Anda di halaman 1dari 8

Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754

B A HA S A I NDONE S I A

Page 1
BISNIS PUN PERLU EMPATI
Memiliki anak yang perlu penanganan khusus memang perlu kesabaran khusus. Baik
mengenai biaya penanganannya maupun penanganan anaknya sendiri.
Pagi tadi berkunjung ke suatu lembaga pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus di
Depok. Saya dan suami sedang ada di sana, suatu kebetulan. Di ruang tunggu terdapat tv yang
memberikan tayangan kegiatan belajar para anak berkebutuhan khusus.
Sedang asiknya memperhatikan kegiatan belajar melalui tv di ruang tunggu, muncul ibu
muda, sepertinya anaknya salah satu murid di sana. Ia mengeluarkan sejumlah uang, nominal
yang lumayan juga, sepertinya untuk pembayaran uang pendidikan anaknya di sana. Dari
pembicaraan dengan pegawai di sana, tahulah saya, bahwa si ibu bermaksud untuk berhenti
menggunakan jasa pendidikan untuk anaknya di sana.
Mba, ini uang pembayaran bulan ini. Saya bisa ketemu dengan pemiliknya nggak mba, ada
yang mau saya bicarakan tanya si ibu.
Ohh maaf bu, ibu nya ada hari senin, ada apa ya bu? Jawab si pegawai. Aduh, saya juga
belum jadwalin assessment ya bu kata pegawainya
Bulan ini anak saya mau istirahat dulu belajar di sini kata si ibu.
Maksud ibu cuti? Tanya si pegawai.
Bukan, berhenti dulu sementara waktu jawab si ibu.
Sayang bu, kenapa nggak cuti aja dulu, nanti kalau cuti, per bulan ibu hanya bayar Rp.
180.000,- maksimal cuti 3 bulan, kalau ibu keluar, nanti harus assessment lagi Rp. 300.000,-
bayar uang pangkal Rp. 600.000,- tiap bulan Januari naik lho bu
Iya deh mba, anak saya berhenti saja dulu, gampang nanti kalau mau masuk lagi, mba nya tadi
kan sudah menjelaskan caranya, biayanya, sampaikan terima kasih kami ke guru-guru yang
menangani anak saya. Jawab si ibu mantap.
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 2
Saya mencoba untuk menebak nebak apa yang ada dalam benak ibu tadi. Seandainya
saya jadi ibu tersebut, saya kok kesal mendengarkan penjelasan pegawai tadi. Terkesan tidak ada
empati terhadap kesulitan yang mungkin dirasa si ibu tadi sebagai pengguna jasa lembaga
tersebut. Yang saya dengar kok hanya penekanan kepada berapa rupiah yang harus dikeluarkan
para orang tua dari anak-anak berkebutuhan khusus tadi.
Saya melihat sendiri, besarnya uang yang si ibu tadi bayarkan setiap bulannya ke
lembaga tersebut. Padahal untuk memasukkan anaknya ke lembaga tersebut, pasti mengorbankan
banyak kebutuhan keluarga si ibu tadi. Alangkah baiknya jika ada unsur empati pada saat ibu
tadi memutuskan anaknya untuk berhenti.
Dari segi kebutuhan, si ibu butuh lembaga tersebut untuk menangani anaknya yang
berkebutuhan khusus, di sisi lain, sebenarnya lembaga itu butuh pula anak-anak berkebutuhan
khusus yang belajar di sana, dimana untuk belajar disana orang tua mereka menyisihkan uang
yang tidak sedikit jumlahnya. Sinergi saling membutuhkan bukan?.
Ada rasa miris seperti hati yang tersayat di hati saya. Mempunyai anak berkebutuhan
khusus pasti bukan keinginan setiap orang. Dan bagi orang tua yang memiliki anak-anak khusus
ini, pasti akan berupaya maksimal untuk memenuhi kebutuhan anaknya yang khusus. Banyak
kata seandainya berkeliaran dalam benak saya melihat kejadian yang kurang lebih berjalan
hanya berdurasi antara 5 menit sampai 10 menit tadi.
Seandainya si pegawai menelpon pemiliknya, karena tadi jelas-jelas sang ibu
mengutarakan maksudnya untuk bertemu dengan pemiliknya. Mungkin sang ibu justru tadinya
akan mengucapkan terima kasih kepada pemilik lembaga pendidikan khusus ini.
Kok saya merasa kurangnya personal touch di sini Padahal melihat anak-anak yang
datang di sana menimbulkan emosi tersendiri di benak saya.
Bisa jadi sedikit lip service bisa mengurangi kesempatan sang ibu tadi untuk berniat
kembali mempercayakan anaknya belajar di sana. Memang, dari segi butuh tak butuh, para orang
tua ini butuh lembaga ini, karena keterbatasan anak-anak mereka.
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 3
Menurut saya, bisnis ini bisnis yang perlu hati, perlu empati, karena pengguna jasa
lembaga ini adalah anak-anak yang memang perlu diperlakukan dengan hati. Dengan empati.
Menurut saya, 10 menit mengorbankan pulsa telepon, akan dapat menghilangkan kesan
bahwa lembaga ini hanya memanfaatkan para orang tua anak-anak yang berkebutuhan khusus
ini. Siapa tahu, para orang tua anak-anak ini akan merasa bahwa lembaga ini benar-benar peduli
dengan anak-anak mereka. Tidak hanya peduli kepada sejumlah uang yang para orang tua
bayarkan ke lembaga ini.
Seandainya
Pada saat si ibu tadi berniat untuk keluar, paling tidak, pegawai sudah dilatih untuk menunjukkan
kepedulian terhadap pengguna jasanya, meskipun itu hanya unsur basa basi, setidaknya
menanyakan penyebab berhenti menggunakan jasa lembaga ini, menjelaskan perkembangan
pendidikan anaknya disini, siapa tau, si ibu tadi akan berfikir ulang untuk berhenti menggunakan
jasa lembaga ini.
Dari 10 menitan kejadian tadi, ada pelajaran berharga yang secara tidak sengaja saya petik.
Berbisnis apapun, perlu empati. Meskipun jasa yang kita tawarkan adalah jasa yang
sangat dibutuhkan penggunanya. Bahkan menurut saya walaupun untuk jasa yang saking sangat
dibutuhkan oleh si penggunanya, sampai-sampai hanya sedikit pilihan tersisa, mau bagaimana
lagi, karena saya tidak ada pilihan lainnya
Mudah-mudahan para orang tua yang memiliki anak berkebutuhan khusus diberikan rizki
khusus, kesabaran dan kekuatan khusus karena mereka memiliki anak-anak yang sangat khusus.
Dan yang pasti Tuhan pun menitipkan anak-anak khusus hanya kepada orang tua khusus.
Souce : 99ceritabisnis.wordpress.com
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 4
MembedAH STRUKTUR TEKS CERPEN

No. Struktur Kalimat Dalam Teks
1. Abstraksi
Memiliki anak yang perlu penanganan khusus memang perlu
kesabaran khusus. Baik mengenai biaya penanganannya maupun
penanganan anaknya sendiri.
2. Orientasi
Pagi tadi berkunjung ke suatu lembaga pendidikan untuk anak
berkebutuhan khusus di Depok. Saya dan suami sedang ada di sana,
suatu kebetulan. Di ruang tunggu terdapat tv yang menampakkan
kegiatan belajar para anak berkebutuhan khusus.
3. Komplikasi
Sedang asiknya memperhatikan kegiatan belajar melalui tv di
ruang tunggu, muncul ibu muda, sepertinya anaknya salah satu murid di
sana. Ia mengeluarkan sejumlah uang, nominal yang lumayan juga,
sepertinya untuk pembayaran uang pendidikan anaknya di sana. Dari
pembicaraan dengan pegawai di sana, tahulah saya, bahwa si ibu
bermaksud untuk berhenti menggunakan jasa pendidikan untuk anaknya
di sana.
Mba, ini uang pembayaran bulan ini. Saya bisa ketemu dengan
pemiliknya nggak mba, ada yang mau saya bicarakan tanya si ibu.
Ohh maaf bu, ibu nya ada hari senin, ada apa ya bu? Jawab si
pegawai. Aduh, saya juga belum jadwalin assessment ya bu kata
pegawainya
Bulan ini anak saya mau istirahat dulu belajar di sini kata si ibu.
Maksud ibu cuti? Tanya si pegawai.
Bukan, berhenti dulu sementara waktu jawab si ibu.
Sayang bu, kenapa nggak cuti aja dulu, nanti kalau cuti, per bulan ibu
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 5
hanya bayar Rp. 180.000,- maksimal cuti 3 bulan, kalau ibu keluar, nanti
harus assessment lagi Rp. 300.000,- bayar uang pangkal Rp. 600.000,-
tiap bulan Januari naik lho bu
Iya deh mba, anak saya berhenti saja dulu, gampang nanti kalau mau
masuk lagi, mba nya tadi kan sudah menjelaskan caranya, biayanya,
sampaikan terima kasih kami ke guru-guru yang menangani anak saya.
Jawab si ibu mantap.
Saya mencoba untuk menebak nebak apa yang ada dalam benak
ibu tadi. Seandainya saya jadi ibu tersebut, saya kok kesal
mendengarkan penjelasan pegawai tadi. Terkesan tidak ada empati
terhadap kesulitan yang mungkin dirasa si ibu tadi sebagai pengguna
jasa lembaga tersebut. Yang saya dengar kok hanya penekanan kepada
berapa rupiah yang harus dikeluarkan para orang tua dari anak-anak
berkebutuhan khusus tadi.
Saya melihat sendiri, besarnya uang yang si ibu tadi bayarkan
setiap bulannya ke lembaga tersebut. Padahal untuk memasukkan
anaknya ke lembaga tersebut, pasti mengorbankan banyak kebutuhan
keluarga si ibu tadi. Alangkah baiknya jika ada unsur empati pada saat
ibu tadi memutuskan anaknya untuk berhenti.
Dari segi kebutuhan, si ibu butuh lembaga tersebut untuk
menangani anaknya yang berkebutuhan khusus, di sisi lain, sebenarnya
lembaga itu butuh pula anak-anak berkebutuhan khusus yang belajar di
sana, dimana untuk belajar disana orang tua mereka menyisihkan uang
yang tidak sedikit jumlahnya. Sinergi saling membutuhkan bukan?.
4. Evaluasi
Ada rasa miris dalam hati saya. Mempunyai anak berkebutuhan
khusus pasti bukan keinginan setiap orang. Dan bagi orang tua yang
memiliki anak-anak khusus ini, pasti akan berupaya maksimal untuk
memenuhi kebutuhan anaknya yang khusus. Banyak kata seandainya
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 6
berkeliaran dalam benak saya melihat kejadian yang kurang lebih
berjalan hanya berdurasi antara 5 menit sampai 10 menit tadi.
Seandainya si pegawai menelpon pemiliknya, karena tadi jelas-
jelas sang ibu mengutarakan maksudnya untuk bertemu dengan
pemiliknya. Mungkin sang ibu justru tadinya akan mengucapkan terima
kasih kepada pemilik lempaga pendidikan khusus ini.
Kok saya merasa kurangnya personal touch di sini Padahal
melihat anak-anak yang datang di sana menimbulkan emosi tersendiri di
benak saya.
Bisa jadi sedikit lip service bisa mengurangi kesempatan sang
ibu tadi untuk berniat kembali mempercayakan anaknya belajar di sana.
Memang, dari segi butuh tak butuh, para orang tua ini butuh lembaga
ini, karena keterbatasan anak-anak mereka.
Menurut saya, bisnis ini bisnis yang perlu hati, perlu empati,
karena pengguna jasa lembaga ini adalah anak-anak yang memang perlu
diperlakukan dengan hati. Dengan empati.
Menurut saya, 10 menit mengorbankan pulsa telepon, akan dapat
menghilangkan kesan bahwa lembaga ini hanya memanfaatkan para
orang tua anak-anak yang berkebutuhan khusus ini. Siapa tahu, para
orang tua anak-anak ini akan merasa bahwa lembaga ini benar-benar
peduli dengan anak-anak mereka. Tidak hanya peduli kepada sejumlah
uang yang para orang tua bayarkan ke lembaga ini.
Seandainya
Pada saat si ibu tadi berniat untuk keluar, paling tidak, pegawai sudah
dilatih untuk menunjukkan kepedulian terhadap pengguna jasanya,
meskipun itu hanya unsur basa basi, setidaknya menanyakan penyebab
berhenti menggunakan jasa lembaga ini, menjelaskan perkembangan
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 7
pendidikan anaknya disini, siapa tau, si ibu tadi akan berfikir ulang
untuk berhenti menggunakan jasa lembaga ini.
5. Resolusi
Dari 10 menitan kejadian tadi, ada pelajaran berharga yang secara tidak
sengaja saya petik.
Berbisnis apapun, perlu empati. Meskipun jasa yang kita
tawarkan adalah jasa yang sangat dibutuhkan penggunanya. Bahkan
menurut saya walaupun untuk jasa yang saking sangat dibutuhkan oleh
si penggunanya, sampai-sampai hanya sedikit pilihan tersisa, mau
bagaimana lagi, karena saya tidak ada pilihan lainnya
6. Koda
Mudah-mudahan para orang tua yang memiliki anak
berkebutuhan khusus diberikan rizki khusus, kesabaran dan kekuatan
khusus karena mereka memiliki anak-anak yang sangat khusus. Dan
yang pasti Tuhan pun menitipkan anak-anak khusus hanya kepada orang
tua khusus.
Nama : Aan Munandar Kelas : XI Geologi Pertambangan A NIS : 14754


B A HA S A I NDONE S I A

Page 8
Unsur intrinsik cerpen
Tema : Bisnis, Usaha
Alur : Mundur
Latar
Tempat : Lembaga Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus
Waktu : Pagi Hari
Tokoh dan Penokohan
Sang Istri (saya) : Empati, Simpati
Ibu muda : Sabar, Tabah
Pegawai : Tidak Professional, Tidak Empati
Sudut Pandang : Orang Pertama
Suasana Cerita : Miris, Empati
Amanat
Kita harus empatik dan simpatik dengan orang lain yang sedang dalam kesusahan
Kita harus tabah dan sabar dalam menghadapi apa yang Tuhan berikan
Dalam berbisnis, tidak semata-mata mementingkan penghasilan, namun orang di
sekitar kita.
Kita harus berpikir dua kali dalam melakukan sesuatu


PEMODELAN BAHASA
Majas atau gaya bahasa yang terdapat dalam cerpen tersebut antara lain :
Paragraf 2 tv yang memberikan tayangan kegiatan belajar
Paragraf 7 Ada rasa miris seperti hati yang tersayat
Paragraf 11 bisnis ini bisnis yang perlu hati, perlu empati

Anda mungkin juga menyukai