=0.0108mm
b) Mistar Ingsut
Rata rata =
28 28 28 28.05
4
= 28.0125mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(28 28.0125) (28 28.0125) (28 28.0125) (28.05 28.0125)
4 1
SD
=0.0216mm
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 45
2. Posisi Pengukuran 2
a)Mikrometer
Rata rata =
27.96 27.97 27.96 27.99
4
= 27.97mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(27.96 27.97) (27.97 27.97) (27.96 27.97) (27.99 27.97)
4 1
SD
=0,0122mm
b) Mistar ingsut
Rata rata =
27.95 28 28 28.05
4
= 28mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(27.95 28) (28 28) (28 28) (28.05 28)
4 1
SD
=0.0353mm
B. Diameter II
1. Posisi pengukuran 1
a)Mikrometer
Rata rata =
19.99 20 20.01 20.02
4
= 20.005mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(19.99 20.0025) (20.05 20.0025) (20.01 20.0025) (20 20.0025)
4 1
SD
= 0.0111mm
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 46
b) Mistar Ingsut
Rata rata =
19.95 20.05 20.01 20
4
= 20.005mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(19.95 20.0025) (20.05 20.0025) (21.01 20.0025) (20.02 20.0025)
4 1
SD
= 0.0356mm
2. Posisi Pengukuran 2
a)Mikrometer
Rata rata =
19.98 19.99 20 20.02
4
= 19.9975mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(19.98 19.9975) (19.99 19.9975) (20 19.9975) (20.02 19.9975)
4 1
SD
= 0.0147mm
b) Mistar Ingsut
Rata rata =
19.45 19.40 19.45 20
4
= 19.575mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(19.45 19.575) (19.40 19.575) (19.45 19.575) (20 19.575)
4 1
SD
= 0.2462mm
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 47
C. Diameter III
1. Posisi pengukuran 1
a)Mikrometer
Rata rata =
9.4 9.4 9.43 9.44
4
= 9.4175mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(9.4 9.4175) (9.4 9.4175) (9.43 9.4175) (9.44 9.4175)
4 1
SD
= 0.0178 mm
b) Mistar Ingsut
Rata rata =
9.4 9.4 9.4 9.4
4
= 9.4mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(9.4 9.4) (9.4 9.4) (9.4 9.4) (9.4 9.4)
4 1
SD
= 0mm
2. Posisi Pengukuran 2
a) Mikrometer
Rata rata =
9.42 9.43 9.43 9.45
4
= 9.4325mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(9.42 9.4325) (9.43 9.4325) (9.43 9.4325) (9.45 9.4325)
4 1
SD
= 0.0108 mm
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 48
b) Mistar Ingsut
Rata rata =
9.4 9.4 9.4 9.45
4
= 9. 4125mm
Standar deviasi
2 2 2 2
(9.4 9.4125) (9.4 9.4125) (9.4 9.4125) (9.45 9.4125)
4 1
SD
= 0.0216mm
4.2.1 Perhitungan Kalibrasi Alat Ukur
A. Kalibrasi Jangka Sorong
Kesalahan yang diizikan DIN 862 untuk kecermatan 0.05 mm adalah:
=(50+150/2)m =10 m =0.01 mm
Kesalahan rata-rata
=0.05+0.05+0.05+0.05+0.05+0.05+0.05
7
=0.0785714
B. Kalibrasi Mikrometer
Kesalahan Kumulatif
=kesalahan rata-rata 1 s/d 7
=0+0.005+0.025+0.025+0+0.04+0.005+0
=0.075
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 49
4.4 Analisa
Pada praktikum kali ini dapat dianalisa tentang hasil pengukuran yang
dilakukan tehadap benda ukur. Pengukuran dilakukan dengan dua posisi
pengukuran dan pengukuran kedalaman lubang.
Pada pengukuran kedalaman lubang dapat dilihat dari data percobaan yaitu
adanya sedikit perbedaan hasil pengukuran pada benda yang sama, perbedaan
hanya relatif kecil. Perbedaan tersebut terjadi karena pada pengukuran tersebut
posisi alat ukur sedikit menyimpang terhadap objek yang diukur, serta dalam
pembacaan skala pada alat ukur dimana tingkat kecermatan skala mempengaruhi
dalam membaca skala alat ukur. Pada pengukuran kedalaman benda ukur ini
menggunakan jangka sorong atau mistar ingsut yang memiliki kecermatan 0,05
mm.
Untuk pengukuran diameter luar dilakukan dengan menggunakan alat ukur
mikrometer dan jangka sorong, dimana pengukuran dilakukan dengan dua posisi
pengukuran.
Pada posisi pengukuran 1, dengan menggunakan mikrometer dapat dilihat
bahwa pengukuran dengan objek yang sama didapatkan hasil yang berbeda-beda,
kecuali pada pada pengukuran diameter 3 dengan mistar ingsut, , maka hal ini
dapat dianalisa bahwasanya pada benda ukur atau objek yang diukur memiliki
toleransi atau penyimpangan yang diizinkan dalam pembuatannya, kemudian
kurang cermat atau tidak teliti dalam membaca skala ukur akibat dari praktikan
tidak konsentrasi, serta adanya kesalahan dalam pergeseran skala noniusnya dan
begitu pula pada posisi pengukuran 2, yang mana hasil dari pengukuran yang
didapat berbeda beda satu sama lainya pada objek yang sama dan juga objek
yang diukur memiliki toleransi atau penyimpangan yang diizinkan dalam
pembuatan produk tersesbut.
J adi, perbedaan yang sering terjadi dapat disebabkan oleh kurangnya
keahlian di dalam memposisikan alat ukur dengan benar pada benda yang diukur
dan juga ini mungkin juga disebabkan oleh si pengukur yang kurang teliti dalam
pembacaan hasil pengukuran pada jangka sorong atau mistar ingsut dan juga pada
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 50
mikrometer, oleh sebab itu banyak terdapatnya nilai yang jauh berbeda antara
jangka sorong atau mistar ingsut dengan mikrometer.
Pada praktikum kalibrasi alat ukur jika dianalisa bahwa pengkalibrasian
alat ukur dengan menggunakan blok ukur, blok ukur merupakan ukuran standar
yang telah ditetapkan, maka dari pada itu dilakukan kalibrasi alat ukur seperti
jangka sorong dan mikrometer. Hasil dari pengkalibrasian tersebut tidak sesuai
antara ketetapan dari blok ukur dengan alat ukur atau hasil yag diperoleh tidak
sesuai dengan yang sebenarnya, dimana adanya kesalahan pada alat ukur atau
penyimpangan dari alat ukur itu sendiri.
Dapat dilihat dari data percobaan bahwa kesalahan yang didapat relatif
kecil, tetapi hal tersebut sangat berpengaruh terhadap produk yang akandibuat.
Pengkalibrasian dilakukan pada alat ukur jangka sorong dengan
kecermatan 0.05 mm serta alat ukur mikrometer dengan kecermatan 0.01 mm.
Pengkalibrasian dilakukan dengan menggunakan blok ukur yang berbeda-beda
yang dilakukan secara naik dan dilakukan secara turun.
Kesalahan yang didapat dari hasil kalibrasi menunjukan bahwa setiap alat
ukur harus terlebih dahulu dikalibrasi agar mendapatkan hasil pengukuran yang
mendekati harga yang sebenarnya. Kecermatan dalam membaca skala ukur sangat
mempengaruhi hasil dari pengukuran tersebut.
Ditinjau dari hasil pengukuran yang didapat, perbedaan antara pengukuran
secara naik dan secara turun tidak begitu berbeda secara signifikan dan dapat
disimpulkan bahwa pengukuran yang dilakukan sudah mendekati atau sudah
mendapatkan hasil yang sama pada objek yang sama dari beberapa pengukuran.
Kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam pengkalibrasian alat ukur tersebut
dikarnakan kurang bersihnya alat ukur dan blok ukur sewaktu dilakukan
pengkalibrasian.
Dari hasil pengukuran yang didapatkan, histerisis dapat dilihat antara
pengukuran naik dan pengukuran turun, yaitu adanya selisih antara kedua
pengukuran tersebut tetapi tidak begitu signifikan.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 51
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari pratikum ini dapat disimpulkan bahwa alat ukur linear merupakan
alat ukur langsung, alat ukur linear terdiri dari mikrometer dan jangka sorong.
J angka sorong dapat mengukur dengan ketilitian 0,02 mm dan 0,05 mm.
Sedangkan mikrometer dapat mengukur dengan kecermatan 0,01 mm.
5.2 Saran
Untuk praktikum pengenalan beberapa alat ukur linear pratikan
menyarankan agar setiap pratikan harus lebih berhati-hati dalam melaksanakan
praktikum, usahakan agar dapat melakukakan hal-hal berikut :
1. Dapat menguasai teori objek
2. Dapat membaca skala pada jangka sorong dan mikrometer
3. Bersihkan alat ukur dan benda ukur dari vaselin sebersih mungkin agar
pengukuran lebih akurat.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Bidang teknik mesin banyak sekali di jumpai komponen
komponen mesin yang berbentuk lubang. Lubang tersebut pada umumnya
berpasangan dengan komponen lain yang di namakan poros.
Untuk itu sangat penting untuk mengetahui ukuran dari lubang itu
sendiri. Dengan diketahui ukuran lubang tersebut maka dapat ditentukan pola
ukuran potongannya.
Praktikum pengukuran lubang ini sangat membantu praktikan untuk
lebih memahami konsep-konsep pengukuran lubang sekaligus langsung
mempraktekkannya.
1.2 Tujuan
1. Pengenalan dan penggunaan beberapa alat ukur lubang
2. Memahami toleransi lubang
3. Membandingkan hasil pengukuran dari beberapa alat ukur lubang
1.3 Manfaat
Mampu menggunakan alat ukur lubang
Mampu membaca toleransi lubang
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 53
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Objek
Toleransi adalah perbedaan, penyimpangan atas dan bawah harus dipilih
secara seksama, agar sesuai dengan persyaratan fungsional, kemudian macam-
macam nilai numerik dari toleransinya untuk tiap permukaan dapat dipilih oleh si
perencana. Untuk menghindari keraguan dan untuk keseragaman nilai
toleransinya standar telah ditentukan oleh ISO /R286.
Toleransi yang diukur adalah lubang dan poros. Untuk menyatakan
toleransi lubang digunakan huruf besar sedangkan untuk poros digunakan huruf
kecil.
Gambar 3.1. Toleransi Poros Dengan Lubang
Toleransi standar ini disebut Toleransi Internasional atau IT. IT adalah
toleransi internasional yang diakui dalam standar ISO. Dalam ISO (International
Standard Organization) telah ditetapkan 18 kelas toleransi (grade of tolerance)
yaitu mulai dari IT 01, IT 0 sampai dengan IT 16.
IT 1 s/d IT 4 : untuk pengerjaan yang sangat teliti, seperti alat ukur dan
instrumen
IT 5 s/d IT 11 : dipakai dalam bidang pemesinan umum
IT 12 s/d 16 : dipakai untuk pengerjaan kasar.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri
Laboratorium Metrologi Industri
Untuk IT 5 s/d IT 16 dipergunakan rumus
Dimana : i =toleransi unit (m)
D=diameter nominal (mm)
Tabel 3.1 Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 01 Sampai 4
kualitas IT 01
Harga
(m) 0,3+0.008D 0,5+0,012D
Tabel 3.2 Harga Toleransi Standar Untuk kualitas 5 sampai 16
Suaian
Dua benda yang berhubungan mempunyai ukuran
sebelum dirakit. Perbedaan ukuran yang dicarikan untuk suatu pemakaian tertentu
dari pasangan ini disebut suaian.
yang berpasangan.
Tergantung dari kedudukan masing
dan poros, terdapat 3 jenis suaian :
1. Suaian longgar
toleransi poros.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri
Untuk IT 5 s/d IT 16 dipergunakan rumus D D i 0001 . 0 45 . 0
3
=toleransi unit (m)
D=diameter nominal (mm)
Harga Toleransi Standar Untuk Kualitas 01 Sampai 4
IT 0 IT 1 IT 2 IT 3
0,5+0,012D 0,8+0,020D
3 1xIT IT 5 1xIT IT
Harga Toleransi Standar Untuk kualitas 5 sampai 16
Dua benda yang berhubungan mempunyai ukuran ukuran yang berbeda
sebelum dirakit. Perbedaan ukuran yang dicarikan untuk suatu pemakaian tertentu
dari pasangan ini disebut suaian. Suaian adalah hubungan antara dua buah benda
Tergantung dari kedudukan masing masing daerah toleransi dari lubang
dan poros, terdapat 3 jenis suaian :
Suaian longgar, yaitu toleransi lubang selalu berada di atas daerah
toleransi poros.
Gambar 3.2 Suaian longgar
Kelompok 4
54
D
IT 4
5 3xIT IT
ukuran yang berbeda
sebelum dirakit. Perbedaan ukuran yang dicarikan untuk suatu pemakaian tertentu
Suaian adalah hubungan antara dua buah benda
masing daerah toleransi dari lubang
toleransi lubang selalu berada di atas daerah
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri
Laboratorium Metrologi Industri
2. Suian Pas, yaitu
3. Suaian Paksa
toleransi lubang.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri
, yaitu toleransi lubang berhimpit dengan toleransi poros.
Gambar 3.2 Suaian Pas
Suaian Paksa, yaitu toleransi poros selalu berada di atas daerah
toleransi lubang.
Gambar 3.2 Suaian Paksa
Kelompok 4
55
toleransi lubang berhimpit dengan toleransi poros.
toleransi poros selalu berada di atas daerah
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri
Laboratorium Metrologi Industri
Sistem suaian berbasis
Gambar
Klasifikasi toleransi, bentuk dan posisi :
Bentuk suatu elemen
kelurusan ( straightness
kedataran( flatness
kebulatan ( noundness
kesilindrisan (
profil garis ( profil
profil bidang (
Orientasi
kesejajaran ( parallelism
ketegaklurusan (
ketirusan( angularity
Posisi
posisi ( position
konsentrisitas dan koaksialitas
kesimetrisan (
Putar
putar tunggal
putar penuh
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri
Sistem suaian berbasis poros dan lubang
Gambar 3.3 Suaian berbasis poros dan lubang
Klasifikasi toleransi, bentuk dan posisi :
entuk suatu elemen
straightness )
flatness )
noundness )
an (cylindricity )
profil of any line )
bidang ( profil of any surface )
parallelism )
aklurusan ( prepenacularity )
angularity )
position )
konsentrisitas dan koaksialitas( cocentricity )
kesimetrisan ( symmetry )
Kelompok 4
56
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri
Laboratorium Metrologi Industri
Gambar 4.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri
. Toleransi bentuk, orientasi, lokasi dan putar
Kelompok 4
57
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 58
2.2 Teori Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini :
1. Triobor
Triobor adalah jenis mikrometer dengan tiga buah kaki. Di mana kaki dari
mikrometer ini adalah sebagai sensor. Biasanya penggunaan dari Trobor ini
adalah pengukuran diameter dalam dari benda ukur.
Gambar 3.4 Triobore
Bagian bagian dari Triobor:
1. Rangka
2. Skala utama
3. Skala nonius
4. Rachet
5. Sensor
2. Telescope Gauge
Telescope Gauge merupakan alat ukur tak langsung karena pada
pengukurannya tidak diperoleh hasil pengukuran. Tetapi kita akan
memperoleh ukurannya bila Telescope Gauge tadi diukur dengan
mikrometer.Fungsi dari Telescope Gauge adalah untuk mengukur diameter
lubang.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri
Laboratorium Metrologi Industri
Bagian dari Telescope
Pengunci
Pemegang
Rangka
Sensor
3. Dial Bore Gauge
Dial Bore Gauge
Bagian dari dial bore gauge ini hampir sama dengan
Gauge tetapi pada DialBore
pencatat perubahan bila sensor mengalami perubahan
Bagian-bagian dari
1. Rangka
2. Skala utama
3. Sensor
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri
Gambar 3.5 Teloskop Gauge
Telescope Gauge :
Dial Bore Gauge
adalah jenis alat ukur untuk mengukur diameter lubang.
Bagian dari dial bore gauge ini hampir sama dengan Trheeobor dan
DialBore Gauge ada Dial Indikator yang berfungsi sebagai
perubahan bila sensor mengalami perubahan.
Gambar 3.6 Dialbore Gauge
bagian dari Dial bore gage :
Kelompok 4
59
adalah jenis alat ukur untuk mengukur diameter lubang.
dan Telescope
ang berfungsi sebagai
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 60
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Alat Yang Di Gunakan
a Objek Ukur
b Alat Ukur:
Triobor
Dial Bore Gauge
Teleskop Gauge
3.2 Skema Alat
a. Objek ukur
Gambar 3.7 Objek Ukur
b Triobor
Gambar 3.8 Triobore
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri
Laboratorium Metrologi Industri
c Dial Bore Gage
d Telescope Gauge
Bagian-bagian :
1. Rangka
2. Skala Utama
3. Skala Nonius
4. Rachet
5. Sensor
3.3 Prosedur Percobaan
1. Pengukuran dengan
Pengukuran dengan
langsung:
a Ambil Telescope
diameter lubang.
b Buka pengunci sensor, sehingga sensor dapat bergerak bebas.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri
Gage
Gambar 3.9 Dial bore Gauge
Gauge
Gambar 3.10 Dial bore Gauge
bagian :
Skala Utama
Nonius
3.3 Prosedur Percobaan
Pengukuran dengan Telescope Gage
dengan Telescope Gauge ini termasuk pengukuran tak
Telescope Gage dengan range tertentu untuk mengukur
diameter lubang.
Buka pengunci sensor, sehingga sensor dapat bergerak bebas.
Kelompok 4
61
ini termasuk pengukuran tak
tertentu untuk mengukur
Buka pengunci sensor, sehingga sensor dapat bergerak bebas.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 62
c Ukur diameter lubang dengan menyentuhkan sensor pada permukaan
benda ukur.
d Kunci sensor pada saat posisi sensor tegak lurus dengan meja ukur.
e Kemudian ukur posisi sensor Telescope Gauge dengan mikrometer,
catat harga yang ditunjukkan mikrometer.
2. Pengukuran dengan menggunakan Trheeobor
a Pasangkan sensor yang sesuai dengan diameter yang mungkin di
penuhi. Trheeobor memiliki dua tipe sensor, sensor pendek dan sensor
panjang.
b Periksa kedudukan nol serta ketepatan posisi sensor Threeobor.
c Posisi sensor harus tegak lurus dengan muka ukur benda.
d Putar gigi gelincir atau Rachet dengan perlahan sehingga sensor tepat
menyentuh permukaan muka ukur.
e Pembacaan skala di lakukan sesuai dengan tipe sensor yang di gunakan.
3. Pengukuran dengan menggunakan Dial Bore Gauge
a Pasangkan susunan sensor yang sesuai dengan diameter yang mungkin
dipenuhi.
b Periksa kedudukan nol serta ketepatan posisi sensor Dial Bore Gauge
c Posisi sensor harus tepat tegak lurus dari muka benda ukur.
d Baca skala pada Dial Indikator.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 63
BAB IV
DATA DAN PERHITUNGAN
4.1 Data Percobaan
Tabel 3.2 Hasil Percobaan
Benda Ukur
Pengukuran
dengan
Teleskope Gauge
Pengukuran dengan
Trhreeobor
Benda Ukur 1
(D1)
132,95 133,015
132,82 133,015
132,77 133,020
132,96 133,020
133,44 133,020
Rata - rata 132,79 133,018
Standar deviasi 0,346 0,00274
Benda Ukur
Pengukuran
dengan
Teleskope Gauge
Pengukuran dengan
Dial Bore Gauge
Benda Ukur 1
(D2)
72,67 71,97
72,64 71,96
72,61 71,96
72,61 71,97
72,59 71,97
Rata - rata 72,62 71,966
Standar deviasi 0,0296 0,000055
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 64
4.2 Perhitungan
a. Mencari standar deviasi masing-masing pengujian
1) Benda ukur 1
Tabel 3.3 Pengukuran Benda Ukur 1dengan Telescope Gauge
No
Pengukuran dengan
Telescope Gauge (X)
(x - x ) (x - x )
2
1 132,95 0,16 0,0256
2 132,82 0,03 0,0009
3 132,77 -0,02 0,0004
4 132,96 0,17 0,0289
5 133,44 0,65 0,4225
Rata
2
132,79
0,4783
Standar Deviasi = 346 , 0
1 5
0,4783
1
) (
2
n
x x
Tabel 3.4 Pengukuran Benda Ukur 1dengan Threeobor
No
Pengukuran dengan
Trheeobor (x)
(x - x ) (x - x )
2
1 133,015 -0,003 0,000009
2 133,015 -0,003 0,000009
3 133,020 0,002 0.000004
4 133,020 0,002 0.000004
5 133,020 0,002 0.000004
Rata
2
133,018
0,00005
Standar Deviasi = 00274 , 0
1 5
00005 , 0
1
) (
2
n
x x
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 65
2) Benda Ukur 2
Tabel 3.5 Pengukuran Benda Ukur 2dengan Telescope gauge
No
Pengukuran dengan
Telescope gauge (x)
(x - x ) (x - x )
2
1 72,67 0,05 0,0025
2 72,64 0,02 0,0004
3 72,61 -0,01 0,0001
4 72,61 -0,01 0,0001
5 72,59 -0,03 0,0009
Rata
2
72,62
0,004
Standar Deviasi = 0296 , 0
1 5
004 , 0
1
) (
2
n
x x
Tabel 3.6 Pengukuran Benda Ukur 2 dengan Dial Bore gauge
No
Pengukuran dengan
Bore gauge (x)
(x - x ) (x - x )
2
1 71,97 0,004 0,000016
2 71,96 -0.006 0,000036
3 71,96 -0.006 0,000036
4 71,97 0,004 0,000016
5 71,97 0,004 0,000016
Rata
2
71,966
0,00012
Standar Deviasi = 000055 , 0
1 5
00012 , 0
1
) (
2
n
x x
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 66
b. Menentukan nilai IT
a Benda ukur 1
D1 =132,79 mm
D2 =133,018 mm
D = 2 . 1D D
= 018 , 133 79 , 132 x
=132,9 mm
i = 0,45 001 , 0
3
D D
= 0,45 ) 9 , 132 001 , 0 ( 9 , 132
3
x
= 2,4289
a. ITOI =0.3 +0.008 D
=0.3 +0.008 ( 132,9 )
=1,3632 m
b. ITO =0.5 +0.012 D
=0.5 +0.012 ( 132,9 )
=2,0948 m
c. IT 1 =0.8 +0.02 D
=0.8 +0.02 ( 132,9 )
=3,458 m
d. IT 2 = 3 1xIT IT
= ) 667 , 7 )( 458 , 3 (
=3,233 m
e. IT 3 = 5 1xIT IT
= ) 17 )( 458 , 3 (
=7,667 m
f. IT 4 = 5 3xIT IT
= ) 17 )( 667 , 7 (
=11,42 m
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 67
g. IT 5 =7i
=7 ( 2,4289)
=17,02 m
h. IT 6 =10 i
=10 ( 2,4289 )
=24,29 m
i. IT 7 =16 i
=16 ( 2,4289 )
=38,86 m
j. IT 8 =25 i
=25 ( 2,4289 )
=60,72m
k. IT 9 =40 i
=40 ( 2,4289 )
=97,16 m
l. IT 10=64 i
= 64 ( 2,4289 )
=155,5 m
m.IT 11 =100 i
= 100 ( 2,4289 )
=254,9m
n. IT 12 =160 i
= 160 ( 2,4289 )
= 388,6 m
o. IT 13 =250 i
= 250 ( 2,4289 )
=607,2m
p. IT 14 =400 i
= 400 ( 2,4289 )
=971,6m
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 68
q. IT 15 =640 i
= 640 ( 2,4289 )
=1554 m
r. IT 16 =1000 i
= 1000 ( 2,4289 )
=2428,9m
Tabel 3.7 Hasil IT pengukuran benda ukur 1
b. Benda ukur 2
D1 =72,62 mm
D2 =71,966 mm
D = 2 . 1D D
= 966 , 71 62 , 72 x
=72,29 mm
i = 0,45 001 , 0
3
D D
= 0,45 ) 29 , 72 001 , 0 ( 29 , 72
3
x
= 1,947
a. ITOI =0.3 +0.008 D
=0.3 +0.008 ( 72,29 )
=0,8783 m
b. ITO =0.5 +0.012 D
=0.5 +0.012 ( 72,29 )
=1,367 m
c. IT 1 =0.8 +0.02 D
=0.8 +0.02 ( 72,29 )
=2,246 m
Kualitas IT01 IT0 IT1 IT2 IT3 IT4
Harga ( m) 1,3632 2,0948 3,458 3,233 7,667 11,42
IT5 IT6 IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15 IT16
17,02 24,29 38,86 60,72 97,16 155,5 242,9 388,6 697,2 971,6 1554 2428,9
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 69
d. IT 2 = 3 1xIT IT
= ) 53 , 5 )( 246 , 2 (
=3,52 m
e. IT 3 = 5 1xIT IT
= ) 63 , 13 )( 246 , 2 (
=5,53 m
f. IT 4 = 5 3xIT IT
= ) 63 , 13 )( 53 , 5 (
=8,68 m
g. IT 5 =7i
=7 ( 1,947 )
=13,63 m
h. IT 6 =10 i
=10 ( 1,947)
=19,47 m
i. IT 7 =16 i
=16 ( 1,947 )
=31,15 m
j. IT 8 =25 i
=25 ( 1,947 )
=48,68 m
k. IT 9 =40 i
=40 ( 1,947 )
=77,88 m
l. IT 10=64 i
= 64 ( 1,947 )
=124,6 m
m.IT 11 =100 i
= 100 ( 1,947 )
=194,7m
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 70
n. IT 12 =160 i
= 160 ( 1,947 )
= 311,5 m
o. IT 13 =250 i
= 250 ( 1,947 )
=486,7m
p. IT 14 =400 i
= 400 ( 1,947 )
=778,8m
q. IT 15 =640 i
= 640 ( 1,947 )
=1246 m
r. IT 16 =1000 i
= 1000 ( 1,947 )
=1947m
Tabel 3.8 Hasil IT pengukuran benda ukur 1
Kualitas IT01 IT0 IT1 IT2 IT3 IT4
Harga ( m) 0,8783 1,367 2,246 3,53 5,53 8,68
IT5 IT6 IT7 IT8 IT9 IT10 IT11 IT12 IT13 IT14 IT15 IT16
13,63 19,47 31,15 48,68 77,88 124,6 194,7 311,5 486,7 778,8 1246 1947
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 71
4.3 Grafik
1. Grafik Benda Ukur 1
2. Grafik Benda Ukur 2
Grafik Perbandingan Pengukuran dengan
Telescope Gauge dan Triobor
132.4
132.6
132.8
133
133.2
133.4
133.6
1 2 3 4 5
Tit ik Posi si
H
a
r
g
a
U
k
u
r
Telescope Gauge
Triobor
Grafik Perbandingan Pengukuran dengan
Telescope Gauge dan Dial Bore Gauge
70
70.5
71
71.5
72
72.5
73
1 2 3 4 5
Ti tik Posi si
H
a
r
g
a
U
k
u
r
Telescope Gauge
Dial Bore Gauge
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 72
4.4 Analisa
Pada praktikum pengukuran lubang ini kita menggunakan dua buah benda
ukur dengan alat ukur telescope gauge, triobor dan dial bore gauge. Pengukuran
benda ukur pertama dilakukan dengan menggunakan alat ukur triobor dan
telescope gauge yang masing-masing dilakukan lima kali pengukuran dengan
posisi yang berbeda-beda.
Dari percobaanyang kami lakukan dengan alat ukur tribor,teleskop gage
dandial bor gage terhadap 2 benda ukur yang bulat,diperoleh data sebagai berikut
1. Benda ukur 1
Pengukuran teleskop gage didapatkan :
Diameter rata-rata =132,79 mm
Standar deviasi =0,346
Pengukuran dengan triobor didapatkan :
Diameter rata-rata =133,018 mm
Standar deviasi =0,00274
2. Benda ukur 2
Pengukuran dengan teleskop gage didapatkan :
Diameter rata-rata =72,62 mm
Standar deviasi =0,0296
Pengukuran dengan dial bore gage didapatkan :
Diameter rata-rata =71,966 mm
Standar deviasi =0,000055
Pada benda ukur 1, selisih ukuran yang diperoleh dari pengukuran dengan
teleskop gauge dan triobor adalah 0,228 mm. Diameter rata-rata dari pengukuran
teleskop gauge lebih kecil dari pada diameter rata-rata dengan triobor.
Pada benda ukur 2, selisihukuran yang diperoleh dari pengukuran dengan
alat teleskop gauge dan dial bore adalah 0,654 mm. Diameter rata-rata pada
pengukuran dengan alat ukur teleskop gauge lebih besar dari pada diameter rata-
rata dengan alat ukur dial bore.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 73
Dari hasil perhitungan standar deviasi untuk benda ukur 1, dapat dilihat
bahwa standar deviasi triobor lebih kecil dari standar deviasi teleskop gage. Hal
ini menunjukkan bahwa hasil pengukuran dengan menggunakan triobor lebih
tepat atau presisi dibandingkan dengan menggunakan teleskop gage. Sedangkan
untuk benda ukur 2, hasil perhitungan standar deviasi teleskop gage lebih besar
dibandingkan standar deviasi dial bore gage. Berarti hasil pengukuran dengan
menggunakan dial bore gage lebih tepat atau presisi dibandingkan dengan
menggunakan teleskop gage.
Hal-hal yang mungkin menyebabkan terjadinya perbedaan yang
ditimbulkan adalah :
Ketelitian dari pratikan sendiri, ketelitian saat membaca besaran sangat
diperlukan karena kita menggunakan alat ukur yang memiliki
kecermatan mencapai 0,005
Perbedaan kecermatan pada masing alat ukur .misalnya triobor memiliki
kecermatan 0,005 sedangkan alat ukur lainnya seperti mikrometer dan
dial boregage memiliki kecermatan yang tidak sama dengan triobor.
Teleskop gage adalah alat ukur pembanding jadi kemungkinan terjadi
kesalahan sewaktu pengukuran kembali dengan dial bore gage dengan
menggunakan mikrometer. Hal ini dimungkinkan terjadi perubahan
hasil pengukuran akibat sensor dari teleskop gage diukur dengan
menggunakan mikrometer.
Dari grafik dilihat perbedaan atau range setiap pengukuran yang tidak jauh
berbeda dari awal pengukuran sampai akhir pengukuran, walaupun dengan
menggunakan dua jenis alat ukur yang berbeda. Hal ini berarti hasil pengukuran
yang diperoleh dari praktikum kali ini bisa dikatakan cukup berhasil karena
perbedaan harga ukurnya tidak terlalu besar.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Dari pengukuran didapat ketepatan dari dua alat ukur dengan pengukuran
sebanyak lima kali memiliki nilai yang relatif sama.
2. Pada pengukuran tersebut, ketelitian alat ukur triobor lebih baik dari alat
ukur telescope gauge, hal ini dapat dilihat dari standar deviasi dari masing-
masing pengukuran.
3. Kesalahan yang terjadi dalam pengukuran disebabkan oleh pengukuran
dan posisi pengukuran ditambah serta lingkungannya.
5.2 Saran
Hendaknya dalam praktikum ini praktikan bisa terlebih dahulu
menggunakan alat ukur sebelum melakukan pengukuran, selain itu saat
pengukuran harus hati-hati agar tidak terjadi kesalahan.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Suatu produk bisa dikatakan berkualitas jika sudah memenuhi faktor-faktor
yang telah di standarkan, karena hal ini akan berhubungan dengan kepuasan dari
pemakai produk tersebut, misalnya pengaruh ketidakbulatan akan menimbulkan
getaran mandiri sehingga jika sampai hal tersebut terjadi maka jumlah penggunan
dari produk tersebut akan berkurang. Maka untuk itu sebagai calon insinyur,
dibutuhkan kemampuan pengukuran kebulatan terhadap produk yang mempunyai
kontur melingkar, yang akan dilakukan pada praktikum kali ini.
1.2 Tujuan
a. Untuk mengenal dan mengetahui alat ukur dan alat bantu pengukuran
kebulatan.
b. Mengetahui toleransi kebulatan dan kesamaan sumbu.
1.3 Manfaat
Praktikan mampu menganalisa ketidakbulatan dengan metoda pengukuran
kebulatan menggunakan Blok V.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 76
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Objek
Pengukuran kebulatan dilakukan untuk menganalisa ketidakbulatan
dengan menggunakan metode kebulatan dibantu alat ukur bantu seperti blok V
dan Dial Indicator.
Bulat adalah titik titik yang berada pada bentuk geometris yang
mempunyai jarak yang sama terhadap satu titk acuan yaitu titik pusat. Kebulatan
adalah toleransi yang diizinkan dari bidang referensi bulat.
Toleransi kebulatan adalah daerah toleransi yang berada pada bidang
penampang yang dibatasi oleh dua buah lingkaran di mana selisih radius sebagai
harga toleransi.
Gambar 4.1 Toleransi Kebulatan
Peranankebulatan dalam industri :
1. Membagi beban sama besar
J ika suatu elemen itu bulat, maka beban yang tahan oleh benda tersebut
akan terbagi sama rata.
2. Mempelancar pelumasan
Bila objek bulat maka aliran pelumas akan lancar dan melumasi seluruh
bagian.
3. Menentukan ketelitian putaran
Apabila suatu benda tidak bulat mengakibatkan putarannya tidak teliti.
4. Menentukan umur komponen
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 77
Komponen yang penyimpangan kebulatannya kecil akan lebih tahan lama
dibandingkan komponen yang penyimpangan kebulatannya lebih besar.
5. Menentukan kondisi suaian
Penyimpangan kebulatan akan mempengaruhi suaian poros dan lubang.
Empat lingkaran referensi :
1. Lingkaran dalam maksimum, yaitu lingkaran terbesar yang dapat dibuat
dalam profil tanpa memotong profil.
Gambar 4.2 Lingkaran Dalam Maksimum
2. Lingkaran luar minimum, yaitu lingkaran terkecil yang dapat dibuat
profil tanpa memotong profil tersebut.
Gambar 4.3 Lingkaran Luar Minimum
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 78
3. Lingkaran daerah minimum, yaitu daerah di antara lingkaran dalam
maksimum dan lingkaran luar minimum.
Gambar 4.4 Lingkaran Daerah Minimum
4. Lingkaran kuadrat terkecil, yaitu lingkaran yang didapat dari rata-rata
untuk menghasilkan lingkaran lurus.
Gambar 4.5 Lingkaran Kuadrat Terkecil
Dampak dari ketidakbulatan :
1. Keausan pada bantalan
J ika komponen penyimpangan kebulatannya besar maka akan terjadi
gesekan antara poros dan bantalannya dan mengakibatkan keausan.
2. Benturan pada alat perkakas
Suatu komponen yang penyimpangan kebulatannya besar mengakibatkan
benturan pada alat perkakas.
3. Tekanan alat pemegang
Penyimpangan kebulatan menyebabkan tekanan pada alat pemegang.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 79
4. Getaran mandiri
Suatu komponen yang penyimpangan kebulatannya besar mengakibatkan
terjadinya getaran pada komponen tersebut.
2.2 Teori Alat Ukur
Adapun alat ukur yang digunakan pada praktikum kali ini adalah
1. Dial Indicator
Gambar 4.6 Dial Indicator
Kecermatan pembacaan skala pada dial indicator adalah 0,01; 0,005; atau
0,02 mm dengan kapasitas ukur yang berbeda. Dial Indicator merupakan
alat ukur pembnding yang banyak digunakan di industri pemesinan.
Prinsip kerja secara mekanis dimana gerak linier dari sensor diubah
menjadi gerak putaran. Dial indicator dapat digunakan untuk :
Memeriksa kebulatan ( benda ukur diletakkan pada blok V )
Mengukur toleransi kesalahan putar
Mengetahui kelurusan suatu garis
Dalam pemakaiannya dial indicator biasanya dipasangkan pada dudukan
seperti stand magnetic.
2. Stand magnetic
Stand magnetic merupakan alat ukur untuk meletakkan dial indicator
dalam proses pengkuran.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 80
Gambar 4.7 Stand Magnetic
3. Blok V
Blok V merupakan alat ukur bantu dalam proses pengukuran yang
berfungsi untuk tempat meletakkan benda ukur agar tidak bergeser geser
saat dilakukan pengukuran yang tepat dan jelas.
Gambar 4.8 Blok V
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 81
BAB III
METODOLOGI
3.1 Alat Ukur Yang Digunakan
Objek Ukur
Dial Indicator
Blok V
Dudukan Magnet
3.2 Skema Alat
Gambar 4.9 Skema Pengukuran Kebulatan
3.3 Prosedur Percobaan
a. Objek ukur diberi tanda pada pinggirnya dan diberi nomor urut searah
jarum jam.
b. Letakkan Objek ukur pada blok V atur sensor, atur sensor jam ukur
sehingga menempel pada pernukaan objek ukur diposisi 1 ( pada posisi
tertentu didekat garis melingkar pada objek ukur ).
c. Atur ketinggian sensor jarum penunjuk sehingga jarum bisa bergerak ke
kiri dan kekanan ( penyimpangan maksimum jarum kecil ) lalu set
posisi nol.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 82
d. Putar objek ukur dengan hati hati sehingga sensor jam ukur kurang lebih
berada di posisi 2, baca kedudukan jam ukur.
e. Ulangi prosedur d, sampai seluruh posisi objek ukur diperiksa.
f. Ulangi pengukuran dengan cara membalikkan putaran objek ukur ( dari
nomor 12 s/d 1).
g. Buat grafik kebulatan pada kertas grafik koordinat polar. Cari harga
ketidakbulatan dengan tiga metode analisa lingkaran referensi yaitu
lingkaran luar minimum ( minimum circumacrible ), lingkaran dalam
maksimum ( maximum inscribe circle ), dan lingkaran daerah minimum
( minimum zone circle ).
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 83
BAB IV
DATA DAN PERHITUNGAN
4.1 Tabel data
Tabel 4.1 Data pengukuran
No
Pengukuran Naik
No
Pengukuran Turun
Simpangan Dial Indikator
( m)
Simpangan Dial Indikator
( m)
1 2 Rata rata 1 2 Rata - rata
1 0 0 0 1' 0 0 0
2 30 30 30 2' 60 50 55
3 100 110 105 3' 100 110 105
4 60 50 55 4' 50 50 50
5 20 10 15 5' 20 10 15
6 40 40 40 6' 50 50 50
7 50 50 50 7' 60 50 55
8 50 40 45 8' 50 20 35
9 50 20 35 9' 50 20 35
10 120 100 110 10' 120 90 105
11 90 80 85 11' 90 90 90
12 40 10 25 12' 40 0 20
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 84
4.2 Perhitungan
A. Pengukuran Naik
Data Nomor :
Rata-rata =
B. Pengukuran turun
Data nomor :
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 85
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 86
4.3 Grafik
Gambar 4.10 Grafik lingkaran referensi
Gambar 4.11 Grafik histerisis
LINKARAN DALAM
MAKSIMUM
LINKARAN LUAR
MINIMUM
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 87
4.4 Analisa
Pada pengujian ini metoda yang digunakan ialah meja putar. Dimana data
yang diperoleh dengan cara pengukuran naik dan turun. Pengukuran naik
dilakukan searah putaran jarum jam. Sedangkan, pengukuran turun dilakukan
berlawanan arah putaran jarum jam, yaitu dari titik 1 12 dan 12 1. Data juga
diambil 2 kali untuk masing-masing cara pengukuran.
Sementara itu, dari data dapat dilihat bahwa pada kondisi yang sama , dalam
hal ini benda ukur, alat ukur, dan operator yang sama diperoleh hasil pengukuran
yang berbeda. Disini dapat kita lihat bahwa terjadinya histerisis pada alat ukur
yaitu penyimpangan dari harga ukur yang terjadi sewaktu dilakukan pengukuran
yang kontiniu dari dua arah yang berlawanan.
Selain penyimpangan pada hasil pengukuran juga disebabkan oleh posisi
ukur dimana pada waktu pengukuran kebulatan tak segaris dalam memutar
selinder atau benda ukur. J adi pengukuran telah berjarak dari posisi ukur yang
sebenarnya, yang menyebabkan penyimpangan pada hasil pengukuran. Dan juga
disebabkan oleh dudukan dari blok V yang tidak rata lagi sehingga benda ukur
bergoyang-goyang yang menyebabkan pengambangan alat ukur pada dial
indikator.
Namun nilai rata-rata yang diperoleh dari perhitungan tersebut cenderung
sama pada tiap-tiap posisinya. Hal ini menunjukan bahwa semakin banyak
dilakukan pengukuran maka tingkat kepresisisan akan semakin meningkat. Karena
alat yang digunakan adalah dial indicator dengan kecermatan 0,01 mm.
Akibatnya nilai yang diperoleh untuk x dan y pada pengukuran naik
dibandingkan dengan nilai x dan y pada pengukuran turun tidak cukup jauh,
karena perbedaaan nilai rata-ratanya tidak berbeda jauh.
Apabila dibandingkan antara pengukuran naik dan turun, pengukuran naik
yang pertama nilai maksimum yang diperoleh barada dititk 10 dengan nilai 120
m. Sedangkan, pengukuran turun nilai maksimumnya berada dititik 3 dengan
nilai 110 m. Hal ini disebabkan adanya histerisis pada alat ukur.
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 88
Dari lingkaran referensi yang diperoleh dapat dilihat bahwa R max =175 m dan
R min =65 m dapatkan terlihat bahwa pengukuran kebulatan ini kurang akurat
hal ini ditandai hasil pengukuran tiap-tiap titik yang berbeda-beda yang juga
terlihat pada grafik yang turun naik. Tetapi histerisis yang didapatkan tidak terlalu
jauh, ini telihat pada grafik perbandingan pengukuran naik dan pengukuran turun
(4.3 grafik).
Selain penyimpanganpada hasil pengukuran juga disebabkan oleh posisi ukur
dimana pada waktu pengukuran kebulatan tak segaris dalam memutar selinder
atau benda ukur. J adi pengukuran telah berjarak dari posisi ukur yang sebenarnya,
yang menyebabkan penyimpangan pada hasil pengukuran. Dan juga disebabkan
oleh dudukan dari blok V yang tidak rata lagi sehingga benda ukur bergoyang-
goyang yang menyebabkan pengambangan alat ukur pada dial indicator
Ada beberapa hal yang menyebabkan nilai pengukuran berbeda-beda,
diantaranya yaitu :
1. Permukaan benda ukur yang terlihat kotor,karena adanya sisa vaselin.
2. Pembacaan skala yang kurang tepat dan kurang teliti pada dial indikator
3. Alat ukur merupakan bagian yang penting dalam proses pengukuran, dial
indicator yang digunakan mempunyai kepekaan yang relatif tinggi, dial
indicator ini dapat merasakan perbedaan yang ralatif kecil pada benda
ukur.
4. Sewaktu pengukuran titik lain, praktikan melakukan pemutaran benda
ukur diatas blok V dengan tidak berhati-hati sehingga menyebabkan dial
indikator bergetar
5. Posisi pengukuran yang tidak tegak lurusnya sensor pada dial indikator
terhadapbenda ukur
6. Perbedaan yang diperoleh juga disebabakan dalam penentuan posisi
pengukuran yang tidak pas pada garis ukurnya
7. kerataan pada benda ukur yang menyebabkan adanya lembah dan bukit
pada objek ukur akibat terkorosi atau tergores-gores permukaannya karena
sering digunakan sebagai objek ukur
Laporan Akhir Praktikum Metrologi Industri Kelompok 4
Laboratorium Metrologi Industri 89
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang kami lakukan maka dapat kami ambil kesimpulan
sebagai berikut :
Pengukuran yang dilakukan pada kondisi dan situasi yang sama dan
cara yang berbeda maka hasil yang dieroleh juga berbeda.
Pengkuran yang dilakukan secara berulang belum tentu memperoleh
hasil pengukuran yang sama.
Dari hasil pengukuran dapat kita simpulkan bahwa objek ukur tidak
bulat walaupun terlihat bulat.
5.2 Saran
Dalam melaksanakan praktikum ini disarankan praktikan lebih cermat
dalam membaca serta meletakan posisi pengukuran. Selain itu, praktikan
harus hati-hati dalam proses persiapan serta proses pengukuran agar hasil
yang diperoleh lebih baik lagi.