Anda di halaman 1dari 45

1

MACAM-MACAM ORAL HABIT DAN MANAJEMENNYA






Disusun oleh:
KELOMPOK VIII

Yasinta Noor Kartika KG/7988 Chrisdina Puspita S KG/8230
Dendi Aditya Pratama KG/8212 Pandu Novembiar Y.S. KG/8232
Hamida Sukma Sari KG/8214 Belinda Chandra H. KG/8234
Rizka Dindarini KG/8216 Mega Cicilia KG/8238
Wyndi N.K KG/8218 Ratna Fitrianingrum KG/8240
Novitasari Eko W. KG/8220 Yosaphat Bayu R KG/8242
Endah Wahyu S. KG/8224 Helmy Oktaviany H KG/8244
Raysa Yunda Pratiwi KG/8226 Nirwana Laksmita M. KG/8246
Shoimah Alfa Makmur KG/8228


Pembimbing:

drg. Cendrawasih AF, M. Kes., Sp. Ort. (K)
2


SEMINAR ORTODONSIA IV
Semester VIII

Presentasi:
Kamis, 26 Mei 2011


BAGIAN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJ AH MADA
YOGYAKARTA
2011

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Ahli psikologi dan psikiatri menggambarkan oral habits sebagai fenomena psikodinamik.
Dokter gigi memperhatikan masalah oral habits sebagai kebiasaan yang sangat berpengaruh bagi
pertumbuhan dan perkembangan sistem orofasial. Dokter gigi yang berhadapan dengan seorang
anak yang memiliki permasalahan oral habits dan telah mengalami masalah pada dentofasial
perlu memperhatikan latar belakang psikologis anak tersebut, dari semula merupakan kebiasaan
yang normal dilakukan sampai menjadi kebiasaan yang dipicu oleh adanya masalah emosional
anak tersebut (Kovelaous dkk, 1988). Oral habits dapat menjadi suatu bagian dari pertumbuhan
yang normal, gejala yang terjadi dengan dasar psikologis, atau merupakan hasil pertumbuhan
fasial yang abnormal.
3

Habits mula-mula merupakan suatu respon autonomik yang hanya terjadi pada respon
motorik. Respon otomatis yang diperoleh dari hasil pengulangan dan pembelajaran ini dapat
menjadi semakin tidak disadari dan menjadi kebiasaan yang menetap, mudah dilakukan dan
tidak disadari atau hampir otomatis (Tilakraj, 2003; Singh, 2007). Bad habits atau kebiasaan oral
yang merusak, terjadi bila habits yang melibatkan rongga mulut berkelanjutan, menyebabkan
gangguan pada struktur dentofasial (Rao dan Arathi, 2008). Mathewson dan Primosch (1995)
menyatakan bahwa oral habits merupakan suatu pola yang dilakukan untuk menyesuaikan
kontraksi muscular.
Seorang dokter gigi perlu memahami pengaruh oral habits terhadap gigi dan manifestasi
kebiasaan tersebut untuk mendapatkan hasil yang baik dalam perawatannya. Salah satu
perawatan penting yang dapat dilakukan adalah dengan perawatan orthodontik interseptif untuk
mengeliminasi kebiasaan tersebut sebelum berkembang lebih lanjut dan menyebabkan kerusakan
pada gigi-gigi (Dutta dan Sachdeva, 2007). Oral habits pada anak-anak, menimbulkan
ketidakseimbangan tekanan yang berbahaya bagi posisi gigi-geligi dan oklusi sehingga menjadi
malposisi dan maloklusi. J ika kebiasaan jelek tersebut berhenti pada usia kurang dari 3 tahun,
maka kemungkinan tidak akan mempengaruhi keadaan gigi-gigi. Apabila terjadi kelainan,
sifatnya hanya sementara, oklusi akan normal kembali dengan sendirinya. Tetapi apabila
ditemukan adanya kebiasaan jelek pada usia setelah 3 tahun, maka perlu adanya perhatan khusus,
karena akan terjadi gangguan pada oklusi (Mathewson dan Primosch, 1995). Oral habits pada
anak-anak sangat sulit dihentikan, apalagi bila hal tesebut memberikan kenyamanan tersendiri
bagi seorang anak. Kelainan yang timbul akibat oral habits dipengaruhi pola rangka wajah,
keterlibatan otot orofasial, intensitas, durasi dan frekuensi. Beberapa akibat yang dapat
ditimbulkan adalah protrusi gigi anterior rahang, retrusi gigi anterior rahang bawah, inflamasi
jaringan lunak, dan gigitan terbuka anterior (Pinkham, 1994). Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pada kebiasaan bernafas melalui mulut , 30% mengalami crossbite posterior pada periode
gigi decidui dan gigi bercampur, 48% crossbite posterior pada masa gigi permanen pada pasien
usia 2-12 tahun (Souki dkk., 2009), demikian pula pada usia. 13-14 tahun (Melsan dkk., 1987),
dan kecenderungan maloklusi kelas II (Singh, 2009).
Kebiasaan menghisap jari merupakan oral habit yang paling sering terjadi. Insidensi
kebiasaan menghisap jari dilaporkan mencapai antara 13% sampai 100% selama usia infantil.
Prevalensi kebiasaan ini menurun seiring pertambahan usia bayi, terutama pada usia 3,5-4 tahun
4

(Muthu dan Sivakumar, 2009). Hampir 97% bayi yang baru lahir mengalami kebiasaan tongue
thrusting. Prevalensi kebiasaan ini menurun menjadi 3% pada anak berusia 12 tahun (McMillan,
dkk., 2006). Prevalensi kebiasaan bruxism mencapai 7-88% pada anak usia mix dentition 7-15
tahun, Kebiasaan nail biting dilaporkan mencapai 45% pada anak-anak, dan menurun menjadi
4,5% pada orang dewasa (Peterson, dkk., 1994),
Mengingat cukup tingginya insiden yang terjadi dan banyaknya akibat yang ditimbulkan
oleh kebiasaan jelek tersebut, maka informasi mengenai oral habit dan manajemennya perlu
diketahui lebih lanjut.

B. Rumusan masalah
Dari latar belakang tersebut maka dapat disusun permasalahan sebagai berikut:
1. Apa saja macam oral habit yang dapat menyebabkan kelainan ortodontik?
2. Bagaimana mekanisme oral habit dapat menyebabkan maloklusi?
3. Bagaimana penatalaksanaan penghilangan oral habit yang berpotensi menyebabkan
maloklusi?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan dan manffat dari makalah ini adalah untuk mengetahui pengaruh oral habit terhadap
kelainan ortodontik dan manajemennya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Oral habits yang bersifat merusak umumnya menghasilkan tekanan yang dapat
mengubah lingkungan fungsional bagi pertumbuhan gigi. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa tekanan yang sangat kecil pun dapat mengubah posisi gigi jika diberikan dalam durasi
yang cukup panjang (Rakosi and Graber, 2010). Oral habit seperti menghisap jari, tongue
thrusting, dan bernapas melalui mulut memiliki efek yang besar pada perkembangan rahang
dan pola erupsi gigi sehingga dapat menjadi maloklusi. Kebiasaan-kebiasaan ini dapat
menyebabkan tulang alveolar melunak, perubahan pada posisi gigi-gigi dan oklusi, dan akan
menjadi semakin parah jika kebiasaan ini terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama. J ika
kebiasaan tersebut terus berlanjut terutama sampai setelah gigi permanen mulai tumbuh,
5

bukan tidak mungkin akan berkembang permasalahan pada rongga mulut (Hiremath, 2007;
Dutta dan Sachdeva, 2007).
Karakter jaringan tulang yang dikenai akibat kebiasaan buruk juga turut
mempengaruhi timbulnya maloklusi. Deformitas dapat terjadi akibat kebiasaan buruk yang
dilakukan pada jaringan tulang yang belum terkalsifikasi sempurna akibat malnutrisi atau
mengalami riketsia. Semakin awal kebiasaan buruk tersebut terjadi, deformitas yang
ditimbulkannya juga semakin besar (Strang dan Thompson, 1958).
Muthu and Sivakumar (2009) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi
permasalahan dental tersebut antara lain adalah frekuensi, durasi, dan intensitas kebiasaan.
Hiremath (2007) menyatakan hubungan ketiganya dapat dirumuskan sebagai berikut:
I =F D
I : intensitas; F : frekuensi; D : durasi
Kebiasaan menghisap jari tidak akan menimbulkan kelainan jika dilakukan oleh anak
berusia di bawah 2 tahun karena merupakan cara anak untuk mendapatkan kenyamanan. J ika
kebiasaan tersebut telah berhenti, maka tidak akan terjadi kelainan (Yamaguchi dan Sueishi,
2003). Teori lain menambahkan lokasi dan posisi kebiasaan dapat menentukan keparahan
terjadinya kelainan ortodontik (Strang dan Thompson, 1958).


A. Macam Oral Habit
1. Digit Sucking
Definisi: Digit-sucking habit merupakan kebiasaan menghisap jari (satu atau beberapa jari)
dengan mulut yang umum terjadi pada anak-anak karena memberikan efek ketenangan (Shelov
dan Hannemann, 1997). Etiologi: Banyak faktor yang menyebabkan terjadinya kebiasaan ini
seperti jenis kelamin bayi, tipe pemberian makanan (ASI atau mengedot botol susu), lamanya
pemberian makanan, faktor sosial-ekonomi, terpisah oleh orangtua, kesehatan umum dan
psikologis.

2. Tongue Thrusting
Definisi: Tongue thrusting adalah suatu kondisi lidah berkontak dengan gigi saat proses
menelan. Tulley (1969) mengatakan bahwa keadaan tongue thrusting adalah gerakan maju dari
6

ujung lidah di antara gigi untuk memenuhi bibir bawah selama menelan dan berbicara. Tongue
thrusting adalah pola oral habits terkait dengan bertahannya pola menelan yang salah selama
masa kanak-kanak dan remaja, sehingga menghasilkan gigitan terbuka dan penonjolan segmen
gigi anterior. Etiologi: Etiologi tongue thrust dapat dibagi ke dalam 4 jenis yaitu (1) genetik atau
herediter; (2) learned behavior (habit atau kebiasaan); (3) maturasional; (4) fungsional. Tongue
thrust dapat dibagi menjadi 4 jenis, (1) tipe fisiologis, meliputi bentuk normal pola menelan
tongue thrust anak-anak; (2) tipe habitual, tongue thrust merupakan suatu kebiasaan yang
dilakukan bahkan setelah dilakukan koreksi maloklusi; (3) Fungsional, mekanisme tongue thrust
merupakan perilaku adaptif untuk membentuk oral seal; (4) Anatomis, individu dengan lidah
besar atau terjadi perbesaran (enalrgement) dapat memiliki postur lidah ke depan.

3. Mouth Breathing
Definisi: Chopra (1951) mendefinisikan mouth breathing sebagai kebiasaan bernapas
melalui mulut daripada hidung. Chacker (1961) mendefinisikan mouth breathing sebagai
perpanjangan atau kelanjutan terpaparnya jaringan mulut terhadap efek pengeringan dari udara
inspirasi. Sassouni (1971) mendefinisikannya sebagai kebiasaan bernapas melalui mulut daripada
hidung (Singh, 2007). Etiologi: Mouth breathing dapat disebabkan secara fisiologis maupun
kondisi anatomis, dapat juga bersifat transisi ketika disebabkan karena obstruksi nasal. True
mouth breathing terjadi ketika kebiasaan tetap berlanjut ketika obstruksi telah dihilangkan
(Kohli, 2010).
Beberapa tipe mouth breathing dalam tiga kategori menurut Finn (1962):
a. Tipe Obstruktif. Tipe ini adalah anak yang bernafas melalui mulut karena adanya hambatan,
seperti (a) rinitis alergi, (b) polip hidung, (c) deviasi atau penyimpangan septum nasal, dan
(d) pembesaran adenoid.
b. Tipe Habitual. Tipe habitual adalah anak yang terus menerus bernafas melalui mulutnya
karena kebiasaan, walupun obstruksi sudah dihilangkan.
c. Tipe Anatomis. Tipe anatomi merupakan anak yang mempunyai bibir atas yang pendek atau
lips incompetent sehingga tidak memungkinkan menutup bibir dengan sempurna tanpa
adanya tekanan
(Foster, 1993; Houston, 1990)

7

4. Bruxism
Definisi: Bruxism adalah istilah yang digunakan untuk mengindikasikan kontak non-
fungsional gigi yang meliputi clenching, grinding, dan tapping dari gigi dapat terjadi selama
siang hari atau malam hari dan berlangsung secara sadar dan tidak sadar. terjadi dalam kondisi
sadar dengan adanya ketidaknormalan fungsi pada otak (Singh, 2007 ; Rosenthal, 2007; Herrera
dkk., 2006). Menurut Rao (2008) bruxism terjadi sekitar 15% pada anak-anak dan orang dewasa.
Bruxism dapat menyebabkan beberapa komplikasi dental, oral, maupun fasial. Kondisi ini sering
merupakan sumber sakit kepala, kerusakan gigi yang membutuhkan perawatan restoratif,
penyebab kegagalan implan, dan bahkan rasa sakit pada leher dan TMJ (Rosenthal, 2007;
Herrera dkk., 2006).
Etiologi: Nadler (1957) membagi etiologi bruxism menjadi empat yaitu (1) faktor lokal,
suatu gangguan oklusal ringan, usaha yang dilakukan pasien tanpa sadar untuk memperbanyak
jumlah gigi yang berkontak atau reaksi atas adanya iritasi lokal, (2) faktor sistemik, gangguan
gastrointestinal, defisiensi nutrisi dan alergi atau gangguan endokrin telah dilaporkan menjadi
salah satu faktor penyebab, (3) faktor psikologis, tekanan emosi yang tidak dapat di tunjukan
oleh pasien seperti rasa takut, marah, dan penolakan, perasaan tersebut disembunyikan dan
secara tidak sepenuhnya sadar diekspresikan melalui berbagai cara seperti menggeretakkan gigi,
(4) faktor pekerjaan, seperti para pembuat arloji, orang-orang yang suka mengunyah permen
karet, tembakau atau benda-benda lain seperti pensil atau tusuk gigi. (Singh, 2007; Ghom and
Mhaske, 2009; Rao 2008).

5. Lip Sucking
Definisi: Lip sucking adalah kebiasaan menahan bibir bawah dibelakang gigi anterior atas
dan menekan bibir bagian dalam oleh gigi anterior bawah dengan terus-menerus. Fukumitsu
dkk., 2003. Lip sucking merupakan pengganti kebiasaan menghisap jari (Gartika, 2008).
Kebiasaan ini juga dapat terjadi dalam bentuk lip wetting (Karacay dkk., 2006). Etiologi:
Beberapa hal yang dapat menyebabkan kebiasaan buruk menggigit bibir adalah kemunduran
mental, psikosis, gangguan karakter, sindrom genetik, dan neuropati sensori congenital (Karacay
dkk., 2006). Lip sucking dalam beberapa kasus merupakan suatu aktivitas kompensasi yang
timbul karena overjet berlebihan sehingga menimbulkan kesulitan menutup bibir pada saat
deglutisi (Singh, 2003).
8


6. Cheek Biting
Definisi: Cheek biting adalah kebiasaan menggigit bagian dalam pipi secara spontan. Pasien
yang menderita cheek biting biasanya tidak dapat mengendalikan diri setiap kali mulai menggigit
pipi. Kebanyakan penderita tidak menyadari bahwa kebiasaan ini dapat meyebabkan kerusakan
serius pada mukosa pipi bagian dalam sampai terjadi perlukaan yang menimbulkan nyeri yang
sangat mengganggu (Khan, 2010). Dalam sebuah survei yang melibatkan 23.616 orang dewasa
kulit putih Amerika dari Minnesota, jumlah kasus keratosis akibat cheek biting adalah 1,2 kasus
per 1000 individu. (Flaitz,2009). Etiologi: Beberapa penyebab cheek biting menurut Anonim
(2011), yaitu: (a) gigi yang tajam atau runcing, (b) erupsi gigi bungsu, (c) iatrogenic, dan (d)
penyebab lain seperti stress (kecemasan), efek samping dari teeth grinding, kelainan TMJ,
kelainan penutupan rahang, dan disfungsi otot.

7. Masochitic Habit
Definisi: Masochitic habit atau sering juga disebut self-injurious behaviour adalah kebiasaan
yang menyebabkan penderita akan memperoleh kesenangan dari rasa sakit yang dialaminya. Hal
ini mungkin menyenangkan bagi penderita, namun dapat dirasakan sebagai rasa sakit bagi orang
lain (Singh, 2007). Masoschitic habit adalah semua kebiasaan yang dapat membahayakan fisik
seseorang serta dilakukan dengan sengaja dan hanya melibatkan dirinya sendiri. Masoscitic habit
yang memiliki hubungan erat dengan perkembangan dan pertumbuhan oklusi adalah kebiasaan
menggigit kuku (nail biting). Etiologi: Kebiasaan ini lebih sering dilakukan dalam keadaan
sadar. Masoscitic habit sering dilakukan lebih dari satu kali (multipel). Hal yang mendorong
pelaku masoschitic habit sangatlah tidak masuk akal dan terkadang aneh, perilaku ini terkadang
sangat berbahaya dan harus segera membutuhkan pertolongan (Simeon dan Favazza, 2001).

8. Postural Habit
Definisi: Postural habit adalah kebiasaan yang dilakukan secara tidak sengaja dan bersifat
konstan (Yamaguchi dan Sueishi, 2003). Kebiasaan seperti chin propping dan menggigit-gigit
pensil dapat menimbulkan temporo-mandibular dysfunction (TMD). Kebiasaan tersebut
mengakibatkan beban pengunyahan pada gigi yang terlalu besar, hiperaktivitas otot, ketegangan
9

otot-otot pendukung sendi temporomandibula, pengecilan otot rahang, dan rasa sakit di sekitar
rahang (Ofceson, 1998).

B. Prosedur penatalaksanaan

Singh (2007) menjelaskan bahwa ada 3 hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan penatalaksanaan oral habits yaitu, (1) kondisi emosional anak didalam keluarga dan
lingkungan sekitar, (2) usia, (3) potensi munculnya maloklusi akibat habits. Hal yang harus
diingat bahwa tidak dianjurkan melakukan intervensi aktif sebelum anak berusia 3 tahun dengan
cara melarang habits yang dilakukan. Lebih baik dilakukan modifikasi pola hidup sehari-hari.
Anak usia 5 tahun dengan maloklusi klas I disertai open bite dapat dikoreksi jika habit
dihentikan sebelum erupsi gigi-gigi insisivus permanen. Perkembangan maloklusi dan
koreksinya merupakan hal darurat ketika fase erupsi gigi-geligi permanen. Prosedur
menghilangkan oral habits pada anak sangat tergantung pada pola perilaku dan kebiasaan
dengan melibatkan:
1. Metode Psikologis
Singh (2007) mengatakan bahwa hal pertama yang dipertimbangkan dalam penggunaan
metode ini adalah durasi, frekuensi dan perkembangan osteogenik, sifat herediter dan status
kesehatan anak. Metode ini hanya dapat dilakukan jika anak siap secara psikologis dan ingin
menghilangkan oral habits. Orangtua sebaiknya bersikap kooperatif dengan cara mengatur
rentang waktu keberhasilan anak dalam menghilangkan oral habits, tidak mengkritik anak jika
oral habits terus berlanjut, dan memberikan suatu penghargaan kecil jika anak tidak lagi
melakukan oral habits tersebut.
2. Metode Ekstra-Oral
Menurut Singh (2007), metode ekstra oral meliputi: memberikan perasa yang tidak
enak/pahit pada jari-jari anak, memberikan sarung tangan atau membungkus tangan dan jari-jari
anak, memberikan penghargaan kepada anak karena bisa mengurangi oral habit sehingga
membuat anak merasa termotivasi untuk bisa menghilangkan oral habit secara total, dan
orangtua tidak boleh bersikap perfeksionis kepada anak.
3. Metode Intra-Oral
10

Menurut Singh (2007) metode ini berupa alat ortodontik yang direkomendasikan dan dibuat
oleh dokter gigi kemudian diaplikasikan didalam mulut anak dengan atau tanpa ijin anak
tersebut.

American Academy of Pediatric Dentistry menjelaskan bahwa manajemen sebuah oral
habits akan menjadi indikasi jika kebiasaan tersebut mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial, gigi-geligi permanen yang akan tumbuh dan bahkan memberikan
efek samping terhadap kesehatan si anak. Manajemen oral habits meliputi konseling pasien
beserta orangtuanya, modifikasi pola hidup sehari-hari, terapi miofungsional, terapi dengan
menggunakan alat, dan masih banyak hal yang dilakukan selain yang telah disebutkan. Namun
penggunaan alat hanya diindikasikan jika si anak benar-benar kooperatif. Macam-macam alat
ortodontik yang digunakan pada masing-masing manajemen oral habits beserta mekanisme
penggunaannya akan dibahas lebih lanjut di pembahasan.

11

BAB III
PEMBAHASAN

Penelitian-penelitian dan teori yang dikemukakan dalam tinjauan pustaka, mendasari sebuah
bad habit dapat menyebabkan malposisi dan maloklusi yang khas sesuai dengan mekanisme
kebiasaan yang dilakukan. Pembahasan mengenai detil mekanisme yang khas ini penting sebagai
dasar etiologi penatalaksaan yang khas pula, dan lebih lanjut akan dibahas secara mendalam
dalam bab ini. Adapun gambar alat ataupun bagan tatalaksana dapat dijumpai dalam lampiran.

A. Digit Sucking
Mekanisme
Open bite anterior terjadi akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap pada
gigi-gigi insisivus. Keadaan ini mencegah terjadinya erupsi lanjutan atau erupsi lengkap dari
gigi-gigi insisivus, sedangkan gigi-gigi posterior tetap bebas bererupsi. Tanda lain yang akan
terlihat adalah pergerakan gigi-gigi insisivus atas ke arah labial dan gigi-gigi insisivus bawah
ke arah lingual. Pergerakan gigi-gigi insisivus ini tergantung pada jari yang dihisap dan
diletakkan serta banyaknya jari yang dimasukkan ke dalam mulut. Ibu jari yang diletakkan ke
dalam mulut akan menekan permukaan lingual gigi-gigi insisivus rahang atas dan pada
permukaan labial gigi insisivus bawah. Anak yang secara aktif menghisap jari dapat
menghasilkan daya yang cukup pada ujung gigi insisivus rahang atas, sehingga menjadi lebih
protrusif dan gigi insisivus bawah lebih retrusif dengan demikian bertambahnya overjet dan
overbite semakin besar (Fields, 1993; Moyers, 1988).
Keadaan lain yang dapat muncul adalah kontraksi maxilla. Kontraksi maxilla biasa
terjadi pada kebiasaan menghisap jari karena lengkung maxilla gagal untuk berkembang
karena perubahan keseimbangan antara tekanan pipi dan lidah. Ketika ibu jari diletakkan di
dalam mulut, lidah akan tertekan ke bawah dan menjauh palatum serta menurunkan tekanan
lidah pada bagian lingual gigi posterior rahang atas. Tekanan otot pipi terhadap gigi-gigi
posterior rahang atas ini meningkat akibat kontraksi muskulus bucinator selama menghisap.
Hilangnya keseimbangan daya yang diberikan oleh lidah pada permukaan lingual
menyebabkan lengkung posterior maksila berkontraksi menjadi crossbite posterior. Tekanan
12

pipi terbesar terjadi pada sudut mulut dan menyebabkan lengkung maksila berubah menjadi
bentuk V (Fields, 1993; Moyers, 1988).
Penatalaksanaan
Salah satu cara untuk menghentikan kebiasaan menghisap jari adalah dengan
menggunakan thumb splint maupun sarung tangan sehingga ketika dalam kondisi tidur anak
akan terbiasa tidak menghisap jarinya. J ika anak tidak kooperatif dengan pemakaian alat
fungsional lepasan seperti palatal crib, perawatan pada open bite anterior akibat kebiasaan
menghisap jari dapat dilakukan dengan alat cekat mekanik. Pada dasarnya perawatan
terhadap open bite anterior ini dapat dilakukan dengan penghilangan habit, modifikasi
pertumbuhan, kamuflase ortodontik, dan pembedahan (Millett dan Welbury, 2005).
Perawatan dalam menghilangkan finger sucking habit diantaranya memberikan sarung,
perekat, atau material termoplastik yang digunakan pada jari yang sering digunakan anak
untuk menghisap. Benda tersebut menimbulkan ketidaknyaman dalam menghisap jarinya
sehingga kebiasaan tersebut dapat dihentikan ().

B. Tongue Thrusting
Manajemen
Manajemen melibatkan intervensi terhadap habit, yaitu untuk menghilangkan etiologi
diikuti dengan perawatan untuk memperbaiki maloklusi tersebut. Setelah kebiasaan itu dapat
dikurangi, maloklusi dirawat menggunakan peralatan ortodontik lepasan atau cekat.
Perawatan tongue thrust dapat dibagi ke dalam berbagai langkah:
a. Terapi Myofungsional: latihan menelan dan postur lidah yang benar. Pasien diajarkan
pola menelan normal dengan meminta pasien untuk menjaga ujung lidah pada perbatasan
palatum lunak dan keras. Berbagai latihan otot lidah dapat membantu dalam untuk
beradaptasi dengan pola menelan baru.
b. Pemakaian alat untuk memandu posisi lidah yang benar. J ika pasien sudah akrab dengan
posisi lidah baru, maka alat diberikan untuk melatih posisi lidah yang benar. Tongue
trainer dapat membantu dalam posisi yang benar lidah dengan bantuan dari tongue tag.
Tongue guard untuk mencegah memajukan lidah. Dapat juga digunakan untuk
meningkatkan kebiasaan mulut pernapasan.
13

c. Terapi mekanis. Baik alat cekat dan lepasan (cribs atau rakes) dapat dibuat untuk
menahan gerakan lidah ke anterior selama menelan dengan tujuan untuk melatih bagian
belakang lidah ke posisi superior posterior di rongga mulut. Peralatan ini cenderung
memaksa lidah ke bawah dan belakang selama menelan. Cribs ditempatkan di palatal
berfungsi sebagai dinding penghalang lidah selama menyodorkan (thrusting). Alat ini
juga mengkondisikan refleks dan memandu posisi lidah sehingga dorsum lidah berada di
palatal dan ujung lidah berada pada rughae palatina selama proses menelan. Hasilnya
adalah lidah akan menyebar ke lateral dan tekanan pada daerah bukal maksila akan
tersebar sehingga mencegah penyempitan lengkung rahang.
Pemilihan Alat
1). Lingual arch yang disolder dengan taji yang pendek dan tajam dapat diadaptasikan
dengan baik, akan menjaga posisi lidah dengan benar saat menelan
2). Oral screen untuk pasien kooperatif
3). Alat lepasan dengan tongue spur atau spikes dapat digunakan juga pada pasien
kooperatif
4). Crib cekat dapat dipakai bersamaan dengan alat korektif cekat.

C. Mouth Breathing
Mekanisme
Menurut Fin (1962) kebiasaan bernafas melalui mulut yang kronis mengakibatkan
perubahan pada pertumbuhan tulang rahang dan keseimbangan otot-otot wajah. Untuk
mendapatkan suatu oklusi yang baik, perlu dijaga keseimbangan dari ketiga otot yang disebut
triangular force conseps, yaitu otot lidah, pipi dan bibir. Apabila terjadi ketidakseimbangan
dari ketiga otot ini maka, akan terjadi maloklusi. Pada saat bernafas lewat mulut, bibir dalam
keadaan istirahat tidak bertemu (Moyers, 1973). Bernafas lewat mulut memerlukan posisi
postural yang berubah dari mandibula. Mandibula diturunkan dan jarak interoklusal
meningkat berlebihan (Foster, 1993), kepala akan bertambah tinggi, posisi tulang hyoid
semakin rendah, dan lidah akan bertambah ke depan dan bawah (Faria dkk., 2002). Posisi
lidah yang ke depan mengakibatkan lengkung mandibula lebih mendapat pelebaran ke arah
lateral dibanding dengan lengkung maksila yang menjadi sempit oleh karena
pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga sebagian gigi posterior miring ke lingual ().
14

Ciri mouth breathing ialah memiliki wajah adenoid yaitu wajah panjang dan sempit,
hidung dan jalan udara nasal yang sempit, bibir lemah dengan bibir atas yang pendek,
tahanan bibir yang tidak adekuat, selain itu skeletal open bite atau sindrom wajah panjang
yaitu erupsi gigi posterior yang berlebihan, lengkung maksila yang sempit, overjet yang
berlebihan dan pertumbuhan mandibula yang buruk (Kohli, 2010), palatum sempit dengan
bentuk huruf V, cekungan palatal yang tinggi, insisivus yang protrusif dan oklusi Angle kelas
II divisi 1, gigi berjejal pada lengkung rahang bawah dan atas, gangguan pertumbuhan
vertikal, posisi lidah yang rendah yang menganggu fungsi (Gartika, 2008).
Kelainan orthodontik yang terjadi pada anak yang bernafas melalui mulut adalah:
1. Maloklusi Klas II divisi 1. Anak yang bernafas melalui mulut memiliki bibir pendek
sehingga diperlukan usaha otot yang besar untuk mendapatkan penutupan bibir, maka
diperoleh penutupan lidah-bibir bawah dan ini terdapat hubungan Klas II divisi 1
(Houston, 1990). Akibat dorongan lidah ketika pasien mencoba membasahi bibir yang
kering mengakibatkan mahkota insicivus terdorong ke labial ().
2. Anterior open bite. Tanimoto dkk. (2008) menyatakan bahwa mouth breathing dapat
mengakibatkan open bite dengan susunan gigi maksila yang sempit. Penutupan bibir pada
anak yang bernafas melalui mulut yaitu penutupan lidah-bibir bawah, di mana ujung
lidah berada pada incisal insicivus mandibula yang mencegah erupsi lebih lanjut dan
menghalangi perkembangan vertical dari segmen insicivus tersebut (Foster, 1993;
Houston, 1990). Hal ini yang menyebabkan anterior open bite pada anak yang bernafas
melalui mulut.
3. Maksila yang sempit dengan palatum tinggi. Perubahan pola pernapasan dapat mengubah
ekuilibrium tekanan pada rahang dan gigi dan mempengaruhi pertumbuhan rahang dan
posisi gigi. Lidah tergantung di antara lengkung maksila dan mandibula menyebabkan
konstriksi segmen bukal sehingga menyebabkan bentuk v maksila dan palatum yang
tinggi. Hal ini dikarenakan kurangnya stimulasi muskulus yang normal dari lidah dan
tekanan yang meningkat pada kaninus dan area molar pertama akibat tegangnya
muskulus orbicularis oris dan bucinator, segmen bukal maksila tidak berkembang dan
memberikan bentuk v pada maksila dan palatum yang tinggi dan pasien biasanya
mengalami cross bite posterior (Singh, 2009).

15

Penatalaksanaan
Manajemen dilakukan terapi myofungsional, yaitu (1) setiap hari: pegang pensil
diantara kedua bibir, (2) malam hari: plester bibir atas dan bawah bersama-sama dengan tape
surgical (plester bedah), (3) pegang selembar kertas diantara bibir atas dan bawah (4)
meregangkan/melebarkan bibir atas untuk menjaga agar bibir menutup atau merenggangkan
dengan melengkungkan kebawah kearah dagu untuk pasien dengan hipotonus bibir atas yang
pendek (Singh, 2007). Manajemen dengan menggunakan alat dilakukan jika anak masih
melakukan kebiasaan oral ketika anak telah berumur 6 tahun/ ketika gigi permanennya mulai
erupsi.
Oral screen merupakan salah satu alat fungsional yang digunakan untuk mencegah
mouth breathing (Gartika, 2008). Oral screen adalah alat untuk mengepaskan vestibulum
yang akan mengunci aliran udara melewati mulut dan langsung berkontraksi oleh bibir untuk
melawan beberapa gigi depan yang labioversi. Oral screen didesain untuk mengaktifkan
otot-otot bibir dan muka sehingga dapat menggerakkan gigi-gigi incisivus atas ke posisi yang
lebih baik dan meningkatkan fungsi bibir sebagai upaya untuk mengimbangi gaya dari lidah
yang melawan gigi-gigi. Oral screen dapat digunakan untuk meretraksi bibir, mengoreksi
labioversi ringan pada gigi depan rahang atas, membantu retrain dan memperkuat gerakan
bibir (Singh, 2007).

D. Bruxism
Mekanisme
Bruxism yang terjadi pada saat masa kanak-kanak akan menyebabkan erupsi yang
tidak sempurna pada gigi posterior dan juga menyebabkan menurunnya petumbuhan vertikal
dari maksila posterior, selain itu berakibat atrisi pada gigi anterior yang akan menyebabkan
turunnya dimensi vertical sehingga bermanifestasi pada deep overbite gigi anterior (Bishara,
2001).
Bruxism akan mengahasilkan erupsi yang tidak komplit pada gigi posterior sehingga
menurunkan petumbuhan vertical dari maksila posterior dan proses pembentukan alveolar
mandibula yang menghasilkan kenaikan overbite anterior. Gigi yang terkikis pada penderita
bruxism menyebabkan pengurangan jarak antara rahang atas dan rahang bawah, sehingga
16

mengurangi dimensi vertikal (Ghom and Mhaske, 2009). Penurunan dimensi vertikal
bermanifestasi pada deep-overbite pada gigi anterior (Bishara, 2001).
Penatalaksanaan
Berdasarkan Singh (2007) dan Rosenthal (2007) penatalaksanaan bruxism dapat
dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu:
1. Obat seperti vapocoolant (etil klorid) untuk nyeri pada TMJ, injeksi anestesi lokal pada
area TMJ untuk menganastesi otot-otonya,dan obat penenang serta obat pengurang
ketegangan otot.
2. Occlusal adjusment untuk mengoreksi rahang ke keadaan relaks selama pergerakan
fisiologis. Dapat pula disertai dengan bite plane.
3. Restorasi dimensi vertikal yang hilang dengan mahkota tuang/ mahkota stainless steel
4. Bite plane/occlusal splint/bite guards merupakan pembimbing bidang oklusal,biasanya
terbuat dari resin akrilik dan didesain menutupi seluruh permukaan aklusal dan insisal
gigi.
Bite Plane/occlusal splint yang dapat digunakan menurut Rosenthal (2007) adalah
a. Full-mouth occlusal splint. Alat ini kurang dianjurkan karena ukurannya relatif besar dan
membutuhkan beberapa waktu kunjungan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan
dalam rangka mencapai hubungan simultan pada semua gigi yang berlawanan untuk
menghambat terjadinya bruxism.
b. Anterior splints. Alat ini dihunakan untuk mencegah gigi posterior tidak menyentuh
permukaan oklusal pada saat terjadi gerakan mandibula. Anterior splints memerlukan
waktu kunjungan yang minimal, karena kontak dengan hanya 2 sampai 4 gigi saja yang
diperlukan untuk mencapai efek penghambatan pada bruxism.
c. Night Guard/Occlusal guard. Merupakan plat yang dibuat untuk menutupi permukaan
oklusal gigi. Alat ini dipakai ketika tidur untuk menghentikan kebiasaan bruxism dan
clenching habit ketika tidur, melindungi gigi dan mengurangi penyebab primer dari
mobilitas gigi (Rahmadhan, 2009; Finn, 2003; Bishara,2001).
Ketiga alat diatas bersifat terapeutik disebabkan karena efek bite raising yakni
mampu mengurangi ketegangan otot secara pasif. Pada individu yang bruxism, alat ini dapat
mengurangi penggunaan alat prostetik dan mampu mengurangi kontak gigi yang berperan
sebagai pencetus terjadinya bruxism. J ika terdapat splinting otot pada bruxism, maka
17

intensitas bruxism dapat menurun setelah nyerinya dikurangi dengan penggunaan occlusal
guard (Singh 2007).

E. Lip Sucking
Dampak dan Mekanisme
Pasien dengan lip sucking habit dapat menunjukkan hal sebagai berikut (1) protrusif
gigi anterior rahang atas, (2) retrusif gigi anterior rahang bawah, (3) peningkatan overjet, (4)
diastemata anterior rahang atas, (5) crowding gigi anterior rahang bawah, (6) hiperaktivitas
muskulus mentalis, dan (7) pendalaman sulkus mentolabialis. Dampak pada bibir yang
dihisap diantaranya (1) vermilion border hipertrofi dan tampak berlebihan pada posisi
istirahat/diam, (2) kemerahan di bagian bawah vermilion border (3) bibir menjadi
lembek/lunak (4) kadang terdapat herpes kronis dengan area iritasi dan bibir pecah-pecah
(Germe dan Taner, 2005; Singh, 2003).
Protrusif gigi anterior rahang atas dan retrusif gigi anterior rahang bawah disebabkan
karena dengan adanya bibir diantara gigi anterior rahang atas dan bawah maka gaya gigi
anterior rahang bawah diteruskan ke gigi anterior rahang atas dari arah lingual, sedangkan
gigi incisivus atas juga akan memberikan gaya ke gigi incisivus bawah dari arah labial
(Fukumitsu dkk., 2003; Gartika, 2008).
Pasien dengan overjet yang besar memiliki kesulitan penelanan akibat tidak adanya
anterior lip seal. Hal ini disebabkan kondisi bibir atas yang inkompeten, sehingga pasien
terbiasa menempatkan bibir bawah di lingual gigi anterior rahang atas untuk mendapatkan
anterior lip seal. Hal itu menyebabkan muskulus mentalis memanjang untuk menarik bibir
bawah ke atas, sehingga terjadi hiperaktivitas muskulus mentalis (Singh, 2003).
Penatalaksanaan
i. Latihan bibir. Latihan bibir yang dapat dilakukan adalah memanjangkan bibir atas
melewati gigi incisivus dan menempatkan bibir bawah di atas bibir atas (Muthu dan
Sivakumar, 2009).
ii. Memainkan alat musik tiup. Alat musik tiup dapat memperkuat otot-otot bibir dan
memberikan tekanan dengan arah yang benar (Muthu dan Sivakumar, 2009).
iii. Lip bumper. Alat ini digunakan untuk mendapatkan ruang pada lengkung untuk
mengkoreksi kondisi gigi berjejal ringan hingga sedang pada lengkung gigi, gigi molar
18

rotasi, mengontrol kehilangan penjangkaran, memperbaiki aktivitas otot-otot bibir, dan
menghiangkan kebiasaan menghisap maupun menggigit bibir. Kebiasaan menghisap bibir
dicegah dengan labial shield pada alat ini. Posisi bibir bawah akan terkoreksi setelah
perawatan (Germe dan Taner, 2005).
Kedua gigi molar I rahang bawah dipasang molar band, kemudian bagian-bagian
lip bumper dipasang 2-3 mm di anterior gigi insicivus rahang bawah dan 4-5 mm di
lateral gigi posterior/segmen bukal. Lip bumper dicekatkan pada molar tube yang ada
pada molar band untuk mencegah pasien melepasnya dan kontrol disarankan 1 minggu
sekali untuk dilepas dan dibersihkan. Lip bumper disesuaikan secara berurutan untuk
mengembalikan gigi ke posisi yang diharapkan. Biasanya, setelah 3 bulan kebiasan
menghisap bibir bawah akan hilang (Germe dan Taner, 2005).
Inklinasi labial gigi insicivus rahang bawah dan overjet akan terkoreksi karena
pengurangan tegangan muskulus labialis inferior dan muskulus mentalis sebagai respon
tidak adanya lawan tekanan dari lidah. Gigi molar pertama rahang bawah akan bergeser
tegak lurus karena transmisi tekanan labial pada molar tubes yang ada pada alat (Germe
dan Taner, 2005).
Setelah penggunaan lip bumper appliance, jarak interkaninus rahang bawah akan
berkurang, lebar intermolar tidak berubah, dan panjang lengkung akan bertambah.
Penurunan jarak interkaninus rahang bawah disebabkan karena gigi kaninus rahang
bawah bergerak ke anterior. Peningkatan panjang lengkung disebabkan karena proklinasi
gigi insicivus rahang bawah dan pergerakan gigi molar pertama rahang bawah (Germe
dan Taner, 2005).
iv. Metal Button. Metal button pada permukaan lingual dari gigi anterior rahang atas. Button
harus dipasang tanpa menggangu kontak oklusi dan pasien harus menjaga oral hygiene
dengan baik. Untuk pasien yang memiliki kebiasaan mengisap bibir yang berat, button
dipasan pada seluruh gigi anterior rahang atas. Tetapi jika menggunakan alat ini, alat lain
seperti oral screen, lingual arches with soldered cribs, dan lip bumpers tidak dapat
digunakan.

F. Cheek Biting
Mekanisme
19

Gigi yang tajam dan erupsi gigi bungsu sering menjadi salah satu penyebab utama
cheek biting. Ketika gigi erupsi, jika tidak tersedia cukup ruang pada lengkung gigi maka gigi
yang erupsi akan berada pada posisi abnormal (erupsi dalam posisi buccal). Hal ini
menyebabkan mukosa pipi dapat tergigit dan menimbulkan rasa sakit. Penyebab lain seperti
stress (kecemasan), efek samping dari teeth grinding, kelainan TMJ, kelainan penutupan
rahang, disfungsi otot, dan lain-lain. Berdasarkan hal tersebut, kami menyimpulkan bahwa
cheek biting bukan kebiasaan oral yang menyebabkan kelainan ortodontik melainkan
kelainan ortodontik/anatomi gigi yang menyebabkan ketidaksengajaan mengigit pipi dan
menyebabkannya trauma dan tidak mengakibatkan kelainan ortodontik.

G. Masochitic Habit
Jenis masoschitic habit yang dibahas dalam makalah ini adalah nail bitting atau
kebiasaan menggigit-gigit kuku. Kebiasaan menggigit kuku merupakan salah satu kebiasaan
yang sering dilakukan. Selain menggigit-gigit kuku, pasien biasanya juga menggigit jaringan
di sekitar kuku dan menimbulkan luka oleh karena itu kebiasaan ini digolongkan dalam
kebiasaan masokistik. Kebiasaan menggigit kuku dapat terjadi karena tekanan emosional
yang terjadi pada pasien. J ika tidak dihentikan kebiasaan ini dapat menimbulkan beberapa
kelainan, baik kelainan ortodontik maupun kelainan yang lainnya ().
Beberapa tanda klinis yang terlihat pada pasien dengan kebiasaan menggigit kuku
adalah rotasi gigi, atrisi pada ujung incisal gigi, dan protrusi incisivus maksila. Kelainan
ortodontik tersebut dapat terjadi karena tekanan yang disebabkan oleh kebiasaan menggigit
kuku (Tanaka et al., 2008).
Mekanisme
Kebiasaan mengigit kuku dapat mengganggu perkembangan gigi-geligi dan
menyebabkan kelainan ortodontik. Selain itu kebiasaan menggigit kuku juga dapat
menyebabkan resorbsi akar bagian apikal jika seseorang sedang melakukan perawatan
ortodonsia. Hal ini dapat terjadi karena gaya yang didapat dari proses menggigit kuku akan
diteruskan oleh kawat ortodontik ke gigi-gigi lain dan menekan jaringan pendukung gigi.
Kerusakan periodonsium juga dapat terjadi walaupun orang yang melakukan kebiasaan
menggigit kuku tidak sedang melakukan perawatan ortodonsi. Gaya yang diakibatkan oleh
20

kebiasaan menggigit kuku juga dapat membuat gigi menjadi rotasi dan malposisi (Tanaka
dkk., 2008).
Penatalaksanaan
Kunci penghentian kebiasaan ini adalah motivasi pasien. Beberapa hal dapat
dilakukan untuk dapat menghilangkan kebiasaan menggigit kuku adalah memberikan perasa
tertentu pada kuku (misal rasa asam), memakai sarung tangan dan kaus kaki, melakukan
kesibukan tertentu sehingga kebiasaan tersebut dapat terlupakan (misalnya olahraga), dan
memotong kuku secara berkala (Tanaka dkk., 2008).
H. Postural habit
1. Chin Propping
Mekanisme
Chin propping adalah kebiasaan yang tidak disengaja, berupa tekanan ekstrinsik
yang dapat menyebabkan deep anterior closed bite (Singh, 2007). Kebiasaan chin
propping yang dilakukan dalam 1 posisi, dagu penderita dapat membengkok ke arah gaya
tekan dan menghasilkan asimetri wajah serta deformitas maksilofasial. Gigi-gigi pada sisi
mandibula yang deviasi akan mengalami crossbite posterior (Yamaguchi dan Sueishi,
2003).
Berat keseluruhan kepala terpusat pada tangan yang menyangga dagu, sedangkan
bagian anterior mandibula menerima tekanan reaksi (reaction force). Hal ini dapat
menyebabkan perubahan arah pertumbuhan mandibula pada anak-anak dan menghasilkan
asimetri wajah serta deviasi lateral mandibula.
2. Face Leaning
Mekanisme
Kebiasaan face leaning dapat menyebabkan terjadinya maloklusi unilateral pada
lengkung rahang atas, yaitu pergerakan gigi maksila pada sisi yang tertekan ke arah
lingual (Strang dan Thompson, 1958). Berat keseluruhan kepala ditransfer ke rahang atas
dan terpusat pada benda-benda yang menekan, misalnya pada tangan. Hal ini jarang
terjadi pada mandibula karena perlekatan mandibula yang rigid dan dapat bergerak
menghindari tekanan (Singh, 2007).


21

3. Abnormal Pillowing/Habitual sleeping on right or left side of face
Mekanisme
Secara normal, anak2 tidak berbaring dalam satu posisi selama tidur. Pergerakan
ini biasanya tidak disadari dan menghasilkan refleks untuk mencegah gangguan tekanan
dengan sirkulasi. Kebiasaan ini dapat menyebabkan tulang cranial menjadi rata dan
asimetri wajah pada bayi (Singh, 2007).

I. False oral habit
a. False Lip Sucking
Pasien dengan maloklusi kelas II divisi I mempunyai ciri-ciri bibir yang
inkompeten sehingga memerlukan usaha tertentu untuk menutup mulut, misalnya dengan
menyatukan lidah dan bibir bawah atau meletakkan bibir bawah di belakang gigi
incisivus anterior atas (Mitchell, 1996). Kondisi tersebut akan terlihat seperti pada pasien
yang memiliki kebiasaan lip sucking, yaitu kebiasaan menempatkan bibir bawahnya di
antara gigi-gigi anterior atas dan bawah (Gartika, 2008). False lip sucking juga dapat
ditemui pada pasien yang pertumbuhan gigi anterior atasnya berlebih sehingga terlihat
seperti berada di atas bibir bawah (Mitchell, 1996).
b. False tongue thrusting
False tongue thrusting dapat dilihat pada pasien dengan open bite anterior dimana
pasien ini tidak dapat mengontakkan gigi-gigi anterior rahang atas dan rahang bawahnya
sehingga lidahnya terlihat keluar. Open bite yang dimaksud disini terjadi karena pola
pertumbuhan yang salah, herediter, kebiasaan, dan fungsi lidah. Pada pasien makroglosia,
lidah terlihat terjulur keluar (Rahman dkk., 2010).
c. False cheek biting
Gigi yang tajam dan erupsi gigi bungsu sering menjadi salah satu penyebab utama
cheek biting. J ika tidak tersedia cukup ruang pada lengkung gigi, maka gigi yang erupsi
akan berada pada posisi abnormal (erupsi dalam posisi buccal). Hal ini menyebabkan
mukosa pipi dapat tergigit dan menimbulkan rasa sakit (Anonim, 2011).



22

DAFTAR PUSTAKA
American Academy of Pediatric Dentistry, 2009, Guideline on Management of The Developing
Dentition and Occlusion in Pediatric Dentistry. www.aapd.org/media/policies_
guidelines/g_developdentition.pdf
Anonim. 2011. Under Cover What Causes Your Annoying Habit of Cheek Biting.
http://www.articleclick.com. 19/3/2011
Bishara SE, 2001, Textbook of Orthodontics, Philadelphia: Saunders Company.
Faria PTM, Ruellas ACO, Matsumoto MAN, Anselmo-Lima WT, Pereira FC. 2002. Dentofacial
Morphology of Mouth Breathing Children. Braz Dent J. 13(2): 129-132.
Finn SB. 1962. Clinical Periodonsia. 2
nd
Ed. Philadelphia. London: W.B. Saunders Company.
Foster TD. 1993. Buku Ajar Ortodonti (terj.). Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Gartika M. 2008. The Effect of Oral Habit in the Oral Cavity of Children and Its Treatment.
Padjajaran Journal of Dentistry. 20(2): 123-129.
Germe D, Taner TU. 2005. Lower Lip Sucking Habit Treated with a Lip Bumper Appliance.
The Angl Orthodont: 75(6): 1071-6.
Ghom A, Mhaske S, 2009, Textbook of Oral Pathology, New Delhi: Jaypee Brother Medical
Publisher (P) Ltd.
Herrera, M., Valencia, I., Grant, M., Metroka, D., Chialastri, A., Kothare, S. V., Bruxism in
Children: Effect on Sleep Architecture and Daytime Cognitive Performance and
Behavior, SLEEP, Vol. 29(9): 1143-8.
Houston WJB. Diagnosis Ortodonti. Edisi 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Karacay S, Guven G, Sagdic D, Basak F. 2006. Treatment of Habitual Lip Biting: A Case
Report. Turk J Med Sci. 36(3):187-9.
Khan S. 2010. Cheek Biting.
Kohli K. 2010. Oral Habits: Theory and Practice of Pediatric Dentistry,
http://www.buzzle.com. 19/3/2011
http://www,columbia.edu/itc/hs/dental/d7710/client_edit/oral_habits_slides_printout.pdf,
di unduh 20/03/2011.
Millet D, Welbury R. 2005. Clinical Problem Solving in Orthodontics and Paediatric Dentistry.
Elsevier Limited. Edinburgh.
Moyers RE, 1988, Handbook of Orthodontics, 4th Ed., Chicago: Year Book Medical Publishers
Inc.
Moyers. 1973. Handbook of Orthodontics. 3
rd
Ed. Chicago: Year Book Medical Publishers, Inc.
Muthu MS, Sivakumar N. 2009. Pediatric Dentistry. Principles and Practice. Elsevier Saunders
Inc: New Delhi. P. 323.
Ofceson JP. Management of Temporomandibular Disorders and Occlusion. 4th ed. St Louis:
Mosby-Year book, Inc. 1998
Peng CL. 2004. Comparison of tongue functions between mature and tongue-thrust
swallowingan ultrasound investigation. Am J Orthod Dentofac Orthop. 125(5) : 562-
570.
Pinkham J R, 2005, Pediatric Dentistry Infancy Through Adolescene, 3rd Ed., Philadelphia: W.B
Saunders Co.
Proffit WR, Fields HW, 1993, Contemporary Orthodontics, 2rd Ed., Saint Louis: Mosby Inc.
Rahmadhan AG . 2009 . Bruxism. http://gigisehatbadansehat.blogspot.com/2009/06/bruxism.
html
Rao A. 2008, Principles and Practice of Pedodontics, 2
nd
edition, Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) Ltd, New Delhi, hal. 148.
, diakses tanggal 15 Maret 2011
23

Rosenthal, Larry, 2007, Successful Management of Bruxism, diunduh tanggal 20 maret 2011 dari
http://www.tridentlab.com/pdfs/2007_Spring_Perspectives2.pdf
Shelov SP, Hannemann RE. 1997. Caring for Your Baby and Young Child. Oxford University
Press. Oxford.
Simeon D., dan Favazza AR. 2001. Self Injurious Behaviors : Phenomenology and Assessment,
dalam Simeon D. dan Hollander E. Self-Injurious Behaviors: Assessment and Treatment.
American Psychiatric Publishing. Inc. Washington. h 1-16.
Singh G. 2007. Textbook of Orthodontics. 2
nd
ed. Jaypee Brothers Medical Puliblisher (P) Ltd.:
India. p. 581-2.
Singh S. 2009. Deleterious Effects Of Oral Habits. Indian Journal of Dental Sciences. 1(2): 15-
20.
Strang, H. W., dan Thompson, W. M., 1958, A Textbook of Orthodontia, 4
th
edition, Lea &
Febiger, Philadelphia
Tanaka OM., Vitral RWF., Tanaka GY., Guerrero AP., Camargo ES. 2008. Nailbiting, or
onychophagia: A special habit. American Journal of Orthodontics and Dentofacial
Orthopedics. Vol 134(2): 304-8.
Tanimoto K, Suzuki A, Nakatani Y, Yanagida T, Tanne Y, Tanaka E, and Tanne K. 2008. A
Case of Anterior Open Bite with Severely Narrowed Maxillary Dental Arch and
Hypertrophic Palatine Tonsils. Jurnal of Orthodontics. 35: 5-15.
Tulley WJ. A clinical appraisal of tongue-thrusting. Am J Orthod 1969;55:640-50
Yamaguchi, H., dan Sueishi, K., 2003, Malocclusion Associated with Abnormal Posture, Bull.
Tokyo Dent. Coll., 44:(2): 43-54



24

LAMPIRAN 1. Tabel Jenis Oral Habits, Klasifikasi, Dampak, dan Manajemen dengan Alat
No Oral
Habit
Klasifikasi Dampak Manajemen alat
1 Digit
sucking
- Open bite anterior, peningkatan overjet,
ra anterior protrusif, RB anterior retrusif,
crossbite anterior, lengkung maksila
bentuk v
(1) Thumb splint
(2) sarung tangan
(3) palatal crib
2 Tongue
thrusting
(1) tipe
fisiologis
(2) tipe
habitual
(3) Fungsional
(4) Anatomis
Open bite (1) Tongue trainer
crib
(2) Rakes
(3) Oral screen
3 Mouth
breathing
(1) obstruktif
(2) habitual
(3) anatomis
(1 ) anterior open bite, (2) erupsi gigi
posterior yang berlebihan, (3) arkus
maksila yang sempit, (4) overjet yang
berlebihan, (5) pertumbuhan mandibula
yang buruk , (6) palatum sempit dan
tinggi dengan bentuk huruf v, (7)
insisivus yang protrusif , (8) oklusi
Angle kelas II divisi 1, (9) gigi berjejal
pada lengkung rahang bawah dan atas,
(10) gangguan pertumbuhan vertikal,
(11) posisi lidah yang rendah yang
menganggu fungsi
Oral screen
4 Bruxism (1) lokal
(2) sistemik
(3) psikologis
(4) pekerjaan
(1) menurunnya petumbuhan vertikal
dari maksila posterior, (2) deep overbite
gigi anterior.
(1) The Full-Mouth
Occlusal Splint
(2) Anterior splints
(3) Night Guard/
Occlusal guard
5 Lip
sucking
(1) Lower lip
sucking
(2) Upper lip
sucking
(1) protrusif gigi anterior rahang atas,
(2) retrusif gigi anterior rahang bawah,
(3) peningkatan overjet, (4) diastemata
anterior rahang atas, (5) crowding gigi
anterior rahang bawah, (6) hiperaktivitas
muskulus mentalis, dan (7) pendalaman
sulkus mentolabialis.
(1) Memainkan alat
musik tiup
(2) lip bumper
(3) metal button
6 Nail
biting
(1) rotasi gigi, (2) atrisi pada ujung
incisal gigi, dan (3) protrusi incisivus
maksila.
(1) memberikan
perasa tertentu pada
kuku
(2) sarung tangan
7 Chin
Propping
deep anterior closed bite Edukasi
8 Face
leaning
maloklusi unilateral pada lengkung
rahang atas, yaitu pergerakan gigi
Edukasi
25

maksila pada sisi yang tertekan ke arah
lingual.

26

LAMPIRAN 2. Diagram Alir Perawatan Bad Habits


ya
tidak
Pasien&ortu
mencoba
penggunaan
reminder
ya
Tidak ada perawatan
lebih lanjut
Implementasi
reward system
Habit
terkoreksi

ya
Tidak ada perawatan
lebih lanjut
Pasien ingin
berhenti?
tdk
Konseling-diskusi&monitoring
habit
ya
Tidak ada
perawatan
Pasien mengerti dengan
perawatan yang akan diberikan
ya
tidak
Pasien&ortu
menghentikan
BOH&mencoba
reward system?
Habit
terkoreksi

tidak
ya
tidak
Pasien dengan Bad Oral Habit
tidak
Habit
terkoreksi
Tdk ada perawatan
lebih lanjut
ya
tidak
Pasien&ortu
mencoba
terapi
adjunctive
ya
Habit
terkoreksi
ya
tidak
27

LAMPIRAN 3. Gambar Bad Habits dan Alat untuk Perawatannya
1. Digit Sucking

Gambar 1. Mekanisme digit sucking habit (A). Kelainan ortodontik akibat digit sucking habit
(B). Palatal Crib (C).
2. Mouth Breathing

Gambar 2. Pasien dengan mouth breathing habit sebelum (A) dan sesudah (B) perawatan
dengan Oral Screen (C).
3. Tongue Thrusting

Gambar 3. Pasien dengan tongue thrusting habit (A). W-appliances (B).
A B C
A B
A B C
28

4. Bruxism

Gambar 4. Atrisi akibat bruxism (A). Occlusal guard (B).
5. Lip Sucking

Gambar 5. Pasien dengan lip sucking habit (A). Lip bumper appliances (B). Lingual button (C)
A B C
A B
29


30

PERTANYAAN ORTO
Sara Nabiha
Apakah terdapat konsekuensi dari aspek estetis gigi dan mulut sekiranya oral habit ini
ujud setelah usia yang lengkap pertumbuhan dan perkembangannya?
Jawab: Ya. Oral habit yang dilakukan pada usia yang telah lengkap tumbuh kembangnya akan
tetap memberikan konsekuensi tertentu pada aspek estetis gigi dan mulut karena oral habits yang
bersifat merusak umumnya menghasilkan tekanan yang dapat mengubah lingkungan fungsional
gigi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tekanan yang sangat kecil pun dapat mengubah
posisi gigi jika diberikan dalam durasi yang cukup panjang (Rakosi and Graber, 2010).
Christensen (2000) menyatakan bahwa durasi dilakukannya oral habit sangat mempengaruhi
keparahan dari maloklusi yang terjadi. Muthu and Sivakumar (2009) menyebutkan faktor-faktor
yang mempengaruhi potensi permasalahan dental tersebut antara lain adalah frekuensi, durasi,
dan intensitas kebiasaan.

Chasanatun Nurul Aisyah
1. Pada penatalaksanaan mouth breathing seberapa besar frekuensi dan durasi memegang
pensil harus dilakukan? Apakah hal ini malah akan menimbulkan maloklusi lain
karena kontraksi muskulus bibir yang berlebih?
Jawab: latihan menjepit pensil dengan menggunakan bibir dilakukan sepanjang siang hari
hingga sekiranya mouth breathing tidak dilakukan lagi. Latihan ini dilakukan dengan
menahan pensil sebanyak 10 hitungan dan tidak secara terus menerus sehingga dapat
mengkoreksi kebiasaan mouth breathing tanpa menimbulkan kelainan ortodontik lainnya.
2. Pada bad habit lip sucking dijelaskan bahwa dapat diatasi dengan alat musik tiup,
padahal menurut buku yang pernah saya baca (Singh 2007) penggunaan alat musik
tiup dapt menyebabkan maloklusi kelas II, bagaimana pendapat anda?
Jawab: bermain alat musik tiup memang dapat menimbulkan kelainan berupa maloklusi
kelas II karena bermain alat musik tiup akan menghasilkan kontraksi muskulus-muskulus di
sekitar bibir yang dapat menghasilkan tekanan yang besar yang menekan rongga mulut. Perlu
diingat kembali bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi potensi permasalahan dental akibat
oral habit menurut Muthu and Sivakumar (2009) adalah frekuensi, durasi, dan intensitas
kebiasaan. Untuk itu kita dapat menginstruksikan kepada pasien agar tidak terlalu berlebihan
31

dalam bermain alat musik tiup tersebut karena tujuan dari bermain alat musik tiup ini
hanyalah untuk menghilangkan oral habitnya dan bukan untuk tujuan profesional. Kita juga
dapat menyarankan agar pemakaian alat musik tiup dapat dilakukan secara intermiten dan
bukannya terus menerus, dengan begitu diharapkan permainan alat musik tiup ini tidak akan
mengakibatkan kelainan dentoskeletal lainnya.

Resza Rizka Amalia
Pada mouth breathing bagaimana mekanisme dari triangular force concepts dapat
menyebabkan maloklusi kelas II divisi 1?
Jawab: Menurut Fin (1962) kebiasaan bernafas melalui mulut yang kronis mengakibatkan
perubahan pada pertumbuhan tulang rahang dan keseimbangan otot-otot wajah. Untuk
mendapatkan suatu oklusi yang baik, perlu dijaga keseimbangan dari ketiga otot yang disebut
triangular force conseps, yaitu otot lidah, pipi dan bibir. Apabila terjadi ketidakseimbangan dari
ketiga otot ini maka, akan terjadi maloklusi. Pada saat bernafas lewat mulut, bibir dalam keadaan
istirahat tidak bertemu (Moyers, 1973). Bernafas lewat mulut memerlukan posisi postural yang
berubah dari mandibula. Mandibula diturunkan dan jarak interoklusal meningkat berlebihan
(Foster, 1993), kepala akan bertambah tinggi, posisi tulang hyoid semakin rendah, dan lidah akan
bertambah ke depan dan bawah (Faria dkk., 2002). Posisi lidah yang ke depan mengakibatkan
lengkung mandibula lebih mendapat pelebaran ke arah lateral dibanding dengan lengkung
maksila yang menjadi sempit oleh karena pertumbuhannya tidak sempurna, sehingga sebagian
gigi posterior miring ke lingual. Anak yang bernafas melalui mulut memiliki bibir pendek
sehingga diperlukan usaha otot yang besar untuk mendapatkan penutupan bibir, maka diperoleh
penutupan lidah-bibir bawah dan ini terdapat hubungan Klas II divisi 1 (Houston, 1990). Akibat
dorongan lidah ketika pasien mencoba membasahi bibir yang kering mengakibatkan mahkota
insicivus terdorong ke labial.

Dwi Kartika 07/KG/8199
Bagaimana prognosis perawatan pada pasien yang memiliki habit lebih dari satu? Apakah
dibutuhkan waktu yang lama?
Jawab: Prognosis perawatan tergantung dari usia pasien, sikap kooperatif pasien dan parah
tidaknya suatu penyakit. J ika usia pasien masih muda dan dapat diajak untuk bekerja sama dalam
32

menjalani perawatan serta penyakitnya yang tidak parah, maka prognosis perawatan akan baik.
Lama tidaknya perawatan berjalan juga tergantung dari 3 hal yang sudah disebutkan. Pada kasus
pasien yang memiliki habit lebih dari satu, dilihat seberapa tinggi intensitas (frekuensi x durasi)
habit yang dilakukan. J ika intensitasnya tinggi namun pasien dapat bekerja sama dalam
menjalani perawatan, maka prognosisnya akan baik, namun waktu yang dibutuhkan akan lama,
sebab harus menghilangkan lebih dari 1 habit. Namun jika intensitasnya rendah, prognosisnya
pun akan baik dan waktu perawatan relatif. Penghilangan beberapa bad habit juga dapat
dilakukan sekaligus mengingat ada beberapa bad habit yang dilakukan secara bersamaan (untuk
mempersingkat waktu perawatan), misalnya pada pasien yang memiliki rahang kecil,
kemungkinan akan mengalami tongue thrusting akibat tidak cukup tempat di rongga mulut untuk
menampung lidahnya dan mouth breathing akibat terbukanya mulut karena tongue thrusting.

Hana Putri R 07/KG/8193
Apabila setelah selesai perawatan untuk bad habit yang telah dijelaskan, kemudian pasien
tersebut mengulangi bad habitnya. Bagaimana perawatan yang dilakukan?
Jawab: J ika pasien mengulangi kembali bad habitnya, maka perawatan yang telah dilakukan
dianggap gagal. Untuk menghilangkan lagi, maka dilakukan perawatan ulang dan edukasi yang
lebih intensif supaya pasien benar-benar bisa menghilangkan bad habitnya.

Paramitasari Dirgahayu 07/KG/8113
Bagaimana pasien anak-anak yang memiliki kebiasaan berubah-ubah? Apa yang saudara
lakukan sebagai drg. Agar perawatan berjalan lancar?
Jawab: Bad habit selalu ditinjau dari 3 hal yaitu frekuensi, durasi dan intensitas. Perawatan yang
pertama dilakukan adalah pada bad habit yang frekuensi, durasi dan intensitasnya paling tinggi
dan yang berhubungan dengan bad habit lainnya yang juga dilakukan.

Ananto Ali Alhasyimi 07/KG/8210
Pada pasien retardasi mental yang mempunyai mouth breathing habit, bagaimana cara
menghentikan bad habit tersebut, padahal pasien tsb tidak kooperatif dan susah untuk
dilakukan pendekatan secara psikologis?
33

Jawab: Menghentikan bad habit pada pasien retardasi mental tidak dapat dilakukan melalui
aspek psikologis sebab mereka memiliki kesulitan dalam berpikir dan berkomunikasi serta
sangat lamban dalam mempelajari sesuatu. Maka alat ortodontik diaplikasikan untuk
menghilangkan habit pasien tersebut.

Diah Ajeng P/8128 dan Beryl Nugroho/8182
Dari penatalaksanaan bruxism yang intraoral apa saja kelebihan dan kekurangan dari
alat-alat tersebut?
Jawab:
d. Full-mouth occlusal splint. ukurannya relatif besar dan membutuhkan beberapa waktu
kunjungan untuk melakukan penyesuaian yang diperlukan dalam rangka mencapai hubungan
simultan pada semua gigi yang berlawanan untuk menghambat terjadinya bruxism.
e. Anterior splints memerlukan waktu kunjungan yang minimal, karena kontak dengan hanya 2
sampai 4 gigi saja yang diperlukan untuk mencapai efek penghambatan pada bruxism dan
ukuran relative lebih kecil
f. Night Guard/Occlusal guard, menutupi permukaan oklusal gigi, sehingga ukuran relative
besar (Rahmadhan, 2009; Finn, 2003; Bishara,2001).

Juwita Raditya N/8196
1. Bagaimana penatalaksanaan bad habit berupa bruxism pada gigitan tertutup (edge to
edge) yang dilakukan saat pasien terjaga ?
Jawab: Pada orang yang gigitan tertutup penatalaksanaan penatalaksanaan sama dengan
pada orang yang normal, hanya saja diikuti dengan koreksi oklusi (dapat dengan pemakaian
alat ortho untuk memperbaiki oklusinya dan restorasi gigi yang atrisi)
2. Bagaimana mekanisme alergi dan gangguan gastrointestinal dapat menyebabkan
bruxism?
Jawab: Untuk gastrointestinal dalam sumber tidak dijelaskan bagaimana mekanismenya,
sedangkan untuk alergi yang menyebabkan edem pada mukosa saluran eustasius akan
meningkatkan tekanan negative pada lubang timapani, hal ini akan memicu aksi reflex dari
rahang dengan menstimulasi trigeminal nuclei pada otak.
34

3. Jika atrisi terjadi pada satu regio RA dan RB apakah juga merupakan indikasi
dilakukan restorasi?
Jawab: Ya, atrisi pada satu sisi maupun dua sisi tetap harus dilakukan restorasi dan juga
penyesuaian oklusi (occlusal adjustment), karena oklusi yang tidak benar juga dapat menjadi
pemicu terjadinya bruxism.

Yella Megasari (KG/07498)
Apakah ada dampak buruk dari penanganan bad habit dalam jangka yang lama?
Bagaimana cara penanganannya?
Jawab: Pada dasarnya, penanganan/penatalaksanaan bad oral habit dilakukan dengan tujuan
menghilangkan habit sehingga diharapkan akan terjadi koreksi secara spontan. Untuk itu
penanganan oral habit dengan menggunakan alat intraoral dilakukan tanpa adanya tekanan,
sehingga penggunaan dalam jangka panjang pun sebenarnya tidak akan menimbulkan dampak
buruk. Lama penggunaan alat yang dianjurkan adalah selama 4-6 bulan dengan waktu 3 bulan
untuk memastikan pasien tidak melanjutkan kembali bad oral habit-nya.

Fransisca Stephani R. (07/KG/8243)
Pada umur berapa yang paling tepat penanganan oral habit dilakukan (khususnya
penanganan intraoral)? Apakah pertimbangan yang diperhatikan?
Jawab: Usia/umur yang tepat untuk penanganan oral habit secara intraoral adalah pada masa
gigi permanen mulai tumbuh yaitu setelah usia 5 tahun. Hal ini disebabkan karena secara umum
pada kondisi normal habit pada anak akan hilang dengan sendirinya pada usia 5 tahun, sehingga
jika habit terus berlanjut setelah usia tersebut maka penanganan dengan alat intraoral dapat
diindikasikan pada pasien. Akan tetapi, hal tersebut bukanlah satu-satunya pertimbangan bagi
dokter gigi untuk secar langsung memberikan penanganan secara intraoral pada pasien. Faktor
lain yang perlu dipertimbangkan selain usia adalah psikologis karena oral habit yang
berkepanjangan dapat disebabkan oleh kondisi emosional yang tidak baik sebagai akibat dari
lingkungan kehidupannya baik di keluarga maupun sekolah. Selain itu, ada tidaknya potensi
maloklusi yang berhubungan dengan desakan kekuatan dari sebuah habit harus pula menjadi
pertimbangan.

35

Wayan Sutresna Yasa (07/KG/08235)
Apakah meminum ASI yang terlalu lama termasuk bad habit? Jika termasuk, apa
akibatnya pada dentoskeletal dan apa perawatannya? Adakah perbedaan penatalaksanaan
bad habit pada anak dan dewasa?
Jawab: Meminum ASI termasuk dalam nutritive habit dan bukan merupakan bad oral habit.
Bahkan memperpanjang kebiasaan ini dapat mencegah timbulnya digit-sucking habit. Anak akan
terbiasa terus terpenuhi kebutuhannya secara natural sehingga kebiasaan menghisap jari akan
minimal. Perbedaan penatalaksanaan bad habit pada anak dan dewasa adalah adanya
pertimbangan faktor psikologis yang harus selalu didahulukan karena habit dapat timbul sebagai
efek psikologis lingkungan terhadap anak. Anak-anak juga tidak akan dengan mudah menerima
penggunaan alat intraoral karena belum matur secara emosional. Selain itu, penatalaksanaan
pada anak diutamakan pada penghilangan bad habit sehingga koreksi secara spontan dapat
terjadi.


Stefani (07/256776/KG/8227) dan Ikmal (07/252530/KG/8219)
Pada presentasi, salah satu penanganan lip habit adalah dengan memainkan brass
instrument. Apakah nantinya tidak membawa efek negatif bagi gigi anterior dan jaringan
pendukung gigi akibat tekanan alat musik tersebut? Lalu bagaimana anjuran penanganan
bad habit tersebut supaya membawa hasil yang optimal?
Jawab: Memang benar bahwa lip habit khususnya lip sucking dapat di tangani dengan aplikasi
brass instrument (alat musik tiup) karena alat musik jenis ini dapat memperkuat otot-otot bibir
dan memberikan tekanan dengan arah yang benar (Muthu dan Sivakumar, 2009). Namun,
penanganan dengan brass instrument ini, hanyalah bersifat terapi tambahan, bukan yang utama.
Terapi utama yang paling dianjurkan adalah dengan menggunakan lip bumper. J ika pasien
menjalani perawatan dengan alat musik ini, penting untuk meminta kepada pasien atau kepada
orang tuanya (jika pasien anak-anak) untuk mengawasi penggunaan alat ini sambil tetap
berkonsultasi pada dokter yang merawatnya.

Pertanyaan Aroma Dwi L. (07/250636/KG/8164)
Bagaimana mekanisme cheek biting dapat menyebabkan kelainan TMJ ?
36

Jawab: Cheek biting tidak menyebabkan kelainan TMJ, tetapi kelainan TMJ yang menjadi salah
satu etiologi dari kebiasaan cheek biting. Anonim (2011)

Laksmi W. H (07/256978/KG/8231
Terapi myofungsional untuk mengatasi mouth breathing dengan menggunakan pensil.
Bisa tolong dijelaskan lagi cara dan mekanismenya? Dan apakah tidak akan menimbulkan
crossbite?
Jawab: Terapi myofungsional untuk mengatasi mouth breathing dengan menggunakan pensil
dilakukan tiap malam sewaktu tidur dengan cara pensil diletakkan/ ditahan diantara kedua bibir
agar bibir terbiasa dalam posisi menutup ketika tidur sehingga pasien tidak dapat bernapas
melalui mulutnya. Pada penderita mouth breathing biasanya mengalami maloklusi angle kelas 2
divisi 1 sehingga kebiasaan ini tidak akan menyebabkan crossbite.

Anamulia P (07/252319/KG/8201)
Terdapat tiga tipe/ klasifikasi mouth breathing. Apakah tipe tersebut berlaku untuk anak
saja? Apakah sama untuk orang dewasa?
Jawab: Tipe etiologi yang dimaksud sama saja untuk penderita mouth breathing baik pada anak-
anak maupun dewasa.

Cecilia Alverina (07/250717/KG)
Bagaimana mekanisme mouth breathing bisa menyebabkan gigi anterior atas protrusif?
Jawab: Karena pada saat bernapas melalui mulut, posisi mulut terbuka, lidah terletak di antara
rahang atas dan bawah sehingga tekanan lateral lidah pada sisi palatal gigi rahang atas
berkurang. Kondisi mulut yang terbuka menyebabkan musculus bucinator hipertonus sehingga
tekanannya terhadap sisi bukal gigi rahang atas meningkat sehingga menghambat perkembangan
lengkung rahang ke lateral. Lengkung yang sempit ini mengakibatkan pertumbuhan gigi
posterior mendesak gigi anterior sehingga gigi anterior lebih protrusif.Selain itu pada pasien
mouth breathing pasien sering membasahi bibirnya yang kering. Akibat dorongan lidah ketika
pasien mencoba membasahi bibir yang kering mengakibatkan mahkota insicivus terdorong ke
labial.

37

Alberta (8133)
Apakah ada perbedaan perawatan oral habit pada periode gigi decidui, bercampur, dan
permanen?
Jawab: Tidak. Namun, perawatan pada periode gigi decidui/bercampur memungkinkan
perubahan pula pada pola rahang dan skeletal karena pasien masih dalam masa tumbuh-
kembang. Perawatan pada periode gigi permanen hanya mengubah dental saja/kamuflase tanpa
merubah posisi skeletal.

Fitria (8140)
Bagaimana pengaruh penanganan oral habit pada psikologis anak?
Jawab: Perawatan oral habit pada masa kanak-kanak harus benar2 diperhatikan terutama dari
segi psikologisnya. Selama perawatan oral habit dilakukan dengan memperhatikan psikologis
anak dengan baik, maka perawatan ini tidak akan berdampak buruk pada psikologis anak
tersebut.

Anne (8184)
Bagaimana cara menghilangkan oral habit menggigit kuku pada orang dewasa?
Jawab: Perawatan dilakukan dengan menggunakan terapi psikologis terlebih dahulu. Namun
apabila perawatan ini dirasa kurang efektif maka dapat digunakan metode ekstra oral, seperti
pada penatalaksanaan oral habit digit sucking, yaitu dengan mengaplikasikan bahan kimia yang
memiliki rasa yang tidak enak pada jari/kuku yang kemudian akan memberikan rasa tidak
nyaman pada pasien apabila melakukan kebiasaan tersebut. Apabila metode ini juga dirasa masih
belum cukup efektif maka metode intra oral dapat dilakukan.

Mengenai mouth breathing waktu tidur (pada orang sehat tidak sadar) bagaimana
penanganannya?
Jawab: Mouth breathing pada saat tidur tidak ada penanganannya, kecuali jika kebiasaan
tersebut terus dilakukan hingga setelah bangun, yaitu pada saat posisi istirahat, mulut akan biasa
membuka sehingga lama kelamaan bibir mengalami hipotonus, untuk itu penanganan dilakukan
dengan terapi myofungsional supaya bibir tidak membuka saat diam/istirahat.

38

Apakah mouth breathing dapat mengakibatkan midline diastema?
Jawab:
Mouth breathing tidak dapat mengakibatkan midline diastema, karena ciri mouth breathing
sendiri ialah memiliki wajah adenoid yaitu wajah panjang dan sempit, hidung dan jalan udara
nasal yang sempit, bibir lemah dengan bibir atas yang pendek, tahanan bibir yang tidak adekuat,
selain itu skeletal open bite atau sindrom wajah panjang yaitu erupsi gigi posterior yang
berlebihan, lengkung maksila yang sempit, overjet yang berlebihan dan pertumbuhan mandibula
yang buruk, palatum sempit dengan bentuk huruf V, cekungan palatal yang tinggi, insisivus yang
protrusif dan oklusi Angle kelas II divisi 1, gigi berjejal pada lengkung rahang bawah dan atas,
gangguan pertumbuhan vertikal, posisi lidah yang rendah yang menganggu fungsi.

Pada perawatan mouth breathing menggunakan terapi myofungsional yaitu menggunakan
pensil apakah tidak akan memberikan efek yang buruk bagi gigi, misalnya gigi menjadi
protrusive?
Jawab:
Tidak, sebab tujuan perawatan sendiri adalah membuat bibir yang mengalami hipotonus menjadi
normal, sehingga bibir yang dapat menutup mulut dalam kondisi istirahat akan menghambat
anterior openbite yang protrusif (gigi tertutup bibir yang normal dan tanpa disertai bad habit
tidak akan mengalami protrusive).



R. Harga Pramudya (KG/08172)
Apakah alat ortodonsi yang digunakan untuk mencegah bad habit bisa digunakan pada
orang dengan retardasi mental?
Jawab: Bisa, akan tetapi harus dibantu dengan orang terdekat pasien tersebut.

Rani Dwi Astuti
Untuk perawatan bruksism manakah perawatan yang lebih dianjurkan untuk anak-anak
dan dewasa? Apa alasannya? Apabila bad habit dilakukan setelah/ketika dewasa dan
39

menimbulkan efek, apakah apabila bad habit sudah dapat dihentikan, efek tersebut dapat
kembali dengan sendirinya?
Jawab: Tidak ada perbedaan alat yang digunakan antara pasien dewasa maupun anak-anak
Semua bad habit dapat kembali dengan sendirinya oleh karena itu bantuan dari orang sekitar
untuk mengingatkan sangat dibutuhkan. Kelainan yang terjadi akibat bad habit bisa kembali
terjadi bahkan jika bad habit sudah dihilangkan dan manifestasi yang terjadi karena bad habit
sudah dirawat juga hilang. Oleh karena itu bad habit harus dihilangkan terlebih dahulu dan
dipastikan pasien tidak akan mengulanginya lagi.

Antonius Surya S. P.
Perawatan bruksism dengan night guard berapa lama? Cara evaluasi keberhasilan
bagaimana?Pengembalian vertical dimensi dengan restorasi dilakukan kapan? Setelah bad
habit teratasi atau bisa langsung direstorasi?
Jawab:
Perawatan bruksism dengan night guard dilakukan hingga bad habit tersebut hilang
bahkan sampai seumur hidup. Yang dapat mengevaluasi hilangnya kebiasaan tersebut
adalah orang terdekat pasien. Restorasi vertical dimensi dilakukan pertama kali sebelum
pembuatan night guard.

Nur Aji (07/256671/KG/8225)
Apakah jenis kuku jari (ibu jari, telunjuk, dd) mempengaruhi bentuk manifestasi kelainan
ortodontik?
Jawab: Tidak mempengaruhi, karena yang mempengaruhi manifestasi kelainannya adalah
frekuensi dan durasi (dimana F x D = Intensitas) dari habit tersebut (Silvakumar, 2009;
Hiremath, 2007). Teori lain menambahkan lokasi dan posisi kebiasaan ini dapat menentukan
keparahan terjadinya kelainan ortodontik (Strang dan Thompson, 1958)

Risana Oktaviandari (07/250282/KG/8136)
Dari berbagai penatalaksanaan oral habit, apakah ada kemungkinan terjadi kegagalan
perawatan menggunakan alat-alat tertentu? Bila gagal, lalu bagaimana perawatan
perawatan selanjutnya?
40

Jawab: Singh (2007) menjelaskan bahwa ada 3 hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan penatalaksanaan oral habits yaitu, (1) kondisi emosional anak didalam keluarga dan
lingkungan sekitar, (2) usia, (3) potensi munculnya maloklusi akibat habits. Hal yang harus
diingat bahwa tidak dianjurkan melakukan intervensi aktif sebelum anak berusia 3 tahun dengan
cara melarang habits yang dilakukan. Lebih baik dilakukan modifikasi pola hidup sehari-hari.
Anak usia 5 tahun dengan maloklusi klas I disertai open bite dapat dikoreksi jika habit
dihentikan sebelum erupsi gigi-gigi insisivus permanen. Perkembangan maloklusi dan
koreksinya merupakan hal darurat ketika fase erupsi gigi-geligi permanen. Prosedur
menghilangkan oral habits pada anak sangat tergantung pada pola perilaku dan kebiasaan
dengan melibatkan:
Metode Psikologis
Singh (2007) mengatakan bahwa hal pertama yang dipertimbangkan dalam penggunaan metode
ini adalah durasi, frekuensi dan perkembangan osteogenik, sifat herediter dan status kesehatan
anak. Metode ini hanya dapat dilakukan jika anak siap secara psikologis dan ingin
menghilangkan oral habits. Orangtua sebaiknya bersikap kooperatif dengan cara mengatur
rentang waktu keberhasilan anak dalam menghilangkan oral habits, tidak mengkritik anak jika
oral habits terus berlanjut, dan memberikan suatu penghargaan kecil jika anak tidak lagi
melakukan oral habits tersebut.
Metode Ekstra-Oral
Menurut Singh (2007), metode ekstra oral meliputi: memberikan perasa yang tidak enak/pahit
pada jari-jari anak, memberikan sarung tangan atau membungkus tangan dan jari-jari anak,
memberikan penghargaan kepada anak karena bisa mengurangi oral habit sehingga membuat
anak merasa termotivasi untuk bisa menghilangkan oral habit secara total, dan orangtua tidak
boleh bersikap perfeksionis kepada anak.
Metode Intra-Oral
Menurut Singh (2007) metode ini berupa alat ortodontik yang direkomendasikan dan dibuat oleh
dokter gigi kemudian diaplikasikan didalam mulut anak dengan atau tanpa ijin anak tersebut.
American Academy of Pediatric Dentistry menjelaskan bahwa manajemen sebuah oral habits
akan menjadi indikasi jika kebiasaan tersebut mengakibatkan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan dentofasial, gigi-geligi permanen yang akan tumbuh dan bahkan memberikan
efek samping terhadap kesehatan si anak. Manajemen oral habits meliputi konseling pasien
41

beserta orangtuanya, modifikasi pola hidup sehari-hari, terapi miofungsional, terapi dengan
menggunakan alat, dan masih banyak hal yang dilakukan selain yang telah disebutkan. Namun
penggunaan alat hanya diindikasikan jika si anak benar-benar kooperatif. Ada kemungkinan
gagal penggunaan alat ini ada. Hal ini disebabkan karena kurang terjalinnya komunikasi yang
baik antara, dokter gigi, anak, dan orang tua, seperti: penggunaan yang tidak tepat waktu, orang
tua tidak mengawasi dan tidak tegas, dokter gigi kurang bisa melakukan pendekatan, dan anak
terlalu ngeyel. J ika hal ini terjadi, maka dapat diselesaikan dengan penggunaan alternatif lain
atau alat lain yang lebih bisa diterima si anak.

Lamia Indriana (07/250224/KG/8130)
Adakah pengutamaan habit tertentu? Berdasar apakah pengutamaan itu dilakukan?
Jawab: (mungkin pertanyaannya mengenai prioritas penatalaksanaan jika ada 2 habit) J ika ada 2
habit (A dan B) harus dipertimbangkan efisiensi dan efektivitas perawatannya jika A dirawat
apakah nanti saat B dirawat tidak 2 kali kerja atau sebaliknya.

PERTANYAAN UJIAN ORTO

I. Mouth breathing merupakan bad oral habit yang dapat mengakibatkan kelainan
dento skeletal


1. pilih salah satu jawaban yang benar dari 5 pernyataan ini: 1. C
A. Habit merupakan hasil pengulangan dan pembelajaran yang menetap dan
disadari

B. Habit mula-mula merupakan suatu respon autonomik yang hanya terjadi
pada respon sensorik

C. Habits mula-mula merupakan suatu respon autonomik yang hanya terjadi
pada respon motorik.

D. Kebiasaan tidak ada hubungannya dengan masalah emosional anak
42

E. Intensitas bad oral habit tidak berpengaruh terhadap terjadinya
malberdampak bila faktor-faktor frekuensi, durasi, dan intensitas dari
habit dipenuhi

2. . Ciri mouth breathing: 2. C
A. lengkung maksila yang lebar
B. edge to edge
C. Gigi posterior supraklusi
D. palatum lebar
E. cekungan palatal yang pendek

3. Mouth breathing biasanya dapat menyebabkan 3. B
A. maloklusi kelas I
B. maloklusi kelas II divisi 1
C. maloklusi kelas II divisi 2
D. maloklusi kelas III
E. maloklusi kelas III subdivis

4. Mouth breathing 4. C
A. Tidak akan mengganggu triangular force concepts
B. Triangular force concepts terdiri dari otot lidah, rahang dan bibir.
C. Akan sebabkann jarak interoklusal meningkat berlebihan
D. Posisi kepala akan bertambah rendah
43

E. posisi tulang hyoid semakin tinggi

5. Posisi lidah dalam keadaan mouth breathing akan akibatkan 5. B
A. Mandibula menyempit
B. Mandibula melebar lateral
C. Maksila menyempitt
D. Maksila melebar lateral
E. Gigi geligi posterior maksila miring ke bukal


Seorang anak mempunyai kebiasaan menghisap ibu jari yang diletakkan ke dalam
mulut dengan posisi jari di permukaan lingual gigi-gigi insisivus rahang atas dan
pada permukaan labial gigi insisivus bawah.


1. Pada anak dengan bad habit menghisap jari ini akan terjadi 1. A
A. Open bite anterior akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap
pada gigi-gigi insisivus

B. Open bite posterior akibat penempatan secara langsung jari yang dihisap
pada gigi-gigi insisivus

C. gigi-gigi insisivus atas tumbuh ke arah palatal dan gigi-gigi insisivus
bawah ke arah labial

D. gigi insisivus rahang atas lebih retrusif
E. dan gigi insisivus bawah lebih protrusif

44

2. Kontraksi maxilla terjadi pada kebiasaan menghisap jari karena 2. C
A. Karena perubahan keseimbangan antara tekanan bibir dan lidah.
B. lidah terletak di palatum .
C. kontraksi muskulus bucinator selama menghisap dan letak lidah di bawah
D. lengkung posterior maksila distraksi
E. tekanan pipi terbesar terjadi di region gigi posterior

3. Menghisap ibu jari biasanya dapat menyebabkan 3. B
A. maloklusi kelas I
B. maloklusi kelas II divisi 1
C. maloklusi kelas II divisi 2
D. maloklusi kelas III
E. maloklusi kelas III subdivis

4. Penghentian kebiasaan menghisap jari adalah dengan menggunakan 4. A
A. thumb splint/ sarung tangan sehingga ketika dalam kondisi tidur anak
akan terbiasa tidak menghisap jarinya.

B. alat aktif lepasan seperti palatal crib,
C. Alat aktif sebelum umur 3 tahun
D. open bite dapat terkoreksi spontan bila habit dihentikan sebelum erupsi
gigi-gigi insisivus permanen pada usia 8 tahun

E. Tanpa perlu dilakukan pendekatan psikologis

45

5. Metode untuk menghilangkan bad habit dengan 5. D
A. Metode Psikologis dapat dilakukan tanpa mempertimbangkan durasi,
frekuensi dan perkembangan osteogenik, sifat herediter dan status
kesehatan anak.

B. Metode Psikologis dapat dilakukan tanpa kesiapan anak menghilangkan
oral habits.

C. Orangtua diminta menghukum anak bila masih melakukan bad habitnya
D. Memberi penghargaan bila anak mengurangi bad habit adalah Metode
Ekstra-Oral

E. Metode Intra-Oral harus dilakukan dengan ijin anak

Anda mungkin juga menyukai