Anda di halaman 1dari 11

STUDI PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT

DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI


(STUDI KASUS: PERKEMBANGAN GIGI DAN RAHANG)


1. Pendahuluan
Cabang ilmu yang berkaitan dengan kesehatan dan pengobatan memerlukan ketelitian
yang tinggi. Salah satu aplikasi yang menggabungkan bidang medis dan geodesi adalah
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan rahang dan gigi dengan menggunakan metode
Fotogrametri Rentang Dekat. Hal yang diperhatikan dalam pemantauan perkembangan gigi
dan rahang ini adalah jumlah gigi, bentuk gigi dan ukuran gigi yang mengganggu fungsi dan
estetik. Di sini akan dibandingan hasil pengukuran gigi menggunakan metode konvensional
para dokter gigi dengan pengukuran menggunakan metode fotogrametri rentang dekat.

2. Peralatan yang Digunakan
a. Kamera
Kamera yang digunakan untuk penelitian ini adalah kamera Nikon D60 dengan
spesifikasi sebagai berikut :
Image size 3872 x 2592 (Large, 10.0 MP)
2896 x 1944 (Medium, 5.6 MP)
1936 x 1296 (Small, 2.5 MP)
Sensor 23.6 x 15.8 mm CCD sensor
Sensivity Auto
ISO 100
ISO 200
ISO 400
ISO 800
ISO 1600
ISO 3200 equiv. (HI 1)
Focal Length 35 mm
Maximum Aperture f/1.8
Minimun Aperture f/22


Gambar 2.1. Kamera Nikon D60

b. Perangkat Lunak
a. Photo Modeller
Photo Modeler Scanner adalah perangkat lunak yang dibuat oleh Eos
System Inc. yang tergabung dalam Windows Corporation. Kegunaan utama
perangkat lunak ini adalah adanya suatu proses yang dinamakan dengan inverse
camera, dalam proses tersebut dapat dilakukan pengukuran yang akurat di origin
foto yang belum terdefinisi. Modul PhotoModeler Scanner digunakan untuk
membuat sebuah model 3D dari rangkaian foto suatu obyek. Model yang
dihasilkan berupa sekumpulan titik-titik tiga dimensi yang mempunyai nilai
berupa koordinat kartesian 3D.
b. Australis 7
Australis adalah program fotogrametri yang didesain untuk pengukuran
objek target off-line secara otomatis.Perangkat lunak ini men-scan setiap foto
untuk target retroreflektif.Dengan menggunakan fungsi perataan dapat dengan
cepat mendapatkan titik koordinat obyek 3 dimensi dari foto pengamatan 2
dimensi.

3. Pengambilan Data
a. Kalibrasi Kamera
Ketentuan pemotretan adalah sebagai berikut :
1) Pemotretan dilakukan dari 8 exposure (sudut pengambilan) dengan sudut
maksimum 90. Pengambilan gambar dilakukan searah jarum jam sebanyak
set yang dibutuhkan.
2) Pengambilan data dilakukan sebanyak 5 set. Untuk masing-masing set
terdiri dari 8 exposure, maka total foto yang dihasilkan adalah sebanyak 40
buah foto. Untuk masing-masing set pengambilan menghasilkan 1 (satu) set
parameter kalibrasi.
3) Pemotretan dilakukan di atas tripod agar posisi kamera tidak berubah pada
saat pemotretan dan menghindari terjadinya blur pada gambar.
4) Data yang diperoleh dari pemotretan ini kemudian diolah di Australis 7
untuk dicari parameter kalibrasinya.
Proses kalibrasi kamera dilakukan dengan pengambilan 5 set foto data. Terdapat
5 buah setparameter kalibrasi yang didapatkan dari pengambilan 5 set data ini. Hasil ini
kemudian dirata-ratakan untuk memperoleh nilai parameter kalibrasi yang nantinya
akan digunakan dalam proses selanjutnya. Setelah itu, untuk memastikan kestabilan
data yang didapatkan, dilakukan uji statistik. Untuk kasus ini uji statistik yang
digunakan adalah uji t-student, karena uji t-student menampilkan keberadaan data yang
salah (tidak diterima). Setelah dilakukan pengujian statistik, kelima set data yang
didapat tidak mempunyai perbedaan yang signifikan dan perbedaan tersebut dapat
diabaikan
b. Metode Manual
Pada metode ini dilakukan pengukuran menggunakan teknik sederhana yaitu
menggunakan jangka biasa untuk mendapatkan ukuran lengkung gigi dan juga
lengkung rahang. Lengkung gigi didapatkan dengan mengukur segmen gigi
menggunakan jangka untuk kemudian bukaan jangka tersebut diukur menggunakan
penggaris biasa

Gambar 3.1 Pengukuran manual

Sedangkan untuk mendapatkan ukuran lengkung rahang, digunakan benang biasa
yang dibentangkan sepanjang rahang mulai dari gigi molar 2 sebelah kiri ke gigi molar
2 sebelah kanan. Hal ini menyesuaikan ukuran 30 segmen gigi yang telah dilakukan
mencapai gigi molar kedua untuk mendapatkan ukuran lengkung gigi.


Gambar 3.2 Lengkung gigi per segmen

Gambar 3.3 Lengkung rahang
c. Metode 2D
Metode ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Photomodeler
Scanner.Sebelum dilakukan pengukuran dimensi pada perangkat lunak, dilakukan
terlebih dahulu pengecekan jarak (pengecekan constraints) antara jarak yang didapatkan
pada perangkat lunak Photomodeler Scanner dan jarak yang didapat dari pengukuran di
lapangan
d. Metode 3D
Pada metodi ini, setelah dilakukan processing dan pengecekan constraints pada
perangkat lunak Photomodeler Scanner, Berikut penempatan kamera dan Coded Target
yang didapatkan dari pengolahan menggunakan Photomodeler Scanner :


Gambar 3.4 Camera Stations

Posisi kamera mempunyai aproksimasi sudut 60 < x < 90. Untuk foto yang
diambil dari atas dilakukan pengambilan secara landscape dan portrait. Gambar
penempatan kamera di atas digunakan untuk proses orientasi relative yang dalam kasus
ini menggunakan 8 buah foto dengan 8 exposure sesuai arah mata angin. Sedangkan
untuk pembuatan Dense Surface ditambahkan foto-foto lain di bagian-bagian penting
yang akan dimodelkan. Foto yang dihasilkan memiliki ukuran pixel 3872x2592. Untuk
mendapatkan orientasi luar yang baik maka dibutuhkan setidaknya 6 titik kontrol yang
overlap dari tiap foto. Titik kontrol yang dipakai adalah Coded Target 12-bit.
Penyebaran Coded Target juga menambahkan faktor elevasi. Hal ini dilakukan agar
detail yang dihasilkan nantinya bisa lebih baik dari segi kontur.
Kemudian dilanjutkan dengan pembentukan dense surface. Hasil pemodelan 3D
pada perangkat lunak Photomodeler Scanner kemudian di-eksport ke Rapidform Proses
Export dilakukan setelah mengkonversi semua point mesh yang dihasilkan dari
Photomodeler menjadi surface. Data tersebut kemudian di eksport dari Photomodeler
ke dalam format Wavefront (*.obj). Data DSM dalam format ini kemudian dapat diolah
lebih lanjut dalam Rapidform. Pengukuran dimensi pada Rapidform dilakukan dengan
membuat curve yang menghubungkan antar titik-titik penting pada objek. Panjang
curve tersebut kemudian didefinisikan di Rapidform. Hasil ukuran ini kemudian
menentukan lengkung rahang dan lengkung gigi menurut metode pengukurkan 3D
Model. Hasil representasi permukaan Dental Cast pada Rapidform tersebut diukur dan
diperoleh kembali Lengkung gigi dan Lengkung rahang hasil pengukuran metode 3D
Model.

4. Model Matematis
Proses pengambilan data kalibrasi menghasilkan 5 set data yang kemudian diolah
menggunakan perangkat lunak Australis untuk mendapatkan nilai parameter kalibrasi
kamera.

Tabel 4.1 Parameter kalibrasi pada perangkat lunak Australis 7
Nilai
f 36.53232 0.014
Xp 0.02124 0.0038
Yp 0.1957 0.014
K1 1.24 x 10
-4
2.03 x 10
-6

K2 1.51 x 10
-7
2.4 x 10
-8

K3 6.41 x 10
-10
9.56 x 10
-11

P1 2.90 x 10
-6
1.05 x 10
-6

P2 2.45 x 10
-5
2.56 x 10
-6


Hasil parameter orientasi dalam (kalibrasi) yang didapat di atas kemudian digunakan
pada Photomodeler. Sistem koordinat citra dari Australis perlu dikonversi agar bisa
digunakan pada Photomodeler, karena sumbu koordinat citra di kedua perangkat lunak ini
berbeda.
(

)
(

)

Tabel 4.2 Nilai parameter kalibrasi Xp dan Yp pada Australis dan Photomodeller
Australis Photomodeller
Xp 0.02124 mm 11.82124
Yp 0.1957 mm 8.0957

5. Hasil
a. Manual
Tabel 5.1 Hasil Ukuran Metode Manual Lengkung Gigi
Segmen Ukuran (mm)
S1 22.5
S2 16
S3 14
S4 14
S5 16
S6 18
Total 101.5


Tabel 5.2 Hasil Ukuran Metode Manual Lengkung Rahang
Ukuran (mm)
Lengkung rahang 100

Pada pengukuran dengan metode manual ini, bisa dilihat bahwa hasil Lengkung
gigi dan Lengkung rahang yang didapatkan memiliki selisih 1,5 mm. Angka 1,5 mm ini
belum merupakan submilimeter. Kesalahan bisa terjadi pada saat pengukuran bukaan
jangka atau pada saat pengukuran segmen gigi dengan menggunakan jangka. Hal yang
sangat diperlukan dalam pengukuran ini adalah kekonsistenan posisi pengukuran.
b. 2D foto
Tabel 5.3 Hasil Ukuran 2D Foto Lengkung Gigi
Segmen Ukuran (mm)
S1 22.44
S2 15
S3 14.8
S4 14.78
S5 15.90
S6 18.86
Total 101.5

Tabel 5.4 Hasil Ukuran 2D Foto Lengkung Rahang
Ukuran (mm)
Lengkung rahang 101.06

Selisih antara Lengkung gigi dan Lengkung rahang pada metode pengukuran
pada 2D foto ini adalah 0.72 mm. Ukuran ini sudah termasuk submilimeter dan sudah
sangat teliti. Hal ini bisa disebabkan karena pada waktu pengecekan jarak di perangkat
lunak dan di Dental Cast tidak menunjukkan perbedaan yang besar dan bisa diterima
untuk diproses lebih lanjut

c. 3D model



Gambar 5.1 Pemodelan 3D Dental Cast


Gambar 5.2 Hasil Export ke RapidForm

Tabel 5.5 Hasil Pengukuran 3D Model Lengkung gigi
Segmen Ukuran (mm)
S1 21.824
S2 14.773
S3 9.456
S4 10.577
S5 15.626
S6 17.523
Total 89.78

Tabel 5.6 Hasil Pengukuran 3D Model Lengkung rahang
Ukuran (mm)
Lengkung rahang 106.987

Perbedaan antara hasil ukuran Lengkung gigi dan Lengkung rahang yang didapat
memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Terdapat perbedaan 17.207 mm antara dua
hasil ukuran ini.

Pada tabel ini, akurasi diperoleh dengan perbandingan RMS presisi dengan jarak
terjauh yang diukur pada model. Untuk kasus ini, jarak antara ujung kiri bawah coded target
ke ujung kana atas coded target adalah 12.236 cm. Pada hasil tabel menunjukkan bahwa tidak
terjadi perbedaan yang cukup signifikan antara ketiga sumbu X, Y dan Z. Hal ini disebabkan
karena pada saat pengambilan foto objek Dental Cast, sudut pemotretan berubah-ubah dan
orientasi letak sumbu X, Y dan Z juga menjadi bervariasi. Hal ini menyebabkan persebaran
ketelitian masing-masing sumbu merata.

5.7 Tabel Presisi Dan Akurasi
RMS Presisi (mm) Akurasi
X 0.025 1 : 4966.47
Y 0.033 1 : 3606.47
Z 0.035 1 : 4978.13

Dari tiga metode yang digunakan diatas, yang menunjukkan perbedaan yang tidak
signifikan adalah metode 2D foto. Hal ini mendasari kegiatan selanjutnya dalam pengukuran
kembali lengkung gigi dan rahang untuk Dental Cast kondisi sebelum mendapatkan
treatment. Metode 2D dinilai paling efektif dimana tidak memerlukan waktu yang lama dan
dapat menghasilkan ketelitian yang baik.

Tabel 5.8 Selisih lengkung gigi dan rahang
Lengkung Gigi Lengkung Rahang Selisih
Manual 101.5 mm 100 mm 1.5 mm
2D Foto 101.78 mm 101.06 mm 0.72 mm
3D Model 89.78 mm 54.07 mm 17.207 mm


Sumber Referensi


Sheryandani,Anggita.2011. Studi Pemanfaatan Fotogrametri Rentang Dekat Dalam Bidang
Kedokteran Gigi (Studi Kasus: Perkembangan Gigi Dan Rahang).Tugas Akhir
Program Studi Teknik Geodesi dan Geomatika,Fakultas Ilmu dan Teknologi
Kebumian.ITB.Bandung

Anda mungkin juga menyukai