Anda di halaman 1dari 100

RE-OPTIMASI

BERDASARKAN ANALISA SONOLOG


PADA

GUNTUR RAHMAT JUNIAWAN
PROGRAM STUDI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
OPTIMASI POMPA SUCKER ROD
BERDASARKAN ANALISA SONOLOG
PADA SUMUR X LAPANGAN Y



SKRIPSI



Oleh :

GUNTUR RAHMAT JUNIAWAN
113.09.0157 / TM



PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2011
SUCKER ROD
BERDASARKAN ANALISA SONOLOG
TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
iv

ABSTRAK



Dalam kinerjanya, pompa Sucker Rod harus selalu dimonitor, karena semakin
lama suatu sumur diproduksikan maka tekanan reservoir akan semakin turun yang
berdampak pada menurunnya ketinggian fluida. Untuk mengetahui ketinggian
fluida didalam sumur maka harus dilakukan pengujian sumur menggunakan alat
Sonolog. Hasil pengukuran sonolog tersebut digunakan sebagai salah satu data
dasar dalam perhitungan meningkatkan kinerja pompa Sucker Rod.
Penelitian skripsi pada Sumur X lapangan Y ini bertujuan untuk
menentukan peningkatan produksi terhadap sumur X, dimana pada saat dilakukan
penelitian tersebut sumur X sudah diproduksikan menggunakan pompa sucker rod
dengan panjang langkah (S) 48 inchi, kecepatan pompa (N) 12 SPM dan laju
produksi sebesar 63.2 BFPD. Dengan data pompa sucker rod saat ini didapat
efisiensi volumetric sebesar 26.45%.
Optimasi ini dilakukan dengan menggunakan analisa nodal, yaitu
perpotongan antara kurva Inflow Performance Relationship (IPR) metode Pudjo
Sukarno dengan kurva Pump Intake N dan S. Hasil perpotongan kedua kurva
tersebut diperoleh harga-harga N dan S versus laju produksi (q) yang baru. Dari
perpotongan kurva S dan N versus laju produksi yang baru, didapatkan laju
produksi optimum yang sesuai dengan potensi sumurnya
Hasil optimasi pompa sucker rod di Sumur X menunjukkan bahwa panjang
langkah pompa (S) adalah 48 inchi, kecepatan pompa (N) yang diperoleh adalah 6
spm, dengan laju produksi (q) sebesar 72 bpd dan efisiensi volumetris pompa (Ev)
adalah 60.91 %, yang berarti terjadi peningkatan efisiensi volumetric pompa dan
laju produksi sehingga pompa dapat dikatakan bekerja dengan cukup efisien.
iii

HALAMAN PERSEMBAHAN


Bismillahirrahmaanirrohiim,,
Skripsi ini saya persembahkan khusus kepada :
1. Allah SWT. yang telah memberikan keselamatan dan kesehatan
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik., Yaa Allah
hilangkanlah kesombonganku Teguhkanlah Keberanianku untuk
slalu dijalanu mudah!mudahan rahmat dan hidayah"ya selalu
terlimpah kepada kita semua. Amiin
#. $o%a yang Tak terputus teruntuk kedua &rangtua'alm( ter)inta,
Ba*a,ih..Terimakasih atas doa airmata serta kasihsayang yang
diberikan,,
+. Aa Teteh ter)inta , semua keponakan yang tersayang terima kasih atas
dukungan,keper)ayaan,kasih tulus yang selalu ada.. Terimakasih,,
,. -s,,Teman!teman Sahabat Karib,,Agung,$ito,Yudhi,"ono,
&li.er &//shore 0re1 2# keluargaku djogja,, Sahabat A1et SA
in my homeland,,
3. *ak Agus Widiyarso dan *ak 4ela,terimakasih atas bimbingan
dalam menyelesaikan skripsi ini.


v

KATA PENGANTAR


Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul
Optimasi Pompa Sucker Rod Berdasarkan Analisa Sonolog Pada Sumur X
Lapangan Y . Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Program Studi Teknik Perminyakan,
Fakultas Teknologi Mineral UPN Veteran Yogyakarta.
Dengan selesainya Skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. H. Didit Welly Udjianto, MS., selaku Rektor UPN
Veteran Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. S. Koesnaryo, Msc., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Mineral.
3. Bapak Ir. Anas Puji Santoso, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik
Perminyakan.
4. Bapak Ir. H. Avianto Kabul P, MT., selaku Sekretaris Jurusan Teknik
Perminyakan.
5. Bapak Ir. Agus Widyarso, MT., selaku Pembimbing I Skripsi.
6. Bapak Ir. Y. Lela Widagda, Msi., selaku Pembimbing II Skripsi.
7. Segenap staf pengajar, karyawan, dan civitas akademika Program Studi
Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta.
Dalam menyelesaikan Skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kesempurnaan Skripsi ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
penulis, maupun pihak-pihak yang membutuhkan serta demi kemajuan ilmu
pengetahuan.
Yogyakarta, September 2011

Penulis
vi

DAFTAR ISI




Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iii
RINGKASAN ............................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ x
BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1
BAB II. TEORI DASAR ............................................................................. 4
2.1. Sonolog ................................................................................... 4
2.1.1. Peralatan Sonolog 4
2.1.2. Prinsip Kerja Sonolog 5
2.2. Produktivitas Formasi ............................................................. 11
2.2.1. Produktivity Index (PI) ............................................. 11
2.2.2. Inflow Performance Relationship (IPR) ................... 13
2.2.2.1. IPR Tiga Fasa Pudjo Sukarno ................... 14
2.3. Pompa Sucker Rod ................................................................. 17
2.3.1. Peralatan Pompa Sucker Rod.................................... 20
2.3.2. Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod ............................. 30
2.3.3. Analisa Peralatan Pompa .......................................... 31
2.3.3.1. Analisa Gerakan Rod ................................ 31
2.3.3.2. Sucker Rod String ..................................... 33
2.3.3.3. Effective Plunger Stroke ........................... 33
2.3.3.4. Kecepatan Pompa ...................................... 43
2.3.3.5. Perhitungan Counter Balance .................... 44
2.3.3.6. Perhitungan Torsi ...................................... 45
vii

DAFTAR ISI
( lanjutan )




2.3.4. Kapasitas Pompa ....................................................... 47
2.3.5. Efisiensi Total Pompa Sucker Rod ........................... 47
2.3.5.1 Beban Polished Rod .................................. 47
2.3.5.2 Hidraulic Horse Power .............................. 49
2.3.5.3 Brake Horse Power ................................... 50
2.3.5.4 Penentuan Efisiensi Total Pompa ............. 50
2.3.6. Perhitungan Optimasi Pompa ................................... 52
BAB III. OPTIMASI POMPA SUCKER ROD 56
3.1. Pembuatan Kurva IPR Pudjo Sukarno 58
3.2. Evaluasi Efisiensi Volumetris Pompa Sucker Rod
Kondis Terpasang Pada Sumur X........................................... 61
3.3. Optimasi Pompa Sucker Rod Pada Sumur X ......................... 65
BAB IV. PEMBAHASAN 76
BAB V. KESIMPULAN 78
DAFTAR PUSTAKA 79
LAMPIRAN 80




viii

DAFTAR GAMBAR




Halaman
BAB II.
Gambar 2.1. Peralatan pengukur BHP Secara Akustik ..................................... 5
Gambar 2.2. Grafik Kecepatan Suara Pada Gas Hidrokarbon .......................... 7
Gambar 2.3. Menghitung Liquid Level dengan Tubing Colar.......................... 8
Gambar 2.4. Grafik Untuk Mencari f
o
.............................................................. 9
Gambar 2.5. Beam Pumping System 18
Gambar 2.6. Conventional Unit ........................................................................ 19
Gambar 2.7. Mark II.......................................................................................... 19
Gambar 2.8. Air Balanced ................................................................................. 19
Gambar 2.9. Peralatan Di Bawah Permukaan ................................................... 23
Gambar 2.10. Poorman Type Gas Anchor .......................................................... 25
Gambar 2.11. Packer Type Gas Anchor.............................................................. 25
Gambar 2.12. Sucker Rod String ........................................................................ 26
Gambar 2.13. Klasifikasi Pompa Menurut API .................................................. 27
Gambar 2.14. Mekanisme Kerja Sucker Rod...................................................... 30
Gambar 2.15. Sistem Gerakan Sucker Rod ......................................................... 31
Gambar 2.16. Hubungan Kolom Fluida Dengan Tekanan .................................. 36
Gambar 2.17. Getaran Yang Terjadi Pada Rod String ........................................ 44
Gambar 2.18. Gaya Yang bekerja Pada Crank ................................................... 46
Gambar 2.19. Grafik Perpotongan IPR vs Pump Intake ..................................... 55
BAB III.
Gambar 3.1. Kurva IPR Sumur X ..................................................................... 72
Gambar 3.2. Kurva IPR vs Kurva Pump Intake N ............................................ 73
Gambar 3.3. Kurva IPR vs Kurva Pump Intake S ............................................ 74
Gambar 3.4. Kurva Hubungan N dan S Terhadap Laju Produksi ..................... 75

ix

DAFTAR TABEL




Halaman
BAB II.
Tabel II-1. Konstanta C
n
Untuk Masing-masing A
n
....................................... 15
Tabel II-2. Jenis dan Ukuran Pompa Maksimum ............................................ 28
Tabel II-3. Klasifikasi Pompa Sucker Rod di Bawah Permukaan .................. 29
Tabel II-4. Kombinasi Untuk Sucker Rod ....................................................... 34
Tabel II-5. Data Sucker Rod ............................................................................ 38
Tabel II-6. Data Tubing.................................................................................... 38
Tabel II-7. Data Plunger Pompa....................................................................... 39
Tabel II-8. Data Rod dan Pompa ..................................................................... 40
BAB III.
Tabel III-1. Hasil Perhitungan Laju Alir Pada Berbagai Harga Pwf ................ 60
Tabel III-2. Hasil Perhitungan Evaluasi Pompa Kondisi Terpasang ................ 64
Tabel III-3. Hasil Perhitungan Persamaan Pump Intakedengan N asumsi ...... 66
Tabel III-4. Hasil Perhitungan Persamaan Pump Intake dengan S asumsi ....... 67
Tabel III-5. Hasil Perhitungan Perpotongan Kurva IPR dengan N ................... 67
Tabel III-6. Hasil Perhitungan Perpotongan Kurva IPR dengan S ................... 67
Tabel III-7. Hasil Perhitungan Optimasi Pompa Sucker Rod ........................... 71

x

DAFTAR LAMPIRAN




Halaman

Lampiran A. Analisa Sonolog ......................................................................... 81
Lampiran B. Diagram Sumur .......................................................................... 84
Lampiran C. Data Differential Liberation ....................................................... 86
Lampiran D. Data Kecepatan Maksimum Pompa ........................................... 88
Lampiran E. Konversi Satuan ......................................................................... 89
Lampiran F. Daftar Simbol ............................................................................. 90

1

BAB I
PENDAHULUAN


Ketika tekanan reservoir tidak cukup lagi untuk memproduksikan fluida
pada laju alir yang ekonomis maka metode artificial lift dapat diterapkan untuk
membantu mengangkat fluida produksi ke permukaan. Sucker rod pump
merupakan artificial lift yang digunakan pada sumur X. Prinsip kerja sucker rod
merupakan perpaduan gerak antara peralatan di permukaan dan di bawah
permukaan.
Sumur X terletak di Pulau Sumatera bagian utara tepatnya di Rantau, DI
Aceh. Pada bulan September 2003 Sumur X selesai dibor sampai kedalaman 1098
m dan mempunyai 8 lapisan produktif, antara lain Z.940 (984.5 - 987, 988 -
989.5) m, Z.930 (964.5 966.5) m, Z.920 (956.5 958.5) m, Z.810 (821 825)
m, Z.770 (770.5 772) m, Z.750 (760 762) m, Z.640 (663 664.5) m dan Z.630
(655 656.5) m. Pada skripsi ini lapisan produktif yang di analisa yaitu, zona
produktif Z.630 (655 656.5) m dengan Bears Plug dipasang pada kedalaman
660 m. Sumur X menggunakan pompa Sucker Rod dalam memproduksikan fluida
formasinya, pada saat ini sumur X beroperasi dengan panjang langkah 48 inchi
dengan kecepatan pemompaan sebesar 12 SPM untuk menghasilkan laju produksi
sebesar 63.2 BFPD. Dalam kinerjanya, pompa Sucker Rod tersebut harus selalu
dipantau, karena semakin lama suatu sumur diproduksikan maka tekanan reservoir
akan semakin turun yang berdampak pada menurunnya ketinggian fluida. Untuk
mengetahui ketinggian fluida didalam sumur maka harus dilakukan pengujian
sumur menggunakan alat Sonolog.
Sonolog adalah suatu alat yang menggunakan rambatan suara untuk
mengukur kedalaman fluida didalam sumur yaitu antara lain Static Fluid Level
(SFL) untuk sumur keadaan mati dan Dynamic Fluid Level (DFL) untuk sumur
keadaan berproduksi. Data hasil dari pengukuran sonolog tersebut diperlukan
pada perencanaan setting pompa dalam hal ini menentukan kedalaman pompa,
2



panjang langkah dan kecepatan pompa yang diukur dengan satuan SPM (Stroke
Per Menit), sonolog dipasang pada casing valve.
Pengukuran sonolog pada sumur X dilakukan dua kali, yaitu pada tanggal
14 Januari 2011 dan 16 Januari 2011. Hasil pengukuran sonolog yang pertama
didapatkan harga Dynamic Fluid Level (DFL) 609.42 m dan pada pengukuran
sonolog yang kedua didapatkan harga Static Fluid Level (SFL) 494.02 m.
Kedalaman pompa saat ini adalah 615.45 m.
Latar belakang dari penulisan Skripsi ini adalah karena semakin lama
suatu lapangan diproduksikan maka tekanan reservoir akan semakin turun dan
berdampak terhadap menurunnya kapasitas produksi formasi sehingga kapasitas
produksi pompa yang terpasang tidak sesuai lagi dengan kapasitas produksi
formasi tersebut, hal ini berdampak terhadap penurunan efisiensi volumetric
pompa terpasang sehingga perlu dilakukannya upaya optimasi efisiensi volumetric
pompa terpasang dengan menyesuaikan kapasitas produksi pompa dengan
kapasitas produksi formasi sehingga diharapkan sumur dapat berproduksi secara
optimum.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan evaluasi
terhadap efisiensi volumetric pompa terpasang dengan melakukan perhitungan
evaluasi dan menganalisa terhadap data sonolog yang tersedia, kemudian
melakukan upaya optimasi efisiensi volumetric dengan melakukan perencanaan
ulang terhadap panjang langkah (S) dan jumlah stroke pompa (N).
Metode penyelesaian dilakukan baik menggunakan perhitungan evaluasi
terhadap pompa terpasang maupun dengan menganalisa data sonolog sehingga
dapat ditentukan efisiensi volumetric pompa terpasang, kemudian dilakukan
upaya optimasi dengan melakukan perhitungan optimasi yaitu dengan cara
menyesuaikan kapasitas produksi pompa terpasang dengan kapasitas produksi
formasi untuk mencapai laju produksi optimum teoritis yang diharapkan.
Pada penulisan skripsi ini penulis menggunakan sistem pembagian per-bab
dengan sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan merupakan penjelasan isi
skripsi secara umum mengenai latar belakang penelitian, maksud dan tujuan
penelitian, metode penyeselesaian dan sistematika penulisan. Bab II Teori dasar
3



sonolog, produktivitas formasi dan sucker rod pump, yang berisi tentang jenis,
peralatan, prinsip kerja, dan disain pompa. Bab III Evaluasi dan optimasi pompa
sucker rod pada data hasil pengukuran sonolog. Bab IV berisi pembahasan dan
Bab V merupakan bab kesimpulan dan saran.
4

BAB II
TEORI DASAR


2.1. Sonolog
Sonolog bekerja berdasarkan prinsip gelombang suara atau getaran. Dalam
operasinya, sumber gelombang suara dapat berasal dari penembakan peluru
hampa (blank cartridge) atau pengaliran gas bertekanan secara cepat dan dalam
waktu yang sangat singkat (hanya sesaat). Untuk sumur-sumur dengan tekanan
gas di Casing sangat rendah, digunakan sumber gas N2 atau gas CO2 yang berasal
dari tabung gas bertekanan tinggi. Tetapi bila tekanan gas di Casing cukup tinggi,
maka dengan mengablas gas tersebut dengan cepat dan singkat, akan diperoleh
sumber bunyi yang diperlukan untuk pengukuran.
Gelombang suara atau getaran tersebut dipancarkan ke dalam annulus
antara Tubing dan production Casing, dan merambat melalui Tubing ke bawah
sampai ke permukaan cairan, di mana ia dipantulkan kembali ke permukaan dan
ditangkap oleh microphone yang dipasang di permukaan, dimana pantulan suara
tersebut dirubah menjadi pulsa-pulsa listrik yang kemudian diperkuat oleh
amplifier dan direkam di recorder. Selama merambat melalui Tubing, setiap kali
suara sampai ke sok (Tubing collar) sebagian getaran akan dipantulkan ke
permukaan dan ditangkap oleh microphone. Dengan demikian setiap tubing collar
akan memberikan pantulan kecil yang direkam oleh recorder. Sesampai di
permukaan cairan, pantulan suara oleh permukaan cairan akan dipantulkan lagi ke
permukaan dan menghasilkan efek yang sama dengan pancaran suara yang
pertama, dengan intensitas yang makin lemah, sehingga rekaman pantulan-
pantulan suara tersebut akan berlangsung berulang-ulang sampai suara tersebut
kehabisan energinya.
2.1.1. Peralatan Sonolog
Gambar 2.1. memperlihatkan peralatan dan prinsip kerja peralatan serta
perhitungan yang dilakukan untuk mendapatkan tekanan bawah permukaan.

5

PRINSIP KERJA ALAT
NOTEBOOK N2 GAS CHAMBER
SOLENOID VALVE
N2 PRESS.
GAGE
N2
BOTTLE
MICROPHONE
PRESSURE
TRANSDUCER
WELL ANNULUS
G
A
S
SONIC
CALCULATION
T1 = Sonic travel time, sec
V = Sonic velocity in gas, ft/sec
L = Liquid level depth, ft
D = Perforation depth, ft
P
csg
= Casing pressure, psi

liq
= Liquid density, gr/cm
3
P
gas
= Gas column pressure, psi
P
liq
= Liquid column pressure, psi
f
o
= Liquid fraction
L = T1*0.5*V ft
P
gas
= (P
csg
*L)/30000 psi
P
liq
= 0.433*(D-L)*
liq
* f
o
psi
BHP = P
csg
+ P
gas
+ P
liq
L
I
Q
U
I
D
PERFORATION

Gambar 2.1
Peralatan untuk mengukur Tekanan Bawah Permukaan secara akustik
8)

6

Peralatan yang diperlukan antara lain:
1. Gas Gun. Alat ini digunakan untuk menghasilkan bunyi dipermukaan. Gas
gun diperlengkapi dengan mikrofon, thermometer, manometer pengukur
tekanan di selubung yang biasanya berujud peralatan digital serta
manometer pengukur tekanan pada Gas Chamber yang merupakan sumber
bunyi. Untuk mengaktifkan gun dipasang pula Solenoid valve yang bisa
dioperasikan secara elektrik.
2. Analog Digital Converter. Alat ini digunakan untuk mengolah data dari
sensor agar dapat diterima oleh komputer dan mengolah perintah dari
komputer agar dapat dieksekusi oleh sensor.
3. Komputer untuk mengolah data menghitung dan memprogram perintah.
Biasanya komputer sudah dilengkapi dengan software untuk perhitungan
ini.
4. Catu gas. Umumnya dipakai gas yang tidak bereaksi dengan hidrokarbon
seperti N2 atau CO2. Botol nitrogen sebagai sumber gas dilengkapi
dengan pressure regulator yang memadai.
5. Peralatan tambahan seperti pipa-pipa penghubung gas gun dengan well
head.
2.1.2. Prinsip Kerja Peralatan Sonolog
Prinsip Kerja alat ini adalah sebagai berikut:
1. Gas Gun dipicu untuk menimbulkan bunyi yang kemudian merambat di
annulus dan dipantulkan oleh permukaan cairan. Pantulan (selama proses
berlangsung bunyi direkam secara terus menerus) akan diterima oleh
mikrofon dan komputer akan menghitung waktu yang dipergunakan bunyi
untuk merambat dari permukaan, dipantulkan oleh permukaan cairan
sampai kembali ke permukaan.
2. Untuk menghitung jarak dari permukaan ke permukaan liquid level
digunakan rumus:
L = T1 x 0.5 x V .....................................................(2-1)
Keterangan :
7

L = Jarak dari wellhead ke permukaan cairan, feet
T1 = Waktu tempuh ulang-alik dari wellhead ke permukaan cairan, detik
V = Kecepatan suara, feet/detik
Seperti diterangkan diatas waktu telah diukur dan dicatat oleh komputer
sehingga tinggal mencari kecepatan suara. Kecepatan suara ditentukan oleh jenis
dan kepadatan media. Di annulus media yang mengisinya adalah gas hidrokarbon,
Gambar 2.2 menunjukkan grafik untuk menghitung kecepatan perambatan suara
pada gas. Dengan data specific gravity dari gas dan data tekanan pada casing
dapat dihitung kecepatan suara di annulus.




















Gambar 2.2
Grafik Kecepatan Suara Pada Gas Hidrokarbon
8)

8

Untuk menghitung tekanan dibawah permukaan (Bottom Hole Pressure
=BHP) digunakan rumus:
BHP = P
csg
+ P
gas
+ P
liq
.........................................................(2-2)
Keterangan :
BHP = Tekanan Bawah Permukaan, psi
P
csg
= Tekanan Casing, psi
P
gas
= Tekanan yang diakibatkan oleh adanya kolom gas dianulus, psi
P
liq
= Tekanan yang diakibatkan oleh adanya kolom cairan dianulus, psi
P
gas
= (P
csg
x L)/30000
P
liq
= 0.433 x (D-L) x
liq.
f
o
L = Kedalaman cairan , feet
D = Kedalaman formasi, feet
f
o
= Fraksi cairan

liq
= Densitas liquid gr/cm
3

Untuk liquid yang bebas gas maka harga f
o
= 1, sedangkan untuk yang
mengandung gas dicari dengan menggunakan grafik (Gambar 2.4) dengan
metoda yang dikemukakan oleh Mc Coy et al, (1988).









Gambar 2.3
Menghitung Jarak Liquid Level Dengan Bantuan Tubing Collar
8)

9


Fg, FRACTION OF GAS IN GASEOUS COLUMN
100 000
10 000
1000
100
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 10
C, EFFECTIVE OIL FRACTION
Ds *Dp/Dt
1
2
3/4


Gambar 2.4. Grafik Untuk Mencari f
o
8)

Prinsip pengukuran pada Gambar 2.4 umumnya dipakai untuk
mengetahui liquid level pada sumur pompa Sucker Rod dengan peralatan yang
umum dipakai oleh operator produksi adalah Sonolog.
10

Untuk mempermudah operasi dan perhitungan (terutama dalam hal
pengukuran yang cepat dan banyak) penggunaan komputer dan piranti lunak
umum dilakukan saat ini. Piranti lunak dapat memberikan signal untuk membuka
valve sehingga terjadi ledakan secara otomatis serta menghitung secara otomatis.
Pada sumur yang sedang produksi pengukuran ini dipakai untuk mendapatkan
PBHP (Producing Bottom Hole Pressure) sedangkan pada sumur yang di shut in
untuk mendapatkan SBHP (Static Bottom Hole Pressure).
Secara garis besar Informasi yang didapatkan dari pengujian Sonolog
adalah :
1. Tekanan casing
2. Kecepatan suara (berdasarkan data rata-rata panjang Tubing)
3. Kedalaman fluida (fluid level)
4. BHP
Setelah mengetahui kedalaman cairan (fluid level) dari pengujian Sonolog,
Tekanan Statik (Ps) dan Tekanan Laju Alir (Pwf) dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Ps = (D SFL) (Gf) (2-3)
Pwf = (D DFL) (0.433 SG
(l)
) (2-4)
Keterangan :
Ps = Tekanan Statis, psi
Pwf = Tekanan Alir Dasar Sumur, psi
D = Kedalaman mid perforasi, ft
SFL = Kedalaman Static Fluid Level, ft
DFL = Kedalaman Dynamic Fluid Level, ft
Gf = Gradient fluida
SG
(l)
= Speciffic Gravity cairan



11

2.2. Produktivitas Formasi
Produktivitas formasi merupakan kemampuan formasi untuk mengalirkan
fluida yang terkandung di dalam reservoir menuju sumur produksi pada tekanan
tertentu yang dinyatakan dengan Produktivity Index (PI).
2.2.1. Productivity Index (PI)
Productivity Index (PI) merupakan suatu besaran yang menunjukan
kemampuan berproduksi dari suatu lapisan dalam suatu formasi, dimana secara
defenisi merupakan perbandingan laju produksi (q) yang dihasilkan oleh suatu
sumur atau reservoir pada suatu tekanan alir dasar sumur tertentu terhadap
perbedaan tekanan dasar sumur pada keadaan static (Ps) dan tekan dasar sumur
pada saat terjadi aliran (Pwf) atau sering disebut Pressure Drawdown (Ps-Pwf).
Secara matematis, PI dapat dinyatakan dalam hubungan sebagai berikut :
Drawdown
Produksi Laju
PI =
atau
Pwf - Ps
q
PI =

(2-5)


Keterangan : PI = Productivity Index, Bbl/hari/Psi
Q = Laju Produksi, Bbl/hari
Ps = Tekana Statik Reservoar, Psi
Pwf = Tekanan Alir Dasar Sumur, Psi
Pengukuran Index Produktivitas tersebut didasarkan pada total produksi
cairan atau gross liquid production, yaitu total produksi minyak dan air.
Sedangkan produktivitas untuk suatu lapisan atau formasi produktif, sering
dinyatakan dalam Specific Productivity Index (SPI), dimana secara matematis
ditunjukkan dalam bentuk persamaan sebagai berikut :
Pwf) - h.(Ps
q

h
PI
SPI = = (2-6)
Keterangan :
SPI = Specific productivity index, Bbl/hari/Psi/ft
12

PI = Productivity Index, Bbl/Hari/Psi
q = Laju produksi, Bbl/Hari
Ps = Tekanan static reservoar, Psi
Pwf = Tekanan alir dasar sumur, Psi
h = Ketebalan formasi produktif, ft
Pada umumnya, dilapangan digunakan klasifikasi yang sebaik mungkin
terhadap PI. Berdasarkan pengalamannya, Kermit E. Brown (1967) telah mnecoba
memberikan batasan terhadap tingkat produktivitas sumur sebagai berikut:
- PI rendah, jika harga PI lebih rendah dari 0,5
- PI sedang, jika harga PI terletak antara 0,5 sampai 1,5
- PI tinggi, jika harga PI lebih besar dari 1,5
Harga PI yang rendah pada permulaan produksi kemungkinan disebabkan
oleh terjadinya kerusakan formasi (formation damage). Hal ini dapat diketahui
dari hasil DST.
Harga q dalam suatu lapangan dapat didekati dengan persamaan untuk
aliran radial adalah:
( )
w
/r
e
r ln
0 0
Pwf) - (Ps h k x x 0.007082
q

= (2-7)
Asumsi yang digunakan pada Persamaan (2-7) adalah :
1. Fluida berfasa satu dan incrompressible.
2. Aliran steady state (mantap), yaitu aliran dimana tekanan dan
kecepatan aliran fluida pada setiap titik dari sistem tidak berubah
terhadap waktu.
3. Fluida tidak bereaksi terhadap formasi
4. Formasi homogeny.
Apabila harga q di atas dimasukkan ke dalam Persamaan (2-5), maka diperoleh
persamaan PI dalam bentuk lain, yaitu :

( )
w
/r
e
r ln
0 0
h k x x 0.007082
PI

= (2-8)
13

Keterangan :
q = Laju Produksi, Bpd
Ps = Tekanan Statik reservoir, Psi
Pwf = Tekanan Alir Dasar Sumur, Psi
k = Permeabilitas, mD

0
= Viskositas Minyak, cp

0
= Faktor Volume Formasi, STB/BBL
r
w
= Jari-jari Sumur, ft
r
e
= Jari-jari Pengurasan, ft
2.2.2. Inflow Performance Relationship (IPR)
Productivity Index (PI) dan Deliverability Index (DI) yang diperoleh dari
hasil test maupun dari perkiraan adalah merupakan gambaran secara kualitatif
mengenai kemampuan suatu sumur untk berproduksi. Inflow performance
Relationship (IPR) berperan penting dalam merencanakan fasilitas produksi pada
suatu lapangan minyak maupun gas.
Dalam kaitannya dengan perencanaan suatu sumur ataupun untuk melihat
kelakuan suatu sumur untuk berproduksi, maka IPR dapat didefenisikan sebagai
PI yang dinyatakan secara grafis.
Berdasarkan defenisi PI yang secara matematis ditunjukan oleh Persamaan
(2-5) pada suatu keadaan tertentu dari suatu sumur, dimana tekanan statis
reservoir (Ps) dan PI dianggap konstan, maka variabelnya adalah laju produksi (q)
dan tekanan alir dasar sumur (Pwf), sehingga persamaan PI dapat ditulis sebagai:
PI
q
Ps Pwf = (2-9)
Berdasarkan definisi PI, maka untuk membuat grafik IPR, perlu diketahui
data tentang:
- Laju produksi (q)
- Tekanan alir dasar sumur (Pwf)
- Tekanan static sumur (Ps)
14

Ketiga data tersebut diperoleh dari test produksi dan test tekanan yang
dilakukan pada sumur yang bersangkutan. Berdasarka ketiga data tersebut, dibuat
IPR sesuai dengan kondisi dari aliran fluidanya, apakah satu fasa,dua fasa, atau
tiga fasa.
2.2.2.1. Inflow Performance Relationship (IPR) Tiga Fasa Pudjo Sukarno
Metode ini dikembangkan menggunakan simulator, yang juga digunakan
untuk mengembangkan kurva IPR gas - minyak. Anggapan yang digunakan pada
waktu pengembangan metode ini adalah :
1. Faktor Skin sama dengan nol
2. Gas, Minyak dan Air berada dalam satu lapisan dan mengalir bersama
sama secara radial.
Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan
parameter Water Cut, yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju produksi
cairan total. Parameter ini merupakan parameter tambahan dalam persamaan
kurva IPR yang dikembangkan. Selain itu, hasil simulasi menunjukkan bahwa
pada suatu saat tertentu, yaitu pada harga tekanan reservoir tertentu, harga water
cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir dasar sumur. Dengan demikian
perubahan water cut sebagai fungsi dari tekanan alir dasar sumur, perlu pula
ditentukan.
Dalam pengembangan kinerja aliran tiga fasa dari formasi ke lubang
sumur, telah digunakan tujuh kelompok data hipotesis reservoir, yang mana untuk
masing-masing kelompok dilakukan perhiyungan kurva IPR untuk lima harga
water cut yang berbeda, yaitu : 20%, 40%, 60%, 80%, serta 90%. Dari hasil
perhitungan diperoleh 385 titik data, dan titik data ini dikelompokkan sesuai
dengan harga water cut nya. Untuk masing-masing kelompok water cut dibuat
kurva IPR tak berdimensi, yaitu plot antara q
0
/q
t
max terhadap Pwf/Pr (q
t

max
)
adalah laju aliran cairan total maximum dan kemudian dilakukan analisa regresi.
Hasil analisa regresi yang terbaik adalah sebagai berikut :

tmaks
o
q
q
=
2
2 1 (

+
(

+
s
wf
s
wf
o
P
P
A
P
P
A A (2-10)

15

A
n
, (n= 0, 1 dan 2) adalah konstanta persamaan, yang harganya berbeda
untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan water
cut ditentukan pula secara analisa regresi, dan diperoleh persamaan sebagai
berikut :
A
n
= C
o
+ C
1
(Water cut) + C
2
(Water cut)
2
(2-11)
Keterangan :
C
n
(n = 0, 1 dan 2) untuk masing-masing harga An ditunjukan dalam Tabel II-1.
Tabel II-1
Konstanta C
n
Untuk Masing-masing A
n
1)
A
n
C
0
C
1
C
2

A
0
0.980321 -0.115661x10
-1
0.17905x10
-4

A
1
-0.414360 0.392799x10
-2
0.237075x10
-5

A
2
-0.564870 0.762080x10
-2
-0.202079x10
-4


Berdassarkan uraian sebelumnya bahwa harga water cut berubah sesuai
dengan perubahan tekanan alir dasar sumur pada satu harga tekanan reservoir,
maka perlu dibuat hubungan antara tekanan alir dasar sumur dengan water cut.
Hubungan ini dinyatakan sebagai :
Pwf/Pr terhadap WC/(WC @ Pwf ~ Pr) ditentukan dari sumber simulator, untuk
kelima harga water cut. Analisa regresi terdapat titik titik data menghasilkan
persamaan sebagai berikut :
)
Pr
Pwf
(P2 Exp P1
Pr ~ Pwf @ WC
WC
= (2-12)
WC = % 100
qt
qw
x (2-13)

16

dimana :
P1 dan P2 tergantung dari harga water cutnya, dan dari analisa regresi diperoleh
hubungan sebagai berikut :
P1 = 1.606207 0.130447 ln (water cut) (2-14)
P2 = -0.517792 + 0.110604 ln (water cut) (2-15)
Dimana : Water Cut dinyatakan dalam persen (%)
Prosedur perhitungan kinerja aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur
adalah sebagai berikut :
Langkah 1. Siapkan data penunjang yang meliputi :
- Tekanan reservoir/ tekanan statis Sumur (Ps)
- Tekanan alir dasar sumur (Pwf)
- Laju produksi minyak dan air (q
o
& q
w
)
- Harga water cut berdasrakan uji produksi (dalam persen)
Langkah 2. Hitung WC @ Pwf ~Pr dengan menggunakan menggunakan
Persamaan (2-12). Dimana Persamaan (2-12) tersebut dapat dituliskan
sebagai :
WC @ Pwf Pr =
|

\
|

Pr
Pwf
P2 Exp P1
cut water

Dimana harga water cut adalah harga dari uji produksi, sedangkan
harga P1dan P2 dihitung dengna menggunakan Persamaan (2-14) dan
Persamaan (2-15) .
Langkah 3. Berdasarkan harga WC @ Pwf Pr, hitung konstanta A
0
, A
1
dan A
2

dengan menggunakan Persamaan (2-11) dan Tabel II-1. Harga
konstanta ini tetap dan digunakan dalam perhitungan kurva IPR.
Langkah 4. Berdasarkan data uji produksi, tentukan laju produksi cairan total
maksimum dengan menggunaakan Persamaan (2-10) dan konstanta
A
0
, A
1
dan A
2
dari langkah 3, yaitu :
17


2
2 1 0
0
max t
Pr
Pwf
A
Pr
Pwf
A
q
|

\
|
+
|

\
|
+
=
A
q

Langkah 5.Berdasarkan haarga qt max daari langkah 4, dapat dihitung laju
produksi minyak untuk berbagaai harga tekanan alir dasar sumur.
Langkah 6. Laju produksi air untuk setiap water cut pada tekanan alir dasar
sumur, dengan :
( )
0 w
q WC) - (100 / WC q =
(2-16)

2.3. Pompa Sucker Rod
Dalam memproduksikan minyak dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu
dengan cara sembur alam (natural flow) dan sembur buatan (artificial lift). Cara
pertama dilakukan bila tekanan reservoir cukup tinggi, sehingga dapat
mengalirkan fluida ke permukaan secara alamiah. Cara yang kedua dilakukan
apabila tekanan reservoir tidak mampu lagi mengalirkan fluida kepermukaan
secara alamiah. Salah satu metode yang digunakan dalam menangani masalah
yang kedua adalah dengan menggunakan Pompa Sucker Rod.
Pompa sucker rod atau pompa angguk adalah salah satu metode artificial lift
yang paling baik diterapkan pada sumur-sumur dangkal dan sedikit atau tidak
adanya gas yang terproduksi bersama minyak. Dalam pengoperasiannya, pompa
sucker rod memiliki banyak masalah yang sering timbul, diantaranya adalah tidak
sesuainya laju produksi yang diinginkan dengan laju produksi sebenarnya.
Kondisi tersebut dapat disebabkan karena adanya kebocoran tubing, kebocoran
standing valve maupun travelling valve, adanya plunger overtravel maupun
undertravel, fluid pound, gas lock, plunger sticking, gesekan yang berlebihan dan
lain sebagainya.
Dalam pendesainan pompa sucker rod, informasi mengenai static fluid level
sangat penting untuk diketahui, terutama untuk mendesain setting depth pump.
Untuk mengetahui static fluid level dapat menggunakan alat yang disebut sonolog,
18

pada prinsipnya sonolog menggunakan gelombang suara untuk mengetahui level
cairan didalam sumur. Data-data yang diperoleh dari sonolog dapat digunakan
untuk mengevaluasi kinerja pompa dan mengoptimasikan kinerja pompa supaya
didapat laju produksi yang optimum.
Pompa Sucker Rod atau sering juga disebut beam pumping ialah salah satu
metode artificial lift yang memanfaatkan gerakan naik- turun dari plunger untuk
mendorong fluida reservoir ke permukaan. Dalam klasifikasinya, API
menggunakan kode misalnya : C-160-173-64CW. Untuk huruf C pada jenis
pompa mengandung arti jenis pompanya adalah unit Conventional, angka 160
adalah batasan torsi maksimum yang diijinkan pada pompa sebesar 160 Kinlbs,
angka 173 adalah batasan beban polished rod maksimum yang diijinkan sebesar
173 ratusan pound (17.3 klb) dan angka 64 merupakan panjang langkah pompa
maksimumnya 64 in, serta huruf CW merupakan arah putaran dari pompa searah
jarum jam (circulation watch).
Pompa Sucker Rod ada tiga jenis yaitu Conventional Unit, Mark II dan Air
Balance. Conventional Unit adalah jenis pompa Sucker Rod yang paling banyak
digunakan dengan ukuran/tenaga sampai 100 HP, sedangkan Mark II digunakan
untuk sumur yang dalam dengan produksi yang tinggi, dengan ukuran/tenaga
sampai 125 HP. Air Balance unit adalah jenis dari pompa Sucker Rod yang
memiliki ukuran lebih kecil dan ringan dibandingkan dengan unit lainnya, pompa
Sucker Rod ini memiliki ukuran sampai 150 HP.







Gambar 2.5. Beam Pumping System
1)
19








Gambar 2.6. Conventional Unit
1)








Gambar 2.7. Mark II
1)







Gambar 2.8. Air Balanced
1)




20

2.3.1. Peralatan Pompa Sucker Rod
Peralatan pompa Sucker Rod dibagi menjadi dua kelompok utama yaitu
peralatan di atas permukaan dan peralatan di bawah permukaan.
A. Peralatan di Atas Permukaan
Peralatan di atas permukaan ini memindahkan energi dari suatu prime
mover ke Sucker Rod. Selain itu peralatan ini juga mengubah gerak berputar dari
prime mover menjadi suatu gerak naik turun dan juga mengubah kecepatan prime
mover menjadi langkah pemompaan yang sesuai.
a. Prime mover
Merupakan penggerak utama, dimana prime mover akan memberikan
gerakan putar yang diubah menjadi gerak naik turun pada Polish rod dan Sucker
Rod untuk diteruskan ke peralatan bawah permukaan. Prime mover dapat berupa
mesin gas, diesel, motor bakar dan listrik. Prime mover ini disesuaikan dengan
tersedianya sumber tenaga tersebut. Jadi pemilihan motor diusahakan mempunyai
daya yang cukup untuk mengangkat fluida dan rangkaian rod dengan kecepatan
yang diinginkan.
b. V-Belt
Merupakan sabuk untuk memindahkan gerak dari Prime mover ke Gear
reducer.
c. Gear Reducer
Berfungsi mengubah kecepatan putar dari Prime mover menjadi langkah
pemompaan yang sesuai. Gear reducer juga merupakan transmisi yang berfungsi
untuk mengubah kecepatan putar dari Prime mover, gerak putaran Prime mover
diteruskan ke Gear reducer dengan menggunakan belt. Belt ini dipasang
menghubungkan sheave di Prime mover dan unit sheave pada Gear reducer.
d. Crank Shaft
Merupakan poros Crank yang berfungsi untuk mengikat Crank pada Gear
reducer.

21

e. Crank
Merupakan sepasang tangkai yang menghubungkan Crank shaft pada Gear
reducer dengan pitman. Pada Crank ini terdapat lubang-lubang tempat Pitman
bearing. Besar kecilnya langkah atau stroke pemompaan yang diinginkan dapat
diatur disini, dengan cara menghubungkan Pitman dengan lubang yang sesuai
dengan panjang langkah yang diinginkan.
Apabila Pitman terpasang pada lubang yang paling luar, maka panjang
langkahnya adalah yang paling panjang untuk pompa tersebut, sedangkan bila
Pitman terpasang pada lubang paling dalam yang berarti langkahnya paling
pendek.
f. Counterbalance
Adalah sepasang pemberat yang fungsinya :
- Menyimpan tenaga prime mover pada saat Down-stroke atau pada saat
counterbalance menuju ke atas, yaitu pada saat kebutuhan tenaga kecil atau
minimum
- Membantu tenaga Prime mover pada saat Up-stroke (saat counterbalance
bergerak ke bawah) sebesar tenaga potensialnya, karena kerja prime mover
yang terbesar adalah pada saat Up-stroke (pompa bergerak ke atas) dimana
sejumlah minyak ikut terangkat ke atas permukaan.
g. Pitman
Adalah penghubung antara Walking beam pada equalizer bearing dengan
Crank. Lengan pitman merubah gerakan berputar menjadi gerakan naik turun.
h. Walking Beam
Merupakan balok melintang diatas menara (Sampson post) dengan
mempunyai engsel ditengahnya. Pada ujung Walking beam terdapat kepala kuda
(Horse head) dan pada ujung yang lainnya, dihubungkan dengan Pitman yang
fungsinya meneruskan gerakan Pitman sehingga horse head bergerak naik turun.


22

i.Horse head.
Meneruskan gerak dari Walking beam ke unit pompa di dalam sumur
melalui bridle, Polish rod dan Sucker string atau merupakan kepala dari Walking
beam yang menyerupai kepala kuda.
j. Bridle
Merupakan nama lain dari wire line hanger, yaitu merupakan sepasang
kabel baja yang disatukan pada Carrier bar. Bridle diikat di horse head sedangkan
ujung yang lain ditempati Carier bar.
k. Carrier bar
Merupakan alat yang berfungsi sebagai tempat bergantungnya rangkaian
rod dan polished rod, penyangga dari polished rod clamp.

l. Polished rod clamp
Komponen yang bertumpu pada Carrier bar yang fungsinya untuk
mengikat Polished rod pada Carrier bar.
m. Polished rod
Polished rod merupakan bagian teratas dari rangkaian rod yang muncul di
permukaan. Fungsinya adalah menghubungkan antara rangkaian rod di dalam
sumur dengan peralatan-peralatan di permukaan. Polished rod mempunyai
permukaan yang licin sehingga batang besi tersebut dinamakan Polished rod.
n. Stuffing box
Dipasang di atas kepala sumur (Casing atau Tubing head) untuk
mencegah/menahan minyak agar supaya tidak keluar bersama naik turunnya
Polish rod. Dengan demikian seluruh aliran minyak hasil pemompaan akan
mengalir ke Flowline lewat Crosstee.
o. Sampson post
Merupakan kaki penyangga atau penopang Walking beam.


23

p. Saddle bearing
Adalah tempat kedudukan (engsel) dari Walking beam pada Sampson post
pada bagian atas.
q. Brake
Brake disini berfungsi untuk mengerem gerak pompa jika dibutuhkan,
misalnya pada saat akan dilakukan reparasi sumur atau unit pompanya sendiri.

B. Peralatan di Bawah Permukaan









Gambar 2.9
Peralatan di bawah permukaan
1)
Peralatan pompa di bawah permukaan (subsurface pump equipment)
terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu :
a. Working Barrel
Merupakan tempat dimana plunger dapat bergerak naik turun sesuai
dengan langkah pemompaan dan menampung minyak terisap saat Upstroke.


24

b. Plunger
Merupakan bagian dari pompa yang terdapat didalam barrel dan dapat
bergerak naik turun yang berfungsi sebagai penghisap minyak dari lubang sumur
masuk ke Barrel yang kemudian diangkat ke permukaan melalui Tubing.
c. Tubing
Seperti halnya pada peralatan sembur alam, Tubing digunakan untuk
mengalirkan minyak dari dasar sumur ke permukaan setelah minyak diangkat oleh
Plunger pada saat Upstroke.
d. Standing Valve
Merupakan bola yang terdapat dibagian paling bawah barrel pompa yang
berfungsi mengalirkan fluida dari lubang sumur masuk ke Working barrel dan hal
ini terjadi pada saat Plunger bergerak ke atas dan selanjutnya Standing valve
membuka.
e. Travelling Valve
Merupakan bola yang ikut bergerak naik turun menurut gerakan Plunger
dan berfungsi mengalirkan minyak dari Working barrel masuk ke Plunger dan hal
ini terjadi pada saat Plunger bergerak ke bawah serta menahan minyak keluar dari
Plunger pada saat Plunger bergerak ke atas.
f. Gas Anchor
Merupakan komponen pompa yang dipasang dibagian bawah dari pompa
yang berfungsi untuk memisahkan gas dari minyak agar gas tersebut tidak ikut
masuk ke dalam pompa bersama-sama dengan minyak.
Ada dua macam tipe Gas Anchor, yaitu :
- Poorman type
Larutan gas dalam minyak yang masuk ke dalam anchor akan melepaskan diri
dari larutan (bouyancy effect). Minyak akan masuk ke dalam barel melalui
suction pipe, sedangkan gas yang telah terpisah akan dialihkan melalui
annulus. Apabila suction pipe terlalu panjang atau diameternya terlalu kecil,
maka akan terjadi pressure loss yang cukup besar sehingga menyebabkan
terjadinya penurunan PI (Produktivity Index) sumur pompa. Sedangkan apabila
25

suction pipe terlalu besar akan menyebabkan annulus antara dinding anchor
dengan suction pipe menjadi lebih kecil, sehingga kecepatan aliran minyak
besar dan akibatnya gas masih terbawa oleh butiran-butiran minyak. Diameter
gas anchor yang terlalu besar akan menyebabkan penurunan PI sumur pompa.







Gambar 2.10. Poorman Type Gas Anchor
11)
- Packer type
Minyak masuk melalui ruang antara dinding anchor dan suction pipe,
kemudian minyak jatuh di dalam annulus antara Casing dan gas anchor dan
ditahan oleh Packer, selanjutnya minyak masuk ke pompa melalui suction pipe.
Disini minyak yang masuk ke dalam annulus sudah terpisah dari pompa.







Gambar 2.11. Packer Type Gas Anchor
11)
26

g.Tangkai Pompa
Tangkai pompa (Sucker Rod string) terdiri dari :
- Sucker rod
- Pony rod
- Polished rod










Gambar 2.12. Sucker Rod String
11)

- Sucker rod
Merupakan batang penghubung antara Plunger dengan peralatan di
permukaan. Fungsi utamanya adalah melanjutkan gerak naik turun dari horse head
ke Plunger. Berdasarkan konstruksinya, maka Sucker Rod dibagi menjadi 2 (dua)
a. berujung box-pin
b. berujung pin-pin
Untuk menghubungkan antara dua buah Sucker Rod digunakan Sucker
Rod coupling. Umumnya panjang satu single dari Sucker Rod yang sering
digunakan berkisar antara 20-30 ft. Terdapat beberapa macam ukuran Sucker Rod,
dimana ukuran-ukuran tersebut merupakan standar API.
Dalam perencanaan Sucker Rod selalu diusahakan atau yang dipilih yang
ringan, artinya memenuhi kriteria ekonomis, tetapi dengan syarat tanpa
mengabaikan stress yang diperbolehkan (allowable stress) pada Sucker Rod
tersebut. Sucker Rod yang dipilih dari permukaan, sampai unit pompa di dasar
sumur (Plunger) tidak perlu sama diameternya, tetapi dapat dilakukan/dibuat
27

kombinasi dari beberapa type dan ukuran Rod. Sucker string yang merupakan
kombinasi dari beberapa type dan ukuran tersebut, disebut Tappered Rod String.
- Poni rod
Merupakan rod yang lebih pendek dari panjang Rod umumnya (25 feet).
Fungsinya adalah untuk melengkapi panjang dari Sucker Rod, apabila tidak
mencapai kepanjangan yang dibutuhkan ukurannya adalah : 2, 4, 6, 8, 12 feet.
- Polished rod
Adalah tangkai Rod yang berada di luar sumur yang mengubungkan Sucker
rod string dengan Carier bar dan dapat naik turun di dalam Stuffing box. Diameter
Stuffing box lebih besar daripada diameter Sucker Rod, yaitu : 1 1/8, 1 , 1 , 1
. Panjang Polished rod adalah :8,11,16, 22 feet.













Gambar 2.13
Klasifikasi Pompa menurut API
1)
Gambar 2.13 diatas merupakan jenis-jenis pompa berdasarkan klasifikasi
API (American Petroleum Institut), gambar no.1 sampai no.7 pada Gambar 2.13
diatas merupakan pompa jenis Rod, sedangkan no.7 dan no.8 merupakan pompa
jenis Tubing. Berikut adalah keterangan untuk jenis-jenis pompa berdasarkan
klasifikasi API :

28

1. RHA : Rod, Stationary Heavy Wall Barrel, Top Anchor Pump
RLA : Rod, Liner Barrel, Top Anchor Pump
2. RWA : Rod, Stationary Thin Wall Barrel, Top Anchor Pump
RSA : Rod, Stationary Thin Wall Barrel, Top Anchor Pump, Soft Packed
3. RHB : Rod, Stationary Heavy Wall Barrel, Bottom Anchor Pump
RLB : Rod, Liner Barrel, Bottom Anchor Pump
4. RWB : Rod, Stationary Thin Wall Barrel, Bottom Anchor Pump
RSB : Rod, Stationary Thin Wall Barrel, Bottom Anchor Pump, Soft Packed
5. RHT : Rod, Travelling Heavy Wall Barrel, Bottom Anchor Pump
RLT : Rod, Travelling Liner Barrel, Bottom Anchor Pump
6. RWT : Rod, Travelling Thin Wall Barrel, Bottom Anchor Pump
RST : Rod, Travelling Thin Wall Barrel, Bottom Anchor Pump, Soft Packed
7. TH : Tubing, Heavy Wall Barrel Pump
TL : Tubing, Liner Barrel Pump
8. TP : Tubing, Heavy Wall Barrel Soft Packed

Tabel II-2
Jenis dan Ukuran Maksimum Pompa
1)

Pump Type
Tubing Size, in
1.900 2
3
/
8
2
7
/
8
3
Tubing one-piece,
thin-wall barrel (TW) 1 1 2 2
Tubing one-piece,
heavy-wall barrel (TH) 1 1 2 2
Tubing liner barrel (TL) - 1 2 2
Rod one-piece,
thin-wall barrel (RW) 1 1 2 2
Rod one-piece,
heavy-wall barrel (RH) 1
1
/
16
1 1 2
Rod liner barrel (RL) - 1 1 2
29

Tabel II-3
Klasifikasi pompa Sucker Rod di Bawah Permukaan Menurut API
1)






























30

2.3.2. Prinsip Kerja Pompa Sucker Rod
Prinsip kerja pompa Sucker Rod secara sederhana dapat dijelaskan sebagai
berikut, pada saat Downstroke sampai travelling valve mendekat standing valve
maka tekanan ruang diantara standing valve dan travelling valve akan lebih besar
dibanding tekanan diatas travelling valve dan di bawah standing valve, sehingga
bola pada standing valve akan terdorong kebawah sehingga valve menutup dan
mendorong bola pada travelling valve keatas, sehingga valve terbuka, dengan
demikian fluida akan mengalir kedalam plunger. Pada saat Upstroke, sampai
travelling valve menjauh dari standing valve, maka tekanan ruang antara standing
valve dan travelling valve akan lebih kecil dibandingkan tekanan formasi dan
tekanan diatas travelling valve, sehingga standing valve terbuka (bola standing
valve terdorong keatas) yang kemudian barel diisi fluida formasi, sedangkan pada
travelling valve-nya tertutup karena tekanan diatas travelling valve lebih besar
dibandingkan dengan tekanan di bawah travelling valve. Demikianlah seterusnya
secara kontinyu, sehingga fluida terdorong ke permukaan dengan bantuan gerakan
naik turun dari pompa Sucker Rod.













Gambar 2.14
Mekanisme Kerja Sucker Rod
11)

31

2.3.3. Analisa Peralatan Pompa
Komponen-komponen peralatan pompa Sucker Rod merupakan suatu
gabungan yang komplek, dengan kata lain akan saling tergantung satu dengan
yang lain.
2.3.3.1 Analisa Gerakan Rod
Apabila Sucker Rod digantung pada Polished rod atau bergerak naik turun
pada kecepatan konstan, maka gaya yang bekerja pada Polished rod adalah berat
dari sucker rod, dalam hal ini sucker rod mengalami percepatan. Polished rod
akan menderita beban tambahan yaitu beban percepatan.
a
g
Wr
.............................................................................................(2-17)
Faktor percepatan atau faktor dimana bobot mati dari rod harus dikalikan
dengan faktor kecepatan ini untuk mendapatkan beban percepatan yang maksimal,
dinyatakan sebagai :

g
a
= ................................................................................................(2-18)
Keterangan :
a = Percepatan maksimum yang terdapat pada sucker rod string, ft/sec
g = Percepatan gravitasi, ft/sec
Suatu studi terhadap gerakan yang ditransmisikan dari Prime mover ke
Sucker Rod menunjukkan bahwa gerakan Sucker Rod hampir merupakan gerak
beraturan yang sederhana. Gerak beraturan ini dapat dinyatakan sebagai proyeksi
suatu partikel yang bergerak melingkar pada garis tengah lingkaran tersebut.






Gambar 2.15. Sistem Gerakan Sucker Rod
2)

32

Apabila hal tersebut diatas dihubungkan dengan sistem Sucker Rod, maka :
1. Diameter lingkaran menyatakan panjang langkah Polished rod.
2. Waktu untuk satu kali putaran dari partikel yang melingkar sama dengan
waktu untuk satu kali siklus pemompaan.
Percepatan maksimum dari pada sistem Sucker Rod terjadi pada awal Up
stroke dan awal Down stroke, yaitu pada saat titik proyeksi mempunyai jarak yang
jauh dari pusat gerak melingkar.
Pada saat tersebut percepatan dari pada proyeksi sama dengan percepatan gerak
melingkar, yaitu :
a =
e
p
r
V
2
................................................................................................(2-19)
Keterangan :
V
p
= Kecepatan partikel, ft/sec
r
e
= Jari-jari lingkaran, ft
Apabila waktu untuk satu kali putaran, maka :
V
p
=

e
r 2
..............................................................................................(2-20)
Apabila N = jumlah putaran persatuan waktu :
Vp = 2 r
e
N.........................................................................................(2-21)
Dimana N = 1/, jika Persamaan (2-20) dan Persamaan (2-21) disubstitusikan
pada Persamaan (2-18) didapat :

g
N r
g r
V
e
e
p
2 2
2
4
= ..................................................................................(2-22)
Untuk sumur pompa :
N = Kecepatan pemompaan, SPM
g = Percepatan gravitasi, ft/sec
r
e
= Dapat dihubungkan dengan polished rod, stroke length yaitu :
r
e
=
2
S

33

Dengan demikian Persamaan (2-22) menjadi :
=
g
SN
2
2
.........................................................................................(2-23)
Panjang langkah Polished rod biasanya dinyatakan dalam inchi, dan kecepatan
pemompaan dalam stroke per menit (SPM), maka :
=
2 2
2 2
sec 3600
min 1
12
1
sec /
min /
2 , 32
2
in
ft
ft
in SN

=
70500
2
SN
..........................................................................................(2-24)
2.3.3.2. Sucker Rod String
Sucker Rod string didapati pada sumur-sumur yang dalam, dan tidak
hanya terdiri dari satu macam diameter, merupakan Tapered rod (makin ke atas
makin besar diameternya, karena membawa beban yang lebih berat). Dengan
anggapan bahwa stress disetiap bagian sama (pada puncak masing-masing
interval). Pada Tabel (II-4), R
1
, R
2
, R
3
, dan seterusnya adalah fraksi panjang dari
seluruh panjang rod, dan karena umumnya suatu potongan rod mempunyai
panjang 25 ft, maka pembulatan selalu 25 ft.
2.3.3.3. Effective Plunger Stroke (S
p
)
Jumlah volume minyak yang diperoleh selama pemompaan tidak
tergantung pada panjang Polished rod, tetapi tergantung pada gerakan relatif
plunger terhadap Working barrel yang disebut effective plunger stroke.
Pada dasarnya langkah ini berbeda dengan Polished rod stroke. Perbedaan
ini disebabkan oleh :
1. Adanya rod stretch dan tubing stretch.
2. Adanya plunger over travel yang disebabkan adanya percepatan.
Dengan demikian perlu diperkirakan adanya rod stretch dan tubing stretch
serta over travel, yang mana hal ini telah dikembangkan oleh Marsh dan Coberly.

34

Tabel II-4
Kombinasi Untuk Sucker Rod
2)
Ukuran rod pada string
(in)
Harga R sebagai fungsi Luas Plunger (A
p
)
Catatan : R
1
adalah yang bawah atau terkecil

5
/
8

R1 = 0.759 0.0896 Ap
R2 = 0.241 + 0.0896 Ap

-
7
/
8

R1 = 0.786 0.0566 Ap
R2 = 0.214 + 0.0566 Ap

7
/
8
1
R1 = 0.814 0.0375 Ap
R2 = 0.186 + 0.0375 Ap

5
/
8
-
7
/
8

R1 = 0.627 0.1393 Ap
R2 = 0.199 + 0.0737 Ap
R3 = 0.175 + 0.0655 Ap

-
7
/
8
1
R1 = 0.644 0.0894 Ap
R2 = 0.181 + 0.0478 Ap
R3 = 0.155 + 0.0146 Ap

-
7
/
8
1 1
1
/
8

R1 = 0.582 0.1110 Ap
R2 = 0.159 + 0.0421 Ap
R3 = 0.137 + 0.0364 Ap
R4 = 0.123 + 0.0325 Ap

Pada saat Downstroke, Standing valve tertutup dan Travelling valve
terbuka, beban fluida bekerja pada Tubing yang menyebabkan elongasi pada
Tubing tersebut.
Pada awal Up stroke, Travelling valve tertutup, menimbulkan
perpanjangan pada rod dan pembukaan pada Standing valve menyebabkan Tubing
mengalami stretch. Kembalinya Tubing ke panjang semula menyebabkan
Working barrel bergerak lebih ke atas.
35

Perpanjangan rod menyebabkan plunger bergerak lebih ke bawah. Dengan
demikian effective plunger stroke berkurang sebesar jumlah perpanjangan rod dan
tubing yang disebabkan oleh beban fluida.
Untuk suatu deformasi elastik, terdapat perbandingan antara stress yang
bekerja pada suatu benda dengan strain yang dihasilkan oleh stress tersebut yang
besarnya konstan, yaitu :
E =
Strain
Stress
...........................................................................................(2-25)
Keterangan :
E = Modulus elastisitas, tergantung pada beban yang dipergunakan
Sedangkan Stress merupakan gaya persatuan luas, maka :
Stress = F/ A........................................................................................(2-26)
Keterangan :
F = Gaya, lb
A = Luas penampang, in
Dan strain adalah fraksi perubahan panjang, yaitu :
Strain = e /L....................................................................................... .(2-27)
Gaya (F) dinyatakan dalam Lb, penampang (A) dinyatakan dalam in
2
.
perpanjangan (e) dan panjang mula-mula (L) dinyatakan dalam satuan sama.
Umumnya besarnya perpanjangan dalam in. Sedangkan panjang dalam ft, dengan
demikian persamaan (2-27) berubah menjadi :
Strain =
L
e
12
........................................................................................(2-28)
Apabila persamaan (2-26) disubstitusikan kedalam Persamaan (2-25) menjadi :
E =
eA
FL
L e
A F 12
12 /
/
= ............................................................................(2-29)
e =
EA
FL 12
..............................................................................................(2-30)
36

Gaya yang disebabkan oleh beban fluida yang disebabkan adanya
perbedaan tekanan sepanjang Plunger, dan bekerja pada luas permukaan A
p
,
adalah:
F = P x A
p
.........................................................................................(2-31)
Apabila dianggap bahwa pompa dipasang pada working fluid level,
perbedaan tekanan (P) pada plunger adalah tekanan kolom fluida dengan
specific gravity campuran G
mix
, sepanjang L (kedalaman pompa).
P = 0.433 G
mix
L................................................................................(2-32)
Untuk suatu hal yang umum, dimana working fluid level terletak pada
kedalaman D, tekanan C (dibawah plunger) yang disebabkan oleh kolom fluida
didalam casing setinggi (L D) harus diperhitungkan.








Gambar 2.16
Hubungan Kolom Fluida Di annulus dengan Tekanan
8)


Dengan demikian :
= 0.433 G L 0.433 G
mix
(L D)......................................................(2-33)
= 0.433 G
mix
D
G
mix
= SG
oil
(1-WC) + SG
water
(WC)....(2-34)
37

Dari Persamaan 2-30 :
e =
EA
FL 12

=
EA
L DA G x
P mix
433 . 0 12

=
EA
GDAL 520
...................................................................................(2-35)
Persamaan (2-35) diatas merupakan persamaan umum. Persamaan tersebut
dapat untuk menghitung perpanjangan dari suatu benda yang mengalami
pembebanan.
Berdasarkan persamaan (2-35), maka :
1. Perpanjangan tubing (e
t
) adalah :
e
1
= 5.20 G
mix
D A
p
L / E A
t
.................................................................(2-36)
2. Perpanjangan rod string (e
r
) adalah :
er = 5.20 G
mix
D Ap L / E A
r
................................................................(2-37)
Keterangan :
Et = Perpanjangan tubing, in
Er = Perpanjangan rod, in
G
mix
= Specific gravity fluida campuran
D = Working fluid level, ft
L = Kedalaman letak pompa, ft
A
p
= Luas penampang plunger, sq-in
A
t
= Luas penampang tubing, sq-in
A
r
= Luas penampang rod, sq-in
E = Modulus elastisitas = 30 x 10
6

Bila dipasang Anchor pada Tubing, maka bentuk L/A
t
, dapat diabaikan.
Besarnya A
r
, A
t
, A
p
dari masing-masing ukuran Rod, Tubing atau Plunger
dapat dilihat pada Tabel (II-5), Tabel (II-6) dan Tabel (II-7) berikut :
38

Tabel II-5
Data Sucker Rod
1)

Rod Size
(in)
Metal Area
(in
2
)
Rod
Weight in
Air
(lb/ft)
Elastic Constant
(in/lb ft)
0.196 0.72 1.990 x 10
-6
5
/
8
0.307 1.13 1.270 x 10
-6

0.442 1.63 0.883 x 10
-6

7
/
8
0.601 2.22 0.649 x 10
-6

1 0.785 2.90 0.497 x 10
-6

1
1
/
8
0.994 3.67 0.390 x 10
-6


Tabel II-6
Data Tubing
1)

Tubing Size
(in)
Outside Diameter
(in)
Inside
Diameter
(in)
Metal Area
(sq-in)
1.900 1.900 1.610 0.800
2
3
/
8
2.375 1.995 1.304
2
7
/
8
2.875 2.441 1.812
3 3.500 2.992 2.590
4 4.000 3.476 3.077
4 4.500 3.958 3.601


39


Tabel II-7
Data Plunger Pompa
1)




























Plunger
Diameter
in
Area of Plunger
(Ap)
sq-in
Constant
(K)
1
1
1/
16

1
1
1
1
25
/
32

2
2
2
2
3
4
0.785
0.886
1.227
1.767
2.405
2.448
3.142
3.976
4.909
5.940
11.045
17.721
0.117
0.132
0.182
0.262
0.357
0.370
0.466
0.590
0.728
0.881
1.640
2.630
40

Tabel II-8
Data Rod dan Pompa
1)

Rod*
no.
Plunmger
diameter
in
Rod
weight
lb/ft
Elastic constant
in/lb ft
Frequency
Factor Rod string, % of each size
1
1
/8 1
7
/
8

5
/
8

44 All 0.726 1.990 x 10
-6
1.000 100.0

54 1.06 0.908 1.668 x 10
-6
1.138 44.6 55.4
54 1.25 0.929 1.663 x 10
-6
1.140 49.5 50.5
54 1.50 0.957 1.584 x 10
-6
1.137 56.4 43.6
54 1.75 0.990 1.525 x 10
-6
1.122 64.6 35.4
54 2.00 1.027 1.460 x 10
-6
1.095 73.7 26.3
54 2.25 1.067 1.391 x 10
-6
1.061 83.4 16.6
54 2.50 1.208 1.318 x 10
-6
1.023 93.5 6.5

55 All 1.135 1.270 x 10
-6
1.000 100.0

64 1.06 1.164 1.382 x 10
-6
1.229 33.3 33.1 33.5
64 1.25 1.211 1.319 x 10
-6
1.215 37.2 35.9 26.9
64 1.50 1.275 1.232 x 10
-6
1.184 42.3 40.4 17.3
64 1.75 1.341 1.141 x 10
-6
1.145 47.4 45.2 7.4

65 1.06 1.307 1.138 x 10
-6
1.098 34.4 65.6
65 1.25 1.321 1.127 x 10
-6
1.104 37.3 62.7
65 1.50 1.343 1.110 x 10
-6
1.110 41.8 58.2
65 1.75 1.369 1.090 x 10
-6
1.114 46.9 53.1
65 2.00 1.394 1.070 x 10
-6
1.114 52.0 48.0
65 2.25 1.426 1.045 x 10
-6
1.110 58.4 41.6
65 2.50 1.460 1.018 x 10
-6
1.099 65.2 34.8
65 2.75 1.497 0.990 x 10
-6
1.082 72.5 27.5
65 3.25 1.574 0.930 x 10
-6
1.037 88.1 11.9

66 All 1.634 0.883 x 10
-6
1.000 100.0
41

Untuk Tappered rod string, perpanjangan rod dicari untuk masing-masing
bagian, yaitu :
e
1
= 5.20 G D A
p
L
1
/ E A
1
.(2-38)
e
2
= 5.20 G D A
p
L
2
/ E A
2
........dst
Keterangan :
e
1
= Perpanjangan rod bagian pertama dengan panjang L
1

e
2
= Perpanjangan rod bagian kedua dengan panjang L
2
Dari gabungan persamaan diatas, perpanjangan rod total adalah :
e
r
=
|
|

\
|
+ + ...
20 . 5
2
2
1
1
A
L
A
L
E
GDA
P
..............................................................(2-39)
Rod mengalami perpanjangan akibat berat rod itu sendiri dan beban
percepatan. Untuk Tappered rod, beban Rod bervariasi secara uniform dari harga
nol (yaitu dari bagian bawah rod) sampai sebesar W
r
(yaitu puncak dari rod).
Rata-rata berat dari rod yang menyebabkan perpanjangan adalah W
r
/2, apabila
dipusatkan pada L/2.
Perpanjangan rod yang mengakibatkan berat rod dan beban percepatan,
tidak sama besarnya pada waktu Upstroke ataupun Downstroke.
Pada akhir Downstroke, perpanjangan rod, adalah :
e
d
=
r
EA
L Wr Wr 2 / ) ( 12 +
.......................................................................(2-40)
Dan perpanjangan pada waktu Upstroke, adalah :
e
u
=
r
r r
EA
L W W 2 / ) ( 12
........................................................................(2-41)
Dari Persamaan (2-40) dan Persamaan (2-41) dapat ditentukan perpanjangan yang
disebabkan oleh beban percepatan, yaitu :
e
p
= e
d
e
u
=
r
r
EA
L W 12
........................................................................(2-42)
42

Sedang berat rod string, adalah :
W
r
=
144
r r
LA
........................................................................................(2-43)
Keterangan :
= Faktor percepatan

r
= Density rod, lb/cuft 490 lb/cuft untuk baja
Maka :
ep =
E
L LA
EA
L
t
r

2
8 . 40
144
490 12
= ..........................................................(2-44)
Keterangan :
E = Modulus young besi = 30 x 10
6
Psi
Persamaan (2-44) digunakan untuk untappered rod string, sedangkan untuk
tappered rod string dilakukan pendekatan dengan persamaan berikut ;
ep = (46.5 L
2
) / E.............................................................................(2-45)
Keterangan :
Ep = Plunger overtravel, in
L = Panjang rod, ft
= Faktor percepatan = S N
2
/70500
S = Panjang langkah, in
N = langkah/menit, SPM
Persamaan (2-45) akan memberikan perbedaan sekitar 25% tetapi hal ini
tidak berpengaruh banyak dalam effective plunger stroke.
Dengan demikian effective plunger stroke adalah panjang langkah
(polished rod stroke) dikurangi dengan perpanjangan rod ditambah dengan (rod &
tubing stretch) sebagai akibat beban fluida ditambah dengan plunger overtravel,
maka :
S
p
= S + e
p
(e
t
+ e
r
)...........................................................................(2-46)
43

Penggabungan Persamaan (2-37), Persamaan (2-39), Persamaan (2-44) dan
Persamaan (2-46) didapatkan Persamaan sebagai berikut :
S
p
= S +
|
|

\
|
+ + ...
20 . 5 8 . 40
2
2
1
1
2
A
L
A
L
E
GDA
E
L
P

...................................(2-47)
Dalam hal ini untappered rod string, Persamaan 2-46 menjadi :
S
p
= S +
|
|

\
|
+
r t
P
A A E
GDA
E
L 1 1 20 . 5 8 . 40
2

.........................................(2-48)
Keterangan :
L1, L2, L3, ...adalah panjang-panjang rod (bila diameternya berbeda-beda
untuk sistem tersebut), ft
A1, A2, A3,...adalah luas penampang masing-masing bagian rod yang berbeda-
beda untuk, inch
2

Catatan: Apabila tubing dipasang anchor, maka A
t
dapat diabaikan dan
Persamaan (2-47) & Persamaan (2-48) tidak mengandung A
t
.
2.3.3.4. Kecepatan Pompa
Akibat pemompaan akan timbul getaran yang dialami oleh Rod string.
Getaran yang dialami Rod tersebut adalah merupakan resultan dari getaran aslinya
(transmitted wave) dengan getaran yang dipantulkan (reflected wave). Gambaran
mengenai terjadinya getaran dari pada rod string adalah seperti pada Gambar
(2.17).
Apabila transmitted wave dan reflected wave terjadi serempak
(syncronous), maka akibatnya akan terjadi resultan getaran yang maksimum
(saling menguatkan). Akan tetapi bila antara kedua macam tidak terjadinya saling
bergantian (non-syncronous), maka resultannya merupakan getaran yang saling
melemahkan.
Maka dapatlah dimengerti bahwa kecepatan pemompaan setiap menit
harus tidak boleh menimbulkan getaran yang maksimum, karena hal tersebut
dapat membahayakan rod string (menyebabkan putus). Sehingga dibuat supaya
getaran yang terjadi adalah getaran yang saling melemahkan.
44

Secara teoritis, dengan ketentuan kecepatan getaran pada baja sama
dengan 15800 fps, maka akan terjadi getaran non-syncronous, jika :
N = 237.000 / n L................................................................................(2-49)
Keterangan :
N = Kecepatan pemompaan, SPM
L = Panjang sucker rod string, ft
n = Bilangan tidak bulat
Jadi menentukan N dari pemompaan harus dipilih supaya harga n tidak
bulat. Dihindarkan harga n = 1, 2, 3, ...dst, karena harga n bulat akan terjadi
getaran yang syncronous.







Gambar 2.17
Getaran yang Terjadi Pada Rod String
2)

2.3.3.5. Perhitungan Counterbalance
Fungsi utama Counterbalance adalah menyimpan tenaga pada waktu Up
stroke dan waktu downstroke serta melepaskan tenaga pada waktu Upstroke.
Secara teoritis Counterbalance effect ideal (Ci) harus sedemikian rupa
sehimgga Prime mover akan membawa beban rata-rata yang sama besarnya baik
pada waktu Upstroke ataupun pada waktu Downstroke (Craft-holden, 1962 &
Brown Kermit, 1984), yang dinyatakan sebesar :
W
max
Ci = Ci W
min
.......................................................................(2-50)

45

Counterbalance yang ideal adalah :
Ci = 0,5 (W
max
+ W
min
)........................................................................(2-51)
Dengan menggunakan parameter Wmax dan Wmin yang didapat dari hasil
perhitungan polished rod load, maka akan diperoleh cunterbalance effect ideal
sebesar :
Ci = 0.5 W
f
+W
r
( 1- 0.127 G).............................................................(2-52)
2.3.3.6. Perhitungan Torsi (Puntiran)
Perhitungan Torsi sangat erat hubungannya dengan perencanan
counterbalance, karena pumping unit harus bekerja tidak boleh melebihi puntiran
yang diijinkan pada Gear reducer yang telah ditentukan oleh pabrik
pembuatannya. Pada Gambar 2.18 ditunjukan besarnya beban Polished rod (W)
ditransmisikan ke crank melalui pitman yang bergerak dengan arah vertikal. Dari
Gambar 2.18 tersebut puntiran bersih terhadap O dinyatakan (Craft-Holden,
1962),sebagai berikut :
T = W
r
sin W
e
d sin......................................................................(2-53)
Keterangan :
T = Gaya puntiran, Lbs
W = Beban polished rod, Lbs
W
e
= Counterweight, Lbs
e = Jarak dari crankshaft ke Pitman bearing (Gambar 2.18)
d = Jarak dari Crankshaft ke pusat titik O, in
= Posisi kedudukan Crankshaft (Gambar 2.18)
= Sudut yang dibentuk oleh crank dengan bidang vertikal, derajat
Apabila geometri dari peralatan permukaan diabaikan, yaitu jarak dari
saddle bearing ke tail bearing serta struktural unbalance dari instalasi
permukaan, maka akan diperoleh persamaan untuk :
Ci = 2 We d /S.....................................................................................(2-54)

46

Keterangan :
C = Crank counterbalance, lbs
Wc = Berat counterbalance, lbs
S = Panjang langkah, in







Gambar 2.18
Gaya-gaya Yang Bekerja pada Crank
2)

Subtitusi Persamaan (2-53) ke Persamaan (2-54) akan diperoleh :
T = W (S/2) sin C (S/2) sin
= (W C) (S/2) sin ........................................................................(2-55)
Harga maksimum untuk variabel-variabel W dan sin masing masing adalah
Wmax dan sin = 1 atau = 90, dengan demikian puntiran maksimum (peak
torque) adalah :
T
p
= (W
max
C) (S/2)...........................................................................(2-56)
Keterangan :
T
p
= Peak torque maksimum, Lbs
Dalam perhitungan harga peak torque (C) diasumsikan 95% dari harga idealnya
(Ci), maka Persamaan (2-56) menjadi :
Tp = (W
max
0.95 Ci) (S/2)................................................................(2-57)

47

2.3.4. Kapasitas Pompa (Pump Displacement)
Dengan prinsip torak (piston), maka volume teoritis pemompaan (Pump
displacement) adalah :
V = A
p
(in2) x S
p
(in / stroke) x N
bbl in
hari menit
x
menit
Stroke
3
9702
/ 1440

= 0.1484 A
p
S
p
N bbl / hari .................................................(2-58)
Persamaan (2-58) di atas harga 0.1484 Ap merupakan konstanta untuk
suatu diameter plunger tertentu dan dinotasikan dengan K yang disebut sebagai
konstanta pompa (Tabel II-6) :
V = K S
p
N bbl / hari..........................................................................(2-59)
2.3.5. Efisiensi Total Pompa Sucker Rod
Dengan mengetahui besarnya horse power, maka akan dapat ditentukan
efisiensi total dari pompa sucker rod. Efisiensi total pompa adalah hasil kali dari
dua efisiensi, yaitu efisiensi permukaan (above ground efficiency) dan efisiensi
bawah permukaan (bellow ground efficiency). Besarnya horse power yang perlu
diketahui disini adalah :
Polished rod horse power (PRHP)
Hidroulic horse power (HHP)
Power input (power yang dibutuhkan prime mover selama pemompaan
berjalan) atau brake horse power (BHP)
2.3.5.1. Beban polished rod (Polished Rod Load/PRL)
Selama siklus pemompaan terdapat lima faktor yang mempengaruhi beban
bersih (net load) polished rod yaitu :
a. Beban fluida
b. Beban mati dari pada rod
c. beban percepatan dari pada sucker rod
d. Gaya ke atas pada sucker rod yang tercelup dalam fluida
e. Gaya gesekan
48

Dalam hal ini yang diabaikan beban getaran dan beban percepatan
sehubungan dengan fluida yang diangkat.
Berat Tappered rod string adalah :
Wr = M
1
L
1
+ M
2
L
2
+.......+ M
n
L
n
..............................................................(2-60)
Keterangan :
M
1
= Berat rod section pertama dari tappered rod, lb/ft
L
1
= Panjang rod, section pertama, ft
Berat percepatan maksimum adalah W
r

Berat percepatan minimum adalah -W
r

Dengan menganggap density rod 490 lb /cuft, volume rod string sama
dengan fluida yang dipindahkan rod string adalah :
Volume = cuft
W
density
berat
r
490
= ..............................................................(2-61)
Density fluida yang dipindahkan 62.4 G (dimana G = Specific gravity)
lb/cuft. Gaya ke atas yang bekerja pada rod, adalah berat fluida yang dipindahkan
yaitu :
Gaya ke atas = G x
W
r
4 . 62
490

= -0.127 W
r
G...............................................................(2-62)
Jadi dengan demikian berat rodstring didalam fluida (Wrm) adalah :
Wrm = Wr - 0.127 W
r
G
mix

Wrm = Wr (1-0.127 Wr G
mix
)....(2-63)
Beban fluida yang digunakan dalam perhitungan beban polished rod
adalah berat kolom fluida yang ditahan oleh plunger, volume dari kolom fluida
dari plunger dan setinggi rod string adalah :
Volume =
144
P
LA
cuft............................................................................(2-64)

49

Volume fluida dapat diperoleh dari Persamaan (2-61) dikurangi Persamaan (2-64)
Volume =
144
P
LA
-
490
r
W
cuft...................................................................(2-65)
Beban fluida Wf adalah :
Wf = 62.4 G{ } ) 490 / ( ) 144 / (
r P
W LA
Wf = 0.433 G{ } ) 294 . 0 (
r P
W LA ........................................................(2-66)
Beban fluida tersebut hanya bekerja pada polished rod pada waktu
Upstroke. Selanjutnya beban gesekan tidak dapat diturunkan secara matematis,
tetapi beban ini dapat diperkirakan secara empiris dengan Dynamometer tes.
Sedangkan untuk keperluan design, gesekan ini dapat dinyatakan sebagai + F,
pada waktu Upstroke dan F pada waktu Downstroke.
Jadi, beban polished rod maksimum yang terjadi pada waktu Upstroke adalah :
W
max
= W
f
+ Wr + W
r
+ F..............................................................(2-67)
Beban Polished rod minimum yang terjadi saat Downstroke :
W
min
= W
r
W
r
0.127 W
r
G F...................................................(2-68)
Jika Persamaan (2-67) digunakan untuk menghitung beban maksimum, suku yang
terakhir diabaikan, oleh karena itu beban gesekan tidak dapat dihitung dengan
tepat.
W
max
= W
f
+ W
r
(1 - )......................................................................(2-69)
Dengan cara yang sama, perhitungan beban minimum juga dengan mengabaikan
beban gesekan.
Wmin = Wr (1 - - 0,127 G)............................................................(2-70)
2.3.5.2. Hydraulic Horse Power
Hydraulic horse power (HHP) adalah besarnya horse power yang
diperlukan pompa untuk mengangkat sejumlah fluida secara vertikal saat
pemompaan berlangsung. Hal penting di dalam penentuan horse power ini adalah
50

net lift (L
N
), pengertian net lift yaitu, jarak angkat efektif pompa dalam satuan ft.
Besarnya net lift, dapat ditentukan dengan persamaan dibawah :
L
N
= L x ft
W
W
fc
fm
,
|
|

\
|
..............................................................................(2-71)
Wfm = 0.433 x SG
mix
(L x Ap 0.294 Wr)...(2-72)
Wfc = 0.433 x SG
mix
x L x Ap .....(2-73)
Keterangan :
L = Panjang rod string, ft
Wfm = Berat rod + fluida berat rod, Lbs
Wfc = Berat fluida, Lb
Selanjutnya besarnya horse power dapat ditentukan dengan persamaan :
HHP = 7.36 x 10
-6
x q G L
N
, hp.........................................................(2-74)
Keterangan :
q = Rate produksi, BPD
G = Specific gravity fluida
L
N
= Net lift, ft
2.3.5.3. Brake Horse Power (Power Input)
Power input ini menunjukkan besarnya horse power yang dibutuhkan oleh
prime mover pada operasi pompa sucker rod ada dua power load yang harus
dipertimbangkan selama terjadi gerakan fluida dari pompa ke permukaan, yaitu
pertama adalah hydraulic horse power seperti telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, dan kedua adalah friction horse power diberi simbol H
f
, harga
friction horse power dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Hf =
hp lb ft ftx in
lb in N S W
r
min/ / 33000 / 12
min / . . . 25 . 0


= 6.31 x 10
-7
W
r
S N , HP..............................................................(2-75)

51

Keterangan :
Wr = Berat rod string, lb
S = Panjang stroke, in
N = Jumlah stroke permenit, spm
Selanjutnya besarnya Brake Horse Power (BHP) merupakan penjumlahan
hidraulic dan Friction Horse Power. Untuk mengatasi tekanan yang tidak dapat
diperkirakan dalam peralatan di permukaan maka diambil faktor keselamatan
sebesar 1.5. Brake horse power dituliskan :
BHP = 1.5 (H
h
+ H
f
)...........................................................................(2-76)
2.3.5.4. Penentuan Efisiensi Total Pompa
Sebagaimana dikemukakan di atas bahwa efisiensi total pompa adalah
merupakan hasil kali dari dua efisiensi, yaitu efisiensi permukaan (above ground
efficiency) dan efisiensi bawah permukaan (bellow ground efficiency). Above
ground efficiency yaitu efisiensi pompa yang berhubungan dengan keperluan
horse power oleh prime mover di permukaan, dan besarnya dinyatakan dengan
perbandingan antara polished rod horse power terhadap power input pada prime
mover (brake horse power). Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Above Ground Efficiency =
horsepower Brake
horsepower d Polishedro



=
BHP
PRHP
,HP..................................................(2-77)
Bellow ground effisiensi yaitu efisiensi yang berkaitan dengan peralatan
bawah permukaan di dalam mengangkat fluida kepermukaan, besarnya efisiensi
ini dinyatakan dengan perbandingan antara horse power terhadap polished rod
horse power dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
Bellow Ground Efficiency =
power horse Rod Polished
power horse Hydraulic



= HP
PRHP
HHP
, ...............................................(2-78)
52

Jadi besarnya efisiensi total pompa adalah :
Effisiensi total = Efisiensi permukaan x Efisiensi bawah permukaan
= HP
PRHP
HHP
x
BHP
PRHP
, ...................................................(2-79)
2.3.6. Perhitungan Optimasi Pompa
Untuk melakukan optimasi pompa Sucker Rod, maka diperlukan
perhitungan-perhitungan dengan langkah sebagai berikut :
1. Menentukan besarnya harga Ap, Atr, K, Wr dan W
f

Ap = 0.25 d
2
.(2-80)
Atr = 0.25 d
2
(2-81)
K = 0.1484 Ap.(2-82)
Wr = L {(M
1
x L
1
)+(M
2
x L
2
)}.....(2-83)
Wf = 0.433 x G x L x Ap..(2-84)
Keterangan :
Ap = Luas Penampang Plunger, in
Atr = Luas Penampang Top Rod, in
Wr = Berat Rod Di Udara, lb
Wf = Berat Fluida, lb
G = Spesifik Grafity Fluida
L = Panjang Rod String, ft
M
1
= Berat Rod Atas, lb/ft
M
2
= Berat Rod Bawah, lb/ft
L
1
= Fraksi Panjang Rod Bagian Atas, ft
L
2
= Fraksi Panjang Rod Bagian Bawah, ft


53

2. Menentukan konstanta a, b dan c
a =
(

\
|
+ ) (
4
) 5063 . 0 9 . 0 (
1
Atr SF
T
Wr SF Wf
Ap
(2-85)
b = ( ) [ ] p c SF
Ap K
N Wr
/ SF 5625 . 0 1 5625 . 0 1
56400

+
...(2-86)
c = ( ) [ ] p c SF SF
Ap K
Wr
/ 5625 . 0 1 5625 . 0 1
S 45120
2
+
(2-87)
3. Persamaan Pump Intake Untuk N
Pi = a + b q .....(2-88)
4. Persamaan Pump Intake Untuk S
Pi = a + c q
2
....(2-89)
5. Menentukan untuk satu harga N dan mengasumsikan beberapa harga q,
sehingga diperoleh harga P, kemudian mengeplot pasangan data (q,P) untuk
satu harga N pada kurva IPR sumur. Selanjutnya menentukan satu harga S dan
mengasumsikan harga q, sehingga diperoleh harga P, kemudian mengeplot data
(q, P) untuk satu harga S pada kurva IPR.
6. Memasukkan hasil perhitungan Pump Intake Pressure untuk berbagai macam
harga N dan q kedalam tabel masing-masing.
7. Dari perpotongan kedua kurva Pump Intake Pressure dengan kurva IPR sumur
diperoleh pasangan data (N,q) dan (S,q), hasil optimasi diperoleh dari
perpotongan hasil plotting data-data (N,q) dan (S,q) pada skala yang sesuai.
8. Menentukan Peak Polished Rod Load (PPRL) dan Minimum Polished Rod
Load (MPRL)
PPRL = Wf + (0.9 +
1
) Wr - P Ap .(2-90)
MPRL = (0.9 +
2
) Wr ..(2-91)
54

Keterangan :

1
= ( ) p c
SN
/ 1
70500
2
+
|
|

\
|
(2-92)

2
= ( ) p c
SN
/ 1
70500
2

|
|

\
|
(2-93)
9. Menentukan Stress maksimum (S
max
) dan Stress minimum (S
min
)
Smax =
Atr
PPRL
(2-94)
Smin =
Atr
MPRL
....(2-95)
10. Periksa apakah desain sudah cukup aman untuk menahan Stress maksimum
yang terjadi (S
A
S
max
)
S
A
= SF S
T
. . 5625 . 0
4
min
|

\
|
+ .(2-96)
11. Menentukan Efisiensi volumetris
- Beban Percepatan
=
|
|

\
|
70500
2
SN
...(2-97)
- Panjang Stroke Plunger Efektif
Sp = S+e
p
- (e
t
+e
r
)....(2-98)
Keterangan :
Ep =
E
L
2
5 . 46
.(2-99)
Er =
|
|

\
|
+
2
2
1
1
20 . 5
A
L
A
L
E
GDAp
.(2-100)
55

- Pump Displacement
V = 0.1484 Ap Sp N ..(2-101)
- Efisiensi Volumetris
Ev = % 100
V
q
....(2-102)
Optimasi dilakukan dengan memotongkan kurva pump intake untuk
kecepatan pompa (N) dan untuk panjang langkah pompa (S) dengan kurva IPR
seperti pada gambar 2.19, dari hasil perpotongan kedua kurva tersebut akan
dihasilkan laju produksi (q) pada berbagai harga N (pump speed), dari nilai yang
didapat kemudian diambil harga N yang menghasilkan laju produksi yang sesuai
dengan kemampuan reservoir.









Gambar 2.19
Grafik perpotongan IPR vs Pump Intake
11)




56

BAB III
OPTIMASI POMPA SUCKER ROD



Pompa sucker rod merupakan suatu peralatan metode artificial lift yang
dipakai di Lapangan Y. Untuk mendapatkan hasil produksi yang optimum dari
pompa angguk ini, maka perlu dilakukan perhitungan berdasarkan kondisi
reservoirnya. Dalam hal ini data-data kondisi reservoir didapatkan dari kegiatan
sonolog yang telah dilakukan. Dari perhitungan tersebut dilakukan evaluasi
keberhasilan dari pengguna pompa dengan cara membandingkan hasil
perhitungan dengan kondisi pompa terpasang. Untuk bahan kajian diambil sumur
X.
Data-Data Pompa Sucker Rod Sumur X Lapangan Y :
Data Bawah Permukaan :
1. Total Kedalaman Sumur dari Lampiran B = 1080 m = 3543.48 ft
2. Kedalaman Pompa (L) dari Lampiran A = 615.45 m = 2019.29 ft
3. Statis Fluid Level (SFL) dari Lampiran A = 494.02 m = 1620.88 ft
4. Dynamis Fluid Level (DFL) dari Lampiran A = 609.42 m = 1999.51 ft
5. Kedalaman Perforasi dari Lampiran B = (655 - 656.5) m
= (2149.055 - 2153.977) ft
6. Kedalaman Mid Perforasi (D) dari Lampiran B = 655.75 m = 2151.52 ft
7. Kedalaman Tubing (Lt) dari Lampiran B = 650.63 m = 2134.72 ft
8. Specific Gravity Oil (SGo) dari Lampiran C = 49.6 API @ 60F = 0.7813
9. Specific Gravity Water (SGw) = 1.0
10. SG liquid dari Lampiran B = 0.791
Data Produksi :
1. Laju Produksi Total (qt) dari Lampiran A = 63.2 BFPD
2. Laju Produksi Minyak (qo) dari Lampiran A = 60.4 BOPD
3. Laju Produksi Air (qw) dari Lampiran A = 2.8 BWPD
4. Kadar Air (Water Cut) (WC) dari Lampiran A = 0.0443 = 4.43 %

57

Data-Data Pompa Dan Peralatan :
1. Jenis Pompa dari Lampiran A = THM 2x14
2. Tipe Pompa dari Tabel II-3. = 25-225 THM
3. Diameter Casing dari Lampiran B = 7 in
4. Diameter Tubing dari Lampiran B = 2
7
/
8
in
Dari Tabel II-6 didapatkan = 2.875(OD) 2.441(ID)
5. Pump Bore (basic) dari Tabel II-2. = 2 in
6. Kedalaman Tubing dari Lampiran B = 650.63 m = 2134.72 ft
7. Diameter Plunger dari Lampiran A = 2 in
8. Panjang Barrel dari Lampiran A = 14 ft
9. Diameter Rod dari Lampiran B =
5
/
8
in
Ukuran Diameter Rangkaian Rod (Tappered Rod String Size) dari Tabel II-8
didapatkan rod no.65 :
- Atas = in R1 = 0.52 = 52%
M1 dari Tabel II-5 = 1.63 lb/ft
- Bawah =
5
/
8
in R2 = 0.48 = 48%
M2 dari Tabel II-5 = 1.13 lb/ft
10. Panjang Langkah (S) dari Lampiran A = 48 in
11. Kecepatan Pompa (N) dari Lampiran A = 12 spm
12. Service Faktor = 0.65
13. Crank Pitman Ratio (c/p) = 0.33
14. Tensile Strength Minimum (T) = 90000 psi
Perhitungan :
- Menghitung Kandungan Air (WC) dengan Persamaan (2-13) :
WC = % 43 . 4 % 100
4 . 63
8 . 2
% 100 = = x x
qt
qw

- Menghitung Specific Gravity (SG) cairan dengan Persamaan (2-34) :
SG
liquid
= SG
oil
(1-WC) + SG
w
(WC)
= 0.7813 (1-0.0443) + 1(0.0443)
= 0.791
58

- Setelah mengetahui SG cairan maka dapat menghitung Gradien fluida :
G
f
= 0.433 x SG
liquid
= 0.433 x 0.79 = 0.343
- Menghitung Tekanan Statis (P
s
) dengan Persamaan (2-3) :
P
s
= (D SFL) (Gf)
= (2151.52 1620.88) 0.343
= 182 psi
- Menghitung Tekanan Alir Dasar Sumur (P
wf
) dengan Persamaan (2-4) :
Pwf = (D DFL) (0.433 SG
(l)
)
= (2151.52 1999.51) (0.433 x 0.79)
= 52.1 psi
3.1. Pembuatan Kurva IPR Sumur X Dengan Metode Pudjo Sukarno
Produktivitas sumur X pada lapangan Y dapat diketahui dengan
menggunakan kurva Inflow Performance Rate (IPR). Untuk perhitungan kurva
IPR sumur X digunakan Metode Persamaan Pudjo Sukarno. Langkah-langkah
perhitungan pembuatan kurva IPR Metode Pudjo Sukarno adalah sebagai berikut :
1. Menghitung konstanta-konstanta P1 dan P2 dengan Persamaan (2-15) dan
Persamaan (2-15) :
P1 = 1.606207 0.130447 ln (WC)
= 1.606207 0.130447 ln (4.43)
= 1.412
P2 = -0.517792 + 0.1106047 ln (WC)
= -0.517792 + 0.1106047 ln (4.43)
= - 0.353
2. Menentukan Harga Wc pada harga Pwf sama dengan harga Ps (WC@Pwf=Ps)
dengan Persamaan (2-12) :
[ ]
S wf
P P WC = @ =
WC
P1 Exp_P2
Pw
Ps
, ]

[ ]
S wf
P P WC = @ =
4.4S
1.412 Exp[-u.SSS
S2.1
182
,
= 3.47%
59

3. Menghitung konstanta-konstanta A0, A1 dan A2 dari Tabel II-1 dengan
Persamaan (2-11):
Ao = 0.980321 0.11566 x 10
1
(WC) + 0.17905 x 10
4
(WC)
2

= 0.980321 0.11566 x 10
1
(3.47) + 0.17905 x 10
4
(3.47)
2

= 0.94
A1 = - 0.414360 + 0.392799 x 10
2
(WC) + 0.237075 x 10
5
(WC)
2

= - 0.414360 + 0.392799 x 10
2
(3.47) + 0.237075 x 10
5
(3.47)
2

= -0.40
A2 = -0.564870 + 0.762080 x 10
2
(WC) - 0.202079 x 10
4
(WC)
2

= -0.564870 + 0.762080 x 10
2
(3.47) - 0.202079 x 10
4
(3.47)
2

= -0.54
4. Menentukan Laju Produksi Total Cairan Maksimum (qtmax) dengan Persamaan
(2-94) :
max
qt =
2
2 1
) / ( ) / (
s wftest s wftest o
o
P p A P P A A
q
+ +

max
qt =
2
) 182 / 52.1 ( -0.54) ( ) 182 / 52.1 )( -0.40 ( 0.94 =
4 . 60
+ +

= 77.3 BPD
5. Menghitung Laju Produksi Minyak (
o
q ) untuk berbagai harga dengan
Persamaan (2-10):
tmaks
o
q
q
=
2
2 1 (

+
(

+
s
wf
s
wf
o
P
P
A
P
P
A A


Sebagai contoh diambil untuk harga Pwf = 100 Psi
30 . 77
o
q
=
2
182
100
) 54 . 0 (
182
100
) 40 . 0 ( 0.94
(

+
(

+
qo = 43.094 BPD
6. Menghitung harga qw namun terlebih dahulu menghitung WC pada setiap
harga dengan Persamaan (2-12) :
60

WC = (WC@Pwf = Ps)( P1 EXP (P2 Pwf/Ps)
Misalkan untuk harga Pwf = 100
WC = (3.47)( 1.412049739 EXP (- 0.353168011) 100/182)
= 4.037 %
q
w
=
o
q
WC
WC

) 100 (

q
w
= 094 . 43
) 037 . 4 100 (
037 . 4


= 1.813 BPD
Dengan demikian qt adalah :
q
t
= q
w
+ q
o
= 1.813 + 43.094 = 44.906 BPD
7. Selanjutnya nilai qo, WC, qw, dan qt pada berbagai nilai Pwf dapat
ditentukan dengan cara yang sama. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel III-1
Hasil Perhitungan Laju Alir Pada Berbagai Harga Pwf
Pwf (psi) q
o
(bbl/day) WC q
w
q
t

182 0 0 0 0
180 1.330 3.456 0.048 1.378
170 7.430 3.524 0.271 7.702
160 13.279 3.593 0.495 13.774
150 18.876 3.664 0.718 19.594
140 24.223 3.735 0.940 25.162
130 29.317 3.809 1.161 30.478
120 34.161 3.883 1.380 35.541
110 38.753 3.959 1.598 40.350
100 43.094 4.037 1.813 44.906
90 47.183 4.116 2.025 49.208
80 51.021 4.197 2.235 53.256
70 54.608 4.279 2.441 57.049
60 57.943 4.363 2.643 60.586
52.1 60.400 4.430 2.800 63.200
40 63.859 4.535 3.034 66.893
30 66.441 4.624 3.221 69.662
20 68.770 4.715 3.403 72.173
10 70.849 4.807 3.578 74.427
0 72.676 4.901 3.746 76.422
61

3.2. Evaluasi Pompa Sucker Rod Terpasang Pada Sumur X Lapangan Y
Evaluasi pada pompa sucker rod kondisi terpasang bertujuan untuk
mengetahui harga efisiensi volumetris pompa. Besarnya efisiensi volumetris
pompa angguk kondisi terpasang dapat ditentukan dengan menghitung besarnya
kapasitas pompa dan laju produksi aktual. Berikut adalah langkah-langkah
perhitungannya :
1. Menentukan besarnya harga Ap, Atr, dan K dengan Persamaan (2-80),
Persamaan (2-81) dan Persamaan (2-82) :
- Ap = 0.25 d = 0.25 x 3.14 x (2) = 3.14 in
d = diameter plunger
- Atr = 0.25 d = 0.25 x 3.14 x (5/8) = 0.307 in
d = diameter rod
- K = 0.1484 Ap = 0.1484 x 3.14 = 0.466 bpd/spm
2. Menentukan besarnya harga Berat Rod String (Wr) dan Berat Fluida (Wf)
dengan Persamaan (2-83) dan Persamaan (2-84) :
- Wr = M1L1 + M2L2
L1 = R1L = 0.52 x 2019.29 = 1050.03 ft
L2 = R2L = 0.48 x 2019.29 = 969.26 ft
Wr = (1.63 x 1050.03) + (1.13 x 969.26)
Wr = 2806.8 lb
- W
f
= 0.433 G (L A
p
0.294 W
r
)
W
f
= 0.433 x 0.791 (2019.29x 3.14 0.294 x 2806.8)
= 1886.64 lb
3. Menentukan Peak Polished Rod Maksimum (PPRL) dan Peak Polished Rod
Minimum (MPRL) dengan Persamaan (2-90) dan Persamaan (2-91) :
Dari data pengukuran sonolog dapat diketahui : Pwf = 52.1 psi
o1 =
SN
2
7uSuu
(1 + cp) o2 =
SN
2
7uSuu
(1 - cp)
o1 =
(48)(12)
2
7uSuu
(1 + u.SS) o2 =
(48)(12)
2
7uSuu
(1 - u.SS)
o1 = u.1S o 2 = u.u6S
62

- PPRL = Wf + (0.9 + 1)Wr Pwf Ap
= 1886.64 + (0.9 + 0.13) 2806.76 52.14 x 3.14
= 4613.95 lb
- MPRL = (0.9 2)Wr
= (0.9 0.065) 2806.76
= 2343.68 lb
4. Menentukan Stress Maksimum (max) dan Stress Minimum (min) dengan
Persamaan (2-94) dan Persamaan (2-95):
o max =
PPRL
At
=
4613.95
0.307
= 1Su29.1S psi
o min =
MPRL
At
=
2343.68
0.307
=76S4.14 psi
5. Menentukan Counter Balance Effect Ideal (Ci) dengan Persamaan (2-51) :
Ci =
(PPRI+HPRI)
2
=
(461S.9S+2S4S.68)
2
= S478.81 lb
6. Menentukan Torsi Maksimum (Peak Torque= Tp) dengan Persamaan (2-57) :
Tp = (PPRL 0.95 Ci) x S/2
= (4613.95 0.95 x 3478.81) x 48/2
= 31417.93 in-lb
7. Menghitung Effisiensi Volumetris pompa (Ev) pompa terpasang dengan
Persamaan (2-97), Persamaan (2-98), Persamaan (2-99), Persamaan (2-101)
dan Persamaan (2-102) :
a. Net lift pompa :
ft 17 . 1867
0,791 x 0,433
52.1
29 . 019 2
0,433XG
Pwf
L
N
L
= =
=

b. Menentukan Factor Percepatan () :
o =
SN
2
7uSuu
= o =
(48)(12)
2
7uSuu
= u.u98
63

c. Menentukan Plunger Over Travel (ep) :
cp =
4u.8 I
2
o
E
=
4u.8 x (2u19.29)
2
x u.u98
(Sux1u)
= u.S4S
d. Menentukan Rod Strectch dan Tubing Strectch (er+et) :
er =
|
|

\
|
+
2
2
1
1
2 . 5
A
L
A
L
E
GDAp

=
6
10 30
) 14 . 3 )( 51 . 1999 )( 79 . 0 ( 2 . 5
x
)
307 . 0
969.26
422 . 0
1050.03
( +
= 4.85 in
et =
t
EA
xL x
p
A x D SG x 2 . 5

=
812 . 1 30000000
29 . 2019 3.14 x 1999.51 x 0.79 2 . 5

x x

= 0.958 in
et+er = 0.958+4.85 = 5.808 in
e. Menentukan Efektif Plunger Stroke (Sp) :
Sp = S + ep - (et + er)
= 48 + (0.543) (5.808)
= 42.735 inch
f. Menghitung Pump Displacement (V) :
V = K x Sp x N
= 0.466 x 42.735 x 12
= 238.974 bpd
g. Menghitung Effisiensi Volumetric (Ev) pompa terpasang :
E: =
qt
I
x1uu%
=
6S.2
2S8.974
x1uu%
= 26.446 %
8. Menentukan Horse Power (Hp) dari Prime Mover terpasang dengan
Persamaan (2-74), Persamaan (2-75) dan Persamaan (2-76) :
64

- Menentukan Hydraulic Horse Power (Hh) :
Hh = 7.36 x 10
-6
q G L
= (7.36 x 10
-6)
x 63.2 x 0.79 x 2019.29 = 0.742

Hp
- Menentukan Friction Horse Power (Hf) :
Hf = 6.31 x 10
-7
Wr S N
= 6.31 x 10
-7
x 2806.76 x 48 x 12
= 1.02 Hp
- Menentukan Brake Horse Power (Hb) :
Hb = 1.5 (Hh + Hf)
= 1.5 (0.742

+ 1.02)
= 2.643

Hp
Tabel III-2
Hasil Perhitungan Evaluasi Pompa Sucker Rod Terpasang pada Sumur X
Perhitungan Satuan Hasil Perhitungan
Wr lb 2806.76
Wf lb 1886.64
qt BFPD 63.2
S inchi 48
N spm 12
PPRL lb 4613.95
MPRL lb 2343.68
Stress max psi 15029.15
Stress min psi 7634.14
Ci lb 3478.81
Tp inchi-lb 31417.93
L ft 2019.29
- 0.098
ep inchi 0.543
et+er inchi 5.808
Sp inchi 42.735
V bpd 238.974
Ev % 26.446
Hh hp 0.742
Hf hp 1.02
Hb hp 2.643
65

3.3. Optimasi Pompa Sucker Rod Pada Sumur X
Optimasi pompa adalah merancang kembali pompa dengan merubah
parameter-parameter pompa yaitu mencari harga kecepatan pemompaan (N) yang
optimum dan panjang stroke (S) optimum pompa dari perpotongan kurva Pump
Intake sehingga didapatkan laju alir yang optimal.
Tujuan optimasi pompa adalah mengoptimalkan kinerja pompa untuk
mendapatkan laju produksi yang sebesar-besarnya tanpa menimbulkan kerusakan
dan masalah, baik pada sumur maupun pada pompa itu sendiri. Berikut adalah
langkah-langkah perhitungan optimasi pompa :
1. Menentukan besarnya harga Ap, Atr, dan K dengan Persamaan (2-80),
Persamaan (2-81) dan Persamaan (2-82) :
- Ap = 0.25 d = 0.25 x 3.14 x (2) = 3.14 in
d = diameter plunger
- Atr = 0.25 d = 0.25 x 3.14 x (5/8) = 0.307 in
d = diameter rod
- K = 0.1484 Ap = 0.1484 x 3.14 = 0.466 bpd/spm
2. Menentukan besarnya harga Berat Rod String (Wr) dan Berat Fluida (Wf)
dengan Persamaan (2-83) dan Persamaan (2-84) :
3. Wr = M1L1 + M2L2
L1 = R1L = 0.52 x 2019.29 = 1050.03 ft
L2 = R2L = 0.48 x 2019.29 = 969.26 ft
Wr = (1.63 x 1050.03) + (1.13 x 969.26)
Wr = 2806.8 lb
- W
f
= 0.433 G H Ap

= 0.433 x 0.791 x 2134.72 x 3.142
= 2315.35 lb
4. Menentukan konstanta a, b dan c untuk persamaan dengan Persamaan (2-85),
Persamaan (2-86), Persamaan (2-87), Persamaan (2-88) dan Persamaan (2-89) :
Pi untuk harga N = a + bq
Pi untuk harga S = a + cq
2

66

- a =
Ap
1
( Wf + (0.9 0.5063 SF ) Wr - ( ) )
tr
A SF
T

4

=
(

\
|
+ ) 307 . 0 65 . 0 (
4
90000
8 . 2806 ) 5063 . 0 9 . 0 ( 2315.35
14 . 3
1
SF
= 13.6 psi
- b =
Ap K
N Wr

56400
( 1 + 0.5625 SF - ( 1- 0.5625 SF) C / P )
=
14 . 3 466 . 0 56400
806.8 2
x x
N
x ( 1 + 0.5625 x 0.65 - (1- 0.5625 x 0.65) x 0.33)
= 0.0123 N
- c =
S Ap K
Wr

2
45120
( 1 + 0.5625 SF - (1 0.5625 SF) C/P)
=
S x 3.14 x 0.466 x 45120
8 . 2806
2
(1+ 0.5625x 0.65-(1 0.5625x0.65)x0.33)
= 0.0897 / S
4. Dengan mensubtitusikan harga a, b dan c yang diperoleh dari langkah 3
kedalam Persamaan Pump Intake, maka akan diperoleh persamaan :
- Pi untuk harga N = a + bq
Pi = 13.6 + (0.0123 N) x q
- Pi untuk harga S = a + cq
2

Pi = 13.6 + (0.0897 / S) x q
2

5. Selanjutnya menghitung harga Pump Intake dengan N asumsi untuk berbagai
harga q, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut :
Tabel III-3
Hasil Perhitungan Pump Intake Pressure Untuk Berbagai Harga N dan q
q (bpd)
P (Psi)
5 6 8 10 12
0 13.609 13.609 13.609 13.609 13.609
10 14.238 14.364 14.615 14.867 15.119
20 14.867 15.119 15.622 16.126 16.629
30 15.496 15.874 16.629 17.384 18.139
40 16.126 16.629 17.636 18.643 19.650
50 16.755 17.384 18.643 19.901 21.160
60 17.384 18.139 19.650 21.160 22.670
70 18.013 18.894 20.656 22.418 24.180
76.422 18.418 19.379 21.303 23.227 25.150
67

6. Hasil Perhitungan Pump Intake untuk berbabagai harga S dan q :
Tabel III-4
Hasil Perhitungan Pump Intake Pressure Untuk Berbagai Harga S dan q
q (bpd)
P (psi)
34 42 48 54
0 13.609 13.609 13.609 13.609
10 13.872 13.822 13.795 13.775
20 14.664 14.463 14.356 14.273
30 15.984 15.531 15.291 15.104
40 17.831 17.027 16.600 16.267
50 20.207 18.950 18.282 17.763
60 23.110 21.300 20.339 19.591
70 26.541 24.077 22.769 21.751
76.422 29.022 26.086 24.527 23.314

7. Dari perpotongan kedua kurva Pump Intake dengan kurva IPR Sumur X
diperoleh data sebagai berikut :
Tabel III-5
Hasil Perhitungan Perpotongan Kurva IPR dengan N
N Q
5 73
6 72
8 71
10 70.5

Tabel III-6
Hasil Perhitungan Perpotongan Kurva IPR dengan S
S Q
34 70.4
42 71.5
48 72

8. Dari perpotongan kurva S, N dan q didapatkan data-data hasil optimasi
sebagai berikut :
S = 48 inchi q = 72 bpd
N = 6 spm Pwf = 20 psi ( dari kurva IPR)
68

9. Menentukan Peak Polished Rod Maksimum (PPRL) dan Peak Polished Rod
Minimum (MPRL) dengan Persamaan (2-90) dan Persamaan (2-91) :
o1 =
SN
2
7uSuu
(1 + cp) o2 =
SN
2
7uSuu
(1 - cp)
o1 =
(48)(6)
2
7uSuu
(1 + u.SS) o2 =
(48)(6)
2
7uSuu
(1 - u.SS)

o1 = u.uSS o2 = u.u16
- PPRL = Wf + (0.9 + 1)Wr Pwf Ap
= 2315.35 + (0.9 + 0.033) 2806.8 20 x 3.142
= 4871.3 lb
- MPRL = (0.9 2)Wr
= (0.9 0.016) 2806.8
= 2481.2 lb
10. Menentukan Stress Maksimum (max) dan Stress Minimum (min) dengan
Persamaan (2-94) dan Persamaan (2-95) :
o max =
PPRL
At
=
4871.3
0.307
= 1S867.4S psi
o min =
MPRL
At
=
2481.2
0.307
=8u82.1 psi
11. Menghitung Stress Allowable (S
A
) dengan Persamaan (2-96) :
Sa = SF S
T
|

\
|
+
min
5625 . 0
4

Sa = 65 . 0 8082.1 5625 . 0
4
90000
|

\
|
+ x
= 17580 psi
12. Menentukan Counter Balance Effect Ideal (Ci) dengan Persamaan (2-51) :
Ci =
(PPRI+HPRI)
2
=
(4871.S +2481.2)
2
= S676.2S lb
13. Menentukan Torsi Maksimum (Peak Torque= Tp) dengan Persamaan (2-57) :
Tp = (PPRL 0.95 Ci) x S/2
69

= (4871.3 0.95 x 3676.25) x 48/2 = 33092.7 in-lb
14. Menghitung Effisiensi Volumetris hasil optimasi dengan Persamaan (2-97),
Persamaan (2-98), Persamaan (2-99), Persamaan (2-100), Persamaan (2-101)
dan Persamaan (2-102) :
- Net lift pompa :
ft 6 . 1960
0,791 x 0,433
20
29 . 019 2
0,433XG
Pwf
L
N
L
= =
=

- Menentukan Factor Percepatan :
=
S N`
70500
=
48 x 6`
70500
= 0.025
- Menentukan Plunger Over Travel :
e
p
=
E
L
2
8 . 40

e
p
=
6
x10 30
0.025 (2019.29) 40.8
2
=
= 0.14 in
- Menentukan Rod Strectch dan Tubing Strectch (er+et) :
er =
|
|

\
|
+
2
2
1
1
2 . 5
A
L
A
L
E
GDAp

=
|

\
|
+
307 . 0
6 . 969
422 . 0
3 . 1050
10 30
) 142 . 3 )( 51 . 1999 )( 791 . 0 ( 2 . 5
6
x

= 4.9 in
et =
t
EA
xL x
p
A x D SG x 2 . 5

=
812 . 1 30000000
29 . 2019 3.142 x 1999.51 x 0.791 2 . 5

x x

= 0.96 in
et+er = 0.96 + 4.9 = 5.86 in
70

- Menentukan Stroke Plunger Effektif :
S
p
= S + e
p
(e
t
+ e
r
)
S
p
= 48 + 0.14 (5.86)
= 42.28 in
- Pump Displacement (PD) :
V = K S
p
N
= 0.466 x 42.28 x 6
= 118.2 bbl/d
- Menentukan Efisiensi Volumetris Pompa (E
v
) :
E
v
= q / V x 100%
= (72 / 118.2)x 100%
= 60.91 %
15. Menentukan Horse Power (Hp) dari Prime Mover hasil optimasi dengan
Persamaan (2-62), Persamaan (2-63), Persamaan (2-64):
- Menentukan Hydraulic Horse Power (Hh) :
Hh = 7.36 x 10
-6
q G L
= (7.36 x 10
-6)
x 72 x 0.791 x 2019.29
= 0.85

hp
- Menentukan Friction Horse Power (Hf) :
Hf = 6.31 x 10
-7
Wr S N
= 6.31 x 10
-7
x 2806.8 x 48 x 6
= 0.51 hp
- Menentukan Brake Horse Power (Hb) :
Hb = 1.5 (Hh + Hf)
= 1.5 (0.85

+ 0.51)
= 2.04

hp




71

Tabel III-7
Hasil Perhitungan Optimasi Pompa Sucker Rod Pada Sumur X
Perhitungan Satuan Hasil Perhitungan
Wr lb
2806.8
Wf lb
2315.35
qt BFPD
72
S inchi
48
N spm
6
PPRL lb
4871.3
MPRL lb
2481.2
Stress max psi
15867.43
Stress min psi
8082.1
Ci lb
3676.25
Tp inchi-lb
33092.7
L ft
2019.29
-
0.025
ep inchi
0.14
et+er inchi
5.86
Sp inchi
42.28
V bpd
118.2
Ev %
60.91
Hh hp
0.85
Hf hp
0.51
Hb hp
2.04
























































72
G
a
m
b
a
r

3
.
1

K
u
r
v
a

I
P
R

S
u
m
u
r

X









































73
G
a
m
b
a
r

3
.
2

K
u
r
v
a

I
P
R

v
s

K
u
r
v
a

P
u
m
p

I
n
t
a
k
e

N

S
u
m
u
r

X

































74
G
a
m
b
a
r

3
.
3

K
u
r
v
a

I
P
R

v
s

K
u
r
v
a

P
u
m
p

I
n
t
a
k
e

S

S
u
m
u
r

X


























75
G
a
m
b
a
r

3
.
4

K
u
r
v
a

H
u
b
u
n
g
a
n

N

d
a
n

S

T
e
r
h
a
d
a
p

L
a
j
u

P
r
o
d
u
k
s
i

76

BAB IV
PEMBAHASAN



Bab ini akan membahas mengenai evaluasi pompa angguk pada sumur kajian,
tujuannya adalah untuk mengetahui kemungkinan peningkatan laju produksi
sumur kajian dengan melakukan perencanaan ulang pompa berdasarkan potensi
sumurnya.
Perhitungan optimasi yang dilakukan adalah dengan merubah panjang
langkah pompa (S) dan kecepatan pemompaan (N) untuk mendapatkan laju
produksi optimum yang sesuai dengan potensi sumurnya, sehingga diperoleh
efisiensi volumetris pompa yang lebih baik lagi tanpa melakukan perubahan pada
unit pompa terpasang. Pompa dikatakan bekerja efisien secara teoritis apabila
efisiensi volumetris pompa besarnya sama dengan atau lebih besar dari 70 %.
Sumur X secara teoritis penggunaan pompanya kurang efisien, hal ini
dikarenakan harga efisiensi volumetris pompa pada kondisi terpasang tergolong
rendah yaitu 26.45% dan laju produksi aktualnya sebesar 63.2 BFPD. Kecilnya
harga efisiensi volumetris ini dikarenakan panjang langkah (S) dan kecepatan
pompa (N) sudah tidak sesuai lagi dengan potensi sumurnya.
Efisiensi volumetris pompa yang rendah dapat diakibatkan oleh adanya fluid
pound, yaitu kondisi working barrel pompa hanya terisi fluida sebagian saja
sehingga fluida yang masuk ke dalam plunger atau terangkat jumlahnya lebih
kecil daripada kapasitas pemompaannya, oleh karena itu untuk meningkatkan laju
produksi yang sesuai dengan kapasitas pemompaan maka dilakukan optimasi
dengan melakukan perencanan ulang pompa.
Perencanaan ulang ini dilakukan dengan analisa nodal, yaitu membuat cross
plot atau membuat perpotongan antara antara kurva Inflow Performance
Relationship (IPR) dengan kurva Pump Intake (Pi) untuk panjang langkah (S) dan
kecepatan pompa (N) dengan asumsi beberapa harga S dan N, sehingga
didapatkan variasi harga S dan N versus laju produksi yang baru. Dari
perpotongan kurva S dan N versus laju produksi yang baru, didapatkan laju
77

produksi optimum yang sesuai dengan potensi sumurnya, sehingga akan diperoleh
harga efisiensi volumetris pompa yang lebih baik.
Optimasi pompa angguk dilakukan terhadap panjang langkah (S) dan
kecepatan pompa (N), selanjutnya perlu diperhitungkan kebutuhan tenaga (horse
power). Hasil optimasi Sumur X dapat dilihat pada Tabel IV-1 yang
menunjukkan bahwa panjang langkah pompa (S) adalah 48 inchi, kecepatan
pemompaan (N) adalah 6 SPM, dengan laju produksi (q) optimum sebesar 72 bpd
dan efisiensi volumetris pompa (Ev) adalah 60.91 %.
78

BAB V
KESIMPULAN



1. Produksi pada sumur X belum dikatakan optimal karena berdasarkan hasil
evaluasi yang dilakukan terhadap pompa sucker rod kondisi terpasang,
efisiensi volumetrisnya masih dibawah 60 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada table berikut :
Sumur Type Pompa V, bpd q, bpd
Efisiensi
Volumetris, %
Keterangan
X THM 2x14 238.97 63.2 26.45 Perlu dioptimasi

2. Berikut ini adalah tabel perubahan pada parameter pompa (S dan N ) hasil
optimasi yang akan berpengaruh pada efisiensi pompa dan laju produksi.
Hasil
perhitungan
Sumur X
Keadaan Terpasang
(sebelum optimasi)
Setelah Optimasi
S, inch
N, spm
V, bpd
q, bpd
EV, %
48
12
238.97
63.2
26,45 %
48
6
118.2
72
60,91 %




79

DAFTAR PUSTAKA


1. Brown, K.E, The Technology of Artificial Lift Method, Vol.2A, Pen Well
Publishing Company, Tulsa, Oklahama,1980.
2. Craft-Holden., Well Design Drilling and Production, Prentice Hall, Inc.,
Englewood Cliffs, New York1962.
3. Imam,H., Qualitative Analysis Of The dynamometer Diagram For Improving
the pumping system,Paper SPE,Texas,1985.
4. McCoy, J.N., Jennings, J.W & Podio., A Polished Rod Transducer For Quick
and Easy Dynagraphs, paper, Texas.
5. McCoy, J.N., Drake Bill., Beker Dieter & Podio., Total Well Management A
methodology For Maximizing Oil Production and Minimizing Operating
Cost, paper SPE, Canada, 1995
6. McCoy, J.N., Drake Bill., Beker Dieter ., Rowlan Lynn & Podio., Total Well
Management II, paper SPE No.67273, Oklahoma, 2001.
7. McCoy, J.N., Drake Bill., Rowlan Lynn & Podio., Total Well Management
Sucker Rod Lift Case Study, paper SPE No.68864, California, 2001.
8. Supriyadi, Pemanfaatan Digital Dynamometer Dalam Upaya Meningkatkan
Produksi Minyak dan Kinerja Pompa, Seksi Pemboran dan Produksi,
PPTMGB Lemigas, Jakarta
9......., Kursus Pengukuran Sonolog, Amerada dan Dynamometer,
Pusdiklat Migas, Cepu, 2001.
10................., Design Calculations for Sucker Rod Pumping System
(Conventional Units) serie API RP 11L, API Production Department,
Dallas, 1988.
11..................., Kursus Pumping Unit, Duri Training Center, Duri, 1994.

80












LAMPIRAN
















81
































L
A
M
P
I
R
A
N

A

A
N
A
L
I
S
A

S
O
N
O
L
O
G

82

1. Analisa Sonolog Sumur X
A. Diketahui Data
Data-data yang dapat diketahui dari hasil pengukuran Sonolog pada Sumur X
adalah sebagai berikut :
Data Kedalaman Fluida
- Kedalaman Pompa (L) = 615.45 m = 2019.29 ft
- Static Fluid Level (SFL) = 495.02 m = 1620.88 ft
- Sub Mergen SFL = 121.43 m = 398.41 ft
- Dynamic Fluid Level (DFL) = 609.42 m = 1999.51 ft
- Sub Mergen DFL = 6.03 m = 19.78 ft
Adapun data-data tambahan dari laporan hasil pengukuran Sonolog,antara
lain :
Data Pompa
- Jenis Pompa THM 2x14'
Keterangan :
Jenis pompa ini merupakan jenis Pompa Sucker Rod di Bawah
Permukaaan. Keterangan dari simbol diatas adalah sebagai berikut :
TH = Tubing Heavy-Wall Barrel
M = Mechanical Type
2 = Diameter Plunger (2 in)
14' = Panjang Barrel (14 ft)
- Panjang Langkah Pompa = 48 in
- Kecepatan Pompa = 12 spm
Data Produksi
- Tekanan casing (Pc) = 0
- Laju produksi gross (q
t
) = 63.2 BFPD
- Laju produksi nett (q
o
) = 60.4 BOPD
B. Perhitungan
- Menghitung Laju Produksi Air (q
w
) :
q
w
= q
t
q
o
= 63.2 60.4 = 2.8 BWPD
83

- Menghitung Kandungan Air (WC) :
WC = % 43 . 4 % 100
4 . 63
8 . 2
% 100 = = x x
qt
qw

- Menghitung Specific Gravity (SG):
SG
liquid
= SG
oil
(1-WC) + SG
w
(WC)
= 0.7813 (1-0.0443) + 1 (0.0443)
= 0.791
- Setelah mengetahui SG cairan maka dapat menghitung Gradien fluida :
G
f
= 0.433 x SG
liquid
= 0.433 x 0.791 = 0.343
- Menghitung Tekanan Statis (P
s
) :
P
s
= (D SFL) (Gf)
= (2151.52 1620.88) 0.343
= 182 psi
- Menghitung Tekanan Alir Dasar Sumur (P
wf
) :
Pwf = (D DFL) (0.433 SG
(l)
)
= (2151.52 1999.51) (0.433 x 0.791)
= 52.1 psi









84

LAMPIRAN B
DIAGRAM SUMUR





























85

A. Diketahui Data
Dari diagram sumur diatas dapat diketahui data-data sumur sebagai berikut :
1. Total Kedalaman Sumur = 1098 m = 3602.54 ft
2. Kedalaman Casing = 641.08 m = 2103.38 ft
3. Kedalaman Tubing (Lt) = 650.63 m = 2134.72 ft
4. Kedalaman Perforasi = (655 - 656.5) m = (2149.055 - 2153.977) ft
5. Kedalaman Mid Perforasi (D) = 655.75 m = 2151.52 ft
6. Diameter Casing = 7 in
7. Diameter Tubing = 2
7
/
8
in
B. Perhitungan
- Tipe pompa THM dengan ukuran diameter tubing 2
7
/
8
, maka dari Tabel
II-2 dapat diketahui ukuran pump bore basic yaitu 2 in.
- Dari data-data diatas dapat dicari ukuran rod, yaitu :
Ukuran rod = Diameter tubing Pump bore basic
= 2.875 2.25
= 0.625 in
= 5/8 in














86
































L
A
M
P
I
R
A
N

C

D
A
T
A

D
I
F
F
E
R
E
N
T
I
A
L

L
I
B
E
R
A
T
I
O
N

87

A. Data Diketahui
Dari Differential Liberation dapat diketahui data-data sebagai berikut :
- SG oil = 49.6 API @ 60 F
- Densitas oil = 0.7811 gr /cc
B. Perhitungan
1. SG oil =
141.5
131.3
= 0.7813
2. Menghitung Specific Gravity (SG) cairan :
SG
liquid
= SG
oil
(1-WC) + SG
w
(WC)
= 0.7813 (1-0.0443) + 1.015 (0.0443)
= 0.791
3. Setelah mengetahui SG cairan maka dapat menghitung Gradien fluida :
G
f
= 0.433 x SG
liquid
= 0.433 x 0.79 = 0.343
















88

LAMPIRAN D
DATA KECEPATAN MAKSIMUM POMPA




















Keterangan :
Berdasarkan gambar diatas, untuk Pompa Sucker Rod Air Balanced Unit
dengan panjang langkah (S) 48 inchi didapat kecepatan pemompaan (N)
maksimumnya sebesar 23 SPM.
89

LAMPIRAN D
KONVERSI SATUAN


1 meter (m) = 3.281 feet (ft)
= 39.37 inchi (in)

1 barrel of oil (bbl) = 159 liter
= 5.615 cuft
= 42 US gallons

1 pound (lb) = 0.454 kg

1 cu meter (m
3
) = 35.31 cuft
= 6.29 barrel (bbl)

1 kg/cm
2
(ksc) = 14.22 psi

1 horse power (hp) = 0.7456999 kilowatt












90

LAMPIRAN E
DAFTAR SIMBOL

1. Ap = Luas permukaan plunger, inchi
2

2. Ar = Luas penampang rod, inchi
2

3. At = Luas penampang dinding tubing, inchi
2

4. Ci = Counterbalance effect ideal, lb
5. C/P = Crank pitman ratio
6. D = Dynamic fluid level, ft
7. Ev = Efisiensi volumetris pompa, %
8. ep = Plunger overtravel, inchi
9. er = Perpanjangan rangkaian batang isap, inchi
10. et = Perpanjangan tubing, inchi
11. G = Specific gravity cairan,
12. Gf = Gradient fluida, psi/ft
13. H = Kedalaman pompa, ft
14. Hb = Brake horse power, hp
15. Hf = Friction horse power, hp
16. Hh = Hydraulic horse power, hp
17. K = Konstanta plunger, B/D/inchi/spm
18. L = Kedalaman pompa, ft
19. M = Berat nominal rod, lb/ft
20. N = Kecepatan pompa, spm
91

21. Pc = Tekanan casing, psi
22. Ps = Tekanan static, psi
23. PI = Produktivity index, bpd/psi
24. Pi = Pump intake pressure, psi
25. Pwf = Tekanan alir dasar sumur, psi
26. q = Laju produksi, bpd
27. q
t
= Laju produksi total, bpd
28. q
o
= Laju produksi minyak, bpd
29. q
w
= Laju produksi air, bpd
30. S = Panjang langkah pemompaan, inchi
31. SGo = Specific gravity minyak
32. Sp = Efektif plunger stroke, inchi
33. Tp = Torsi maksimum, inchi-lb
34. V = Pump displacement, bpd
35. WC = Kadar air, %
36. Wf = Beban fluida, lb
37. W
max
= Peak polished rod load (PPRL), lb
38. W
min
= Minimum polished rod load (MPRL), lb
39. Wr = Beban rod, lb
40. = Faktor percepatan
41.
max
= Stress maksimum, psi
42.
min
= Stress minimum, psi

Anda mungkin juga menyukai