0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
382 tayangan35 halaman
Teori belajar Piaget dan Bruner memberikan pandangan bahwa perkembangan kognitif anak terjadi secara aktif melalui interaksi dengan lingkungan. Keduanya menekankan pembentukan struktur pengetahuan global dan hubungan antarkonsep melalui proses penerimaan, transformasi, dan pengujian. Bruner lebih menitikberatkan pada belajar penemuan di mana siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan baru.
Teori belajar Piaget dan Bruner memberikan pandangan bahwa perkembangan kognitif anak terjadi secara aktif melalui interaksi dengan lingkungan. Keduanya menekankan pembentukan struktur pengetahuan global dan hubungan antarkonsep melalui proses penerimaan, transformasi, dan pengujian. Bruner lebih menitikberatkan pada belajar penemuan di mana siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan baru.
Teori belajar Piaget dan Bruner memberikan pandangan bahwa perkembangan kognitif anak terjadi secara aktif melalui interaksi dengan lingkungan. Keduanya menekankan pembentukan struktur pengetahuan global dan hubungan antarkonsep melalui proses penerimaan, transformasi, dan pengujian. Bruner lebih menitikberatkan pada belajar penemuan di mana siswa diberi kesempatan untuk membangun pengetahuan baru.
2. JULINA S.W. SIMANJUNTAK 8146171044 3. SAMUEL JULIARDI SINAGA 8146171079 4. TEDDY ALFRA SIAGIAN 8146171086 Teori Belajar Teori Belajar Piaget Teori Belajar Bruner Teori Belajar Gestalt Teori Belajar Piaget A. Biografi Piaget B. Tahap perkembangan kognitif menurut Piaget C. Implikasi Teori Piaget dalam Pembelajaran D. Pemanfaatan Teori Piaget dalam Proses Pembelajaran E. Contoh Pembelajaran berdasarkan Teori Piaget sesuai Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia Sekolah Jean Piaget (1896-1980) adalah pakar psikologi Swiss, mengatakan bahwa anak dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri. Teori Piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Untuk menunjukkan struktur kognitif yang mendasari pola-pola tingkah laku yang terorganisir, Piaget menggunakan istilah: Skema (Struktur kognitif) yaitu proses atau cara mengorganisir dan merespon berbagai pengalaman. Adaptasi (Struktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukkan pentingnya pola hubungan individu dengan lingkungannya dalam proses perkembangan kognitif. Menurut Piaget adaptasi ini terdiri dari dua proses yang saling melengkapi, yaitu asimilasi dan akomodasi.
1. Tahap Sensori motor (Usia 0 2 Tahun) Pada tahap ini, anak-anak belajar menggunakan pancaindra mereka dan perlu pengalaman nyata untuk memahami konsep dan ide-ide. Pendidik dalam tahap pengembangan anak harus meletakkan fondasi matematika yang kuat dengan menyediakan kegiatan yang menggabungkan menghitung dan dengan demikian meningkatkan pengembangan konseptual anak-anak mengenai angka.
Selama periode ini,anak-anak dapat melakukan satu langkah mengenai masalah logika, mengembangkan bahasa, operasi egosentris dan terbatas pada logika. Pengembangan anak-anak terus berlanjut, dan tahap ini menandai awal memecahkan masalah yang lebih matematis berdasarkan seperti penambahan dan pengurangan. Seorang anak akan mampu berpikir logis dan mulai mengelompokkan berdasarkan beberapa ciri dan karakteristik daripada hanya berfokus pada representasi visual. Secara matematis, tahap ini merupakan tahap pengembangan baru yang luar biasa untuk anak.Karena anak sekarang dapat mengklasifikasikan berdasarkan beberapa fitur. Ini menandai perubahan yang berbeda pada proses berpikir anak, berpikir lebih logis dan abstrak. Anak pada tahap ini mampu membentuk hipotesis dan konsekuensi yang mungkin menyusun kesimpulan, memungkinkan anak untuk membangun matematika sendiri.Selain itu, biasanya mulai berkembang pola pikir abstrak dimana penalaran menggunakan simbol- simbol murni tanpa perlu gambaran data. 1. Bahasa dan cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. 2. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya. 3. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. 4. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. 5. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
1. Memusatkan pada proses berpikir atau proses mental dan bukan sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban itu. 2. Mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam pembelajaran. Di dalam kelas, penyajian pengetahuan jadi (ready made) tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungannya. 3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan perkembangan teori Piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan ini berlangsung pada kecepatan yang berbeda.
Pokok Bahasan : Bangun Ruang Sub Pokok bahasan : Kubus, Balok, Tabung, Prisma, Limas, Kerucut, Bola 1. Pembelajaran ditingkat Taman kanak-Kanak (TK) o Anak-anak baru hanya diperkenalkan dengan bentuk o Pembahasan hanya terbatas pada sub pokok bahasan yang terlihat kontekstual o Materi kubus cukup pada bentuknya, contoh aplikasi sekitar, serta warna (jika ada) o Demikian untuk balok, bola, dan yang lainnya dengan konsekuensi siswa mengetahui nama dan bentuknya saja. 2. Pembelajaran di Tingkat Sekolah Dasar (SD)
o Anak sudah mulai diperkenalkan dengan pendalaman bentuk bangun yang dia ketahui tersebut. o Pengelompokkan bangun juga mulai hanya diperkenalkan, bahwa kubus, balok, dan yang lainnya termasuk bangun ruang, o Anak-anak juga berkontekstual dengan bangun-bangun tersebut, sehinggga ada pemahamannya tentang apa-apa saja yang terdapat pada bangun itu. Seperti balok, tentu memiliki panjang, lebar dan tinggi. o Keterhubungan unsur yang dimiliki belum dijelaskan o Melanjutkan pembelajaran dikelas-kelas berikutnya sampai pada operasi-operasi sederhana yang terdapat pada bangun itu.
3. Pembelajaran di tingkat Sekolah Menengah (SMP dan SMA) Anak diajarkan mengetahui bentuk, struktur, dan isi dari bangun- bangun ruang yang ada. Tiap-tiap bangun ruang itu, anak-anak diminta mengetahui cara menghitung luas sisi, volume, serta bentuk permukaan dengan mengetahui bukaan dari bangun tersebut. Aplikasi dengan dunia nyata juga penting dilakukan sebagai aplikasi materi yang diajarkan. Khusus di jenjang SMA hanya jika dalam dengan mengkaji unsur-unsur yang terdapat pada bangun ruang, di samping mengulangnya kembali pembelajaran itu. Pembelajaran di SMA sudah sampai pada tingkat penalaran oleh pengalaman sendiri. 4. Pembelajaran di tingkat Perguruan Tinggi Di perguruan tinggi bangun ruang sudah lebih didalami dalam suatu mata kuliah geometri Teori Belajar Bruner A. Biografi Bruner B. Ide Bruner dalam Proses Pendidikan C. Belajar sebagai Proses Kognitif D. Teorema /Dalil Pengajaran Matematika E. Implikasi Teori Bruner dalam Pendidikan F. Aplikasi Discovery Learning dalam Pembelajaran G. Contoh Pelaksanaan Pembelajaran berdasarkan Teori Bruner A. Biografi Bruner Bruner adalah salah satu pencetus utama psikologi kognitif dan konstruktivis ,serta juga berpengaruh pada teori pendidikan dan praktek. Bruner mengakui bahwa filosofi Bruner tentang psikologi telah dipengaruhi oleh Jean Piaget, Vygotsky, dan Benjamin Bloom.
Bruner mengungkapkan empat ide nya mengenai proses dari pendidikan, yaitu 1. Struktur Pengetahuan 2. Motivasi atau Keinginan untuk Belajar 3. Nilai Intusi dalam Proses Pendidikan 4. Kesiapan untuk Belajar
Bruner dikenal sebagai tokoh psikologi kognitif.Bruner menegaskan bahwa tujuan akhir dari pengajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman umum tentang struktur materi pelajaran. Bruner menekankan pentingnya pembentukan konsep global dalam pembelajaran dan membangun hubungan konsep secara umum.Bruner menghimbau guru untuk membantu menciptakan (membangun) kondisi di mana siswa dapat melihat struktur dari subyek tertentu. Ketika pembelajaran didasarkan pada struktur, materi yang dipelajari akan lebih tahan lama atau cenderung tidak mudah dilupakan. Menurut Bruner, berpikir merupakan gabungan dari tiga proses, yaitu penerimaan (acquisition), transformasi (transformation), dan menguji ketepatan (testing of adequacy). Tiga langkah tersebut merupakan pengorganisasian aktif dari individu dalam memperoleh pengetahuan, yang merupakan ciri khas dari teori dasar kognitif. Ketiga proses belajar tersebut berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Dalam pembelajaran, guru bertanggung jawab untuk memberikan informasi dan keterampilan kepada anak serta memungkinkan anak untuk memproses informasi dan keterampilan tersebut.
Teori Bruner tentang Konstruktivisme jatuh ke dalam domain kognitif.Siswa dianggap sebagai pencipta dan pemikir melalui inquiry dan peran pengalaman dalam belajar. Proses dimana peserta didik membangun pengetahuan. Peluang disediakan bagi peserta didik untuk membangun pengetahuan baru dan makna baru dari pengalaman otentik. Konstruktivisme adalah epistemologi pembelajaran yang berdasarkan pada refleksi pengalaman saat membangun pemahaman.
Dalam proses memperoleh pemahaman, seorang anak belajar memahami sesuatu melalui tiga tahap perkembangan berikut: 1. Tahap Enaktif 2. Tahap Ikonik 3. Tahap Simbolik
Bruner mengembangkan metode pengajaran yang disebut Belajar Penemuan dengan memanfaatkan teori Konstruktivisme. Belajar Penemuan adalah salah satu cara bahwa guru dapat memanfaatkan teori karena teori itu sendiri merupakan penyelidikan. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.
Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan menunjukkan beberapa kelebihan: 1. Pengetahuan itu bertahan lama atau lama dapat diingat, atau lebih mudah diingat. 2. Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dengan kata lain konsep-konsep dan prinsip- prinsip pada kognitif seseorang dapat lebih mudah diterapkan pada situasi-situasi baru. 3. Secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. 4. Secara khusus belajar penemuan melatih keterampilan- keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain dan meminta siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi tidak hanya menerima saja. 5. Membangkitkan keingintahuan siswa, memberikan motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawaban Selain mengembangkan teori perkembangan kognitif, Bruner mengemukakan teorema atau dalil-dalil berkaitan dengan pengajaran matematika, yaitu: 1. Dalil Konstruksi / Penyusunan (Contruction Theorem) 2. Dalil Notasi (Notation Theorem) 3. Dalil Kekontrasan dan Variasi (Contrast and Variation Theorem) 4. Dalil Konektivitas atau Pengaitan (Connectivity Theorem)
Menurut Bruner, beberapa teori dalam pengajaran seharusnya memuat beberapa hal berikut: 1. Memberkan informasi mengenai bagaimana menciptakan niat dan tujuan positif di antara siswa. 2. Mengorganisasikan pengetahuan untuk membantu pembelajaran 3. Mengurutkan pengetahuan untuk membantu pembelajaran 4. Memberikan informasi mengenai keberhasilan dan kegagalan dengan cara memberikan penguatan dan hukuman 5. Pembelajaran yang memotivasi siswa dalam seting kelas
Dalam belajar penemuan, peranan guru dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Merencanakan pelajaran sehingga pelajaran itu terpusat pada masalah-masalah yang tepat untuk diselidiki oleh para siswa. 2. Menyajikan materi pelajaran yang diperlukan sebagai dasar bagi para siswa untuk memecahkan masalah. 3. Selain hal-hal yang tersebut diatas, guru juga harus memperhatikan tiga cara penyajian yang telah dibahas terdahulu. Cara penyajian itu ialah cara enaktif, ikonik, dan simbolik. 4. Bila siswa memecahkan masalah di laboratorium atau secara teoritis, guru hendaknya berperan sebagai seorang pembimbing atau tutor. 5. Menilai hasil belajar merupakan suatu masalah dalam belajar penemuan.
Teori Belajar Gestalt A. Prinsip Belajar menurut Gestalt B. Hukum-Hukum Belajar Gestalt C. Aplikasi Prinsip Gestalt Contoh RPP berdasarkan Teori Belajar Gestalt Teori gestalt berkembang di jerman dengan pendiri utamanya adalah Max Wertherimer. Tokoh-tokoh lainnya yang juga terkenal adalah Wofgang Kolher, kurt Koffa dan Kurt Lewin. Perkataan Gestalt dalam bahasa Jerman berarti suatu konfigurasi, pola, kesatuan, atau keseluruhan. Prinsip utama Gestalt menekankan keseluruhan lebih dari jumlah bagian-bagian. Suatu keseluruhan membentuk suatu yang bermakna. Menurut teori Gestalt belajar harus dimulai dari keseluruhan, kemudian kepada bagian-bagian yang mempunyai hubungan sama lain. Dalam belajar siswa harus mampu menangkap makna dari hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya Manusia bereaksi dengan lingkungannya secara keseluruhan, tidak hanya secara intelektual, tetapi juga secara fisik, emosional, sosial dan sebagainya. Belajar adalah penyesuaian diri dengan lingkungan. Manusia berkembang sebagai keseluruhan sejak dari kecil sampai dewasa, lengkap dengan segala aspek-aspeknya. Belajar adalah perkembangan kearah diferensiasi ynag lebih luas. Belajar hanya berhasil, apabila tercapai kematangan untuk memperoleh insight. Tidak mungkin ada belajar tanpa ada kemauan untuk belajar, motivasi membei dorongan yang mengerakan seluruh organisme. Belajar akan berhasil kalau ada tujuan. Belajar merupakan suatu proses bila seseorang itu aktif, bukan ibarat suatu bejana yang diisi. Belajar sangat menguntungkan untuk kegiatan memecahakan masalah.
Dalam hukum-hukum belajar Gestalt ini ada satu hukum pokok, yaitu Hukum Pragnaz dan tiga hukum tambahan (subsider) yang tunduk kepada hukum yang pokok itu 1. Hukum Pragnaz Hukum Pragnaz ini menunjukkan tentang berarahnya segala kejadian , yaitu berarah kepada Pragnaz itu, yaitu suatu keadaan yang seimbang, suatu Gestalt yang baik. Gestalt yang baik, keadaan yang seimbang ini mencakup sifat-sifat keturunan, kesederhanaan, kestabilan, simetri dan sebagainya
Hukum keterdekatan Dalam kita mengamati, obyek-obyek yang berdekatan satu sama lain akan nampak sebagai satu unit persepsi Hukum ketertutupan Menyatakan bahwa kita mempunyai tendensi untuk melengkapi atau mengisi pengalaman-pengalaman yang tidak lengkap, agar menjadi lebih berarti. Hukum kesamaan Dalam kita melakukan pengamatan, maka obyek-obyek yang mempunyai kemiripan (similarity) satu sama lain akan diorganisir ke dalam satu persepsi. Selain dari hukum-hukum tambahan tersebut menurut aliran teori belajar gestalt ini bahwa seseorang dikatan belajar jika mendapatkan insight. Insight ini diperoleh kalau seseorang melihat hubungan tertentu antara berbagai unsur dalan situasi tertentu. Dengan adanya insight maka didapatlah pemecahan masalah, dimengertinya persoalan ; inilah inti belajar. Jadi yang penting bukanlah mengulang- ulang hal yang harus dipelajari, tetapi mengertinya, mendapatkan insight. Adapun timbulnya insight itu tergantung pada: Kesangupan ,Pengalaman, Taraf kompleksitas dari suatu situasi, Latihan , serta Trial and eror . Aplikasi teori gestalt dalam proses pembelajaran yaitu: Pengalaman tilikan (insight) yaitu bahwa tilikan memegang peranan yang penting dalam perilaku. Pembelajaran yang bermakna (meaningful learning) yaitu kebermaknaan unsur-unsur yang terkait akan menunjang pembentukan tilikan dalam proses pembelajaran, makin jelas makna hubungan suatu unsur akan makin efektif sesuatu yang dipelajari. Perilaku bertujuan (pusposive behavior); bahwa perilaku terarah pada tujuan. Prinsip ruang hidup (life space); bahwa perilaku individu memiliki keterkaitan dengan lingkungan dimana ia berada. Transfer dalam belajar yaitu pemindahan pola-pola perilaku dalam situasi pembelajaran tertentu ke situasi lain.