Anda di halaman 1dari 34

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 1

Modul Pelatihan
Gender, Kesehatan
Reproduksi dan
Hak-hak Kesehatan
Reproduksi
PENYUSUN
Nukman Firdausie
Sholeh Eskawanto
Anggoro Budi Prasetyo
Ariana Marastuti
EDITOR
Ariana Marastuti
DITERBITKAN OLEH:
IHAP Bekerjasama dengan CORDAID
2 Institut Hak Asasi Perempuan
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 3
DAFTAR ISI
Daftar Isi...................................................................................................i
Pengantar ............................................................................................... ii
Cara Menggunakan Buku ...................................................................... iii
Perkenalan............................................................................................. 1
Tujuan dan Harapan .............................................................................. 2
Kontrak Belajar ...................................................................................... 3
Gender dan Seks ................................................................................... 4
Ketidakadilan Gender............................................................................25
Kesehatan Reproduksi..........................................................................31
Organ reproduksi...................................................................................37
Kehamilan............................................................................................ 43
Alat Kontrasepsi ................................................................................... 49
Penyakit Menular Seksual ................................................................... 60
Hak Seksual dan Reproduksi................................................................65
Cerita Kasus..........................................................................................68
Review................................................................................................. 74
Evaluasi ............................................................................................... 76
Apendix................................................................................................ 79
Daftar Pustaka.......................................................................................84

4 Institut Hak Asasi Perempuan


Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 5
I
nstitut Hak Asasi Perempuan (IHAP) adalah organisasi nirlaba
yang berbadan hukum dan bekerja untuk mendorong penegakan
hak asasi manusia, khususnya hak asasi perempuan di
Indonesia. Sebagai lembaga yang fokus pada Hak Asasi Perempuan
(HAP), maka IHAP mempunyai serangkaian program pendampingan
dan penguatan bagi perempuan yang bertujuan memperjuangkan
pemenuhan Hak Seksual dan Reproduksi (HSR). Membangun
kesadaran kritis perempuan memang bukan perkara mudah, karena
membutuhkan proses panjang melalui pendidikan terus menerus.
Salah satu upaya yang terus dilakukan IHAP adalah melakukan
berbagai pelatihan tentang Gender, Hak Asasi Perempuan, Hak
Seksual dan Reproduksi serta Kesehatan Repoduksi bagi perempuan
di wilayah dampingan.
Berangkat dari pengalaman saat melakukan berbagai
pelatihan bagi komunitas dampingan, maka IHAP mendapat berbagai
temuan kebutuhan yang harus di tindaklanjuti. Salah satunya adalah
adanya kebutuhan untuk melakukan pelatihan bagi kader-kader
perempuan di desa untuk menjadi trainers/fasilitator bagi
komunitasnya. Melalui fasilitator lokal yang berasal dari dalam
komunitas sendiri, maka percepatan kesadaran masyarakat
diharapkan dapat lebih mudah diraih.
Salah satu hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan
pelatihan tersebut adalah belum adanya buku pedoman pelaksanaan
pelatihan (modul) untuk pelatihan Gender dan HSR yang sesuai
dengan kondisi kader-kader perempuan di pedesaan dengan tingkat
pendidikan yang terbatas. Modul harus mempunyai kriteria: mudah
dipahami dan dilakukan, sederhana, pemakaian alat-alat yang mudah
ditemui di desa, dan didukung dengan langkah-langkah praktis. Oleh
karena itu IHAP berinisiatif membuat modul ini sebagai upaya
memenuhi kebutuhan para Kader perempuan tersebut.
Modul ini dibuat benar-benar berdasarkan rangkaian
pengalaman dalam setiap pelatihan yang dilakukan, sehingga selama
pembuatannya terus mengalami penyesuaian dengan kondisi
Pengantar
6 Institut Hak Asasi Perempuan
komunitas. Modul ini bukanlah kitab yang tak boleh diubah-ubah,
tetapi lebih sebagai suatu alat untuk membantu belajar sehingga
membuka diri untuk dilakukannya perubahan serta pengembangan
lebih lanjut. Bahkan para penggunanya dapat melakukan inovasi
sendiri dalam materi, metode maupun alurnya, untuk disesuaikan
dengan kondisi yang ada.

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 7


Cara Menggunakan Modul
M
odul ini dibuat berdasarkan pengalaman selama melakukan
serangkaian pelatihan bagi kader-kader perempuan di
Kulonprogo, Bantul dan Boyolali, wilayah yang menjadi
dampingan IHAP. Modul pelatihan Gender, Hak Seksual dan
Reproduksi (HSR) IHAP ini menekankan pada kemudahan metode
dan materi, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, kepraktisan
langkah-langkahnya dan penggunaan alat yang minimal sehingga
dapat dilakukan di mana saja. Dibuat demikian supaya memudahkan
pengguna untuk menerapkannya, terutama untuk pengguna dengan
akses pendidikan dan informasi yang rendah.
Setiap materi dalam modul berisi beberapa bagian, yaitu
:alokasi waktu, tujuan, metode, alat, alur, catatan fasilitator dan materi.
Semua petunjuk tersebut digunakan untuk mempermudah fasilitator
dalam menyampaikan materi. Keberadaan catatan fasilitator
dimaksudkan untuk mempermudah cara menggali informasi dari
peserta pelatihan, selain itu juga untuk memberikan petunjuk singkat
bagi fasilitator supaya materi dapat tersampaikan dengan baik.
Modul ini dimulai dengan pendahuluan, yang terdiri dari
perkenalan, pemetaan tujuan dan harapan serta kontrak belajar.
Proses perkenalan dapat dilakukan dengan berbagai permainan yang
dapat melumerkan suasana sehingga peserta dan fasilitator dapat
lebih akrab. Acara kemudian dilanjutkan dengan pemetaan tujuan
dan harapan dari peserta dalam mengikuti pelatihan tersebut,
sehingga fasilitator dapat memperjelas tujuan pelatihan serta
membantu peserta mencapai manfaat yang optimal dalam pelatihan.
Sedangkan kontrak belajar diadakan supaya kegiatan dapat berjalan
dengan lancar, tertib dan mencapai tujuannya.
Bagian ke-2 sampai ke-9 adalah materi pelatihan, yang terdiri
dari tiga materi besar yaitu Gender, Kesehatan Reproduksi, serta
Hak Seksual dan Reproduksi(HSR). Untuk materi Gender dipecah
dalam 2 sub materi yaitu: materi Gender dan Seks serta Ketidakadilan
Gender. Sedangkan untuk Kesehatan Reproduksi dipecah menjadi
5 bagian materi yaitu Penjelasan Umum tentang Kesehatan
8 Institut Hak Asasi Perempuan
Reproduksi, Organ Reproduksi, Kehamilan, Alat Kontrasepsi, dan
Penyakit Menular Seksual. Materi terakhir adalah Hak Seksual dan
Reproduksi. Kenapa materi HSR dijadikan materi terakhir? Karena
untuk menumbuhkan kesadaran akan Hak, perlu disadarkan terlebih
dahulu akan pentingnya kesehatan reproduksi bagi perempuan serta
apa pentingnya melindunginya, melalui perjuangan HSR lah
perempuan dapat melindungi alatalat reproduksinya. Bagian terakhir
dari modul adalah Evaluasi dan penutup. Evaluasi dilakukan pada
materi, fasilitator, panitia, tempat, dan akomodasi selama proses
pelatihan, apakah bagus atau kurang, sehingga hasilnya dapat
digunakan untuk memperbaiki pelatihan di masa yang akan datang.
Modul ini juga menyediakan keterangan untuk kata-kata yang sulit,
pengguna modul dapat mencari keterangan kata-kata sulit tadi di
bagian apendix(daftar kata-kata sulit).
Selain berisi panduan pelatihan dan materi, modul ini juga
membekali calon fasilitator dengan beberapa alat peraga yang
dibutuhkan selama pelatihan, misalnya kartu-kartu bergambar
penyakit menular seksual, dan celemek bergambar alat reproduksi.
Alat bantu tersebut di sertakan dalam modul untuk membantu
fasilitator memberi penjelasan materi dengan cara yang mudah
dipahami oleh peserta karena melalui gambar-gambar sebagai alat
bantu visual.

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 9


Waktu
30 menit
Tujuan
Agar peserta menjadi lebih dekat dan saling mengenal satu dengan
yang lain sehingga suasana pelatihan menjadi santai dan
menyenangkan.
Metode
1. Mengisi kertas warna-warni /metaplan
2. Permainan
Alat Bantu
1. Kertas warna-warni/metaplan
2. kertas plano/papan tulis
3. Selotip
4. Gunting
5. Spidol/Alat tulis
Alur
1. Semua orang yang terlibat di dalam kegiatan (peserta, panitia,
notulen, fasilitator,dll) diminta untuk menuliskan nama mereka
pada kertas warna-warni/metaplan.
2. Minta setiap peserta menempelkan kartu metaplan tersebut pada
kertas plano, sambil menjelaskan arti nama mereka, siapa yang
memberikan nama tersebut atau bisa juga menjelaskan hubungan
nama mereka dengan suatu hal.
Misal: Namanya Kliwon, karena lahir pada hari J umat Kliwon
Perkenalan
10 Institut Hak Asasi Perempuan
Catatan Fasilitator
1. Permainan bisa ditambahkan dengan bernyanyi ataupun senam
supaya acara lebih meriah.
2. Fasilitator dapat menggunakan permainan lain yang dikuasainya.
3. Fasilitator jangan tegang, supaya peserta juga santai.

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 11


Waktu
30 menit
Tujuan
1. Peserta dapat mengungkapkan tujuan dan harapannya mengikuti
pelatihan.
2. Mengurangi kesalahpahaman mengenai tujuan pelatihan yang
mungkin berbeda antara harapan peserta dengan maksud panitia.
Metode
Curah pendapat
Alat Bantu
1. Kertas plano/papan tulis
2. Spidol/alat tulis
3. Selotip
4. Gunting
Alur
Pemetaan tujuan dan harapan ini dapat dilakukan dengan berbagai
metode permainan. Berikut ini ada 2 alternatif permainan yang dapat
dilakukan, yaitu:
Alternatif 1: menggunakan metaplan
1. Bagi metaplan pada peserta, setiap peserta mendapatkan dua
warna yang berbeda (misal: Biru dan Kuning)
2. Minta peserta menuliskan Apa yang di inginkan pada metaplan
biru, dan Apa yang tidak di inginkan pada metaplan kuning.
Tujuan dan Harapan
12 Institut Hak Asasi Perempuan
3. setelah semua peserta menuliskan jawabannya, kumpulkan dan
tempelkan metaplan tersebut pada kertas plano di depan, sesuai
dengan warnanya.
4. Ajak peserta mendiskusikan hasil metaplan tersebut.
Alternatif 2: tanpa metaplan
1. Bagi peserta ke dalam kelompok kecil terdiri dari 4-6 orang.
Bagikan kertas plano pada masing-masing kelompok.
2. Minta masing-masing kelompok untuk mendiskusikan apa saja
tujuan mereka mengikuti pelatihan tersebut dan apa saja yang
mereka harapkan dari pelatihan.
3. Minta kelompok untuk melaporkan hasil diskusi mereka, dengan
meminta salah satu anggota kelompok maju ke depan
mempresentasikan hasil diskusi.
Catatan Fasilitator
1. Fasilitator dapat mengembangkan permainan lain yang
dikuasainya.
2. Bila waktu terbatas, peserta dapat diminta untuk menjawab secara
lisan pertanyaan Apa yang menjadi tujuan dan apa yang
diharapkan mereka pada pelatihan tersebut.

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 13


Kontrak Belajar
Waktu
30 menit
Tujuan
Untuk mencapai kesepakatan dalam mengatur proses belajar dalam
pelatihan ini.
Metode
Diskusi kelas
Alat Bantu
1. Kertas plano
2. Spidol
Alur
1. J elaskan kepada peserta tentang tujuan membuat kontrak belajar
yang berisikan aturan yang harus ditaati oleh peserta selama
pelatihan berlangsung
2. Minta kepada peserta untuk mengusulkan aturan main tersebut.
3. Ajak peserta untuk mendiskusikan aturan main yang diusulkan
4. Tuliskan dalam kertas plano/papan tulis semua aturan main yang
telah disepakati.
Contoh aturan main yang disepakati
Datang tepat waktu
Dilarang merokok dalam ruang pelatihan
Hargai pendapat orang lain
Acara tepat waktu, tidak molor.
14 Institut Hak Asasi Perempuan
Tidak memotong teman yang sedang memberikan pendapat
Tidak menghidupkan HP selama sesi pelatihan berlangsung.
Catatan Fasilitator
1. Fasilitator dapat memberikan petunjuk atau contoh aturan main
yang dapat didiskusikan.
2. Fasilitator dapat mengusulkan aturan main bila ada aturan main
yang dirasakakan penting namun belum diusulkan oleh peserta

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 15


Waktu
60 menit
Tujuan
1. Memberikan pengetahuan mengenai gender dan seks.
2. Mengajak peserta untuk dapat membedakan antara gender dan
seks.
Metode
1. Ceramah
2. Permainan
Alat Bantu
1. Kertas plano
2. Metaplan (2 warna)
3. Spidol
4. Selotip kertas/lakban
5. Leaflet HSR IHAP
Alur
1. Fasilitator membuka pertemuan, kemudian menjelaskan maksud
dan tujuan diadakan pertemuan.
Gender dan Seks (Jenis Kelamin)
16 Institut Hak Asasi Perempuan
2. Materi gender dan seks ini dapat disampaikan dengan berbagai
permainan yang dapat membantu peserta memahami materi. Ada
beberapa macam permainan yang dapat dilakukan, yaitu:
a. Permainan I
Masing-masing peserta dibagikan 2 buah kertas metaplan
dengan warna yang berbeda (misal merah dan biru).
Selanjutnya peserta diminta untuk menuliskan ciri-ciri laki-
laki pada metaplan warna merah dan ciri-ciri perempuan
pada metaplan warna biru.
Permainan dilanjutkan dengan membagi ciri-ciri tersebut
pada dua kolom, untuk itu buatlah dua kolom yang
bertuliskan dapat dipertukarkan dan tidak dapat
dipertukarkan pada kertas plano. Setelah selesai, peserta
diminta menempelkan metaplan di kertas plano tersebut.
Dapat dipertukarkan Tidak dapat dipertukarkan
Ajak peserta untuk melihat kembali ciri-ciri yang telah
dituliskannya berlaku khusus untuk laki-laki atau
perempuan saja atau bahkan berlaku untuk keduanya dan
dimasukkan ke dalam kolom tersebut.
J elaskan sedikit tentang gender dan seks, dan buat dua
kolom lagi yang bertuliskan gender dan seks. Kemudian,
minta peserta untuk memasukkan mana yang masuk
gender dan mana yang masuk kolom seks sehingga dapat
diketahui perbedaannya.
Gender Seks
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 17
B. Permainan II
Bagikan kertas metaplan yang sudah ada tulisannya
mengenai ciri, sifat, ataupun penilaian dan lain-lain yang
berkaitan dengan laki-laki dan perempuan. Tulisan di
metaplan ada berbagai macam, antara lain:
memasak hanya dapat dilakukan perempuan
hanya laki-laki saja yang mencari nafkah
perempuan rambut panjang
laki-laki rambut pendek, dll.
Permainan dilanjutkan dengan membagi ciri-ciri tersebut
pada dua kolom, untuk itu buatlah dua kolom yang
bertuliskan dapat dipertukarkan dan tidak dapat
dipertukarkan pada kertas plano.
Dapat dipertukarkan Tidak dapat dipertukarkan
Ajak peserta untuk melihat kembali ciri-ciri yang telah
dituliskannya berlaku khusus untuk laki-laki atau
perempuan saja atau bahkan berlaku untuk keduanya dan
dimasukkan ke dalam kolom tersebut.
J elaskan sedikit tentang gender dan seks, dan buat dua
kolom lagi yang bertuliskan gender dan seks. Kemudian,
minta peserta untuk memasukkan mana yang masuk
gender dan mana yang masuk kolom seks sehingga dapat
diketahui perbedaannya.
Gender Seks
Setelah selesai menempel semua, kemudian tanyakan
kepada peserta apakah sudah benar atau belum, alasan-
nya kenapa. Dari kegiatan tersebut akan diketahui apakah
peserta sudah memahami perbedaan gender dan seks.
18 Institut Hak Asasi Perempuan
3. Kegiatan dilanjutkan dengan meminta tanggapan dari peserta dan
mendiskusikannya.
4. Setelah forum diskusi selesai, pertemuan dapat ditutup.
Catatan Fasilitator
1. Berikan contoh-contoh yang terjadi di lingkungan sekeliling
peserta, namun apabila kesulitan dapat membuat perbandingan
dengan kondisi di wilayah lain.
2. Pakailah bahasa yang sederhana, mudah dipahami dan dapat
dimengerti oleh peserta, bila mungkin selingi dengan humor.
3. J angan ragu-ragu untuk mengulang, perbanyak diskusi dan tanya
jawab.
4. Fasilitator dapat mengembangkan permainan lain yang
dikuasainya.

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 19


MATERI
Gender dan Seks (jenis Kelamin)
Apakah Gender itu?
Gender adalah pembagian peran serta tanggung jawab antara laki-
laki dan perempuan yang ditetapkan oleh masyarakat berdasarkan
sosial-budaya, bersifat tidak permanen dan dapat berubah (bukan
kodrat dari Tuhan), serta berlaku khusus antara wilayah satu dan
lainnya berbeda.
Contoh:
1. Perempuan dulu hanya dianggap sebagai konco wingking, dan
mengurus rumah tangga namun sekarang sudah dapat menjadi
kepala dusun, kepala desa, camat, bupati, manajer, dan bahkan
presiden
2. Dahulu pekerjaan rumah tangga hanya dikerjakan oleh
perempuan termasuk mengasuh anak, namun sekarang laki-laki
juga dapat mengasuh anak dan mengerjakan pekerjaan rumah
tangga.
Apakah Seks itu?
Seks mengacu kepada ciri fisik dan biologis yang sering disebut
jenis kelamin dan berhubungan dengan fungsi reproduksi. J adi Seks
adalah pembagian jenis kelamin yang telah ditentukan oleh Tuhan
(merupakan kodrat), maka fungsinya tidak dapat dipertukarkan,
bersifat permanen dan tidak dapat berubah, serta berlaku umum
untuk semua manusia.
Contoh:
1. Laki-laki mempunyai penis dan sperma sedang perempuan
mempunyai vagina dan sel telur.
2. Perempuan mengalami menstruasi, hamil, melahirkan dan
menyusui serta menopause, sedangkan laki-laki tidak dapat
melahirkan namun mengalami mimpi basah.
20 Institut Hak Asasi Perempuan
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
GENDER SEKS
Dapat berubah dan dipertukarkan, Tidak dapat berubah dan tidak
merupakan buatan manusia dapat dipertukarkan, merupakan
(bukan kodrat) buatan Tuhan (kodrat)
Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan
Kuat Lemah lembut Punya penis Punya vagina
Keras kepala Sabar Sperma Sel telur
Tampan Cantik J akun Menyusui
Rambut pendek Rambut panjang Melahirkan
Egois Mengalah
Maskulin Feminin
Publik Domestik
Akibat Pembedaan Gender
PEREMPUAN LAKI-LAKI
Sifat/karakter Lemah lembut Kuat
Penurut Pembangkang
Emosional Rasional
Tidak pintar Pintar
Dipimpin Pemimpin
Pasif Aktif
Ruang lingkup Sempit Luas
kerja Private/domestik Publik (umum, tidak
(hanya di wilayah hanya di wilayah
rumah tangga) rumah tangga)
Watak kerja Reproduktif Produktif
(dianggap pencari (dianggap pencari
nafkah tambahan) nafkah utama)
Tampilan Dikuasai Menguasai
(mudah menyerah)
Pembedaan gender mengakibatkan terjadinya pembagian peran gender,
pembagian kerja gender, dan perbedaan kebutuhan gender.
Peran Gender adalah peran sosial antara laki-laki dan
perempuan, hasil bentukan masyarakat yang terwujud dalam
perbedaan perilaku, kegiatan dan tanggung jawab berdasarkan
nilai-nilai sosial budaya yang berlaku. Apabila peran tersebut tidak
dilakukan maka akan mendapatkan sanksi sosial. Peran tersebut
bermacam-macam sesuai dengan kelas sosial, adat istiadat,
perkembangan waktu dan sifatnya dinamis/mudah berubah.
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 21
Ada 3 peran gender dalam masyarakat yaitu:
1. Peran kerja reproduktif
Pemeliharaan rumah tangga: memasak, mencuci, menyapu,
menyediakan air dan bahan bakar, berbelanja, menyiram
tanaman dan lain-lain.
Pemeliharaan anggota rumah tangga: melahirkan, menyusui,
menjaga anak, mendidik anak dan lain-lain.
Umumnya peran ini menjadi tanggung jawab perempuan.
2. Peran kerja produktif
Peran kerja yang dinilai secara materi dengan mendapat upah/
uang.
Baik laki-laki dan perempuan sama-sama terlibat, namun
fungsi dan tanggung jawabnya berbeda.
Penghargaan terhadap kerja perempuan seringkali kurang,
karena dianggap sebagai pencari nafkah tambahan.
3. Peran kerja komunitas
Kegiatan yang berhubungan dengan komunitas/masyarakat,
pada umumnya dilakukan oleh perempuan seperti: kerja
sukarela tidak dibayar berkaitan dengan lingkungan,
pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan, pemeliharaan
sumber air, kesehatan, pendidikan, perayaan dan upacara
adat, kematian, hajatan dan lain-lain. Biasanya dilakukan pada
waktu luang.
Kegiatan yang berhubungan dengan politik komunitas/
masyarakat, umumnya dilakukan oleh laki-laki seperti:
pekerjaan yang dibayar dan secara tidak langsung bermanfaat
terhadap peningkatan status atau kekuasaan berkaitan dengan
pengorganisasian, politik formal, atau pengambil keputusan
dalam masyarakat. (pengurus LKMD, BPD, PPK dan lain-lain).
22 Institut Hak Asasi Perempuan
Lihat tabel berikut:
PERAN GENDER
Dapat dipertukarkan dan merupakan
bentukan manusia (bukan kodrat)
Laki-laki Perempuan
Produktif: kerja yang dibayar Reproduktif: kerja rumah tangga,
Politik komunitas: berkaitan pengasuhan anak yang
dengan kekuasaan umumnya tidak dibayar.
Pengelolaan komunitas:
kerja sosial yang bersifat
sukarela
Pembagian kerja gender adalah perbedaan pekerjaan antara
laki-laki dan perempuan akibat peran gender yang berlaku di
masyarakat.
Akibatnya:
Perempuan menjalankan pekerjaan yang beragam dan
pergantian peran yang lebih banyak dan lebih cepat dari pada
laki-laki (dari istri, ibu, anak perempuan dari orang tuanya,
pekerja rumah tangga, karyawan dan lain-lain).
Pekerjaan perempuan lebih banyak yang berhubungan dengan
pekerjaan rumah tangga dan pengasuhan anak (reproduktif),
sementara laki-laki lebih bertanggungjawab untuk melakukan
pekerjaan yang berhubungan dengan ekonomi dan politik atau
bersifat umum/nyata di masyarakat.
Pekerjaan laki-laki lebih mendapatkan penghargaan sosial dan
material dari pada pekerjaan yang dilakukan perempuan.
Kebutuhan gender adalah kebutuhan yang lahir karena adanya
perbedaan gender, termasuk pembedaan peran, pembagian kerja,
kesempatan akses dan kontrol serta hubungan kuasa antara laki-
laki dan perempuan.
Ada 2 sifat kebutuhan gender yaitu:
1. Kebutuhan gender praktis
Lebih menanggapi kebutuhan yang dirasakan manfaatnya
secara langsung atau terkini, dalam jangka pendek seperti:
penambahan dana PMT, penyediaan sarana kesehatan
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 23
reproduksi (alat kontrasepsi), modal pembuatan makanan kecil
dan lain-lain sehingga lebih melestarikan peran reproduktif
perempuan.
2. Kebutuhan gender strategis
Lebih menanggapi kebutuhan yang dirasakan manfaatnya
dalam jangka panjang, tidak dapat langsung dinikmati
sekarang seperti: kesetaraan gender antara laki-laki dan
perempuan (misal ada kebijakan peraturan yang menjamin
upah buruh laki-laki dan perempuan sama, ada aturan tentang
perlunya keterlibatan perempuan dalam musyawarah
pembangunan dan lain-lain)

24 Institut Hak Asasi Perempuan


Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 25
Ketidakadilan Gender
Waktu
60 menit
Tujuan
1. Memberikan pengertian tentang bentuk-bentuk ketidakadilan
gender terutama yang berkaitan dengan masalah budaya serta
fungsi reproduksi.
2. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk ketidakadilan gender.
Metode
1. Curah pendapat
2. Diskusi
3. Ceramah dan Tanya jawab
Alat Bantu
1. Kertas plano
2. Metaplan
3. Spidol
4. Selotip kertas
5. Booklet ketidakadilan gender
Alur
1. Fasilitator membuka pertemuan dan menjelaskan tujuan
pertemuan tersebut.
2. Untuk memulai penjelasan mengenai ketidak adilan gender dapat
diajukan pertanyaan kepada peserta, misalnya dengan
pertanyaan: Apakah ada yang mengetahui arti
ketidakadilan?
26 Institut Hak Asasi Perempuan
3. Tulis semua pendapat peserta tentang arti ketidakadilan menurut
mereka pada kertas plano. Setelah itu, fasilitator sedikit membuka
ingatan mereka tentang arti gender yang telah dijelaskan pada
sesi sebelumnya.
4. Kemudian, lanjutkan dengan mengajukan pertanyaan:Apakah
ada yang mengetahui makna ketidak adilan gender?
a. Kalau sudah mengetahui, apa saja yang mereka ketahui, baik
arti/maknanya maupun contoh-contohnya, tuliskan pendapat
peserta tersebut dalam plano.
b. Kalau belum mengetahui, maka fasilitator dapat memberikan
salah satu contoh dan memberi penjelasan sedikit, kemudian
ajak peserta memberi contoh lain yang mereka ketahui.
5. Bagi peserta dalam beberapa kelompok dan berikan tugas untuk
menuliskan contoh bentuk-bentuk ketidakadilan gender.
6. Ajak diskusi dan tanya jawab dari hasil tersebut, seluruh materi
dirangkum dan mengulang kembali materi tersebut.
Catatan Fasilitator
1. Berikan penjelasan sederhana tentang bentuk ketidakadilan
gender berdasarkan contoh-contoh kasus yang terjadi di
lingkungan masyarakat tersebut.
2. Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan dimengerti oleh
masyarakat, bilamana perlu pakailah istilah lokal.
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 27
MATERI
Ketidakadilan Gender
Ketidakadilan gender adalah bentuk, posisi, kondisi, sifat, tugas,
kegiatan, dan tanggungjawab yang dapat menimbulkan pola
hubungan yang tidak adil atau diskriminatif berdasarkan jenis kelamin.
Ketidakadilan gender dapat terjadi dalam berbagai aspek kehidupan
seperti:
1. Aspek politik, yang mengakibatkan perempuan menjadi nomor
dua (tersubordinasi).
Dalam masyarakat ada anggapan bahwa perempuan itu
emosional, tidak bisa berfikir secara rasional sehingga dianggap
tidak mampu menjadi pemimpin karena itu perempuan
ditempatkan pada posisi yang tidak penting.
Contoh:
Kepemimpinan ada pada laki-laki
Pengambilan keputusan ada pada laki-laki
Perempuan pendukung karier suami
Perempuan dibawah bayang-bayang suami
Pemisahan berorganisasi berdasarkan jenis kelamin.
Ketidakadilan pada aspek politik menyebabkan
TERSUBORDINASI/PENOMORDUAAN
2. Aspek ekonomi, mengakibatkan perempuan menjadi terpinggirkan
(termarjinalisasi).
Peminggiran terhadap kaum perempuan terjadi dalam bidang
ekonomi. Anggapan bahwa perempuan hanya pencari nafkah
tambahan menyebabkan upah perempuan lebih rendah dibanding
laki-laki.
Contoh:
Upah buruh perempuan lebih rendah (data BPS tahun 2000
menyebutkan bahwa upah buruh tani laki-laki dengan jumlah
28 Institut Hak Asasi Perempuan
jam kerja 39 adalah Rp 276.999, upah buruh tani perempuan
dengan jam kerja 31 hanya mendapat Rp 155.271)
Penetapan kebutuhan Fisik Minimum (KFM) berdasarkan
standar laki-laki
Mengutamakan pendidikan untuk anak laki-laki
Laki-laki lebih mudah mendapatkan fasilitas
Promosi kerja lebih diutamakan untuk laki-laki
Ketidakadilan pada aspek ekonomi menyebabkan
MARGINALISASI/PEMINGGIRAN
3. Aspek sosial budaya, mengakibatkan perempuan mendapat label
negative/stereotype.
Budaya patriarkhi yang meletakkan laki-laki makhluk superior dan
perempuan dianggap sebagai makhluk inferior mengakibatkan
ketidakadilan terhadap perempuan dalam bidang sosial budaya.
Contoh:
Perempuan dianggap sebagi konco wingking
Pembagian kerja secara seksual (perempuan bekerja disektor
domestik dan laki-laki disektor publik)
Setelah menikah perempuan menggunakan nama suami.
Laki-laki sebagai kepala rumah tangga sebagai pencari nafkah
utama dan perempuan sebagai pencari nafkah tambahan
Perempuan bersolek untuk memancing perhatian lawan jenis.
Ketidakadilan pada aspek budaya mengakibatkan
STEREOTIPE NEGATIF/PELABELAN
4. Aspek fisik dan non fisik, mengakibatkan perempuan mengalami
kekerasan.
Kekerasan terhadap perempuan adalah segala bentuk tindakan
kekerasan yang mengakibatkan rasa sakit atau penderitaan
terhadap perempuan baik secara fisik maupun psikis yang terjadi
didalam rumah tangga maupun diluar rumah tangga.
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 29
Contoh:
Kesempatan kerja didahulukan karena perempuan cantik
Pemerkosaan didalam dan diluar rumah tangga
J umlah kerja dan jam kerja perempuan lebih banyak
Ketergantungan terhadap suami
Pelecehan seksual
Kekerasan terhadap perempuan
Melarang istri memperoleh penghasilan sendiri
Ketidakadilan dalam aspek ini mengakibatkan VIOLENCE/
KEKERASAN
Bentuk-bentuk ketidakadilan gender adalah:
Subordinasi/penilaian lebih rendah/penomorduaan atas
posisi perempuan contoh karena perempuan maka tidak layak
untuk menjadi pemimpin.
Marjinalisasi/peminggiran/dikesampingkan contoh
perempuan hanya sebagai pencari nafkah tambahan saja
sehingga mengalami peminggiran dalam bidang ekonomi.
Beban ganda, meskipun perempuan sebagai pencari nafkah
utama, namun tidak terlepas dari tugas-tugas dalam rumah
tangga yang bersifat reproduktif.
Stereotipe/pemberian cap atau label yang salah dikarenakan
perempuan contoh: karena perempuan kegiatannya hanya
ngerumpi dan berdandan saja.
Kekerasan baik secara fisik dan non fisik contoh: perempuan
karena kondisi biologisnya ataupun karena peran gendernya
mengalami pemukulan dan pelecehan dengan kata-kata.
Pada kesempatan kali ini akan lebih ditekankan pada
ketidakadilan yang berhubungan dangan budaya dan menyangkut
masalah hak seksual dan hak reproduksi/fungsi reproduksi.
30 Institut Hak Asasi Perempuan
Bentuk ketidakadilan gender yang berhubungan dengan budaya
antara lain:
Perempuan mengalami penomorduaan dalam rumah tangga yaitu
hanya sebagai konco wingking, bertugas menjaga, memelihara,
dan mengasuh anak serta mengerjakan tugas rumah tangga.
Perempuan mengalami peminggiran dan tidak dianggap sebagai
pencari nafkah utama dalam keluarga, hanya sebagai pencari
nafkah tambahan.
Perempuan mengalami beban ganda sebagai seorang ibu rumah
tangga juga masih mencari nafkah tambahan, ditambah lagi
melakukan kerja-kerja sosial seperti hajatan, kematian, kerja bakti
dan lain-lain.
Perempuan tidak terlepas dari pelabelan ataupun cap karena
budaya yang membentuknya seperti karena seorang janda,
perempuan tidak baik terlalu banyak kegiatan di luar
rumah.Terlebih lagi kalau menerima tamu laki-laki akan
menimbulkan kesan hal yang negatif.
Perempuan juga mengalami bentuk ketidakadilan gender fisik dan
non fisik (psikologis/psikis,). Misal karena mencari nafkah
tambahan di luar rumah, suami tidak terima dan merasa malu
sehingga melakukan pemukulan dan bahkan kata-kata
penghinaan.
Berkaitan dengan fungsi reproduksinya, karena perempuan yang
melahirkan anak maka tugas menjaga, memelihara dan mendidik
anak menjadi tanggung jawab perempuan.Di samping itu
berkaitan dengan perencanaan kehamilan dengan menggunakan
alat kontrasepsi menjadi tanggung jawab atau kewajiban
perempuan sementara laki-laki tidak mau memakai alat
kontrasepsi.

Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 31


Kesehatan Reproduksi
Waktu
30 menit
Tujuan
Memberikan pemahaman serta membangun kesadaran peserta
tentang arti penting kesehatan reproduksi bagi perempuan.
Metode
1. Curah pendapat dari peserta
2. Ceramah
Alat Bantu
1. Kertas metaplan
2. Plano
3. Spidol
Alur
1. Fasilitator membuka pertemuan dan menjelaskan tujuan
pertemuan tersebut.
2. Peserta diminta menuliskan arti/makna kata SEHAT pada kertas
metaplan.
3. Peserta diminta kembali menuliskan arti/makna kata
REPRODUKSI pada kertas metaplan yang berbeda.
4. Fasilitator menempelkan metaplan dari peserta pada kertas plano
yang berbeda untuk kata SEHAT dan REPRODUKSI
5. Kemudian, fasilitator menjelaskan serta memberikan tambahan
tentang arti kata sehat, reproduksi, serta kaitan kesehatan dan
reproduksi. Setelah itu Fasilitator melanjutkan materi khusus
tentang kesehatan reproduksi perempuan.
32 Institut Hak Asasi Perempuan
6. Fasilitator menanyakan pada peserta:Mengapa kita perlu
memelihara kesehatan reproduksi? Kemudian tuliskan
jawabannya pada kertas plano. J awaban dari peserta kemudian
di diskusikan lebih jauh.
7. Fasilitator dapat menutup materi dengan memberikan langkah-
langkah yang bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan reproduksi.
Catatan Fasilitator
1. J angan ragu untuk mengulang jika dirasa masih
membingungkan.
2. Penjelasan diberikan dengan kata-kata yang diucapkan
dengan jelas dan sederhana supaya peserta lebih mudah
mamahami.
Modul Pelatihan Gender, Kesehatan Reproduksi dan Hak-hak Kesehatan Reproduksi 33
MATERI
Kesehatan Reproduksi
Sehat
Adalah kondisi tubuh yang prima, dimana semua organ tubuh
dapat berfungsi dengan baik dan normal, tidak sakit, baik secara
fisik, psikis, maupun sosial.
Reproduksi
Adalah proses melanjutkan keturunan (proses mempunyai anak).
Pada manusia, proses reproduksi berkembang sesuai dengan
perkembangan usia dan pertumbuhannya yang dimulai sejak
pubertas(menstruasi pada perempuan, dan mimpi basah pada
laki-laki).
Reproduksi perempuan
Perempuan melalui proses reproduksi yang lebih rumit dari pada
laki-laki. Proses ini terdiri dari:
Haid / menstruasi
Hamil
Melahirkan
Menyusui
Menopause (berhenti haid)
Kesehatan reproduksi
adalah keadaan sehat yang berhubungan dengan fungsi dan
proses sistem reproduksi. Dimana sehat ini berkait dengan:
Sehat jasmani/fisik (misalnya: rahim dalam kondisi sehat
sehingga dapat hamil.)
Sehat psikologis/ kejiwaan (Misalnya: tidak mengalami
gangguan kejiwaan, atau mampu mengendalikan emosi
dengan baik.)
34 Institut Hak Asasi Perempuan
Sehat sosial (misalnya: mampu bersosialisasi, menjalin
hubungan baik dengan masyarakat dan lingkungan.)
Reproduksi sehat
Adalah perilaku yang berkaitan dengan fungsi dan proses
reproduksi termasuk perilaku seksual yang sehat. (misalnya: setia
pada pasangan / tidak berganti-ganti pasangan).
Kesehatan seksual
Adalah kemampuan laki-laki dan perempuan untuk menikmati
hubungan seksual, tanpa disertai tekanan, paksaan, kekerasan
maupun diskriminasi. Dan dilakukan dengan saling
menguntungkan dan menghormati.
Menjaga dan Memelihara Organ Reproduksi
Organ reproduksi sangat penting untuk dirawat, dijaga dan
dipelihara. Sebab jika tidak akan menyebabkan berbagai dampak
yang merugikan, misalnya infeksi ataupun mudah terkena
penyakit.
Cara pemeliharaan organ reproduksi laki-laki dan perempuan:
1. Selalu mengganti celana dalam secara rutin
2. Membersihkan kotoran dan mencuci alat kelamin dan anus
setiap kali sehabis buang air. Untuk perempuan disiram dari
arah depan ke belakang, dari daerah vagina ke anus, agar
mencegah kotoran dari anus masuk ke vagina. Sebab vagina
merupakan organ yang sangat sensitif dan terbuka sehingga
mudah sekali dimasuki bakteri dan kuman.
3. Tidak menggunakan air yang kotor untuk mencuci vagina atau
penis.
4. Hindari penggunaan celana yang terlalu ketat, karena vagina
atau penis akan menjadi mudah berkeringat dan jika digunakan
terus menerus dalam jangka waktu lama dapat mengganggu
stabilitas suhu alat kelamin.
5. Dianjurkan untuk secara rutin mencukur rambut kemaluan.
Karena rambut kemaluan yang dibiarkan tidak dipelihara bisa
ditumbuhi jamur atau kutu yang akan menimbulkan rasa gatal
dan tidak nyaman.

Anda mungkin juga menyukai