Anda di halaman 1dari 45

MATERI INTI 2

MANAJEMEN TERPADU PELAYANAN KESEHATAN REMAJA (MTPKR)

I. Deskripsi Singkat

Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan


yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja
mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta
cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh
pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik
tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus
menanggung akibat jangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah
kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku beresiko pada remaja tersebut
memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi
kebutuhan kesehatan remaja. Berdasarkan data Riskesdas 2010 dan SDKI 2012,
masalah kesehatan pada remaja antara lain masalah gizi (gizi kurang, gizi lebih, postur
pendek, anemia), kurang konsumsi protein dan kalori, kurang konsumsi serat, kurang
aktifitas fisik , perilaku berisiko seperti: merokok, minuman beralkohol, napza, seks pra
nikah, masalah kehamilan, penyakit infeksi (IMS, ISPA, HIV/AIDS, dan Diare), penyakit
metabolic seperti diabetes, gangguan emosional serta kecelakaan berkendara.

Untuk mengatasi masalah tersebut, Kementerian Kesehatan melalui Permenkes nomor


25 tahun 2014 tentang Upaya Kesehatan Anak mengamanahkan peningkatan
pelayanan kesehatan usia sekolah dan remaja melalui Usaha Kesehatan Sekolah dan
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR).

Puskesmas PKPR merupakan puskesmas dengan prinsip ramah remaja, menerima


remaja dengan tangan terbuka dan mampu memberikan pelayanan secara lebih
komprehensif pada remaja sesuai dengan karakteristiknya. Jenis kegiatan yang
diberikan Puskesmas PKPR yaitu pelayanan konseling, klinis medis, rujukan, KIE,
partisipasi remaja dan keterampilan social. Puskesmas PKPR memberikan pelayanan
kepada semua remaja di dalam atau di luar gedung, untuk perorangan atau kelompok.

Modul ini membahas tentang pedoman pelayanan klinis bagi remaja yang datang ke
puskesmas atau FKTP, sehingga petugas kesehatan mampu melakukan tatalaksana
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.

II. Tujuan Pembelajaran

A. Tujuan Pembelajaran Umum


Setelah mengikuti materi ini peserta mampu melakukan Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)

B. Tujuan Pembelajaran Khusus


89
Setelah mengikuti materi ini, peserta mampu :
1. Menggunakan alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja
(MTPKR)
2. Melakukan skrining anamnesis HEEADSSS untuk menggali masalah perilaku
berisiko
3. Melakukan algoritma terkait algoritma pertumbuhan dan perkembangan,
kesehatan reproduksi, infeksi, kesehatan jiwa
4. Melakukan tindak lanjut Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja
(MTPKR)

III. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan

Pada modul ini akan dibahas pokok bahasan dan sub pokok bahasan berikut:

Pokok bahasan 1. Alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)

Pokok bahasan 2. Skrining anamnesis HEEADSSS

Pokok bahasan 3. Algoritma


Sub pokok bahasan:
a. Pertumbuhan dan perkembangan
b. Kesehatan reproduksi
c. Infeksi
d. Kesehatan jiwa

Pokok bahasan 4. Tindak Lanjut Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja


(MTPKR)
Sub pokok bahasan:
a. Inform Consent dalam MTPKR
b. Pencatatan dan Pelaporan MTPKR

IV. Bahan Belajar

Dalam proses pembelajaran modul ini, peserta dapat menggunakan bahan belajar berikut:
 Kemkes. 2015. Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)

V. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran

Jumlah jam yang digunakan dalam modul ini sebanyak 21 jam pelajaran (T=2 , P=9,
PL=10) @ 45 menit untuk memudahkan proses pembelajaran, dilakukan langkah-
langkah kegiatan pembelajaran sebagai berikut.

Langkah 1.
Pengkondisian

90
Langkah kegiatan:
1. Fasilitator menyapa peserta dengan ramah dan hangat. Apabila belum pernah
menyampaikan sesi di kelas, mulailah dengan perkenalan. Perkenalkan diri dengan
menyebutkan nama lengkap, instansi tempat bekerja dan judul materi yang akan
disampaikan.
2. Dilanjutkan dengan penyampaian judul materi, deskripsi singkat, tujuan pembelajaran
umum, tujuan pembelajaran khusus, pokok bahasan dan sub pokok bahasan pada sesi
ini.

Langkah 2.
A. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 1. Alur Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan pokok bahasan 2. Skrining Anamnesis
HEEADSSS

Langkah kegiatan:
1. Fasiltator menyampaikan materi tentang alur penggunaan Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dengan menggunakan bahan tayang
2. Fasilitator menyampaikan materi tentang pelaksanaan anamnesis menggunakan alat
skrining HEEADSSS
3. Fasilitator menayangkan video tentang alur penggunaan Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan video skrining anamnesis dengan
HEEADSSS
4. Fasilitator melakukan uji pemahaman peserta mengenai alur Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan skrining anamnesis dengan
HEEADSSS dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada peserta yaitu: 1) arti
warna dalam alur algoritma; 2) poin poin masalah yang digali dalam HEEADSSS
(lampiran 1)
5. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai.

B. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 3. Algoritma.

Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memberikan penjelasan mengenai algoritma pertumbuhan dan
perkembangan, algortima kesehatan reproduksi, algoritma infeksi, algoritma
kesehatan jiwa dengan menggunakan bahan tayang
2. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.
3. Fasilitator mengajak peserta untuk memulai diskusi kelompok untuk membahas
materi dengan praktik studi kasus dan role play/bermain peran

Langkah Praktik Studi kasus


1. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 (empat) kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6-7 orang
2. Fasilitator membagikan kertas yang berisi satu kasus usia sekolah dan remaja
yaitu (lampiran 2) :
91
– Kelompok 1 kasus Algoritma Pertumbuhan dan Perkembangan
– Kelompok 2 kasus Algoritma Kesehatan Reproduksi
– Kelompok 3 kasus Algoritma Kesehatan Jiwa
– Kelompok 4 kasus Algoritma Infeksi
3. Fasilitator mengajak masing-masing kelompok untuk berdiskusi berdasarkan
kasus yang telah diterima
4. Tiap-tiap kelompok melakukan diskusi tatalaksana kasus dipimpin ketua
kelompok
5. Fasilitator meminta tiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi tatalaksana
kasus dan mengarahkan jalannya presentasi tiap kelompok diberi waktu 5 menit
6. Fasilitator memberikan kesempatan untuk kelompok lain mengajukan
pertanyaan atau mengklarifikasikan hasil presentasi dan curah pendapat dari
kasus yang dipresentasikan

Langkah role play/bermain peran


1. Fasilitator membagi peserta menjadi 4 (empat) kelompok, masing-masing
kelompok terdiri dari 6-7 orang
2. Fasilitator meminta tiap kelompok melakukan role play/bermain peran sesuai
dengan kasus algoritma (lampiran 3)
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta bertanya atau menyampaikan
klarifikasi, kemudia fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang
sesuai.

C. Penyampaian dan pembahasan pokok bahasan 4. Tindak Lanjut Manajemen


Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)

Langkah kegiatan:
1. Fasilitator memberikan penjelasan tentang Informed consent dan pencatatan
dan pelaporan
2. Fasilitator melakukan uji pemahaman peserta mengenai informed consent,
pencatatan dan pelaporan untuk mengukur pemahaman peserta. Pertanyaan
yang diajukan kepada peserta yaitu : 1) form status pasien remaja dan register
PKPR, 2) apa manfaat dari data yang terkumpul dari kegiatan pencatatan dan
pelaporan bagi Pusat, bagi pemerintah provinsi, bagi pemerintah
kabupaten/kota dan bagi remaja 3) identifikasi penangung jawab kegiatan
pencatatan dan pelaporan disetiap level berjenjang, 4) apa saja cakupan yang
berhubungan dengan remaja di RPJMN, Renstra dan SPM, 5) surat pengantar
rujukan (lampiran 4)
3. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau
menyampaikan klarifikasi, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau
tanggapan yang sesuai.

Langkah 3 Pelaksanaan Praktek Lapangan alur penggunaan Manajemen Terpadu


Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan skrining anamnesis
HEEADSSS

92
1. Fasilitator mengajak peserta untuk melakukan praktik lapangan alur penggunaan
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR) dan skrining anamnesis
HEEADSSS di puskesmas
2. Fasilitator membagi kelompok sesuai kebutuhan
3. Fasilitator menjelaskan tujuan dan mekanisme praktik sesuai dengan Panduan praktik
lapangan (lampiran 5)
4. Fasilitator dan peserta berangkat menuju tempat praktik lapangan
5. Fasilitator meminta peserta untuk melakukan praktek skrining anamnesis HEEADSSS,
penggunaan alur, penggunaan algoritma, penggunaan informed consent, dan
pencatatan pelaporan terhadap pasien remaja yang telah dipersiapkan oleh Puskesmas
6. Setelah selesai praktik lapangan
7. Fasilitator meminta peserta untuk mendiskusikan hasil praktik lapangan dan membuat
laporan hasil
8. Fasilitator meminta tiap-tiap kelompok untuk mempresentasikan hasil praktik lapangan
dari masing-masing kelompok
9. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya atau menyampaikan
pendapat, kemudian fasilitator menyampaikan jawaban atau tanggapan yang sesuai

Langkah 4.
Penutup

Langkah kegiatan:
1. Setelah semua pokok bahasan diberikan, Fasilitator memberikan poin–poin penting
terkait materi pelaksanaan Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.
2. Fasilitator memberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan
atau klarifikasi
3. Fasilitator menjawab pertanyaan atau klarifikasi
4. Fasilitator membuat simpulan materi dan menutup sesi materi ini dengan
mengucapkan terimakasih.

VI. Uraian Materi

Pokok Bahasan 1.
Alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja (MTPKR)
a. Pengertian
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja adalah Panduan yang
merupakan rujukan praktis untuk menangani kesehatan remaja. Panduan ini
ditujukan bagi para petugas kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan
primer pada remaja. Petugas kesehatan yang dimaksud meliputi dokter atau bidan
atau perawat. Alur Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja merupakan
panduan tahapan yang dilakukan oleh petugas kesehatan dalam menangani pasien
remaja

b. Tujuan
Tujuan alur ini adalah memberikan kemudahan bagi para petugas kesehatan untuk
memberi bantuan yang lebih efektif terhadap remaja. Alur MTPKR ini dapat
93
mencegah misopportunity dalam menangani masalah kesehatan remaja yang sering
datang dengan satu masalah atau satu keluhan, namun terdapat berbagai
permasalahan lain di belakangnya (multiple reasons).

c. Arti warna yang ada pada algoritma


Dalam algoritma, terdapat pembagian klasifikasi dalam warna merah, kuning, dan
hijau dengan arti sebagai berikut:
– Merah: kondisi gawat darurat, harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan
rujukan tingkat lanjutan (FKRTL)
– Kuning: masalah dapat ditangani oleh fasilitas kesehatan di tingkat pertama
dengan observasi dan/atau tindak lanjut
– Hijau: tergolong kondisi normal ATAU masalah dapat diselesaikan secara tuntas
di fasilitas kesehatan di tingkat pertama

d. Alur/Penggunaan Manajemen Terpadu Masalah Kesehatan Remaja


Pahami tata cara interaksi klinis dengan klien remaja. Berangkatlah dari keluhan
utama klien remaja. Dari keluhan tersebut, pilihlah satu algoritma yang sesuai
dengan keluhan tersebut. Telusuri algoritma tersebut dari kolom “Tanya” lalu ke
“Lihat/Rasa/Dengar” agar dapat menentukan klasifikasi yang tepat sesuai kondisi
yang ditemukan pada klien remaja.

Setelah selesai dengan algoritma yang sesuai dengan keluhan utama remaja,
lakukan anamnesis dengan pendekatan HEEADSSS untuk menggali aspek
psikososial remaja yang seringkali tidak diungkapkan oleh remaja bila tidak
ditanyakan oleh petugas kesehatan, bahkan dapat pula disembunyikan oleh remaja
ketika ditanya oleh petugas kesehatan. Dari hasil anamnesis HEEADSSS dapat
terpilih satu atau lebih algoritma yang lain. Telusuri algoritma lain tersebut dari kolom
“Tanya” lalu ke “Lihat/Rasa/Dengar” agar dapat menentukan klasifikasi yang tepat
sesuai kondisi yang ditemukan pada klien remaja.

MTPKR tidak memuat panduan klinis semua penyakit. Bila ada keluhan atau
penyakit yang tidak terdapat dalam panduan MTPKR ini, harap merujuk pada
panduan praktik klinis bagi dokter di fasilitas layanan kesehatan primer (Permenkes
No 5 Tahun 2014).

Ilustrasi mengenai penggunaan algoritma ini dapat dilihat dalam bagan di halaman
berikut.

94
95
Remaja datang dengan Pemeriksaan Fisik Setelah mengikuti
kolom “Anamnesis” Anamnesis dengan Terdapat kecurigaan
masalah:
dan “Pemeriksaan Pendekatan HEEADSSS remaja mengalami
nyeri kepala
Algoritma lain-lain Fisik”, ditemukan kekerasan fisik di
bahwa nyeri kepala dalam rumah
yang dialami klien
Sub-algoritma nyeri termasuk dalam
kepala klasifikasi: Algoritma Kesehatan
Jiwa
Nyeri kepala tipe Topik : Kekerasan
tegang

Berikan antinyeri, Deteksi trauma fisik dan non-fisik


lakukan pemantauan, yang dialami remaja, berikan
ajarkan massage pengobatan yang diperlukan,
pertimbangkan untuk rujuk ke
psikiater, pertimbangkan untuk
melaporkan pada yang berwajib

Contoh penggunaan alur MTPKR/algoritma :


Pasien remaja datang ke Puskesmas dengan keluhan nyeri kepala, pasien kemudian
dilakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan. Petugas kesehatan kemudian
mencocokkan keluhan dan hasil pemeriksaan fisik dengan algoritma yang sesuai.
Pada contoh, remaja mengalami keluhan nyeri kepala, maka kategori tersebut masuk
pada algoritma lain-lain.

Petugas kesehatan kemudian melakukan anamnesia dan pemeriksaan fisik sesuai


dengan yang diperlukan. Petugas kemudian dilakukan klasifikasi penyakit
berdasarkan keluhan dan pemeriksaan fisik didapat sesuai dengan algoritma.
Contoh, setelah diklasifikasi remaja didapati masuk dalam klasifikasi nyeri kepala tipe
tegang, petugas kemudian melakukan tatalaksana dan pemantauan sesuai klasifikasi
tersebut.

Ciri khas pelayanan kesehatan pada remaja, setelah dilakukan tatalaksana tersebut,
petugas kemudian melakukan skrining anamnesis HEEADSSS untuk mengetahui
apakah terdapat mengalami masalah lain yang berisiko terhadap kesehatan remaja.
Skrining anamnesis HEEADSSS dianjurkan dilakukan dalam situasi nyaman bagi
remaja (penggunaan bahasa tidak terlalu formal, melindungi kerahasiaan remaja).
Karakteristik remaja yang memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, berani mengambil
risiko tanpa perhitungan yang panjang, lebih terbuka pada sebayanya namun kurang
terbuka pada orang dewasa dll dianggap perlu untuk mengaplikasikan metode
skrining anamnesis HEEADSSS ini.

Pada contoh, setelah dilakukan skrining anamnesis HEEADSSS, didapatkan


kecurigaan remaja mengalami kekerasan fisik di dalam rumah. Maka petugas
kemudian melihat kembali algoritma yang sesuai untuk kemudian dilakukan
klasifikasi, tatalaksana dan pemantauan berdasarkan hasil yang didapatkan.

96
e. Interaksi Klinis Petugas Kesehatan dengan Klien Remaja
Dalam berinteraksi dengan klien remaja, petugas kesehatan harus dapat membina
hubungan baik dengan remaja.

Hal-hal yang perlu diperhatikan terkait pelayanan kesehatan remaja antara lain :
1. Masa remaja adalah masa dimana terjadi perubahan fisik, psikologis, dan sosial.
Saat perubahan ini muncul, remaja mungkin akan memiliki banyak pertanyaan
dan kekhawatiran tentang apa yang terjadi dalam tubuh mereka. Di banyak
tempat, remaja tidak mampu membagi pertanyaan dan kekhawatiran mereka
serta tidak mampu pula mencari jawaban dari orang dewasa yang kompeten dan
perduli dengan mereka.
2. Selain masa remaja dianggap sebagai masa kehidupan yang paling sehat, masa
remaja juga dianggap sebagai masa dimana banyak perilaku yang secara
negatif dapat mempengaruhi kesehatan, baik yang dimulai selama masa remaja
maupun masa usia setelahnya. Selain itu, banyak kematian pada remaja
disebabkan oleh cedera yang tidak disengaja (misalnya kecelakaan mobil),
cedera yang disengaja (bunuh diri dan perkelahian satu sama lain), ataupun
masalah yang berkaitan dengan kehamilan.
3. Petugas kesehatan seperti Anda memiliki kontribusi yang penting untuk
membantu para remaja yang sehat agar tetap sehat, serta yang mengalami
gangguan kesehatan agar dapat kembali menjadi sehat atau yang memiliki
perilaku berisiko agar mendapat pertolongan

Peran petugas kesehatan dalam hal ini adalah :


4. Memberikan informasi, nasehat, konseling dan pelayanan kesehatan yang
bertujuan untuk menjaga perilaku yang aman dan mengubah perilaku yang tidak
aman atau perilaku-perilaku berisiko yang dapat menyebabkan gangguan
kesehatan
5. Mendiagnosis/mendeteksi dan mengobati gangguan kesehatan serta perilaku
berisiko yang dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang tidak baik; serta
merujuk mereka ke fasilitas rujukan, bila perlu.
6. Menjadi orang yang dapat membawa perubahan di masyarakat. Anda dapat
membantu pemimpin dan anggota masyarakat untuk dapat memahami
kebutuhan para remaja, dan pentingnya agent of change dalam memenuhi
kebutuhan tersebut

Hal yang perlu dilakukan petugas kesehatan dalam membangun interaksi klinis
dengan pasien remaja, antara lain:
1. Membuat catatan riwayat masalah atau kekhawatiran yang muncul pada remaja
2. Mencari tahu lebih dalam masalah atau kekhawatiran selain keluhan utama yang
dikeluhkan klien remaja
3. Perhatikan apabila terdapat sesuatu yang khusus dalam pemeriksaan fisik
pasien remaja
4. Cara menyampaikan diagnosis sesuai klasifikasi dan rencana tatalaksana

Bahan bacaan mengenai teknik membangun interaksi klinis yang baik dengan
remaja, ada pada Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.

97
2. Pokok Bahasan 2
Skrining Anamnesis HEADSSS
a. Pendekatan HEADSSS
Pendekatan HEEADSSS dilakukan untuk mendeteksi masalah yang dialami remaja
dan sering tidak diungkapkan oleh remaja bila tidak digali dengan baik. Pertanyaan-
pertanyaan berikut bertujuan memandu tenaga kesehatan untuk bertanya pada
remaja mengenai aspek-aspek penting yang dapat memunculkan masalah
psikososial pada remaja. Sangat dianjurkan untuk membina rapport (hubungan
baik) terlebih dahulu pada remaja sebelum bertanya, menjamin kerahasiaan,
mengatasi dulu masalah klinis atau emergensi yang ada pada remaja dan
mengelaborasi hal yang dirasa perlu.

HEEADSSS adalah singkatan dari


• Home (Rumah)
• Education (Pendidikan)
• Eating (Pola makan)
• Activity (Aktivitas)
• Drugs (Obat-obatan)
• Sexuality (Aktivitas seksual)
• Safety (Keselamatan)
• Suicide/Depresi (Bunuh diri/depresi)

b. Pelaksanaan penilaian HEEADSSS.


Sebagai catatan, mungkin tidak semua masalah remaja yang ditemukan dapat
diselesaikan pada satu waktu kunjungan. Pada satu kali kunjungan petugas
kesehatan harus mengidentifikasi dan memilih untuk menatalaksana kasus yang
diperhitungkan membawa risiko kesehatan yang lebih besar pada remaja tersebut.

Petugas kesehatan dapat memrioritaskan bagian-bagian yang paling berhubungan


dengan:
• Keluhan yang disampaikan:
Misalnya, jika seorang remaja datang dengan cedera akibat jatuh setelah minum
minuman beralkohol, Anda dapat memrioritaskan bagian “Obat-obatan” pada
penilaian HEEADSSS.
dan/atau
• Gangguan kesehatan yang penting di daerah tempat Anda bekerja:
Jika Anda bekerja di daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi, Anda harus
memrioritaskan bagian “Aktivitas seksual” pada penilaian HEEADSSS.

Pada satu kali kunjungan mungkin hanya dapat menatalaksana 2 masalah remaja
karena keterbatasan waktu. Petugas kesehatan harus dapat memberikan
kenyamanan dan rasa percaya pada remaja sehingga remaja memiliki keinginan
untuk kembali ke Puskesmas untuk mengatasi masalah yang ia miliki.

Home
Pada bagian ‘Home’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah di
dalam rumah. Tiga hal utama yang perlu digali antara lain :
98
- Tingkat kenyamanan di rumah/tempat tinggal
- Punya pihak pendukung (remaja merasa aman, bisa bicara secara terbuka serta
meminta tolong pada orang tersebut) di rumah/tempat tinggal
- Hal yang umumnya terjadi di rumah yang bisa menjadi “warisan” perilaku
berisiko (kekerasan, penggunaan alkohol dan penggunaan obat terlarang, dan
seksualitas)

Education/Employment
Pada bagian ‘Education/employment’ petugas memeriksa kemungkinan remaja
memiliki masalah terkait pendidikan atau pekerjaan. Hal utama yang perlu digali
antara lain :
- Tingkat kenyamanan di sekolah/tempat kerja
- Punya pihak pendukung (remaja merasa aman, bisa bicara secara terbuka serta
meminta tolong pada orang ini) di sekolah/tempat kerja
- Hal yang umumnya terjadi di sekolah/tempat kerja yang bisa menjadi “warisan”
perilaku berisiko (kekerasan, penggunaan alkohol dan penggunaan obat
terlarang, dan seksualitas)

Eating
Pada bagian ‘Eating’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait kebiasaan/pola makan. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Kebiasaan makan, jenis makanan yang dikonsumsi dan perilaku makan
remaja terkait dengan stress
- Perubahan terkait berat badan dan
- Persepsi remaja tentang tubuhnya

Activity
Pada bagian ‘Activity’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait aktivitas. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Hal yang dilakukan remaja untuk menghabiskan waktu luangnya
- Hubungan dengan teman-teman (teman dekat, sebaya)
- Persepsi terhadap diri dan teman-teman

Drugs
Pada bagian ‘Drugs’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait risiko penyalahgunaan NAPZA. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Adanya lingkungan sekitar remaja yang mengkonsumsi NAPZA
- Perilaku konsumsi NAPZA pada remaja

Sexuality
Pada bagian ‘Sexuality’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait risiko terkait aktivitas seksual. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Adanya perilaku seksual pra nikah atau perilaku sesksual berisiko pada remaja
- Kemungkinan kehamilan
- Kemungkinan IMS
- Kemungkinan kekerasan seksual

99
Safety
Pada bagian ‘Safety’ petugas memeriksa kemungkinan remaja memiliki masalah
terkait dengan keselamatan. Hal utama yang perlu digali antara lain :
- Rasa aman remaja saat berada di keluarga
- Rasa aman remaja saat berada di lingkungan (sekolah, masyarakat)
- Rasa aman remaja saat berada di jalan raya

Suicide/Depression
Pada bagian ‘Suicide/Depression’ petugas memeriksa kemungkinan remaja
memiliki masalah terkait risiko bunuh diri dan depresi. Hal utama yang perlu digali
antara lain :
- Adanya keinginan/kecenderungan remaja untuk menyakiti diri sendiri
- Kecenderungan, pola dan perilaku remaja apabila sedang merasa sedih
- Kecenderungan, pola dan perilaku remaja apabila sedang merasa cemas

Kuesioner HEEADSSS dapat dilihat pada lampiran dan pada Manajemen Terpadu
Pelayanan Kesehatan Remaja di FKTP.

100
3. Pokok Bahasan 3
Algoritma Kesehatan Remaja
Pedoman Manajemen Terpadu Pelayanan kesehatan remaja berisi
1. Algoritma pertumbuhan dan perkembangan
2. Algoritma kesehatan reproduksi
3. Algoritma genitalia
4. Algoritma Infeksi
5. Algoritma Kesehatan Jiwa
6. Algoritma Kesehatan Indera
7. Algoritma Lain lain

Masing-masing algoritma berisi tahapan pemeriksaan untuk menetapkan klasifikasi dan


tatalaksana atas keluhan dan gejala kesehatan remaja, yang diadopsi dari Adolescent
Job Aid (WHO) yang disesuaikan dengan kondisi/masalah kesehatan remaja serta
kebijakan dan protokol yang berlaku di Indonesia.

Penggunaan algoritma kesehatan remaja bertujuan untuk mempermudah petugas


dalam melakukan tatalaksana (tindakan dan terapi) dengan tepat, karena semua gejala
sudah diklasifikasikan. Klasifikasi tercantum merupakan klasifikasi masalah yang sering
ditemui pada remaja. Penggunaan algoritma kesehatan remaja ini telah disesuaikan
dengan kompetensi dokter umum/perawat/bidan sesuai dengan ketentuan. Pada
algoritma tertentu (misal algoritma infeksi, tatalaksana berkoordinasi dan dilakukan oleh
petugas kesehatan yang telah telah dilatih (IMS – HIV AIDS, Tuberkulosis, dll)

Penggunaan algoritma kesehatan remaja ini dapat dijadikan sebagai standar


operasional prosedur (SOP) dalam melakukan tatalaksana pasien remaja di
Puskesmas.

Kondisi puskesmas di Indonesia sangat beragam. Pada puskesmas yang tidak memiliki
laboratorium ataupun obat sesuai dengan yang tercantum dalam algoritma, maka
Puskesmas harus merujuk ke Fasilitas Kesehatan lainnya yang memiliki peralatan
penunjang yang lebih lengkap.

Setelah menentukan algoritma yang sesuai berdasarkan keluhan dari pasien remaja,
petugas diminta untuk melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik tambahan seperti
yang tercantum dalam masing-masing algoritma, untuk membantu petugas dalam
melakukan klasifikasi penyakit. Petugas kemudian melakukan tatalaksana dan
pemantauan sesuai dengan jenis klasifikasi.

Dalam pelatihan ini fasilitator dan peserta latih sebaiknya memegang Pedoman
Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja.

Beberapa klasifikasi dalam algoritma kesehatan remaja berdasarkan masalah


kesehatan yang sering dialami oleh remaja antara lain :

101
a. Algoritma Pertumbuhan dan Perkembangan
Masalah kesehatan remaja terkait pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut
:
a) Gizi kurang/gizi lebih,
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah gizi kurang/lebih yang ditemukan pada
remaja sebagai berikut :

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Gizi Buruk rujukan segera ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
2 Penurunan berat badan  Pemeriksaan penyakit infeksi penyerta
yang signifikan  Tatalaksana penyakit penyerta/rujukan
 Konseling
3 Gizi lebih Konseling gizi seimbang dan aktifitas fisik serta
pemantauan
4 Gizi kurang  Pemeriksaan penyakit infeksi penyerta
 Tatalaksana penyakit penyerta/rujukan
 Konseling
5 Obesitas  Pemeriksaan tekanan darah dan kadar gula
darah
 Konseling
5 Gizi normal Konseling gizi seimbang dan aktifitas fisik

b) Postur pendek
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah postur pendek yang ditemukan pada
remaja sebagai berikut :

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Perawakan pendek akibat rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
keturunan Tingkat Lanjutan

2 Perawakan pendek akibat  Konseling gizi seimbang


masalah gizi  Cek menggunakan algoritma masalah gizi
kurang/lebih

3 Perawakan pendek akibat  Pengobatan penyakit kronis yang ditemukan


penyakit kronis  Rujukan ke dokter ahli endokrin bila terkait
masalah endokrin

4 Perwakan pendek dan  Rujukan ke dokter ahli endokrin


telah melewati masa  Cek menggunakan algoritma masalah
pubertas pubertas
5 Perawakan pendek dan Konseling gizi seimbang
mengalami keterlambatan Rujukan ke dokter ahli endokrin
pubertas
5 Perawakan pendek dan Konseling gizi seimbang

102
memiliki kemungkinan Rujukan ke dokter ahli endokrin
terus tumbuh

c) Pubertas
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah pubertas yang ditemukan pada remaja
sebagai berikut :

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Pubertas Prekoks rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
Konseling pubertas

2 Pubertas terlambat  Cek dan obati apabila terdapat penyakit


kronis atau malnutrisi
 Cek menggunakan algoritma lainnya apabila
terkait dengan algoritma lainnya. Misal
infeksi tuberkulosis, anemia, pengunaan obat
terlarang dll
 rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan
 Konseling pubertas

3 Pubertas normal Konseling pubertas

d) Anemia
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah anemia yang ditemukan pada remaja
sebagai berikut :

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Anemia berat atau rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
kelainan berat lainnya Tingkat Lanjutan
Konseling pubertas

2 Anemia ringan hingga  Obati anemia


sedang  Obati kecacingan
 Konseling pola makan
 Tatalaksana apabila terkait algoritma lainnya
seperti haid yang banyak, remaja sedang
hamil atau setelah melahirkan dan
mengalami perdarahan

3 Tidak anemia  Konseling gizi seimbang


 Suplementasi untuk pencegahan anemia

103
b. Algoritma Kesehatan Reproduksi
a) Masalah Menstruasi
Klasifikasi masalah menstruasi terbagi menjadi 3 bagian yakni terkait masalah
siklus, masalah nyeri dan masalah perdarahan.

Terkait masalah siklus

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Hamil atau kemungkinan  Konseling kehamilan
kehamilan  Antenatal Care
 Rujukan bila diperlukan sesuai indikasi

2 Haid tidak teratur atau  Cek menggunakan algoritma gizi apabila


perdarahan di antara dua terdapat masalah gizi
haid  Cek dan obati apabila terdapat penyakit
penyerta

3 Haid tidak teratur atau  Konseling mengenai penggunaan


perdarahan di antara dua kontrasepsi
haid yang berhubungan  Rujuk ke FKRTL bila diperlukan
dengan penggunaan
kontrasepsi hormonal

4 Ketidakteraturan haid  Konseling terkait haid


pada awal usia remaja
5 Haid normal  Konseling terkait haid

Terkait masalah nyeri

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Kemungkinan kondisi rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
yang memerlukan Tingkat Lanjutan
pembedahan atau
berhubungan dengan
kehamilan

2 Dismenorea(nyeri  Atasi nyeri, pengobatan untuk mengurangi


haid)/nyeri pertengahan rasa nyeri
siklus haid  Pengobatan menggunakan pil
kontrasepsi/hormonal

Terkait masalah perdarahan

No. Klasifikasi Tatalaksana

104
1 Kemungkinan perdarahan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat
akibat kehamilan Lanjutan

2 Menorrhagia disertai  Regulasi/obati perdarahan


anemia  Pengobatan anemia

3 Menorrhagia tanpa  Regulasi/obati perdarahan


anemia  Pencegahan anemia

4 Menorrhagia yang  Regulasi/obati perdarahan


mungkin berhubungan  Pencegahan/pengobatan anemia
dengan metode
kontrasepsi AKDR atau
DMPA

5 Perdarahan haid normal  Pencegahan anemia

b) Masalah terkait Kehamilan


Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah kehamilan yang ditemukan pada
remaja sebagai berikut :

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Kemungkinan komplikasi rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
kehamilan Tingkat Lanjutan

2 Hamil  Konseling kehamilan


 Antenatal Care
 Rujukan bila diperlukan sesuai indikasi

3 Hubungan seksual tanpa  Konseling kemungkinan terjadi kehamilan


pelindung dalam lima hari  Jadwalkan untuk pemeriksaan lanjutan untuk
terakhir memeriksa kepastian kemungkinan
kehamilan

4 Kemungkinan hamil  Jadwalkan untuk pemeriksaan lanjutan untuk


memeriksa kepastian kemungkinan
kehamilan
 Konseling

5 Mengarah pada gejala  Konseling kemungkinan terjadi kehamilan


kehamilan namun terlalu  Jadwalkan untuk pemeriksaan lanjutan untuk
dini untuk dipastikan memeriksa kepastian kemungkinan
kehamilan

6 Kemungkinan tidak hamil  Konseling kebutuhan kontrasespsi

105
7 Tidak hamil  Konseling kebutuhan kontrasespsi bila
diperlukan

c) Infeksi Menular Seksual


Tatalaksana klasifikasi Infeksi Menular Seksual dilakukan hanya oleh
Petugas kesehatan yang telah terlatih IMS.
Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah infeksi menular seksual yang
ditemukan pada remaja sebagai berikut

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Kemungkinan IMS  Pengobatan Gonore, klamidia,
(GONORE trichomoniasis
dan/atau KLAMIDIA)  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
pada remaja dengan IMS

2 Kemungkinan Gawat rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan


Darurat akibat Kehamilan Tingkat Lanjutan

3 Penyakit radang panggul  Pengobatan gonore dengan komplikasi dan


(prp/pelvic inflamatory klamidia dengan komplikasi dan infeksi
disease) kemungkinan bakteri anaerob
karena gonore, klamidia  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
dan/atau bakteri anaerobik pada remaja dengan IMS

4 Servisitis  obati sebagai gonore dan klamidia dan


Kemungkinan gonore atau vaginosis bakterial dan trikomoniasis
klamidia  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
Mirip vaginosis bakterial pada remaja dengan IMS
dan trikomoniasis

5 Vaginitis  obati sebagai vaginosis bakterial dan


Kemungkinan kandidiasis trikomoniasis
vaginalis  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
Mirip vaginosis bakterial pada remaja dengan IMS
dan trikomoniasis

6 Vaginitis  obati sebagai vaginosis bakterial dan


Kemungkinan vaginosis trikomoniasis
bakterial dan/atau  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
trikomoniasis pada remaja dengan IMS

7 Duh tubuh vagina  meyakinkan pasien kondisi normal


normal/fisiologis

8 kemungkinan IMS (herpes  Obati herpes genitalis


genital)  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
106
pada remaja dengan IMS

9 kemungkinan ims  obati sebagai sifilis dan


• kemungkinan sifilis  obati chancroid atau
•kemungkinan chancroid  obati sebagai herpes genitalis
•kemungkinan herpes  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
genital pada remaja dengan IMS

10 kemungkinan  Obati limfogranuloma venerium (lgv)


limfogranuloma venerium  Obati chancroid
(lgv)  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
atau pada remaja dengan IMS
kemungkinan chancroid

11 Terdapat luka di daerah  Merujuk pada algoritma genitalia


genitalia  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
pada remaja dengan IMS

12 Infeksi kelenjar getah  Obati infeksi


bening (limfe)  Atasi pembengkakan

13 Normal atau limfadenopati  Yakinkan pasien kondisi normal


reaktif

14 kemungkinan kutil kelamin  Pengobatan kondiloma akuminata


atau kondiloma akuminata  Konseling dan tawarkan Tes HIV dan sifilis
pada remaja dengan IMS

c. Algoritma Kesehatan Jiwa

a) Masalah kekerasan pada remaja


Klasifikasi dan tatalaksana terkait masalah kekerasan pada remaja yang
ditemukan pada remaja sebagai berikut

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Kekerasan Fisik  Pertolongan pertama apabila terdapat
cedera dan kondisi mengancam jiwa
 Konseling
 Rujukan ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL)
 Memberikan informasi kepada kepolisian
sesuai Permenkes No. 68 tahun 2013
tentang kewajiban tenaga kesehatan untuk
memberikan informasi tentang adanya
dugaan kasus kekerasan pada anak (0-18

107
tahun) kepada pihak berwajib
 Membuat visum et repertum bila ada
permintaan sesuai dengan ketentuan
 Pengobatan (antinyeri, antibiotik, vaksin anti
tetanus)
 Penanganan masalah psikologis

2 Kekerasan Seksual  Pengobatan kedaruratan medis


 Konseling awal
 Lapor P2TP2A
 Rujukan bila diperlukan
 Membuat visum et repertum bila ada
permintaan sesuai dengan ketentuan
 Pencegahan kehamilan
 Pencegahan IMS
 Penanganan masalah psikologis

b) Gangguan mental Emosional


Klasifikasi dan tatalaksana terkait gangguan mental emosional pada remaja yang
ditemukan pada remaja sebagai berikut

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Kecurigaan remaja  Psikoedukasi
mengalami gangguan  Pengobatan antidepresan
depresi  Rujukan ke FKRTL bila diperlukan

2 Kecurigaan remaja  Psikoedukasi


mengalami gangguan  Pengobatan mood stabilizer
bipolar  Rujukan ke FKRTL bila diperlukan

3 Kecurigaan remaja  Psikoedukasi


mengalami gangguan  Pengobatan antipsikotik
psikotik, termasuk  Rujukan ke FKRTL bila diperlukan
skizofrenia

4 Kecurigaan remaja  Konseling


mengalami gangguan  Pengobatan antidepresan
cemas  Rujukan ke FKRTL bila diperlukan
5 Kecurigaan remaja  Konseling
mengalami gangguan  Psikoedukasi
makan  Pengobatan
108
 Rujukan ke FKRTL bila diperlukan

c) Masalah Rokok, Alkohol, Narkotika dan Obat-obatan Terlarang


Klasifikasi dan tatalaksana terkait Rokok, Alkohol, Narkotika dan Obat-obatan
Terlarang pada remaja yang ditemukan pada remaja sebagai berikut

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Remaja dengan  Rujuk ke pusat rehabilitasi
kecurigaan mengonsumsi  Cari informasi sumber paparan
narkotika dan obat-obatan
terlarang

2 Remaja dengan  Edukasi dan konseling berhenti merokok


kebiasaan merokok

3 Remaja dengan  Edukasi dan konseling berhenti minum


kebiasaan mengonsumsi minuman beralkoho
alkohol

d. Algoritma Infeksi

Penanganan algoritma infeksi dilakukan dengan berkoordinasi/oleh Tenaga


Kesehatan yang terlatih infeksi yang sesuai (HIV AIDS, Malaria atauTuberkulosis)

a) Infeksi HIV AIDS


Klasifikasi dan tatalaksana terkait infeksi HIV AIDS pada remaja yang ditemukan
pada remaja sebagai berikut
No. Klasifikasi Tatalaksana
1 Kemungkinan infeksi HIV  Skrining HIV
menyebabkan  Pengobatan penyakit penyerta
gejala,
tanda, atau penyakit yang Konseling seks yang aman dan penurunan
sering berhubungan risiko HIV
dengan infeksi HIV  Cek kondisi gizi merujuk pada algoritma gizi
2 Berisiko terinfeksi HIV  Konseling seks yang aman dan penurunan
risiko HIV untuk kelompok remaja berisiko
 Skrining HIV
 Rujukan ke fasilitas kesehatan dengan
pemeriksaan HIV
3 Tidak berisiko terinfeksi  Konseling seks yang aman dan penurunan
HIV risiko HIV untuk kelompok remaja berisiko

109
b) Infeksi Malaria
Klasifikasi dan tatalaksana terkait infeksi Malaria pada remaja yang ditemukan
pada remaja sebagai berikut

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Malaria berat atau malaria  Pengobatan dengan Arrtemeter
dengan komplikasi  Rujukan segera ke FKRTL
2 Malaria falsiparum  Pengobatan malaria sesuai ketentuan
3 Malaria vivax/ovale  Pengobatan malaria sesuai ketentuan
4 Malaria malariae  Pengobatan malaria sesuai ketentuan
5 Infeksi campuran  Pengobatan malaria sesuai ketentuan
P. falciparum dan P.
vivax/P. ovale
6 Malaria yang diderita  Pengobatan malaria tanpa primakuin
pada kehamilan
7 Pencegahan malaria  Pencegahan malaria apabila remaja akan ke
daerah endemis malaria

c) Infeksi Tuberkulosis
Klasifikasi dan tatalaksana terkait infeksi Tuberkulosis pada remaja yang
ditemukan pada remaja sebagai berikut

No. Klasifikasi Tatalaksana


1 Klasifikasi pasien  Pengobatan tuberkulosis sesuai ketentuan
berdasarkan  Rujukan ke FKRTL bila diperlukan
- Lokasi tuberkulosis  Pemeriksaan status HIV bila diperlukan
- Riwayat pengobatan
sebelumnya

110
4. Pokok Bahasan 4
Tindak Lanjut Manajemen Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja

a. Pelaksanaan Informed Consent


Pasal 45 Undang-Undang No 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dan Pasal 68
Undang-Undang No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menjadi landasan
hukum pelaksanaan informed consent. Informed consent dilakukan untuk semua
tindakan medis; harus didahului dengan penjelasan yang cukup sebagai landasan bagi
pasien untuk mengambil keputusan; dapat diberikan secara tertulis atau lisan; untuk
tindakan medis berisiko tinggi (tindakan bedah atau tindakan invasif lainnya) harus
diberikan secara tertulis; dalam keadaan emergensi tidak diperlukan informed consent,
tetapi sesudah sadar wajib diberitahu dan diminta persetujuan; serta ditandatangani
oleh yang berhak. Berdasarkan Permenkes No 290 Tahun 2008, tindakan medis yang
berisiko tinggi merupakan tindakan medis yang berdasarkan tingkat probabilitas
tertentu, dapat mengakibatkan kematian atau kecacatan.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 290 Tahun 2008, informed consent atau
persetujuan diberikan oleh pasien yang kompeten atau wali/keluarga/pengampunya
apabila pasien tidak berkompeten. Apabila persetujuan diberikan kepada pasien yang
tidak kompeten maka wali/keluarga/pengampunya dapat tetap menganggap sah atau
dapat membatalkan tindakan kedokteran.

Yang dimaksud berkompeten ialah individu mampu membuat pernyataan yang


berakibat hukum. Kriteria seseorang disebut berkompeten adalah bila sudah berusia 18
tahun atau lebih, atau belum 18 tahun namun sudah pernah menikah; sehat akal, tidak
terganggu kesadarannya, dan tidak mengalami retardasi mental sehingga mampu
membuat keputusan secara bebas. Berdasarkan aturan Hukum Perdata, kriteria cakap
hukum adalah individu berusia 21 tahun atau lebih.

Informasi yang harus disampaikan kepada pasien paling sedikit meliputi diagnosis dan
tata cara tindakan medis/kedokteran tersebut, tujuan tindakan medis/kedokteran yang
akan dilakukan, alternatif tindakan lain beserta risikonya, risiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi, prognosis terhadap tindakan yang akan dilakukan, serta perkiraan
biaya (tidak wajib). Informasi harus disampaikan secara jelas dan menggunakan bahasa
yang sesuai dengan kondisi pasien agar mudah dipahami oleh pasien. Sebelum
penjelasan ditutup, buka sesi tanya-jawab dan pastikan pemahaman pasien dengan
mengajukan beberapa pertanyaan. Penjelasan yang diberikan tersebut dicatat dalam
berkas rekam medis pasien dengan mencantumkan tanggal, waktu, dan nama yang
menerima informasi beserta tandatangannya. Dalam hal tenaga medis menilai bahwa
penjelasan tersebut dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien atau pasien
menolak untuk menerima informasi, maka tenaga medis dapat memberikan informasi
tersebut kepada keluarga terdekat dengan didampingi oleh seorang tenaga kesehatan
lain sebagai saksi.

Pada penggunaan algoritma ini, maka persetujuan tindakan medis (informed


consent) diberikan oleh keluarga terdekat antara lain ayah/ibu kandung atau
saudara kandung yang telah dewasa, dengan didahului penjelasan yang cukup
pada klien remaja dengan didampingi oleh ayah/ibu kandung atau saudara
111
kandung yang telah dewasa tersebut sebagai pihak yang akan mengambil
keputusan. Pada prinsipnya, persetujuan tindakan kedokteran yang diberikan oleh
keluarga terdekat (ayah/ibu kandung atau saudara kandung yang telah dewasa)
tersebut bertujuan untuk melindungi kepentingan pasien. Namun demikian, pada kondisi
emergensi dimana pasien harus segera menerima tindakan medis dan pasien tidak
didampingi oleh keluarga maka penjelasan dapat diberikan kepada pasien tersebut
demi menyelamatkan jiwa pasien (saksi).

b. Pelaksanaan Pencatatan
Petugas kesehatan mencatatkan hasil pemeriksaan atau pelayanan kesehatan remaja
berdasarkan algoritma kesehatan remaja pada lembar status pasien remaja. Informasi yang
diperlukan dalam pencatatan antara lain :

1) Identitas remaja
Berisi informasi identitas remaja, orang tua dan keterangan tempat tinggal,
pendidikan/pekerjaan, status pernikahan

2) Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik


Berisi tentang :
- Keluhan utama pasien remaja
- Hasil anamnesis sesuai algoritma kesehatan remaja
- Hasil pemeriksaan fisik

3) Hasil skrining HEEADSSS


Berisi tentang
- Hasil skrining/anamnesis HEEADSSS awal yang dilakukan
- Anamnesis dan pemeriksaan fisik tambahan berdasarkan hasil anamnesis
HEEADSSS
- Klasifikasi berikutnya yang didapat sesuai anamnesis HEEADSSS

4) Hasil pemeriksaan penunjang


Berisi hasil pemeriksaan laboratorium (darah, urin, duh tubuh dll), thorax dll yang
diperlukan dalam menunjang klasifikasi

5) Hasil klasifikasi dan tatalaksana yang dilakukan


Berisi tentang :
- jenis klasifikasi yang didapat sesuai anamnesis dan skrining HEEADSSS yang
dilakukan
- Tatalaksana kasus yang dilakukan oleh petugas puskesmas

6) Konseling
Berisi konseling yang diberikan oleh petugas kesehatan yang terdiri dari :
- Masalah utama
- Latar belakang masalah
- Alternatif pemecahan masalah
- Keputusan tindakan klien remaja
- Observasi

112
Pengisian keterangan konseling ini sangat membantu petugas dalam melakukan
tatalaksana pasien remaja pada kunjungan berikutnya.

7) Kunjungan selanjutnya
Berisi tentang :
- penjadwalan dari petugas untuk kunjungan ulangan remaja tersebut dan
- kunjungan yang dilakukan oleh pasien remaja
- anamnesis, tatalaksana dan konseling tambahan yang dilakukan pada kunjungan
ulang

Formulir status pasien remaja dapat dilihat pada Lampiran 1 dan buku Manajemen
Terpadu Pelayanan Kesehatan Remaja

Form pencatatan PKPR


Setelah melakukan pengisian status pasien remaja, petugas PKPR bertugas untuk merekap
data pelayanan kesehatan remaja dalam formulir PKPR Puskesmas. Pencatatan dilakukan
tiap bulan untuk mengetahui jumlah pelayanan yang telah diberikan kepada remaja,
mengetahui kasus-kasus pasien remaja yang berkunjung ke Puskesmas untuk selanjutnya
dilakukan analisis untuk kepentingan Puskesmas/Kab/Kota.

113
LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA

PROVINSI :
BULAN : TAHUN :

Jumlah Remaja Jumlah Kelompok Jumlah Konselor


No Pelayanan Jumlah Sekolah
L P Remaja Sebaya
1 Konseling

2 KIE kepada Kelompok Remaja

3 KIE oleh konselor sebaya di sekolah

4 Tatalaksana Kasus
Gangguan Haid
Seks Pra Nikah
Kehamilan Tidak Diinginkan
Persalinan Remaja
Abortus
Gangguan Gizi
- Anemia
- KEK
- Obesitas
NAPZA
- Rokok
- Alkohol
- Selain rokok dan alkohol
Infeksi Menular Seksual
Infeksi Saluran Reproduksi
HIV
AIDS
Masalah Kejiwaan
Lain-lain, sebutkan :
- ……………………….
- ………………………….
- ………………………….

Tempat, Tanggal____________________ Mengetahui


Pengelola PKPR Provinsi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

(__________________________) (__________________________)

Petunjuk Pengisian Formulir PKPR Puskesmas


No Indikator Keterangan
1 Konseling Berisi jumlah remaja yang dilakukan konseling oleh petugas
kesehatan di wilayah kerja dan kurun waktu tertentu
2 KIE oleh kelompok Berisi jumlah kelompok remaja yang diberikan KIE oleh petugas
remaja kesehatan di wilayah kerja dan kurun waktu tertentu
3 KIE oleh konselor Berisi jumlah sekolah yang dilakukan KIE kesehatan remaja oleh
sebaya di sekolah petugas kesehatan di wilayah kerja dan kurun waktu tertentu
Berisi jumlah konselor sebaya yang dibina untuk memberikan KIE
oleh petugas kesehatan di wilayah kerja dan kurun waktu tertentu
4 Tatalaksana Kasus Berisi jumlah kasus remaja laki-laki atau perempuan yang
didapatkan di pelayanan kesehatan remaja di wilayah kerja dan
kurun waktu tertentu

114
Formulir pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan remaja lebih lengkap dilihat
pada Lampiran dan Pedoman Manajemen PKPR

7. PELAPORAN

Data hasil pencatatan status pasien pelayanan kesehatan remaja kemudian direkapitulasi
oleh petugas puskesmas sebagai pelaporan kepada Dinas Kesehatan Kab/Kota dan arsip
Puskesmas. Rekapitulasi berdasarkan format pencatatan pelaporan :
1. LB 1 Puskesmas
2. Rekapitulasi Pencatatan dan Pelaporan PKPR (sesuai format SP2TP)

Laporan hasil pencatatan pelayanan kesehatan remaja yang ada di wilayah kerja dinas
kesehatan kab/kota kemudian dianalisis dan direkapitulasi menggunakan laporan
pencatatan dan pelaporan pelayanan kesehatan remaja di Kab/Kota dan hasilnya dilaporkan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi

Dinas kesehatan provinsi melakukan rekapitulasi dan analisis semua laporan Dinas
Kesehatan Kab/Kota yang ada di wilayahnya menggunakan formulir SP2TP dan pencatatan
dan pelaporan pelayanan kesehatan remaja tingkat provinsi. Hasilnya disampaikan kepada
Kementerian Kesehatan cq. Direktorat Kesehatan Keluarga sebagai laporan.

Masing-masing tingkatan administrasi yang menerima laporan berkewajiban menganalisis


laporan yang diterima dan menyampaikan umpan balik penerimaan laporan. Hasil analisis
laporan dapat dipergunakan untuk eavaluasi dan pengembangan pelayanan kesehatan
remaja di wilayah kerja.

Frekuensi pelaporan dari Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kab/Kota adalah maksimal setiap
tanggal 5 di setiap bulannya. Frekuensi pelaporan dari Dinas Kesehatan Kab/Kota ke Dinas
Kesehatan Kab/Kota adalah maksimal setiap tanggal 10 di setiap bulannya.

LAMPIRAN
1. Status pasien remaja
2. Chart IMT berdasarkan umur
3. Grafik Tinggi Badan (TB) berdasarkan umur
4. Skala Tanner
5. Surat Keterangan Pelimpahan Wewenang
6. Informed Consent
7. Lembar Penolakan Tindakan Medis
8. Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Puskesmas
9. Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Kab/Kota
10. Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Provin

115
LAMPIRAN 1 :
NO KUNJUNGAN KE : TGL : Petugas
STATUS PASIEN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
REGISTER
FASILITAS KESEHATAN TINGKAT I
..............................................................................

1. IDENTITAS REMAJA
Nama klien Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Umur/Tempat Tgl Lahir Suku Bangsa :
Alamat
No Telp / HP Anak Ke….dari… Ke……..dari……5……..
Tempat Tinggal 1. Tinggal dengan orang 2. Asrama 3. Kontrak 4. Lain-lain :…………
tua
Sekolah/Kelas ...................../..................... Pekerjaan ...................../.....................
Pendidikan Ayah/Ibu ...................../..................... Pekerjaan ...................../.....................
Ayah/Ibu
Status Perkawinan Orang Tua 1. Menikah 2. Cerai 3. Berpisah tanpa cerai 4. Lain-lain
Status Pernikahan 1. Belum 2. Menikah 3. Janda/Duda 4. Lain-lain
menikah

116
2. ANAMNESIS, PEMERIKSAAN KLASIFIKASI DAN TATALAKSANA KELUHAN UTAMA
Keluhan Utama
Lanjutkan anamnesis dan pemeriksaan fisik sesuai algoritma yang tepat
Anamnesis :

Riwayat penyakit
sekarang
Pemeriksaan fisik Kesadaran : ..... Status gizi BB (kg): ..... TB (m): ..... IMT (kg/m2): .....
:
Frekuensi nadi ..... x/menit Frekuensi ..... x/menit Status gizi (lingkari salah satu):
napas Gizi buruk / gizi kurang / normal / gizi lebih / obes
0
Tekanan darah ..... mmHg Suhu ..... C

Kepala Mata
THT: Telinga Hidung Tenggorok
Jantung Paru Abdomen
Genital Anus Kulit dan Ekstremitas
PEMERIKSAAN LABORATORIUM (lakukan yang relevan dengan keluhan klien remaja)
Hemoglobin Leukosit Trombosit
Urinalisis Analisis feses Malaria
Tes kehamilan Pemeriksaan duh tubuh uretra/vagina Lain-lain :………
Klasifikasi (diagnosis) sesuai algoritma

TATALAKSANA

117
3. ANAMNESIS, PEMERIKSAAN KLASIFIKASI DAN TATALAKSANA BERDASARKAN HEEADSSS
Anamnesis HEEADSSS
Home
Employment/Education
Eating
Activity
Drugs
Sexuality
Safety
Suicide/depression
Lanjutkan pemeriksaan sesuai algoritma berdasarkan masalah HEEADSSS yang ditemukan: Kesehatan Jiwa
Klasifikasi (diagnosis) berdasarkan pendekatan HEEADSSS
Tatalaksana berdasarkan pendekatan HEEADSSS
NAMA PEMERIKSA/TENAGA KESEHATAN :……………………………………………… PARAF :………………………………..
4. KONSELING
ALTERNATIF PEMECAHAN NAMA KONSELOR
MASALAH
MASALAH :………………….
PARAF
KEPUTUSAN TINDAKAN KLIEN
:…………………………..
ALTERNATIF PEMECAHAN NAMA KONSELOR
MASALAH
MASALAH :………………….
PARAF
KEPUTUSAN TINDAKAN KLIEN
:…………………………..

118
KUNJUNGAN SELANJUTNYA...............

KUNJU TANGGAL KLASIFIKASI


PENGOBATAN DAN
NGAN KUNJUNGA MASALAH SESUAI TATA LAKSANA KONSELING PARAF
TINDAK LANJUT
KE N ALGORITMA

119
LAMPIRAN 2 :
Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Umur untuk Remaja Laki-laki

OBESITAS / SANGAT GEMUK

GEMUK

NORMAL

NORMAL

NORMAL

KURUS

SANGAT KURUS

120
Grafik Indeks Massa Tubuh (IMT) Berdasarkan Umur untuk Remaja Perempuan

OBESITAS / SANGAT GEMUK

GEMUK

NORMAL

NORMAL

NORMAL

KURUS

SANGAT KURUS

121
LAMPIRAN 3 :
Grafik Tinggi Badan (TB) Berdasarkan Umur untuk Remaja Laki laki

NORMAL

PENDEK

122
Grafik Tinggi Badan (TB) Berdasarkan Umur untuk Remaja Perempuan

NORMAL

PENDEK

123
LAMPIRAN 4 :
SKALA TANNER
Deteksi dini masalah reproduksi remaja adalah suatu upaya agar peserta didik dapat mengenal dan memahami organ reproduksinya sendiri
sebagai langkah awal bila ditemukan kelainan. Pengenalan organ reproduksi bagi remaja berkaitan dengan proses tumbuh kembang peserta
didik di masa pubertas. Pemahaman organ reproduksi ini menggunakan skala Tanner yang mudah dimengerti dan dijawab oleh siswa.

Gambar Perkembangan pubertas

A. B

124
Puteri

Keterangan gambar kesehatan reproduksi puteri:

Gambar Karakteristik
I A. Prepubertas, tak terdapat jaringan payudara
B. Rambut pubis tidak ada
II A. Pembesaran areola dan timbulnya breast-bud
B. Timbul rambut halus di pubis
III A. Pembesaran areola dan payudara sebagai satu gunung
B. Rambut pubis menjadi ikal disekitar pubis
IV A. Timbul tonjolan ke 2 diatas bukit pertama
B. Rambut pubis menyebar ke lateral dan atas
V A. Payudara dewasa dengan single-contour
B. Distribusi rambut pubis dewasa

125
Putera

Keterangan gambar kesehatan reproduksi putera :


Gambar Karakteristik
I Prepubertas, panjang testes < 2.5 cm
Tidak ada rambut pubis
II Diameter testes > 2.5 cm, skrotum menipis dan berwarna merah
Timbul rambut pubis terutama di pangkal penis
III Terjadi pembesaran penis, testis lebih besar
Rambut pubis lebih tebal, jadi ikal dan terutama di mons pubis
IV Penis dan testis menjadi lebih besar, skrotum menjadi lebih hitam
Rambut pubis dewasa tetapi belum sampai ke paha
V Genitalia ukuran dan bentuk dewasa
Rambut pubis sampai ke medial paha

126
LAMPIRAN 5 : CONTOH SURAT TUGAS DAN SURAT PELIMPAHAN WEWENANG

(KOP SURAT DINAS KESEHATAN) KOP DINAS KESEHATAN KAB/KOTA............

Surat Tugas SURAT PELIMPAHAN WEWENANG

No........../............/......./2015 No........../............/......./2015

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2052/Menkes/Per/X/2011 tentang Izin Nama : ...................................
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran, yang bertandatangan di bawah ini,
Jabatan : ....................................
Nama : ..............................

Tempat/ Tgl. Lahir : ..................... Instansi :.....................................

Alamat : .................................. Melimpahkan wewenang dalam hal pemeriksaan dan penanganan pasien ......................
di (Nama Fasilitas Kesehatan) .............................., pada tanggal ............. sampai dengan
..................... , kepada:
memberikan Surat Tugas untuk Praktik : dr. spesialis./ drg. spesialis*), kepada :

Nama : Nama :……………………………….…

Alamat Tempat Praktik : ......................................................... Tempat/ Tanggal Lahir : .......................................

Nomor STR : ................................................................ Jabatan : ....................................


Nomor SIP Pertama : .........................................
Instansi : .........................................
Nomor SIP Kedua : ........................................
Untuk melakukan tugas sebagai ................................. ... di (Nama Fasilitas Kesehatan)
Nomor SIP Ketiga : ........................................
.................................., dengan alamat.........................................
127
Surat tugas ini berlaku dari tanggal................ sampai dengan ........................
Surat tugas ini berlaku sejak tanggal .................... sampai dengan
tanggal.........................................
LAMPIRAN 6 :
Kop Instansi Fasilitas Kesehatan

Formulir Persetujuan Pemeriksaan dan Tindakan Medis


Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Kartu Identitas :
Pekerjaan :

Selaku diri sendiri / wali / orang tua / kakak kandung / kerabat* atas nama
Nama :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tanggal Lahir :
Alamat :
Kartu Identitas :
No. Rekam Medis :

Dan saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya:


1. Telah mendapatkan penjelasan dari petugas kesehatan mengenai prosedur dan risiko dilakukan / tidak dilakukannya tindakan medis,
2. Menyatakan PERSETUJUAN untuk dilakukan pemeriksaan/tindakan medis berupa : ………………………………………………………….
pada diri sendiri / tersebut yang saya wakilkan *
Demikian surat ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Tempat, Tanggal……………
Petugas Kesehatan Saksi Yang memberi persetujuan

(………………………………) (…………………………………………) (……………………………………….)

128
LAMPIRAN 7 :
Kop Instansi Fasilitas Kesehatan
Formulir Penolakan Tindakan Medis
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Kartu Identitas :
Pekerjaan :

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya telah memberikan : PENOLAKAN , untuk dilakukan tindakan medis berupa :
……………………………terhadap diri sendiri / orang tua / wali / kakak kandung / kerabat dari*:
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Alamat :
Kartu Identitas :
No. Rekam Medis :
Dan saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya:
a. Telah diberikan informasi dan penjelasan akan bahaya risiko, serta kemungkinan kemungkinan yang timbul apabila dilakukannya atau
tidak dilakukannya tindakan medis
b. Telah saya pahami sepenuhnya informasi dan penjelasan yang diberikan petugas kesehatan
c. Atas tanggung jawab dan risiko saya sendiri tetap menolak untuk dilakukan tindakan medis yang dianjurkan petugas kesehatan.
Demikian surat ini saya tanda tangani tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Tempat, Tanggal……………

Petugas Kesehatan Saksi Yang memberi persetujuan

(…………………………………) (……………………………………) (……………………………………)

129
LAMPIRAN 8: Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Puskesmas
LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA
NAMA PUSKESMAS : KAB/KOTA : PROVINSI :
BULAN : TAHUN :
Jumlah Remaja Jumlah Jumlah
No Pelayanan Kelompok Jumlah Sekolah Konselor
L P Remaja Sebaya

1 Konseling

2 KIE kepada Kelompok Remaja

3 KIE oleh konselor sebaya di sekolah

4 Tatalaksana Kasus

Gangguan Haid
Seks Pra Nikah
Kehamilan Tidak Diinginkan
Persalinan Remaja
Abortus
Gangguan Gizi
- Anemia
- KEK
- Obesitas
NAPZA
- Rokok
- Alkohol
- Selain rokok dan alkohol
Infeksi Menular Seksual
Infeksi Saluran Reproduksi
HIV
AIDS
Masalah Kejiwaan
Lain-lain, sebutkan :
- ……………………….
- ………………………….
- ………………………….

Tempat,

Tanggal____________________ Mengetahui
Pengelola PKPR Puskesmas Kepala Puskesmas

(__________________________) (__________________________)

130
LAMPIRAN 9 : Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Kab/Kota

LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA

KAB/KOTA : PROVINSI :
BULAN : TAHUN :

Jumlah Remaja Jumlah


Jumlah Kelompok
No Pelayanan Jumlah Sekolah Konselor
Remaja
L P Sebaya
1 Konseling
2 KIE kepada Kelompok Remaja

3 KIE oleh konselor sebaya di sekolah

4 Tatalaksana Kasus

Gangguan Haid
Seks Pra Nikah
Kehamilan Tidak Diinginkan
Persalinan Remaja
Abortus
Gangguan Gizi
- Anemia
- KEK
- Obesitas
NAPZA
- Rokok
- Alkohol
- Selain rokok dan alkohol
Infeksi Menular Seksual
Infeksi Saluran Reproduksi
HIV
AIDS
Masalah Kejiwaan
Lain-lain, sebutkan :
- ……………………….
- ………………………….
- ………………………….

Tempat, Tanggal____________________ Mengetahui


Pengelola PKPR Kab/Kota Kepala Dinas Kesehatan Kab/Kota

(__________________________) (__________________________)

131
LAMPIRAN 10 : Formulir Pencatatan Pelaporan Pelayanan Kesehatan Remaja di Provinsi

LAPORAN BULANAN PELAYANAN KESEHATAN


PEDULI REMAJA

PROVINSI
:
BULAN TAHUN
: :

Jumlah Juml
Remaja ah
Jumlah
Kelo Jumlah
No Pelayanan Konselor
mpok Sekolah
Sebaya
Rem
L P aja
1 Konseling
2 KIE kepada Kelompok Remaja

3 KIE oleh konselor sebaya di sekolah

4 Tatalaksana Kasus
Gangguan Haid
Seks Pra Nikah
Kehamilan Tidak Diinginkan
Persalinan Remaja
Abortus
Gangguan Gizi
- Anemia
- KEK
- Obesitas
NAPZA
- Rokok
- Alkohol
- Selain rokok dan alkohol
Infeksi Menular Seksual
Infeksi Saluran Reproduksi
HIV
AIDS
Masalah Kejiwaan
Lain-lain, sebutkan :
- ……………………….
- ………………………….
- ………………………….

132
Tempat, Tanggal____________________ Mengetahui
Kepala Dinas Kesehatan
Pengelola PKPR Provinsi Provinsi

(_____________________
(__________________________) _____)

133

Anda mungkin juga menyukai