Anda di halaman 1dari 42

i

KATA PENGANTAR


Mutu produk buah merupakan bagian integral dari
subsistem produksi buah-buahan yang tidak dapat
dipisahkan. Produk buah akan mempunyai daya saing
apabila dibarengi dengan adanya standar mutu dan jaminan
mutu terhadap konsumen. Dalam perdagangan dunia,
standar dan jaminan mutu buah merupakan persyaratan
pokok yang harus dipenuhi.
Buku Standar Prosedur Operasional (SPO) Pisang
Barangan Kabupaten Deli Serdang ini memuat keterangan
alur proses budidaya sampai penanganan pasca panen buah
pisang segar yang disusun dengan mengupayakan
mengadopsi konsep dasar HACCP (Hazard Analysis
Critical Control Point) yang disederhanakan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Pusat Kajian
Buah Tropika (PKBT) IPB, Dinas Pertanian Kabupaten
Deli Serdang serta instansi lain yang terkait yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan buku ini.
Kami menyadari sepenuhnya buku ini jauh dari
sempurna maka kami mengharapkan masukan yang
mendukung perbaikan untuk buku ini dikemudian waktu.
Semoga buku ini bermanfaat.

J akarta, Desember 2004
Direktur Tanaman Buah



Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc
ii
DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN................................................... i
STANDAR MUTU PISANG BARANGAN........... ii

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
(SPO)........................................................................ I-1

I. Pemilihan Lokasi ............................................. I-1
II. Penentuan Waktu Tanam................................. II-1
III. Pembersihan (Persiapan Lahan) ...................... III-1
IV. Pengajiran........................................................ IV-1
V. Pembuatan Lubang Tanam.............................. V-1
VI. Penutupan Lubang Tanam............................... VI-1
VII. Penanaman....................................................... VII-1
VIII. Pengairan......................................................... VIII-1
IX. Penjarangan Anakan........................................ IX-1
X. Pemupukan dan Pembumbunan....................... X-1
XI. Sanitasi............................................................. XI-1
XII. Pemotongan J antung Pisang............................ XII-1
XIII. Pembrongsongan............................................. XIII-1
XIV. Penyanggahan.................................................. XIV-1
XV. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu..... XV-1
iii
XVI. Pengaturan J umlah Daun................................. XVI-1
XVII. Penentuan Saat Panen................................... XVII-1
XVIII. Panen............................................................XVIII-1
XIX. Perlakuan Lepas Panen................................... XIX-1
XX. Penyisiran......................................................... XX-1
XXI. Pemeraman....................................................... XXI-1
XXII. Sortasi dan Pengkelasan...............................XXII-1
XXIII. Pengemasan..................................................XXIII-1
XXIV. Transportasi ..................................................XXIV-

DAFTAR PUSTAKA
TIM PENYUSUN


















iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pelubangan Tampak Dari Atas
Gambar 2. Penutupan Lubang Tampak Dari Atas
Gambar 3. Benih Direndam Dalam Larutan Campuran
Trichoderma sp., Air Dan Urea
Gambar 4. Memilih Anakan Yang Akan Dibuang Dan
Menyisakan 2 3 anakan
Gambar 5. Mematikan Anakan Dengan Menuangkan
Sendok Teh Minyak Tanah
Gambar 6. Sanitasi Kebun
Gambar 7. Pembrongsongan Pisang
Gambar 8. Penyanggahan Tandan Buah Dengan
Menggunakan Bambu
Gambar 9. Cara Panen Pisang
Gambar 10. Rak Untuk Menggantung Tandan Pisang
Yang Baru Dipanen
Gambar 11. Rumah Panen Yang Terdiri Dari Rak-rak
Untuk Menggantung Tandan Pisang
Gambar 12. Pengemasan Dengan Menggunakan Kotak
Karton







v
DAFTAR PUSAKA


Badan Pusat Statistik. Data Ekspor Impor. 1996 s/d 1999.
Badan Pusat Satistik (BPS). J akarta.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2001. Informasi
Hortikultura dan Aneka Tanaman. J akarta.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2002. Luas Panen,
Produktivitas dan Produksi Tanaman Sayuran, Buah-
buahan, dan Aneka Tanaman di Indonesia Tahun
2001 (Angka Tetap). J akarta.
Ditjen Bina Produksi Hortikultura. 2003. Standar Prosedur
Operasional (SPO) Pendekatan Sistem J aminan Mutu
Pisang. J akarta.
Hasyim, A., dan Azwana. 2003. Patogenisitas Isolat
Beauveria bassiana (Balsoma) Vuillemin dalam
mengendalikan hama penggerek bonggol pisang,
Cosmopolites sordidus Germar. J urnal Hortikultura
Vol. 13 No. 2, 2003. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Hortikultura. J akarta.
Hasyim, A., Kamisar, dan K. Nakamura. 2003. Mortalitas
Stadis Pradewasa Hama Penggulung Daun Pisang
Erionata thrax (L) yang disebabkan oleh parasitoid.
J urnal Hortikultura Vol. 13 No. 2, 2003. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. J akarta.
Subakti, Hary dan Supriyanto, Budi. 1996. Perbaikan
Teknik Budidaya Pisang. Dalam Pisang. Balai
Penelitian Tanaman Buah.

vi
TIM PENYUSUN
STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
PISANG BARANGAN


Tim Penyusun :
1. Prof. Dr. Ir. Roedhy Poerwanto, MSc
2. Ir. Sri Kuntarsih, MM
3. Dr. Ir. Sobir, MSi
4. Dr. Herdrajat
5. Haposan Simanjuntak, BSc
6. Ir. Atiek Saptiati, MM
7. Indra Husni, STP
8. Apriyanti Roganda, SP

Kontributor :
1. Ir. Daryanto, MM
2. Dr. Suyamto
3. Dr. Ir. Nasril Nasir
4. Dr. Ahsol Hasyim
5. Ir. Ruth Kristina Tarigan
6. Ir. Besman Napitupulu, MSi
7. Ir. Sortha Simatupang, MSi
8. Ir. Maimudin
9. Kelompok Tani Pisang Dalam Deli Serdang



1
PENDAHULUAN

Buah pisang segar merupakan salah satu komoditas
perdagangan internasional. J ejaring perdagangan global
pisang telah berkembang baik, sehingga sepanjang tahun
dapat mensuplai kebutuhan pasar khususnya di negara-
negara sub-tropika.

Usaha agibisnis pisang telah menjadi salah satu
usaha agibisnis andalan dari beberapa negara di Amerika
Selatan misalnya Honduras, Costa Rica, dan Guatemala.
Produknya diekspor ke berbagai negara sub-tropik seperti
Uni Eropa, Amerika Serikat dan J epang. Perusahaan
agibisnis pisang global yang terkenal misalnya Chiquita
International. Dalam perdagangan global, pisang unggulan
saat ini adalah Cavendish, salah satu kelompok AAA.

Indonesia sebagai salah satu negara tropika di
kawasan Asia Tenggara, memiliki keragaman Sumber
Daya Alam (SDA) hayati berbagai varietas pisang seperti
Barangan, Ambon Kuning, Raja Bulu, dan lain-lain; SDA
agroekologi humid-tropic; serta Sumber Daya Manusia
(SDM) petani dan swasta yang cukup besar. Hal ini
menggambarkan peluang yang besar untuk pengembangan
dan peningkatan produksi pisang dengan pola-pola
pengembangan yang terintegasi secara lintas sektoral.

Selama ini pasar pisang dunia didominasi oleh
kultivar Cavendish, padahal di Asia Tenggara dikenal
banyak varietas pisang lainnya yang rasa dan aromanya
lebih baik dari pisang Cavendish. Namun sayangnya
kultivar-kultivar tersebut belum diperkenalkan di pasar
dunia.

2
Diantara jenis pisang yang banyak ditanam di
Indonesia, pisang varietas Barangan memiliki keunggulan
dari mutu (rasa, tekstur, aroma), dan daya simpan. Daerah
sentra produksi pisang barangan adalah provinsi Sumatera
Utara, tersebar di Kabupaten Deli Serdang, Langkat,
Simalungun, Tapanuli Selatan dan Asahan.

STANDAR MUTU PISANG BARANGAN

Standar mutu pisang yang dijadikan acuan untuk
menghasilkan mutu pisang barangan yang baik adalah SNI
(Standar Nasional Indonesia) nomor 01-6153-1999.
Standar Mutu Pisang Barangan adalah sebagai berikut :

Klasifikasi/Penggolongan ukuran

Satuan Persyaratan Spesifikasi Spesifikasi
Persyaratan Besar Sedang Kecil
J umlah
buah/sisir
Buah >16 14 - 15 <14
Panjang buah
terpendek
dalam sisir
Cm >15 10 - 15 <10
Diameter
penampang
buah
Cm >2,5 - 4 >2 2,5 2 - <2,5




Syarat Mutu Pisang Barangan

Karakteristik Satuan Mutu I Mutu II Mutu III
a. Keseragaman % >97 >95 >90
ii
3
kultivar
b. Keseragaman
ukuran
% >95 >90 - 95 >85 - 90
c. Ketuaan buah
%
Tua
(85 90)
Tua
(85 90)
Cukup tua
( <85)
d. Tingkat
kematangan
- - - -
e. Tingkat
kerusakan
fisik/mekanis
% 3 5 >5 - 10
f. Kadar kotoran % 3 5 >5 - 10
g. Kemulusan
kulit
% >97 >95 >90
h. Tingkat
kesegaran
% >97 >95 >90

















STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL PISANG
BARANGAN

iii
4
Nomor
SPO PB I
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Lokasi
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

I. Pemilihan Lokasi

A. Definisi :
Memilih lokasi tanam yang menjamin agar usaha
produksi pisang dapat dioptimalkan dan mencegah
kegagalan proses produksi, serta dapat menghasilkan
buah sesuai dengan mutu yang ditetapkan.

B. Tujuan :
Mendapatkan lahan yang bebas dari penyakit layu
pisang/lahan endemis, subur dengan lapisan top soil
tanah yang cukup tebal dan banyak mengandung
humus dan sesuai untuk memproduksi pisang
Barangan.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
data iklim 10 tahun terakhir, pH meter
Nomor
SPO PB I
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemilihan Lokasi
Halaman
2 / 2
Revisi
..........
I.1
5

E. Fungsi :
a. Data iklim untuk mengetahui tingkat curah hujan
dan suhu udara tahunan di suatu daerah.
b. pH tanah untuk mengukur tingkat keasaman tanah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Menghubungi stasiun meteorologi terdekat untuk
mendapatkan data iklim 10 tahun terakhir.
b. Mengukur pH tanah.

G. Sasaran:
a. Rata-rata pH dari 5 lokasi pengukuran berkisar 5.5 -
7.5.
b. Kelembaban udara antara 80 88 % dengan
intensitas penyinaran matahari antara 40 58 lux
dan temperatur udara harian 22,8
0
C 32,4
0
C.
c. Curah hujan berkisar 1500 - 3800 mm/tahun dengan
6 bulan basah.
d. Tanah bertekstur pasir, tanah aluvial, dan kaya akan
humus.
e. Lahan bebas dari patogen penyebab penyakit layu.



Nomor
SPO PB II
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penentuan Waktu
Tanam
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

II. Penentuan Waktu Tanam

A. Definisi :
I.2
6
Menetapkan waktu tanam yang tepat bagi penanaman
pisang.

B. Tujuan :
Diperoleh waktu penanaman yang menjamin
tumbuhnya benih pisang secara optimum dan dapat
merangsang perkembangan agensia hayati.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
Data iklim 10 tahun terakhir, sejarah lahan pertanaman

E. Fungsi :
a. Data curah iklim untuk mengetahui tingkat curah
hujan dan suhu udara tahunan di suatu daerah
b. Sejarah lahan pertanaman untuk mengetahui sejarah
pertanaman dari lahan yang akan dijadikan lokasi
tanam
Nomor
SPO PB II
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penentuan Waktu
Tanam
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Hubungi kantor meteorogi terdekat untuk
mendapatkan data iklim sepuluh tahun terakhir.
II.1
7
b. Tentukan rata-rata curah hujan bulanan, untuk
mengetahui bulan basah daerah (curah hujan
bulanan>120 mm/bulan).
c. Tetapkan bulan basah di daerah tersebut.

G. Sasaran:
Diketahui awal bulan basah sampai dua bulan
sesudahnya sebagai waktu untuk memulai pengolahan
lahan.















Nomor
SPO PB III
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pembersihan
(Persiapan Lahan)
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

III. Pembersihan

A. Definisi :
II.2
8
Membersihkan lahan dari hal-hal yang dapat
mengganggu pertumbuhan tanaman.

B. Tujuan :
Menyiapkan lahan agar siap untuk ditanami.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
Parang/Golok, cangkul, minyak tanah

E. Fungsi :
a. Parang/Golok digunakan untuk memotong dan
membersihkan semak, pohon kecil, cabang dan
ranting pohon besar yang diperkirakan dapat
menghalangi tanaman muda untuk mendapatkan
sinar matahari.
b. Cangkul digunakan untuk membersihkan tanah dari
rumput dan sisa-sisa semak yang tertinggal, juga
untuk mengolah tanah.

Nomor
SPO PB III
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pembersihan
(Persiapan Lahan)
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

F. Prosedur Pelaksanaan :
III.1
iii
9
a. Bersihkan lahan dari benda-benda yang akan
mengganggu sistem perakaran tanaman maupun
menghambat penyerapan unsur makanan.
b. Buang kotoran-kotoran, daun-daun dan ranting
bekas pangkasan yang dapat menjadi sumber
penularan hama dan penyakit.
c. Penyiapan saluran air atau parit kebun yang bebas
dari rumput, sampah dedaunan serta kayu yang
menyumbat (untuk lokasi yang sistem drainasenya
kurang baik).
d. Setelah digunakan semua peralatan dicuci dan
disimpan.

G. Sasaran:
a. Tersedianya lahan yang siap ditanami.










Nomor
SPO PB IV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengajiran
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

IV. Pengajiran

A. Definisi :
III.2
iii
10
Suatu upaya untuk memperoleh posisi tanam sehingga
diperoleh populasi tanam sesuai dengan standar yang
ditetapkan.

B. Tujuan :
Memperoleh jarak tanam yang menjamin tanaman
dapat tumbuh optimum.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
Institut Pertanian Bogor.

D. Alat dan Bahan :
Ajir, Meteran

E. Fungsi :
a. Ajir (bambu) untuk menandai dan melubangi tanah.
b. Meteran sebagai alat ukur.




Nomor
SPO PB IV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengajiran
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Membuat tanda dengan menggunakan ajir dengan
mengacu pada jarak tanam.
IV.1
iii
11
b. Membuat arah barisan sejajar terbit matahari atau
memotong lereng, dengan jarak 3 - 4 m.
c. Membuat tanda dalam barisan dengan jarak 2 2,5
m.

G. Sasaran :
J arak lubang tanam 2 - 2,5 m (dalam barisan) dan 3 - 4
m (antar barisan).

















Nomor
SPO PB V
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pembuatan
Lubang Tanam
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

V. Pembuatan Lubang Tanam

A. Definisi :
IV.2
iii
12
Suatu upaya untuk membuat perakaran tanaman pisang
dapat menyerap sari makanan dari tanah dengan baik.

B. Tujuan :
Untuk menyediakan tempat/lubang sebagai tempat
berkembangnya perakaran tanaman pisang sehingga
tanaman dapat menyerap sari makanan dari tanah.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil Penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Cangkul, Meteran

E. Fungsi :
a. Cangkul untuk melubangi tanah.
b. Meteran untuk alat ukur.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lubang dibuat dengan ukuran :

Panjang =50 cm, Lebar =50 cm, Dalam =50 cm.
b. Pada saat pelubangan pisahkan tanah lapisan atas
(arah timur/kiri) dan tanah lapisan bawah (arah
barat/kanan).
Nomor
SPO PB V
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pembuatan
Lubang Tanam
Halaman
2 / 2
Revisi
..........
V.1
iii
13
c. Lubang tanam dibiarkan terbuka selama 2 minggu
agar terangin-angin.
d. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.

Lapisan Atas



50 cm Lapisan Bawah
50 cm



Lapisan Atas

Gambar 1. Pelubangan Tampak Dari Atas

G. Sasaran :
Tersedianya lubang tanam yang sesuai dengan ukuran
yang ditentukan.


Nomor
SPO PB VI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penutupan
Lubang Tanam
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

VI. Penutupan Lubang Tanam

A. Definisi :
Menutup lubang tanam sehingga tanaman dapat tumbuh
normal.

V.2
iii
14
B. Tujuan :
Untuk mengembalikan kelembaban tanah ke kondisi
semula.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di kecamatan STM Hilir Kab.
Deli Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara.
c. Hasil penelitian Balai Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi
Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Cangkul, Pupuk kandang, Agens hayati (Trichoderma
sp.)

E. Fungsi :
a. Cangkul untuk mengembalikan tanah ke lubang
tanam.
b. Pupuk kandang untuk pemupukan awal.

Nomor
SPO PB VI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penutupan
Lubang Tanam
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

c. Agens hayati (Trichoderma sp.) untuk
mengendalikan penyakit layu fusarium/layu bakteri.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pada penutupan lubang tanam bila tanah masam
(pH kurang dari 5,5) berikan kapur dolomit
VI.1
iii
15
sebanyak 375 g dicampur dengan 10 kg pupuk
kandang/kompos dan 250 g agens hayati
(Trichoderma sp.).
b. Campurkan Trichorderma sp. dengan pupuk
kandang/kompos dan sebagian tanah, kemudian
dimasukkan ke lubang tanam.
c. Dalam penutupan lubang tanam, tanah bagian atas
(top soil) dimasukkan terlebih dahulu baru disusul
tanah bagian bawah (sub soil).
d. Penutupan lubang tanam dilakukan setelah 2
minggu lubang tanam dibiarkan terbuka.
e. Semua peralatan setelah dipakai dicuci dan
disimpan.
lapisan atas +10 kg pupuk kandang +
375 g kapur dolomit +250 g agens
hayati (Trichoderma sp.)

Lapisan bawah dimasukkan setelah
lapisan atas dimasukkan terlebih dahulu


Gambar 2. Penutupan Lubang Tampak Dari Atas
Nomor
SPO PB VI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penutupan
Lubang Tanam
Halaman
3 / 3
Revisi
..........

G. Sasaran :
Kelembaban tanah di sekitar lubang tanam kembali
seperti semula.





50 cm

VI.2
iii
16





















Nomor
SPO PB VII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penanaman
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

VII. Penanaman

A. Definisi :
Meletakkan benih pada lubang tanam yang telah
dipersiapkan sesuai dengan jarak tanam.

B. Tujuan :
VI.3
iii
17
Untuk memberikan lingkungan yang optimal terhadap
pertumbuhan tanaman sehingga memberikan hasil yang
optimal.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Cangkul, benih

E. Fungsi :
a. Cangkul untuk membuat lubang tanam dan
mengembalikan tanah ke lubang tanam.
b. Benih sebagai bahan dasar tanaman untuk
menghasilkan buah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
Nomor
SPO PB VII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penanaman
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

a. Sebelum dilakukan penanaman, lubang tanam (yang
sudah ditutup/ditimbun) dilubangi kembali
seukuran dengan bonggol benih.
b. Benih dikeluarkan dari polybag dan sebelum
ditanam benih dicelupkan ke dalam larutan
campuran 100 g Trichoderma sp., 10 liter air dan
urea 10 g selama 15 menit.
VII.1
iii
18
c. Benih ditanam sampai sebatas 5 10 cm diatas
pangkal batang.
d. Lubang ditutup kembali dengan tanah galian.
e. Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim
hujan agar terhindar dari kekeringan kecuali
tersedia sistem drainase.
f. J ika sarana irigasi tersedia penanaman dapat
dilakukan kapan saja disesuaikan dengan kebutuhan
pasar.
g. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.








Gambar 3. Benih drendam dalam larutan campuran Trichoderma
sp., air dan urea
Nomor
SPO PB VII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penanaman
Halaman
3 / 3
Revisi
..........

G. Sasaran :
Benih dapat tumbuh dengan optimal





VII.2
iii
19




















Nomor
SPO PB VIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengairan
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

VIII.Pengairan

A. Definisi :
Mengatur ketersediaan air yang cukup untuk
pertumbuhan tanaman.

B. Tujuan :
VII.3

iii
20
Membantu penyediaan air untuk keperluan optimum
pertumbuhan.

C. Validasi :
Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.

D. Alat dan Bahan :
Sistem irigasi dan drainase, air

E. Fungsi :
Sistem irigasi dan drainase untuk membantu proses
pengairan tanaman.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Air yang digunakan untuk penyiraman harus
berkualitas baik, tidak tercemar zat berbahaya dan
limbah pabrik serta bibit penyakit.
b. Drainase dibuat untuk lokasi yang sistem
drainasenya kurang baik.
Nomor
SPO PB VIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pengairan
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

c. Bila hujan tidak turun selama 1 minggu penyiraman
dilakukan dengan menyiram anakan yang masih
muda secara perlahan dan mengenai semua daun
pisang.
d. Pada fase vegetatif, tanaman pisang membutuhkan
air 50 liter/minggu/batang dan untuk tanaman yang
sedang berbuah membutuhkan 200
liter/minggu/batang.
VIII.1
iii
21
e. Pemberian air sebaiknya dilakukan 2x dalam satu
minggu.

G. Sasaran :
Tersedianya air untuk keperluan optimum pertumbuhan.














Nomor
SPO PB IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penjarangan
Anakan
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

IX. Penjarangan Anakan

A. Definisi :
Mematikan sebagian anakan sehingga anakan tidak
terlalu banyak dalam setiap rumpun.

B. Tujuan :
Mengatur jumlah pohon/anakan pisang dalam setiap
rumpun.
VIII.2
iii
22

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Alat pengorek/pisau, minyak tanah

E. Fungsi :
a. Alat pengorek/pisau untuk menghilangkan titik
tumbuh.
b. Minyak tanah untuk disuntikkan/disiramkan pada
titik tumbuh.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Menetapkan posisi anakan yang akan dipelihara.

Nomor
SPO PB IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penjarangan
Anakan
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

b. Kriteria anakan yang dipilih antara lain :
a) Tinggi antara 20 40 cm.
b) Pertumbuhan kuncup daun baik.
c) Pilih anakan yang tumbuh disebelah luar dari
pohon induk.
c. Penjarangan dilakukan setelah pohon induk
berumur 30 minggu dengan menyisakan dalam satu
rumpun sebanyak 2 3 anakan.
IX.1
iii
23
d. Anakan yang dipilih adalah anakan yang berasal
dari pohon induk dengan umur yang berbeda.
e. Cara mematikan anakan dilakukan dengan :
Potong anakan sebatas permukaan tanah, congkel
bagian tengah batang lalu tuangkan 2-3 ml (
sendok teh) minyak tanah.
f. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.












Nomor
SPO PB IX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penjarangan
Anakan
Halaman
3 / 3
Revisi
..........









IX.2
iii
24


Gambar 4. Memilih anakan yang akan dibuang dan menyisakan
2 3 anakan










Gambar 5. Mematikan anakan dengan menuangkan sendok teh
minyak tanah

G. Sasaran :
J umlah anakan setiap rumpun sesuai dengan
rekomendasi (2 3 anakan).
Nomor
SPO PB X
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pemupukan dan
Pembumbunan
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

X. Pemupukan dan Pembumbunan

A. Definisi :
Memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dan
perakaran bisa berkembang lebih baik.

B. Tujuan :
Mendapatkan pertumbuhan tanaman yang optimum,
produksi yang tinggi dan kualitas yang sesuai dengan
IX.3
iii
25
standar yang ditetapkan serta memperkuat pertumbuhan
tanaman pisang.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di kecamatan STM Hilir Kab.
Deli Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) Provinsi Sumatera Utara.
c. Hasil penelitian Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT)
Institut Pertanian Bogor.
d. Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok.

D. Alat dan Bahan :
Pupuk, Cangkul

E. Fungsi :
a. Pupuk untuk menambahkan hara bagi pertumbuhan
tanaman.
Nomor
SPO PB X
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pemupukan dan
Pembumbunan
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

b. Cangkul sebagai alat untuk membumbun tanah bagi
tanaman.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pemupukan I dilakukan satu bulan setelah
penananam dengan pupuk kandang 10 kg per
lubang dan pupuk anorganik (Urea =50 g, SP-36 =
30 g).
X.1
iii
26
b. Pemupukan II & III dilakukan dua dan tiga bulan
setelah penanaman dengan pupuk anorganik (Urea
=50 g, SP-36 =30 g dan KCl =40 g).
c. Pada pemupukan ke IV, berikan campuran pupuk
kandang/kompos susulan sebanyak 10 kg dan 500 g
Trichoderma sp. per rumpun serta Urea =100 g,
KCL =100 g.
d. Pemberian pupuk dilakukan dengan membuat parit
sekeliling rumpun dengan jarak 50 cm dari pohon
yang dilanjutkan dengan tanah bumbunan.
e. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.

G. Sasaran :
Tanaman memperoleh pasokan kebutuhan unsur hara
sesuai dengan yang dibutuhkan.


Nomor
SPO PB XI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Sanitasi
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

XI. Sanitasi

A. Definisi :
Membuang/mencabut dan mematikan gulma yang
tumbuh di sekitar tanaman dan menjaga kebersihan
kebun dari gulma.

B. Tujuan :
X.2
iii
27
- Membersihkan lingkungan sekitar tempat
tumbuhnya tanaman agar tanaman dapat tumbuh
dengan optimal.
- Mengurangi kompetisi hara antara tumbuhan
dengan tanaman pengganggu (gulma).

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) provinsi Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Arit/Sabit, cangkul dan herbisida

E. Fungsi :
a. Arit/Sabit untuk membabat atau memotong gulma
dan daun pisang yang sudah menguning.
b. Cangkul untuk membumbun tanaman.
Nomor
SPO PB XI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Sanitasi
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

c. Herbisida untuk mematikan gulma disekitar
tanaman.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Mencabut/membuang rumput dan tumbuhan
pengganggu dengan membabat rata minimal 100
cm sekeliling tanaman pisang.
b. Penyiangan jangan sampai melukai akar karena bila
akar terluka akan menyebabkan penularan penyakit.
XI.1
III 1
28
c. Memotong daun pisang yang sudah mengering dan
daun yang sudah menguning (rusak/patah) dipotong.
d. Bila memotong pelepah daun yang sudah
menunjukkan gejala serangan penyakit. Daun
dikumpulkan pada satu tempat agar tidak menjadi
sumber infeksi dan dibakar.
e. Herbisida digunakan dengan metode sistemik
(round up) dengan dosis sesuai anjuran pada
kemasan.
f. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.






Nomor
SPO PB XI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Sanitasi
Halaman
3 / 3
Revisi
..........










Gambar 6. Sanitasi Kebun

XI.2
iii
29
G. Sasaran :
Terciptanya lingkungan pertanaman yang bersih dan
kurangnya kompetisi unsur hara.













Nomor
SPO PB XII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pemotongan
J antung Pisang
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XII. Pemotongan Jantung Pisang

A. Definisi :
Memotong jantung pisang setelah sisir terakhir keluar.

B. Tujuan :
- Untuk mengoptimalkan penyerapan unsur hara oleh
bakal buah.
- Mencegah penularan penyakit.

C. Validasi :
XI.3
III 1
30
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) provinsi Sumatera Utara.
c. Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok.

D. Alat dan Bahan :
Pisau/sabit/parang/golok, tangga

E. Fungsi :
a. Pisau digunakan untuk memotong jantung pisang.
b. Tangga untuk alat bantu pemotongan.

F. Prosedur Pelaksanaan :

a. Pemotongan ontong dilakukan bila buah terakhir
yang normal sudah melengkung ke atas.
b. Pemotongan dengan menggunakan pisau dari arah
kanan pada 15 - 20 cm dari sisir terakhir yang
normal.
c. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.

G. Sasaran :
Penyerapan unsur hara pada saat pembentukan buah
optimal.



Nomor
SPO PB XII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pemotongan
J antung Pisang
Halaman
2 / 2
Revisi
..........
XII.1
i
31














Nomor
SPO PB XIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pembrongsongan
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

XIII.Pembrongsongan

A. Definisi :
Membungkus buah sehingga diperoleh buah dengan
permukaan kulit yang mulus.

B. Tujuan :
- Mencegah serangan hama/penyakit pada buah.
- Meningkatkan mutu buah.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir, Kab. Deli
Serdang.
XII.2
III 1
32
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) provinsi Sumatera Utara.
c. Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok.

D. Alat dan Bahan :
Plastik Polyethilene biru (ketebalan 0,03 0,04 mm,
panjang 150 cm dan diameter 85 cm), tangga, alat
pemasang srongsong

E. Fungsi :
a. Plastik Polyethilene biru untuk membungkus buah
sehingga terhindar dari serangan hama.
b. Tangga untuk membantu pembrongsongan pada
tanaman tinggi.
Nomor
SPO PB XIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pembrongsongan
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

c. Alat pemasang srongsong untuk membantu
pemasangan plastik polyethylene pada tandan buah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Pembrongsongan dilakukan pada saat seludang
pisang pertama belum membuka dan jantung pisang
sudah mulai merunduk.
b. Pembrongsongan dilakukan dengan menggunakan
plastik berwarna biru (polyethilene), dengan
mengusahakan agar seludang atas tidak masuk
kedalam plastik srongsong.
c. Plastik dipasang longgar diperhitungkan dengan
besarnya buah yang akan dihasilkan kemudian
ikatkan plastik pada pangkal tandan.
XIII.1
III 1
33
d. Secara berkala dilakukan pemeriksaan untuk
mencegah tersangkutnya seludang yang sudah
terlepas serta penggenangan air pada plastik agar
tidak terjadi pembusukan pada tandan buah.








Nomor
SPO PB XIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pembrongsongan
Halaman
3 / 3
Revisi
..........












Gambar 7. Pembrongsongan Pisang

G. Sasaran :
Buah bebas dari serangan hama dan penyakit dan buah
mulus.
XIII.2
III 1
34












Nomor
SPO PB XIV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penyanggahan
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XIV. Penyanggahan

A. Definisi :
Menyanggah pohon pisang agar tidak roboh.

B. Tujuan :
Membantu agar pohon pisang tidak roboh karena
pertumbuhan tandan buah (tergantung varietas dan
besarnya tandan).

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir, Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPTPH) provinsi
Sumatera Utara.
XIII.3
III 1
35

D. Alat dan Bahan :
Bambu

E. Fungsi :
Bambu untuk menahan pohon agar tidak roboh

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penyanggahan dilakukan dengan menggunakan
bambu.



b. Penyanggahan dengan bambu dipasangkan pada
tandan buah dengan posisi searah dengan tandan
buah dan diikat pada batang pohon.
c. Bambu penyangga tidak boleh mengenai buah
pisang.









Gambar 8. Penyanggahan tandan buah
dengan menggunakan bambu
Nomor
SPO PB XIV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penyanggahan
Halaman
2 / 2
Revisi
..........
XIV.1
III 1
36

G. Sasaran :
Pertumbuhan tandan buah optimal dan batang tidak
roboh.








Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
1 / 21
Revisi
..........

XV. Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu

A. Definisi :
Tindakan yang dilaksanakan untuk mencegah kerugian
pada budidaya tanaman yang diakibatkan oleh OPT
(hama, patogen, dan gulma) dengan cara memadukan
satu atau lebih teknik pengendalian yang dikembangkan
dalam satu kesatuan.

B. Tujuan :
- Mengendalikan OPT untuk menghindari kerugian
ekonomi berupa kehilangan hasil (kuantitas) dan
penurunan mutu (kualitas) produk.
- Menjaga kesehatan manusia dan kelestarian
lingkungan hidup.
XIV.2
III 1
37

C. Validasi :
a. Undang-undang (UU) Nomor 12 tahun 1992
tentang Sistem Budidaya Tanaman.
b. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 tahun 1995
tentang Perlindungan Tanaman.
c. Keputusan Menteri Pertanian Nomor
887/Kpts/OP.210/9/97 tentang Pedoman
Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan.

d. Buku Pedoman Penerapan Pengendalian Hama
Terpadu (J eruk, Mangga, dan Pisang).
e. Hasil penelitian Balai Perlindungan Tanaman
Pangan dan Hortikultura (BPTPH) provinsi
Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
a. Pestisida baik pestisida kimiawi (insektisida,
fungisida, herbisida), biopestisida, dan pestisida
nabati
b. Musuh alami : predator, parasitoid, patogen
(patogen serangga dan antagonis serta patogen
tumbuhan)
c. Air
d. Minyak tanah
e. Deterjen
f. Formalin 48%, alkohol 70%, kloroks 1% (Bayclin),
lysol, kalium permanganat 0.05%
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
2 / 21
Revisi
..........
XV.1
III 1
38
g. Alat aplikator pestisida
h. Ember
i. Pengaduk
j. Takaran (skala cc, ml, dan liter)
k. Kuas
l. Pisau
m. Alat/sarana pelindung : sarung tangan, masker, topi,
sepatu boot, baju lengan panjang


E. Fungsi Bahan dan Alat :
a. Pestisida (pestisida kimiawi, biopestisida, pestisida
nabati) untuk mengendalikan OPT (menurunkan
populasi dan intensitas OPT).
b. Musuh alami untuk pengendalian cara biologi,
untuk menekan perkembangan OPT dan menjaga
keseimbangan ekosistem secara alami.
c. Air sebagai bahan pencampur pestisida dan bahan
pembersih;
d. Alat aplikator pestisida untuk mengaplikasikan
pestisida pada tanaman;
e. Ember untuk mencampur pestisida dan air;
f. Pengaduk untuk mengaduk pestisida dan air;
g. Takaran (gelas ukur) untuk menakar pestisida dan
air (skala cc/ml, dan liter);
h. Kuas untuk mengoleskan bahan pengendalian
(pestisida, kapur tohor, bubur kalifornia, bubur
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
3 / 21
Revisi
..........
XV.2
III 1
39
bordo) pada bagian tanaman yang
terserang/terinfeksi;
i. Minyak tanah untuk membakar sisa-sisa/bagian
tanaman yang terserang OPT;
j. Deterjen untuk mencuci alat aplikator,
mengendalikan hama dan penyakit tertentu, serta
pencampur bahan pestisida nabati;
k. Alkohol 70%, formalin 48%, kloroks 1%
(Bayclin), lysol, kalium permanganat 0.05%
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
4 / 21
Revisi
..........

untuk mencucihamakan (desinfektan) alat-alat
pertanian (pisau, gunting pangkas, gergaji).
l. Pisau, gunting pangkas, gergaji untuk memotong
bagian tanaman yang terserang OPT;
m. Alat pelindung untuk melindungi bagian tubuh dari
cemaran bahan kimiawi (pestisida).

F. Waktu :
a. Pengendalian OPT dilaksanakan setiap waktu,
disesuaikan dengan kondisi serangan OPT dan
fase/stadia tanaman terutama pada stadia kritis.
b. Keputusan tindakan pengendalian dilakukan
berdasarkan pengamatan terutama apabila OPT
dipandang perlu untuk dikendalikan.

G. Prosedur Pelaksanaan :
a. Lakukan pengamatan OPT secara berkala
(seminggu sekali) terhadap OPT utama.
XV.3
III 1
40
b. Kenali dan identifikasi gejala serangan, jenis OPT,
dan musuh alaminya. Untuk mengenali hama atau
penyebab penyakit (bila tersedia) gunakan alat
bantu berupa contoh awetan hama atau gejala
(symptom) dari pada penyakit. Apabila ragu
konsultasi dengan petugas Pengamat Hama dan
Penyakit (PHP)/POPT/Laboratium Pengamatan
Hama

dan Penyakit/Balai Perlindungan Tanaman Pangan
dan Hortikultura (BPTPH).
c. Perkirakan OPT yang perlu diwaspadai dan
dikendalikan.
d. Berikut ini adalah daftar OPT utama yang terdapat
pada setiap fase/stadia pertumbuhan tanaman.

1. PENYAKIT
a. Pengendalian Layu Fusarium (Panama disease)
Penyebab : Fusarium oxysporum f.sp cubense (E.F.
Smith)
i. Gejala :
- Cendawan F. oxysporum menyerang tanaman
melalui akar;
- Daun tua menguning mulai dari pinggiran daun,
tangkai daun patah, layu dan tanaman mati;
- Kadang-kadang lapisan luar dari batang palsu
terbelah mulai dari permukaan tanah;
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
5 / 21
Revisi
..........
XV.4
III 1
41
- Tanaman yang terserang tidak mampu berbuah
atau buahnya tidak terisi;
- J ika pangkal batang dibelah membujur terlihat
garis coklat atau hitam dari pangkal batang ke
atas, melalui jaringan pembuluh pangkal dan
tangkai daun.

ii. Pengendalian :
1) Cara kultur Teknis
- Gunakan benih sehat :
Pastikan benih bukan berasal dari
daerah/kawasan/lokasi serangan atau
rumpun terserang. Gunakan benih dari
kultur jaringan atau benih baru.
Bibit diproses dengan alat-alat steril
(didesinfektan) dengan bahan
desinfektan, misalnya formalin 4-8%,
alkohol 70%, kalium permanganat
0.05%, atau dengan kloroks 1%
(Bayclin).
- Lakukan pemupukan organik (kompos,
pupuk kandang) dicampur dengan agens
hayati Trichoderma sp. atau Gliocladium sp.
dengan cara sebagai berikut:
Pada saat penimbunan lubang tanam:
Campurkan pupuk kandang atau kompos
sebanyak karung (10 kg) dan 250 g
Trichoderma sp. per lubang tanam pada
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
6 / 21
Revisi
..........
XV.5
III 1
42
tanah bagian atas lalu masukkan ke
dalam lubang. Selanjutnya diikuti oleh
tanah bagian bawah. Lakukan
pemadatan dan penyiraman dengan air
secukupnya


kemudian dibiarkan sekurangnya 2
minggu.
Pada saat pemupukan susulan:
Berikan campuran pupuk
kandang/kompos susulan sebanyak 1
karung dan 500 g Trichoderma
sp./rumpun. Pemberian dillakukan
dengan membuat parit sekeliling rumpun
dengan lebar dan dalam 25 cm.
J arak dari rumpun 50 cm.
- Lakukan penjarangan anakan, sisakan
maksimal 2 anakan. (lihat SPO penjarangan
anakan)
- Lakukan pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan inang, misalnya pepaya,
nenas atau jagung.
- Lakukan pengaturan air dengan membuat
sistem drainase agar air dapat terkendali dan
berfungsi optimal bagi tanaman. Lakukan
pembuangan terhadap air yang tergenang
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
7 / 21
Revisi
..........
XV.6
III 1
43
atau penyiraman terhadap tanaman yang
kekurangan air.
- Hindari terjadinya luka pada akar.
- Lakukan sistem pindah tanam setelah 3 kali
panen maksimal 3 tahun.


- Lakukan pembrongsongan buah segera
setelah ontong merunduk. (lihat SPO
pembrongsongan)
- Lakukan pemotongan jantung pisang
(bunga jantan) segera setelah pembentukan
sisir berhenti. (lihat SPO pemotongan
jantung pisang)
- Lakukan pengapuran atau pemberian abu
kapur untuk menaikkan atau menjaga
kestabilan pH tanah.
- Lakukan pengisolasian untuk mencegah
penyebaran patogen pada lahan baru dari
dalam tanah dengan menggunakan arang
sekam, dengan cara membuat parit (untuk
memisahkan lahan baru dengan lahan yang
terserang patogen) sedalam perakaran
(rhizosphere) pisang.
Taburkan arang sekam tinggi parit.
Buat saluran drainase.
Untuk tanaman yang dimatikan dengan
minyak tanah karena sakit, buat parit di
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
8 / 21
Revisi
..........
XV.7
iii
44
sekeliling rumpun dengan jarak 1,5 m
dari tanaman, kemudian taburi arang sekam.
2) Cara fisik/mekanis
- Eradikasi rumpun tanaman terserang sampai
ke akar-akarnya atau segera

matikan tanaman dengan cara
menyuntikkan herbisida sistemik yang
telah terdaftar dan diizinkan oleh Menteri
Pertanian, atau minyak tanah 2-3 ml (1/2
sendok teh)/batang (tergantung pada ukuran
batang semu) pada batang semu dan anakan,
biarkan mengering. Setelah mengering,
bongkar tanaman, dan buang.
3) Cara genetika
- Gunakan varietas pisang tahan penyakit layu
fusarium sesuai dengan kondisi setempat. Di
Indonesia telah diketahui terdapat ras 1, 2
dan 4. Barangan rentan terhadap ras 4.
4) Cara biologi
- Gunakan agens hayati seperti Trichoderma
spp., Gliocladium sp., Chaetamium sp.,
Pseudomonas flurescens, Bacillus subtilis
yang diintroduksi (dicampur) bersama
kompos atau pada benih (100 g/benih).
Aplikasi agens hayati dilakukan setelah
tanam dan diulang secara periodik.
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
9 / 21
Revisi
..........
XV.8
iii

- Perlakukan bibit dengan agens hayati.
Sebelum bibit ditanam bukalah kantong
plastik dari bonggol, lakukan pencelupan
bonggol dengan suspensi/campuran

agens hayati Pf (Pseudomonas
fluorescens) dengan air (perbandingan 1 :
10) selama 15 menit.
5) Cara kimiawi
- Lakukan sterilisasi (disinfektan) semua alat
yang digunakan dengan menggunakan
alkohol 70%, formalin 4-8%, kloroks 1%
(bayclin yang diencerkan 1 : 5), lysol, atau
kalium permanganat 0.05%, atau dicuci
bersih dengan sabun deterjen.
- Injeksi minyak tanah atau herbisida sistemik
pada tanaman sakit dan anakannya sebanyak
2-3 ml (1/2 sendok teh)/tanaman tergantung
ukuran/umur tanaman. Injeksi dapat diulangi
hingga tanaman mati.
- Aplikasi pestisida untuk nematoda
Radopholus similis dan Meloidogyne
(penyebab luka pada akar) dengan
nematisida yang telah terdaftar dan
diizinkan oleh Menteri Pertanian.
Nematisida yang terdaftar dan diizinkan
tahun 2003, misalnya kardusafos 10%,
karbosulfan 3%,
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
10 / 21
Revisi
..........
XV.10
III 1
XV.9
iii

- karbosulfan 5%. Nematisida tersebut
berbentuk ganul (butiran) diaplikasikan
dengan cara

membuat g
men
gapl
ikas
ikan
nematisida. Bekas sarung tangan dibakar
supaya tidak digunakan lagi. Cuci tangan
atau bersihkan tubuh (mandi) dengan air
sabun. Baca dan ikuti petunjuk yang tertera
pada label kemasan pestisida.

b. Pengendalian Layu Bakteri/Moko disease :
Ralstonia solanacearum Yabuuchi
et.al.(Sinonim : Bulkholderia solanacearum
(Smith) Yabuuchi et.al. Pseudomonas
solanacearum (Smith)
Penyebab : Fusarium oxysporum f.sp Cubense (E.F.
Smith)
i. Gejala :
- Timbulnya gejala serangan layu bakteri pada
daun biasanya baru tampak setelah munculnya
tandan buah atau fase generatif;
- Pada awalnya daun muda berubah warna
menjadi kuning. Ibu tulang daun keluar garis

cokl
at
kek
unin
g-
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
11 / 21
Revisi
..........
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
12 / 21
Revisi
..........
XV.11
III 1

kuningan, kemudian dalam waktu satu minggu
semua daun menguning lalu menjadi
coklat;
- Cairan merah ke luar melalui luka pada batang,
adakalanya cairan keluar bersamaan dengan
keluarnya jantung pisang;
- Pada buah gejalanya agak lambat, pada
umumnya saat buah hampir menyelesaikan
proses pemasakan;
- Daging buah menjadi cairan seperti lendir
merah kecoklatan;
- Buah tampak seperti dipanggang, berwarna
kuning coklat, layu dan busuk.
ii. Pengendalian :
1) Cara kultur Teknis
- Pengendalian secara kultur teknis sama
dengan pengendalian Layu Fusarium
(Panama disease).
- Lakukan sanitasi lingkungan dengan cara
membersihkan gulma dari lahan pertanaman
pisang. Daun-daun pisang yang telah kering
dipangkas, kemudian dibakar.
- Hindari pemindahan tanah dan tanaman/sisa
tanaman sakit ke daerah lainnya.


2) Cara fisik/mekanis
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
13 / 21
Revisi
..........
XV.12
III 1

- Pengendalian secara fisik/mekanis sama
dengan pengendalian Layu Fusarium
(Panama disease).
3) Cara biologi
- Pengendalian secara biologi sama dengan
pengendalian Layu Fusarium (Panama
disease).
4) Cara kimiawi
- Lakukan sterilisasi (disinfektan) semua alat
yang digunakan dengan menggunakan
alkohol 70%, kloroks 1% (Bayclin yang
diencerkan 1 : 5), formalin 4-8%, lysol, atau
kalium permanganat 0.05%;
- Aplikasikan pestisida kimiawi yang telah
terdaftar dan diizinkan oleh Menteri
Pertanian, misalnya dazomet 98%.
Aplikasi pestisida untuk nematoda
Radopholus similis dan Meloidogyne (sama
pengaplikasiannya dengan Layu Fusarium
(Panama disease)).

c. Pengendalian Bercak Daun/Sigatoka/Black leaf
streak
Penyebab : Mycosphaerella musicola


i.

Gej
ala :
- P
ada awalnya timbul bintik-bintik kuning pada
tepi daun;
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
14 / 21
Revisi
..........
XV.13
III 1

- Bintik melebar menjadi noda kuning tua
kemerahan sampai kehitaman, sehingga seluruh
helaian daun menjadi kuning;
- Daun menjadi lebih cepat kering dan buah
matang sebelum waktunya;
ii. Pengendalian :
1) Cara kultur teknis
- Lakukan sanitasi sumber infeksi, yaitu daun-
daun mati/sakit dipangkas lalu dibakar.
- Lakukan pemupukan berimbang, sesuai
anjuran setempat.
2) Cara kimiawi
- Aplikasikan pestisida (fungisida) kimiawi
yang telah terdaftar dan diizinkan oleh
Menteri Pertanian tahun 2003, misalnya
hexakonazol 50 g/l, tridemorf 750 g/l,
mankozeb 80%, tebukonazol 250 g/l,
difenokonazol 250 g/l, metil tiofanat 500 g/l,
metil tiofanat 70%, klorota1onil 500 g/l,
klorotalonil 75%, propikonazol 250 g/l.



Cara penggunaan fungisida:
Gunakan alat pelindung pada saat
menggunakan pestisida, yaitu masker,
sarung tangan, topi, sepatu boot, baju lengan
panjang.
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
15 / 21
Revisi
..........
XV.14
III 1

Ambil fungisida, takar sesuai dosis
anjuran dengan menggunakan takaran
gelas;
Takar air sesuai volume anjuran dan
masukkan ke dalam ember;
Campurkan fungisida ke dalam air, aduk
dengan alat pengaduk sampai rata;
Masukkan campuran fungisida dan air
ke dalam alat aplikasi kemudian
semprotkan;
Baca dan ikuti petunjuk penggunaan
fungisida yang tertera pada label
kemasan.

d. Pengendalian Kerdil Pisang/Bunchy top virus
Penyebab : Virus bunchy top
i. Gejala :
- Daun muda tampak baku, tegak, pendek, lebih
sempit, dan tangkainya pendek dari yang
normal;

- D
a
u
n

menguning di sepanjang tepi daun, lalu
mengering. Daun menjadi rapuh dan mudah
patah;
- Tanaman terhambat perturnbuhannya dan daun-
daun membentuk roset pada ujung batang semu.
ii. Pengendalian :
1) Cara kultur Teknis
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
16 / 21
Revisi
..........
XV.15
III 1

- Gunakan benih sehat. J angan mengambil
benih dari tanaman terserang.
- Lakukan sanitasi kebun dengan
membersihkan lahan dari tanaman inang lain,
yaitu Abacca (Musa textilis), Heliconia spp.,
bunga tasbih (Canna spp.)
- Bongkar rumpun tanaman yang sakit sampai
ke akar-akarnya, kemudian dipotong-potong
agar tidak ada tunas yang hidup.
2) Cara biologi
- Gunakan serangga predator Cryptogonus
orbiculus (Coleoptera; Coccinellidae) untuk
mengendalikan serangga penular Pentalonia
nigonervosa (Homoptera : Aphididae).



e. Pengendalian Nematoda Parasit Akar Pisang
Komplek nematoda yang umum menyerang
akar pisang adalah Radopholus similis Cobb.,
beberapa spesies Pratylenchus spp.,
Helicotylenchus multicinctus dan nematoda
bengkak akar, Meloidogyne spp.
i. Gejala :
- Nematoda masuk melalui ujung akar, tetapi R.
Similis dapat masuk melalui semua permukaan
akar dan pindah dari akar ternfeksi menuju
bonggol pisang sehingga menyebabkan luka
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
17 / 21
Revisi
..........
XV.16
III 1

berwarna hitam yang menyebar pada permukaan
bonggol pisang.
- Luka pada akar dan bonggol pisang terinfeksi
masuknya patogen lain seperti Fusarium
oxysporum.
- Bila akar terserang berat, menyebabkan
tanaman mudah roboh (tumbang) terutama pada
fase pengisian buah.
ii. Pengendalian :
- Rotasi tanaman;
- Penggenangan tanah selama beberapa bulan;
- Perlakuan dengan air panas;
- Pengendalian dengan bahan kimia (nematisida)



2. H
A
M
A
a. P
engendalian Kumbang Penggerek Bonggol
Pisang
Penyebab : Cosmopolites sordidus Germar
i. Gejala :
- Tanaman muda (anakan) terlihat layu dan
akhimya mati, sedangkan tanaman yang lebih
tua (lebih besar) akan terhambat
pertumbuhannya dan akhimya akan mudah
roboh jika terkena angin.
- Serangan biasanya dilanjutkan dengan serangan
sekunder oleh cendawan atau bakteri, sehingga
akan mempercepat kematian tanaman pisang.
Pengendalian :
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
18 / 21
Revisi
..........
XV.17

1. Cara kultur Teknis
- Kumbang penggerek dapat bertahan selama
9 bulan lebih pada batang pisang.
Oleh karena itu, lakukan pembersihan sisa-
sisa bagian tanaman pisang dari kebun;
- Lakukan penebangan batang pisang
serendah mungkin. Potong-potong batang
tanaman terserang termasuk bonggolnya
kemudian dikubur.
- Pastikan bahwa benih dari anakan tidak
membawa telur atau larva penggerek;

2) Cara mekanis
- Potong bonggol lalu matikan kumbang yang
terdapat dalam bonggol pisang.
3) Cara biologi
Manfaatkan :
- Predator larva: Plaesius javanicus Er.
(Coleoptera: Histeridae), Hololepta sp.,
Chrysophilus ferrugineus, dan Ceromasra
sphenopori;
- Patogen larva: Metarrhizium sp., Beauvaria
bassiana (Balsamo)
4) Cara kimiawi
- Belum ada insektisida yang terdaftar dan
diizinkan untuk mengendalikan kumbang
penggerek bonggol pisang.

Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
19 / 21
Revisi
..........
XV.18

b. Pengendalian Kumbang Penggerek Batang
Pisang
Penyebab : Odoiporus longicollis
i. Gejala :
- Gejala sama dengan gejala akibat serangan
Kumbang Penggerek Bonggol Pisang.
ii. Pengendalian :
1) Cara kultur Teknis
- Pengendalian secara kultur teknis sama
dengan pengendalian pada Kumbang
Penggerek Bonggol Pisang.

2) C
a
r
a

mekanis
Pengendalian secara kultur teknis sama dengan
pengendalian pada Kumbang Penggerek
Bonggol Pisang.
3) Cara biologi
Manfaatkan :
- Predator larva: Plaesius javanus Er.
(Coleoptera: Histeridae), Hololepta sp.,
Chrysophilus ferrugineus, dan Ceromasra
sphenopori; Chrysophilus ferrugineus, dan
Ceromasra sphenopori;
- Patogen larva: Metarrhizium sp., Beauvaria
bassiana (Balsamo)
4) Cara kimiawi
- Belum ada insektisida yang terdaftar dan
diizinkan untuk mengendalikan kumbang
penggerek batang pisang.
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
20 / 21
Revisi
..........
XV.19
III 1


c. Pengendalian Ulat Penggulung Daun Pisang
Penyebab : Erionata thrax L.
i. Gejala :
- Ulat yang masih muda memotong daun mulai
dari tepi secara miring, lalu menggulung hingga
membentuk tabung kecil;
- Ulat memakan daun di dalam gulungan, apabila
daun di dalam gulungan habis maka

ulat akan pindah dan membentuk
gulungan daun yang lebih besar;
- Pada tingkat serangan tinggi, daun bisa habis
dan tinggal pelepah yang penuh dengan
gulungan daun.
ii. Pengendalian :
1) Cara mekanis
- Potong daun pisang yang tergulung,
kemudian musnahkan/matikan ulat yang ada
di dalamnya.
2) Cara biologi
- Manfaatkan :
Parasitoid telur : Ooncyrtus erionotae Ferr.
(kumbang tabuhan), Agroramatus
Sumatraensis, Anastatus sp, dan Pedobices
erionotae.
Parasitoid larva : Cotesia erionotae Wlk.,
Elasmus Sp., Easinaria sp., Charaps sp.
Nomor
SPO PB XV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengendalian
Hama dan
Penyakit Terpadu
Halaman
21 / 21
Revisi
..........
XV.20
III 1
XV.20
III 1

Parasitoid pupa : Brachymeria larus, B.
Thracis, Theronia zebra-zebra,
Xanthopineple gamsura, serta
Parasitoid lainnya : Agiommatus spp.,
Anastatus sp., Brachymeria sp., dan
Pediobius erionotae.
- Manfaatkan predator, misalnya burung
gagak dan kutilang.

Nomor
SPO PB XVI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengaturan
J umlah Daun
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XVI. Pengaturan Jumlah Daun

A. Definisi :
Memotong daun untuk menjaga ukuran dan
penampakan buah.

B. Tujuan :
Untuk menghasilkan buah dengan ukuran sesuai
standar dan menghindari buah pecah.

C. Validasi :
a. Pengalaman petani di Kec. STM Hilir, Kab. Deli
Serdang.
b. Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian (BPTP) provinsi Sumatera Utara.
c. Balai Penelitian Buah (Balitbu) Solok

D. Alat dan Bahan :
Pisau, galah dan tangga
XV.20
III 1
XV.21
III 1


E. Fungsi :
a. Pisau sebagai alat untuk memotong tangkai
daun/pelepah
b. Galah/tangga sebagai alat bantu untuk memotong
tangkai daun/pelepah yang tinggi.



Nomor
SPO PB XVI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Pengaturan
J umlah Daun
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Hitung terlebih dahulu tangkai daun/pelepah yang
akan ditinggalkan (6 8 daun).
b. Pilih daun yang telah tua atau menguning lalu
potong dengan membentuk sudut 45
o
dan potong
bagian batang yang menjuntai sehingga batang
nampak bersih.
c. Kumpulkan daun yang dipotong pada tempat yang
telah ditentukan, untuk daun yang terserang
penyakit pisahkan ditempat lain untuk di bakar.
d. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.

G. Sasaran :
Buah dengan ukuran yang sesuai standar dan tidak
pecah.



XVI.1
III 1









Nomor
SPO PB XVII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penentuan
Saat Panen
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

XVII.Penentuan Saat Panen

A. Definisi :
Mengamati kondisi fisik dan fisiologis buah.

B. Tujuan :
Untuk menentukan saat panen.

C. Validasi :
Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.

D. Alat dan Bahan :
- Gambar tahap kematangan buah.
- Alat pengukur diameter dan panjang buah.

E. Fungsi :
a. Gambar tahap kematangan buah untuk disamakan
sebagai pembanding kematangan buah.
XVI.2
III 1

b. Alat pengukur diameter dan panjang buah untuk
mengukur buah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Kriteria panen pisang berbeda-beda, tergantung dari
jarak pasar :
Untuk pasar lokal (90% matang), dengan
kriteria :

a. Tepi buah pisang tidak bersudut tetapi rata.
b. Buah tampak berisi.
c. Bunga yang mengering pada ujung buah
mudah dipatahkan.
d. Warna kulit buah dari hijau tua menjadi
hijau muda kekuning-kuningan.
e. Daun bendera pada tanaman sudah
mengering.
f. Pada dataran rendah berkisar 85 100 hari
setelah pembrongsongan, sedangkan di
dataran tinggi dapat mencapai 85 110
hari setelah pembrongsongan (dari muncul
jantung sampai pembrongsongan 3 5
hari).
Untuk pasar antar pulau (70% matang),
dengan kriteria :
a. Tepi buah masih jelas.
b. Warna kulit buah hijau terang.
c. Daun bendera pada tanaman sudah
mengering.
Nomor
SPO PB XVII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penentuan
Saat Panen
Halaman
2 / 3
Revisi
..........
XVII.1
III 1

Untuk pasar Luar Negeri (hampir 75%
matang), dengan kriteria :
a. Tepi buah masih jelas.
b. Warna kulit buah hijau terang.
c. Daun bendera pada tanaman sudah
mengering.

G.

Sasa
ran :
Saat panen yang tepat.






















Nomor
SPO PB XVII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Penentuan
Saat Panen
Halaman
3 / 3
Revisi
..........
XVII.2
III 1





Nomor
SPO PB XVIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Panen
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

XVIII. Panen

A. Definisi :
Pengambilan buah yang sudah menunjukkan ciri (sifat
khusus) matang panen.

B. Tujuan :
Untuk mendapatkan buah segar.

C. Validasi :
Pengalaman petani di Kec. STM Hilir, Kab. Deli
Serdang.

D. Alat dan Bahan :
Parang/golok, Tangga

E. Fungsi :
a. Parang/golok untuk memotong tandan buah.
b. Tangga untuk alat bantu pemanenan pada tanaman
yang tinggi.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Gunakan parang yang tajam dan bersih.
XVII.3
III 1

b. Lakukan pemanenan pisang pada waktu pagi (jam
07.00 10.00) atau sore hari (jam 15.00 17.00)
dalam keadaan cerah. Pemanenan tidak dianjurkan
pada waktu hujan karena dapat
Nomor
SPO PB XVIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Panen
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

meningkatkan serangan busuk buah dalam gudang
penyimpanan.
c. Turunkan kayu atau bambu penyangga tandan
secara perlahan-lahan.
d. Tebang batang pisang setinggi 2/3 dari tinggi
batang agar tandan pisang tidak menyentuh tanah.
e. Raih tandan buah selanjutnya dipotong dengan
golok tajam, dipotong disebelah atas buku tandan
(30 cm diatas sisir pertama).
f. Balikkan segera tandan pisang yakni tangkai tandan
menghadap ke bawah. Tujuannya agar getah yang
keluar dari tangkai tandan tidak menetas pada buah
dan buah tidak tergores oleh tanah.
g. Pada tempat pengumpulan tandan pisang diberi alas
untuk menghindari buah rusak/tergores.









XVIII.1
III 1


Gambar 9. Cara Panen Pisang
Nomor
SPO PB XVIII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Panen
Halaman
3 / 3
Revisi
..........

G. Sasaran :
Buah pisang segar
























XVIII.2
III 1



Nomor
SPO PB XIX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Perlakuan Lepas
Panen
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XIX. Perlakuan Lepas Panen

A. Definisi :
Penyimpanan sementara di rumah panen dengan
fasilitas tempat penggantungan pisang.

B. Tujuan :
Untuk menjaga mutu buah tetap baik, terhindar dari
noda getah dan kerusakan karena gesekan antar tandan.

C. Validasi :
Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Rumah panen, rak gantung

E. Fungsi :
a. Rumah panen untuk menyimpan hasil panen
sementara sebelum dilakukan tindakan pasca panen.
b. Rak untuk menggantung tandan pisang yang baru
dipanen.




XVIII.3
III 1


F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Bawa tandan pisang yang telah dipanen ke rumah
panen dalam keadaan tandan pisang menghadap ke
bawah.
b. Pastikan getah pisang telah habis lalu gantungkan
tandan pisang pada tempat penggantungan untuk
menghindari kerusakan pascapanen pada buah
pisang
c. Usahakan dalam penyimpanan sementara pisang
tidak saling berbenturan.
d. Terhindar dari panas dan hujan.
e. J aga suhu rumah panen (jangan terlalu
lembab)/cukup ventiliasi.











Gambar 10. Rak untuk menggantung tandan pisang yang baru
dipanen


Nomor
SPO PB XIX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Perlakuan Lepas
Panen
Halaman
2 / 3
Revisi
..........
XIX.2
III 1

Nomor
SPO PB XIX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Perlakuan Lepas
Panen
Halaman
3 / 3
Revisi
..........











Gambar 11. Rumah panen yang terdiri dari rak-rak untuk
menggantung tandan pisang

G. Sasaran:
Mutu buah baik dan daya simpan yang panjang.













XIX.3
III 1

Nomor
SPO PB XX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penyisiran
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XX. Penyisiran

A. Definisi :
Proses memisah-misahkan bagian sisir buah

B. Tujuan :
Untuk memudahkan pemeraman, grading, pengemasan,
pengangkutan, dan pemasaran pisang

C. Validasi :
Hasil penelitian Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
(PKBT) Institut Pertanian Bogor

D. Alat dan Bahan :
Pisau/golok

E. Fungsi :
Pisau/golok untuk memotong sisir buah dari tandannya.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Penyisiran dengan menggunakan pisau/golok yang
tajam dengan memotong batang tandan disekitar
sisiran buah.
b. Penyisiran dimulai dari sisir buah yang paling
bawah lalu ke atas.
c. Hindari luka pada buah saat penyisiran (luka irisan)
agar kemulusan buah tetap terjaga.
XX.1
III 1
Nomor
SPO PB XX
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Penyisiran
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

d. Tangkai sisiran diberi daun atau kertas koran, untuk
menghindari getah buah agar tidak
menetes/menempel pada buah.
e. Setelah dipakai semua peralatan dicuci dan
disimpan.

G. Sasaran :
Untuk mempermudah proses pemeraman, grading,
pengemasan, pengangkutan dan pemasaran.



















XX.2
III 1

Nomor
SPO PB XXI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemeraman
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XXI. Pemeraman

A. Definisi :
Proses mematangkan buah.

B. Tujuan :
Untuk mempercepat proses pematangan buah untuk
mencapai standar mutu yang diinginkan.

C. Validasi :
Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang.

D. Alat dan Bahan :
Kantong plastik/karung goni, karbit atau ethrel

E. Fungsi :
a. Kantong plastik untuk membungkus tandan pisang
yang diperam.
b. Karbit atau ethrel untuk menstimulator pematangan
buah.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Masukkan tandan/sisir pisang yang akan diperam
kedalam kantong plastik.
b. Tempatkan karbit (5 gr/kantong) didalam tumpukan
bungkus pisang.
c. Ikat dan tutup rapat dan biarkan selama 24 jam.
XXI.1
III 1

Nomor
SPO PB XXI
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Pemeraman
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

d. Bila menggunakan ethrel celup tandan/sisir selama
30 detik ke dalam larutan ethrel 1.000 ppm (1 cc
ethrel/liter air), kemudian ditiriskan/digantung.

G. Sasaran :
Tingkat kematangan untuk standar yang diinginkan.





















XXI.2
III 1

Nomor
SPO PB XXII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Sortasi dan
Pengkelasan
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XXII. Sortasi dan Pengkelasan

A. Definisi :
Melakukan pemilihan dan pemisahan berdasarkan
kondisi kualitas buah.

B. Tujuan :
Untuk mengelompokkan dalam kelas-kelas yang telah
ditentukan.

C. Validasi :
Pengalaman petani di Kec. STM Hilir Kab. Deli
Serdang

D. Alat dan Bahan :
1. Gambar/poster tingkat kematangan pisang
2. Timbangan

E. Fungsi :
Untuk memilah buah pisang sesuai dengan standar
mutu yang ditetapkan.

F. Prosedur Pelaksanaan :
a. Memilih dan memisahkan antara buah pisang yang
baik dan yang tidak baik, cacat, rusak atau busuk.
b. Kemudian dilakukan pengkelasan/pengelompokan
buah pisang yang
XXII.1
III 1
Nomor
SPO PB XXII
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional
Sortasi dan
Pengkelasan
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

telah disortasi menjadi kelompok kelas sesuai
ukuran besar, kecil, bentuk tingkat kemasakan buah,
berat buah, keseragaman warna.
c. Kelas A : jumlah buah per sisir lebih dari 16 buah
dengan bobot per sisir lebih besar 2,5 kg.
Kelas B : jumlah buah per sisir 14 15 buah dengan
bobot per sisir 2 2,5 kg.
Kelas C : jumlah buah per sisir kurang dari 14 buah
dengan bobot per sisir kurang dari 2 kg.

G. Sasaran :
Pengelompokkan buah sesuai kelas yang ditentukan.













Standar Prosedur
Operasional
Nomor
SPO PB XXIII
Tanggal
Desember 2004
XXII.2
III 1


Pengemasan
Halaman
1 / 3
Revisi
..........

XXIII. Pengemasan

A. Definisi :
Menempatkan pada keranjang/kemasan yang sesuai.

B. Tujuan :
Untuk menjaga buah tidak mengalami penurunan mutu
pada saat pengangkutan atau penyimpanan.

C. Validasi :
Hasil penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian
(BPTP) Sumatera Utara.

D. Alat dan Bahan :
Kotak karton, plastik polietilen (PE) atau jerami/daun
pisang kering yang lunak (serasah)

E. Fungsi :
a. Kotak karton untuk tempat mengemas buah pisang.
b. Plastik polietilen untuk melapisi kotak karton.
c. J erami/daun pisang kering yang lunak (serasah)
untuk penyekat antara buah yang satu dengan yang
lain.

F. Prosedur Pelaksanaan :
Alat kemas berupa kotak karton :
a. Gunakan alat kemas seperti kotak karton.
Standar Prosedur
Operasional
Nomor
SPO PB XXIII
Tanggal
Desember 2004
XXIII.1
III 1


Pengemasan
Halaman
2 / 3
Revisi
..........

b. Alat kemas harus mempunyai lubang celah
untuk pertukaran udara dan pada bagian
dalamnya dilapisi dengan bahan lunak berupa
plastik polietilen.
c. Buah yang sudah dikemas ditempatkan ditempat
yang kering.








Gambar 12. Pengemasan dengan menggunakan
kotak karton

Alat kemas berupa keranjang bambu :
a. Gunakan alat kemas seperti keranjang bambu.
b. Keranjang bambu dilapisi oleh daun pisang
kering (serasah) untuk membatasi antara sisir
atau tandan pisang dengan kemasan agar mutu
buah tetap terjaga.
c. Buah yang sudah dikemas ditempatkan pada
tempat yang kering.


Standar Prosedur
Operasional
Nomor
SPO PB XXIII
Tanggal
Desember 2004
XXIII.2
III 1


Pengemasan
Halaman
3 / 3
Revisi
..........

G. Sasaran :
Mutu buah tetap terjaga.


























XXIII.3
III 1

Nomor
SPO PB XXIV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Transportasi
Halaman
1 / 2
Revisi
..........

XXIV. Transportasi

A. Definisi :
Proses memindahkan buah pisang ke pasar.

B. Tujuan :
Untuk mengangkut buah dari tempat penyimpanan ke
pasar dalam keadaan baik.

C. Alat dan Bahan :
Alat transportasi/ pengangkutan

D. Fungsi :
Alat transportasi/pengangkutan berfungsi untuk
mengangkut buah dari tempat penyimpanan.

E. Prosedur Pelaksanaan :
a. Angkut buah pisang yang sudah dikemas ke
kendaraan atau gerobak pengangkutan.
b. Di dalam pengangkutan, dalam bentuk :
Tandan, letakkan posisi tandan pisang tegak
lurus (posisi tangkai buah menghadap ke
bawah). Bila didalam kemasan lebih dari satu
tandan, antara tandan diberi penyekat serasah.
Sisir, lapisi tiap sisir dengan daun pisang
kering/serasah.
XXIV.1
III 1

Nomor
SPO PB XXIV
Tanggal
Desember 2004
Standar Prosedur
Operasional

Transportasi
Halaman
2 / 2
Revisi
..........

c. Susun kemasan/kotak pisang dalam kendaraan
pengangkut atau dengan memperhatikan kekuatan
kemasan.

F. Sasaran :
Buah sampai di tangan konsumen dalam keadaan baik.






















XXIV.2
III 1

Anda mungkin juga menyukai