Teori Semiotika C. K. Ogden dan I. A. Richard merupakan teori semiotika trikotomi yang dikembangkan dari Teori Saussure dan Teori Barthes yang didalamnya terdapat perkembangan hubungan antara Petanda signi!ied" dengan Penanda signi!ier" dimana Penanda kemudian dibagi men#adi dua yaitu Peranti Actual $unction%Ob#ect Properties" dan Penanda signi!ier" itu sendiri. Petanda merupakan Konotasi dari Penanda& sedangkan Peranti merupakan 'enotasi dari Penanda. Pada teori ini Petanda merupakan makna& konsep& gagasan& sedang Penanda merupakan gambaran yang men#elaskan peranti& pen#elasan !isik obyek benda& kondisi obyek%benda& dan cenderung tetapi tidak selalu" berupa ciri(ciri bentuk& ruang& permukaan dan )olume yang memiliki suprasegmen tertentu irama& *arna& tekstur& dsb" dan Peranti merupakan *u#ud obyek%benda%!ungsi aktual Christian". C.S Peirce Peirce mengemukakan teori segitiga makna atau triangle meaning yang terdiri dari tiga elemen utama& yakni tanda sign"& ob#ect& dan interpretant. Tanda adalah sesuatu yang berbentuk !isik yang dapat ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan sesuatu yang meru#uk merepresentasikan" hal lain di luar tanda itu sendiri. Tanda menurut Peirce terdiri dari Simbol tanda yang muncul dari kesepakatan"& Ikon tanda yang muncul dari per*akilan !isik" dan Indeks tanda yang muncul dari hubungan sebab(akibat". Sedangkan acuan tanda ini disebut ob#ek.Ob#ek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang men#adi re!erensi dari tanda atau sesuatu yang diru#uk tanda. Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak seseorang tentang ob#ek yang diru#uk sebuah tanda.+al yang terpenting dalam proses semiosis adalah bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang saat berkomunikasi. Contoh, Saat seorang gadis mengenakan rok mini& maka gadis itu sedang mengomunikasi mengenai dirinya kepada orang lain yang bisa #adi memaknainya sebagai simbol keseksian. Begitu pula ketika -adia Saphira muncul di !ilm Coklat Stro*beri dengan akting dan penampilan !isiknya yang memikat& para penonton bisa sa#a memaknainya sebagai icon *anita muda cantik dan menggairahkan. Ferdinand De Saussure Teori Semiotik ini dikemukakan oleh $erdinand 'e Saussure ./01(.2.3". 'alam teori ini semiotik dibagi men#adi dua bagian dikotomi" yaitu penanda signi!ier" dan pertanda signi!ied". Penanda dilihat sebagai bentuk%*u#ud !isik dapat dikenal melalui *u#ud karya arsitektur& sedang pertanda dilihat sebagai makna yang terungkap melalui konsep& !ungsi dan%atau nilai(nlai yang terkandung didalam karya arsitektur. 4ksistensi semiotika Saussure adalah relasi antara penanda dan petanda berdasarkan kon)ensi& biasa disebut dengan signi!ikasi. Semiotika signi!ikasi adalah sistem tanda yang mempela#ari relasi elemen tanda dalam sebuah sistem berdasarkan aturan atau kon)ensi tertentu. Kesepakatan sosial diperlukan untuk dapat memaknai tanda tersebut. 5enurut Saussure& tanda terdiri dari, Bunyi(bunyian dan gambar& disebut signi!ier atau penanda& dan konsep(konsep dari bunyi(bunyian dan gambar& disebut signi!ied. 'alam berkomunikasi& seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang ob#ek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Ob#ek bagi Saussure disebut 6re!erent7. +ampir serupa dengan Peirce yang mengistilahkan interpretant untuk signi!ied dan ob#ect untuk signi!ier& bedanya Saussure memaknai 6ob#ek7 sebagai re!erent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam proses penandaan. Contoh, ketika orang menyebut kata 6an#ing7 signi!ier" dengan nada mengumpat maka hal tersebut merupakan tanda kesialan signi!ied". Begitulah& menurut Saussure& 6Signi!ier dan signi!ied merupakan kesatuan& tak dapat dipisahkan& seperti dua sisi dari sehelai kertas.7 Sobur& 899:". Roland Barthes Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes .2.0(.2/9"& dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika men#adi 8 tingkatan pertandaan& yaitu tingkat denotasi dan konotasi. 'enotasi adalah tingkat pertandaan yang men#elaskan hubungan penanda dan petanda pada realitas& menghasilkan makna eksplisit& langsung& dan pasti. Konotasi adalah tingkat pertandaan yang men#elaskan hubungan penanda dan petanda yang di dalamnya beroperasi makna yang tidak eksplisit& tidak langsung& dan tidak pasti ;usita Kusumarini&899:". Roland Barthes adalah penerus pemikiran Saussure. Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat dan cara bentuk(bentuk kalimat menentukan makna& tetapi kurang tertarik pada kenyataan bah*a kalimat yang sama bisa sa#a menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Roland Barthes meneruskan pemikiran tersebut dengan menekankan interaksi antara teks dengan pengalaman personal dan kultural penggunanya& interaksi antara kon)ensi dalam teks dengan kon)ensi yang dialami dan diharapkan oleh penggunanya. <agasan Barthes ini dikenal dengan 6order o! signi!ication7& mencakup denotasi makna sebenarnya sesuai kamus" dan konotasi makna ganda yang lahir dari pengalaman kultural dan personal". 'i sinilah titik perbedaan Saussure dan Barthes meskipun Barthes tetap mempergunakan istilah signi!ier(signi!ied yang diusung Saussure. Barthes #uga melihat aspek lain dari penandaan yaitu 6mitos7 yang menandai suatu masyarakat. 65itos7 menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan& #adi setelah terbentuk sistem sign(signi!ier(signi!ied& tanda tersebut akan men#adi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. =adi& ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudian berkembang men#adi makna denotasi& maka makna denotasi tersebut akan men#adi mitos. 5isalnya, Pohon beringin yang rindang dan lebat menimbulkan konotasi 6keramat7 karena dianggap sebagai hunian para makhluk halus. Konotasi 6keramat7 ini kemudian berkembang men#adi asumsi umum yang melekat pada simbol pohon beringin& sehingga pohon beringin yang keramat bukan lagi men#adi sebuah konotasi tapi berubah men#adi denotasi pada pemaknaan tingkat kedua. Pada tahap ini& 6pohon beringin yang keramat7 akhirnya dianggap sebagai sebuah 5itos. Baudrillard Baudrillard memperkenalkan teori simulasi. 'i mana peristi*a yang tampil tidak mempunyai asal(usul yang #elas& tidak meru#uk pada realitas yang sudah ada& tidak mempunyai sumber otoritas yang diketahui. Konsekuensinya& kata Baudrillard& kita hidup dalam apa yang disebutnya hiperrealitas hyper(reality". Segala sesuatu merupakan tiruan& tepatnya tiruan dari tiruan& dan yang palsu tampaknya lebih nyata dari kenyataannya Sobur& 899:". Sebuah iklan menampilkan seorang pria lemah yang kemudian menenggak sebutir pil multi)itamin& seketika pria tersebut memiliki energi yang luar biasa& mampu mengerek sebuah truk& tentu hanya >mengada(ada?. Karena& mana mungkin hanya karena sebutir pil seseorang dapat berubah kuat luar biasa. Padahal iklan tersebut hanya ingin menyampaikan pesan produk sebagai multi)itamin yang memberi asupan energi tambahan untuk berakti)itas sehari(hari agar tidak mudah capek. -amun& cerita iklan dibuat >luar biasa? agar konsumen percaya. Inilah tipuan realitas atau hiperealitas yang merupakan hasil konstruksi pembuat iklan. Barangkali kita masih teringat dengan pengalaman masa kecil entah sekarang masih ada atau sudah lenyap" di pasar( pasar tradisional melihat atraksi seorang pen#ual obat yang memamerkan hiburan sulap kemudian mendemokan khasiat obat di hadapan penonton@ Padahal sesungguhnya atraksi tersebut telah >direkayasa? agar terlihat benar(benar man#ur di hadapan penonton dan penonton tertarik untuk beramai(ramai membeli obatnya. J. Derrida 'errida terkenal dengan model semiotika 'ekonstruksi(nya. 'ekonstruksi& menurut 'errida& adalah sebagai alternati! untuk menolak segala keterbatasan pena!siran ataupun bentuk kesimpulan yang baku. Konsep 'ekonstruksi Ayang dimulai dengan konsep demisti!ikasi& pembongkaran produk pikiran rasional yang percaya kepada kemurnian realitasBpada dasarnya dimaksudkan menghilangkan struktur pemahaman tanda(tanda sigini!ier" melalui penyusunan konsep signi!ied". 'alam teori <rammatology& 'errida menemukan konsepsi tak pernah membangun arti tanda(tanda secara murni& karena semua tanda senantiasa sudah mengandung artikulasi lain Subangun& .22C dalam Sobur& 899:, .99". 'ekonstruksi& pertama sekali& adalah usaha membalik secara terus(menerus hirarki oposisi biner dengan mempertaruhkan bahasa sebagai medannya. 'engan demikian& yang semula pusat& !ondasi& prinsip& diplesetkan sehingga berada di pinggir& tidak lagi !ondasi& dan tidak lagi prinsip. Strategi pembalikan ini di#alankan dalam kesementaraan dan ketidakstabilan yang permanen sehingga bisa dilan#utkan tanpa batas. Sebuah gere#a tua dengan arsitektur gothic di depan IstiDlal bisa mere!leksikan banyak hal. Ke( gothic(annya bisa mere!leksikan ideologi abad pertengahan yang dikenal sebagai abad kegelapan. Seseorang bisa mena!sirkan bah*a a#aran yang dihantarkan dalam gere#a tersebut cenderung >sesat? atau menggiring #emaatnya pada hal(hal yang #ustru bertentangan dari moral( moral keagamaan yang seharusnya& misalnya mengadakan persembahan(persembahan berbau mistis di altar gere#a& dan sebagainya. -amun& Ke(gothic(an itu #uga dapat dita!sirkan sebagai >klasik? yang menandakan kemurnian dan kemuliaan a#arannya. Sesuatu yang klasik biasanya dianggap bernilai tinggi& >berpengalaman?& teru#i Eaman& sehingga lebih dipercaya daripada sesuatu yang si!atnya temporer.'i lain pihak& bentuk gere#a yang men#ulang langsing ke langit bisa dita!sirkan sebagai >!okus ke atas? yang memiliki nilai spiritual yang amat tinggi. <ere#a tersebut mena*arkan kekhidmatan yang indah yang >mempertemukan? #emaat dan Tuhan(nya secara khusuk& semata( mata demi Tuhan. Sebuah persembahan #i*a yang utuh dan istime*a. 'ekonstruksi membuka luas pemaknaan sebuah tanda& sehingga makna(makna dan ideologi baru mengalir tanpa henti dari tanda tersebut. 5unculnya ideologi baru bersi!at menyingkirkan 6menghancurkan7 atau mendestruksi" makna sebelumnya& terus(menerus tanpa henti hingga menghasilkan puing(puing makna dan ideologi yang tak terbatas.Berbeda dari Baudrillard yang melihat tanda sebagai hasil konstruksi simulati! suatu realitas& 'errida lebih melihat tanda sebagai gunungan realitas yang menyembunyikan se#umlah ideologi yang membentuk atau dibentuk oleh makna tertentu. 5akna(makna dan ideologi itu dibongkar melalui teknik dekonstruksi. -amun& baik Baurillard maupun 'errida sepakat bah*a di balik tanda tersembunyi ideologi yang membentuk makna tanda tersebut. m!erto "co Stephen F. Gittle#ohn .22:" menyebut Hmberto 4co sebagai ahli semiotikan yang menghasilkan salah satu teori mengenai tanda yang paling komprehensi! dan kontemporer. 5enurut Gittle#ohn& teori 4co penting karena ia mengintegrasikan teori(teori semiotika sebelumnya dan memba*a semiotika secara lebih mendalam Sobur& 899:". 4co menganggap tugas ahli semiotika bagaikan men#ela#ahi hutan& dan ingin memusatkan perhatian pada modi!ikasi sistem tanda. 4co kemudian mengubah konsep tanda men#adi konsep !ungsi tanda. 4co menyimbulkan bah*a 6satu tanda bukanlah entitas semiotik yang dapat dita*ar& melainkan suatu tempat pertemuan bagi unsur(unsur independen yang berasal dari dua sistem berbeda dari dua tingkat yang berbeda yakni ungkapan dan isi& dan bertemu atas dasar hubungan pengkodean7. 4co menggunakan 6kode(s7 untuk menun#ukkan kode yang dipakai sesuai struktur bahasa. Tanpa kode& tanda(tanda suara atau gra!is tidak memiliki arti apapun& dan dalam pengertian yang paling radikal tidak ber!ungsi secara linguistik. Kode(s bisa bersi!at 6denotati!7 bila suatu pernyataan bisa dipahami secara har!iah"& atau 6konotati!7 bila tampak kode lain dalam pernyataan yang sama". Penggunaan istilah ini hampir serupa dengan karya Saussure& namun 4co ingin memperkenalkan pemahaman tentang suatu kode(s yang lebih bersi!at dinamis daripada yang ditemukan dalam teori Saussure& di samping itu sangat terkait dengan teori linguistik masa kini.