0 15
C. Sterilisasi
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan proses penghilangan semua jenis organism
hidup, dalam hal ini adalah mikroorganisme (protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma,virus)
yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Proses ini melibatkan aplikasi
biocidal_agent atau proses fisik dengan tujuan untuk membunuh atau menghilangkan
mikroorganisme.
Sterilisasi di desain untuk membunuh atau menghilangkan mikroorganisme. Target
suatu metode inaktivasi tergantung dari metode dan tipe mikroorganismenya, yaitu
tergantung dari asam nukleat, protein, atau membrane mikroorganisme tersebut. Agen
kimia untuk sterilisasi disebut sterilant.
Istilah lain yang umum dikenal adalah disinfeksi,yang merupakan proses
pembunuhan atau penghilangan mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit. Agen
disinfeksi adalah desinfektan, yang biasanya merupakan zat kimiawi dan digunakan untuk
objek-objek tak hidup. Desinfeksi tidak menjamin objek menjadi steril karena spora viable
dan beberapa mikroorganisme tetap dapat tersisa.
Sanitasi berhubungan erat dengan desinfeksi. Pada proses sanitasi, populasi
mikroorganisme direduksi sampai mencapai level atau tingkatan yang dianggap aman oleh
standar kesehatan masyarakat. Agen sanitasi di sebut sanitizer. Contoh sanitizer yang
umum digunakan adalh sanitizer untuk membersikan peralatan makanan restoran.
Antiseptis merupakan proses pencegahan infeksi dengan cara inaktivasi atau
mematikan mikroorganisme dengan cara kimia. Agen antiseptis disebut antiseptik. Proses
ini tidak merusak jaringan inang dan tidak setoksik desinfektan. Subtansi yang dapat
13
membunuh mikroorganisme umumnya memiliki nama dengan akhiran sida (cide).
Contohnya adalah germisida (germicide) yang membunuh banyak pathogen tetapi tidak
berefek pada endospora bakteri; bakterisida; fungisida; algasida; virusida. Sedangkan
subtansi yang tidak bersifat membunuh mikroorganisme dan hanya berfungsi untuk
menghambat pertumbuhan umumnya memiliki nama akhiran statik (static). Cotohnya
adalah fungistatik dan bakteriostatik.
Mikroorganisme memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap metode
sterilisasi tertentu. Endospora bakteri resisten terhadap panas, iradiasi, dan detergen;
virus tanpa envelop resisten terhadap pelarut organic dan detergen; mycoplasma dan virus
tidak dapat dihilangkan dengan filter steril yang memiliki ukuran pori 0,2
nanometer.Efesiensi metode sterilisasi dan efektivitas agen antimikroba di pengaruhi oleh
hal-hal berikut ini.
Ukuran populasi
Populasi mikroorganisme yang besar memerlukan waktu lebih lama sampai
tercapainya kematian dibandingkan populasi yang kecil.
Komposisi populasi
Bentuk endospora bakteri lebih resisten dibandingkan bentuk vegetatifnya.
Konsentrasi/ intensitas agen antimikroba
Makin tinggi konsentrasi agen, makin banyak mikroorganisme yang dapat
dimatikan. Pada titik tertentu, peningkatan konsentrasi tidak meningkatkan
kecepatan pembunuhan. Beberapa agen antimikroba justru lebih efektif pada
konsentrasi lebih rendah. Contohnya: etenol 70% lebih efektif dibandingkan
etanol 95%.
Lama paparn
Semakin lama populasi mikroorganisme terpapar agen antimikroba, semakin
banyak mikroorganisme yang mati.
Temperature
Peningkatan temperatur dapat meningkatkan aktivitas agen antimikroba
Linkungan sekitar
Kondisi lingkungan sekitar dapat menghalangi ataupun mempercepat
destruksi. Untuk dapat memetikan mikroorganisme terdapat dalam bahan
protein seperti nanah, jaringan, atau eksudat jaringan.
Jenis-jenis sterilisasi :
a. Sterilisasi secara fisik
Sterilisasi secara fisik dipakai bila selama sterilisasi dengtan bahan kimia tidak akan
berubah akibat temperatur tinggi atau tekanan tinggi. Cara membunuh mikroorganisme
tersebut adalah dengan panas. Panas kering membunuh bakteri karena oksidasi
komponen-komponen sel. Daya bunuh panas kering tidak sebaik panas basah. Pemanasan
basah dapat memakai otoklaf, tyndalisasi dan pasteurisasi. Otoklaf adalah alat serupa
tangki minyak yang dapat diisi dengan uap air. Tyndalisasi merupakan metode dengan
mendidihkan medium dengan uap beberapa menit saja. Pasteurisasi adalah suatu cara
disinfeksi dengan pemanasan untuk mengurangi jumlah mikrooranisme tanpa merusak
14
fisik suatu bahan. Pemanasan kering dapat memakai oven dan pembakaran. Selain itu
dapat dilakukan penyinaran dengan sinar gelombang pendek.
b. Sterilisasi secara kimia
Sterilisasi secara kimia dapat memakai antiseptik kimia. Pemilihan antiseptik terutama
tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang dikehendaki. Perlu
juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan kepekaan kulit sangat
bervariasi. Zat-zat kimia yang dapat dipakai untuk sterilisasi antara lain halogen (senyawa
klorin, yodium), alkohol, fenol, hidrogen peroksida, zat warna ungu kristal, derivat akridin,
rosalin, deterjen, logam-logam berat, aldehida, ETO, uap formaldehid ataupun beta-
propilakton
c. Sterilisasi secara mekanik.
Sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan penyaringan. Penyaringan dengan
mengalirkan gas atau cairan melalui suatu bahan penyaring
Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Sterilisasi dengan pemanasan kering
a. Pemijaran/flambir
Cara ini dipakai langsung, sederhana, cepat dan dapat menjamin sterilisasinya,
namun penggunaannya terbatas pada beberapa alat saja, misalnya: benda-benda dari
logam (instrument), benda-benda dari kaca, benda-benda dari porselen.
Caranya yaitu:
1. Siapkan bahan yang disterilkan, baskom besar yang bersih, brand spritus, korek api.
2. Kemudian brand spritus dituangkan secukupnya ke dalam waskom tersebut. Selanjutnya
dinyalakan dengan api.
3. Alat-alat instrumen dimasukkan ke dalam nyala api.
b. Dengan cara udara panas kering
Cara ini pada dasarnya adalah merupakan suatu proses oksidasi, cara ini memerlukan
suhu yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan sterilisasi pemanasan basah. Adapun alat
yang dapat dilakukan dengan cara ini yaitu benda-benda dari logam, zat-zat seperti bubuk,
talk, vaselin, dan kaca.
Caranya yaitu:
1. Alat bahan harus dicuci, sikat dan desinfeksi terlebih dahulu
2. Dikeringkan dengan lap dan diset menurut kegunaannya
3. Berilah indikator pada setiap set
4. Bila menggunakan pembungkus, dapat memakai aluminium foil.
5. Oven harus dipanaskan dahulu sampai temperatur yang diperlukan.
6. Kemudian alat dimasukkan dan diperhatikan derajat pemanasannya.
2. Sterilisasi dengan pemanasan basah.
Ada beberapa cara sterilisasi ini, yaitu:
a) Dimasak dalam air biasa.
Suhu tertinggi 100 C, tapi pada suhu ini bentuk vegetatif dapat dibinasakan tetapi bentuk
yang spora masih bertahan. Oleh karna itu agar efektif membunuh spora maka dapat
ditambahkan natrium nitrat 1% dan phenol 5%.
Caranya yaitu:
15
1. Alat atau bahan instrumen dicuci bersih dari sisa-sisa darah, nanah atau kotoran lain.
2. Kemudian dimasukkan langsung ke dalam air mendidih.
3. Tambahkan nitrit 1% dan phenol 5%, agar bentuk sporanya mati
4. Waktu pensterilan 30-60 menit (menurut pharmacope Rusia).
5. Seluruh permukaan harus terendam.
b) Dengan uap air.
Cara ini cukup efektif dan sangat sederhana. Dapat dipakai dengan dandang/panci dengan
penangas air yang bagiannya diberi lubang/sorongan, agar uap air dapat mengalir bagian
alat yang akan disterilkan.waktu sterilisasi 30 menit.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat yang akan disterilkan dicuci, dibersihkan, disikat serta didesinfeksi.
2. Kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan dimasukkan dalam dandang
c) Sterilisasi dengan uap air bertekanan tinggi.
Jenis sterilisasi dengan cara ini merupakan cara yang paling umum digunakan dalam setiap
rumah sakit dengan menggunakan alat yang disebut autoclave.
Caranya yaitu:
1. Alat-alat atau bahan-bahan yang akan disterilkan dicuci, disikat, dan didesinfeksi
2. Kemudian diset menurut penggunaannya dan diberi indikator.
3. Kemudian dibungkus kain/kertas.
4. Masukkan alat/bahan yang telah dibungkus ke dalam autoclave.
3. Sterilisasi dengan penambahan zat-zat kimia
Cara ini tidak begitu efektif bila dibandingkan dengan cara pemanasan kering. Cara ini
dipergunakan pada bahan-bahan yang tidak tahan pemanasan atau cara lain tidak bisa
dilaksanakan karena keadaan. Contoh zat kimia : Formaldehyda, hibitane, Cidex.
4. Sterilisasi dengan radiasi ultraviolet
Karena disemua tempat itu terdapat kuman, maka dilakukan sterilisasi udara dan
biasanya dilakukan di tempat-tempat khusus.Misalnya: di kamar operasi, kamar isolasi,
dsb. dan udaranya harus steril. Hal ini dapat dilakukan dengan sterilisasi udara (air
sterilization) yang memakai radiasi ultraviolet.
5. Sterilisasi dengan filtrasi
Cara ini digunakan untuk udara atau bahan-bahan berbentuk cairan. Filtrasi udara
disebut HEPA (Hight Efficiency Paticulate Air). Tujuannya adalah untuk filtrasi cairan
secara luas hanya digunakan dalam produksi obat-obatan atau pada sistem irigasi dalam
ruang operasi, maupun dalam perawatan medik lainnya yang membutuhkan adanya cairan
steril. Jenis filternya yang penting ialah pori-porinya harus lebih kecil dari jenis kuman.
Pori-pori filter ukurannya minimal 0,22 micron.
D. Praktikum I
Judul Praktikum : Pembuatan Media dan Proses Sterilisasi
Hari / Tanggal : Rabu / 10 September 2013
Metode : Pembuatan Media (Nutrient Agar) dan (Lactose Broth) dan Proses
Sterilisasi
Tujuan : Untuk Mengetahui Cara Pembuatan Media dan Proses Sterilisasinya
dengan menggunakan Autoklaf
16
Pembuatan Media Nutrient Agar
1. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pembuatan media Nutrient Agar,.
Pertama-tama harus ditimbang terlebih dahulu.Berdasarkan cara kerja Nutrient
Agar yakni harus mensuspensikan 20g Nutrient Agar dalam 1 liter air demineral
(aquades),namun karna yg akan dibuat dalam 380ml air deminera,maka kita harus
menimbang 7,6g N.A ditambah dengan berat kertas perkamen 0,3 menjadi
7,9g,ditimbang di Neraca Analitik / timbangan analitik.
2. Apabila N.A telah ditimbang sebanyak 7,6g,selanjutnya masukan 380ml aquades yg
di ukur menggunakan gelas ukur kedalam erlenmeyer yg teleh berisi 7,6g N.A
Kemudian aduk menggunakan batang pengaduk sehingga menjadi homogen atau
N.A menjadi larut.
3. Didihkan N.A di atas hot plate stirer sambil diaduk terus-menerus, sampai media
N.A menjadi jernih.
4. Apabila N.A telah didihkan dan menjadi jernih, N.A diangkat dari hot plate
kemudian erlenmeyer yang telah berisi N.A jernih segera disumbat dengan kapas
dan kemudian dibungkus dengan kertas kaff dan diikat dengan benang katun.
5. Lakukan sterilisasi dalam autoklaf.
6. Apabila telah steril, panaskan kembali erlenmeyer N.A jernih di atas hot plate stirer,
kemudian tunag N.A jernih dalam erlenmeyer ke dalam cawan petri sampai merata
(bagian bawah badan cawan terlapisi oleh N.A secara menyeluruh). Erlenmeyer
dipegang dengan kedua tangan sedemikian rupa agar dapat tertuang ke dalam petri,
bagian luar erlenmeyer dilapisi dengan lap halus untuk mengurangi atau
melindungi panas dari erlenmeyer (dinding erlenmeyer) terhadap tangan.
7. Pada saat menuang N.A jernih, tiap sekali tuang mulut erlenmeyer dipanaskan pada
pembakar spiritus (cara sterilisasi).
8. Setelah dituang, cawan petri yang berisi N.A jernih dimasukkan ke dalam kulkas
atau lemari pendingin agar menjadi padat
Cara Sterilisasi N.A dan L.B Menggunakan Autoklaf
1. Sebelum melakukan sterilisasi cek dahulu banyaknya air dalam autoklaf, jika air
kurang dari batas yang ditentukan maka dapat ditambahkan air sampai batas
tersebut.
2. Masukkan keranjang autoklaf yang telah berisi bungkusan N.A dan L.B (dalam
erlenmeyer dan tabung reaksi)
3. Tutup autoklaf dengan penutup autoklaf, tutup dengan rapat lalu kencangkan
dengan baut pengaman agar tidak ada uap yang keluar dari bibir autoklaf, untuk
17
mengencangkan klep pengaman dilakukan secara berpasangan atau arah klep
pengaman yang sama.
4. Tutup katup pengeluaran uap.
5. Nyalakan autoklaf, diatur timer dengan waktu minimal 15 menit pada suhu
121C
6. Saat autoklaf telah dinyalakan lampu on-off akan menyala, apabila proses
sterilisasi sedang berlangsung maka lampu sterilization menyala. Sedangkan
ketika terjadi alarm peringatan cpntohnya batas air maka lampu lac of water
akan menyala.
7. Perhitungan waktu 15 menit dimulai sejak tekanan dalam autoklaf telah
mencapai 2 atm.
8. Jika alarm tanda proses sterilisasi telah selesai berbunyi, maka tunggu sampai
tekanan dalam autoklaf turun hingga sama dengan tekanan udara di lingkungan
(jarum pada pressure telah menunjuk angka 0).
9. Buka klep-klep pengaman dan keluarkan isi autoklaf dengan hati-hati
Nutrient Agar
A. Perhitungan bahan
2 x 23 x 7,5 ml = 345 ml + 10 % = 380 ml
Jadi, 380 ml/1000 ml x 20 g = 7,6 g
B. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang N.A sebanyak 7,6 g menggunakan timbangan digital
3. Larutkan N.A dengan aquades sebanyak 380 ml dalam labu erlenmeyer
4. Didihkan diatas hot plate sambil diaduk dengan batang pengaduk, sampai
jernih
5. Kemudian setelah mendidih, N,A dibungkus dengan kertas kaff dan diikat
dengan benang katun
6. Panaskan kembali diatas hot plate
7. Tuang ke dalam cawan petri
8. Dinginkan didalam lemari pendingin atau kulkas
18
Lactose Broth
A. Perhitungan bahan
3 x 23 x 5 ml = 345 ml + 10% = 380 ml
Jadi, 380 ml /1000 ml x 13 g = 4,94 g
B. Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Timbang L.B sebayank 4,94 g menggunakan timbangan digital
3. Larutkan L.B dengan aquades sebanyak 380 ml dalam labu erlenmeyer
4. L.B yang ada dalam erlenmeyer dituang ke dalam gelas bekker sedikit demi sedikit
yang bertujuan untuk memudahkan menuang L.B ke dalam tabung reaksi
5. L.B yang ada dalam gelas bekker dituang ke dalam tabung reaksi sebanyak 5 ml tiap
tabung (5 ml diukur dengan satu sampel tabung reaksi)
6. Tabung yang telah dimasukkan L.B tutup kembali dengan kapas mulut tabung yang
sebelumnya harus dibuka untuk memasukkan L.B dan letakkan tabung dalam gelas
bekker
Langkah Pengambilan Mikroba dalam Cawan Petri
1. Pijarkan jarum inokulasi diatas lampu bunsen
2. Panaskan juga cawan petri (pinggiran) yang berisi mikroba, buka tutup cawan
petri dengan tangan kiri
3. Ambil mikroba dengan jarum inokulasi dengan cara memasukkan inokulasi ke
dalam cawan petri tanpa merusak media, tutup kembali cawan petri dan
panaskan lagi
4. Masukkan mikroba ke dalam tabung reaksi yang berisi media lactose broth tanpa
meyentuh dinding bagian dalam tabung reaksi, sebelmnya panaskan dahulu
mulut tabung reaksi di atas lampu bunsen, lalu masukkan mikroba, dan panaskan
kembali mulut tabung reaksi dan sumbat dengan kapas, letakkan dalam rak
tabung
5. Jarum inokilasi kembali dipijarkan
6. Tabung reaksi yang berisi mikroba simpan dalam inkubator
7. Lakukan pengamatan terhadap mikroba selama 3 x 24 jam
19
E. Praktikum II
JUDUL : Inokulasi Bakteri Pada Media Cair dan Media Padat
Hari/tanggal : Rabu/ 25 september 2013
Metode : Pembenihan Bakteri
Inokulasi adalah salah satu cara peremajaan secara aseptik ke dalam media steril
baik pada media padat maupun media cair. Inokula adalah bahan yang mengandung
mikroba baik dalam keadaan cair maupun padat.
Tujuan inokulasi adalah untuk memurnikan, mengidentifikasi, meremajakan, dan
menyimpan mikroba. Nutrisi dan lingkungan yang menunjang pertumbuhan
mikroorganisme serta suatu teknik kerja aseptis yang dapat mencegah adanya kontaminan
dalam biakan diperlukan untuk mendapatkan kultur yang murni. Untuk meningkatkan
keberhasilan inokulasi mikroba diperlukan beberapa media yaitu media tumbuh, peralatan
dan metode inokulasi.
Alat dan Bahan
o Alat yang digunakan :
lampu spiritus/ bunsen
Kawat ose
Tabung reaksi
Inkubator
Cawan petri
Rak tabung reaksi
Kapas
Label
Korek api
Masker
o Bahan yang digunakan :
Bakteri Escherichia coli
Bakteri Staphylococcus Aureus
Media cair (lactose broth)
Media padat (nutrient agar)
Alkohol
20
Cara kerja pengambilan mikroba dalam cawan petri ke tabung reaksi (media cair) :
o Cucilah tangan dan spray dengan alkohol sebelum memulai inokulasi, gunakan
masker
o Nyalakan lampu spiritus , siapkan jarum ose, siapkan cawan petri yang berisi
biakan murni Staphylococcus Aureus dan tabung reaksi yang berisi media cair
(lactose broth), yang telah diberikan /tempel label SA yaitu Staphylococcus
Aureus.
o Pijarkan jarum ose pada api lampu spiritus /bunsen sampai seluruh kawatnya
pijar
o Ambil cawan petri yang berisi biakan / bakteri Staphylococcus Aureus, panaskan
pinggiran cawan petri dalam keadaan masih tertutup
o Buka tutup cawan petri dengan tangan kiri, gores ose pada permukaan media
yang terdapat bakteri dengan perlahan, jangan sampai merusak media, tutup
kembali cawan petri,letakkan cawan petri keposisi awal
o Ambil tabung reaksi yan g berisi medium LB, buka sumbatan kapas dengan jari
kelingking , dan kapas jangan sampai terjatuh dari jari kelingking. Panaskan
mulut tabung reaksi pada lampu spiritus dengan cara memutar tabung reaksi,
setelah itu masukkan ose kedalam tabung reaksi, tanpa menyentuh dinding
bagian dalam tabung.
o Kemudian ose dimasukkan sampai kedalam tabung.
o Angkat ose, panaskan kembali mulut tabung reaksi,sumbat dengan kapas,
setelah itu letakkan kedalam rak tabung reaksi. Pijarkan kembali ose secara
menyeluruh (kawat).
o Letakkan ose pada posisi awal
o Masukkan tabung reaksi yang telah berisi bakteri
o akukan pengamatan selama 2 x 24 jam
o Cucilah tangan kembali dan spray dengan alkohol
Cara kerja menggores pada cawan petri (media padat) :
o Cucilah tangan dan spray dengan alkohol sebelum memulai inokulasi
o Nyalakan lampu spritus, siapkan jarum ose, dan siapkan tabung reaksi yang
telah berisi biakan murni E.Coli dan cawan petri yang berisi media padat (
Nutrient agar)
o Pijarkan kawat jarum ose secara menyeluruh
21
o Ambil tabung reaksi yang berisi biakan murni bakteri E.Coli, panaskan terlebih
dahulu mulut tabung reaksi sebelum dibuka dengan cara memutar pada lampu
spiritus.
o Buka sumbat kapas tabung reaksi dengan jari kelingking, kapas jangan sampai
terlepas, masukkan ose tanpa menyentuh dinding bagian dalam tabung reaksi
sampai kedasar tabung reaksi, gerakkan secara perlahan ujung ose, angkat ose
keluar tanpa menyentuh bagian dinding, tutup kembali sumbatan kapas,
letakkan tabung ke posisi awal.
o Ambil cawan petri yang berisi media padat (nutrient agar), panaskan pinggiran
cawan petri sebelum dibuka dengan cara memutar pada lampu spiritus, buka
tutup cawan petri sebelum dibuka dengan cara memutar pada lampu spiritus,
buka tutup cawan petri dengan tangan kiri.
o Masukkan jarum ose yang sudah terdapat bakteri E.Coli kemudian gores bakteri
pada media padat secara zig zag, keluarkan ose,tutup kembali cawan petri
dengan rapat, panaskan kembali sisi cawan petri.
o Pijarkan kawat jarum ose secara menyeluruh
o Bungkus kembali cawan petri yang telah berisi bakteri
o Masukkan kedalam inkubator
o Setelah melakukan inokulasi cucilah tangan dan spray dengan alkohol
o Lakukan pengamatan
Hasil Pengamatan dalam cawan petri
Hari ke Escherichia Coli
1 +
2 +
22
Hari Pertama
Hari Kedua
23
Hasil pengamatan dlam tabung reaksi
Hari Staphylococcus Aureus
1 _
2 +
Hari Pertama Hari Kedua
Ket : Jernih Ket : Keruh
Kesimpilan
A. Dalam cawan petri
1. Dari data yang di dapat, siejak diadakan penggoresan bakteri dalam cawan
petri sampai hari ke- 2, jumlah bakteri yang dibiarkan semakin bertambah
2. Dapat disimpulkan bahwa penggoresan bakteri pada cawan petri berhasil,
ditandai dengan adanya koloni-koloni bakteri yang tumbuh pada goresan
yang dilakukan walaupun terdapat kesalahan dalam tekhnik penggoresan
pada beberapa cawan petri
B. Dalam tabung reaksi
1. Dari data yang di dapat, bahwa hari pertama bakteri SA belum muncul di
tandai dengan tidak terjadinya perubahan warna
2. Pada hari ke-2 muncul endapan berwarna putih , walaupun perubahan
warna belum sepenuhnya terjadi
24
F. Klasifikasi Bakteri
A. Klasifikasi Bakteri Staphylococcus aureus
Kingdom : Eubacteria
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Species : Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak
berspora dan mampu membentuk kapsul. Berbentuk kokus dan tersusun seperti buah
anggur. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya.
Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm
dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar
40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen
dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosamin.
Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu
menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase,
protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat
menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus
adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin,
enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan
makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang
leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang
menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar.
Suhu optimum untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus adalah 35o 37o C dengan
suhu minimum 6,7o C dan suhu maksimum 45,4o C. Bakteri ini dapat tumbuh pada pH 4,0
25
9,8 dengan pH optimum 7,0 7,5. Pertumbuhan pada pH mendekati 9,8 hanya mungkin
bila substratnya mempunyai komposisi yang baik untuk pertumbuhannya. Bakteri ini
membutuhkan asam nikotinat untuk tumbuh dan akan distimulir pertumbuhannya dengan
adanya thiamin. Pada keadaan anaerobik, bakteri ini juga membutuhkan urasil. Untuk
pertumbuhan optimum diperlukan sebelas asam amino, yaitu valin, leusin, threonin,
phenilalanin, tirosin, sistein, metionin, lisin, prolin, histidin dan arginin. Bakteri ini tidak
dapat tumbuh pada media sintetik yang tidak mengandung asam amino atau protein.
Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir
dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat
dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori
dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan
intoksikasi,
S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul,
meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan.
Bakteri Staphylococcus aureus dapat terinfeksi pada :
- Bayi-bayi yang baru lahir
- Wanita yang menyusui
- Orang-orang dengan kondisi kronis, seperti ; diabetes
- Penyakit paru
- Pemakaian obat suntikan
- Mereka dengan luka-luka atau penyakit kulit, luka bekas operasi
- Orang-orang dengan sistem kekebalan/imun yang melemah
Staphylococcus aureus tumbuh pada media cair dan padat seperti, NA (Nutrien Agar)
dan BAP (Blood Agar Plate).
Gambar bakteri Staphylococcus aureus
26
B. Klasifikasi Bakteri E. coli
Kingdom : Monera
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gommaproteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Famili : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : E. Coli
Secara morfologi E.coli merupakan kuman berbentuk batang pendek, gemuk,
berukuran 2,4 x 0,4 sampai 0,7, Gram negative, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak
berspora. Secara tipikal bakteri yang mesofilik ini akan tumbuh pada suhu 7-10C sampai
50C dengan suhu optimal bagi pertumbuhannya adalah 30C.
Bakteri Escherichia coli (E. coli) biasanya terdapat dalam jaringan atau saluran
pernapasan ayam yang sakit. bakteri ini akan melimpah pada air yang kualitas nya jelek,
terutama setelah turunya hujan. E.coli bersifat patogen dan infeksinya dapat berbentuk
kematian embrio pada telur tetas, infeksi yolksac, omfalitis, koliseptikemia, airsacculitis
(radang kantong udara), enteritis, infeksi alat reproduksi (salpingitis). E.coli disebut juga
koliform fekal, hal ini karena E.coli ditemukan di dalam saluran usus ternak dan saluran
usus manusia dan didapatkan dalam feses, sehingga E.coli dikenal sebagai indikator
kontamisasi kotoran. E.coli berkembangbiak dengan cara membelah diri. Sel membelah
menjadi 2 yang saling terpisah sehingga membentuk sel-sel tunggal, pada beberapa
generasi sel-sel membelah searah dan tidak saling terpisah sehingga membentuk filamen
yang terdiri atas deretan mata rantai sel yang disebut trikom. Heterokist dapat mengikat
nitrogen bebas di udara, contohnya pada Gleocapsa. Heterokist adalah sel yang pucat,
kandungan selnya terlihat homogen (terlihat dengan mikroskop cahaya) dan memiliki
dinding yang transparan. Heterokist terbentuk oleh penebalan dinding sel vegetatif,
sedangkan akinet terbentuk dari penebalan sel vegetatif sehingga menjadi besar dan penuh
dengan cadangan makanan (granula cyanophycin) dan penebalan-penebalan eksternal
oleh tambahan zat yang kompleks.
Ciri-ciri bakteri :
- Merupakan bakteri dari kelompok gram negatif
- Berbentuk batang dari pendek sampai kokus
- Berdiameter 1,1-1,5 x 2,0-6,0 m
- Terdapat tunggal, berpasangan dan dalam rantai pendek
- Tidak berspora
- Motil atau tidak motil
- Aerobik, anaerobik fakultatif
- Penghuni normal usus, seringkali menyebabkan infeksi
27
Keuntungan dari bakteri E. Coli
- Dalam usus besar manusia berfungsi menekan pertumbuhan bakteri jahat dan juga
membantu dalam proses pencernaan termasuk dalam proses pembusukkan sisa-sisa
makanan.
- Membantu produksi vitamin K dalam proses pembusukkan sisa makanan.
Kerugian dari bakteri E. Coli
- Dalam jumlah berlebihan bakteri E. Coli dapat mengakibatkan diare.
- Jika E. Coli sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran
kemih/kencing (terutama pada wanita karena posisi anus dan saluran kencingnya
cukup dekat sehingga kemungkinan bakteri menyebrang cukup besar).
Gambar bakteri E. coli
28
G. Klasifikasi Bakteri Salmonella
Kerajaan: Bacteria
Filum: Proteobakteria
Kelas: Gamma
Proteobakteria
Ordo: Enterobakteriales
Famili: Enterobakteriakceae
Genus: Salmonella
Lignieres 1900
Spesies
S. bongori
S. enterica
Salmonella adalah suatu genusbakterienterobakteriagram-negatif berbentuk tongkat yang
menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies-spesies Salmonella dapat
bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida. Salmonella dinamai dari Daniel
Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun sebenarnya, rekannya Theobald Smith
(yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis) yang pertama kali menemukan bakterium
tahun 1885 pada tubuh babi.
A. Patogenitas
Salmonella adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan
(foodborne diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada
organ pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciri-
ciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam dalam
waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh Salmonella Gejala
lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah. Tiga serotipe utama dari
29
jenis S. enterica adalah S. typhi, S. typhimurium, dan S. enteritidis. S. typhi menyebabkan
penyakit demam tifus (Typhoid fever), karena invasi bakteri ke dalam pembuluh darah dan
gastroenteritis, yang disebabkan oleh keracunan makanan/intoksikasi. Gejala demam tifus
meliputi demam, mual-mual, muntah dan kematian. S. typhi memiliki keunikan hanya
menyerang manusia, dan tidak ada inang lain. Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal
kepada bayi, balita, ibu hamil dan kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan
karena kekebalan tubuh mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah
dengan mencuci tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.
B. Media tumbuh
Untuk menumbuhkan Salmonella dapat digunakan berbagai macam media, salah satunya
adalah media Hektoen Enteric Agar (HEA). Media lain yang dapat digunakan adalah SS
agar, bismuth sulfite agar, brilliant green agar, dan xylose-lisine-deoxycholate (XLD) agar.
HEA merupakan media selektif-diferensial. Media ini tergolong selektif karena terdiri dari
bile salt yang berguna untuk menghambat pertumbuhan bakteri gram positif dan beberapa
gram negatif, sehingga diharapkan bakteri yang tumbuh hanya Salmonella. Media ini
digolongkan menjadi media diferensial karena dapat membedakan bakteri Salmonella
dengan bakteri lainnya dengan cara memberikan tiga jenis karbohidrat pada media, yaitu
laktosa, glukosa, dan salisin, dengan komposisi laktosa yang paling tinggi. Salmonella tidak
dapat memfermentasi laktosa, sehingga asam yang dihasilkan hanya sedikit karena hanya
berasal dari fermentasi glukosa saja. Hal ini menyebabkan koloni Salmonella akan
berwarna hijau-kebiruan karena asam yang dihasilkannya bereaksi dengan indikator yang
ada pada media HEA, yaitu fuksin asam dan bromtimol blue.
C. Jenis - Jenis Salmonella
Salmonella Typosa
Salmonella genus adalah genus bacteria enterobacteria gram negatife berbentuk tongkat
yang mengakibatkan penyakit paratifus, tifus dan food borne. Spesies-spesies salmonella
dapat bergerak bebas dan menghasilkan hydrogen sulfide(Jawetz, 2005)
Salmonella merupakan kuman gram negative, tidak berspora dan panjangnya berfariasi.
Kebanyakan spesies bergerak dengan flagel peritrih. Salmonella tumbuh cepat pada
pembenihan biasa tetapi tidak meragikan sukrosa dan laktosa. Kuman ini merupakan asam
dan beberapa gas dan glukosa dan manosa. Kuman ini dapat hidup dalam air yang
dibekukan dengan masa yang lama. Salmonella resisten terhadap zat-zat kimia tertentu
misalnya hijau brilliant, natrium tetrationat dan natrium dioksikholat. Senyawa ini
menghambat kuman koliform dan karena itu bermanfaat untuk isolasi salmosella dari
tinja(Lay bco, 1994)
30
Salmonella Thypimorium
Morfologi spesies ini adalah batang lurus pendek dengan panjang 1-1,5 mikrometer. Tidak
berbentuk spora, gram negatife dan ciri-ciri morfologi dan fisiologi sangat erat
hubungannya dengan genus lain dalam family enterobacteriaceae. Biasanya bergerak motil
dengan menggunakan peritrichous flagella, dan kadang terjadi bentuk non motilnya.
Memproduksi asam dan gas dari glukosa, maltose, mannitol dan sorbitol, tetapi tidak
memfermentasi laktosa, sukrosa atau salian tidak membentuk indol, susu koagulat atau
gelatin cair(Robinson, 1998).
Salmonella entereditis
Salmonella entereditis adalah penyebab penyakit usus, gejalanya berupa sakit atau kejang-
kejang pada bagian perut, demam, hilangnya nafsu makan, mual, dan diare. Pada enteriditis
akut, meskipun berlangsung singkat dan tidak begitu serius, dapat sangat menguras tenaga
bayi dan orang dewasa yang mengidapnya. Memasak telur dan daging ayam dengan
sempurna dapat mematikan bakteri salmonella(Lay bco, 1994)
D. Penyakit Yang Disebabkan Oleh Bakteri Salmonella
Salmonella Thyposa
a) Penyebab penyakit Typus ( Hepatitis A atau dulu orang menyebutnya sbg penyakit
kuning karena seluruh tubuh si penderita berwarna kekuningan ) adalah bakteri
bernama Salmonella Typhi. Orang yang terkena penyakit typus sering disebut demam
tifoid. demam ini memeliki gejala awalnya pusing seperti mau flu, demam disertai nyeri,
mual dan lemas, panas, perut terasa mual dan sebah (penuh), badan terasa tidak enak
dan lekas capek. Demam tifoid merupakan penyakit sistemik, bersifat endemik, dan
masih merupakan problema kesehatan diberbagai Negara berkembang di dunia.
Ciri-ciri terkena demam typus.
a. Demam lebih dari seminggu. Siang hari biasanya terlihat segar namun menjelang
malamnya demam tinggi.
b. Lidah kotor. Bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya merah. Biasanya anak akan
merasa lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
c. Mual Berat sampai muntah. Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hatidan limpa,
Akibatnya terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi rasa
mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tak bisa masuk secara
sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
31
d. Diare atau Mencret. Sifat bakteri yang menyerang saluran cerna menyebabkan
gangguan penyerapan cairan yang akhirnya terjadi diare, namun dalam beberapa kasus
justru terjadi konstipasi (sulit buang air besar).
e. Lemas, pusing, dan sakit perut. Demam yang tinggi menimbulkan rasa lemas, pusing.
Terjadinya pembengkakan hati dan limpa menimbulkan rasa sakit di perut.
f. Pingsan, Tak sadarkan diri. Penderita umumnya lebih merasakan nyaman dengan
berbaring tanpa banyak pergerakan, namun dengan kondisi yang parah seringkali
terjadi gangguan kesadaran.
Sumber penyebab hepatitis, terutama penyakit typus lebih banyak disebabkan kuman yang
menempel di bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian
yang tak diganti, tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang
sudah basi, daging mentah, maupun kotoran.Penularan penyakit ini hampir selalu terjadi
melalui makanan dan minuman yang tercemar oleh kuman tifoid. Penularan penyakit ini
terjadi karena makanan dan minuman, urin atau feases manusia yang tercemar kuman
tifoid. Kuman masuk ke dalam tubuh bersama makanan atau minuman yang tercemar
melalui lambung, kelenjar limfoid, usus halus dan kemudian masuk ke dalam peredaran
darah. Bakteri tersebut masuk ke dalam peredaran darah berlangsung singkat, terjadi 24
72 jam tetapi belum menimbulkan gejala. Setelah akhir masa inkubasi 120 216 jam
bakteri tersebut melepaskan endotoksin, menyebar ke seluruh tubuh dan menimbulkan
gejala demam tifoid.
Tifoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadi penguapan panas
tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan demam yang tinggi. Penyakit demam yang
disebabkan oleh Salmonella typhi, yang merupakan bakteri penyebab diare yang disertai
demam tifoid (tifoid fever) yang diawali demam lebih dari seminggu dan kondisi tubuh
seseorang seperti akan menderita flu. Demam sukar turun walau sudah minum obat dan
disertai nyeri kepala yang hebat.
32
H. Pewarnaan Gram
Zat Warna
Pengenalan bentuk (morfologi) mikroba, kecuali untuk kelompok mikroalge, harus
dilakukan melaui pewarnaan terlebih dahulu. Karena tanpa melalui pewarnaan, maka
bentuk tersebut tidak akan dapat diamati secara jelas. Pewarnaan atau pengecatan
terhadap mikroba, banyak dilakukan baik secara langsung bersama (bahan yang ada)
ataupun secara tidak langsung (melalui biakan murni). Tujuan dari pewarnaan tersebut
ialah untuk:
a. Mempermudah melihat bentuk jasad, baik bakteri, ragi ataupun jamur.
b. Memperjelas ukuran dan bentuk jasad.
c. melihat struktur luar dan kalau memungkinkan struktur dalam.
d. melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat-sifat fisik dan kimia
yang ada akan dapat diketahui.
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang akan
memberikan reaksi kalau mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarna tersebut
berbentuk ion yang bermuatan positif atau negatif.
Sel bakteri bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral.
Sehingga kalau kita memberikan pewarna yang yang bermuatan positif, misalnya metilin
biru, hasil pewarnaan akan jelas.
Secara kimia, zat warna dapat digolongkan ke dalam senyawa basa dan senyawa asam. Jika
warna terletak pada muatan positif maka senyawa tersebut dinamakan zat warna basa.
Sebaliknya jika warna terdapat pada ion bermuatan negatif maka senyawa tersebut
dinamakan zat warna asam.
Jenis Pewarnaan yang Umum Digunakan
JENIS CARA PELAKSANAAN CONTOH
Positif
Negatif
Tunggal (sederhana)
Bertingkat
Pewarnaan Gram
Pewarnaan Tahan
Asam
Pewarnaan Struktur
Sel:
- Spora
- Flagella
- Kapsula
- Granula
33
Tahapan Dalam Pewarnaan Gram
TAHAPAN PERLAKUAN
HASIL PEWARNAAN
Gram Positif Gram Negatif
Pewarnaan Awal Kristal Violet Ungu Ungu
(30 det)
Mordan Larutan Jodium Tetap Tetap
(30 det)
Dekolorai Etanol 95% Tetap
Tidak
berwarna
(10-20 det)
Zat Warna Lawan Safranin Ungu muda Merah
(10-20 det)
Contoh zat warna basa misalnya: metilin biru, safranin, safranin merah netral, dan
sebagainya, dengan anionnya adalah Cl
-
, SO4
2-
, CH3COO
-
, CO
-
OHOO
-
dan sebagainya.
Sedang zat warna asam misalnya Na eosianat, eosin, fukhsin, fukhsin asam, merah kongo
dan sebagainya, dengan kationnya adalah Na
+
, K
+
, Ca
+
, NH3
+
.
Disamping zat warna asam dan zat warna basa juga didapatkan zat warna indiferen seperti
sudan III, dimetil amid azo benzol dan zat warna netral seperti eosin metilin biru.
Salah satu sifat dan zat warna untuk penggunaan pewarnaan mikroba ialah bahwa zat
warna asam pada umumnya mempunyai sifat bersenyawa lebih cepat dengan bagian-
bagian sitoplasma sel, sedang zat warna basa mudah bereaksi dengan bagian-bagian inti
sel.
Faktor-faktor penentu keberhasilan dalam pewarnaan:
1. Fiksasi :
yang dilakukan sebelum zat warna digunakan. Bertujuan untuk:
a) Melekatkan sel pada gelas obyek
b) Membunuh mikroba, karena sel dalam keadaan mati lebih mudah diwarnai daripada sel
dalam keadaan hidup
c) Melepaskan granular protein menjadi gugus reaktif NH3+ yang akan bereaksi dengan
gugus OH+ dan zat warna.
d) Mencegah terjadinya otolisis sel yang proses pecahnya sel yang disebabkan oleh enzim
yang ada didalamnya.
e) Merubah daya ikat zat warna
Fiksasi dapat dilakukan secara fisik dengan pemanasan ataupun pengeringan secara
dingin, sedang yang paling umum dilakukan secara kimia dengan penambahan sabun,
formalin, fenol dan sebagainya.
34
2. Peluntur Warna :
Bermaksud untuk warna sel yang telah diwarnai. Senyawa ini digunakan untuk
menghasilkan keadaan yang kontras pada sel mikroba sehingga dengan jelas dapat dilihat
di bawah mikroskop misalnya.
Pada umumnya sel mikroba yang mudah diwarnai akan lebih cepat pula dilunturkan,
sedang sebaliknya sel mikroba yang sukar diwarnai akan sulit pula untuk dilunturkan.
3. Substrat :
Yang berhubungan dengan kandungan sel yang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak dan
asam nukleat. Zat warna asam ataupun basa yang dapat bereaksi dengan isi sel akan
dipengaruhi oleh kehadiran senyawa diatas, apakah menjadi cepat ataupun lambat.
Sehingga berdasarkan pada komposisi kandungan selnya, sel tersebut dapat dibagi menjadi
sel yang asidofilik, sel basofilik dan sel sudanofilik. Ini berarti bahwa sel asidofilik dapat
mengikat zat warna asam, sel basofilik dapat mengikat zat warna basa dan sudanofilik yang
larut dalam minyak.
4. Intensifikasi pewarnaan :
Bermaksud untuk mempercepat pewarnaan mikroba, misalnya dengan penambahan
mordan, sehingga zat akan terikat lebih kuat dalam jaringan. Mordan juga sesuai dengan
sifatnya terbagi menjadi mordan asam, yaitu yang dapat bereaksi dengan zat warna basa,
misal asam tanin dan asam pikrat. Kedua mordan basa, yaitu yang dapat bereaksi dengan
zat warna asam, misal FeSO4, K-antomonium, asetil pirimidinium klorida dan sebagainya.
Selain dengan penambahan mordan, intensifikasi dapat pula dilakukan dengan
meningkatkan zat warna, temperatur pewarnaan, misal antara 60 90
0
C.
5. Zat warna penutup :
Yang diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan untuk memberikan warna kontras
pada sel mikroba yang diwarnai yang tidak menyerap warna mula. Misal metilin biru,
safranin, eritrosin dan sebagainya.
Tipe Pewarnaan
Sesuai dengan jenisnya pewarnaan terhadap mikroba ada dua kelompok besar, yaitu:
Yang dimaksud dengan pewarnaan tunggal atau pewarnaan sederhana, yaitu cara
pewarnaan yang hanya menggunakan satu jenis pewarna saja, misal dengan metilin
biru, gentian violet, fukhsin basa, safranin dan sebagainya.
Sedag yang dimaksud dengan pewarnaan bertingkat yaitu cara pewarnaan dengan
menggunakan beberapa jenis pewarna secara bertahap. Ini mengingat bentuk dan sifat
sel mikroba yang berbeda penerimaannya terhadap pewarna, sehingga pada akhirya
35
cara pewarnaan bertingkat ini dapat pula dipergunakan sebagai salah satu cara untuk
membedakan kelompok mikroba.
Salah satu pewarnaan bertingkat yang paling banyak dipergunakan dan sangat populer
ialah pewarnaan Gram yang dikembangkan oleh Christian Gram (1884), yang kemudian
lebih disempurnakan secara bertahap. Tahapan pewarnaan Gram dapat menghasilkan
dua kelompok besar bakteri yaitu Gram positif dan Gram negatif.
Hasil Gram positif dan Gram negatif ini disebabkan oleh perbedaan kandungan dinding
sel bakteria yaitu bahwa kandungan senyawa peptidoglikan pada dinding sel Gram
negatif.
Sistem pewarnaan Gram dilaksanakan berdasarkan tahapan yang sudah ditentukan
didalam penggunaan pewarna ataupun pelunturnya.
Berbeda dengan pewarnaan negatif, maka ini tidak ditujukan untuk memberikan warna
kepada jasad (sel) tetapi justru terhadap latar belakang tempat dimana sel tersebut
ditempatkan. Dalam beberapa hal, cara ini lebih menguntungkan karena disamping
bentuk sel akan secara jelas terlihat sesuai dengan warna alaminya serta ukuran aslinya,
juga bentuk sel tidak kembali. Zat warna yang digunakan untuk sistem ini antara lain
dalam bentuk Na eosinat, yang dalam larutan akan berubah menjadi ion Na
+
dan eosin,
misalnya yang terdapat pada pewarna nigrosin.
36
PRAKTIKUM PEWARNAAN GRAM
Alat dan Bahan
Alat Bahan
Kaca objek Biakan Kuman : Escherichia coli
Mikroskop Staphylococcus
Ose Zat warna : Karbol kristal ungu 0,5%
Lampu spritus Cairan lugol
Cawan petri alkohol 96%
Rak tabung reaksi air fukhsin 0,5%
Botol semprot Aquades
Minyak imersi
Cara Kerja
1. Membuat preparat
Kaca objek dibersihkan dahulu dengan kain yang bersih, kemudian dilewatkan diatas api
untuk menghilangkan lemak, biarkan dingin. Sebelum dipakai buat batas bulatan dengan
spidol. Jika kuman yang diperiksa ditanam dalam media cair, ambil satu sengkelit ditaruh
diatas kaca objek, sebarkan seluas 1-2cm
2
(diambil dengan ose yang sudah dipijarkan).
Jika kuman yang diperiksa ditanam pada media padat, maka dibuat suspensi kuman
dengan satu sengkelit NaCl fisiologis atau aquades steril di atas kaca objek. Biarkan
mengeringdi udara atau dipercepat dengan melewatkan diatas api (difiksasi).
2. Tuangkan larutan Karbol Kristal Ungu pada sediaan dan biarkan selama 5 menit
3. Cuci dengan air
4. Tuangkan cairan Lugol selama 45-60 detik, kemudian dicuci dengan air
5. Cuci dengan alkohol dengan cara mencelupkan dalam bejana berisi alkohol 96% dan
goyang-goyangkan selama 30 detik, atau sampai zat warna bersih
6. Cuci dengan air
7. Tuangkan air Fukhsin, biarkan selama 1-2 menit, cuci dengan air dan keringkan
8. Tetesi minyak imersi di atas sediaan, periksa dengan mikroskop
Pengamatan : 1. Kuman gram positif berwarna ungu biru
2. Kuman gram negatif berwarna ungu merah
Kesimpulan
Dengan pewarnaan gram kita dapat mengetahui bentuk jasad bakteri apakah bakteri
tersebut termasuk bakteri gram positif atau gram negatif. Hasil dari pengamatan
menunjukkan bahwa bakteri gram negatif yang seharusnya berwarna ungu merah saat
diamati di bawah mikroskop elektron berwarna ungu biru. Hal tersebut diakibatkan oleh
penambahan zat warna (karbol kristal ungu) yang terlalu lama atau melebihi dari waktu
37
yang ditentukan dan pemucatan dilakukan terlalu cepat tidak sampai zat warna benar-
benar menghilang
I. Uji Efektivitas
Tujuan : Menguji aktivitas antimikroba dari bahan-bahan alami dan kimia.
Mikrobiologi adalah suatu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang mikroorganisme
dan interaksi mereka dengan organisme lain dan lingkungannya. (Singleton.2006).
Sejarah tentang mikrobadimulai dengan ditemukannya mikroskop oleh Leeuwenhoek
(1633-1723). Mikroskop temuan tersebut masih sangat sederhana,dilengkapi satu lensa
dengan jarak fokus yang sangat pendek, tetapi dapat menghasilkan bayangan jelas yang
perbesarannya antara 50-300 kali. (Skou, dan Sogaard Jensen. 2007).
Mikroba ialah jasad renik yang mempunyai kemampuan sangat baik untuk bertahan hidup.
Jasad tersebut dapat hidup hampir di semua tempat di permukaan bumi. Mikroba mampu
beradaptasi dengan lingkungan yang sangat dingin hingga lingkungan yang relative panas,
dari ligkungan yang asam hingga basa. Berdasarkan peranannya, mikroba dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu mikroba menguntungkan dan mikroba merugikan
(Afriyanto 2005).
Mikroorganisme adalah makhluk hidup yang memiliki aktivitas yang berupa tumbuh dan
berkembang. Kadang kala pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme ini terganggu.
Hal ini dapat dipengaruhi baik dari mikroba itu sendiri ataupun dari luar. Salah satu
pengaruh yang paling berkompoten adalah antimikroba (Gobel, 2008). Anti mikroba
adalah senyawa yang dapat menghambat atau membunuh mikroorganisme hidup.
Senyawa yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik dan yang
dapat membunuh bakteri disebut bakterisida. Atau dengan kata lain disebut juga
antiboitika yaitu bahan-bahan yang bersumber hayati yang pada kadar rendah sudah
menghambat pertumbuhan mikroorganisme hidup (Gobel, 2008).
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri
atas beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan
penggunaannya. Bahan antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan
peruntukannya dapat berupa desinfektan, antiseptic, sterilizer, sanitizer dan sebagainya
(Lutfi 2004).
Mekanisme daya kerja antimikroba terhadap sel dapat dibedakan atas beberapa kelompok
sebagai berikut diantaranya merusak dinding sel, mengganggu permeabiitas sel, merusak
molekul protein dan asam nukleat, menghambat aktivitas enzim, menghambat sintesa
asam nukleat. Aktivitas antimikroba yang dapat diamati secara langsung adalah
perkembangbiakannya. Oleh karena itu antimikroba dibagi menjadi dua macam yaitu
antibiotic dan disinfektan. Antibiotik adalah senyawa yang dihasilkan oleh microorganisme
tertentu yang mempunyai kemapuan menghambat pertumbuhan bakteri atau bahkan
38
membunuh bakteri walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Antibiotik digunakan untuk
menghentikan aktivitas mikroba pada jaringan tubuh makhluk hidup sedangkan
desinfektan bekerja dalam menghambat atau menghentikan pertumbuhan mikroba pada
benda tak hidup, seperti meja, alat gelas, dan lain sebagainya. Pembagian kedua kelompok
antimikroba tersebut tidak hanya didasarkan pada aplikasi penerapannya melainkan juga
terhadap konsentrasi mikroba yang digunakan (Soekardjo 1995).
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam
jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya.
Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiosis yang beragam. Antiseptik adalah zat yang
biasa digunakan untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh mikroorganisme
berbahaya (patogenik) yang terdapat pada permukaan tubuh luar mahluk hidup. Secara
umum, antiseptik berbeda dengan obat-obatan maupun disinfektan. Disinfektan yaitu
suatu senyawa kimia yang dapat menekan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan
benda mati seperti meja, lantai dan pisau bedah sedangkan antiseptik digunakan untuk
menekan pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Zat antiseptik
yang umum digunakan diantaranya adalah iodium, hidrogen peroksida dan asam borak.
Kekuatan masing-masing zat antiseptik tersebut berbeda-beda.
Ada yang memiliki kekuatan yang sangat tinggi, ada pula yang bereaksi dengan cepat ketika
membunuh mikroorganisme dan sebaliknya. Sebagai contoh merkuri klorida, zat antiseptik
yang sangat kuat, akan tetapi dapat menyebabkan iritasi bila digunakan pada bagian tubuh
atau jaringan lembut. Perak nitrat memiliki kekuatan membunuh yang lebih rendah, tetapi
aman digunakan pada jaringan yang lembut, seperti mata atau tenggorokan. Iodium dapat
memusnahkan mikroorganisme dalam waktu kurang dari 30 detik. Antiseptik lain bekerja
lebih lambat, tetapi memiliki efek yang cukup lama. Kekuatan suatu zat antiseptik biasanya
dinyatakan sebagai perbandingan antara kekuatan zat antiseptik tertentu terhadap
kekuatan antiseptik dari fenol (pada kondisi dan mikroorganisme yang sama), atau yang
lebih dikenal sebagai koefisien fenol (coefficient of phenol). Fenol sendiri, pertama kali
digunakan sebagai zat antiseptik oleh Joseph Lister pada proses pembedahan
(Dwidjoseputro, 1994).
Mekanisme kerja antiseptik terhadap mikroorganisme berbeda-beda, misalnya saja
dengan mendehidrasi (mengeringkan) bakteri, mengoksidasi sel bakteri, mengkoagulasi
(menggumpalkan) cairan di sekitar bakteri, atau meracuni sel bakteri. Beberapa contoh
antiseptik diantaranya adalah yodium (povidene iodine 10%), hydrogen peroksida,
etakridin laktat (rivanol), dan alkohol (Ayumi,2011).
Aktivitas antibakteri diuji dengan metode difusi agar menggunakan cakram kertas
dan dengan metode pengenceran agar. Metode difusi agar dilakukan dengan cara
mencampur sebanyak 50 ml masing-masing suspense Bakteri ke dalam 15 ml media agar
yang telah dicairkan dalam cawan petri dan kemudian dibiarkan menjadi padat. Cakram
kertas dengan diameter 6 mm diletakkan pada permukaan media padat. Dibiarkan selama
3 menit pada suhu kamar sebelum dimasukkan ke incubator 370 C (Adryana, et al,,2009
dalam Putra, 2011).
39
Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat bersifat membunuh
mikroorganisme (microbicidal) atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme
(microbiostatic). Disinfektan yaitu suatu senyawa kimia yang dapat menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan benda mati seperti meja, lantai dan pisau
bedah. Adapun antiseptik adalah senyawa kimia yang digunakan untuk menekan
pertumbuhan mikroorganisme pada jaringan tubuh, misalnya kulit. Efisiensi dan
efektivitas disinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Konsentrasi
2. Waktu terpapar
3. Jenis mikroba
4. Kondisi lingkungan: temperatur, pH dan jenis tempat hidup.
Amoksisilin merupakan salah satu antibiotik sintetik turunan penisilin yang
memiliki spektrum luas dimana aktif terhadap bakteri gram positif maupun gram negatif.
Amoksisilin merupakan antibiotik yang tahan terhadap asam tetapi tidak tahan terhadap
penisilinase. Beberapa keuntungan penggunaan amoksisilin dibanding ampisilin adalah
absorpsi obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga kadar amoksisilin dalam
darah lebih tinggi. Amoksisilin sering digunakan untuk pengobatan infeksi saluran
pernafasan, saluran empedu, meningitis dan infeksi karena Salmonella sp, seperti demam
tipoid. Efek terhadap Bacillus dysentery lebih rendah dibanding ampisilin karena lebih
banyak obat yang diabsorpsi oleh saluran cerna (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Difusi
amoksisilin ke jaringan-jaringan dan cairan-cairan tubuh lebih baik. Amoksisilin dapat pula
menyebabkan gangguan-gangguan usus dan kulit tetapi lebih jarang
daripada ampisilin (Tjay dan Rahardja, 2002). Amoksisilin dan ampisilin merupakan
antibiotik turunan penisilin yang mempunyai aktivitas dan spektrum penghambatan yang
sama, yaitu dapat
menghambat kerja enzim transpeptidase dengan cara mengikat enzim melalui ikatan
kovalen sehingga mencegah pembentukan dinding sel bakteri (Siswandono dan Soekardjo,
2000).
Uji Aktivitas Antibakteri
Menurut Pratiwi (2008), pengujian aktivitas antibakteri dapat dilakukan
dengan metode sebagai berikut :
a. Metode difusi
1). Metode disc diffusion (tes Kirby & Bauer)
Piringan yang berisi sampel antibakteri diletakkan di atas permukaan agar yang telah
ditanami bakteri, diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37oC kemudian diamati
pertumbuhan bakteri, area jernih di sekitar piringan mengindikasikan adanya
penghambatan pertumbuhan bakteri oleh sampel
antibakteri.
2). Metode E-test
40
Strip plastik yang mengandung sampel antibakteri dari kadar terendah hingga tertinggi
diletakkan pada permukaan media agar yang telah ditanami bakteri, diinkubasi selama 18-
24 jam pada suhu 37oC. Pengamatan dilakukan pada area jernih disekitar strip plastik
yang mengindikasikan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri oleh sampel
antibakteri.
3). Ditch-plate technique
Pada metode ini sampel uji berupa sampel antibakteri diletakkan pada parit yang dibuat
dengan cara memotong media agar dalam cawan petri pada bagian tengah secara
membujur. Bakteri uji digoreskan ke arah parit yang berisi sampel antibakteri, diinkubasi
selama 18-24 jam pada suhu 37
o
C Aktivitas antibakteri ditunjukkan dengan daerah bening
disekitar parit.
4). Cup-plate technique
Metode ini serupa dengan disc diffusion, dimana dibuat sumuran pada media agar yang
telah ditanami bakteri uji. Sampel antibakteri dimasukkan ke dalam sumuran tersebut
dengan jumlah tertentu dan konsentrasi tertentu pula. Plate diinkubasi selama 18-24 jam
pada suhu 37oC untuk memungkinkan agar sampel antibakteri berdifusi pada permukaan
media agar. Aktivitas antibakteri
ditunjukkan dengan daerah bening disekitar sumuran.
B. Metode Dilusi
1. Dilusi cair (broth dilution test)
Antibakteri disuspensikan pada media cair dengan pH 7-7,4 kemudian dilakukan
pengenceran dengan menggunakan beberapa tabung reaksi. Selanjutnya dilakukan
inokulasi bakteri uji yang telah disuspensikan dengan NaCl steril atau dengan TSB, yang
tiap milimeternya mengandung kurang lebih 105-106 bakteri. Suspensi zat antibakteri
dimasukkan ke dalam suspensi bakteri uji. Setelah itu,
diinkubasikan pada suhu 37oC selama 18-24 jam dan diamati pertumbuhan bakteri.
Pengamatan pertumbuhan bakteri berdasarkan pada kekeruhan suspensi. Tabung yang
keruh menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri, sedangkan tabung yang lebih bening
menunjukkan bahwa zat antibakteri dapat menghambat pertumbuhan bakteri yang diuji.
2. Dilusi padat (solid dilution test)
Zat antibakteri dicampur sampai homogen pada agar steril yang masih cair dengan suhu
serendah mungkin dengan menggunakan berbagai konsentrasi aktif, larutan tersebut
dituangkan ke dalam cawan petri steril kemudian setelah memadat dioleskan bakteri uji
pada permukaannya.
41
Praktikum Uji efektivitas
Alat dan Bahan
1. Cawan Petri yang berisi media Nutrient Agar
2. Tabung reaksi berisi bakteri Salmonella dan E.coli
3. Lidi kapas
4. Pinset
5. Cakram (Antibiotik Ampisillin)
6. Lampu bunsen
7. Gelas bekker yang berisi desinfektan
8. Rak tabung reaksi
Cara Kerja
1. Siapkan alat dan bahan
2. Ambil lidi kapas yang steril
3. Ambil tabung reaksi yang berisi bakteri, buka sumbat kapas, panaskan mulut tabung
4. Ambil bakteri menggunakan lidi kapas
5. Panaskan kembali mulut tabung reaksi dan sumbat kembali dengan kapas
6. Ambil cawan petri, panaskan (pinggiran)
7. Buka tutup cawan, dan gores secara merata diseluruh permukaan media N.A
8. Masukkan lidi kapas ke dalam gelas bekker yang berisi desinfektan
9. Ambil cakram (antibiotik ampisillin) dengan menggunakan pinset steril
10.Letakkan cakram di dalam media (dibagian tengah), lalu tekan perlahan sampai
menempel
11. Tutup cawan petri dan panaskan kembali (pinggiran)
12. Pinset disterilkan dengan dipijarkan di lampu bunsen
13. Bungkus cawan petri kembali dan masukkan ke dalam inkubator
14. Lakukan pengamatan 1 x 24 jam
Hasil Pengamatan
Hasil Pengamatan = Terdapat zona bening menunjukkan tidak ada bakteri yang tumbuh.
Artinya antibiotik yang digunakan dapat menghambat pertumbuhan
bakteri
42
Kesimpulan
Dari semua praktikum dapat disimpulkan bahwa mikrobiologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang mikroorganisme yang tidak dapat dengan kasat mata, tetapi harus
menggunakan mikroskop dengan pembesaran.
Lewat praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa ilmu mikrobiologi berkaitan
dengan bidang kesehatan khususnya dalam bidang farmasi.
43
Daftar Pustaka
http://id.wikipedia.org/wiki/Salmonella
http://missikamaryanie.blogspot.com/2012/02/bakteri-salmonella.html
Pratiwi Sylvia T.2008.Mikrobiologi Farmasi. Erlangga.Jakarta
Jurnal Mikrobiologi dan Parasitologi
http://sumarsih07.files.wordpress.com/2007/12/buku-ajar-mikrobiologi.pdf
http://eprints.unsri.ac.id/1786/2/Mikrobiol2012_OK.pdf
Mikrobiologi Dasar oleh Prof. H. Unus Suriawiria