Anda di halaman 1dari 11

Bab 1 Pendahuluan dan Aksioma Ekonomi Perkotaan

Ekonomi Perkotaan : Ekonomi bertemu geografi


1. Ekonomi : laba - max dan pilihan utilitas max
2. Geografi : lokasi dan distribusi spasial aktivitas
3. ekonomi perkotaan :
a. Laba - max dan pilihan lokasi Utilitas max
b. Konsekuensi dari pilihan lokasi
Backyard Produksi Model : Asumsi
1. Tidak ada perbedaan dalam produktivitas tenaga kerja atau lahan
2. Skala hasil konstan dalam pertukaran
3. Skala hasil konstan dalam produksi
Backyard Produksi Model : Implikasi
Tidak ada Perdagangan
Tidak ada manfaat produktivitas dari spesialisasi dan pertukaran
Efek mahal ( waktu ) tanpa manfaat apapun
Tidak ada Kota
Hidup padat mahal ( tawaran up harga tanah ) tanpa manfaat apapun
Hasilnya : Harga Seragam tanah dan kepadatan penduduk
Kota perdagangan
Menjatuhkan asumsi produktivitas sebesar
Perbedaan produktivitas menghasilkan keunggulan komparatif

Menghitung keuntungan bersih dari perdagangan


Keuntungan kotor dari perdagangan = 2 shirt untuk masing-masing daerah
Keuntungan bersih = keuntungan kotor - waktu transaksi ( t )
Utara : Jika t < 20 menit ( waktu untuk 2 kemeja ) , keuntungan bersih > 0
Selatan: Jika t < 2 jam ( waktu selama 2 kemeja ) , keuntungan bersih > 0
Skala Ekonomi pada pertukaran
Dalam ketiadaan skala ekonomi , rumah tangga akan melakukan perdagangan langsung
Skala ekonomi dalam pertukaran : biaya yang lebih rendah untuk sebuah perusahaan
perdagangan
Pekerja perdagangan hidup dekat dengan perusahaan dan menawar sampai harga tanah

Harga yang lebih tinggi dari kenaikan tanah kepadatan , menghasilkan sebuah kota perdagangan

Perdagangan Kota di Sejarah Amerika


Kapas gin dan kapas - kota perdagangan
teknologi transportasi : turnpikes , kanal , kapal uap , kereta ap
Kota pabrik
Menjatuhkan asumsi skala hasil konstan dalam produksi
produktivitas Nomor
o Rumah = 1 kemeja per jam
o Pabrik = 6 kaos per jam
o Rumah atau pabrik : 1 roti per jam

The price of shirts at the factory is the unit cost of 1/3 loaf =

The net price of a factory shirt is the factory price (4/12 loaf) plus transport cost (1/12 loaf pr mile)

Kota Pabrik mengembangkan Sekitar pabrik


Pekerja tinggal dekat dengan pabrik untuk menghemat waktu Komuter
Kompetisi untuk tawaran lahan menaikkan harga
Harga yang lebih tinggi dari kenaikan tanah kepadatan , menghasilkan sebuah kota
Pekerja pabrik dibayar 1/2 roti per jam untuk menutupi biaya hidup yang lebih tinggi
Kota pabrik di Kawasan
Aksioma 5 : Kompetisi menghasilkan nol keuntungan ekonomi
Perusahaan memasuki pasar kemeja sampai setiap membuat nol keuntungan ekonomi
Pabrik rentang daerah
o Setiap lokasi terletak di dalam wilayah pasar pabrik
o Spesialisasi tenaga kerja lengkap , dengan roti pedesaan dan perkotaan kemeja
o Nol keuntungan ekonomi bagi perusahaan & ketidakpedulian lokasional untuk pekerja

Contoh Soal :
4 HHS per acre = 2560 HH per mile2 q=0,0004 mil 2/ = 1/2560)
-

Bangunan = $100.000 i = 70% - sewa 7000/th


Pendapatan Pertanian = $ 1000 /acre/th = 640.000/mil 2 /th
1 lot = $ 250 /lot/th -------- 1000/4 =250 (1 acre bisa u/ bangunan 4 rumah)
Commuting Cost = $200/mile
Annual housing rent di b = 7000 +250 = $7.250
Annual housing rent di cc(central city)
B = 20 mil dari central city

Sewa housing di central city = $ 7000+ $250 + $ 4000 (200/mil x 20 mil) = $


11.250
Comparating Statics
R (d) = ( ra.q + c) + k (b-d)
R (d) = ra + k (b-d/4)
1. Ketika kota semakin besar (b ) dan HH maka housing land rents di semua
lokasi naik
2. Ketika K maka R(d) dan r (d) perubahan sewa berbeda untuk setiap lokasi
3. Ketika Lahan perkotaan memiliki alternative yang lebih produktif / sewa pertanian
naik == R(d) & r(d)
4. Ketika Kepadatan lebih tinggi (q ) maka slope dari r(d) akan lebih curam
Chapter 15
The Risk of Local Government
Apa peran pemerintah Musgave & Musgave, 1956 tiga tugas penelitian
1. Stabilisi pemerintah pusat monetary dan fiscal pada skala nasional
2. Distribusi pendapatan lebih efisien untuk pemerintah pusat
3. Alokasi sumber daya :
a. Pemerintah menyediakan barang publik
b. Menjadi monopoli alami : contoh membangun saluran air
c. Membuat lebih efisien eksternalitas local
Karakteristik barang yang disediakan oleh pemerintah :
1. Tidak bersaing untuk mendapatkannya (non rivalvy)
2. Tidak bisa untuk melarang orang lain ikut menikmati barang tadi (non excludable)
3. Benefit pada area tertentu, karena di perkotaan memasukkan unsur ruang
(khusus perkotaan)

Tiebout Model = Voting with feet


Orang akan memilih pajak tinggi tapi barang public bagus, atau pajak rendah tapi
penyediaan barang publicnya tidak bagus

Sumber : http://econochemist.blogspot.co.id

Salah satu cabang dari ilmu ekonomi yang menarik untuk digeluti adalah ekonomi
perkotaan. Subjek ini menjadi menarik karena mampu menjelaskan berbagai
permasalahan yang dihadapi daerah perkotaan (urban) sambil menilik geliat aktivitas
ekonomi yang ada di dalamnya. Indonesia sendiri memiliki banyak kota, mulai dari yang
besar sampai yang kecil, dengan berbagai problematikanya yang unik dan akan
menjadi bahan observasi menarik bagi studi ekonomi perkotaan. Ada banyak hal yang
dipelajari ekonomi perkotaan, mulai dari kekuatan pasar terhadap pembentukan kota,
tata guna lahan, angkutan perkotaan, kriminalitas, kebijakan publik, dan
penerimaan/pemasukan pemerintah setempat.
Yang unik, ekonomi perkotaan mampu menganalisis apakah sebuah kota maju atau
tidak hanya melalui observasi sederhana. Saata berkunjung ke sebuah kota, anda
dapat menanyai profesi penduduk yang anda temui di kota tersebut secara acak.
Apabila mayoritas penduduk yang anda temui itu berprofesi sebagai PNS, maka bisa
disimpulkan bahwa kota tersebut tidak maju. Anda juga bisa mengetahui kemajuan
sebuah kota dari tampilan fisik uang kembalian yang anda peroleh dari kota tersebut.
Jika uang kembalian tersebut dalam kondisi yang jelek atau lecek, maka sirkulasi uang
di kota tersebut jelek (uang yang sama hanya berpindah tangan antarpenduduk
kota/tidak ada pertambahan uang di kota tersebut). Bisa dikatakan, kota dengan uang
kembalian jelek juga merupakan kota yang tidak maju. Selain itu, ekonomi perkotaan
juga mampu memprediksi apakah sebuah kota akan menjadi kota maju atau tidak.
Sebagai contoh, kota Padang diyakini tidak akan pernah maju karena letak geografis
kota yang berada di Pantai Barat Sumatra membuat ia hanya memiliki aktivitas
perdagangan yang sedikit dengan wilayah lain di Indonesia (akan lebih menguntungkan
bagi kota yang berada di Pantai Timur Sumatra). Selain itu, kota ini juga rawan
bencana, seperti gempa bumi dan tsunami baru-baru ini.
menghasilkan zero economic profit, yaitu kondisi saat profit sama dengan opportunity
cost. Aksioma ini seringkali terdengar di kuliah mikroekonomi. Kelima aksioma ini tentu
amat berguna dalam menilik geliat ekonomi sebuah kota.
ada lima aksioma penting:
1. Pertama, harga akan menyesuaikan untuk mencapai keseimbangan lokasi
atau locational equilibrium. Semakin jauh dari pusat kota semakin murah
harga suatu barang dan jasa.
2. Kedua, sebuah kota bersifat selfly enforcing. Hal ini dapat menjelaskan
dengan fenomena back to the city. Pada mulanya orang-orang yang bekerja di
kota memilih untuk bermukim di pinggiran kota. Hal ini dikarenakan akses
menuju kota yang mudah dengan tersedianya akses jalan tol. Namun, lamakelamaan masalah kemacetan muncul karena semakin banyak orang yang
bermukim di pinggiran kota dan bekerja di kota (jalan tol hanya solusi sementara
atasi kemacetan). Hal ini kemudian mendorong orang-orang untuk kembali
bermukim di kota atau back to the city.
3. Ketiga, eksternalitas menimbulkan inefisiensi. Eksternalitas dihasilkan saat
tindakan seorang pelaku ekonomi berdampak pada pelaku ekonomi lainnya
tanpa adanya kompensasi.

4. Keempat, produksi bergantung pada skala ekonomi. Hal ini penting karena
adanya indivisible input (input yang tidak bisa dibagi lagi) sehingga akan lebih
menguntungkan jika memproduksi dalam jumlah besar agar indivisible input
tersebut tidak terbuang percuma. Jasa truk pengangkut merupakan salah satu
indivisible input, akan lebih menguntungkan jika mengangkut dalam jumlah
besar daripada sedikit karena biaya yang ditanggung akan sama saja.
5. Kelima, kompetisi akan menghasilkan zero economic profit, yaitu kondisi
saat profit sama dengan opportunity cost. Aksioma ini seringkali terdengar di
kuliah mikroekonomi.
Urban Economics: Terbentuknya Kota dan Aglomerasi Ekonomi
Awal Terbentuknya Kota
Kota adalah suatu wilayah Geografis yang terdiri dari jumlah penduduk yang banyak dalam
suatu kawasan yang sempit.
1. Daerah perkotaan (Urban Area) : minimal populasi 2500 org dg tingkat kepadatan 500
org per mil persegi
2. Daerah Metropolis (Metropolitan area) : minimal populasi 50.000 org
3. Daerah Micropolis (Micropolitan area) : populasi 10.000 sd 50.000 org
4. Principal city : Minimal populasi 250.000 dan 100.000 pekerja
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi terbentuknya sebuah kota:
1. Pertama, sebuah kota dapat terbentuk di suatu wilayah yang memiliki sumber
daya alam yang kaya. Sebagai contoh, kita dapat melihat kegemilangan Kuala Lumpur
di negeri jiran yang dahulu merupakan kawasan pertambangan.
2. Kedua, wilayah yang menjadi median location atau tempat transit juga bisa
berkembang menjadi sebuah kota. Kota-kota seperti ini biasanya dibangun di
kawasan pelabuhan di mana terjadi pergantian moda transportasi dalam pengangkutan
barang (dari kapal ke truk) atau yang bisa disebut sebagai transitment point.
3. Ketiga, sebuah kota bisa pula dibuat atau didesain langsung oleh pemangku
kebijakan. Misalnya saja, Bandung, Bogor, dan Malang yang sengaja dibuat oleh
pemerintah kolonial Belanda sebagai kota peristirahatan karena memiliki udara yang
dingin. Ada pula kota Palangkaraya yang menjadi satu-satunya kota yang dibangun
setelah Indonesia merdeka di tengah-tengah belantara Kalimantan.

Aglomerasi Ekonomi dan Manfaat Yang Ditimbulkan


Suatu kota terbentuk karena adanya pengumpulan orang dan aktivitas ekonomi di suatu tempat
atau yang biasa disebut dengan istilah aglomerasi ekonomi, yaitu berkumpulnya aktivitasaktivitas ekonomi di lokasi yang sama untuk menghasilkan manfaat ekonomi yang pada
akhirnya mendorong perusahaan-perusahaan untuk membentuk kluster.
Manfaat-manfaat yang didapatkan perusahaan dari aglomerasi, antara lain:
1. Economies of scale, biaya produksi per unit barang menjadi lebih murah jika
memproduksi dalam skala besar karena adanya indvisible input.
2. Sharing labor pool, biaya pencarian tenaga kerja menjadi murah, misalnya: di Jakarta
yang banyak terdapat stasiun televisi, perusahaan akan mudah mencari pekerja di

bidang pertelevisian sehingga biaya pencarian tenaga kerja menjadi murah, sedangkan
di Palangkaraya akan susah untuk mencari tenaga kerja di bidang pertelevisian
sehingga biaya pencarian tenaga kerja menjadi lebih mahal.
3. Labor matching, adanya kecocokan antara kebutuhan skill tenaga kerja yang
dibutuhkan perusahaan dengan skill yang dimiliki tenaga kerja yang tersedia sehingga
perusahaan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk training tenaga kerja. Apabila tingkat
labor matching rendah (dengan kata lain skill yang dibutuhkan tidak cocok dengan skill
tenaga kerja yang tersedia) maka perusahaan harus mengadakan training dengan biaya
yang tidak sedikit. Perusahaan bisa mengalami kerugian berarti jika tenaga kerja yang
telah selesai menjalani training memilih untuk keluar atau pindah kerja (pembajakan
tenaga kerja).
4. Knowledge spillover, adanya efek limpahan pengetahuan yang akan menguntungkan
perusahaan. Fenomena ini juga muncul ketika adanya foreign direct investment (FDI),
contohnya: masuknya waralaba siap saji asing di Indonesia menimbulkan knowledge
spillover yang menyebabkan menjamurnya penjual fried chicken dan hamburger.
Selain manfaat, kluster juga menimbulkan biaya bagi perusahaan, yaitu:
1. Biaya oportunitas karena perusahaan harus membagi pasar dengan pesaing (tidak
memiliki pasar eksklusif) sehingga dapat menurunkan penjualan.
2. Perusahaan tidak bisa memperoleh profit margin yang besar.
3. Biaya perusahaan untuk pindah ke kluster mahal.
Akan tetapi, benefit dari kluster hampir selalu lebih besar daripada biaya yang harus
dikeluarkan.
Ada dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu:
1. Localization economies, berkumpulnya industri karena alasan-alasan produksi yang
akan menurunkan biaya produksi dan memudahkan proses produksi.
2. Urbanization economies, berkumpulnya industri mendekati pasar yang besar di daerah
perkotaan.
Kegiatan aglomerasi ini pada akhirnya akan berpengaruh pada urban size. Besarnya ukuran
urban size akan memberikan manfaat-manfaat, antara lain: join labor supply, learning
opportunity, dan social opportunity.

Urban Economics: Pertumbuhan Kota


Suatu kota mengalami pertumbuhan, apabila mengalami peningkatan gaji rata-rata
(average wage) atau pendapatan per kapita dan peningkatan jumlah tenaga kerja. Ada
dua opsi yang menunjukkan pertumbuhan tersebut, yaitu:
1. jumlah tenaga kerja tetap, PDRB meningkat

2. jumlah tenaga kerja meningkat, PDRB meningkat lebih tinggi

Pertumbuhan kota bersumber pada beberapa aspek, yang meliputi:


1. Capital deepening, yaitu peningkatan jumlah kapital per tenaga kerja. Kapital di sini
dapat pula berupa public capital (barang publik, seperti jalan raya, jembatan, dan lainlain).
2. Human capital, berupa knowledge, skill, dan kesehatan. Semua itu diperoleh melalui
proses pendidikan dan pengalaman.
3. Technological progress, ini terkait dengan inovasi dan ide-ide yang membuat suatu
kota bisa tumbuh lebih pesat.
4. Aglomerasi ekonomi, kedekatan secara fisik antarindustri dapat meningkatkan
produktivitas di suatu kota.

Jika ada dua kota yang hampir sama dan salah satu kota memiliki utilitas yang lebih
tinggi (tingkat pendapatan yang berbeda), maka dapat diasumsikan kota tersebut lebih
inovatif. Orang-orang cenderung akan pindah ke kota yang lebih inovatif. Perpindahan
ini baru berhenti saat utilitas kedua kota sama, sebagai konsekuensinya jumlah
penduduk kota yang lebih inovatif akan bertambah.
Pertumbuhan tenaga kerja di suatu kota tergantung pada sektor apa yang berkembang.
Proses ini terdiri dari dua tahap, yaitu:
1. city forming, aktivitas yang membentuk kota
2. city filling, aktivitas pengisian kota (multiplier city employment)

Seperti sudah disebutkan sebelumnya, pertumbuhan kota juga ditandai dengan


meningkatnya jumlah tenaga kerja yang bekerja di kota tersebut. Ada beberapa faktor
mempengaruhi permintaan tenaga kerja, antara lain:
1. permintaan ekspor
2. peningkatan produktivitas tenaga kerja
3. pajak bisnis
4. industrial public services
5. land-use policy

Lalu, adapun beberapa faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja. Faktorfaktor tersebut menentukan pilihan seorang individu untuk masuk ke dalam angkatan
kerja atau tidak, antara lain:

1. besarnya upah (opportunity cost tidak masuk angkatan kerja)


2. kekayaan (wealth)
3. preferensi sektor pekerjaan dan jam kerja

Di negara maju, penawaran tenaga kerja juga dipengaruhi faktor kenyamanan,


residential tax, dan residential public services.

Urban Economics: Pertanahan dan Perumahan


Pertanahan

Di suatu kota, permintaan tanah terus meningkat, sedangkan suplai tanah tidak
bertambah, sehingga harga tanah terus mengalami peningkatan. Ini pula yang
menyebabkan maraknya investasi di sektor properti. Namun, pertumbuhan ekonomi
yang ditopang sektor properti dapat menyebabkan distorsi perekonomian karena hal ini
membuat kredit-kredit perbankan tidak disalurkan ke sektor riil. Hal ini membahayakan
karena investasi di sektor properti (tanah) tidak mampu menyerap banyak tenaga kerja.
Setidaknya ada dua faktor yang mempengaruhi harga tanah, yaitu:
1. Fertilitas tanah, semakin subur tanah, biaya pengolahan yang dibutuhkan semakin
kecil, profit margin yang diperoleh pun semakin tinggi, sehingga harga tanah menjadi
lebih mahal.
2. Aksesibilitas, tanah yang memilki fertilitas sama seharusnya memiliki harga yang
sama, tetapi tanah dengan akses yang lebih bagus akan memiliki harga yang lebih
tinggi.

Suatu daerah akan dipenuhi sektor-sektor yang memberikan penawaran sewa tanah
paling tinggi. Harga tanah yang mahal mendorong pembangunan bangunan bertingkat
(vertikal). Ini merupakan implikasi dari subsititusi faktor produksi, dari land (tanah) ke
capital (bangunan bertingkat). Menarik pula untuk dicermati, bahwa salah satu ciri tanah
yang murah adalah tanah tidak memiliki bangunan bertingkat. Substitusi tanah dengan
bangunan bertingkat ini berdampak pada semakin tingginya penawaran sewa yang
berani ditawarkan karena biaya membangun ke atas lebih rendah daripada
membangun ke samping. Industri cenderung memberikan penawaran sewa yang lebih
rendah ketimbang perkantoran karena industri memerlukan banyak lahan.
Perumahan

Kebanyakan orang cenderung ingin tinggal di dekat tempat kerja mereka sehingga
mereka harus bersaing untuk mendapatkannya dengan harga yang lebih tinggi.
Sebaliknya, lokasi tempat tinggal yang semakin jauh menyebabkan semakin tingginya
commuting cost yang harus ditanggung.

Akan tetapi, harga bahan bakar kendaraan bermotor yang relatif murah dan tersedianya
sarana transportasi komuter menurunkan commuting cost sehingga orang-orang rela
untuk tinggal di daerah pinggiran yang jauh dari tempat kerja. Hal ini juga dikarenakan
semakin tingginya harga perumahan di pusat kota yang berdekatan dengan tempat
kerja. Harga tinggi ini disebabkan perumahan harus bersaing dengan perkantoran dan
industri yang memiliki penawaran sewa lebih tinggi.

Urban Economics: Desentralisasi, Kota Multisentrik, dan Urban Sprawl


Pada kota yang monosentrik, semua aktvitas terkonsentrasi di pusat kota dan kota pun
menjadi semakin penuh sesak. Ini mendorong terjadinya desentralisasi yang kemudian
membentuk kota yang multisentrik. Industri manufaktur akan berpindah dari pusat kota
ke daerah pinggiran. Hal ini dikarenakan:
1. Ekspansi perusahaan manufaktur yang membutuhkan lahan yang luas. Di kota
monosentrik, sektor jasa juga mengalami ekspansi dan menawarkan sewa lahan yang
lebih mahal. Hal ini mendorong berpindahnya industri manufaktur ke pinggiran kota yang
kemudian menarik orang-orang untuk ikut berpindah (people follow firm) dan melakukan
suburbanisasi (perpindahan penduduk dari pusat kota ke daerah pinggiran).
2. Perpindahan pelabuhan/bandara ke daerah pinggiran. Jika industri manufaktur tetap
berada di pusat kota, maka biaya pengangkutan semakin mahal.
3. Urban sprawl yang tinggi. Hal ini menyebabkan semakin besar kecenderungan untuk
membangun ke samping sehingga membutuhkan lahan yang luas (pemborosan lahan).

Lalu, mengapa perusahaan memilih pindah ke daerah pinggiran?


1. Harga tanah lebih murah.
2. Biaya hidup lebih murah (di pusat kota biaya hidup relatif mahal, sehingga perusahaan
harus membayar upah lebih mahal).
3. Pusat kota terlalu crowded sehingga arus orang ke pusat kota terhambat (karena
kemacetan) yang menyebabkan turunnya produktivitas.
4. Mendekati residential area (firm follow people).

Mengapa pula orang memilih pindah ke daerah pinggiran?


1. Pajak yang mahal di pusat kota.
2. Tingkat kriminalitas yang tinggi di pusat kota.
3. Pendidikan berkualitas banyak terletak di daerah pinggiran.

Salah satu pendorong terjadinya desentralisasi dan terbentuknya kota multisentrik


adalah tingkat urban sprawl tinggi. Lalu, apa penyebab tingginya urban sprawl?
1. Biaya transportasi yang underpricing (karena masalah free rider dan eksternalitas
negatif).
2. Adanya subsidi perumahan.
3. Dibangunnya kota satelit (kota mandiri).
4. Zoning (kasus Amerika).
5. Harga bahan bakar kendaraan yang murah.

Konsekuensi positif dari urban sprawl yang tinggi, antara lain: mengurangi kepadatan di
pusat kota, meningkatkan kualitas udara di pusat kota. Sedangkan, konsekuensi
negatifnya adalah lahan pertanian habis sehingga berimbas pada melemahnya
ketahanan pangan nasional.
Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengatasi urban sprawl yang
terlalu cepat, antara lain:
1. mengubah mindset masyarakat,
2. menaikkan biaya pengangkutan riil,
3. menerapkan anti-sprawl policies (urban-growth
memberlakukan tarif IMB yang mahal.

boundaries),

misalnya

dengan

Anda mungkin juga menyukai