Dimensi vertical atau tinggi vertical wajah merupakan jarak antara 2 titik anatomi
yaitu satu titik pada basis cranium dan satu titik pada mandibula (titik yang digunakan
biasanya nasion dan menton). Terdapat 2 macam vertical dimensi yaitu Dimensi Vertikal
Fisiologis (DVF) dan Dimensi Vertikal Oklusi (DVO).
a. Dimensi Vertikal Fisiologis (DVF) : jarak antara 2 titik (nasion-menton) diukur saat
mandibular dalam posisi istirahat fisiologis. Posisi istirahat fisiologis diartikan posisi
mandibular saat otot elevator dan depressor dalam keadaan istirahat/fisiologis, tonus
seimbang dan kondilus pada keadaan rileks dalam fossa glenoideus serta gigi rahang
atas dan rahang bawah tidak berkontak dan bibir atas dan bawah berkontak ringan.
b. Dimensi Vertikal Oklusi (DVO) : jarak antara 2 titik ketika kontak oklusi. Gigi – gigi
rahang atas dan rahang bawah berkontak maksimum (intercuspal maximum), bibir atas
dan bawah berkontak wajar.
Kedua dimensi vertical ini dipengaruhi oleh perubahan akibat kehilangan gigi dan
jaringan pendukungnya. Bayi dan orang dewasa yang tidak bergigi , hubungan vertical
rahangnya ditentukan oleh otot-otot rahang bawah. Pasien edentulous memiliki
kemampuan adaptif yang tinggi terhadap perubahan dimensi vertical, apabila hal ini terjadi
maka akan sulit untuk mengembalikan pada kondisi ideal.
Dimensi vertical yang terlalu besar dapat menyebabkan kontraksi otot yang
berlebih, gigi tiruan tidak stabil, gigi tiruan tidak nyaman digunakan, profil pasien menjadi
kurang baik, terjadi luka pada jaringan pendukung gigi, dan adanya gangguan pada sendi
temporomandibular. Dimensi vertical yang terlalu kecil dapat menyebabkan fungsi
pengunyahan terganggu, estetika kurang memuaskan, terjadi costen syndrome dengan
gejala tuli ringan, sering pusing, tinnitus, nyeri saat menggerakkan sendi, nyeri pada lidah,
nyeri pada region temporalis dan gangguan pada kelenjar saliva.
Efek peningkatan relasi vertical :