Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KIMIA TERPADU

Analisis Kadar MSG dalam Makanan Kemasan




























Disusun oleh :
Fitri Aldina Hollika
M.Arielga Pamungkas
Rafli Rachmawandi
Siti Nurjanah
Yoga Firmansyah

Kelas :
XIII ak 6
1. Judul Percobaan :
Analisis Kualitatif dan Kualitatif MSG pada makanan berkemasan Leo Kripik Kentang

2. Nama Pembimbing :
GANA DARGANA, S.PD.
DRS. OTONG NUGRAHA, M.SI

3. Tanggal Percobaan :
1 Juli 2013
4 Juli 2013
5 Juli 2013

4. Tanggal Laporan :
17 Juli 2013

5. Identitas Sampel :
o Jenis sampel > Padat
o Merk sampel > Cheetos
o Tanggal kadaluarsa > 15 Mei 2014
o Teknik sampling > Grab Sampling

6. Prinsip Percobaan :
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Bebas Air
Zat uji dilarutkan dalam pelarut yang cocok, lalu dititrasi dengan larutan baku HClO4,
menggunakan indkator kristal violet. Pada TA terjadi perubahan warna dari violet menjadi
biru.

o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Kjedhal
Sejumlah tertentu sampel didestruksi dengan menggunakan asam sulfat dan katalis
garam Kjeldahl. Hasil destruksi dinetralkan dengan menggunakan larutan alkali dan melalui
destilasi. Destilat ditampung dalam larutan asam sulfat. Selanjutnya ion- ion sulfat yang
terbentuk dititrasi dengan menggunakan larutan NaOH terhadap indikator Metil merah.

7. Tujuan Percobaan :
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Bebas Air
Dapat menentukan banyaknya % MSG pada sampel makanan Leo Kripik Kentang
melalui metode Titrasi Bebas Air.
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Kjedhal
Dapat menentukan banyaknya % MSG pada sampel makanan Leo Kripik Kentang
melalui metode Titrasi Kjedhal.




8. Dasar Teori :


Monosodium Glutamat (MSG) adalah kristal putih yang biasanya dibuat sebagai
pelengkap bumbu masak atau vetsin agar masakan memiliki cita rasa yang kuat .
Monosodium Glutamat (MSG) , merupakan turunan kimia L-Glutamic acidmonosodium
salt , yang jika di-Indonesia-kan menjadi garam natrium dari asamglutamate(natrium
glutamate atau sodium glutamate). Sodium itu nama lain dari Natrium. Sedangkan
ikatan aslinya adalah asam glutamat atau glutamic acid yang mampu mengikat dua ion
positif. Karena unsur Na hanya memiliki satu valensi,maka masih ada satu unsur asam.
Karena yang diikat baru satu, maka disebut mono, artinya satu. Satu sodium asam
glutamat alias monosodium glutamat disingkat menjadi MSG. Dan rumus kimianya
C5H8NNaO4.Rumus struktur dariMonosodium Glutamat menurut Winarno (1989)
sebagai berikut :



Dari struktur ini terlihat bahwa MSG memiliki satu karbon asimetrik yaitu
karbon empat dari kiri. Karbon tersebut terikat oleh 4 gugus yang saling berbeda
sehingga merupakan bentuk isomer yang aktif. Bentuk garam yang terikat pada karbon
empat dari kiri ini memiliki kekutan membangkitkan atau mempertegas citarasa dari
daging, ikan atau jenis makanan lainnya. Pada zaman dahulu di Cina senyawa
Monosodium Glutamat diproduksi dari rumput laut.



Sekarang senyawa MSG dibuat dan diproduksi dengan menggunakan
bahan mentah gluten dari gandum, jagung, kedelai dan hasil samping dari
pembuatan gula bit atau molase (tetes) gula tebu. Selain itu juga dibuat dari
hasil fermentasi karbohidrat. Tetapi secara komersil MSG diproduksi dari gluten
gandum hasil samping gula bit atau molases. Di Indonesia MSG lebih banyak
dibuat dari molases (tetes).Glutamat biasanya terdapat dalam zat asam amino
yang terdapat pada protein dalam tubuh kita dan pada makanan yang kita
makan. MSG yang dibutuhkan dalam makanan adalah sama halnya dengan
glutamate alami yang terdapat dalam bahan makanan.

Glutamate alami dan bumbu masakan tidak dapat dibedakan oleh analisa
kimia. Sebagai glutamate, mereka selalu ada disetiap makanan. Secara alamiah
glutamate terdapat dalam bahan makanan seperti tomat, jamur, kobis,
keju, ikan laut, daging dan bahkan air susu ibu (yang kadarnya 20 kali lebih tinggi dari
susu sapi).Versi monosodium pada hakikatnya merupakan bentuk glutamat dengan
konsentrasi paling tinggi dan mudah ditangani. Indera pengecap kita bekerja
melalui beberapa reaksi kimia dan fisiologis yang rumit sekali. Bagaimana tepatnya
glutamat beraksi sulit dijabarkan. Akan tetapi ada beberapa gagasan yang dianggap
dapat diterima.

Orang sudah tahu bahwa molekul-molekul dengan citarasa tertentu melekat ke
reseptor dalam sistem pengecap kita dengan lama yang berbeda-beda sebelum
terlepas kembali. Maka salah satu kemungkinan dalam hal ini adalah glutamat
berfungsi memastikan agar molekul-molekul tertentu bisa melekat lebih lama,
dan karena itu memberi rasa lebih kuat. Begitu pula, tidak mustahil glutamat
mempunyai seperangkat reseptor mereka sendiri, terpisah dari resptor-reseptor untuk
empat kelompok rasa yang sudah kita kenal yaitu manis, asam, asin dan pahit.

Perlu diketahui bahwa sesungguh nya MSG atau vetsin bekerja untuk
mengintensifkan,atau menguatkan citarasa tertentu yang sudah ada. Industri makanan
olahan lebih suka menyebutnya potensiator atau penguat citarasa. MSG yang
berbentuk kristal putih ini sebenarnya tidak mempunyai rasa,tetapi mempunyai f ungsi
sebagai penegas cita rasa ( flavor enhancer ) makanan ,terutama dari protein hewani
hewani (daging, ikan, ayam). Glutamat, selain terdapat dalam tubuh, juga mendapat
sumbangan dari bahan makanan yang kita makan seperti keju, telur, daging, ikan,
ayam, susu,kentang, tomat, brokoli, jamur,anggur. Jadi, penambahan MSG pada makan
an sebenarnya hanya untuk menyenangkn atau memanjakan lidah dan otak kita kita
dengan kelezatan makanan.

PENENTUAN MSG(MONOSODIUM GLUTAMAT)DENGAN METODE KJELDAHL
MSG (monosodium glutamat) atau mononatrium glutamat adalah garam sodium dari
asam glutamat. Asam glutamat adalah suatu asam amino yang merupakan salah satu
komponen penting protein yang dibutuhkan tubuh kita. Secara alami asam glutamat
terdapat dalam makanan kita sehari-hari seperti daging, ikan, telur, susu (termasuk ASI),
keju, tomat dan berbagai macam sayuran.
Glutamat adalah salah satu dari 20 asam amino penyusun protein. Sebagai asam amino,
glutamat termasuk dalam kelompok non esensial, yang artinya tubuh mampu
memproduksi sendiri. Glutamat ada di setiap mahluk hidup baik dalam bentuk terikat
maupun bebas. Glutamat yang masih terikat dengan asam amino lain sebagai protein
tidak memiliki rasa. Hanya jika glutamat yang dalam bentuk bebas memiliki rasa umami
(gurih). Dengan demikian, semakin tinggi kandungan glutamat bebas dalam suatu
makanan, semakin kuat rasa Umaminya. Kadar glutamat dalam makanan bervariasi
tergantung dari macam makanan, kondisi makanan (mentah atau matang) dan proses
pengolahannya.
Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan nitrogen total
pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen. Sampel didestruksi
dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator yang sesuai sehingga akan
menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan dengan alkali kuat, amonia yang
terbentuk disuling uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan
secara titrasi. Metode ini telah banyak mengalami modifikasi. Metode ini cocok
digunakan secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi
yang sedikit dan waktu analisa yang pendek.
Cara Kjeldahl digunakan untuk menganalisis kadar protein kasar dalam bahan makanan
secara tidak langsung, karena yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya.
Dengan mengalikan hasil analisis tersebut dengan angka konversi 6,25, diperoleh nilai
protein dalam bahan makanan itu. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum
albumin yang biasanya mengandung 16% nitrogen. Prinsip cara analisis Kjeldahl adalah
sebagai berikut: mula-mula bahan didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan
katalis selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung dan dititrasi
dengan bantuan indikator.
Cara Kjeldahl pada umumnya dapat dibedakan atas dua cara, yaitu cara makro dan
semimakro. Cara makro Kjeldahl digunakan untuk contoh yang sukar dihomogenisasi
dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldahl dirancang untuk contoh ukuran kecil
yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil
baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak
terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina,
pirimidina, vitamin-vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis
dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan
dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan.
Analisa protein cara Kjeldahl pada dasarnya dapat dibagi menjadi tiga tahapan yaitu
proses destruksi, proses destilasi dan tahap titrasi.

1. Tahap destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi destruksi
menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO, CO2 dan
H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH4)2SO4. Untuk
mempercepat proses destruksi sering ditambahkan katalisator berupa campuran
Na2SO4 dan HgO (20:1). Gunning menganjurkan menggunakan K2SO4 atau CuSO4.
Dengan penambahan katalisator tersebut titk didih asam sulfat akan dipertinggi
sehingga destruksi berjalan lebih cepat. Selain katalisator yang telah disebutkan tadi,
kadang-kadang juga diberikan Selenium. Selenium dapat mempercepat proses oksidasi
karena zat tersebut selain menaikkan titik didih juga mudah mengadakan perubahan
dari valensi tinggi ke valensi rendah atau sebaliknya.

2. Tahap destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat dipecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan dipanaskan. Agar supaya selama destilasi tidak
terjadi superheating ataupun pemercikan cairan atau timbulnya gelembung gas yang
besar maka dapat ditambahkan logam zink (Zn). Ammonia yang dibebaskan selanjutnya
akan ditangkap oleh asam khlorida atau asam borat 4 % dalam jumlah yang berlebihan.
Agar supaya kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung tabung
destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam dalam
keadaan berlebihan maka diberi indikator misalnya BCG + MR atau PP.

3. Tahap titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam khlorida maka sisa asam khorida yang
bereaksi dengan ammonia dititrasi dengan NaOH standar (0,1 N). Akhir titrasi ditandai
dengan tepat perubahan warna larutan menjadi merah muda dan tidak hilang selama 30
detik bila menggunakan indikator PP.
%N = N. NaOH 14,008 100%
Apabila penampung destilasi digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam khlorida
0,1 N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
larutan dari biru menjadi merah muda.
Setelah diperoleh %N, selanjutnya dihitung kadar proteinnya dengan mengalikan suatu
faktor. Besarnya faktor perkalian N menjadi protein ini tergantung pada persentase N
yang menyusun protein dalam suatu bahan.

TITRASI BEBAS AIR
Dalam penitrasian bebas air, indikator bereaksi dengan H+ atau melepaskan H+,
masing-masing disertai dengan terjadinya perubahan warna. Perubahan warna sangat
tergantung dari jenis sampel. Oleh karena itu, pemilihan indikator secara empiris, yaitu
menggunkan potensiometer bersama-sama dengan indikator visual yang diselidiki. Indkator
yang diplih adalah yang memperlihatkan perubahan warna yang tajam dekat dengan titik
ekuivalen. Untuk titrasi basa lemah dan garam-garamnya dapat digunakan crystal violet,
methyl-rosaniline chloridee, quanalfine red, naphtholbenzein dan malchite green. Untuk
basa-basa yang realtif lebih kuat dapat digunakan methyl red, methyl orange, dan thymol
blue(Harmita,2006).

Reaksi yang terjadi pada titrasi bebas air dapat diterangkan dengan konsep dari Bronsted
dan Lowry, yaitu bahwa asam adalah pemberi proton (proton donor) sedangkan basa adalah
penerima proton (Proton acceptor) (Harmita, 2006).

Maka akan terdapat konsentrasi yang lebih besar dari proton yang tersolvasi dalam pelarut
tersebut. Jadi, bisa terlihat bahwa jika HB itu asam lemah untuk dititrasi dengan layak
larutan berair, jika dapat meningkatkan keasamannya dan juga titrabilitasnya dengan
memilih pelarut yang lebih basa dari air (Underwood, 1993).

Pada pelarut asam lemah dan basa lemah dalam lingkungan bebas air harus diperhatikan
pengaruh pelarut bukan air terhadap tetapan ionisasi, tetapan dissosiasi, tetapan asam asam
dan basa senyawa yang hendak dititrasi. Yang tidak kalah penting adalah pengaruh
konstanta dialetrik pada reaksi protolisis pada pelarut bukan air (Wunas, 1986).

Titrasi bebas air atau titrasi non-Aqua adalah titrasi yang menggunakan pelarut organik
sebagai pengganti air. Dengan pelarut organik tertentu, kekuatan asam atau basa lemah
dapat diperbesar sehingga memungkinkan suatu titrasi yang tidak memuaskan dalam
pelarut air. Dibidang farmasi teknik kini banyak dipakai karena banyak obat bersifat asam
atau basa lemah yang suka larut dalam air. Dengan pemilih pelarut yang tepat, penetapan
kadar dari komponen campuran asam atau basa juga dimungkinkan. Teori asam-basa dari
arrhenius ternyata tidak berhasil menjelaskan sifat karakteristik dari asam dan basa dalam
pelarut organik. Dalam hal ini, teori yang umum telah dikemukakan oleh bronsted. Menurut
teori ini, asam adalah pemberi proton, sedangkan basa adalah penerima proton (Anonim,
2012).

Dalam pemilihan pelarut, ada tiga hal yang harus diperhatikan, yaitu sifat asam-basa dari
pelarut. Untuk menitrasi basa lemah, maka dipilih pelarut yang lebih bersifat asam dan
demikian pula sebaliknya. Misalnya, pada titrasi basa lemah, asam asetat lebih baik daripada
air, Tetapan dan autoprotolisis serta Tetapan dielektrik. Asam perklorat sejauh ini
merupakan asam yang telah luas digunakan untuk titrasi basa lemah, karen asam ini adalah
asam yang sangat kuat yang sangat mudah didapat. Basa lemah dititrasi paling sering dalam
larutan asam asetat glasial. Normalnya pengaruh temperatur pada volume titran teukur
dapat diabaikan dengan diabaikan dengan larutab berair pada variasi temperatur kamar
basa. Pelarut organik seperti asam asetat, benzena, dan metanol sebaiknya mempunyai
koefisien ekspansi ternal yang agak besar, dan perubahan volumenya tidak bisa diabaikan
jika titran tersebut berada pada temperatur standarisasinya (Underwood, 1993)

Titrasi titrimetri dalam lingkungan bebas air, pelarut mengambil bagian yang amat penting
untuk reaksi stoikiometri, dimana pelarut tersebut dapat mengambil bagian dalam reaksi.
Ada tiga teori yang menerangkan reaksi netralisasi dalam suatu pelarut yaitu teori ikatan
hidrogen, teori Lewis dan teori Bronsted. Penggunaan pelarut aprotik pada titrasi bebas air
memberikan dua keuntungan. Pelarut tidak mempunayi efek menyetingkatkan
keasaman/kebasaan asam basa yang bereaksi sesamanya. Garam yang terjadi pada titrasi
tidak akan diuraikan secara protolitik oleh pelarut. Kerugiannya adalah sifat yang sedikit
polar atau non polar yang mempunyai daya pelarutan kecil uuntuk protolit dan pendesakan
kembali disosiasi. Disebabkan terdesaknya kembali disosiasi, maka kemampuan hantaran
suatu larutan akan sangat dikurangi, sehingga misalnya penentuan potensiometri suatu
titrasi tidak mungkin dilakukan (Roth, 1988).

Seperti telah diuraikan diatas, kekuatan asam basa ditentukan pula oleh
kemampuan pelarut untuk menerima dan melepaskan proton. Berdasarkan hal ini maka
pelarut dapat dibedakan menjadi (Anonim, 2012) :

Pelarut protogenik, adalah pelarut yang mudah memberikan proton.

Misalnya : asam-asam

Pelarut protofilik, adalah pelarut yang mudah menerima proton.

Misalnya : basa-basa, eter, keton

Pelarut amfiprotik, adalah pelarut yang dapat menerima maupun memberikan proton.

Misalnya : air, asam asetat, alkohol

Pelarut aprotik, adalah pelarut yang tidak dapat menerima maupun memberikan proton.

Misalnya : kloroform, benzen, dioksan

Digunakan pelarut organic bukan air karena senyawa tersebut tidak dapat larut dalam air,
disamping itu kurang reaktif dalam air seperti misalnya garam-garam amina, dimana garam-
garam ini dirombak lebih dahulu menjadi basa yang bebas larut dalam air, sari dengan
pelarut organik lain dan direaksikan dengan asam baku berlebih, yang kemudian pelarutnya
diuapkan dan barulah kelebihan asam ditentukan kembali dengan basa baku sedangkan
senyawa-senyawa organik yang mengandung nitrogen ditentukan dengan metode Kjeldahl.
(Dhanar Dani, 1998).

9. Alat dan Bahan :

o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Bebas Air
Alat Bahan
Neraca analitis
Buret 50 mL
Pipet Seukuran 100ml
Botol semprot
Corong tangkai pendek
Labu Erlenmeyer
Batang pengaduk
Klem Buret
Statif
Tegel putih
Sampel
Aqua DM
CH
3
COOH-glacial
HClO
4
standar 0,098N





o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Kjedhal
Alat Bahan
1. Labu foss
2. Gelas ukur 25 mL, 100 mL
3. Corong pendek
4. Gelas kimia 600 mL
5. Labu ukur 100 mL
6. Pipet seukuran 10 mL
7. Adaptor
8. Selang
9. Alat destilasi foss
10. Kaki tiga
11. Kassa asbes
12. Batang pengaduk
13. Magnetic stirrer
14. Buret
15. Klem
16. Statif
17. Botol semprot
18. Pipet tetes
1. Sampel
2. Aqua DM
3. Garam Kjeldahl
4. H
2
SO
4 (p)

5. NaOH 30%
6. H
2
SO
4
0,1185N
7. NaOH 0,1037N

10.Langkah Kerja :
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Bebas Air
timbang 250 mg sampel secara teliti
basahkan dengan air, larutkan dalam asam asetat glasial 100 mL,
titrasi dengan Asam perklorat 0,1 N .
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Kjedhal
0,4 gram contoh MSG dipanasi dalam labu kjedhal dengan 0,5 gram Cu-
sulfat, 4,5 gram kalium sulfat dan 20 ml H2SO4 (p) samapai cairan menjadi
jernih.
Pemanasan dilanjutkan hingga 3 jam, lalu dinginkan.
Larutan dipindahkan ke dalam labu destilasi, cuci dengan air suling dan
encerkan hingga volume 200 ml,
Tambahkan 80 ml NaOH 30 %,
Amonia yang terdestilasi ditampung dalam 25 ml H2SO4 0,1 N dan indikator
merah metil.
Bila 2/3 volume larutan telah terdestilasi, titer kelebihan H2SO4 dengan
NaOH 0,1 N. dan
hitung kadar kemurnian MSG








11.Data Pengamatan :
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Bebas Air
Persamaan Reaksi
MSG + CH3COOH Asam Glutamat + CH3COONa
Asam Glutamat + HClO4 Monochlorida glutamat + H2O
Data Penimbangan
Penimbangan Sampel 1 Sampel 2
Massa alat 140,5511 gram 140,3900 gram
Massa zat 0,2520 gram 0,2650 gram
Massa alat + zat 140,8031 gram 140,6550 gram
Tabel Titrasi
Titrasi ke 1 2
Skala Akhir (ml) 0,32 0,35
Skala Awal (ml) 0,00
Volume Pemakaian (ml) 0,32 0,35
Warna Biru Biru

Perhitungan
% MSG
1
= x 100 %
= x 100%
= 1,25 %
% Kesalahan = x 100%
= 4,16%
% MSG
2
= x 100 %
= x 100%
= 1,30%
% Kesalahan = x 100%
= 8,33%

o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Kjedhal
Persamaan Reaksi
Destruksi:
C,H,O,N,S(s) + H
2
SO
4
(l) (NH
4
)
2
SO
4
(aq) + CO
2
(g) + SO
2
(g) + H
2
O(l)

Destilasi
(NH
4
)
2
SO
4
+ NaOH NH
3
+ H
2
O + Na
2
SO
4

NH
3
+ H
2
SO
4
NH
4
SO4 + H
+

(berlebih)

Titrasi
H
2
SO
4
sisa + 2NaOH Na
2
SO
4
+ 2H
2
O

Data Penimbangan
Penimbangan Sampel
Massa alat 0,9768 gram
Massa zat 0,3981 gram
Massa alat + zat 1,3749 gram

CuSO
4
, K
2
SO
4

Tabel Titrasi
Titrasi Ke 1
Skala Akhir (ml) 27,91
Skala Awal (ml) 0,00
Volume Pemakaian (ml) 27,91
Warna Jingga
Perhitungan
mEk N = [V x N] H
2
SO
4
[VxN] NaOH
= [25,00ml x 0,1185N] [27,91ml x 0,1037N]
= 2,9625 mEk 2,8943 mEk
= 0,0682 mEk
Mg N = mEk N x BE N
= 0,0682 mEk x 14
= 0,9548 mg

% N =
=
= 0,24%
% MSG = % N x fk N
= 0,24% x 6,25
= 1,50%

% Kesalahan = x 100%
= 25%
12.Rangkaian Alat :
o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Bebas Air
Saat Titrasi

o Penentuan kadar MSG metode Titrasi Kjedhal


Saat Destilasi Saat Titrasi
13.Pembahasaan :
- Pada saat destruksi dengan H
2
SO
4(p)
sampel terdestruksi menjadi unsur unsurnya.
Elemen karbon, hydrogen, teroksidasi menjadi CO
2
dan H
2
O sedangkan nitrogennya
dirubah menjadi (NH
4
)
2
SO
4

- Dengan penambahan katalisator Garam Kjeldahl titik didih asam sulfat akan
dipertinggi sehingga proses destruksi lebih cepat
- hasil praktikum yang kami dapatkan dengan titrasi bebas air sebesar 1,25% & 1,30% , dan
dengan metode kjeldahl sebesar 1,50%. sedangkan dalam literatur tercantum kadar MSG
dalam Chiki Chetos adalah sebesar 1,20% . sehingga dapat disimpulkan metode yang paling
tepat digunakan untuk penentuan MSG dalam Chiki adalah metode titrasi bebas air.
- hasil praktikum yang kami lakukan, kadar yang didapat dengan metode titrasi bebas air
adalah 1,25% & 1,30% sedangkan dalam literatur adalah 1,20%. Adapun faktor kesalahan
yang menyebabkannya pada praktikum kali ini adalah :
- Indicator yang ditambahkan terlalu banyak
- Waktu pemasan kurang sehingga perubahan warna yang dihasilkan kurang maksimal
- Kurang telitinya praktikan dalam mengamati hasilnya.
- Kurang telitinya praktikan saat menitrasi
- kadar MSG dapat ditentukan secara kjeldahl karena MSG (monosodium glutamat) atau
mononatrium glutamat adalah garam sodium dari asam glutamat. Asam glutamat adalah
suatu asam amino yang merupakan salah satu komponen penting protein yang dibutuhkan
tubuh kita. sehingga kita dapat menentukan kadar MSG dengan metode kjeldahl. karena
pada dasarnya Metode Kjeldahl merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein dan senyawa yang mengandung nitrogen.
- Menurut Badan Kesehatan Sedunia (WHO) asupan MSG per hari yang disarankan ialah
sekitar 0-120 mg/kg berat badan.
- Jadi, jika berat seseorang 50 kg, maka konsumsi MSG yang aman menurut perhitungan
tersebut 6 gr (kira-kira 2 sendok teh) per hari. Rumus ini hanya berlaku pada orang
dewasa. WHO tidak menyarankan penggunaan MSG pada bayi di bawah 12 minggu.
- Nurhasan dari (Public Interest Research and Advocacy Center-PIRAC) di Jakarta, Kamis,
mengatakan pihaknya sudah meneliti 13 contoh makanan ringan yang beredar luas.
- Dari 13, tujuh diantaranya mengandung Mono Sodium GlutamateMSG tetapi tidak
mencantumkannya dalam kemasan, empat produk menyatakan mengandung penyedap
dan penambah rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG dan dua produk
mencantumkan MSG namun tidak menyebut jumlah kandungannya.
- Ketujuh produk tersebut adalah Cheetos (1,20 persen), Chitato rasa sapi panggang (1,06),
Chiki rasa keju (0,76), HappytosTorpilachips (0,71), Golden Horn rasa keju (0,46), Smax
rasa ayam (0,57), dan Taro Snack rasa rumput laut (0,62).
- Keempat produk yang menyatakan mengandung penyedap dan penambah rasa tetapi
tidak menyebutkan mengandung MSG adalah Zetz rasa ayam bumbu mamamia (0,50),
Twistko rasa jagung barbeque (1,59), Double Decker Snack ayam (0,48) dan Twistee Corn
(0,47). Keempat produk itu dinilai dianggap menyesatkan karena menyebutkan
mengandung penyedap rasa tetapi tidak menyebutkan mengandung MSG.
- Dua produk yang mencantumkan MSG tetapi tidak menyebutkan jumlah kandungannya
adalah Gemez rasa ayam panggang (0,59) dan Anak Mas rasa keju (0,52).
- Analisi dengan metode kjeldahl terbagi menjadi 3 tahapan, yaitu : Destruksi, destilasi dan
titrasi
> pada proses destruksi sampel dipanaskan dengan asam sulfat pekat dan dengan bantuan
katalis garam kjeldahl, elemen karbon, hidrogen, teroksidasi menjadi co, co2 dah h2o,
sedangkan N akan berubah menjadi (NH4)2SO4.
> pada tahap destilasi (NH4)2SO4 akan dipecah menjadi NH3 dengan penambahan NaOH
50% w/w sampai alkalis
> NH3 yang dibebaskan harus ditampung dengan H2SO4 standar dalam jumlah berlebih dan
ditambahkan indikator metil merah. yang kemudian akan dititrasi dengan NaOH Standar
Hingga TA.


14.Kesimpulan :
Pada saat penentuan kadar MSG, hasil yang mendekati pada literatur adalah
penentuan kadar MSG dengan menggunakan metode Titrasi Bebas Air.
15.Daftar Pustaka :
http://catatankimia.com/catatan/analisa-kualitatif-dan-kuantitatif-msg.html ( S
HAMDANI / 20 Juni 2013)
http://farmasi07itb.wordpress.com/2009/10/30/titrasi-bebas-air-praktikum-ku-
yang-tak-terlaksana/
http://chamaiiaariani.wordpress.com/
http://sutriaddina.wordpress.com/2013/02/16/tbatitrasi-bebas-air/
http://acef-cholacha.blogspot.com/2010/07/pemeriksaan-glukosa-darah.html
http://thepatria.wordpress.com/2011/03/27/awas-efek-samping-msg-atau-vetsin/

PARAF NILAI CATATAN

Anda mungkin juga menyukai