1 LAPORAN HASIL KUNJUNGAN QUARRY D (MINING DIVISION) PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, TBK. CITEUREUP BOGOR Andre Derici, NIM. 12210001 Sekolah Tinggi Teknologi Indocement Hari/Tanggal Kunjungan : Kamis, 13 Maret 2014 Lokasi : Quarry D (Penambangan Limestone) Tujuan : Mengetahui lebih lanjut mengenai proses penambangan limestone di Quarry D PENDAHULUAN Pada proses pembuatan semen dari awal hingga menjadi semen yang siap pakai harus melewati tahapan-tahapan seperti penambangan bahan material, penimbangan, pengeringan yang disertai dengan penghancuran bahan material, pembakaran, pendinginan, dan yang terakhir penggilingan akhir yang kemudian disimpan ditempat penampungan yang disebut Silo. Dari semua tahapan ini tahap pertama yang menentukan bagus tidaknya kualitas bahan baku semen, adalah penambangan bahan material, salah satunya penambangan batu kapur (limestone). Didalam penambangan ada beberapa proses yaitu Clearing, Driling, Blasting, Loading, Hauling, Dumping, Crushing, dan Conveying. Di area penambangan quarry d ini 80% dikerjakan oleh mesin yang bekarja secara otomatis. PEMBAHASAN Dalam memenuhi keperluan pembuatan semen, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk membutuhkan bahan baku berupa batu kapur, sandyclay, pasir besi, gypsum dan lain-lain. Dari berberapa bahan baku yang dibutuhkan, terdapat dua macam bahan baku yang ditambang sendiri oleh PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, yakni tambang batu kapur dan sandyclay yang ditambang pada lokasi : Quarry D : untuk batu kapur Hambalang : untuk sandyclay Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 2 Tujuan utama penambangan atau mining adalah menyiapkan bahan baku dengan jumlah tertentu sesuai dengan standar ISO dan K3LL. A. Quarry D Quarry D merupakan tambang batu kapur yang berjarak 6 km dari PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, tepatnya terletak di Desa Lulut dan Leuwikaret. Sebelumnya Quarry A (daerah Basecamp) pernah menjadi tambang batu kapur tapi karena persediaannya yang terbatas, pada tahun 1986 daerah tersebut ditutup kemudian direklamasi. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk sudah mempunyai izin lahan penambangan sebesar 2908 hektar (Quary D,E,C). Luas Quary D yang sudah ditambang sebesar 998 hektar. Untuk berjaga-jaga jikalau persediaan Quarry D menipis, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk mempunyai tambang kapur yang diberi nama Quarry C yang berlokasi di dekat Pabrik Holcim, tapi saat ini tambang tersebut belum dibuka. Jalan menuju pertambangan Quarry D, selain menjadi jalan inspeksi pertambangan juga dibuka untuk jalan umum. Pada Quary D, Blok 2 sebelum di tambang mempunyai 383 ton batu kapur, sesudah ditambang menjadi 250-260 ton. Batu kapur yang berada diantara blok 2 dan 3 kualitasnya kurang bagus, tapi tetap diambil untuk di mixing dengan batu kapur yang kualitasnya bagus.
B. Gudang Handak (Gudang Bahan Peledak) Untuk membantu proses penambangan, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk juga membuat gudang handak sendiri. Gudang handak atau gudang bahan peledak milik PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk meliputi Gudang Alumunium Nitrat dan Gudang Dinamite dan Detonator. Gudang tersebut sudah memiliki izin dan terbagi menjadi: P1 : untuk penggunaan sisa bahan peledak P2 : untuk pembelian bahan peledak P3 : untuk penyimpanan bahan peledak 1. Gudang Alumunium Nitrat Gudang Alumunium Nitrat mempunyai luas 10x15x70 m dengan kapasitas sebesar 250 ton. Penggunaan ANFO perbulannya yakni sekitar 180 ton. Komposisi penggunaan ANFO untuk proses peledakan yaitu 94,5 % Alumunium Nitrat dan 5,5% Fuel Oil (Solar). Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 3 Alumunium Nitrat yang digunakan sebagai bahan peledak dicampurkan dengan Fuel Oil dengan menggunakan alat yang bernama ANFO mixer. Kecepatan pencampuran Aluminum Nitrat dan Fuel Oil dengan alat ANFO mixer yakni 60 ton/jam. ANFO yang sudah tercampur diberi pewarna dengan tujuan untuk mengetahui apakah ANFO sudah tercampur dengan baik. Selanjutnya ANFO yang akan digunakan untuk peledakan dimasukan ke dalam plastik untuk menghindari kontak dengan air (ANFO mudah larut dalam air, sehingga menyebabkan daya ledak berkurang jika terkena air). Berikut merupakan reaksi ANFO jika terkena air : NH 4 NO 4 + H 2 O NH 4 OH + HNO 3
ANFO digunakan sebagai bahan peledak, karena selain harganya murah, ANFO juga dapat menghancurkan batu dengan dengan kekuatan 200 MPa. 2. Gudang Dynamite dan Detonator Gudang dynamite mempunyai kapasitas untuk menampung 30 ton dinamite sedangkan gudang detonator mempunyai kapasitas untuk menampung 16.000 pcs detonator. Dinamite dan detonator disebut bahan peledak primer, karena dinamite dan detonator merupakan bahan pemicu peledakan. Proses peledakan batu kapur dimulai dengan mengisi detonator sebanyak kurang lebih setengah bolpoin, lalu detonator dimasukan ke dalam dinamite, setelah itu diberi arus listrik. Detonator yang telah teraliri alrus listrik akan meledakan dinamite, dinamite juga akan meledakan ANFO dan terjadilah proses peledakan. 1 buah dinamite mempunyai berat 0,2 kg. Komposisi penggunaan dinamite dalam proses peledakan yakni 1-2 % dari bahan peledak. Setiap bulan, PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menghabiskan 2 ton dinamite dan 5000 pcs detonator dan 100.000 m kabel untuk digunakan dalan proses peledakan. Pengambilan bahan peledak di gudang handak dilakukan sesuai prosedur dan dibawah pengawasan polisi, untuk mengantisipasi adanya penyalahgunaan penggunaan bahan peledak. Orang yang biasa melakukan proses peledakan disebut juru ledak. Tidak sembarang orang dapat menjadi juru ledak, biasanya orang tersebut sudah memiliki sertivikat untuk melakukan peledakan. Salah seorang juru ledak di Quarry D bernama Pak Ulum. Setiap pagi sebelum peledakan, beliau bertugas mengecek kondisi lubang ledak sebelum nantinya dipakai untuk dijadikan sebagai tempat peledakan. Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 4 Terdapat parameter yang digunakan untuk menghitung berapa kg bahan peledak yang digunakan untuk meledakan 1 ton batuan yang disebut Blasting Ratio. Hasil dari blasting ratio biasanya sekitar 0,165-0,2 kg/ton terganutng jenis batuannya. Semakin keras batuan maka blasting rationya semakin tinggi dan hasil peledakan (ukuran material) semakin kecil.
C. Ruang Panel T7 & T8 Dahulu terdapat Dumping Man yang bertugas untuk mencatat dump truck yang beroperasi (mencatat waktu dan jenis dump truck), sekarang sudah menggunakan komputer dan terhubung melalui internet sehingga Direksi dapat langsung melihat kondisi crusher secara online. Crusher 7 merupakan impact crusher. Crusher 7 dapat menjadi primary crusher dan sekunder crusher. Primary crusher biasanya digunakan di Plant 7 (dump truck langsung dumping di crusher 7). Sekunder crusher digunakan pada Plant 10 dan Plant 9 karena kandungan Zn masih besar. Kapasitas crusher 7 yaitu 1000 ton/jam dengan output atau keluarannya sebesar 6 cm. Speed crusher bisa manual atau bisa juga automatic. Speed crusher manual di set 60 % untuk semua jenis material (halus, kasar, basah, kering). Speed crusher automatic menyesuaikan material, kalo material kurang bagus maka speednya agak lambat. Temperatur yang tinggi akan menyebabkan mesin mengalami trip (mati). Hal ini dapat disebabkan kekurangan bahan bakar oli atau kondisi bahan bakar oli yang sudah kotor. Setiap hari untuk mengirim 60.000 ton (ke P6A, P6B, P7, P9, P10 dan P11) membutuhkan 4 crusher. Terdapat 2 crusher untuk cadangan jika salah satu dari 4 crusher mengalami kerusakan. Kiln Fuel di Cirebon 1 kiln menggunakan 1 crusher. Setiap pembelian crusher harus memberikan alasan mengenai keuntungan, kerugian, dan waktu pengembalian investasi dari crusher yang akan dibeli. Arti warna dalam proses crusher: Hijau : menandakan crusher sedang beroperasi Merah : menandakan crusher stop Kuning : memandakan crusher sedang dalam perbaikan/repair. Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 5 Crusher 7 terdiri dari rangkaian crusher, belt conveyor sampai ke stacker (pabrik). Untuk awal pengoperasian, bagian awal (stacker) yang lebih dahulu di hidupkan, karena jika crusher yang lebih dahulu di hidupkan, akan terjadi blocking.
D. Alat-Alat yang Membantu dalam Proses Pertambangan Di Quarry D Truk Tiper Truk tiper atau truk titipan perang berasal dari Rusia. Truk ini digunakan untuk mengambil sisa pertambangan di mining. Buldozer Buldozer merupakan alat yang digunakan unruk membersihkan daerah atau bukit yang akan ditambang. Crusher Crusher merupakan alat untuk merreduksi ukuran material. Crusher digerakan oleh motor. Model crusher menyesuaikan lebar belt conveyor. Crusher yang berada pada Quarry D yaitu : -Crusher 3 sudah tidak dipakai lagi. -Crusher 4 merupakan tipe crusher stationer (crusher yang tidak dapat berpindah), crusher 4 masih dipakai dan standby sebagai cadangan. -Crusher 5 -Crusher 7 terdapat pada Plant 7 dan Plant 8. Crusher ini dapat berfungsi sebagai primary crusher dan sekudery crusher. Kapasitasnya 1000 ton/jam -Crusher 8 berupa sekundery crusher -Crusher 9 -Crusher 10 Dump Truck Dump truck merupakan alat yang digunakan untuk mengangkut material dari lokasi peledakan ke alat penghancur. Di Quarry D dump truck mengangkut 60 ton, Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 6 sedangkan di Hambalang mengangkut 30 ton. Drump truck yang ada di Quary D sebanyak kurang lebih 30 buah dan import dari Amerika Serikat (Cartepillar) dan Jepang (Komatsu) Surface Miner Surface miner merupakan alat untuk menambang di permukaan, dapat juga berfungsi untuk menghancurkan dan meratakan permukaan. Output yang dihasilkan alat ini sudah cukup halus sehingga tidak perlu di crusher lagi. Mobil Drilling Merupakan alat untuk membuat lubang ledak. Mobil drilling yang ada di Quary D sebanyak 11 buah. Motor Grader Motor grader digunakan untuk meratakan dan membentuk permukaan jalan. Motor grader drilling yang ada di Quary D sebanyak 2 buah. Loader Loader digunakan sebagai alat pemuat hasil penambangan. Loader yang ada di Quary D sebanyak 11 buah. Compactor Compactor digunakan untuk memadatkan tanah atau material sehingga tercapai tingkat kepadatan yang diinginkan. Compactor yang ada di Quary D sebanyak 2 buah. Bracker Bracker yang ada di Quary D sebanyak 2 buah. Penggunaan bracker dapat diganti dengan bucket elevator, tergantung kondisi materialnya, contoh untuk membuat saluran menggunakan bucket elevator. E. Mining dan Proses Penambangan Batu Kapur Secara singkat, kegiatan utama penambangan batu kapur adalah sebagai berikut :
Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 7 - Pemboran (drilling) Kegiatan ini dilakukan untuk membuat lubang tembak dimana ke dalam lubang ini nantinya akan dimasukkan bahan peledak untuk keperluan peledakan. Hal-hal yang sangat penting untuk diperhatikan dalam pemboran guna menunjang keberhasilan peledakan adalah penenttuan besarnya burden dan spacing. Burden adalah jarak tegak lurus dari lubang bor ke tepi bench, sedangkan spacing adalah jarak antara lubang bor yang satu dengan lainnya sejajar dengan arah bench. Misalnya tinggi benchnya 15m, maka yang dibor ditambah 1m menjadi 16m. 1m tersebut disebut sub drilling. Hal ini dimaksudkan agar permukaan bawah pecah. - Peledakan (Blasting) Kegiatan ini untuk membongkar batu kapur dari batu induknya. Kegiatan ini perlu dilakukan karena pada kenyataannya batu kapur tersebut tidak mampu dibongkar dengan menggunakan peralatan mekanis. Bahan peledak dan perlengkapan peledakan yang paling sering digunakan adalah : a. Dayagel (dinamit), dipakai sebagai bahan peledak. b. ANFO (Amonium Nitrat + Fuel Oil), dipakai sebagai bahan peledak. c. Detonator Listrik, dipakai sebagai pemula ledakan. d. Cable, dipakai untuk menyalurkan arus listrik dari blasting machine ke detonator listrik. e. Blasting ohmmeter, dipakai untuk pengetesan rangkaian peledakan. f. Blasting Machine, dipakai sebagai penyedia arus listrik untuk meledakan detonator listrik. Dalam pengisian bahan peledak, umumnya detonator dan dinamit dimasukkan ke dasar lubang tembak, kemudian diikuti dengan pengisian ANFO, dan yang terakhir lubang tembak tersebut diisi material stemming berupa bubuk yang dihasilkan saat pengeboran. Faktor penting yang akan sangat mempengaruhi besarnya biaya peledakan adalah blasting ratio, presentase pemakaian dinamit dalam bahan peledak dan jenis detonator yang digunakan. Diameter lubang pengeboran di Quary D yaitu 4 inchi dan 5,5 inchi. Untuk diameter 4 inchi, bahan peledak yang digunakan yaitu sebanyak 6 kg sedangkan untuk diameter 5,5 inchi bahan peledak yang digunakan yaitu sebesar 14 kg. Biasanya setiap lubang diberi space 5 meter dengan kedalaman 14 meter (bench 13 meter). Batu kapur yang runcing biasanya kualitasnya bagus. Misal Mining Raw Material. Andre Derici, 12210001 8 - Pemuatan (Loading) Kegiatan ini dimaksudkan untuk memuatkan batu kapur hasil peledakan ke atas alat angkut (loader). - Pengangkutan (Hauling) Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengangkut batu kapur dari lokasi peledakan ke alat penghancur buatan (crusher). Alat angkut yang digunakan adalah dump truck. Dalam kegiatan pemuatan dan pengangkutan, sinkronasi jumlah alat angkut dan alat muat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan agar dapat menekan biaya operasional. - Crushing Kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkecil batuan yang telah diangkut dan dimasukkan ke dalam crusher. Ukurannya disesuaikan dengan permintaan dari Raw Mill atau sesuai dengan standarnya.
F. Bengkel Alat Berat Di daerah Quary D juga terdapat bengkel untuk alat berat seperti dump truck, loader, drilling, dll. Hal ini karena mining sangat bergantung pada alat berat, jadi perlu adanya perbaikan terhadap alat berat agar tidak mengganggu proses pertambangan. Perbaikan alat berat ini dilakukan saat alat berat yang digunakan sudah turun performanya. Perbaikan ban dilakukan setelah 3000 jam. Sedangkan untuk perbaikan menyeluruh (overall) akan memakan waktu sekitar 3-4 bulan. Bahan bakar yang digunakan untuk alat berat yaitu solar. Tahun kemarin, alat berat di Quary D meghabiskan bahan bakar sebanyak 435.000 liter bahan bakar Setiap selesai melakukan perbaikan alat berat harus disertai surat perbaikan agar menjadi bukti apa saja yang sudah diperbaiki dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk alat berat yang rusaknya sudah parah, akan dikumpulkan lalu dilakukan scrap. KESIMPULAN Secara umum, proses atau kegiatan utama penambangan batu kapur di Quarry D meliputi drilling, blasting, loading, hauling, crushing dan conveying. Kegiatan tersebut dilakukan berdasarkan SOP yang telah ditetapkan dan di dukung oleh alat dan bahan serta perlengkapan yang sesuai dengan prosesnya tersebut.