Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM IV

LISSA JOUSE



Oleh :
Kelompok 2


NAMA MAHASISWA NIM
1. L.Subastian 081910201047
2. M Alfian Firmansyah 101910201001
3. Singgih Irawan 101910201011
4. Resan Bagus Candra S 101910201032
5. Intan Mawardah 101910201070
6. Iqbal Rifky Arifandi 101910201069
7. Vicky Ainur Ridho 101910201099







LABORATORIUM DASAR DAN OPTIK
PROGRAM STUDI S1
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bawasanya penentuan dan perhitungan dalam merancang atau Mendesain
suatu alat perlu kita jalani karena itu semnua merupakan suatu proses untuk
mendapatkan sesuai dengan keinginan kita. Untuk perencanaannya perlu adanya alat
ukur yang handal seperti AVOMETER Osiloscop, computer, dan alat penunjang
lainnya. Pada praktikum ini kita akan membahas tentang bagiamana cara
menggunakan osiloscop yang baik dan benar, Osiloskop merupakan salah satu alat
yang digunakan untuk mengetahui besar, nilai dan bentuk dari suatu gelombang
listrik. Gelombang tersebut berupa gelombang sinus maupun cosinus.
Metode Lissa Jous merupakan salah satu bagian dari pembelajaran osiloskop.
Dengan metode lissa jous, kita dapat melihat hasil dari penggabungan dua buah input
sumber (VPP). Namun pada dasarnya penampakan pada layar osiloskop, mencitrakan
perbedaan atau perbandingan Beda Fase, Frekuensi & Amplitudo dari 2 gelombang
inputan pada probe osiloskop.

1.2 Tujuan Praktikum
1. Agar mahasiswa mampu memahami prinsip kerja dari Oscilloscope.
2. Mahasiswa mampu membaca dan memahami dari gelombang lissajouse.

1.3 Landasan Teori
Bawasanya Lissajous ini adalah bagian ke dua dari seri pembelajaran
osiloskop, Edisi sebelumnya yaitu: Cara Kerja Osiloskop. Gambar / Diagram
Lissajous definisinya sederhana saja, yaitu adalah sebuah penampakan pada layar
osiloskop yang mencitrakan perbedaan atau perbandingan Beda Fase, Frekuensi &
Amplitudo dari 2 gelombang inputan pada probe osiloskop.
Sebelum membahas lebih jauh seperti apa pencitraan lissajous itu ada baiknya
kita mantabkan definisi dari Beda Fase, Frekuensi & Amplitudo itu sendiri, agar dalam
pemahaman lissajous nanti tidak mengalami kebingungan dan kesulitan.



Definisi Amplitudo
Amplitudo dalah nilai puncak / Maksimum positif dari sebuah gelombang
sinusoidal. Bila amplitudo suatu gelombang tertuliskan " 20 " maka nilai keluaran dari
gelombang tersebut akan bergerak dari 0 ke 20 ke 0 ke -20 ke 0 dan ke 20 lagi, begitu
seterusnya.

Definisi Frekuensi
Frekuensi dalah suatu pernyataan yang menggambarkan " Berapa banyak
gelombang yang terjadi tiap detiknya" dalam satuan Hz. Bila disitu tertulis 25Hz
berarti ada 25 gelombang ( 1 gelombang terdiri atas1 Bukit & 1 Lembah ) yang terjadi
dalam 1 detik, ini berarti 1 buah gelombang memakan waktu 1/25 detik = 0.04 detik
untuk tereksekusi sepenuhnya ( Inilah yang biasa disebut dengan Periode Gelombang
= Waktu yang dibutuhkan 1 gelombang untuk tereksekusi seluruhnya ) . Untuk lebih
jelasnya lihat gambar dibawah ini:



Domain Y menggambarkan Amplitudo, sedangkan domain X menggambarkan
waktu. dari gambar diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa gelombang tersebut
memiliki Amplitudo 50, Frekuensi 1 Hz dan Periode 1 Detik. Gambar ke 2:



Perhatikan gambar gelombang diatas!, 1 bukit & 1 lembah dapat tereksekusi
seluruhnya pada waktu 0,2 detik! Berarti apa yang dapat kita simpulkan?? Yup,
Gelombang diatas memiliki Periode = 0,2 detik yang berarti, akan ada 5 gelombang
yang dapat terselesaikan dalam 1 detiknya, yang berarti gelombang tersebut memiliki
Frekuensi sebesar 5 Hz.
Secara singkat frekuensi merupakan kebalikan dari periode demikian pula
sebaliknya, 5 Hz = 1 / 0,2 det ||| 0,2 det = 1 / 5 Hz [ Frekuensi = 1 / Periode & Periode
= 1 / Frekuensi ]

Definisi Beda Fase
Beda Fase adalah perbedaan sudut mulai antara 2 gelombang sinusoidal yang
sedang diamati. Sederhana bukan?? agar lebih jelas perhatikan ketiga gambar dibawah
ini ( Ketiga gelombang dibawah memiliki Frekuensi 1 Hz ) :


A. 50Sin( wt )


B. 50Sin( wt + 45 )


C. 50Sin( wt - 90 )

Perbedaan dari ketiga jenis gelombang diatas adalah sudut dalam memulai
besaran nilainya. Jika Gelombang A memulai awalannya dari nilai sudut nol maka,
Gel B memulai dari sudut 45 dan Gel. C memulainya dari sudut -90. Jika anda
bingung, maka cam kan saja, bila ada gelombang digeser kekiri maka dalam
persamaanya akan Di tambahkan sebesar pergeserannya [ Ex : Persamaan Gel. B ],
Demikian pula sebaliknya.
Untuk penjelasan sebenarnya mengenai lissajous, Perhatikan gambar dibawah
ini:














Inti dari gambar diatas adalah cara menggambar lissajous secara manual, yaitu
dimulai dengan:
1. Menggambar 2 gelombang yang akan diperbandingkan kedalam Domain X dan Y
( Lihat Gambar, Gel 1 diletakkan sebagai input Y [ Vertikal ] dan Gel 2 sebagai
input X [ Horizontal ] ),
2. Lalu memilah milahnya menjadi bagian bagian, dan jarak antar bagian2 pada
masing2 gelombang haruslah sama ( contoh dalam gambar adalah 16 bagian )
3. Dan yang terahir MemPlot masing masing titik dengan pasangannya masing
masing. Dengan menggambar garis bantuan ke tengah bidang kertas dan mencari
titik potongnya dengan perpanjangan garis bantu dari gelombang yang satunya
lagi.
4. Hubungkan titik2 tersebut sesuai urutanya, Selesai.
Dalam kenyataannya hasil gambar lissajous sendiri sangat banyak jenisnya
tergantung dari Frekuensi, Beda Fase & Amplitudo kedua gelombang yang
diperbandingkan ( Dalam contoh diatas kurva lissajous yang terbentuk terjadi dari 2
gelombang yang memiliki Rasio Frekuensi 1 : 2 || Rasio Amplitudo 1 : 1 || Beda Fase
= 0 derajat ) . Berikut contoh-contoh dari hasil kuva lissajous yang lain:


( Beda Fase 0 derajat, Frek sama )


( Beda Fase 180 derajat, Frek sama )


( Beda Fase 90, Frek sama, Amplitudo X = Amplitudo Y )


( Beda Fase 90, Frek sama, Amplitudo X > Amplitudo Y )

Dalam beberapa kasus, hanya kurva-kurva lissajous tertentu sajalah yang dapat
dengan mudah diketahui Beda Fase antara 2 gelombang pembentuknya. Lissajous
yang seperti apakah itu? ialah lissajous yang 2 gelombang pembentuknya memiliki
Frekuensi sama. Ciri cirinya adalah " lissajous yang hanya terdiri dari 1 lingkaran
saja. Lalu bagaimana cara menghitungnya? mari kita simak gambar dibawah ini:



Itu adalah rumus untuk kurva yang lingkaranya serong ke kanan untuk kurva
lissajous yang lingkarannya serong ke kiri, perhatikan gambar dibawah ini:



Bagaimana dengan lissajous yang lain? kita masih dapat menyimpulkan satu
hal dari kurva-kurva lissajous tersebut yaitu perbandingan rasio frekuensi antara 2
gelombang pembentuknya, Caranya:







Gambar 1 Gambar 2

Perhatikan gambar! Tarik garis Vertikal dan Horizontal Hitung Perpotongan
Garis Merah dengan grafik dan anggap ini sebagai variabel "M". Hitung Perpotongan
Garis Biru dengan grafik dan anggap ini sebagai veriabel "N"
Maka
Frek X : Frek Y === M : N
Pada Gambar 1 maka Rasio Frekuensi X banding Y adalah : 5 : 4 dan Pada
gambar 2 Rasio Frek X banding Y adalah : 2 : 3

BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1. Alat dan Bahan
1. Oscilloscope
2. 2 Function Generator
3. Probe


2.2. Gambar Rangkaian Percobaan


2.3. Prosedur Praktikum
1. Membuat rangkaian seperti gambar pada rangkaian percobaan.
2. Mengatur Function Generator sebesar 5Vpp.
3. Menentukan frekuensi Function Generator pertama sebagai patokan sebesar 1Khz.
4. Menentukan frekuensi Function Generator yang kedua sebagai pembanding.
5. Mengatur chanel Oscilloscope pada posisi chanel 2.
6. Mengatur posisi Time/Div pada posisi paling besar.
7. Mengamati apa yang terjadi pada Oscilloscope tersebut.
8. Membuat kesimpulan dari percobaan tersebut.

BAB III
ANALISA PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Hasil Percobaan

No. Frekuensi
1
Frekuensi
2
Rasio
Gelombang
Gambar Gelombang
1. 100 100 1 : 1

2. 200 400 1 : 2

3. 300 200 3 : 2

4. 300 300 1 : 1

5. 500 300 5 : 3

6. 400 800 1 : 2

7. 300 800 3 : 8





3.2. Pembahasan
Bawasanya praktikum kali ini kita akan membahs tentang metode lissa jous yang pada
pada praktikum ini menekankan tentang penggunaan osiloscop, dimana penggunaan osiloscop
banyak sekali pada bidang frekuensi dan gelombang sinus, gelombang kotak, dan gelombang
gergaji. Pada metode ini menyatakan bahwa defleksi masukan gelombang sinus eV
menyatakan tegangan defleksi vertikal dan gelombang sinus eh adalah tegangan defleksi
horizontal. Pada gambar Lissa Jouss yang menyatakan perbandingan 2 : 1, frekuensi sinyal
vertikal adalah dua kali frekuensi sinyal horizontal, sehingga bintik di CRT (Chatode Ray
Tube) bergerak dua siklus lengkap dalam arah vertikal dibandingkan terhadap satu siklus
dalam arah horizontal. Gambar yang dihasilkan dari perjalanan bintik CRT terhadap frekuensi
yang masuk ke dalam plat-plat defleksi disebut sebagai gambar Lissa Jouss. Untuk
mengahsilkan gambar lissa jouss dibutuhkan dua gelombang sinus serta frekuensi yang sama,
bentuk lissa jous itu sensdiri bervariasi ada yang berbentuk elips, garis lurus dan lingkaran, ini
tergantung dari fasa dan amplitudo kedua sinyal masukan tersebut.
Untuk membentuk sebuah lingkaran pada Lissa Jouss dibutuhkan kedua sinyal
masukan amplitudo yang sama, jika ingin membentuk membentuk sebuah elips dibutuhkan
kedua sinyal amplitudo tidak sefasa dengan sumbunya pada bidang vertikal dan horizontal.
Pada praktikum untuk menghasilkan garis lurus dibutuhkan kedua sinyal yang setara atau
berbeda fase sebesar 180
o
dan juga bisa dihasilkan melalui persamaan kedua sinyal dengan
fase sebesar 90
o
dan 270
o
untuk pengecualian sudut elips, yakni pembentukan sinyal elips
pada lissa jouss bias terbentuk selain perbedaan fase 90
o
.
Pada hasil praktikum untuk pembentukan Lissa Jous berbentuk tampilan elips
diosiloscop didapat data gambar gelombang dengan perbandingan 1 : 1 = 2 : 2 dan 3 : 3
dengan frekuensi masukan ditingkatkan. Beberapa kali lipat sesuai perbandingan yang
diinginkan terhadap kondisi perbandingan awal yang digunakan. Kesamaan ini dikarenakan
walaupun terjadi penambahan frekuensi terhadap frekuensi semula, tapi pada dasarnya
merupakan perbandingan yang tetap.
Untuk perbandingan 1 : 2 = 4 : 8. dan dari gambaran yang diperoleh saat
perbandingan 1 : 1 maka didapat satu satuan gelombang atau simpul di koordinat X dan
koordinat Y. Sedangkan pada saat perbandingan gelombang 1 : 2 maka pada sumbu Y didapat
dua satu satuan gelombang pada sumbu Y dan satu satuan pada sumbu X, serta pada
perbandingan gelombang 2 : 3 didapat dua satu satuan gelombang di sumbu X dan tiga satu
satuan gelombang di sumbu Y, pada saat perbandingan 3 : 5 maka terdapat tiga satuan
gelombang di sumbu X dan lima satu satuan di sumbu Y.
Berikut ini gambar Lissa Jous pada beberapa rasio frekuensi terhadap perubahan fase.


Gambar tampilan osiloscop pada fase 90
o
Gambar tampilan osiloscop pada fase 270
o



Gambar tampilan osiloscop pada fase 90
o
Gambar tampilan osiloscop pada fase 180
o

Dari fase frekuensi diatas memilki kesamaan gelombang yang mana pada saat fase
90
o
dan 270
o
, serta 90
o
dan 180
o
dimana keduanya memilki kesamaan .














BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1. Pada saat perbandingan frekuensi, beda fase, dan amplitudo dari kedua audio generator
akan mempengaruhi bentuk gelombang.
2. Pada saat kedua sinyal masukan amplitude akan membentuk lingakaran Lissa Jouss
pada tampilan osiloscop.
3. Pada saat kedua sinyal masukan amplitude tidak sefasa maka akan membentuk Lissa
Jouss elips pada osiloscop
4. Gambar yang dihasilkan osiloskop dapat dilihat dari perbandingan gelombang dari
frekuensi satu dengan frekuensi kedua.
5. Pada saat terjadi perubahan data yang mempunyai perbandingan serupa memiliki bentuk
gelombang yang serupa pula.
6. Untuk membentuk sebuah lingkaran pada Lissa Jouss dibutuhkan kedua sinyal masukan
amplitudo yang sama.

Anda mungkin juga menyukai