Anda di halaman 1dari 4

Tujuan Pendidikan Nasional

Apakah tujuan pendidikan nasional sudah sinkron dengan Pancasila atau UUD
1945? Agar lebih mendasar, apakah tujuan pendidikan di republik ini sesuai dengan sasaran hidup
manusia itu sendiri?

Ada beberapa tujuan pendidikan yang pernah muncul dalam sejarah. Plato sangat
menekankan pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia mengatakan bahwa tugas
pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui; lepas dari belenggu ketidaktahuan dan
ketidakbenaran.

Aristoteles mempunyai tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia
mengaitkannya dengan tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah
sama dengan tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama
pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu
kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia).

Tujuan universitas di Eropah adalah mencari kebenaran.
Pada era Restorasi Meiji di Jepang, tujuan pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan
negara; pendidikan dirancang untuk kepentingan negara.

Bagaimana tujuan pendidikan nasional di republik ini? UUD 1945 (versi Amendemen),
Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu
sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang."

Pasal 31, ayat 5 menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta
kesejahteraan umat manusia."

Jabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003.
Pasal 3 menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."

Bila dibandingkan dengan undang-undang pendidikan sebelumnya, yaitu Undang-
Undang No. 2/1989, ada kemiripan kecuali berbeda dalam pengungkapan.
Pada pasal 4 ditulis, "Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi-pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung-jawab
kemasyarakatan dan
kebangsaan."

Pada Pasal 15, Undang-undang yang sama, tertulis, "Pendidikan menengah diselenggarakan
untuk melanjutkan dan meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi
anggota masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut
dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi."
Bila dipelajari, di atas kertas tujuan pendidikan nasional masih
sesuai dengan substansi Pancasila, yaitu menjadikan manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan yang Maha Esa. Namun,
apakah tujuan pendidikan
ini dijabarkan secara
konsisten di
dalam kurikulum pendidikan
dan juga dalam sistem pembelajaran? Jawabannya masih
diragukan.



Beberapa Tujuan Pendidikan yang Pernah Muncul
dalam Sejarah
Apa tujuan pendidikan yang sesungguhnya? Di sepanjang sejarah, beberapa tokoh
penting telah merumuskan sasaran pendidikan. Tokoh pertama adalah Plato. Ia seorang
filosof besar.
Di dalam bukunya yang berjudul Republic, ia sangat
menekankan pendidikan
untuk mewujudkan negara idealnya. Plato mengatakan bahwa
tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui;
ada pembebasan dari belenggu ketidaktahuan
dan ketidakbenaran. Pembebasan dan pembaharuan itu akan
membentuk
manusia yang utuh, yaitu
manusia yang berhasil menggapai
segala keutamaan dan moralitas jiwa, yang
akan mengantarnya ke ide yang tertinggi yaitu kebajikan,
kebaikan, dan keadilan.
Tokoh lain adalah Aristoteles, seorang filosof besar dan juga murid Plato. Ia mempunyai sasran
pendidikan yang mirip dengan Plato.
Tetapi, Aristoteles mengaitkannya dengan tujuan negara. Iamengatakan bahwa tujuan
pendidikan haruslah sama dengan tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus
sama pula dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama
dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia).

Di Eropah, sejak abad ke-14, tujuan universitas adalah mencari kebenaran.
Istilah universitas pada zaman itu dipakai dalam arti yang khusus, yaitu menunjuk pada
kelompok-kelompok guru dan para mahasiswa, kelompok-kelompok atau badan-badan yang
terjamin tidak dicampuri atau diganggu dari luar oleh kekuatan-kekuatan politik, ekonomi dan
lain-lainnya. Badan-badan ini mempunyi ciri yang khas berupa partisipasi mahasiswa dari seluruh
benua Eropa.

Universitas berdiri sebagai suatu lembaga yang bebas dari politik dan mengatasi posisi
negara. Pada masa abad Pertengahan sampai Revolusi Industri misalnya, muncul universitas-
universitas seperti Bologna di Italia, Oxford dan Cambridge di Inggris, Heidelberg di Jerman,
Universitas Paris di Prancis, Harvard, Yale, dan Columbia di AS.
Institusi-institusi ini terpisah dari dunia sekuler dan sering disebut sebagai menara gading, tempat
berkumpulnya kaum elite untuk mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri.


Mencari kebenaran- itulah citra yang dapat kita pelajari dari tujuan pendirian
universitas-universitas itu. Di kemudian hari, khususnya universitas-unversitas di Amerika
Serikat, mata kuliah engineering (rekayasa) dimasukkan ke dalam kurikulum, tetapi citra bahwa
universitas untuk mencari kebenaran tetap dipelihara.

Kasus yang menarik terjadi di Jepang, khsususnya pada masa Restorasi Meiji. Tujuan
pendidikan dibuat sinkron dengan tujuan negara; pendidikan dirancang adalah untuk kepentingan
negara. Motif dari reformasi pendidikan yang dimotori oleh arsitek pendidikan Jepang seperti Mori
Arino pada era Restorasi Meiji adalah mempertahankan negara.

Semua kebijakan-kebijakan dalam dunia pendidikan diambil demi kepentingan
negara. Logika sistem pendidikannya adalah demi menjamin sukses agar dapat bersaing dengan
negara-negara besar lainnya; kebijaksanaan pendidikannya mempunyai tujuan untuk
meningkatkan kekayaan dan kekuatan negara dengan tujuan untuk menempatkan Jepang pada
kedudukan yang sama tinggi dalam waktu sesingkat mungkin dengan negara-negara besar
lainnya.

Jadi, tujuan (sasaran) pendidikan di Jepang bukan untuk mencari kebenaran seperti yang terjadi
di universitas-universitas tertua di Barat. Yang dipentingkan adalah hal yang berguna saja.

Mori berpendapat bahwa kegairahan dalam menuntut ilmu seharusnya mengutamakan
penerapan daya guna daripada mencari kebenaran demi kebenaran itu sendiri.
Dalam pidatonya ia menjelaskan pandangannya, "Melulu mengkhotbahkan prinsip-prinsip berbagai
soal dan melulu menjunjung tinggi perilaku-perilaku mulia adalah jauh dari kehidupan nyata di
dunia ini. Membaca buku dan menulis esei tidaklah bermanfaat bagi tindakan nyata. Mereka yang
asyik dalam melakukan hal-hal demikian itu bukanlah termasuk mereka yang saya maksudkan
sebagai orang-orang yang mempunyai kecakapan. Dalam masa persaingan dengan negara-negara
asing seperti sekarang ini, orang-orang yang acuh tak acuh macam itu tidak mungkin memenuhi
kebutuhan-kebutuhan mendesak negara kita.

Itulah beberapa tujuan pendidikan yang pernah muncul dalam sejarah yang bisa dibuat jadi
pegangan untuk merancang tujuan pendidikan di negeri ini.

Renungan:
Apa sasaran pendidikan menurut Anda?
Apa yang dapat dipelajari dari pemikiran Plato, Aritstoteles, pembentukan universitas dir Eropah
dan Amerika, dan pendidikan di Jepang di era Reformasi Meiji?

Anda mungkin juga menyukai