Anda di halaman 1dari 3

[JERZI BUDIARTO 25414006] Ekonomi Spasial

CITY SIZE
Pertanyaan:
1. Jelaskan perbedaan kota S, kota M, dan Kota B di kurva utilitas dalam agglomeration
economies?
2. Apa hubungannya antara commuting cost dengan transportasi luas kota, bagaimana dengan ke
kurva city size dan kurva utilitas?

Jawab:
1. Pada kurva utilitas tersebut menjelaskan 3 kota dalam perekonomian wilayah yang
dimana tingakat utilitas sama besar. Nilai utilitas dihitung dari utility = labor income +
rental income commute cost rent paid. Perbedaan utilitas terjadi karena adanya
perbedaan pada agglomeration economies. kegiatan-kegiatan yang mendorong
terciptanya agglomeration economies seperti:
a. Sharing Intermediate Inputs (menggunakan barang hasil produksi suatu perusahaan
sebagai input dalam proses produksi perusahan nya yang mengakibatkan
penurunan ongkos produksi, bisa menaikkan upah atau dengan kata lain manaikkan
produktifitas perusahaan);
b. Sharing A Labor Pool (mempekerjakan sekelompok orang yang siap dipekerjakan
dalam jumlah banyak apabila permintaan terhadap produk tinggi dan dalam jumlah
sedikit apabila permintaan terhadap produk rendah, yang bertujuan untuk
[JERZI BUDIARTO 25414006] Ekonomi Spasial

memperbesar profit). Jika profit besar, maka perusahaan cenderung untuk
melakukan expansi
c. Labor Matching (mempekerjakan pekerja yang mempunyai keterampilan yang sesuai
dengan apa yang di butuhkah perusahaan, sehingga dapat menurunkan
biaya pelatihan terhadap pekerja, meningkatkan produktifitas perusahaan serta
meningkatkan upah);
d. Knowledge Spillovers (berbagi knowledge atau pengetahuan di antara perusahaan
yang dapat mendorong lahirnya pabrik-pabrik baru, yang mempekerjakan pekerja
lulusan perguruan tinggi)
Pada Kota S kegiatan industri tidak beraneka ragam hanya sedikit dan sejenis.
Kurang adanya mendorong kegiatan agglomeration economies. Menjelaskan mengenai
industri dengan localization economies pada jumlah tenaga kerja yang relatif sedikit. Hal ini
membuat peningkatan produktifitas perusahaan menjadi kurang maksimal dan dapat
berdampak kepada tingkat gaji tidak akan optimal. Pada kota S nilai agglomeration
economies lebih kecil dibandingkan nilai diseconomies from commuting.
Pada kota M memiliki perusahaan lebih banyak perusahan sejenis yang saling
bersaing dan menghasilkan kegiatan yang mendorong agglomeration economies, maka
pada kota M dapat melakukan produktifitas mencapai pada titik optimal sesuai dengan skala
produksinya. Maka pada kota M tingkat gaji para pekerja dapat mencapai titik optimal,
sehingga kurva utilitas pada kota M mencapai titik optimum dan menurun ketika pada jumlah
pekerja lebih banyak dibandingkan kota S.
Berbeda dengan kota B yang memiliki penduduk perkotaan yang banyak dan
perusahaan yang beraneka ragam jenis (urbanization economies). Dapat berdampak pada
perusahan perusahan menghasilkan pembangunan terhadap terciptanya kota besar. akan
mampu memberikan inovasi perusahaan untuk membuat produk pabrik lebih banyak dan
beraneka macam hal ini memerlukan pekerja yang besar pula. Akan tetapi produktifitas tidak
dapat mencapai titik optimum seperti kota M karena adanya pengeluaran yang tinggi seperti
biaya transportasi, biaya sewa lahan yang tinggi dan meningkatnya kerawanan kriminalitas
yang berpengaruh terhadap nilai kesejahteraan social penduduk.
Dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat agglomeration economies pada kota B lebih
besar dibandingkan Kota M dan Kota S. akan tetapi pada tingkat utilitas berada di level yang
sama karena kurang adanya pendukung di pekerja atau penduduk di masing-masing kota.

[JERZI BUDIARTO 25414006] Ekonomi Spasial

2. Nilai di suatu commuting cost merupakan biaya pengeluaran transportasi yang digunakan
para pekerja atau penduduk dari tempat tinggal menuju ke tempat bekerja. Biaya
transportasi dapat berbeda-beda dilihat dari ukuran kota. Bentuk transportasi yang
digunakan oleh penduduk kota juga dapat berbeda beda sesuai dengan ukuran kota. Pada
kota S yang berpenduduk satu juta jiwa merupakan kota kecil, hal ini berdampak kepada
biaya transportasi yang dikeluarkan sedikit atau tidak ada. Biaya transportasi sedikit atau
tidak ada karena para pekerja masih dapat menjangkau dari tempat tinggal menuju tempat
pekerjanya. Untuk menuju ke tempat kerja dapat menggunakan sepeda, kendaraan pribadi
atau berjalan kaki.
Pada kota M yang berpenduduk tiga juta jiwa merupakan kota berukuran sedang. Di
kota sedang ini teknologi sudah berkembang dan merupakan kota optimum yang
menghasilkan produktifitas tinggi. Penggunaan transportasi dari tempat tinggal menuju
tempat aktifitas sudah berupa transportasi umum dan kendaraan pribadi. Tempat tinggal
sudah mulai menyebar ke pinggiran kota tidak berada di pusat kota maka hal ini berdampak
kepada biaya transportasi lebih besar dibandingkan kota S. walaupun biaya transportasi
meningkat dapat diimbangi dengan gaji yang menaik pula. Pada kota ini para pekerja
memiliki tingkat kenyamanan yang tinggi.
Pada kota B yang berpenduduk enam juta jiwa merupakan kota berukuran besar. Di
kota besar teknologi sudah tinggi dan produktifitas sudah tinggi dan beraneka macam dari
hasil inovasi. Tempat tinggal para pekerja sudah berada di pinggiran kota dan hanya
beberapa di pusat kota. Hal ini para pekerja membutuhkan biaya transportasi yang tinggi
dibandingkan kota M karena ukuran kota sudah meluas maka jarak dari tempat tinggal
menuju lokasi aktifitas tinggi. Tingkat utilitas pada kota B menurun di kota M karena
walaupun nilai gaji tinggi akan tetapi biaya pengeluaran transportasi tinggi dan biaya sewa
yang mahal. Jika ingin biaya transportasi rendah tinggal berada di dekat dengan pusat kota
akan tetapi biaya sewa lahan semakin mendekat dengan pusat kota tinggi.

Anda mungkin juga menyukai