A. Pendahuluan Tradisi filsafat Islam yang tidak meninggalkan warisan berbentuk epistemologi, membawa dampak eksistensi epistemologi Islam selalu dipertanyakan. Apakah epistemologi Islam ada atau tidak ada. Jawaban atas pertanyaan ini, masih terdapat silang pendapat diantara para pakar. Disatu pihak menyatakan dengan tegas epistemologi Islam tidak ada, sebab ilmu itu sifatnya netral, tidak memihak salah satu agama. Sedangkan dipihak lain berpendapat, epistemologi Islam ada, paling tidak dalam tahap pencarian bentuknya. 1 Sehingga dengan lahirnya teori Ilmu udhuri yang pertama kali diuraikan dalam filsafat pencerahan !al-Hikamh al-Isyraqiyyah) melalui pemikiran Syihabuddin Suhrawardi adalah merupakan "awaban dari keraguan akan eksistensi epistemologi Islam yang selama ini sedang dipertanyakan, dan sekaligus merupakan petun"uk yang dapat di"adikan pedoman untuk menguak misteri epistemologi Islam yang selama ini masih dalam proses mencari#cari bentuknya. Ilmu udhuri merupakan sebuah bentuk riil dari epistemologi Islam yang mendasarkan sebuah pengetahuan diperoleh dengan kehadiran (al-Ilmu al- Hudhuri) yang mempunyai cara ker"a berbeda dengan pengetahuan melalui konsep atau konseptualisasi (al-Ilmu al-Hushuli). $erdasarkan teori ini para 1 %&pistemologi' (paya )elacak *ebenaran,+ Jurnal Filsafat Universitas Gajah Mada, seri ,1, !)ei 1--./, hlm. ,0. 1 filosof Islam yang mencoba mengkritisi filosof#filosof yang mengembangkan epistemologi mereka seperti *ant, 1ussel, 2ittgenstein, dan lain#lain, tanpa kesadaran akan realitas makna %pengetahuan dengan kehadiran+ atau yang biasa dikenal dengan Ilmu udhuri, karna menurut mereka !filosof Islam/ manusia pada hakikatnya memiliki kesadaran atau pengetahuan yang tidak diperoleh lewat representasi atau data indra melainkan melalui pikiran yang mengetahui sesuatu tanpa representasi !data indrawi/. 3leh karena itu dalam ka"ian ini akan kami "elaskan tentang latar belakang munculnya ilmu udhuri, ciri#ciri dan sumbernya, serta pembahasan#pembahasan lain yang akan membantu memberikan pemahaman tentang ilmu udhuri melalui sumber primer Ilmu Hudhuri, rinsi!-!rinsi! "!istem#l#$i %lam Filsafat Islam sebuah karya dari )ehdi a4iri 5a6di, serta buku#buka skunder yang ada kaitannya dengan pembahasan kali ini. B. Sejarah Munculnya Ilmu Hudhuri Semen"ak 6aman 7lato dan Aristoteles, arus utama tradisi epistemologi memang telah berselisih, khususnya tentang pengetahuan akal manusia. *etidaksamaan ini melahirkan dua "alur yang berbeda secara diametrik. )enurut 7lato, pengetahuan intelektual merupakan refleksi akal pikiran manusia mengenai ob"ek#ob"ek yang unik, sederhana, uni8ersal, tak berubah dan tanpa substansi. Dalam pandangan ini, pengetahuan intelaktual adalah penampakan akal terhadap ob"ek#ob"ek %transenden+. 7engetahuan bisa dianggap sebagai &!erse!si akal' dan bukannya &k#nse!tualisai a(traksi te#ritis akal'. 9ain halnya menurut , Aristoteles. :ilosof terakhir ini menegaskan bahwa tidak ada keidentikan antara %melihat+ dan %mengetahui+. *arena mengetahui tidak akan pernah berarti melihat, "ika tidak ada benda terindai yang bisa dilihat. Singkatnya karena Aristoteles "elas#"elas menolak eksistensi benda#benda yang bisa dicerap di luar fitrah manusia dan terpisah dari besaran#besaran spasiotemporal yang terindai, maka ia tidak setu"u dengan 7lato. Dia menolak pandangan 7lato yang mengatakan bahwa pengetahuan intelektual adalah persepsi akal terhadap ob"ek# ob"ek. , 7erselisihan ini se"ak awal membuat se"arah filsafat melakukan pemeriksaan terhadap konsep pengetahuan melalui dua pendekatan yang berbeda. Seiring perkembangan tradisi filsafat barat, pembagian ini men"adi demikian "elas dan mengesampingkan kesatuan tu"uan akhir kedua mad6hab tersebut, hingga banyak filosof medern kemudian menyimpulkan bahwa filsafat 7latonik dan Aristotelian pada hakikatnya bertentangan secara mutlak. (paya apapun untuk membawa keduanya ke dalam kesatuan yang sistematis akan sia#sia belaka ; <amun, lain halnya dengan filsafat Islam. )enurut a4ri, se"ak awal mula se"arahnya, dalam filsafat Islam telah terdapat kesepakatan untuk menegakkan landasan bersama dari 7lato dan Aristoteles dalam masalah pengetahuan manusia. :usi terhadap pendekatan 7lato dan Aristoteles itu, pada akhirnya membuat filsafat Islam meluas dan menegaskan bahwa kedua pandangan tersebut !7lato dan Aristoteles/ dapat ditegakkan kembali di atas satu landasan ontologis bagi 2 Thohatul =hoir, %&pistemologi Ilmu udhuri Dalam 7andangan )ehdi a4iri 5a6di+, Tesis, program 7asca Sar"ana (I< Sunan *ali"aga 5ogyakarta !,>>?/, hlm. ,?#,.. 3 I(id., hlm. ,0. ; %abstarksi+ maupun %akal+ sehingga semua "enis kesadaran manusia bisa mengalir darinya. ? Sebagaimana diketahui, metode filsafat ini memang telah dirintis oleh kaum <eoplatinis %pagan+ yang bermula dari 7lotinus . dan berakhir pada 7roclus di $arat. )ereka mula#mula menggunakan gagasan %emanasi+ pemahaman dengan kehadiran, dan %pencerahan+, yang semuanya berfungsi sebagai langkah @ langkah menu"u pandangan filsafat mengenai landasan ontologis tertinggi dari semua pengetahuan. Akan tetapi, kaum <eoplatonis pada umumnya tidak menaruh perhatian terhadap masalah dasar tentang' !a/. Apakah ada dasar#dasar eksistensial bagi semua mode pemahaman dan epistemologi manusia atau tidakA. !b/. Adakah landasan bersama bagi semua mode pengetahuan manusiaA. !c/. Adakah landasan bersama bagi penampakan akal 7latonik, pengetahuan abstrak Aristoteles, pengetahuan tentang diri, pengetahuan indrawi, serta pengalaman mistikA. <eoplatonis tidak secara eksplisit mengidentikkan mode primordial pengetahuan dengan keadaan#keadaan eksistensial realitas diri itu sendiri, meskipun ketika men"umpai masalah#masalah mistisme ia menyentuh dasar tersebut dan berbicara tentang se"enis ilmu hudhuri, lebih "auh lagi. Akan tetapi dalam filsafat pencerahan Islam semua langkah ini ada secara nyata, dan men"elaskan apa yang dimaksud dengan ilmu hudhuri. 4 )ehdi a4iri 5a6di, Ilmu Hudhuri, rinsi!-!rinsi! "!istem#l#$i %lam Filsafat Islam, ter". Ahsin )ohamad !$andungB )i6an, 1--?/, hlm. ,C. 5 7lotinus !,>.#,D>/, filosof 5unani, lahir di 9ycopolis )esir, pendiri mad6hab <eoplatonis. $ela"ar filsafat kepada Ammonosius Saccas di AleEandria dan pada usia ?> tahun pergi ke 1oma untuk menga"ar. Ia mengelola prinsip#prisip )a*snya 7lato. Setelah meninggal, muridnya 7orrhyry me# nyusun tulisan#tulisan 7latonius, yang kemudian desebut "neads. 9ihat, Thohatul =hoir, %&pistemologi..., hlm. ,D. ? Adapun puncak per"alanan ilmu hudhuri sebenarnya muncul dimualai dari Ibnu 1usyd yang terdorong ke arah se"enis pengetahuan melalu penyatuan eksistensial dengan substansi#substansi Ilahi yang terpisah, namun dia belum berhasil memberikan pen"elasan yang lengkap mengenai teori ilmu hudhuri. $aru kemudian pen"elasan filosofis mengenai ilmu hudhuri ini muncul pertama kalinya melalui Suhrawardi, 0 <ashir as#Din ath#Thusi !w. 1,D?/ "uga telah memberikan kontribusi penting bagi eksistensi ilmu hudhuri ini dimana ia telah men"elaskan pengetahuan Tuhan tentang Diri#<ya dan pengetahuan#<ya tentang alam yang semua ini sangat erat sekali hubungannya dengan ilmu hudhuri. Semua tokoh ini merintis pen"elasan mengenai ilmu udhuri sebagai pengetahuan yang pada dasarnya %swaob"ektif+. 1intisan inilah yang kelak oleh tokoh seperti )ulla Shadra, dikembangkan lagi dengan corak filsafat yang disebutnya sebagai +shalah al-,ujud !filsafat eksistensi/ lewat metodologi pemikiran metafilsafatnya (al-Hikmah al-Muta.aliyah). (saha )ulla Shadra ini adalah memberikan sebuah makna yang bersifat uni8ok, segera dan primordial pada eksistensi. D 7en"elasan tentang proses historis munculnya cikal bakal ilmu hudhuri diatas telah memberikan pemahaman yang penting bagi kita dalam pemeriksaan konsep ilmu hudhuri. C. Hakikat Ilmu Hudhuri 6 $eliau adalah tokoh illuminasi yang membedakan epistemologinya berdasarkan kon#septualisasi !Ilmu Hushuli) dan ilmu kehadiran !Ilmu Hudhuri). 7 )ehdi a4iri 5a6di, Ilmu..., hlm. ?-#.;. . 7ada hakikatnya pengetahuan dilihat dari proses kemunculannya dalam diri manusia terdiri dari dua macamB 1) 7engetahuan Hudhuri, 5aitu realitas eksistensial yang hadir dalam diri subyek atau diketahui secara kehadiran tanpa perantara apapun 2) 7engetahuan Hushuli, 5aitu gambaran tentang sesuatu yang ditangkap oleh "iwa dengan salah satu dari panca indera eksoterik. 7embagian ini menurut )uhsin 9abib dalam bukunya Men$urai /asa**uf, Irfan dan 0e(atian adalah bersifat deduktif rasional, sehingga tidak akan pernah muncul lagi "enis pengetahuan yang diperoleh tanpa melalui dua "alur tersebut. 9ebih lan"ut dia men"elaskan bahwa Ilmu Hudhuri dalam a"aran tasawuf dikaitkan atau dianggap sama dengan ilmu ladunni, karena pengertian ladunni menurut bahasa adalah %sisi#*u+. )aksudnya, ilmu yang langsung diperoleh dari sisi Tuhan. C Dalam men"elaskan hakekat ilmu hudhuri ini penulis akan men"elaskan pandangan a4iri dalam bukunya Ilmu Hudhuri1 risi!-!rinsi! "!istem#l#$i dalam Filsafat Islam, beliau mengatakan bahwa ada dua "enis pengetahuan, yang antara satu sama lainnya memang benar#benar berbeda. 7ertama, pengetahuan dengan kehadiran !ilmu hudhuri/ dan kedua, pengetahuan dengan korespondensi. )enurut a4iri, pengetahuan dengan kehadiran sesungguhnya adalah "enis pengetahuan yang semua hubungannya berada dalam kerangka dirinya sendiri, sehingga seluruh anatomi gagasan tersebut benar, tanpa implikasi apapun 8 )uhsin 9abib, Men$urai /asa**uf, Irfan dan 0e(atinan, !JakartaB 9entera $asritama, ,>>?/, hlm. 00. 0 terhadap acuan ob"ektif eksternal yang membutuhkan hubungan eksterior. Artinya, hubungan mengetahui, dalam bentuk pengetahua tersebut adalah hubungan swaob"ek tanpa campur tangan koneksi dengan ob"ek eksternal. - Dalam ilmu hudhuri, "enis ob"ek yang esensial dan bersifat imanen dalam pikiran sub"ek yang mengetahui, mutlak bersatu dengan ob"ek ob"ektif. Dalam pengetahuan "enis ini, ob"ek ob"ektif dan ob"ek sub"ektif adalah satu. *arenanya, pengetahuan ini terdiri dari pengertian sederhana tentang ob"ekti8itas yang langsung hadir dalam pikiran sub"ektif yang mengetahui. Dan dengan demikian secara logis tersirat dalam dalam definisi konsepsi pengetahuan itu sendiri. 1> Sedangkan pengetahuan dengan korespondensi adalah "enis pengetahuan yang melibatkan ob"ek ob"ektif maupun ob"ek sub"ektif secara terpisah, dan yang mencakup hubungan korespondensi antara salah satu ob"ek itu dengan yang lain. *orespondensi benar#benar merupakan hubungan dua pihak secara hakiki hingga dapat dikatakan dengan logis bahwa "ika hubungan ini ter"adi, pasti ada kon"ngsi antara ob"ek A, dengan ob"ek lain, $. Seandainya tidak ada ob"ek eksternal, maka tidak akan ada representasinya yang mengakibatkan tidak ada kemungkinan korespondensi. 11 D. Karakteristik Ilmu Hudhuri 9 )ehdi a4iri 5a6di, , Ilmu..., hlm. D0. 10 Thohatul =hoir, "!istem#l#$i..., hlm. ?1#?,. 11 I(id., hlm. ?,. D Seperti halnya ilmu pada umumnya, ilmu hudhuri memiliki ciri#ciri !karakteristik/ tersendiri yang dapat membedakan antara pengetahuan dengan kehadiran dan pengetahuan dengan korespondensi (Ilmu Hushuli). Adapun ciri# ciri pengetahuan dengan kehadiran adalahB ertama2 Adalah "enis pengetahuan yang tidak membutuhkan data indrawi dan ob"ek transitif eksternal, yakni pengetauan dengan kehadiran dicirikan oleh swaob"ekti8itas (self-#(je3t-kn#*led$e) 45 , yang dengan sendirinya di"elaskan oleh bentuk dasar pengetahuan, tanpa memiliki ob"ek fisik eksternal yang berkoresponden dengan ob"ek yang hadir secara esensial. 1; Dalam hal ini a4iri menyatakan bahwa pengetahuan dengan kehadiran berbeda dengan pengetahuan dengan pengenalan yang dikemuakan oleh 1ussell, meskipun memang ada kemiripan diantara keduanya. <amun perbedaan yang mendasar diantara keduanya adalah pengetahuan dengan pengenalannya 1ussell dipeorleh melalui data inderawi dan dicirikan dengan mengambil implikasi korespondensi ob"ek fisik, sedangkan pengetahuan dengan kehadiran adalah pengenalan dengan perasaan dan penginderaan sub"ek secara mutlak bebas dari implikasi apapun, atau bersosialisasi dengan ob"ek eksternal. 1? (ntuk lebih memper"elas pernyataan di atas, a4iri menga"ukan sebuah contoh tentang luka di "ari manusia. Ia mengatakan, adalah suatu kenyataan fisiologis bahwa perasaan seseorang akan luka "arinya tidak lain adalah 12 )erupakan "enis ilmu yang tidak menun"ukkan adanya kontradiksi ketika manusia sampai pada realitas kesadaran ontlogis yang mendasar, dimana kebenaran eksistensi sub"ek yang mengetahui dan kesadaran tersebut bersatu dengan ob"ek yang mengetahui. 9ihat %&pistemologi' (paya..., hlm. ,D. 13 )ehdi a4iri 5a6di, Ilmu..., hlm. D.#DD. 14 I(id., hlm. 1>C. C pengenalannya dengan luka pada "ari itu sendiri, bukan melalui representasi atau data inderawi tentang luka itu. Sedangkan realitas sakit mutlak hadir dalam pikiran atau dalam ebagian dari kuasa mental sub"ek yang menderita yang semuanya itu hadir secara langsung dalam pikirannya. )enurut a4iri, men"elaskan rasa sakit yang sedang dirasakan tidak bisa melalui data inderawi, seperti penampakan kaki yang patah' warnanya, bentuknya, kekerasannya, kehalusannya, dan sebagainya. *arena menurut a4iri, saya bisa melihat dan menyentuh kaki saya yang rusak dari luar dan mengenal data#inderawi yang membentuk penampakan kaki saya, seperti yang dilakukan dokter saya, tetapi pengenalan semacam ini tidak sama dengan pengenalan saya dengan rasa sakit itu sendiri. 1. 0edua2 ciri lain pengetahuan dengan kehadiran adalah kebebasannya dari pembedaan antara pengetahuan dengan %konsepsi+ dan pengetahuan dengan %kepercayaan+. Tidak seperti pengetahuan dengan korespondensi, pengetahuan dengan kehadiran tidak tunduk kepada pembedaan ini. 7embedaan ini mula#mula dibuat oleh Ibnu Sina dalam karyanya %9ogika+ untuk menguraikan definisi demonstrasi dan konfirmasi. 10 15 I(id., hlm. 11>#111. 16 Tampaknya ini adalah pembedaan yang hamper sama dengan yang dibuat oleh sebagian ahli logika modern antara %makna+ dan %nilai kebenaran+. Atas dasar pembedaan ini, sebuah kata atau sebuah kalimat bisa dimengerti tanpa memiliki nilai kebenaran apapun. *alau hanya untuk memperoleh sebuah kata, frase, atau kalimat yang memiliki arti, kita tidak peril melakukan demonstrasi apapun yang membenarkan keyakinan bahwa ia benar. 5ang perlu kita lakukan adalah menyampaikan definisi 8erbal atau logis dari kata, frase, atau kalimat tersebut. Tetapi untuk mengetahui penilaian konfirmatif, kita secara logis diwa"ibkan bersandar pada suatu "ustifikasi bagi keyakinan bahwa ia benar. 9ihat a4iri 5a6di, Ilmu..., hlm.D-#C>. - 0eti$a2 "enis pengetahuan dengan kehadiran memiliki kebebasan dari dualisme kebenaran dan kesalahan. al ini karena esensi pola ilmu kehadiran tidak berkaitan dengan gagasan korespondensi yang berhubungan dengan ob"ek eEternal yang mengakibatkan mempunyai unsur dualisme kebenaran dan kesalahan. 1D 0eem!at2 Ilmu hudhuri termasuk ilmu yang bersifat mistis, yang berarti secara metodologis berkaitan dengan mistisme. )eskipun demikian ia dapat digolongkan sebagai bentuk pengetahuan, karena telah banyak filosof yang sepakat bahwa mistisme adalah suatu kesadaran manusia yang bercorak ne#ti3 !pengetahuan yang diperoleh manusia tanpa perantara indra/. 7engalaman mistik ini merupakan satu bentuk pengetahuan yang merupakan pendekatan lain kesadaran manusia terhadap realitas dunia yang tidak mungkin diperoleh melalui pemikiran dan penalaran, akan tetapi melalui praktek#praktek asketik. 1C )enurut Suhrawardi pengetahuan kita sesungguhnya diterangi oleh prinsip#prinsip dan kekuatan#kekuatan yang terletak di atas dan di balik kita. Seperti ini dapat tersinari !illuminated) sedemikian rupa sehingga kehadiran semua itu tidak bisa dibantah dan tak memberi ruang perbedaan antara konsep dan ob"eknya. 1- Dalam epistemologi Sadra ada lima ciri khas ilmu hudhuri, diantaranyaB ,> 17 I(id., hlm. DD#C0. 18 I(id., hlm. D.#D0. 19 3li8er 9eaman, en$antar Filsafat Islam, 6e(uah endekatan /ematis, !$andungB )i6an, ,>>,/, hlm. C,. 20 Sebagaimana dikutip oleh )uhisn 9abib, Men$urai7, hlm. 0C#0-. 1> 1. ilmu hudhuri tidak berperantara. Dengan demikian ob"ek yang diketahui secara hudhuri adalah ob"ek itu sendiri dengan eksistensinya yang berdimensi intelektual immaterial. 2. pengetahuan ini bebas dari konsepsi !korespondensi/ dan bebas dari assensi !8eri8ikasi/. 3. pengetahuan ini tidak dapat dideskripsikan dan dipindahkan kepada orang lain. 4. pengetahuan ini tidak mengalami kekeliruan dan kesalahan. 5. pengetahuan ini bergantung kepada spiritual subyek. Dari ciri#ciri yang sudah kami paparkan diatas dapat kita simpulkan bahwa sesungguhnya ilmu hudhuri bergantung kepada spiritualitas subyek yang tidak membutuhkan 8erifikasi dan tidak mempunyai ob"ek fisik eksternal yang berkoresponden dengan ob"ek yang bersifat misitis dan langsung hadir dalam pikiran secara esensial sehingga apapun yang ditangkap oleh pikiran secara otomatis akan men"adi sebuah pengetahuan yang hadir tanpa keterpautan dengan dualisme kebenaran dan kesalahan. Dalam pandangan 3li8er leaman, ilmu hudhuri adalah pengetahuan kehadiran, intinya adalah se"enis pengetahuan yang demikian "elas dan sederhanya sehingga mustahil dapat diragukan. (ntuk lebih memudahkan pemahaman akan ilmu hudhuri ini, dapat diketahui ciri#ciri yang mengikat di dalamnya. 5aitu !1/ langsung, yakni begitu perasaan itu hadir, ia langsung terecap 11 oleh benak kita !,/ sederhana, artinya ia tidak terdiri atas bagian#bagian, sehingga untuk men"adi nyata tidak perlu mengumpulkan lebih dulu bagian#bagian itu. ,1
E. Sumber Ilmu Hudhuri Sudah men"adi sebuah ka"ian yang sangat penting dalam tradisi epistemologi, untuk mengetahui sumber#sumber pengetahuannya, oleh karena yang kita bahas kali ini adalah tentang ilmu hudhuri maka bagi kami suatu keniscayaan untuk mengetahui sumber utamanya. *arena sumber pengetahuan sering diartikan sebagai alat pokok untuk mengetahui sesuatu. $agian dari diri seseorang yang dapat memasok pengetahuan itulah yang kita sebut sebgai sumber. Sampai sekarang dikenal ada tiga sumber pengetahuan' indera, akal, dan intuisi, tetapi ada "uga yang menambahnya dengan %otoritas+. ,, 5ang dimaksud dengan otoritas disini bukanlah termasuk bagian dari pada indra, akal, maupun intuisi, melainkan teks#teks agama, kesaksian orang lain maupun fakta#fakta dalam berbagai pengetahuan. $erbicara tentang pengetahuan dengan kehadiran yang mempnyai ciri#ciri yang membedakannya dengan pengetahuhan korespondensi seperti telah dibahas sebelumnya, maka sudah pasti bisa ditebak, sumber pengetahuan mana yang paling bertanggung "awab atau setidaknya mendekati untuk men"adi alat piranti yang dapat memasok pengetahuan. )aka "ika dari awal sudah kita sepakati adanya empat sumber diatas tentunya intuisi yang akan terpilih men"adi sumber pengetahuan melalui kehadiran. ,; Ia adalah hati atau 21 I(id., hlm. C1. 22 Thohatul =hoir, %&pistemologi..., hlm. 0>#01. 23 I(id., hlm. 01. 1, d8auq yang men"adi sumber langsung dalam mencari hubungan mistis dengan Tuhan yang diharapkan pantulan cahaya Ilahi akan membias dihati dan mengantarkan kita kepada perolehan pengetahuan yang tidak terbatas dan tidak terikat, seperti yang telah dianut oleh alirat filsafat illuminasi !isyraq). F. Metodologi Ilmu Hudhuri Satu hal yang tidak bisa ditinggalkan dalam men"elaskan metodologi pengetahuan dengan kehadiran !ilmu udhuri/, adalah keterkaitannya dengan wilayah aplikasi ilmu hudhuri, yaitu pengetahuan tentang diri (self kn#*led$e), pengetahuan manusia tentang Tuhan, pengetahuan Tuhan tentang Diri#<ya, 7engetahuan Tuhan tentang &manasi#<ya, dengan metode yang berbeda#beda. a4iri mengikuti pendapat Suhrawardi tentang self kn#*led$e dengan cara menyadari bahwa dalam alur per"alanan pengetahuan, manusia diharuskan menyadiri realitasnya sendiri, kemudian berlan"ut kepada dunia eksternal. Ada dua cara pembuktian bahwa seseorang benar#benar sadar akan dirinya' ertama, dengan mengetahui sesuatu selain dirinya' 0edua, dengan mengetahui diri sendiri secara langsung melalui proses perenungan. ,? Sebagai puncak ilmu hudhuri, a4iri menyebutkan %peniadaan mistik+ atau dalam bahasa tasawuf sering dikenal dengan fana.. $agi a4iri pengalaman seperti ini sangat dibutuhkan, karena dalam hidup ini, sesungguhnya realitas %keakuan+ selalu terkait dengan %kediaan+ yang keduanya tidak boleh disalingtukarkan. Dalam filsafat pencerahan, "uga dikenal istilah %piramida 24 I(id., hlm. 0;. 1; eksistensi+ dimana ada dua dimensi yang tidak mungkin untuk dicampur adukkan, yaitu dimensi 8ertikal dan horisontal. *arena itu, %peniadaan mistik+ atau fana. di atas adalah merupakan pengunduran diri dari dimensi horisontal menu"u kepada dimensi 8ertikal. ,. Suhrawardi dalam bukunya Hikmat al-Isyraq beliau men"elaskan pandangannya tentang bagaimana pengetahuan dalam perspektif ilmuminasi diperolehA. 9ebih lan"ut beliau men"elaskan bahwa untuk mendapatkannya harus melewati proses yang terdiri dari tiga tangga. Tangga yang pertama adalah akti8itas yang melaluinya filosof mempersiapkan dirinya sendiri bagi pengetahuan illuminasi, suatu "alan hidup tetentu yang harus ia ikuti untuk sampai pada kesiapan menerima %pengalaman+. Tahap kedua adalah tangga illuminasi. Tahap ketiga adalah tahap konstruksi. ,0 Awal tahap pertama ditandai dengan akti8itas#akti8itas seperti mengasingkan diri selama empat puluh hari, berhenti makan daging, dan mempersiapkan diri untuk menerima pancaran#pancaran dari cahaya tuhan. Sedangkan tahap yang kedua adalah tangga illuminasi yang merupakan cahaya Tuhan memasuki wu"ud manusia. =ahaya ini yang akan mengantarkan kita untuk memperoleh pengetahuan yang tak terbatas dan tak terikat, sedangkan tahapan yang ketiga adalah tahap pembangunan suatu ilmu. Dalam tahap ketiga ini, filosof menggunakan analisis diskursif. 7engalaman ditempatkan pada pengu"ian untuk dibuktikan. Ini dilakukan lewat suatu analisis diskursif yang ditu"ukan untuk 25 I(id., hlm. 0?. 26 ossein Fiai, 6uhra*ardi dan Filsafat en$etahuan, en3erahan Ilmu en$etahuan, !$andungB 2acana )ulia, 1--C/, hlm. ;0. 1? membuktikan pengalaman dan membangun suatu sistem tempat pengalaman itu sendiri dapat didudukkan dan 8aliditasnya siap dideduksi, meskipun pengalaman itu sudah berakhir. ,D Dari pen"elasan ini dapat kita simpulkan bahwa tahapa# tahapan yang harus ditempuh untuk mendapatkan pengetahuan melalui kehadiran dengan cara' pempersiapkan diri untuk memperoleh pengetahuan, menerimannya melalui proses isyraq, dan membangun suatu pandangan sistematik mengenainya sehingga hasil#hasil yang didapat melalui proses isyraq dapat di tuangkan kembali melalui kisah#kisah dan tulisan#tulisan. 9ebih lan"ut Suhrawardi men"elaskan bahwa "alan se"ati bagi pencapaian pengetahuan didasarkan pada penalaran diskursif dan intuisi intelektual, pada latiahan formal terhadap pikiran dan "uga pada pembersihan "iwa. )elalui pernyataan ini beliau lebih lan"ut membagi tingkatan orang yang berusaha mendapatkan pengetahuan sesuai dengan usaha pengembangan daya#daya tersebut dalam dirinya men"adi empat kategoriB 1. mereka yang mulai merasa haus atas pengetahuan lalu memasuki "alan pencarian untuk memperolehnya. 2. mereka yang telah memperoleh pengetahuan formal dan menyempurnakan filsafat diskursif tapi masih asing dengan gnosis. Diantara mereka Suhrawardi menyebut nama Ibnu Sina dan al#:arabi. 3. mereka yang tidak peduli atas bentuk#bentuk diskursif pengetahuan sama sekali tapi telah membersihkan "iwanya hingga mencapai intuisi intelektual dan pencerahan batin !iluminasi/, seperi alla", $astami dan Tustari 27 I(id., hlm. ;D. 1. 4. )ereka yang menyempurnakan filsafat diskursif dan "uga memperoleh iluminsai atau gnosis. ,C )enurut Suhrawardi, kategori#kategori ini terdapat hirarki wu"ud#wu"ud spiritual yang samawi atau tak terindera, yang pada gilirannya digunakan oleh "iwa#"iwa manusia untuk mendapat iluminasi dan akhirnya menyatu dengan#<ya. Dan proses puncak dari pengalaman inilah yang sebenarnya disebut dengan ilmu hudhuri, karena pada kenyataannya pengalaman tersebut tidak bisa diungkapkan dengan definisi yang konseptual, ia hadir dan tidak terkatakan. G. imensi !angkauan Ilmu Hudhuri 7engetahuan melalui kehadiran yang merupakan konsep temuan a4iri ini telah menyadarkan banyak orang, bahwa ilmu ini sesungguhnya adalah pengetahuan yang benar#benar hadir dan tidak terpresentasikan sama sekali. 3rang boleh mengira bahwa apa yang ditulis Jalaluddin 1umi dalam bukunya al-Mastna*i, :arid ad#Din Athtar dalam Mantiq ath-/hair, Ibnu GArabi dalam Futuhat al-Makkiah, atau Hha6ali dalam ar-9isalah al-)adunniahnya adalah bagian dari apa yang disebut a4iri sebagai ilmu hudhuri ini. 2alaupun pada dasarnya semua itu lahir dari refleksi pengalaman mistik yang hadir, namun sebenarnya yang dikatakan oleh para sufi di atas bukanlah termasuk ketegori pengetahuan dengan kehadiran, karena ilmu hudhuri tidak bisa terwakili!tidak bisa untuk direpresentasikan/, ia tetap tidak akan terkatakan, dan terkonseptualisasikan dalam definisi yang proposional. 28 Sayyed ossein <asr, /i$a Mad8ha( Filsafat Islam, !5ogyakartaB I1=isoD, ,>>0/, hlm. 110. 10 3leh karena itu a4iri dalam bukunya Ilmu Hudhuri, rinsi!-!rinsi! "!istem#l#$i %lam Filsafat Islam telah memberikan batas "angkauan ilmu dengan kehadiran ini. )enurutnya pengetahuan yang bisa didapatkan melalui kehadiaran diantaranya adalah sebagai berikutB 1. 7engalaman )istik Ada satu tempat dalam buku a4iri yang secara khusus memang membahas mistisme dari sudut pandang epistemologi. Ia mengatakan bahwa dengan keabsahan epistemologi ilmu hudhuri dari sudut pandang filsafat ini, berarti mistisme secara filsafati "uga harus diakui epistemologinya. )enurut a4iri, ada satu inti, semua pengalaman mistik termasuk dalam kategori pengetahuan dengan kehadiran. al ini dikarenakan mistisme dicirikan sama sekali tidak mungkin bersifat representasional dan nonfenomenal. )enurutnya, pengalaman mistik bersifat seluruhnya dicirikan oleh kesadaran yang teratur akan dunia realitas. Ia menghadirkan sesuatu di hadapan kita sebagai kebenaran dunia ini. )istisme terbukti bersifat nonfenomenal, oleh karena itu, tidak ada satupun yang bisa mengakomodasi mestisme kecuali ilmu hudhuri. ,- anya sa"a, a4iri kemudian merasa perlu untuk menspesifikasikan "enis kehadiran yang ia maksud. *arena tidak semua pengalaman mistik masuk dalam ketegori ilmu hudhuri, ada sebagian pengalaman mistik yang bisa terkatakan dan terkonseptualisasikan dalam term#term pengetahuan fenomenal. )enurutnya "enis kehadiran yang dimiliki kesadaran mistik adalah 29 )ehdi a4iri 5a6di, Ilmu..., hlm. 1D?#1D. 1D kehadiran dengan %penyerapan+ yang merupakan sifat esensial pengetahuan mistik. 2. 7engetahuan Tuhan Tentang Diri dan &manasi#<ya. ;> Salah satu wu"ud ilmu hudhuri adalah pengetahuan Tuhan tentang diri dan &manasi#<ya. Dan ketika berbicara tentang pengetahuan Tuhan, a4iri membagi ilmu hudhuri ini men"adi dua bagian' ertama, kehadiran dengan keidentikan' 0edua, kehadiran dengan emanasi. *ehadiran dengan keidentikan dimaksudkan sebagai pengetahuan Tuhan tentang diri#<ya yang tidak mungkin berbeda dengan realitas Diri#<ya kepada Diri#<ya, dan tidak mungkin melalui representasi Diri# <ya kepada Diri#<ya sendiri. Sedangkan kehadiran dengan emanasi dimaksudkan sebagi pengetahuan Tuhan tentang alam semesta yang tidak lain adalah emanasi#<ya sendiri, dimana kehadiran eksistensi Tuhan di alam termanifestasikan dalam pencerahan dan supremasi atas eksistensi emanatif alam semesta. 3. 7engetahuan )anusia Tentang Tuhan ;1 Dalam pembahasan ini terlebih dahulu kita harus memahami tentang konsep %penyerapan+ yang wu"ud !timbul/ melalui proses emanasi. )eskipun pada dasarnya emanasi dan penyerapan secara linguistik berbeda, namun dalam realitasnya adalah satu hal yang sama. Dengan kata lain konsep ini pengetahuan manusia tentang Tuhan adalah karena sesungguhnya Tuhan mengetahui manusia sebagai emanasi#<ya dengan kehadiran !kehadiran emanatif/. )aka sebagai 30 Thohatul =hoir, %&pistemologi..., hlm. 0-#D,. 31 )ehdi a4iri 5a6di, Ilmu..., hlm. ,1.. 1C konsekwensinya, manusia sebagai wu"ud secara otomatis terserap mengetahui Tuhan dengan *ehadiran. <amun, perlu kita perhatikan secara cermat penggambaran tentang konsep emanasi dan penyerapan di atas, bahwa yang dimaksud dengan kehadiran emanatif adalah karena ia memancar dari Tuhan, sedangkan kehadiran dengan penyerapan karena ia mutlak bergantung pada Tuhan. 9ebih lan"ut a4iri men"elaskan tentang pengertian ganda kehadiran, yaitu segala sesuatu yang benar bagi emanasi "uga benar bagi penyerapan, dan apapun yang berlaku pada penyerapan "uga berlaku pada emanasi. Inilah suatu kenyataan yang menurut beliau disebut dengan sebuah kesatuan mistik. )enurut a4iri Tuhan mengetahui melalui kehadiran apa yang telah beremanasi dari Diri#<ya. Artinya, suatu wu"ud emanatif semisal diri, yang keuar dari Tuhan dan terserap dalam cahaya yang melimpah dari 2u"ud#<ya, adalah hadir di dalam Tuhan. *arena itu, Dia mengetahui Diri tidak melalui semacam kehadiran identitas diri seperti Dia mengetahui Diri#<ya sendiri, melainkan dengan kehadiran supresemua masi#<ya atas emanasi yang melimpah sebagai tindak imanen#<ya. Dengan cara ini pulalah diri mengetahui tubuh, ima"inasi, dan fantasinya melalui kehadiran dengan supremasi kasual. Jadi, suatu emanasi hadir dalam supremasi eksistensial sumbernya sendiri' dan begitu "uga, dengan eki8alensi antara emanasi dan penyerapan, yang terserap hadir dalam yang menyerap, yaitu Tuhan. H. Penutup 1- Ilmu hudhuri adalah "enis pengetahuan yang semua hubungannya berada dalam kerangka dirinya sendiri, yaitu ob"ek yang esensial dan bersifat imanen dalam pikiran seub"ek yang mengetahui. 7engetahuan dengan kehadiran ini ditandai oleh keadaan ne#ti3 !pengetahuan yang diperoleh manusia tanpa perantaraan indera/ yang men"adikannya pengetahuan swaob"ek !adalah "enis pengetahuan yang tidak menun"ukkan adanya kontradiksi ketika manusia sampai kepada realitas kesadaran ontologis yang mendasar, dimana kebenaran eksistensi seb"ek yang mengetahui dan kesadaran tersebut bersatu dengan ob"ek yang mengetahui/. )isalnya, pengetahuan kita akan luka luka di "ari, tidak lain adalah pengenalan kita pada luka "ari itu sendiri. 2alaupun tanpa melalui data inderawi kita akan merasakan sakit ketika "ari itu sobek dan terluka, dimana perasaan tersebut hadir secara otomatis dalam pengetahuan kita tanpa mampu untuk kita katakan dalam definisi yang konseptual. Dari sini dapat kita ketahui bahwa pengetahuan dengan kehadiran adalah pengenalan dengan perasaan dan penginderaan sub"ek secara mutlak bebas dari implikasi apapun, atau bersosialisasi dengan ob"ek eksternal. Istilah ilmu hudhuri sendiri pada dasarnya telah diperkenalkan pertama kali oleh Suhrawardi melalui filasafat Illuminasinya, dan kemudian )ehdi mencoba untuk mengaktualkan kembali filsafat tersebut dengan cara menganalisanya lewat trend pemikiran filsafat barat. 3leh karena itu wa"ar "ikalau pemikrannya berbeda dengan pendahulunya. al ini dapat kita ketahui ketika Suhrawardi memberikan syarat bagi yang ingin mendapatkan pengetahuan dengan kehadiran melalui empat tahapan, yakni persiapan, penerimaan, ,> pembentukan konsep dalam pikiran, dan penuangan dalam bentuk tulisan !bacaB metodologi ilmu hudhuri/. Sedangkan apa yang dimaksud oleh Suhrawardi di atas menurut )ehdi bukanlah termasuk pengetahuan melalui kehadiran, melainkan bagian dari pengetahuan melalui korepondensi, karena pengetahuan tersebut mampu untuk di wu"udkan dalam definisi yang konseptual. <amun satu hal yang harus kita ketahui bahwa melalui empat proses tersebut kita akan bisa sampai kepada proses %peniadaan mistik+ atau dalam dunia tasawuf lebih dikenal dengan istilah fana.. Dan apabila kita sudah mencapai puncak dari proses fana. ini, maka hal itu adalah termasuk dalam ketegori ilmu hudhuri yang tetep tidak akan pernah bisa di"elaskan dengan kata#kata. 7engalamannyapun ter"adi secara tiba#tiba yang bersifat non representasional. Di akhir makalah ini kami menyadari banyak kekurangan baik dari sistematika penulisan, maupun esensinya, akan tetapi penulis berharap semoga makalah ini bisa men"adi sebuah pengantar dalam ka"ian ilmu huduri. "#$"% P&S$"K" %&pistemologi' (paya )elacak *ebenaran,+ Jurnal Filsafat Universitas Gajah Mada, seri ,1, !)ei 1--./. =hoir, Thohatul, %&pistemologi Ilmu udhuri Dalam 7andangan )ehdi a4iri 5a6di+, Tesis, program 7asca Sar"ana (I< Sunan *ali"aga 5ogyakarta !,>>?/ ,1 9abib, )uhsin, Men$urai /asa**uf, Irfan dan 0e(atinan, JakartaB 9entera $asritama, ,>>?. 9eaman, 3li8er, en$antar Filsafat Islam, 6e(uah endekatan /ematis, $andungB )i6an, ,>>,. <asr, Sayyed ossein, /i$a Mad8ha( Filsafat Islam, 5ogyakartaB I1=isoD, ,>>0. 5a6di, )ehdi a4iri, Ilmu Hudhuri, rinsi!-!rinsi! "!istem#l#$i %lam Filsafat Islam, ter". Ahsin )ohamad, $andungB )i6an, 1--?. Fiai, ossein, 6uhra*ardi dan Filsafat en$etahuan, en3erahan Ilmu en$etahuan, $andungB 2acana )ulia, 1--C. ,,