan warna.

Serabut yang mengurus refleks optic pupil setelah melalui


khiasma optic dan traktus optic menyimpang di anterior korpus
genikulatum lateral, dan menuju serta bersinaps di nucleus
pretektalis di batang otak (setinggi kolikuli superior). Disini ia
bersinaps dengan neuron berikutnya yang mengirim serabut ke
nucleus Edinger Westphal sisi yang sama dan sisi kontralateral.
Dari sini rangsang kemudian diteruskan melalui nervus
okulomotorius (N.III) ke spincter pupil.

Serabut yang mengurusi refleks somato visual, yaitu refleks


pergerakan bola mata dan kepala sebagai jawaban terhadap
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

rangsang visual, menuju kolikulus superior dan kemudian melalui


fasikulus medial longitudinal menuju nucleus nervus okulomotorius
dan melalui traktus tektospinalis untuk kemudian menginervasi
otot-otot skelet. Selain itu kita juga mengenal traktus kortikotektal
internus yang datang dari area 18 dan 19 di korteks oksipital
melalui radiasi optic dan menuju ke kolikulus superior. Traktus ini
juga ikut mengatur refleks dengan jalan berhubungan dengan otot-
otot penggerak bola mata dan struktur lainnya.

Keluhan yang berhubungan dengan sistem visual berupa


ketajaman penglihatan berkurang, lapang pandang berkurang, ada
bercak di dalam lapang pandang yang tidak dapat dilihat
(skotoma). Selain itu, fotofobi, yaitu mata mudah silau, takut akan
cahaya, yang dapat dijumpai pada pasien meningitis.

B. SISTEM NON VISUAL


Sistem non visual terdiri dari kelopak mata, sistem lakrimal,
konjungtiva dan otot-otot penggerak bola mata. Kelopak mata atau
palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata, serta
mengeluarkan sekresi kelenjamya yang membentuk film air mata
di depan kornea. Palpebra merupakan alat penutup mata yang
berguna untuk melindungi bola mata dari trauma sinar dan
pengeringan bola mata. Gangguan penutupan kelopak akan
mengakibatkan keringnya permukaan mata yang dapat
menyebabkan keratitis et lagoftalmus.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

Sistem lakrimal terdiri atas 2 bagian yaitu, sistem produksi


atau glandula lakrimal yang terletak di temporoanterosuperior
rongga orbita dan sistem ekskresi yang terdiri atas pungtum
lakrimal, kanalikuli lakrimal, sakus lakrimal, dan duktus
nasolakrimal. Film air mata sangat berguna untuk kesehatan mata.
Untuk melihat adanya sumbatan pada duktus nasolakrimal, maka
sebaiknya dilakukan penekanan pada sakus lakrimal. Bila terdapat
penyumbatan yang disertai dakriosistitis, maka cairan berlendir
kental akan keluar melalui pungtum lakrimal.

Konjungtiva merupakan membrane yang menutupi sclera


dan kelopak mata bagian belakang. Konjungtiva mengandung
kelenjar musin yang dihasilkan oleh sel goblet. Musin bersifat
membasahi bola mata terutama kornea.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

Gerak bola mata yang normal ialah gerak terkonjugasi, yaitu


gerak bola mata kiri dan kanan selau bersama-sama, dengan
sumbu mata yang sejajar. Disamping itu mata juga melakukan
konvergensi yaitu sumbu mata saling berdekatan dan menyilang
pada objek fiksasi. Otot-otot penggerak bola mata melakukan
fungsi ganda tergantung letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi
otot.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

Terdapat enam otot penggerak bola mata, yaitu:


1. m. Oblikus inferior
Dipersarafi N.III, bekerja menggerakkan mata keatas, abduksi
dan eksiklorotasi
2. m. Oblikus superior
Dipersarafi N.IV, berfungsi menggerakkan bola mata untuk
depresi terutama bila mata melihat ke nasal, abduksi dan
insiklorotasi.
3. m. Rektus inferior
Dipersarafi oleh N.III, berfungsi menggerakkan bola mata
depresi, eksiklorotasi dan aduksi.
4. m. Rektus lateral
Dipersarafi oleh N.VI, dengan fungsi abduksi bola mata.
5. m. Rektus medius
Dipersarafi oleh N.III, berfungsi untuk aduksi bola mata
6. m. Rektus superior
Dipersarafi oleh N.III, berfungsi pada elevasi, aduksi dan
insiklorotasi bola mata.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

IV. ALAT DAN BAHAN


1. Optotype snellen
2. Oftalmoskop
3. Tonometer
4. Loupe dengan slitlamp
5. Fluorescein
6. Ishihara book
7. Papan placido
8. Senter
9. Kasa dan kapas

V. PROSEDUR TINDAKAN/PELAKSANAAN

A. INSPEKSI
1. Pemeriksa duduk berhadapan dengan pasien.
Perhatikan:

a. Posisi kedua mata (simetris atau tidak)


b. Apakah mata sembab
c. Bagaimana keadaan sekitar orbita
d. Perhatikan alis mata: apakah bagian lateral menipis/rontok
e. Kelainan palpebrae / kelopak mata superior dan inferior:
1). Adakah ikterus
2). Bagaimanakah warna ikterus kehijauan, kuning
kejinggaan atau kehijauan
3). Apakah pucat (anemia)
4). Apakah kebiruan (sianosis)
5). Adakah pigmentasi lain
6). Adakah petechie bercak perdarahan atau/white
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

centered spot.
7). Apakah ada obstruksi ductus nasolacrimalis.
2. Pemeriksa duduk di lateral pasien, perhatikan:
a. Adakah exopthalmos (Dengan penggaris,diukur penonjolan
dari cantus lateralis ke puncak kornea, normal sampai 16
mm dan pasti patologis apabila > 20 mm.)
b. Simetriskah exopthalmus ini

B. PEMERIKSAAN VISUS/ TAJAM PENGLIHATAN


Pemeriksaan tajam penglihatan dilakukan untuk mengetahui fungsi
penglihatan setiap mata secara terpisah. Tajam penglihatan
diperiksa langsung, dengan memperlihatkan seri gambar symbol
dengan ukuran berbeda pada jarak tertentu terhadap pasien, dan
menentukan ukuran huruf terkecil yang dapat dikenali pasien.
Pemeriksaan ini dilakukan pada jarak 5 atau 6 meter, karena pada
jarak ini mata akan melihat benda dalam keadaan beristirahat atau
tanpa akomodasi.

1. Pemeriksaan visus dengan kartu snellen


a. Dasar: kartu snellen merupakan kartu dengan huruf yang
mempunyai ukuran berbeda pada setiap barisnya. Baris
huruf mempunyai angka disebelahnya yang menunjukkan
jarak dimana seseorang normal dapat melihat huruf pada
baris tersebut dengan jelas
b. Alat: kartu snellen, satu set lensa coba/koreksi
c. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk pada jarak 6/5 m dari Optotype Snellen,
mata yang satu ditutup (jangan ditekan).
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

2). Pasien dipersilahkan untuk membaca huruf/gambar yang


tcrdapat pada Optotype,
3). Pasien diminta membaca huruf yang tertulis pada kartu
snellen dimulai dari yang paling besar sampai pada
huruf/gambar yang dapat terlihat oleh mata normal.
4). Tentukan letak baris terakhir yang masih dapat dibaca
oleh pasien.

d. Interpretasi:
Bila huruf yang terbaca tersebut:
1). Terdapat pada baris dengan tanda 6, dikatakan tajam
penglihatan 6/6, dan dikatakan normal atau 100%
2). Terdapat pada baris dengan tanda 30, dikatakan tajam
penglihatan 6/30, berarti pasien hanya dapat melihat
pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut
dapat dilihat pada jarak 30 meter
3). Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada
kartu snellen pada jarak 6 meter maka dilakukan uji
hitung jari.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

2. Pemeriksaan visus dengan uji hitung jari


a. Dasar: Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada
jarak 60 meter
b. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk dikursi dalam kamar yang terang
2). Pasien diminta menghitung atau menentukan jumlah jari
yang diperlihatkan pada jarak tertentu, misal 1 meter dan
seterusnya sampai dengan 6 meter, atau sebaliknya.
c. Interpretasi:
1). Bila jari yang diperlihatkan dikenal pada jarak 1 meter
maka dikatakan tajam penglihatan seseorang adalah
1/60
2). Bila dapat melihat pada jarak 3 meter, maka dinyatakan
tajam penglihatannya 3/60

3. Pemeriksaan visus dengan uji lambaian tangan


a. Apabila pasien tak dapat menghitung jari, maka
dipergunakan lambaian tangan pemeriksa pada jarak 1m
sampai 6 meter. Dengan uji lambaian tangan, maka dapat
dinyatakan tajam penglihatan pasien lebih buruk dari 1/60.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan
pada jarak 300 meter.
b. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk dikursi dalam kamar yang terang
2). Pasien diminta menentukan arah lambaian tangan yang
diperlihatkan pada jarak tertentu, misal 1 meter dan
seterusnya sampai dengan 6 meter, atau sebaliknya.
c. Interpretasi:
1). Bila arah lambaian tangan yang diperlihatkan dikenal
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

pada jarak 1 meter maka dikatakan tajam penglihatan


seseorang adalah 1/300
2). Bila dapat melihat pada jarak 3 meter, maka dinyatakan
tajam penglihatannya 3/300

4. Pemeriksaan visus dengan uji proyeksi sinar


a. Apabila lambaian tangan tak terlihat oleh pasien, maka kita
periksa visusnya dengan cahaya (sinar baterai).
b. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tidak
terhingga (1/~). Apabila masih bisa membedakan arah sinar
maka artinya LP (Light Projection) baik, bila tidak dapat
membedakan arah sinar artinya LP buruk.
c. Bila pasien sama sekali tidak mengenal adanya sinar maka
dikatakan penglihatannya 0 (nol) atau buta total.

5. Pinhole test / Uji lobang kecil


a. Pemeriksaan ini bermaksud untuk mengetahui apakah tajam
penglihatan turun akibat kelainan refraksi atau kelainan
media penglihatan atau saraf optic.
b. Dasar: makin kecil diameter pupil makin bertambah dalam
pandangan. Kelainan refraksi apapun akan membaik tajam
penglihatannya bila diberi pinhole didepan mata tersebut
c. Alat: lempeng pinhole (lempeng dengan celah berdiameter
0,75 mm), dan kartu snellen
d. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6
meter/5 meter
2). Pasien diminta membaca huruf terakhir (terkecil) yang
masih dapat terbaca pada kartu snellen
3). Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhole
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

4). Pasien diminta kembali membaca kartu snellen


e. Interpretasi:
1). Bila dapat dibaca huruf yang lebih kecil daripada huruf
sebelumnya pada kartu snellen berarti terdapat kelainan
refraksi yang belum dikoreksi penuh.
2). Bila huruf yang terbaca lebih besar daripada huruf yang
sebelumnya terbaca pada kartu snellen berarti terdapat
kelainan pada media penglihatan (kornea, lensa, akuos
humor, dan badan kaca) atau kelainan fungsi macula dan
saraf optic.

C. KOREKSI KELAINAN REFRAKSI

1. Pemeriksaan myopia
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui derajat lensa
negative yang diperluakn untuk memperbaiki tajam penglihatan
sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam
penglihatan terbaik.
a. Dasar:
1). Mata myopia mempunyai daya lensa positif yang lebih
sehingga sinar yang sejajar atau datang dari tidak
terhingga difokuskan di depan retina.
2). Lensa negative menggeser bayangan benda ke belakang
sehingga dapat diatur tepat jatuh pada retina.
b. Alat: bingkai /kacamata percobaan, dan set lensa coba.
c. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6
meter/5 meter.
2). Pada mata tersebut dipasang bingkai percobaan.
3). Satu mata ditutup.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

4). Pasien diminta membaca kartu snellen mulai huruf


terkecil yang masih bisa dibaca.
5). Lensa negative terkecil dipasang pada tempatnya dan
bila tajam penglihatan menjadi lebih baik ditambah
kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat dibaca huruf
pada baris terbawah. Sampai terbaca baris 6/6.
6). Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama.
d. Interpretasi:
1). Bila dengan S-1.50 tajam penglihatan 6/6, kemudian
dengan S-1.75 penglihatan 6/6-2 sedang S-2.00
penglihatan 6/7.5 maka pada keadaan ini derajat myopia
mata yang diperiksa adalah S-1.50 dan kaca mata
dengan ukuran ini diberikan pada pasien.
2). Pada pasien myopia selamanya diberikan lensa sferis
minus terkecil yang memberikan tajam penglihatan
terbaik.

2. Pemeriksaan hipermetropia
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui derajat lensa positif
yang diperlukan untuk memperbaiki tajam penglihatan
sehingga tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai tajam
penglihatan terbaik.

a. Dasar: mata hipermetropia mempunyai daya lensa positif


yang kurang sehingga sinar yang sejajar tanpa akomodasi
difokuskan dibelakang retina. Lensa positif menggeser
bayangan benda ke depan sehingga pada mata
hipermetropia lensa positif dapat diatur dejarat kekuatannya
untuk mendapatkan bayangan jatuh tepat pada retina
b. Alat: bingkai /kacamata percobaan, dan set lensa coba
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

c. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6
meter/5 meter
2). Pada mata tersebut dipasang bingkai percobaan
3). Satu mata ditutup
4). Pasien diminta membaca kartu snellen mulai huruf
terkecil yang masih bisa dibaca
5). Lensa positif terkecil dipasang pada tempatnya dan bila
tajam penglihatan menjadi lebih baik ditambah
kekuatannya perlahan-lahan hingga dapat dibaca huruf
pada baris terbawah. Sampai terbaca baris 6/6
6). Mata yang lain dikerjakan dengan cara yang sama
d. Interpretasi:
1). Bila dengan S + 2.00 tajam penglihatan 6/6, kemudian
dengan S + 2.25 tajam penglihatan 6/6 sedangkan
dengan S + 2.50 tajam penglihatan 6/6-2 maka pada
keadaan ini derajat hipermetropia mata yang diperiksa
adalah S + 2.25 dan kaca mata dengan ukuran ini
diberikan pada pasien
2). Pada pasien hipermetropia selamanya diberikan lensa
sferis positif terbesar yang memberikan tajam
penglihatan terbaik

3. Pemeriksaan astigmat
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui derajat lensa silinder
yang diperlukan dan sumbu silinder yang dipasang untuk
memperbaiki tajam penglihatan menjadi normal atau tercapai
tajam penglihatan terbaik.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

a. Dasar:
1). Pada mata dengan kelainan refraksi astigmat didapatkan
2 bidang utama dengan kekuatan pembiasan pada satu
bidang lebih besar disbanding dengan bidang lain.
2). Biasanya kedua bidang utama ini tegak lurus satu dengan
lainnya.
3). Pada mata astigmat lensa silinder yang sesuai akan
memberikan tajam penglihatan yang maksimal
b. Alat: bingkai /kacamata percobaan, kartu snellen, kipas
astigmat dan set lensa coba
c. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk menghadap kartu snellen dengan jarak 6
meter/5 meter
2). Pada mata tersebut dipasang bingkai percobaan
3). Satu mata ditutup
4). Dengan mata yang terbuka pada pasien dilakukan
terlebih dahulu pemeriksaan dengan lensa (+) atau (-)
sampai tercapai ketajaman penglihatan terbaik, dengan
lensa positif atau negative tersebut
5). Pada mata tersebut dipasang lensa + (positif) yang cukup
besar (missal S + 3.00) untuk membuat pasien
mempunyai kelainan refraksi astigmat miopikus
6). Pasien diminta melihat kartu kipas astigmat
7). Paenderita ditanya tentang garis pada kipas yang paling
jelas terlihat
8). Bila belum terlihat perbedaan tebal garis kipas astigmat
maka lensa S + 3.00 diperlemah sedikit demi sedikit
sehingga pasien dapat menentukan garis mana yang
terjelas dan mana yang terkabur
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

9). Lensa silinder negative diperkuat sedikit demi sedikit


dengan sumbu tersebut hingga pada satu saat tampak
garis yang mula-mula terkabur sama jelasnya dengan
garis yang sebelumnya terlihat terjelas
10). Bila sudah tampak sama jelas garis pada kipas astigmat,
dilakukan tes melihat kartu snellen
11). Bila penglihatan belum 6/6 sesuai kartu snellen, maka
mungkin lensa positif (+) yang diberikan terlalu berat,
sehingga perlu secara perlahan-lahan dikurangi kekuatan
lensa positif tersebut atau ditambah lensa negative
12). Pasien diminta membaca kartu snellen pada saat lensa
negative (-) ditambah perlahan-lahan sampai tajam
penglihatan menjadi 6/6
d. Interpretasi:
Derajat astigmat sama dengan ukuran lensa silinder
negative (-) yang dipakai sehingga gambar kipas astigmat
tampak sama jelas.

D. PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR

1. Prosedur pemeriksaan:
a. Pemeriksan duduk di depan pasien pada jarak jangkauan
tangan. Ruangan dibuat agak gelap. Lakukan pemeriksaan
dari luar ke dalam, mulai dari konjungtiva sampai ke lensa.
Gunakan lampu senter yang cukup terang dengan sinar
yang terfokus baik.
b. Biasakan memeriksa mata kanan dahulu baru kemudian
mata kiri.
c. Pemeriksaan kelopak mata, palpebra superior dan palpebra
inferior, perhatikan:
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

1). Apakah kelopak mata dapat menutup dan membuka


dengan sempuma/tidak
2). Periksa kelopak mata, keadaan kulit, tanda peradangan
seperti hyperemia, pembengkakan. Adakah bengkak
difus (sindrom nefrotik, anemia, penyakit jantung,
hipertiroid), bengkak berbatas tegas (kalazion, tumor)
3). Blefarospasme, ekimosis, ektropion/entropion,
lagoftalmus, ptosis, sikatriks
4). Periksa lebar rima palpebra, apakah sama antara kanan
dan kiri. Normal, sempit, lebar, blefarofimosis (celah
kelopak sempit dan kecil)
5). Amati silia dan margo palpebra. Apakah silia tumbuh ke
dalam. Lihatlah dengan Loupe akar bulu mata, apakah
ada keropeng, skuama, kutu, dll. Perhatikan kontinuitas
margo palpebra, warna, muara kelenjar Meibom. Margo
palpebrae (silia lengkap/tidak, trikiasis)
6). Dilihat pula daerah pupil, apakah tertutup/tidak tertutup
kelopak mata. Secara normal, kelopak mata harus sama
tinggi, dan bila kelopak mata diangkat, harus simetris.
Bila tidak simetris, memungkinkan adanya gangguan
saraf.
d. Pemeriksaan konjungtiva palpebra:
1). Pemeriksaan konjungtiva palpebra inferior dengan
meminta pasien melirik ke atas, kemudian tangan kiri
pemeriksa menekan kulit kelopak bawah pasien ke
bawah, sedangkan tangan kanan menyinari dengan
senter. Amati warna dan kelainan yang ada.
2). Konjungtiva palpebra superior diperiksa dengan cara
meminta pasien melirik ke bawah dengan ibu jari dan
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

telunjuk kiri membalikkan kelopak mata sehingga


konjungtiva palpebra superior berada di luar. Kemudian
bila sudah selesai, kembalikan lagi ke posisi semula
3). Pada pemeriksaan konjungtiva palpebra perhatikan
adakah kelainan berikut:
a). Folikel goble stone (penimbunan cairan limfoid di
bawah konjungtiva, kira-kira 1 mm, banyak didaerah
fornik
b). Membran (sel radang didepan mukosa konjungtiva
bila diangkat akan berdarah
c). Papil (timbunan sel radang subkonjungtiva yang
berwarna merah dengan pembuluh darah
ditengahnya); papil raksasa terdapat pada
konjungtivitis vernal,
d). Pseudomembran (membran yang bila diangkat tidak
akan berdarah), misalnya pemfigoid okular, sindrome
steven johnson
e). Sikatrik (pada trakoma)
f). Simblefaron (melengketnya konjungtiva tarsal, bulbi,
dan kornea), terdapat pada trauma kimia, sindrom
steven johnson, trauma.
g). Kalazion, radang kronis kelenjar meibom
e. Konjungtiva bulbi
1). Pemeriksaan konjungtiva bulbi dengan meminta pasien
melihat lurus ke depan. Kalau perlu, tariklah kelopak atas
dan bawah agar daerah yang diperiksa dapat jelas.
2). Amati warna sclera, adalah penipisan/kelainan.
3). Amati apakah konjungtivanya normal, warna, corakan
pembuluh darah, pembengkakan.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

4). Adakah kelainan berikut:


a). Injeksi konjungtival (melebarnya arteri konjungtiva
posterior)
b). Injeksi siliar (melebarnya pembuluh perikorneal atau
arteri siliar anterior
c). Injeksi episklera (melebarnya pembuluh darah
episklera atau siliar anterior)
d). Perdarahan subkonjungtiva
e). Flikten (peradangan disertai neovaskularisasi
disekitarnya)
f). Simblefaron (adhesi konjungtiva didaerah celah
kelopak yang berbentuk segitiga dibagian nasal dan
temporal kornea)
g). Pterigium (proses proliferasi dengan vaskularisasi
pada konjungtiva yang berbentuk segitiga)
h). Pseudopterigium (masuknya pembuluh darah
konjungtiva kedalam kornea
f. Pemeriksaan kornea
1). Periksa kornea mata, lihatlah kejernihan, bentuk, ukuran,
dan kecembungan.
2). Ukuran diameter kornea normal adalah 12 mm,
makrokornea jika > 12 mm, mikrokornea jika < 12 mm
3). Adakah kelainan berikut:
a). Arcus senilis (cincin berwarna putih abu dilingkaran
luar).
b). Edema kornea (kornea keruh dan sedikit menebal),
terdapat pada glaukoma kongenital, pascabedah
intraokular, infeksi kornea
c). Erosi (lepasnya epitel kornea superfisial yang akan
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

memberikan uji fluoresein positif)


d). Infiltrat (tertimbunnya sel radang pada kornea
sehingga warnanya menjadi keruh yang dapat
memberikan uji plasido positif)
e). Pannus (terdapatnya sel radang dengan adanya
pembuluh darah yang membentuk tabir pada kornea),
terdapat pada trakoma, pemakaian lensa kontak
salah, dan luka bakar kornea.
f). Ulkus (hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea pada infeksi ataupun alergi,
yang akan memberikan hasil uji fluoresein positif
g). Xerosis kornea (keringnya permukaan kornea dan
kornea terlihat keruh, refleks kornea tidak berbatas
tegas)
h). Keratomalasia (kornea terlihat lembek dan menonjol)
i). Sikatrik (jaringan parut pada kornea yng
mengakibatkan permukaan kornea iregular sehingga
memberikan uji plasido positif. Ada beberapa bentuk
sikatrik: nebula, makula, leukoma. Nabula berupa
kabut halus pada kornea yang sukar terlihat. Makula
berupa kekeruhan kornea yang berbatas tegas.
Leukoma berupa kekeruhan berwarna putih padat.
j). Leukoma adheren (kekeruhan atau sikatrik kornea
dengan menempelnya iris didataran belakang)
k). Keratik presipitat (endapan sel radang di dataran
belakang atau endotel kornea)
g. Perhatikan iris pasien.
1). Lihatlah bentuk, warna, corakan, adakah kelainan bentuk
iris seperti koloboma, adakah sinekia anterior/posterior.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

2). Sinekia anterior yaitu menempelnya iris dengan kornea


bagian belakang.
3). Sinekia posterior yaitu menempelnya iris dengan dataran
depan lensa terdapat pada uveitis.
h. Pemeriksaan pupil
1). Pupil normal bentuknya bulat, sama besar pada kedua
mata disebut isokoria.
2). Kelainan pada pupil:
a). Anisokoria, apabila ukurannya tidak sama besar.
Terdapat pada uveitis, glaukoma monokular, defek
pupil aferen.
b). Midriasis, apabila ukuran pupil lebar (lebih dari 5 mm),
fisiologis pada terkejut, takut, rangsangan vestibular.
Akibat obat parasimpatolitik (atropin, skopolamin) dan
simpatomimetik (adrenalin dan kokain).
c). Miosis bila ukuran pupil sangat kecil (kurang dari 2
mm), terjadi pada spastik miosis (meningitis,
ensefalitis, dan perdarahan ventrikel), intoksikasi
morfin, dan antikolin esterase.
d). Leukokoria, pupil yang berwarna atau memberikan
refleks putih, terdapat pada katarak, endoftalmitis,
fibroplasi retrolental, miopia tinggi, ablasi retina, tumor
retina atau retinoblastoma
i. Periksa reflex pupil (direk dan indirek).
1). Pada reflek direk mata kanan, jatuhkan sinar pada mata
kanan lalu amati pupil mata kanan.
2). Para pemeriksaan reflek indirek mata kanan, jatuhkan
sinar pada mata kiri dan amati pupil mata kanan.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

j. Pemeriksaan bilik mata dengan depan sinar yang diarahkan


baik dari depan maupun dari samping untuk mendapatkan
kesan tentang ukuran (kedalaman), kejernihan, dll.
1). Bilik mata depan dangkal terdapat pada dislokasi lensa,
tumor iris, sinekia anterior, dan glaukoma subakut
2). Bilik mata dalam terdapat pada afakia, miopia, glaukoma
kongenital, dan resesi sudut
3). Hipopion, penimbunan sel radang dibagian bawah bilik
mata depan, terdapat pada tukak kornea, iritis berat,
endoftalmitis, dan tumor intraokular
4). Hifema, sel darah didalam bilik mata depan dengan
permukaan darah yang datar atau rata, terdapat pada
cedera mata, hemofilia, dan tumor intrakranial.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

k. Periksaan lensa dilakukan dengan penyinaran yang terfokus


tajam pada arah mendekati sumbu mata. Cahaya disinarkan
pada pupil dengan membuat sudut 45˚ Pupil sebaiknya
dilebarkan bila tidak ada kontra indikasi. Periksalah
kejernihan lensa, apabila keruh, tentukan letak dan derajat
kekeruhannya dan bila perlu gambarlah hasil pemeriksaan
yang didapatkan.

E. PEMERIKSAAN OBLIGUE ILLUMINASI.


1. Pasien duduk di kursi dalam kamar gelap
2. Pemeriksa berdiri di depan pasien.
3. Dengan condensing lens, pemeriksa mengarahkan sinar yang
datang dari lampu pijar kearah mata pasien.
4. Pemeriksa memakai loupe, memperhatikan:
• Conjunctiva, selera, cornea, COA, iris, lensa, pupil
• Adakah Tyndall effect.

F. PEMERIKSAAN FUNDUSCOPI:
Alat yang dipakai untuk pemeriksaan funduscopi (pemeriksaan
segmen posterior mata) disebut Oftalmoskop. Ada 2 macam
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

oftalmoskop, yaitu oftalmoskop direk dan indirek. Pada latihan ini,


hanya akan meggunakan oftalmoskop direk.

Cara Pemeriksaan:

1. Pasien duduk dalam kamar gelap.


2. Pemeriksa dengan Oftalmoskop berdiri disamping pasien
3. Atur oftalmoskop sehinggan berada pada posisi F
4. Sesuaikan ukuran lensa pada oftalmoskop sesuai dengan keadaan
refraksi anda (pemeriksa) dan keadaan refraksi pasien (jika
diketahui). Misalkan pemeriksa adalah Miop 2 D dan pasien
Emetrop, maka pakailah lensa -2. Bila pemeriksa dan pasien
emetrop, pakailah lensa 0.
5. Peganglah oftalmoskop dengan cara menggenggam bagian
pegangannya, sedangkan jari telunjuk berada pada panel pengatur
ukuran lensa.
6. Bila kita akan memeriksa fundus secara ideal maka sebaiknya pupil
dilebarkan dulu.
7. Bila mata kanan yang pasien akan diperiksa, maka pemeriksa
memegang opthalmoscope dengan tangan kanan dan melihat
fundus mata dengan mata kanan pula.
8. Mintalah pasien duduk dengan tenang, pandangan difiksasi pada
satu titik. Pada pemeriksaan mata kanan, mintalah pasien untuk
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

berfiksasi pada mata kiri pemeriksa (ke depan, agak sedikit ke


temporal).
9. Dengan oftalmoskop berada pada jarak 15-30 cm di depan mata
pasien, lihatlah melalui lensa oftalmoskop jatuhkan sinar pada pupil.
Dengan tetap memfokuskan sinar pada pupil, bergeraklah
mendekat dampai melihat fundus pasien. Apabila sudah melihat
pembuluh darah, ikutilah ke arah proksimal sehingga akan terlihat
papil N II. Pemeriksa memperhatikan:
a. Papila N II: Berupa bangunan bulat berukuran 1,5 mm, terletak
di bagian polus posterior fundus, berwarna kuning jingga atau
orange sampai agak merah. Dari papil N II ini, keluarlah
pembuluh darah berupa vena dan arteri yang kemudian
bercabang-cabang.Perhatikan adakah papil oedema, papil atrofi
b. Macula lutea: Suatu daerah berwarna lebih gelap dari retina di
sekitarnya, terletak di sebelah temporal papil berjarak kurang
lebih 2 x diameter papil. Pada pusat macula, tampak reflex
cahaya cemerlang yang disebut reflex fovea.
c. Pembuluh darah retina: yaitu vena dan arteri. Vena dapat
dibedakan dari arteri karena diameternya lebih besar dan
warnanya lebih gelap. Perbandinagan a/v normal adalah kurang
lebih 2/3.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

G. PEMERIKSAAN LAPANG PANDANG.

1. Metode konfrontasi
a. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan kasar lapang
pandang.
b. Dasar: membandingkan lapang pandangan pasien dengan
pemeriksa, dengan catatan pemeriksa harus mempunyai
lapang pandang normal.
c. Alat: tidak ada alat khusus
d. Prosedur pemeriksaan:
1). Pemeriksa dan pasien duduk saling berhadapan muka
dengan jarak kira-kira 1 meter.
2). Mata kiri pemeriksa ditutup dan mata kanan pasien
ditutup
3). Mata kanan pemeriksa dengan mata kiri pasien saling
berpandangan lurus kedepan (kearah mata pemeriksa).
4). Sebuah benda diletakkan antara pemeriksa dan pasien
pada jarak yang sama. Bisa juga dengan menggunakan
tangan pemeriksa.
5). Benda atau tangan pemeriksa mulai digerakkan dari
perifer ke arah sentral sehingga mulai terlihat oleh
pemeriksa.
6). Bila pemeriksa sudah melihat benda maka ditanya
apakah benda tersebut sudah terlihat oleh pasien.
7). Hal ini dilakukan untuk semua arah (atas, bawah, nasal,
temporal)
8). Pemeriksaan dilakukan juga pada mata pasien sebelah
kiri.
9). Bila yang akan diperiksa mata kiri, maka mata kanan
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

pasien dan mata kiri pemeriksa juga dipejamkan.


e. Interpretasi:
1). Bila saat melihat benda/tangan oleh pemeriksa dan
pasien sama, maka hal ini menunjukkan lapang pandang
mata kanan pasien sama dengan lapang pandang mata
kiri pemeriksa, dan sebaliknya.
2). Bila pasien melihat terlambat berarti lapang pandangnya
lebih sempit dibanding lapang pandang pemeriksa.

H. PEMERIKSAAN TEKANAN BOLA MATA:

1. Pemeriksaan secara palpasi


a. Merupakan pemeriksaan pengukuran tekanan bola mata
dengan jari pemeriksa. Cara ini sangat baik pada kelainan
mata bila tonometer tidak dapat dipakai atau sulit dinilai
seperti pada sikatrik kornea, kornea irregular dan infeksi
kornea. Cara ini memerlukan pengalaman pemeriksa karena
terdapat faktor subyektif.
b. Alat: jari telunjuk kedua tangan pemeriksa
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

c. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien diminta untuk melirik kebawah.
2). Kedua jari telunjuk pemeriksa menekan bola mata pada
bagian belakang kornea secara bergantian
3). Satu telunjuk mengimbangi tekanan saat telunjuk lainnya
menekan bola mata
4). Pemeriksa fluktuasi pada bola mata pasien
d. Interpretasi:
1). Didapatkan kesan berapa ringannya bola mata dapat
ditekan
2). Penilaian dilakukan dengan pengalaman sebelumnya
yang dapat dicatat, mata N+1, N+2, N+3 yang
menyatakan tekanan lebih tinggi atau N-1, N-2, N-3 yang
menyatakan tekanan lebih rendah dari pada normal.
3). Tekanan dapat dibandingkan dengan tahanan bagian
lentur telapak tangan dengan tahanan tekanan bola mata
bagian superior. Bila tekanan lebih tinggi dapat dicurigai
adaanya glaukoma.

2. Menggunakan Tonometer dari Schiotz,

Gambar.Tonometer Schiotz

Tonometer schiotz merupakan tonometer indentasi atau


menekan permukaan kornea dengan beban yang dapat
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

bergerak bebas pada sumbunya. Benda yang ditaruh pada bola


mata (kornea) akan menekan bola mata kedalam dan mendapat
perlawanan tekanan dari dalam melalui kornea. Keseimbangan
tekanan tergantung pada beban tonometer. Beban yang bisa
dipakai 5,0 gram; 7,5 gram; 10,0 gram; dan 15 gram.

a. Alat: obat tetes mata anestesi lokal dan tonometer schiotz


b. Prosedur pemeriksaan:
1). Mata pasien terlebih dulu ditetesi dengan larutan anestesi
lokal. Ditunggu sampai pasien tidak merasa pedas
2). Pasien tidur telentang, mata yang akan diperiksa melihat
lurus keatas tanpa berkedip
3). Tonometer didesinfeksi dengan dicuci alkohol atau
dibakar dengan api spiritus..
4). Tonometer diletakkan dengan perlahan-lahan dan hati-
hati di atas kornea pasien.
5). Setelah tonometer menunjuk angka yang tetap
pemeriksa membaca angka yang ditunjuk oleh jarum
tonometer antara angka 0-15.
c. Interpretasi:
1). Pembacaan skala dikonversi pada tabel untuk
mengetahui tekanan bola mata dalam satuan mmHg.
2). Kemudian pemeriksa melihat pada tabel, di mana
terdapat daftar tekanan bola mata.
3). Pada tekanan lebih tinggi dari 20 mmHg dicurigai adanya
glaukoma
4). Bila tekanan lebih dari 25 mmHg pasien menderita
glaukoma
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

Gambar: Pemeriksaan dengan tonometer schiotz

I. PEMERIKSAAN KESEIMBANGAN OTOT PENGGERAK BOLA


MATA
Pemeriksaan fungsi pergerakan otot mata dilakukan untuk melihat
setiap kelemahan atau cacat otot ekstra okular yang disebabkan
tidak terkoordinasinya pergerakan mata

Ada beberapa cara, antara lain:

1. Uji refleks kornea/Corneal refleks


a. Untuk menilai derajat pengguliran bola mata abnormal
dengan melihat refleks sinar pada kornea
b. Alat: senter/penlight
1). Pasien berhadap-hadapan dengan pemeriksa
2). Senter disinarkan setinggi mata pasien dengan jarak 30
cm dari pasien sebagai sinar fiksasi
3). Refleks sinar pada mata fiksasi diletakkan ditengah pupil
4). Dilihat letak refleks sinar pada kornea mata yang lain
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

c. Interpretasi:Pemeriksaan ini tidak teliti. Pada orang normal


refleksi cahaya pada kornea terletak sentral pada kedua
mata.

2. Cover test/ tutup mata


a. Dasar:
1). Untuk memeriksa adanya heterotropia (juling) pada satu
mata
2). Mata yang heterotropia akan terus menerus berusaha
untuk fiksasi dengan mata yang dominan
b. Alat: kartu snellen, penutup mata
c. Prosedur pemeriksaan:
1). Pasien duduk 6 meter dari uji baca (kartu snellen). Bila
pasien memakai kacamata, maka kacamata tersebut
tetap dipakai
2). Pasien melihat pada satu titik atau pada baris 20/40 kartu
snellen.
3). Pemeriksa menutup salah satu mata pasien dengan tutup
mata
4). Lihat sifat gerakan yang mungkin terjadi pada mata yang
tidak ditutup, untuk melakukan fiksasi
d. Interpretasi:
Mata yang terbuka mungkin:
1). Bergerak keluar berarti mata ini sebelumnya esotropia
(strabismus konvergen)
2). Bergerak kedalam berarti mata ini sebelumnya
eksotropia (strabismus divergen)
3). Bila tidak ada gerak berarti mata ini normal
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

3. Tes konvergensi
a. Dasar:
1). Untuk memeriksa fungsi gerak otot penggerak bola mata
2). Otot rektus superior berfungsi untuk elevasi, intorsi dan
adduksi, dan tes kemampuan elevasi dilakukan pada
kedudukan mata abduksi.
3). Otot oblik superior berfungsi untuk depresi, intorsi dan
abduksi, dan tes kemampuan depresi dilakukan pada
kedudukan mata adduksi.
4). Otot oblik inferior untuk elevasi, ekstorsi dan abduksi, dan
tes kemampuan elevasi dilakukan pada kedudukan mata
adduksi.
5). Otot rektus medius untuk adduksi dan otot rektus lateral
untuk abduksi.
b. Alat: obyek (jari)
c. Prosedur pemeriksaan:
1). Dengan meminta pasien untuk mengikuti ujung pulpen
yang kita bawa kearah ujung hidung tanpa
menggerakkan kepala, normal terlihat kedua kornea
bergerak ke nasal dan pupil menyempit (aksi N. III)
2). Gerak-gerak bola mata menuju ke temporal, nasal, kin
atas, kiri bawah, kanan atas dan kanan bawah
menunjukkan aksi dari N. Ill, N.IV dan N. VI.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

d. Interpretasi:
1). Normal gerak bola mata bebas ke segala arah
2). Bila ternyata otot tertentu tidak mampu mengikuti gerakan
jari maka mungkin terdapat parese otot tersebut.

J. PEMERIKSAAN SISTEM LAKRIMALIS.

1. Menggunakan larutan Fluorescein 3 %


a. Pasien duduk di kursi, pemeriksa disamping pasien
b. Mata yang diperiksa ditetesi dengan larutan Fluorescein
3 %.
c. Lubang hidung yang sesuai dengan mata tersebut ditutup
dengan kapas putih yang basah.
d. Tunggulah sebentar.
e. Pasien diminta untuk bersin atau sisi. Bila sistem lakrimalis
lancar, maka akan terlihat kapas menjadi berwarna hijau.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

2. Menggunakan larutan garam fisiologis


a. Pasien dipersiapkan dulu dengan obat anestesi lokal
(Pantocain 0,5%), ditunggu 1-2 menit.
b. Kita ambit larutan garam fisiologis kedalam spuit, lalu
dengan jarum tumpul kita masukkan larutan garam tadi
kedalam canalis lacrimalis.
c. Bila lancar, berarti tak ada sumbatan pada sistema
lacrimalis.

K. PEMERIKSAAN DENGAN FLUORESCEIN UNTUK CORNEA


1. Mata yang diperiksa ditetesi dengan larutan Fluorescein 3%
2. Pasien diminta untuk berkedip-kedip sebentar.
3. Kemudian mata tersebut dicuci dengan boorwater sampai
bersih.
4. Dengan Oblique Illumination dilihat apakah ada warna hijau
yang tertinggal pada komea.
5. Bila ada defek epitel komea, maka akan terlihat wama hijau
menempel pada kornea.

L. PEMERIKSAAN SENSIBILITAS KORNEA (N.V)


Di bagian mata biasanya tes ini dilakukan bila kita curiga adanya
Keratitis Herpetika. dimana sensibilitas korneanya menurun.
1. Pasien dan pemeriksa saling berhadapan
2. Pasien diminta untuk melihat jauh
3. Pemeriksa memegang kapas yang dipilih ujungnya dan
menyentuh kornea (yang jernih).
4. Perhatikan apakah pasien mengedipkan mata atau
mengeluarkan air mata.
5. Bila demikian berarti sensibilitas kornea baik.
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

M. TES BUTA WARNA


Dengan menggunakan buku ishihara, lakukan tes buta warna
dengan cara meminta pasien membaca dan menyebutkan angka
yang tampak pada setiap halaman buku dalam waktu tidak lebih
dari 10 detik. Hasil bacaan pasien dikonfirmasikan dengan jawaban
yang tersedia untuk menentukan diagnosis. Interpretasi:

1. Bila lebih dari 10 detik berarti terdapat kelainan penglihatan


warna
2. Buta warna merah hijau terdapat pada atrofi saraf optic, toksik
optic neuropati, dengan pengecualian

VI. DAFTAR PUSTAKA


1. Sidarta Ilyas. 2003. Dasar-Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu
Penyakit Mata. Jakarta: Balai Penerbit FK UI
2. PERDAMI. 2002. Ilmu Penyakit Mata untuk Dokter Umum dan
Mahasiswa Kedokteran. Edisi Ke-2. Jakarta: CV. Sagung Seto

VII.SKENARIO KLINIK
1. Seorang laki-lakI berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan mata merah.
Instruksi:
a. lakukan anamnesis pada pasien tersebut!
b. Lakukan pemeriksaan fisik mata yang mendukung diagnosis
pada pasien tersebut!
c. Apa pemeriksaan penunjang yang anda usulkan?
d. Apa diagnosis dan sebutkan 2 diagnosis banding?
e. Tuliskan resep untuk pasien tersebut!
f. Lakukan edukasi pada pasien tersebut!
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

2. Seorang laki-lakI berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan


keluhan mata kabur.
Instruksi:
a. lakukan anamnesis pada pasien tersebut!
b. Lakukan pemeriksaan fisik mata yang mendukung diagnosis
pada pasien tersebut!
c. Apa pemeriksaan penunjang yang anda usulkan?
d. Apa diagnosis dan sebutkan 2 diagnosis banding?
e. Tuliskan resep untuk pasien tersebut!
f. Lakukan edukasi pada pasien tersebut!
3. Seorang laki-lakI berusia 25 tahun datang ke puskesmas dengan
keluhan nyeri pada mata kiri dan terasa mengganjal.
Instruksi:
a. lakukan anamnesis pada pasien tersebut!
b. Lakukan pemeriksaan fisik mata yang mendukung diagnosis
pada pasien tersebut!
c. Apa pemeriksaan penunjang yang anda usulkan?
d. Apa diagnosis dan sebutkan 2 diagnosis banding?
e. Tuliskan resep untuk pasien tersebut!
f. Lakukan edukasi pada pasien tersebut!
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

I. CHECKLIST LATIHAN
PENILAIAN KETERAMPILAN PEMERIKSAAN FISIK MATA
PEMERIKSAAN VISUS
No Aspek Yang Dinilai Nilai
0 1 2 3
A. Sambung rasa
1. Mengucap salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan identitas
pasien
B. Inform consent
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin dilakukannya
pemeriksaan
3. Menyiapkan alat, posisi pasien dan pemeriksa
4. Melakukan cuci tangan WHO secara simulasi dengan singkat
C. Prosedur pemeriksaan visus
Pemeriksaan dengan Optotipe Snellen
5. Meminta pasien duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari optotipe snellen
6. Meminta pasien menutup satu matanya tanpa menekan
7. Meminta pasien memandang lurus, tidak melirik, tidak memicingkan mata
8. Meminta pasien menyebutkan angka/huruf/simbul yang ditunjuk
9. Menyebutkan angka/huruf/simbul dari atas kebawah
10. Dapat menyebutkan hasil pemeriksaan
Bila huruf paling atas dari snellen pasien tidak dapat menyebutkan, maka diperiksa dengan jari
Pemeriksaan Uji hitung jari
11. Meminta pasien menutup salah satu mata
12. Meminta pasien menyebutkan jumlah jari yang diperagakan pemeriksa
pada jarak tertentu (mulai 1 meter s/d 6 meter atau sebaliknya)
13. Melakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang satunya
14. Dapat menyebutkan hasil pemeriksaan
Bila jari tidak tampak, maka diperiksa denagn menggunakan goyangan/lambaian tangan
Pemeriksaan Uji Lambaian tangan
15. Meminta pasien menutup salah satu mata
16. Meminta pasien menyebutkan arah lambaian tangan yang diperagakan
pemeriksa pada jarak tertentu (mulai 1 meter s/d 6 meter atau sebaliknya)
17. Melakukan pemeriksaan yang sama pada mata yang satunya
18. Dapat menyebutkan hasil pemeriksaan
19. Profesionalisme
TOTAL
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

Keterangan
0 = tidak dilakukan Nilai = (Jumlah/57) x 100%
1= dilakukan dengan tidak sempurna
=...........%
2= dilakukan dengan kurang sempurna
3=dilakukan dengan sempurna

Mengetahui,
Koordinator Instruktur Probandus Mahasiswa Penilai

(___________) (___________) (___________)


BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

UJI PINHOLE / LUBANG KECIL

No Aspek Yang Dinilai Nilai


0 1 2 3
A. Sambung rasa
1. Mengucap salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan
identitas pasien
B. Inform consent
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin
dilakukannya pemeriksaan
3. Menyiapkan alat, pasien dan pemeriksa
4. Melakukan cuci tangan WHO secara simulasi dengan singkat
C. Pemeriksaan uji pinhole/lubang kecil
5. Meminta pasien duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari optotipe snellen
6. Meminta pasien menutup satu matanya tanpa menekan
7. Meminta pasien membaca huruf terakhir (terkecil) yang masih
dapat terbaca pada kartu snellen
8. Pada mata tersebut dipasang lempeng pinhole
9. Meminta pasien membaca kembali kartu snellen
10. Dapat menyebutkan hasil pemeriksaan pinhole
Bila hasil pemeriksaan pinhole positif (+), dilanjutkan dengan koreksi visus uji miopia/
hipermetropia/astigmatisme
11. Profesionalisme
TOTAL
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1= dilakukan dengan tidak sempurna Nilai = (Jumlah/33) x 100%
2= dilakukan dengan kurang sempurna
3=dilakukan dengan sempurna =...........%

Mengetahui,
Koordinator Instruktur Probandus Mahasiswa Penilai

(___________) (___________) (___________)


BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

KOREKSI VISUS UJI MIOPIA

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
A. Sambung rasa
1. Mengucap salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan identitas
pasien
B. Inform consent
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin dilakukannya
pemeriksaan
3. Menyiapkan alat, pasien dan pemeriksa
4. Melakukan cuci tangan WHO secara simulasi dengan singkat
C. Pemeriksaan uji Miopia
5. Meminta pasien duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari optotipe snellen
6. Memasang bingkai percobaan pada mata pasien, satu mata ditutup
7. Meminta pasien membaca huruf terakhir (terkecil) yang masih dapat
terbaca pada kartu snellen
8. Memasang lensa negatif terkecil pada bingkai percobaan dan
meminta pasien membaca kembali kartu snellen pada huruf terkecil
yang masih bisa terbaca
9. Bila tajam penglihatan membaik ditambah kekuatan lensa perlahan-
lahan hingga dapat dibaca huruf pada baris 6/6
10. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sama pada mata
sebelahnya
11. Dapat menyebutkan hasil koreksinya
12. Profesionalisme
TOTAL
Keterangan
0 = tidak dilakukan
Nilai = (Jumlah/36) x 100%
1= dilakukan dengan tidak sempurna
2= dilakukan dengan kurang sempurna
=...........%
3=dilakukan dengan sempurna
Mengetahui,
Koordinator Instruktur Probandus Mahasiswa Penilai

(___________) (___________) (___________)


BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

KOREKSI VISUS UJI HIPERMETROPIA

No Aspek Yang Dinilai Nilai


0 1 2 3
A. Sambung rasa
1. Mengucap salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan identitas
pasien
B. Inform consent
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin dilakukannya
pemeriksaan
3. Menyiapkan alat, pasien dan pemeriksa
4. Melakukan cuci tangan WHO secara simulasi dengan singkat
C. Pemeriksaan uji Hipermetropia
5. Meminta pasien duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari optotipe snellen
6. Memasang bingkai percobaan pada mata pasien, satu mata ditutup
7. Meminta pasien membaca huruf terakhir (terkecil) yang masih dapat
terbaca pada kartu snellen
8. Memasang lensa positif terkecil pada bingkai percobaan dan
meminta pasien membaca kembali kartu snellen pada huruf terkecil
yang masih bisa terbaca
9. Bila tajam penglihatan membaik ditambah kekuatan lensa perlahan-
lahan hingga dapat dibaca huruf pada baris 6/6
10. Melakukan pemeriksaan dengan cara yang sama pada mata
sebelahnya
11. Dapat menyebutkan hasil koreksinya
12. Profesionalisme
TOTAL
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1= dilakukan dengan tidak sempurna Nilai = (Jumlah/36) x 100%
2= dilakukan dengan kurang sempurna
3=dilakukan dengan sempurna =...........%
Nilai = (Jumlah/33) x 100%

Mengetahui,
Koordinator Instruktur Probandus Mahasiswa Penilai

(___________) (___________) (___________)


BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

KOREKSI VISUS UJI ASTIGMAT


No Aspek Yang Dinilai Nilai
0 1 2 3
A. Sambung rasa
1. Mengucap salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan identitas
pasien
B. Inform consent
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin dilakukannya
pemeriksaan
3. Menyiapkan alat, pasien dan pemeriksa
4. Melakukan cuci tangan cara WHO secara simulasi dengan singkat
C. Pemeriksaan uji Astigmat
5. Meminta pasien duduk pada jarak 5 m/ 6 m dari optotipe snellen
6. Memasang bingkai percobaan pada mata pasien, satu mata ditutup
7. Melakukan pemeriksaan dengan lensa (+) atau lensa (-) sampai
tercapai tajam penglihatan terbaik pada kedua mata
8. Memasang lensa positif yang cukup besar (misal S + 3.00) untuk
membuat pasien mempunyai kelainan refraksi astigmat miopikus
9. Meminta pasien melihat kartu kipas astigmat dan menanyakan garis
kipas yang paling jelas terlihat oleh pasien
10. Bila pasien belum melihat perbedaan garis kipas astigmat maka
lensa S + 3.00 diperlemah sedikit demi sedikit sampai pasien dapat
menentukan garis mana yang terjelas dan mana yang terkabur
11. Lensa silinder negatif diperkuat sedikit demi sedikit dengan sumbu
tersebut hingga garis kipas astigmat yang awalnya tampak kabur
menjadi terlihat jelas
12. Meminta pasien membaca kembali kartu snellen
13. Bila penglihatan belum 6/6, mungkin lensa (+) terlalu berat, sehingga
perlu diturunkan perlahan-lahan kekuatannya atau ditambah lensa
negatif sampai tajam penglihatan 6/6
14. Dapat menyebutkan hasil koreksinya
15. Profesionalisme
TOTAL
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1= dilakukan dengan tidak sempurna Nilai = (Jumlah/45) x 100%
2= dilakukan dengan kurang sempurna
3=dilakukan dengan sempurna =...........%
Mengetahui,
Koordinator Instruktur Probandus Mahasiswa Penilai

(___________) (___________) (___________)


BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS

PEMERIKSAAN SEGMEN ANTERIOR

Nilai
No Aspek Yang Dinilai
0 1 2 3
A. Sambung rasa
1. Mengucap salam, memperkenalkan diri, dan menanyakan identitas
pasien
B. Inform consent
2. Menjelaskan prosedur pemeriksaan dan meminta ijin dilakukannya
pemeriksaan
3. Menyiapkan alat, posisi pasien dan pemeriksa
4. Melakukan cuci tangan cara WHO secara simulasi dengan singkat
C. Prosedur pemeriksaan
5. Pemeriksa duduk di depan pasien pada jarak jangkauan tangan.
6. Memeriksa kelopak mata kulitnya, alis mata, lebar rima,
simetris/tidaknya, arah margo palpebra
7. Memeriksa bulu mata atas dan bawah (teratur/tidaknya, ada
sekret/tidak, arah tumbuhnya)
8. Memeriksa konjungtiva palpebra superior, pasien diminta melirik ke
bawah, dengan ibu jari kulit kelopak ditekan ke bawah, (sebutkan
hasil pemeriksaan)
9. Memeriksa konjungtiva palpebra superior pasien diminta melirik ke
bawah dengan ibu jari dan telunjuk tangan kiri kelopak mata atas
dibalik (sebutkan hasil pemeriksaan)
10. Memeriksa konjungtiva bulbi, pasien diminta melihat ke depan
(sebutkan hasil pemeriksaan)

11. Memeriksa kornea dengan senter dari depan ke samping (sebutkan


hasil pemeriksaan)
12. Memeriksa kamera okuli anterior, senter dari depan dan samping
(sebutkan hasil pemeriksaan)
13. Memeriksa iris dan pupil (sebutkan hasil pemeriksaan)
14. Memeriksa pupil refleks, pupil indirek diperiksa dengan menyorotkan
lampu senter ke mata lain, reaksi dilihat pada mata yang sedang
diperiksa
15. Memeriksa kejernihan lensa
16 Profesionalisme
TOTAL
BUKU PANDUAN KETRAMPILAN MEDIK
Pemasangan Fisik Abdomen SEMESTER 6 KBK-PBL
Skill Lab Fakultas Kedokteran UMS
Keterangan
0 = tidak dilakukan
1= dilakukan dengan tidak sempurna Nilai = (Jumlah/48) x 100%
2= dilakukan dengan kurang sempurna
3=dilakukan dengan sempurna =...........%

Mengetahui,
Koordinator Instruktur Probandus Mahasiswa Penilai

(___________) (___________) (___________)

Anda mungkin juga menyukai