Anda di halaman 1dari 21

TEORI BELAJAR SOSIAL ALBERT BANDURA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Belajar dan Pembelajaran
yang dibimbing oleh Bapak Kadim Masjkur



Oleh
Offering : B
Kelompok: 2
1. Aska Purdianto (120321419975)
2. Ella Puspitasari (1203214199 )
3. Widiyawati (12032141995 )







JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
2014



KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis Panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan
Rahmat,Taufiq ,Serta hidayahnya sehingga Penulis mampu menyelesaikan Makalah yang
berjudul Teori Belajar Sosial Dalam makalah ini Penulis memaparkan Hubungan antara
Pendidik dan Orang tua siswa yang baik menentukan prestasi sisiwa disekolah
Penulisan makalah ini diperuntukan guna memenuhi tugas Belajar Pembelajaran serta
menambah khasanah ilmu mengenai Teori Belajar sehingga pelajar menjadi lebih tau dan
mengerti tentang teori belajar social.
Dalam makalah yang sederhana Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini
terdapat banyak sekali kesalahan baik dari segi penulisan maupun isi makalah ini,maka dari
itu penulis mengharapkan kritik yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan makalah
ini dimasa mendatang.


Malang, 19 Agustus 2014

Penyusun













BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan
belajar yang dialami oleh siswa sendiri. Dimyati dan Mujiono (1996:7) mengemukakan siswa
adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Tiap ahli psikologi memberi
batasan yang berbeda tentang belajar, atau terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan
mendefinisikan makna belajar.Belajar merupakan sesuatu yang sangat penting sekali dalam
rentang perkembangan pada diri seseorang, dengan belajar seseorang telah mengalami suatu
proses menuju kearah yang lebih baik.
Dalam kaitannya dengan belajar ini sangat banyak teori- teori yang membahas tentang
belajar.Dimana teori belajar merupakan unsur penting dalam pendidikan. Tanpa teori
pembelajaran tidak akan ada suatu kerangka kerja konseptual yang digunakan sebagai dasar
untuk melaksanakan pembelajaran. Dalam perkembangannya, terdapat banyak sekali teori-
teori yang berkembang dari tokoh-tokoh psikologi salah satunya adalah teori belajar sosial
yang dikembangkan oleh Albert Bandura.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori belajar sosial ( social learning theory ),
salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari
fikiran, pemahaman dan evaluasi terhadap lingkungan. Eksperimen yang sangat terkenal
dalam teori ini adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak meniru seperti
perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.
Teori pembelajaran sosial (social learning theory) biasa juga disebut pembelajaran
observasional (observational learning), telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku
manusia dipengaruhi oleh lingkungan sekitar melalui penguatan (reinforcement) dan
pembelajaran peniruan serta cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu dan juga
sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi orang yang ada disekitar dan
menghasilkan penguatan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain
(observational opportunity).
Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain
sebagai model merupakan tindakan belajar.Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia
dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan
pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola
belajar sosial jenis ini. Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana
seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura (1977)
menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada
pelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi merupakan hubungan yang saling berpengaruh
atau berkaitan (interlocking). Menurut Albert Bandura lagi, tingkah laku sering dievaluasi,
yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang.
Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri individu.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menjabarkan tentang teori belajar sosial oleh
Albert Bandura. Untuk lebih spesifiknya maka penulis mendeskripsikan siapakah Albert
Bandura, bagaimana kajian teoritis tentang teori belajar sosial, apa kelebihan dan kekurangan
teori belajar sosial, dan aplikasi teori belajar sosial. Dengan pendeskripsian tersebut maka
kita akan mengetahui lebih lanjut mengenai teori belajar sosial Albert Bandura.

1.2. RUMUSAN MASALAH
1.2.1. Apakah pengertian dari teori belajar sosial?
1.2.2. Siapakah tokoh-tokoh teori belajar sosial?
1.2.3. Apakah kelemahan dan kelebihan teori belajar sosial?
1.2.4. Apakah contoh aplikasi teori belajar sosial?
1.2.5. Apakah aplikasi teori belajar sosial terhadap pembelajaran fisika.

1.3. TUJUAN
1.3.1. Mengetahui pengertian dari teori belajar sosial.
1.3.2. Mengetahui tokoh-tokoh teori belajar sosial.
1.3.3. Mengetahui kelemahan dan kelebihan teori belajar sosial.
1.3.4. Mengetahui contoh aplikasi teori belajar sosial.
1.3.5. Mengetahui aplikasi teori belajar sosial terhadap pembelajaran fisika.







BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Teori Belajar Sosial.
Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah
sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.
Teori belajar sosial merupakan perluasan teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik).Teori ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1969).Prinsip belajar menurut
Bandura adalah usaha menjelaskan belajar dalam situasi alami.Adapun pengertian dari teori
pembelajaran sosial (social learning theory) atau pembelajaran observasional (observational
learning) yaitu :
Pembelajaran observasional merupakan pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang
mengamati dan meniru perilaku orang lain (John W.Santrock : 2008).
Pembelajaran observasional merupakan proses dimana informasi diperoleh dengan
memerhatikan kejadian-kejadian dalam lingkungan (B.R.Hergenhahn dan Matthew
HOlson : 2008.).
2.2. Tokoh-tokoh teori belajar sosial.
A. Biografi Albert Bandura










Albert Bandura lahir pada 4 Desember 1925 di Mundare, kota kecil di Alberta,
Canada. Dia mendapat gelar B.A. dari University of British Columbia, kemudian M.A. pada
1951, dan Ph.D. pada 1952 dari University of Iowa. Dia ikut magang pascadoktoral di
Wichita Guidance Center pada 1953 dan kemudian bergabung di Stanford University. Pada
1969-1970 dia sempat di Center for the Advanced Study in Behavioral Sciences. Bandura
kini menjabat sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi
Universitas Stanford.
Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (sosial learning
theory), salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen
kognitif dari pemikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura menjabat sebagai ketua
APA (American Psychological Association) pada tahun 1974 dan pernah dianugerahi
penghargaan Distinguished Scientist Award pada tahun 1975.Pada tahun berikutnya, Bandura
bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh keluarga dengan tingkah laku
sosial dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai meneliti tentang agresi
pembelajaran sosial dan mengambil Richard Walters, muridnya yang pertama mendapat gelar
doktor sebagai pekerja di makmalnya. Bagi Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk
menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus memperhatikan dua
fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma behaviorisme.
Studi Boneka Bobo Klasik
Dalam sebuah eksperimen yang dilakukan Bandura (1965) mengilustrasikan
bagaimana pembelajaran dapat dilakukan hanya dengan mengamati model yang bukan
sebagai penguat atau penghukum.Dalam eksperimen ini, anak anak meniru seperti perilaku
agresif dari orang dewasa disekitarnya.Eksperimen ini juga mengilustrasikan perbedaan
antara pembelajaran dan kinerja (performance).Sejumlah anak taman kanak-kanak secara
acak ditugaskan utuk melihat tiga film dimana ada seseorang (model) sedang memukuli
boneka plastik seukuran orang dewasa yang dinamakan boneka Bobo.








Dalam film pertama, penyerangnya diberi permen, minuman ringan dan dipuji karena
melakukan tindakan agresif.Dalam film kedua, si penyerang ditegur dan ditampar karena
bertindak agresif.Dalam film ketiga, tidak ada konsekuensi atas si penyerang
boneka.Kemudian masing-masing anak dibiarkan sendiri berada di ruangan penuh mainan,
termasuk boneka Bobo.Perilaku anak diamati melalui cermin satu arah.Anak yang menonton
film dimana perilaku penyerang diperkuat atau tidak dihukum apapun lebih sering meniru
tindakan model ketimbang anak yang menyaksikan si penyerang dihukum.Seperti yang
diduga, anak lelaki lebih agresif ketimbang anak perempuan.Namun, poin penting dalam
studi ini adalah bahwa pembelajaran observasional terjadi sama ekstensifnya baik itu ketika
perilaku agresif diperkuat maupun tidak diperkuat.
Poin penting kedua dalam studi ini difokuskan pada perbedaan antara pembelajaran
dan kinerja.Karena murid tidak melakukan respons bukan berarti mereka tidak
mempelajarinya. Dalam sudi Bandura, saat anak diberi insentif ( dengan stiker atau jus buah)
untuk meniru model, perbedaan dalam perilaku imitatif anak dalam tiga kondisi itu hilang.
Bandura percaya bahwa ketika anak mengamati perilaku tetapi tidak memberikan respons
yang dapat diamati, anak itu mungkin masih mendapatkan respons model dalam bentuk
kognitif.
Studi ini menarik karena ia menunjukkan bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh
pengalaman tak lansung atau pengalaman pengganti. Dengan kata lain, apa yang mereka lihat
dilakukan atau dialami orang lain akan mempengaruhi perilaku mereka. Anak-anak di
kelompok pertama mendapatkan penguatan dari pengamatan (vicarious reinforcement) dan
mereka difasilitasi untuk keagresifan mereka. Sedangkan anak-anak di kelompok kedua
mendapatkan ancaman pengamatan (vicarious punishment), dan mereka dihalangi perilaku
agresifnya. Meskipun anak-anak tidak mendapatkan pengalaman penguatan maupun ancaman
secara langsung, mereka memodifikasi perilakunya secara sama (Hergenhahn dan Olson,
1997).
Determinisme Resiprokal (Reciprocal Determinism)
Bandura mengembangkan model Determinisme Resiprokalyang terdiri dari tiga faktor
utama, yaitu perilaku, person / kognitif, dan lingkungan. Seperti dalam gambar, faktor-faktor
ini bisa saling berinteraksi untuk mempengaruhi pembelajaran, yakni faktor lingkungan
memengaruhi perilaku, perilaku memengaruhi lingkungan, faktor person (orang/kognitif)
memengaruhi perilaku dan sebagainya.Bandura menggunakan istilah person, tapi
memodifikasi menjadi person (cognitive) karena banyak faktor orang yang dideskripsikannya
adalah faktor kognitif.


Dalam model pembelajaran Bandura, faktor person (kognitif) memainkan peran
penting. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura (1997,2001) pada masa
belakangan ini adalah self-efficiacy, yakni keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai situasi
dan menhasilkan hasil positif. Bandura mengatakan bahwa self-efficiacy berpengaruh besar
terhadap perilaku. Misalnya, seorang murid yang self-efficiacy-nya rendah mungkin tidak
mau berusaha belajar untuk mengerjakan ujian karena dia tidak percaya bahwa belajar akan
bisa membantunya mengerjakan soal.Adapun konsep utama dari teori belajar Albert Bandura
adalah sebagai berikut :
a. Pemodelan
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial Albert Bandura. Menurut
Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
mengingat tingkah laku orang lain. (Arends, 1997:67).
Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamati tingkah laku orang lain
(model), hasil pengamatan itu kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan
pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-mengulang
kembali.Dengan jalan ini memberi kesempatan kepada orang tersebut untuk
mengekspresikan tingkah laku yang dipelajari.
Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase
belajar dari pemodelan, yaitu :
1. Fase Atensi
Fase pertama dalam belajar pemodelan adalah memberikan perhatian pada suatu
model.Pada umumnya seseorang memberikan perhatian pada model-model yang
menarik, popular atau yang dikagumi.Dalam pembelajaran guru yang bertindak
sebagai model bagi siswanya harus dapat menjamin agar siswa dapat
memberikan perhatian kepada bagan-bagian penting dari pelajaran. Hal ini dapat
dilakukan dengan cara menyajikan materi pelajaran secara jelas dan menarik,
memberikan penekanan pada bagian-bagian penting, atau dengan
mendemonstrasikan suatu kegiatan. Di samping itu suatu model harus memiliki
daya tarikn (Woolfolk, 1993).Misalnya untuk menjelaskan bagian-bagian bola
mata guru seharusnya menggunakan gambar model mata, dengan variasi warna
yang bermacam-macam sehingga bagian-bagian mata tersebut tampak jelas dan
siswa termotivasi untuk mempelajarinya.
2. Fase Retensional
Menurut Gredler, (dalam Sudibyo, E. 2001:5), fase ini bertanggung jawab atas
pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan
(memori jangka panjang). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman
yang diamati menjadi kode memori. Arti penting dari fase ini adalah bahwa si
pengamat tidak akan dapat memperoleh manfaat dari tingkah laku yang diamati
ketika model tidak hadir, kecuali apabila tingkah laku itu dikode dan disimpan
dalam ingatan untuk digunakan pada waktu kemudian.
Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan
waktu pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru
secara bergiliran, baik secara fisik maupun secara mental.Misalnya mereka
dapat menvisualisasikan sendiri tahap-tahap yang telah didemonstrasikan dalam
menggunakan busur, atau penggaris sebelum benar-benar melakukannya.
3. Fase Reproduksi
Dalam fase ini kode-kode dalam memori membimbing penampilan yang
sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati. Derajat ketelitian yang tertinggi
dalam belajar mengamati adalah apabila tindakan terbuka mengikuti
pengulangan secara mental. Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan individu. Fase reproduksi mengizinkan model untuk melihat
apakah komponen-komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si
pengamat (pebelajar).Pada fase ini juga si model hendaknya memberikan umpan
balik terhadap aspek-aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih
salah dalam penampilan.
4. Fase Motivasional
Pada fase ini pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka
merasa bahwa dengan berbuat seperti model, mereka akan memperoleh
penguatan. Memerikan penguatan untuk suatu tingkah laku tertentu akan
memotivasi pengamat (pebelajar) untuk berunjuk perbuatan. Aplikasi fase
motivasi di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian
atau pemberian nilai.
b. Belajar Vicarious
Sebagian besar belajar observasional termotivasi oleh harapan bahwa meniru model
dengan baik akan menuju pada pada reinforcement. Akan tetapi, akan ada orang yang
belajar dengan melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam
perilaku-perilaku tertentu. Inilah yang disebut belajar vicarious.
Guru-guru dalam kelas selalu menggunakan prinsip belajar vicarious.Bila seorang murid
berkelakuan tidak baik, guru memperhatikan anak-anak yang bekerja dengan baik dan
memuji mereka karena pekerjaan mereka yang baik itu. Anak yang nakal itu melihat
bahwa bekerja memperoleh reinforcement sehingga ia pun kembali.
c. Perilaku Diatur-Sendiri (Self-Regulated Behavior)
Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar merupakan perilaku yang
diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior). Manusia belajar suatu standar
performa (performance standards), yang menjadi dasar evaluasi diri. Apabila tindakan
seseorang bisa sesuai atau bahkan melebihi standar performa, maka ia akan dinilai positif,
tetapi sebaliknya, bila dia tidak mampu berperilaku sesuai standar, dengan kata lain
performanya dibawah standar, maka ia akan dinilai negatif.
Bandura berhipotesis bahwa manusia mengamati perilakunya sendiri,
mempertimbangkan perilaku terhadap kriteria yang disusunnya sendiri, kemudian
memberi reinforcement atau hukuman pada dirinya sendiri.Kita semua mengetahui bila
kita berbuat kurang daripada yang sebenarnya.Untuk dapat membuat pertimbangan-
pertimbangan ini, kita harus mempunyai harapan tentang penampilan kita sendiri. Seorang
siswa mungkin sudah merasa senang sekali memperoleh 90% betul dalam suatu tes, tetapi
anak yang lain mungkin masih kecewa.
Hal yang menjadi pertanyaan ialah dimana kita memperoleh kriteria yang kita
gunakan untuk mempertimbangkan penampilan kita?Kadang-kadang pertimbangan-
pertimbangan ini kelihatannya timbul sendiri, seperti seorang pelukis, seorang penulis,
atau seorang guru, bekerja berulang kali untuk memperoleh sebuah lukisan, suatu
karangan, atau suatu pelajaran yang baik.Namun, teori belajar sosial mengemukakan
bahwa sebagian besar dari kriteria yang kita miliki untuk penampilan kita, kita pelajari,
seperti banyak hal-hal yang lain, dari model-model dalam dunia sosial kita.
Kita belajar banyak dengan dihadapkan pada model-model. Bila kita memperhatikan
perilaku model, dan menciptakan kode-kode verbal atau kode-kode khayalan bagi apa
yang telah kita amati, kita akan belajar dari model itu. Baik pengulangan terbuka maupun
pengulangan tertutup menolong kita untuk dapat memiliki perilaku baru yang kita pelajari.
Pada suatu saat kita harus mencoba mereproduksi perilaku model itu.Umpan balik untuk
memperbaiki diberikan jauh sebelum fase reproduksi belajar dari model-model, memunyai
efek yang kuat terhadap perilaku. Reinforcement dan hukuman yang ditimbulkan sendiri
secara lansung dan dialami secara vicarious, menentukan sejauh mana perilaku yang baru
ituakan ditampilkan.
Respon-respon kognitif kita terhadap perilaku kita sendiri mengizinkan kita untuk
mengatur perilaku kita sendiri.Dengan mengamati, kita mengumpulkan data tentang
respons-respons kita.Melalui standar-standar penampilan yang sudah diinternalisasi, kerap
kali dipelajari melalui observasi, kita pertimbangkan perilaku kita.Dengan memberi hadiah
atau menghukum kita sendiri, kita dapat mengendalikan perilaku kita secara efektif.Kita
tidak perlu dikendalikan oleh kekuatan lingkungan atau keinginan yang dating dari
dalam.Kita dapat belajar menjadi manusia sosial yang berkepribadian.Dengan menerapkan
gagasan-gagasan teori belajar sosial pada diri kita sendiri, kita dapat menjadi guru dan
siswa yang lebih baik.
Selain itu, anggapan mengenai kecakapan diri (perceived self-efficacy) juga berperan
besar dalam perilaku yang diatur sendiri.Anggapan tentang kecakapan diri ini adalah
keyakinan seseorang bahwa dia mampu untuk melakukan sesuatu.Dari anggapan ini,
muncul motivasi orang untuk berprestasi (apabila anggapannya positif) atau bahkan
dimotivasi untuk melakukan suatu hal (apabila anggapannya negatif).
Terkadang, anggapan mengenai kecakapan diri seseorang tidak sesuai dengan
kecakapan diri sesungguhnya (real self-efficacy).Seseorang terlalu yakin dia dapat
melakukan sesuatu, tetapi pada kenyataannya sebenarnya dia tidak mampu. Bila hal ini
terjadi, maka orang akan merasa frustasi dan rendah diri.







B. Lev Semenovich Vygotsky

Lev Semyonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di Tsarist Russia, di suatu
kota Orscha, Belorussia dari keluarga kelas menengah Keturunan Yahudi. Dia tumbuh
dan besar di Gomel, suatu kota sekitar 400 mil bagian barat Moscow. Sewaktu dia
masih muda, dia tertarik pada studi-studi kesusastraan dan analisis sastra, dan menjadi
seorang penyair dan Filosof.
Memasuki usia 18 tahun, dia menulis suatu ulasan tentang Shakespeares
Hamlet yang kemudian dimasukkan dalam satu dari berbagai tulisannya mengenai
psikologi. Dia memasuki sekolah kedokteran di Universitas Moscow dan dalam
waktu yang tidak lama kemudian dia pindah ke sekolah hukum sambil mengambil
studi kesusastraan pada salah satu universitas swasta. Dia menjadi tertarik pada
psikologi pada umur 28 tahun.
Vygotsky mengajar kesusatraan di suatu sekolah Propinsi sebelum memberi
kuliah psikologi pada suatu sekolah keguruan. Dia dipercaya membawakan kuliah
psikologi walaupun secara formal tidak pernah mengambil studi psikologi. Dari
sinilah dia semakin tertarik dengan kajian psikologi sehingga menulis disertasi Ph.D.
mengenai Psychology of Art di Moscow Institute of Psychology pada tahun 1925.
Vygotsky bekerja kolaboratif bersama Alexander Luria and Alexei Leontiev dalam
membuat dan menyusun proposal penelitian yang sekarang ini dikenal dengan
pendekatan Vygotsky. Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu
besar dari pemegang kekuasaan dan para penganut idelogi politik di Rusia untuk
mengadaptasi dan mengembangkan teorinya.
Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun),
pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide
dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh
mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi
perkembangan telah banyak memengaruhi sekolah pendidikan di Rusia yang
kemudian teorinya berkembang dan dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini.
Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Perkembangan kognitif berhubungan dengan keterampilan sosial yang diperoleh
melalui interaksi sosial dalam kaitannya dengan perkembangan biologis cultural.
Demikian konsep ini digagas oleh Psikologi kognitif, Vygotsky, yang lebih
menekankan perkembangan kognitif anak dalam perspektif perkembangan sosial
kultural, dan interaksi sosial.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Soviet selama sepuluh
tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan di duia barat pada
tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat berpengaruh
didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget
bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya
berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan
Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambara
realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat
oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga.
Pemikiran Tokoh
Berkaitan dengan perkembangan intelektual siswa, Vygotsky mengemukakan
dua ide; Pertama, bahwa perkembangan intelektual siswa dapat dipahami hanya
dalam konteks budaya dan sejarah pengalaman siswa (van der Veer dan Valsiner
dalam Slavin, 2000), Kedua, Vygotsky mempercayai bahwa perkembangan
intelektual bergantung pada sistem tanda (sign system) setiap individu selalu
berkembang (Ratner dalam Slavin, 2000: 43). Sistem tanda adalah simbol-simbol
yang secara budaya diciptakan untuk membantu seseorang berpikir, berkomunikasi,
dan memecahkan masalah, misalnya budaya bahasa, system tulisan, dan sistem
perhitungan.
2.3. Kelemahan Dan Kelebihan Teori Belajar Sosial
a. Kelebihan
Mereduksi atau mengeliminasi hambatan.
Belajar observasi melalui model ini, bisa menghilangkan hambatan
yang dialami oleh seseorang. Misalnya, seseorang sangat takut akan ular.
Dengan proses pengamatan terhadap model yang dengan mudah memegang
dan menyentuh ular. Si pengamat akan berpendapat bahwa ular bukan
merupakan hewan yang terlalu menakutkan, dan hasil yang didapatkan bahwa
si pengamat mulai belajar untuk tidak takut terhadap ular.
Mengajarkan keahlian baru.
Dengan mengamati model, si pengamat dapat memperoleh kehalian
baru, dengan cukup mengamati.
Menghambat respons.
Melihat model mendapatkan ganjaran hukuman atas perbuatan yang
dilakukannya, dapat membuat respons si pengamat terhadap situasi yang sama
menjadi terhambat
Memfasilitasi respons.
Memfasilitasi disini berupa dengan proses pengamatan yang dilakukan
dapat meningkatnya kemungkinan si pengamat untuk melakukan respon yang
sama.
Mengajarkan kreatifitas
Mengajarkan kreatifitas ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan
kepada pengamat beberapa model yang menyebabkan pengamatan
mengadopsi kombinasi berbagai karakteristik atau gaya.
Mengajarkan kaidah dan aturan umum.
Penggunaan modeling, tidak selalu memicu imitasi dari pengamat.
Pengamat bisa mempelajari apa kaidah atau prinsip yang dicontohkan dalam
berbagai pengalaman modeling, kemudian prinsip dan kaidah yang telah
dipahami bisa dipaki secara efektif untuk memecahkan problem yang berbeda
dari situasi sebelumnya.. dalam prosesnya, pengamat harus mengamati
berbagai macam situasi yang memilki kaidah atau prinsip yang sama,
mengambil inti sari kaidah atau prinsip dari berbagai penglaman berbeda, lalu
menggunakan kaidah atau prinsip itu dalam situasi yang baru dan berbeda.
Menekankan pentingnya penelitian empiris
Dalam mempelajari perkembangan anak anak, penelitian ini berfokus
pada proses yang menjelaskan perkembangan anak anak dilihat dari faktor
sosial dan kognitifnya.
Kelebihan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya ,
karena itu menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan
melalui system kognitif orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia
bukan semata mata reflex atas stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi
yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.
Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning (
pembiasan merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social
menekankan pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak
anak. Penelitian ini berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak
anak, faktor social dan kognitif.

b. Kelemahan
Kelemahan Teori Belajar Sosial Albert Bandura
Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam
teori behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai
peniruan tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan
pengulangan dalam mendalami sesuatu yang ditiru.
Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan
hanya melalui peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang
menggunakan teknik peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative ,
termasuk perlakuan yang tidak diterima dalam masyarakat.
2.4. CONTOH APLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL
Bandura menyatakan bahwa seseorang dapat belajar dari pengalaman tak langsung
atau pengalaman pengganti dan belajar dengan mengamati konsekuensi dari perilakunya
sendiri.Bandura mendefenisikan model sebagai segala sesuatu yang menyampaikan
informasi. Jadi koran, majalah, televisi, dan sebagainya merupakan model. Dan tentu saja
informasi berita yang disampaikan dapat membawa pengaruh positif maupun dapat
memunculkan proses kognitif yang salah pada individu. Bandura menyatakan bahwa anak-
anak dan orang dewasa mendapatkan sikap, emosi tanggapan, dan gaya baru melalui
modeling.
Contoh aplikasi teori belajar Bandura adalah ketika seorang anak belajar untuk
mengendarai sepeda. Ditahap perhatian, si anak akan tertarik mengamati para pengendara
sepeda dibanding dengan orang yang melakukan aktifitas lain yang dia anggap kurang
menarik. Oleh karena itu, ia akan mengamati bagaimana seseorang mengayuh sepeda.
Selanjutnya pada tahap penyimpanan dalam ingatan si anak akan tersimpan bahwa bersepeda
itu menyenangkan dan suatu saat jika waktunya tepat ia akan meminta ayahnya (semisal)
untuk mengajarinya mengendarai sepeda. Semuanya itu kemudian dilaksanakan pada tahap
reproduksi di mana si anak kemudian benar-benar belajar mengendarai sepeda bersama sang
ayah. Ketika anak itu sudah berhasil, di sinilah tugas sang ayah untuk memberi reward
sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan sang anak sekaligus merupakan tahap
motivasi.Beberapa contoh lain dijelaskan dalam poin-poin berikut:
Iklan mie instan, di iklan tersebut diperlihatkan seseorang yang sedang melihat orang
lain makan mie instan dengan nikmatnya, membuatnya pada akhirnya makan mie
instan yang sama.
Melihat kecelakaan di konser sebuah band nasional yang mengakibatkan seseorang
meninggal, seorang pemudi yang tadinya hendak menonton konser band tersebut di
kotanya menggagalkan niatnya.
Iklan sebuah pasta gigi memperlihatkan seorang anak yang meniru kebiasaan ayahnya
makan, ribut sendiri karena menonton bola, dan cara ayahnya menggosok gigi.
Seorang balita yang kecanduan rokok dan berkata kasar karena lingkungan (orang-
orang dewasa) sekitar terbiasa merokok dan berkata kasar.
Seorang anak melompat dari lantai 4 sebuah rumah susun dengan menggunakan
seprai setelah melihat film superhero.
Sosialisasi penggunaan helm dan mengendarai motor yang baik menggunakan suatu
film pendek yang mengilustrasikan seorang pemuda yang naik motor ugal-ugalan dan
tidak memakai helm, berakibat fatal; kaum muda yang melihatnya menggunakan
helm dan berkendara aman tak hanya untuk menghindari ditilang polisi, tetapi untuk
mengamankan dirinya.
Serangkaian novel yang bercerita tentang percintaan vampir dengan manusia menjadi
bestseller, memacu penulis lain untuk menulis novel-novel yang bercerita tentang
percintaan vampir-manusia.
Seorang selebritis mulai berkecimpung di dunia politik, menambah kesuksesannya,
selebritis lain juga akhirnya banyak yang terjun ke dunia politik.
Belakangan ini, ada aktor/aktris yang mencoba peruntungan di dunia tarik suara, dan
cukup sukses. Melihat hal ini banyak aktor/aktris lain yang mulai ikut-ikutan terjun di
dunia tarik suara.
Sinetron-sinetron yang memiliki high rating saat ini adalah bercerita tentang cinta dan
judul sinetronnya adalah nama sang tokoh utama. Banyak sinetron-sinetron baru yang
bermunculan bertema cinta dan judulnya pun adalah nama sang tokoh utama.
Memenuhi kebutuhan transportasi anak muda, sebuah perusahaan mobil ternama
mendesain sebuah mobil yang berjiwa muda, dengan ciri mobil kecil (untuk 4 orang)
dan berbentuk kapsul dengan lekukan-lekukan di bodi mobilnya. Melihat jumlah
penjualannya, kini banyak produsen mobil yang memproduksi mobil dengan bentuk
yang mirip.
Sebuah perusahaan telekomunikasi di sebuah negara yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di Asia memproduksi secara massal ponsel murah dengan tombol
QWERTY. Karena jumlah penjualannya, banyak produsen di negara yang sama,
bahkan Indonesia sendiri memproduksi ponsel dengan bentuk yang sama.
Seorang anak melihat temannya yang terluka karena terkena petasan, anak itu pun
menghindari main petasan.
Seorang pemuda melihat kesuksesan seorang bintang sepak bola dunia, memacunya
untuk berlatih sepak bola sebaik mungkin, berharap bisa mengikuti jejak bintang
sepak bola tersebut.
Seorang remaja melihat sekelompok remaja lain perform dance dengan gemilang,
remaja ini pun mulai belajar dan berlatih dance serupa.
Ada seorang yang kecopetan ponselnya yang dia taruh di tasnya, mengetahui hal
tersebut, seseorang mengindari menaruh ponsel di tas.
Seorang anak melihat ibunya makan bakso, dia juga ingin memakannya dan meminta
pada ibunya. Namun, sang ibu menunjukkan ekspresi kepedasan dan akhirnya si anak
tidak mau memakan bakso tersebut.

2.5. APLIKASI TEORI BELAJAR SOSIAL TERHADAP PEMBELAJARAN
FISIKA
Bandura percaya bahwa segala sesuatu yang dapat dipelajari melalui pengalaman
langsung juga bisa dipelajari secara tidak langsung melalui observasi. Bandura juga percaya
bahwa model akan sangat efektif apabila dilihat sebagai seseorang yang memiliki
kehormatan, kompetensi, status tinggi atau kekuasaan. Dan dalam hal ini sebagian besar guru
memiliki kriteria tersebut sehingga dapat menjadi model yang berpengaruh besar. Guru dapat
menjadi model untuk suatu keahlian, strategi pemecahan masalah, kode moral, standar
performa, aturan dan prinsip umum, dan kreativitas. Guru juga dapat menjadi model
tindakan, yang akan diinternalisasi siswa dan karenanya menjadi standar evaluasi diri.
Fase belajar observasional diatur oleh empat variabel yang harus diperhatikan oleh
guru. Fase yang pertama yaitu atensional (perhatian), dimana siswa harus menaruh perhatian
terhadap sesuatu yang menurutnya menarik, popular, kompeten, atau dikagumi, dan proses
itu akan bervariasi seiring dengan pendewasaan dan pengalaman belajar sebelumnya. Yang
kedua yaitu retensi, agar dapat meniru perilaku suatu model siswa harus mengingat perilaku
itu. Pada fase retensi ini, latihan sangat membantu siswa untuk mengingat elemen-elemen
perilaku yang dikehendaki. Yang ketiga produksi, suatu proses pembelajaran dengan
memberikan latihan-latihan agar membantu siswa lancer dan ahli dalam menguasai materi
pelajaran. Yang terakhir yaitu motivasi. Suatu cara agar dapat mendorong kinerja dan
mempertahankan tetap dilakukannya keterampilan yang baru diperoleh dengan memberikan
penguatan (bisa berupa nilai dan penghargaan).
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses pembelajaran menurut teori sosial Albert
Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang baik. Model yang baik harus
dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar sehingga dapat memberi
perhatian kepada si pembelajar. Model disini tidak harus dari guru, namun tergantung apa
yang akan diajarkan. Teori sosial belajar ini cocok untuk mengajarkan materi yang berupa
aspek psikomotorik dan afektif, karena pembelajar langsung dapat memperhatikan,
mengingat dan meniru dari model yang dihadirkan.
Namun dalam belajar fisika yang diajarkan adalah berupa konsep sehingga guru harus
dapat menghadirkan model yang menarik perhatian dan dapat mudah diingat oleh si
pembelajar. Penulis berusaha memberi suatu contoh dalam pembelajaran fisika. Misalnya
seorang guru akan mengajarkan sistem tata surya. Disini dihadirkan/disediakan maket tata
surya sebagai model. Dengan dipraktekkan oleh guru dan ditirukan oleh siswa guru
memperagakan bagaimana lintasan antar planet. Dengan demikian diharapkan siswa dapat
memperhatikan model dan menirukan bagaimana pergerakan planet, dan pembelajar harus
mengingatnya. Selanjutnya pembelajar dituntut untuk dapat mampu meniru pemodelan
tersebut. Beberapa proses ini akan lebih berhasil jika ada motivasi yang kuat dari pembelajar
untuk mempelajarinya.




BAB III
PENUTUP

Teori belajar sosial atau teori observasional dikembangkan oleh Albert Bandura
(1969), seorang tokoh psikologi yang menganut aliran Behaviorisme.Bandura kini menjabat
sebagai David Starr Jordan Professor of Social Science di Fakultas Psikologi Universitas
Stanford.
Teori belajar sosial adalah pembelajaran yang terjadi ketika seseorang mengamati dan
meniru perilaku orang lain. Dengan kata lain, informasi diperoleh dengan memerhatikan
kejadian-kejadian dalam lingkungan. Dalam percobaan boneka Bobo, Bandura
mengilustrasikan bagaimana pembelajaran sosial dapat terjadi bahkan dengan menyaksikan
seorang model yang tidak diperkuat atau dihukum.Dalam eksperimen tersebut, anak anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Eksperimen tersebut juga
menunjukkan perbedaan pembelajaran dan kinerja.Model determinisme pembelajaran
resiprokal Albert Bandura mencakup tiga faktor utama : person/kognisi, perilaku, dan
lingkungannya. Faktor person (kognitif) yang ditekankan Bandura belakangan ini adalah self-
efficiacy, keyakinan bahwa seseorang bisa menguasai dan menghasilkan hasil positif.
Konsep utama dari teori belajar Albert Bandura adalah pemodelan, belajar vicarious,
dan perilaku diatur-sendiri.Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar
sosial.Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitufase atensi yang
merupakan fasememberikan perhatian pada suatu model, faseretensional yang merupakan
fase pengkodean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan
(memori jangka panjang), fase reproduksi yang merupakan fase dimana kode-kode dalam
memori membimbing penampilan yang sebenarnya dari tingkah laku yang baru diamati, dan
yang terakhir adalah fase motivasional yang merupakan fase dimana si pengamat akan
termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model,
mereka akan memperoleh penguatan.Belajar Vicarious, merupakan cara belajar dengan
melihat orang diberi reinforcement atau dihukum waktu terlibat dalam perilaku-perilaku
tertentu.Perilaku diatur-sendiri, Bandura mengatakan bahwa perilaku manusia sebagian besar
merupakan perilaku yang diatur oleh dirinya sendiri (self-regulated behavior).
Teori belajarsosial Albert Bandura memiliki kekurangan dan kelebihan sebagai teori
belajar. Aplikasi dari teori belajar ini telah banyak contohnya dan utamanya teori belajar
sosial dapat diaplikasikan terhadap pembelajaran Matematika. Dalam proses pembelajaran
menurut teori sosial Albert Bandura, seorang guru harus dapat menghadirkan model yang
baik. Model yang baik harus dapat mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pembelajar
sehingga dapat memberi perhatian kepada si pembelajar.

































DAFTAR PUSTAKA

Santrock, John. W. 2008. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua .Jakarta : Kencana
Trianto. 2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta : PT Bumi Aksara
Dahar, Ratna Wilis. 2006. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Erlangga
Hergenhahn, B.R., Olson, Matthew H. 2008. Theories of Learning (Teori Belajar), edisi ke-7.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group
http://mabjip.blogspot.com/2009/10/teori-pembelajaran-sosial-bandura.html
http://lenterakecil.com/teori-belajar-sosial-menurut-bandura/
http://mutmainnahlatief.wordpress.com/2012/01/17/teori-belajar-sosial/
http://desyandri.wordpress.com/2014/01/21/teori-belajar-sosial-albert-bandura/

Anda mungkin juga menyukai